Startup Cleantech Bioniqa Peroleh Pendanaan Awal dari Bali Investment Club

Startup cleantech Bioniqa mengumumkan perolehan pendanaan awal dengan nominal yang tidak disebutkan dari Bali Investment Club (BIC). Pendanaan ini akan dimanfaatkan untuk kebutuhan riset dan pengembangan produk.

Bioniqa mengembangkan fotobioreaktor yang dapat mengonversi jejak karbon menjadi kredit karbon dan oksigen. Mereka mengadopsi pendekatan lokal yang diklaim belum pernah ada sebelumnya di Indonesia dalam memerangi isu polusi udara di pusat perkotaan.

“Fotobioreaktif unik yang kami miliki dapat menampung alga dalam lingkungan terkendali, yang dapat menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen. Ini bukan hanya sebuah mesin, tetapi ekosistem yang dapat membersihkan udara yang kita hirup sehingga membuat kota menjadi lebih layak huni,” ujarnya Co-Founder dan President Bioniqa Andre Hutagalung lewat siaran resmi.

Bioniqa didirikan pada 2023 oleh RaMa Raditya dan Andre Hutagalung. Keduanya dikenal sebagai pendiri startup pengembang smart city Qlue. Saat ini, Bioniqa telah mengoperasikan instalasinya di tempat penitipan anak di wilayah Jakarta, dan targetnya akan dipasang secara agresif di sekolah-sekolah besar di sejumlah kota.

Bioniqa menyasar sektor B2C di segmen menengah ke atas, mencakup residensial mewah dan apartemen vertikal; sektor B2B, mencakup gedung perkantoran, ruang ritel; serta sektor B2G lewat kemitraan dengan fasilitas pemerintahan, dan ruang publik berlalu lintas tinggi.

Klaimnya, satu fotobioreaktor Bioniqa telah meningkatkan kualitas udara luar ruang sebesar 60%-80% pada area seluas 150 meter persegi dalam waktu 24 jam. Lalu, mesin ini dapat mengimbangi 165 hingga 240 kg emisi karbon setiap tahunnya, serta menghasilkan 6.800 liter oksigen setiap tahunnya.

Melalui pendanaan ini, Bioniqa akan mengembangkan laboratorium dan perkebunan alga, hingga meningkatkan kemampuan fotobioreaktor melalui teknologi IoT.

Nicolo Castiglione, Managing Partner Bali Investment Club mengatakan ini menjadi momentum tepat berinvestasi untuk merespons krisis polusi udara yang dihadapi Jakarta selama beberapa bulan terakhir.

“Per satu mesin saat ini setara dengan 80 pohon dalam produksi O2 dan 20 pohon untuk mengurangi CO2. Di kota padat seperti Jakarta, kita tidak bisa menanam pohon di sembarang tempat dan perlu waktu bertahun-tahun sebelum pohon itu tumbuh. Bioniqa hadir untuk memecahkan masalah ini dengan menggabungkan alam dan teknologi.”

Beberapa waktu lalu, pemerintah meluncurkan Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon), merespons target
Indonesia untuk mencapai pengurangan emisi karbon menjadi 31,89% pada 2030. Payung hukumnya juga telah diterbitkan melalui Peraturan OJK (POJK) Nomor 14 Tahun 2023 yang akan menjadi pedoman dan acuan perdagangan karbon.

Peluncuran Bursa Karbon Indonesia juga merespons berkembangnya kebutuhan terhadap solusi di bidang teknologi hijau (cleantech), khususnya dekarbonisasi, yang diikuti oleh kemunculan pengembang inovasi di bidang karbon.

Beberapa di antaranya Fairatmos yang mengembangkan platform untuk mengakselerasi penyerapan karbon, juga Jejak.in yang memanfaatkan teknologi IoT dan satelit dalam menganalisis jejak karbon.

Telkomsel Ventures Tegaskan Komitmen Investasi di Sektor Agnostik

Wajah baru Telkomsel Ventures dari nama sebelumnya Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), menjadi babak lanjutan bagi operator seluler pelat merah ini untuk memperluas portofolio investasinya. Pihaknya juga sekaligus mengumumkan penutupan dana kelolaan kedua.

Tidak ada perubahan tesis investasi dengan pergantian nama tersebut. Pihaknya tetap membidik sektor agnostik sembari menjajaki peluang di sektor baru.

“Tujuan utama kami adalah mendistribusikan dana untuk memperkuat strategi pertumbuhan dengan memanfaatkan aset Telkomsel, serta eksplorasi ke area bisnis baru,” ujar CEO Telkomsel Ventures Mia Melinda dihubungi terpisah oleh DailySocial.id.

Fokus investasinya harus beririsan dengan bisnis intinya, yakni digital lifestyle, digital enablement, dan emerging tech (early adopter pada teknologi baru). Ketiga fokus ini akan memiliki sektor turunan yang berkaitan dengan internet, AI, UMKM, e-commerce, hingga konten hiburan. “Ini akan kami tinjau kembali dari waktu ke waktu berdasarkan peluang pasar dan relevansi strategis kami.”

Menurut Mia, dana kelolaan kedua masih sepenuhnya bersumber dari induk usahanya, Telkomsel. Adapun, dana kelolaan pertama telah diinvestasikan sebesar $40 juta (sekitar Rp623 miliar) ke 17 startup, termasuk Halodoc (healthtech), Evermos (social commerce), dan PrivyID (e-KYC).

Disinggung soal nilai sinergi yang telah diperoleh, Mia menambahkan, “sudah banyak sinergi yang dihasilkan oleh startup portofolio kami dengan unit bisnis Telkomsel, dan kami akan terus menggali potensi-potensi baru.”

Sekadar informasi, entitas legal Telkomsel Ventures didirikan pada 2019 yang akan bertanggung jawab terhadap pengelolaan dana investasi dan sinergi induk usahanya. Telkomsel Ventures bermitra dengan MDI Ventures dan Singtel Innov8.

Telkomsel Ventures menjadi kendaraan investasi untuk mengeksplorasi peluang sinergi bagi bisnis telekomunikasinya. Pihaknya tak hanya mengucurkan pendanaan, tetapi juga memanfaatkan sumber daya, dukungan teknis, mentorship, dan kolaborasi dengan Telkomsel atau ekosistem lainnya.

Pergeseran sektor investasi

Lanskap Venture Capital (VC) di Indonesia pada tahun ini ditandai oleh pergeseran fokus investasi ke beberapa sektor, yakni kendaraan listrik, energi, dan agrikultur. Menurut laporan AC Ventures dan Bain & Company, pada periode 2020-2022, VC justru fokus membidik sektor yang mendapat pengaruh positif dari pembatasan sosial saat pandemi, misalnya e-commerce dan layanan fintech.

“Sektor seperti bioteknologi, energi, EV, dan cleantech terus bertumbuh sehingga menjadikan Indonesia sebagai tujuan investasi yang semakin menarik. Minat pasar dan peralihan industri ke arah keberlanjutan dan ekonomi hijau, akan mendorong ekspansi di bidang ini. Demikian juga dengan model yang menggabungkan AI dan teknologi penting lainnya, atau bisnis yang memiliki kekayaan intelektual, punya potensi pertumbuhan besar dan ceruk pasar yang unik,” tutur Partner SV Investment Steve Patuwo dalam laporan tersebut.

Total nilai pendanaan VC yang mengalir ke Indonesia mencapai $3,6 miliar pada 2023 (year-to-date). Pendanaan VC ke Indonesia tumbuh stagnan (YoY), tetapi lebih baik dibandingkan tren investasi global (termasuk AS, Tiongkok, dan India) yang tercatat turun sebesar 20%-40%.

Membudayakan Aspek Wellness Melalui Platform Kesehatan dan Pengembangan Diri

Prevention is better than cure“, begitu kata banyak orang.

Sayangnya, layanan kesehatan kuratif justru lebih akrab ketika kita jatuh sakit, baik lewat obat-obatan atau perawatan di fasilitas kesehatan. Anggapan ini mulai berbalik selama tiga tahun terakhir. Pandemi Covid-19 memantik kesadaran kita untuk punya well-being lebih baik lewat pencegahan penyakit.

Meningkatnya awareness masyarakat ditangkap sebagai peluang untuk menghadirkan aksesibilitas layanan wellness. Dari wawancara dengan Fita, Mindtera, dan PrimaKu—tiga pengembang platform dengan aspek wellness, DailySocial.id mendapat temuan menarik yang tak sekadar bicara soal ekosistem layanan, tetapi juga pendekatan pasar dan hasil akhirnya.

Seputar wellness di Indonesia

Menurut kamus American Psychological Association (APA), well-being digambarkan sebagai keadaan individu dengan kualitas hidup yang baik, bahagia, tingkat stresnya rendah, serta sehat secara fisik dan mental.

Mengacu laporan Statista, kategori wellness berbasis teknologi mencakup aplikasi tracker kesehatan, aktivitas olahraga, pemantau stres, dan layanan penyembuhan di rumah. Total pendapatannya diproyeksi menyentuh angka $12,23 juta dengan CAGR 11,4% pada periode 2022-2027.

CEO Fita Reynazran (Rey) Royono menilai bahwa sektor layanan wellness di Indonesia belum terbentuk, industrinya masih mengeksplorasi produk dan model bisnis yang tepat. Didorong pula oleh faktor rendahnya biaya pengeluaran masyarakat untuk layanan kesehatan.

Namun, dalam perjalanannya membangun platform kesehatan dan workout, Rey melihat semakin banyak pemain yang berupaya mengonversi pain point lain ke dalam solusi yang beragam. Salah satu tren yang tengah bergeser adalah ‘health and fitness‘ menjadi ‘health and beauty‘.

Kesehatan mental, nutrisi, hingga kecantikan dalam sekop wellness / Sumber: DS/X Ventures

Cakupan layanan well-being atau wellness di Indonesia pun semakin berkembang. Peruntukkannya tidak cuma membuka akses pada kegiatan olahraga, ada telekonsultasi untuk kesehatan mental. Target pasarnya tidak melulu masyarakat umum, bisa juga segmen B2B (contoh: korporasi, pemilik fasilitas gym) atau kategori spesifik, seperti orang tua (parenting).

Mindtera adalah salah satunya, platform pengembangan kualitas diri yang beririsan dengan aspek well-being. Menurut Co-Founder dan CEO Mindtera Tita Ardiati, Mindtera memiliki fokus untuk mendorong kecerdasan sosial dan emosi. Jika ini tercapai, dampaknya bisa sangat luas bagi kehidupan manusia, misalnya mampu mengelola stres atau meningkatkan produktivitas kerja.

Mengutip sejumlah jurnal, Tita menyebut bahwa orang Indonesia cenderung kesulitan mengelola stres, bahkan kondisi ini sering dikaitkan dengan kesehatan mental. Padahal, setiap orang bisa mengalaminya. Sayangnya, ujar Tita, belum banyak kurikulum komprehensif yang mencakup dua kecerdasan tersebut di Indonesia.

Sementara, Co-Founder dan CEO Primaku Muhammad Aditriya Indraputra mengambil angle yang lebih spesifik dalam membawa aspek wellness, yakni membantu orang tua untuk memonitor tumbuh kembang anak. Mengasuh anak tidak mudah, sering kali melelahkan secara fisik dan emosional.

“Memantau tumbuh kembang anak merupakan upaya kolektif, sehingga kami berupaya menghubungkan pemangku kepentingan di ekosistem pediatrik. PrimaKu menjadi open platform, enabler bagi pemain di sektor ini agar ekosistemnya berkembang. Kita masih mencari cara terbaik untuk memahami model yang tepat karena industrinya masih cukup baru,” tutur pria yang karib disapa Didit ini.

Pendekatan pasar

Kendati awareness sudah meningkat, tak berarti orang akan langsung menggunakan layanannya. “Justru bagaimana caranya untuk membuat mereka semakin interested and invested in wellness. Dan ini bukan untuk layanan olahraga saja, tetapi juga apa yang mereka konsumsi,” tambah Rey.

Fita yang awalnya menyediakan akses layanan workout, mulai memperkenalkan skema berlangganan sejak 2022. Klaimnya, model langganan ini berhasil diterima pasar dan pendapatan Fita naik 10 kali lipat (YoY) pada 2023 (year-to-date/YTD). Pendekatan lainnya, ia juga memanfaatkan jaringan milik induk usaha Telkomsel untuk memperkenalkan layanan Fita dengan bundling produk telekomunikasi. Ia mengklaim transaksinya juga tumbuh signifikan.

“Sejak awal, kami memulai tidak hanya untuk exercise saja, tetapi lebih holistik. Saat ini, kami juga kembangkan platform B2B2C yang menghubungkan ke mitra-mitra kami di ekosistem ini. Maka itu, kami sedang memaksimalkan strategi kami lewat bundling dan platform B2B2C dengan meningkatnya perkembangan wellness saat ini. Masih banyak yang dapat di-leverage,” tutur Rey,

Sumber: Telkomsel Fita
Roadmap pengembangan platform Fita / Sumber: Fita

Berbeda cerita dengan Mindtera yang awalnya membidik segmen B2C. Namun, kebutuhannya justru banyak datang dari B2B karena perusahaan mengalami kesulitan mengelola organisasi akibat pandemi. Pemberlakuan Work From Home (WFH) memengaruhi produktivitas karyawan dan memicu stres. Kondisi tersebut bahkan berlanjut hingga pandemi usai.

Sejak kuartal III 2022, Mindtera pun memutuskan untuk pivot model bisnis sepenuhnya ke B2B. Produknya tetap sama dengan kurikulum yang dirancang sendiri. Tita berujar bahwa kebutuhan terhadap employee well-being dan talent development di Indonesia belum dianggap sebagai prioritas.

“Fokus kami adalah employee well-being dan talent development. Makanya, kami sering dikira [platform] HR tech. Selama pivot, kami sudah bereksperimen hingga menemukan strategi yang pas untuk akuisisi dan mendapat pendapatan lebih cepat. Bagi kami, strategi ini adalah network sales karena B2B lebih cenderung ke koneksi, kredibilitas, dan awareness corporate.”

Model bisnisnya berlanggan setahun; perusahaan mendapat (1) laporan kinerja dan penilaian karyawan (2) insight karyawan dan tindakan rekomendasinya, dan (3) membantu HR mempersiapkan training development. Tita menyebut bahwa Mindtera telah mencapai sejumlah milestone signifikan setahun pasca-pivot. Ada hampir 10.000 registran karyawan yang dikelolanya saat ini.

Mengukur wellness

Berbeda dengan digitalisasi di sektor lain, layanan wellness punya metrik variatif yang dapat mengukur kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Pada aspek fisik, kita dapat mengetahui kalori yang terbakar lewat perangkat fitness tracker atau memanfaatkan AI untuk memantau akurasi gerakan.

Namun, lebih dari itu, Tita menilai pemanfaatan teknologi dapat membantu pengguna untuk membuat keputusan. Konteksnya, sebuah perusahaan dapat memahami dengan cepat dinamika yang terjadi di dalam. Perusahaan bisa segera mengambil keputusan strategis untuk mengatasi isu tersebut.

“Solusi kami bukan untuk mengatasi isu administrasi, melainkan mengatasi human problem. Divisi HR sering kali dihadapkan pada tugas administratif. Sementara, assessment hanya setahun sekali tanpa tahu behavior mereka. Padahal mereka harus memiliki strategic thinking and planning untuk mengembangkan [kualitas] karyawannya,” jelasnya.

Output penggunaan solusi Mindtera / Sumber: Mindtera

Solusi ini tercermin dari laporan perusahaan berbentuk agregat, misalnya produktivitas perusahaan meningkat hingga 69%. Adapun, data yang tampil tidak menunjukkan hasil assessment per karyawan untuk menghindari informasi yang berkaitan dengan isu personal.

Sementara, PrimaKu mengacu pada standar WHO dan CDC untuk mengetahui perkembangan anak. Ada assessment awal yang diukur lewat indikator umur, tinggi, hingga berat badan. Ada pula fitur untuk mengetahui perkembangan sensorik, motorik, dan kognitif anak.

Indikator ini bisa membantu orang tua untuk memahami masalah awal, lalu bisa diarahkan langsung ke telekonsultasi atau konsultasi di faskes. Per 2022, PrimaKu mencatat 97% anak di platformnya memiliki growth condition yang berkembang.

“PrimaKu tetap pada posisinya sebagai open platform untuk ibu, dokter anak, dan fasilitas kesehatan. Ini memungkinkan adanya inovasi dan kolaborasi dengan siapapun di ekosistem pediatrik. Ada banyak use case yang dikembangkan. Namun, PrimaKu harus bisa memilih mana yang dapat ditransformasi, mana yang cukup di-enable. Ini supaya tidak salah prioritas untuk menggunakan investasinya.”

OCBC Ventura Dorong Penyaluran “Venture Debt”, Fokus di Area Kesehatan dan Ritel

OCBC NISP Ventura (ONV) melanjutkan strategi investasi beyond banking dengan memperkenalkan Vilo sebagai portofolio terbarunya. Vilo adalah perusahaan gelato Indonesia di segmen consumer retail, yang menerima pendanaan dengan nominal yang dirahasiakan dalam bentuk utang (venture debt).

Dihubungi DailySocial.id secara terpisah, Direktur Utama OCBC Ventura Darryl Ratulangi mengungkap bahwa perusahaan tengah dalam proses merampungkan kesepakatan pendanaan pada 2-3 portofolio baru menjelang akhir 2023.

“Di tahun 2023, kami memang sedang mengembangkan venture debt dengan fokus pada area consumer retail–termasuk F&B–dan healthcare. Kami melihat ada peluang di mana sektor tersebut masih underbanked, tetapi [sektor ini] tidak terlalu cocok untuk investasi dengan skema venture capital,” ujar Darryl.

Sejak beroperasi di 2020, OCBC Ventura telah mengucurkan pendanaan ke 15 startup lainnya di berbagai vertikal, termasuk agritech (EdenFarm), e-commerce enabler (Sirclo), fintech (AwanTunai, GajiGesa), online media (IDN Media, USS Networks), dan proptech (99 Group, Dekoruma, Rukita).

Ia menambahkan, OCBC Ventura memiliki metrik berbeda-beda untuk mengukur sinergi portofolio dari ragam sektor yang dimasukinya. Ia meyakini tidak ada satu metrik sama yang dapat diaplikasikan ke seluruh portofolio, tetapi perusahaan terus mendorong kemitraan untuk menciptakan produk dan solusi bagi pelanggan.

Sekilas mengenai Vilo, perusahaan gelato ini didirikan oleh Vincent Kusuma, Christian Susilo, dan Tomi Lunardi pada 2017. Pendanaan ini akan digunakan untuk mendorong ekspansi outlet secara nasional hingga mempercepat inovasi produk dengan menghasilkan serangkaian rasa gelato baru.

Vilo telah memproduksi lebih dari 21 ton gelato per bulan dan mengoperasikan lebih dari 20 outlet di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali. Pihaknya ingin menghadirkan gelato lokal yang mampu bersaing dengan merek internasional.

“Kolaborasi kami dengan OCBC Ventura adalah suatu pencapaian penting dalam perjalanan kami dan kemitraan finansial ini akan memperkuat posisi kami di pasar gelato. Kami harap dapat memberikan nilai yang lebih besar kepada para pelanggan dan mitra kami,” ujar CEO Vilo Vincent Kusuma dalam keterangan resminya.

Skema venture debt menjadi instrumen keuangan baru yang diperkenalkan OCBC Ventura agar startup dapat mengoptimalkan modal dan mempercepat pertumbuhan bisnisnya.

Skema tersebut kini banyak digunakan oleh bank maupun pemodal ventura di Indonesia. Bagi founder, venture debt dinilai memiliki risiko lebih rendah dan lebih nyaman untuk diambil karena tidak mengurangi porsi kepemilikan saham perusahaan. Founder tetap dapat memegang kendali perusahaan.

Bank CIMB Niaga dan Genesis Alternative Ventures adalah salah satunya yang memiliki venture debt khusus untuk pembiayaan startup di bidang fesyen, ritel, F&B, kesehatan, hingga manufaktur.

Potensi healthtech dan consumer retail

Sektor healthtech dan consumer retail menjadi sektor yang cukup banyak dilirik oleh pemodal ventura selama beberapa tahun terakhir. Pandemi Covid-19 menjadi faktor signifikan yang ikut mendorong perubahan perilaku konsumen dalam mengonsumsi layanan kesehatan maupun barang.

Laporan DS/X Ventures mengungkap nilai industri healthcare di Indonesia diproyeksi mencapai $68 miliar pada 2030. Dari data yang dihimpun selama sepuluh tahun terakhir, total pendanaan yang mengalir ke startup healthtech di Indonesia sebesar $231,7 juta.

Sementara, kemunculan startup consumer retail memanfaatkan pendekatan direct-to-consumer (D2C) untuk memperkenalkan produknya. Ekosistem marketplace, pembayaran, hingga logistik memungkinkan pemain D2C untuk menjangkau konsumen langsung dengan memotong sejumlah rantai distribusi.

Antler Suntik Investasi Rp19 Miliar untuk 10 Startup Indonesia

VC tahap awal dan startup builder Antler menyuntik investasi awal sebesar $1,25 juta (sekitar Rp19,5 miliar) untuk sepuluh startup di Indonesia. Mereka antara lain Alter, Club Kyta, Hazana, Kamoo, Katalis, Loop, Plans, Safelog.AI, Sqouts, dan startup yang berstatus “stealth“.

Dalam keterangan resminya, nilai investasi tersebut termasuk putaran investasi dari total alokasi di Indonesia sebesar $5 juta untuk dikucurkan ke 40 startup. Penambahan dana ini menunjukkan komitmen Antler untuk memperkuat portofolio di Indonesia dan mendukung para founder dengan ide bisnis potensial, serta latar belakang dan pengalaman beragam.

Antler hadir di Indonesia pada 2021, dan saat ini memiliki 33 portofolio (belum termasuk tambahan 10 startup) mengacu pada data di situs resminya. Secara total, Antler telah berinvestasi ke lebih dari 900 startup dari berbagai sektor. Targetnya, Antler ingin mendukung sebanyak 6.000 startup pada 2030.

“Untuk menghadapi dinamika pasar yang menantang di 2024, kami melihat ini sebagai peluang untuk para pendiri yang berbakat dan menciptakan dampak positif bisnis di Indonesia,” ungkap Partner Antler Indonesia Agung Bezharie Hadinegoro.

Agung melanjutkan, posisi Antler sebagai investor dan penyedia program yang mendalam, bukan hanya menawarkan peluang ke calon pendiri, tetapi juga hadir dalam perjalanan intensif mereka, mengasah visi, dan menguji konsep bisnisnya secara cermat sebelum meluncurkan startup.

Sekilas mengenai beberapa portofolionya; (1) Alter adalah platform jejaring sosial dan kolaborasi bagi para gamer, (2) Plans adalah platform untuk layanan kesuburan dan perencanaan keluarga, dan (3) Sqouts adalah platform perekrutan talenta berbasis AI berbentuk percakapan.

Investor dalam mode ‘wait and see’

Berdasarkan laporan terbaru AC Ventures dan Bain & Company, tren investasi VC di Indonesia menunjukkan pertumbuhan stagnan (YoY) dengan total pendanaan sebesar $3,6 miliar pada 2023. Menurut laporan, stagnasi ini dipicu oleh kehati-hatian investor di tengah ketidakpastian ekonomi makro global.

Kendati demikian, laporan ini mengungkap pendanaan awal dengan kisaran investasi tak sampai $10 juta justru masih menunjukkan pertumbuhan sehat, dan mendominasi total kesepakatan pendanaan yang terjadi di sepanjang 2023.

Sumber: AC Ventures dan Bain & Company

Adapun, tren perlambatan investasi diperkirakan masih akan berlanjut hingga tahun 2024, terutama didorong oleh faktor Pemilihan Umum (Pemilu). Investor diprediksi memilih untuk lebih berhati-hati sebelum memutuskan investasi.

Perkuat Fundamental Bisnis, Bababos Berada di Jalur Menuju Profitabilitas

Startup manufaktur Bababos meyakini telah berada di jalur menuju profitabilitas (path-to-profitability) yang kuat setelah fokus meningkatkan fundamental bisnis melalui perbaikan signifikan di sepanjang 2023.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder dan CEO Bababos Fajar Adiwidodo mengatakan perbaikan ini mencakup strateginya mengakses pasar, mendorong produktivitas, mengembangkan platform, hingga pengelolaan risiko. Dengan fokus ini, pihaknya dapat konsisten memberikan harga murah dengan kualitas dan pengiriman lebih baik, yang tidak didapatkan sebelumnya.

Alhasil, Bababos kini telah menjangkau lebih dari 400 manufaktur IKM dan memproses ratusan transaksi per bulan dengan pertumbuhan 30% setiap bulannya. Pihaknya juga mengklaim telah ikut mendorong utilisasi mesin dari volume produksi awalnya di bawah 50% hingga naik tiga kali lipat.

“Kami telah memiliki path-to-profitability yang kuat. Ini justru menjadi keypoint kami mendapat pendanaan. Setiap transaksi kami menghasilkan keuntungan, yang mana sudah bisa mengkover sales, operation, dan salary. Our direct cost is so low, jadi sudah sustaining. Kami tinggal mendorong margin, the more we scale, and more productivity.

Bababos merupakan platform yang mempertemukan manufaktur industri kecil dan menengah (IKM) dengan para pemasok bahan baku. Ada tiga solusi yang ditawarkan, yaitu penyediaan bahan baku manufaktur, agregasi permintaan, dan fasilitas tempo.

Selain itu, pihaknya berupaya untuk memperkuat posisinya sebagai supply chain platform dengan fokus pada kapabilitasnya di demand aggregation dan pembayaran. Bababos tidak terlibat dalam penyetokan barang demi menghindari spekulasi harga dan memudahkannya meningkatkan skala bisnis.

Conversion rate kami naik secara drastis. Jadi setiap transaksi, kami tahu tingkat konversinya. Bagi kami, tahun 2023 adalah tahun fundamental. Jadi, segala hal yang dibutuhkan untuk bisnis berjalan dengan kuat di 2023,” tuturnya.

Bababos baru saja menutup putaran pendanaan awal senilai $3 juta (sekitar Rp46 miliar) pada September 2023 yang dipimpin oleh East Ventures, serta partisipasi Patamar Capital dan Accion Venture Lab.

Ekspansi dan produk

Bababos mempertimbangkan ekspansi untuk memperkuat pasarnya di Pulau Jawa. Saat ini, layanan Bababos baru menjangkau kawasan Jabodetabek dan Surabaya. “Kami sedang mencoba eksplorasi ke Jawa Tengah karena kota-kota industri masih banyak di Jawa,” ucap Fajar.

Mengacu data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), sebanyak 61,7% kawasan industri yang sudah terisi dan beroperasi masih terpusat di Pulau Jawa. Namun, kawasan industri di luar Jawa tengah didorong agar menjadi salah satu pendorong berkembangnya pusat ekonomi baru.

Selain itu, tambahnya, Bababos juga tengah memperkuat layanan pembiayaannya dengan membangun pricing engine (rekomendasi harga) dan credit engine (underwriting hingga collection). Fajar mengungkap saat ini Bababos melakukan underwriting sendiri, tetapi fasilitas pinjamannya disalurkan dari lembaga keuangan lokal dan global.

“Kami juga kembangkan fitur untuk suplai dan pengiriman. Sama seperti Google di mana tampilan depannya hanya terlihat search bar, tetapi di dalamnya ada mesin yang sangat kompleks. Begitu juga dengan Bababos. Kami memastikan seluruh fitur-fitur tersebut dapat di-scale semua.”

Honest Dilaporkan Kembali Terima Investasi dari Orico

Honest Financial Technologies International (Honest Bank) dilaporkan kembali menerima investasi dari Orient Corporation (Orico). Mengutip Alternatives.pe, dari data yang telah disetor ke regulator investasi baru ini bernilai $18 juta (sekitar Rp278 miliar).

Dihubungi terkait hal ini, Direktur Utama PT Honest Financial Technologies Dharu Estiningrum tidak memberikan konfirmasi apapun. “Saya harus koordinasikan dulu dengan Orico ya,” tuturnya lewat pesan singkat kepada DailySocial.id.

Sebelumnya, Honest Bank mendapatkan investasi strategis dari Orico pada Juni 2023 dengan nominal $2 juta (sekitar Rp30 miliar). Investasi ini disebut menandai debut Orico ke Indonesia dengan target peluncuran kartu kredit virtual Orico bersama Honest pada akhir 2023. Orico adalah perusahaan pembiayaan asal Jepang yang berdiri pada 1954.

Adapun, Honest Bank resmi beroperasi di Indonesia lewat anak usahanya PT Honest Financial Technologies dengan meluncurkan Honest Card, diklaim sebagai kartu kredit tanpa nomor (numberless) pertama di Indonesia. Aplikasi Honest telah diunduh lebih dari 500 ribu di Google Play Store.

Saat ini, Honest memiliki lisensi penyelenggara jasa pembayaran dari Bank Indonesia (BI). Selain itu, Honest juga terdaftar sebagai perusahaan pembiayaan yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Kartu kredit virtual merupakan salah satu alat pembayaran yang dapat digunakan untuk berbelanja tanpa memerlukan instrumen fisik. Sejumlah lembaga keuangan kini mulai menghadirkan kartu kredit virtual sebagai pendekatan untuk mendorong penetrasinya.

Bank Mandiri menjadi salah satu bank yang memungkinkan pengguna untuk mengajukan kartu kredit virtual melalui aplikasi banking Livin’ Mandiri. Karena itu, potensi bisnis kartu kredit disebut masih sangat besar mengingat penetrasinya masih rendah.

Berdasarkan laporan Bank Indonesia, bisnis kartu kredit perbankan di sepanjang semester I 2023 tumbuh 26,53% (YoY) menjadi Rp33,6 triliun. Adapun, jumlah kartu yang beredar mencapai 17,59 juta unit.

Application Information Will Show Up Here

Astra dan WeLab Resmikan Bank Saqu, Layanan Perbankan Digital untuk Solopreneur

Bank Jasa Jakarta (BJJ), bank milik Grup Astra dan WeLab, resmi meluncurkan aplikasi Bank Saqu pada Senin (20/11). Bank Saqu siap bersaing dengan sejumlah aplikasi perbankan digital lainnya di Indonesia.

Presiden Direktur Bank Jasa Jakarta Leo Koesmanto mengungkap, Bank Saqu punya posisi berbeda dengan perbankan digital yang sudah ada. Bank Saqu  membidik segmen anak muda, terutama para solopreneur di Indonesia.

“Kami harus memiliki positioning yang berbeda dari perbankan digital yang sudah ada. Banyak generasi muda aktif yang memiliki usaha atau side gig. Segmen ini memiliki cara berpikir yang produktif, bukan konsumtif,” ucap Leo saat acara peluncuran Bank Saqu di Jakarta.

Mengutip salah satu studi, Bank Saqu menyebut terdapat perkiraan 117 juta solopreneur di Indonesia pada 2030. Studi tersebut juga mengestimasi kontribusi solopreneur ke PDB akan mencapai 36% pada 2030.

“Dengan wawasan pasar lokal dan cakupan ekosistem Astra baik offline maupun online, serta kecakapan teknologi dari WeLab, kami percaya Bank Saqu mampu menempatkan diri untuk memasuki pasar yang menjanjikan ini,” tambahnya.

Bank Saqu kini sudah dapat diunduh di Google Play Store dan Apple Store. Berikut adalah sejumlah layanan/fiturnya:

  1. Saku: fitur kantong yang dapat dipersonalisasi nasabah hingga 20 kantong
  2. Busposito: produk deposito, diklaim pertama di Indonesia, yang memanfaatkan kekuatan komunitas. Artinya, semakin banyak yang bergabung ke Busposita, semakin besar bunga yang diperoleh nasabah.
  3. Tabungmatic: nasabah dapat menabung secara otomatis dari setiap pembulatan transaksi melalui QRIS.
  4. Saku Booster: saku khusus untuk menyimpan semua cashback yang diperoleh nasabah dari transaksi, termasuk Tabungmatic.
Produk Bank Saqu / Sumber: Bank Saqu

Sebagai informasi, Bank Saqu adalah hasil transformasi Bank Jasa Jakarta (BJJ) usai diakuisisi oleh PT Astra International Tbk melalui anak usahanya PT Sedaya Multi Investama (Astra Financial) bersama WeLab melalui WeLab Sky.

Astra Financial dan WeLab Sky menjadi pemegang saham pengendali dengan kepemilikan saham masing-masing sebesar 49,56%. Penyelesaian transaksi akuisisi telah dirampungkan pada tahun lalu.

Masih berlanjut

Tren transformasi bank konvensional menjadi bank digital masih terus berlanjut hingga sekarang. Superbank (sebelumnya Bank Fama) adalah hasil akuisisi oleh Grup EMTEK, Grab, dan Singtel. Baru-baru ini, bank digital asal Korea Selatan, Kakaobank juga akan ikut mengakuisisi 10% saham Superbank.

Kemudian, Hibank (sebelumnya Bank Mayora) juga diakuisisi oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) pada tahun lalu. BNI menggandeng Sea Group sebagai mitra teknologi Bank Mayora. Baik Superbank dan Hibank juga tengah menyiapkan layanan perbankan digital mereka yang sama-sama menyasar segmen UMKM.

Bank digital lain yang memiliki pendekatan serupa ada Bank Raya, yang membidik segmen pekerja gig economy atau pekerja informal. Sementara, Bank Aladin lebih memilih pendekatan yang menyentuh aspek keseharian pengguna dengan menggandeng jaringan ritel Alfamart.

Application Information Will Show Up Here

Platform Social Commerce Supermom Masuk Indonesia, Ingin Berdayakan Kalangan Ibu Jadi ‘Influencer’

Platform social commerce Supermom memboyong 25 merek Singapura ke Indonesia untuk memperluas jaringan ibu-ibu yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan sebagai influencer yang membantu menjualkan produk mereka, atau mereka sebut sebagai Key Opinion Moms (KOM).

Inisiatif ini bertujuan untuk memperkenalkan 25 merek Singapura ke pasar parenting Indonesia yang tengah berkembang. Disebutkan bahwa Indonesia adalah pasar utama produk perawatan anak di Asia Tenggara, dengan tingkat kelahiran yang tinggi, setara 17 per 1000 penduduk.

Didukung juga oleh tingginya penggunaan e-commerce, yang mana kini semakin banyak transaksi online untuk kebutuhan perawatan anak. Selain itu, kelas menengah yang sedang berkembang di Indonesia, berpotensi mendongkrak permintaan produk ibu dan anak, gaya hidup, hingga kecantikan.

Faktor-faktor di atas menjadikan Indonesia yang potensial bagi pemilik merek yang ingin mendorong bisnisnya di tengah pertumbuhan gaya hidup digital.

“Inisiatif ini merupakan win-win solution bagi merek Singapura dan para orang tua di Indonesia. Kami berupaya membangun ekosistem yang mendukung pertumbuhan bisnis dan inovasi dengan memfasilitasi pertemuan antara merek dan mitra lokal, serta melibatkan jaringan KOM Supermom,” ujar Co-Founder dan Group CEO Supermom Luke Lim.

Tak hanya penetrasi pasar, inisiatif ini disebut berfokus pada pengembangan komunitas dan penciptaan lapangan kerja bagi ibu-ibu di Indonesia melalui merek-merek yang akan berpartisipasi.

Ekspansi ini akan dimulai pada 17-19 November di Sheraton Gandaria City dan Gandaria City Mall di Jakarta. Programnya memiliki agenda B2B, mempertemukan dan mencocokkan merek Singapura dengan mitra Indonesia yang kompatibel untuk menawarkan berbagai peluang, mulai dari pencarian bakat, pengembangan produk, saluran distribusi ritel, dan pemasaran.

Dari 25 merek Singapura ini, sejumlah di antaranya adalah Her Velvet Vase, Kino Biotech Kinohimotsu), Flexiconcepts (Trusty Care), Good pharma Dermatology (Suu Balm), Skin Inc Solutions, Science Ventures Learning, Origin Herbal Hair Treatment, Axe Factor, Premium Baby Hub, dan Growthwell Group.

Supermom adalah platform social commerce yang menyediakan produk untuk kebutuhan keluarga. Platform asal Singapura ini sempat mendapat suntikan pendanaan seri A senilai $8 juta dari AC Ventures pada awal 2023.

Di Indonesia juga tengah berkembang platform yang melayani kebutuhan keluarga. Salah satu layanan yang mirip adalah IbuSibuk, besutan Orami setelah diakuisisi Sirclo.

IbuSibuk merupakan program pemberdayaan ekonomi ibu yang menghubungkan mereka dengan berbagai brand untuk berkolaborasi di berbagai macam program social commerce, baik sebagai nano-influencers, maupun reseller. Anggota tidak hanya diberi akses ke berbagai kampanye dari brand, tetapi juga mendapatkan pelatihan eksklusif yang berkaitan dengan pengembangan diri dan pelatihan untuk menjadi influencer profesional.

Aplikasi Tentang Anak juga menyediakan ekosistem layanan holistik, seperti pelacak pertumbuhan anak, konsultasi, dan pelibatan orang tua dalam perkembangan anak.

Kemudian, Lilla by Sociolla adalah platform e-commerce untuk produk ibu dan anak yang juga dilengkapi fitur tracker untuk memantau perkembangan kehamilan.

Application Information Will Show Up Here

Pendanaan Fintech di Asia Tenggara Merosot Tajam, Terendah Sejak 2020

Indonesia dan Singapura tercatat masih memimpin pendanaan fintech di Asia Tenggara dengan akumulasi 86% dari total pendanaan sebesar $1,3 miliar mengalir ke dua negara ini pada 2023 (year-to-date/YTD).

Namun, pendanaan yang disalurkan ke fintech di Asia Tenggara pada 2023 (YTD) merosot 74% menjadi $1,3 miliar dibandingkan 2022 yang sebesar $5,1 miliar. Demikian juga jumlah transaksi pendanaan yang turun 60% menjadi 94 kesepakatan pada 2023 (YTD). Angka tersebut menjadi pencapaian terendah sejak 2020.

Laporan FinTech in ASEAN 2023 yang diterbitkan UOB bersama PwC dan Singapore FinTech Association (SFA) mengulas tren pendanaan enam negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara (ASEAN-6), antara lain Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Sumber: FinTech in ASEAN 2023

Dari total pendanaan yang diperoleh tahun ini, sebanyak 50% disuntik ke startup awal dan 42% ke startup tahap lanjut. Menurut sejumlah investor yang diwawancarai, fintech tahap awal menarik lebih banyak pendanaan dikarenakan oleh faktor ide-ide baru dan modal yang masih kecil.

“Penurunan yang terjadi pada 2023 dikarenakan ada lonjakan pendanaan yang diperoleh sektor fintech pada 2022 di mana para VC menahan diri selama pandemi. Faktor kedua didorong oleh kebijakan dam kondisi pasar yang baik, startup telah banyak mendatangkan modal dalam satu dekade terakhir. Dengan perubahan kondisi makro, wajar jika perlu mencermati fundamentalnya,” tutur Managing Partner Quest Ventures James Tan.

Pendanaan fintech Indonesia

Merosotnya pendanaan fintech di Asia Tenggara otomatis juga berdampak terhadap pendanaan yang mengalir ke Indonesia. Indonesia menyumbang 27% (sekitar $351 juta) dari total nilai pendanaan fintech $1,3 miliar per 2023 (YTD) di Asia Tenggara. Angka tersebut turun dari porsi sebelumnya 29% (sekitar $1,4 miliar) terhadap total $5,1 miliar pada 2022.

Berdasarkan jumlahnya, sebanyak 16% atau 15 transaksi disuntik ke fintech Indonesia. Jumlah ini turun cukup signifikan dibandingkan tahun 2022 yang sebanyak 22% atau 52 transaksi.

Selain itu, laporan ini menemukan pinjaman alternatif menjadi segmen yang memperoleh pendanaan terbanyak untuk pertama kalinya dengan nilai $408 juta atau sepertiga dari total pendanaan fintech di ASEAN-6. Pada 2022, pendanaan fintech masih didominasi oleh sektor pembayaran (39%), sedangkan pinjaman alternatif hanya 10%.

10 pendanaan fintech terbesar, dipimpin Kredivo

Indonesia tercatat memperoleh pendanaan terbanyak di sektor pinjaman alternatif dengan porsi sebesar 84%, diikuti Filipina (59%), dan Vietnam (48%). Pendanaan seri D yang diterima Kredivo Holdings sebesar $270 juta pada awal 2023, berkontribusi terhadap pendanaan di sektor pinjaman alternatif Indonesia.

Tren green fintech

Laporan ini juga memaparkan temuan terkait pendanaan fintech ke sektor hijau atau green fintech, yang disebut sejalan dengan meningkatnya fokus industri terhadap keberlanjutan (sustainability). Green fintech menawarkan solusi dan peran untuk membantu pelaku bisnis memulai perjalanannya pada aspek keberlanjutan.

Pendanaan yang mengalir ke sektor green tech dan green fintech di Asia Tenggara memang tercatat menurun di 2023 (YTD) menjadi $169 juta dari posisi tahun lalu yang sebesar $300 juta. Namun, para investor melihat ada tren peningkatan green tech, demikian juga pendanaan hijau yang akan menjadi kunci pertumbuhan dari green fintech.

Ada tiga faktor yang akan menjadi pendorong green tech di kawasan ini. Pertama, regulator di mana kini perusahaan dituntut untuk melaporkan dampak aktivitas bisnisnya terhadap lingkungan. Kedua, konsumen gen Z yang menarik perhatian masyarakat karena memiliki kesadaran tinggi terhadap lingkungan.

Gen Z disebut lebih menyukai produk/layanan yang sejalan dengan nilai mereka, dan ini menunjukkan aspek keberlanjutan perlu dilibatkan dalam strategi bisnis perusahaan. Terakhir, pemangku kepentingan. Para investor, lembaga keuangan, dan karyawan menuntut perusahaan untuk mengadopsi strategi keberlanjutan dan melaporkan progresnya.