LINE Akuisisi 20% Saham Bank KEB Hana untuk Operasikan Bisnis Fintech di Indonesia

LINE Corporation mengumumkan bahwa anak perusahaannya, LINE Financial Asia, mengakuisisi 20% saham PT Bank KEB Hana Indonesia. Pengumuman ini disampaikan pasca penandatanganan kesepakatan yang dilakukan dua eksekutif perusahaan di Seoul pada 26 Oktober 2018 lalu. Akuisisi saham ini menjadikan LINE Financial Asia sebagai pemegang saham terbesar kedua di Bank KEB Hana.

LINE Financial Asia akan secara resmi melakukan finalisasi perjanjian dengan PT Bank KEB Hana setelah menerima persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan segera mempersiapkan peluncuran layanan perbankan digital yang diperkirakan tersedia di tahun 2019. Pihak LINE juga mengungkapkan tengah bersiap memperluas operasi fintech di Indonesia dengan perekrutan talenta global di area bisnis, manajemen, dan layanan.

Langkah ini dirancang untuk memperluas perbankan digital LINE di Indonesia, sekaligus memperkuat Bank KEB Hana di pasar fintech. Layanan perbankan digital memang tengah digenjot untuk melengkapi ragam layanan dan konten LINE yang saat ini. Salah satu bentuk kerja sama yang telah diungkapkan, kedua perusahaan akan menerapkan dan meningkatkan model penilaian kredit di Indonesia, seperti deposito/kredit mikro serta layanan pengiriman dan pembayaran.

“Melalui kerja sama dengan PT Bank KEB Hana Indonesia, kami akan meluncurkan layanan perbankan yang mudah digunakan serta inovatif di Indonesia. Perjanjian ini merupakan langkah yang penting dalam menjadi pemimpin di industri mobile banking dan memperluas layanan fintech kami,” ujar CEO LINE Financial Asia, In Joon Hwang.

Bank KEB Hana juga berharap banyak dari kerja sama ini. Perusahaan mengharapkan bisa mendapatkan nasabah potensial dari basis pengguna LINE yang tinggi. Perusahaan juga merencanakan penyesuaian portofolio dan meningkatkan dana simpanan dengan bunga rendah melalui penguatan retail banking. Dan melalui kapabilitas LINE, perusahaan ingin memperkuat kemampuan pemasaran digital melalui branding, teknologi, dan konten.

“Kami percaya bahwa teknologi digital canggih LINE dan pengalaman perbankan ritel milik KEB Hana Bank akan menjadi masa depan industri perbankan, dan menunjukkan model finansial baru yang dimulai di Indonesia,” ucap Direktur Utama PT Bank KEB Hana, Lee Hwa-Soo.

Application Information Will Show Up Here

MailTarget Selenggarakan Digitalk, Bahas Pemasaran Digital Industri Keuangan

Pemasaran digital menjadi salah satu strategi terdepan yang perlu dirumuskan oleh pebisnis. Tak terkecuali di sektor keuangan, disrupsi fintech membuat inovasi harus diimbangi dengan penyampaian ke pasar secara tepat sasaran. Tentu kita memahami, bahwa setiap unit bisnis memiliki cara yang berbeda-beda dalam melakukan pemasaran digital (digital marketing).

Ada yang mulai dengan mencari leads, membangun engagement, sampai mengelola retention; cara tersebut didesain agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Khusus untuk industri keuangan tantangannya memang unik, pendekatan pemasaran digital yang baik dapat mengakselerasi bisnis secara berkesinambungan.

Ada beberapa kanal yang sangat potensial dalam pemasaran digital industri keuangan. Salah satu yang cukup relevan adalah email marketing. Tujuan tipe pemasaran email adalah untuk melakukan engagement ke pengguna secara lebih personal. Namun email marketing saja tetap tidak cukup, masih banyak kanal yang bisa digunakan untuk optimasi jangkauan pengguna.

Tapi di balik kanal pemasaran itu, ada konsep automation yang menjadi kunci agar proses menjadi lebih efektif dan efisien. Banyak penghematan sumber daya pemasaran yang bisa didapat perusahaan dengan automation. Salah satunya dari sisi biaya dan SDM, karena perusahaan keuangan identik dengan telemarketing. Ini bisa jadi cara baru untuk mendapatkan konsumen melalui konten yang di kirimkan dengan email marketing.

Untuk membahas lebih lanjut tentang email marketing dan automation, sesi MailTarget DigiTalk Vol. 9 secara khusus akan membawakan pembahasan “Digital Marketing for Financial Industry”. Acara ini berkolaborasi Lembaga Manajemen Indonesia Banking School. Tiga pemateri yang akan dihadirkan adalah Yopie Suryadi (Founder MailTarget.co), kemudian Dr. Whony Rofianto, S.T., M.Si (dosen Indonesia Banking School), dan Egi Andriadi (Owner Markit Indonesia).

Acara tersebut akan diadakan pada Sabtu, 03 November 2018 mulai pukul 14.00 – 16.00 WIB di Auditorium Indonesia Banking School. Jl. Kemang Raya No. 35, Jakarta Selatan. Acara ini gratis tapi tempat terbatas, bagi yang berminat silakan mendaftar melalui tautan http://bit.ly/mtdigitalk9.

Digital Marketing for Financial Industry

Disclosure: DailySocial adalah media partner MailTarget DigiTalk

Riset Qiscus: Tren Penggunaan Aplikasi Chatting Terus Meningkat, Bisnis Perlu Menyesuaikan

Qiscus adalah startup pengembang teknologi real-time communication (RTC) untuk membantu perusahaan mengembangkan dan mengelola chatbot. Mereka baru saja merilis sebuah laporan riset menyoroti tren penggunaan chat di pangsa pasar Asia Tenggara. Menurut Co-Founder & CEO Qiscus Delta Purna Widyangga, laporan ini dilakukan untuk menyoroti pasar yang semakin mobile-sentris. Konsumen menghabiskan banyak waktunya untuk chatting ataupun bermedia sosial.

Dalam laporan yang bertajuk “Meeting Southeast Asian Consumers’ Expectations with Chats and Calls” disebutkan beberapa tren. Pertama soal penggunaan internet konsumen di Asia Tenggara, masih didominasi media sosial dan aplikasi chatting. Pengguna internet di Indonesia menginstal sampai 4 aplikasi chatting di ponselnya. Tren penggunaan aplikasi messaging di kawasan ini pun terus meningkat dari waktu ke waktu.

Tren Pengguna Aplikasi Chatting
Tren peningkatan penggunaan aplikasi pesan dan media sosial / Qiscus

Dalam tren global, aplikasi messaging seperti Whatsapp menempati urutan tiga teratas dengan pengguna terbanyak setelah aplikasi media sosial seperti Facebook dan YouTube. Dari yang semula mengandalkan telepon, pesan singkat, dan email, kini preferensi pengguna internet pun beralih ke media chatting untuk berkomunikasi, bahkan bertransaksi dengan sesama pengguna internet lainnya.

“Fenomena ini kemudian melahirkan sebuah gaya hidup baru, yakni digital dan on-the-go,” ungkap Delta. Ia menjelaskan gaya hidup tersebut mendorong keinginan untuk serba cepat dengan akses yang mudah terhadap berbagai kebutuhan mereka.

Perubahan gaya hidup baru yang sebagian besar diadopsi oleh milenial sebagai pengguna internet paling dominan melahirkan sebuah ekspektasi baru. Hal tersebut mau tidak mau harus dipenuhi oleh bisnis agar tetap dapat meraih ceruk pasarnya. Konsumen menginginkan layanan dapat diperoleh secara digital secara instan. Sehingga implementasi fitur yang memudahkan akses konsumen terhadap produk menjadi suatu hal yang mutlak harus dilakukan.

Ekspektasi Konsumen Milenial
Ekspektasi konsumen milenial terhadap layanan dan produk masa kini/ Qiscus

Dari tren yang ada, ke depannya Qiscus memprediksi adopsi teknologi komunikasi real-time berupa chat akan semakin luas dan tidak terbatas pada layanan yang sudah ada seperti e-commerce ataupun bisnis on-demand, namun juga pada produk-produk baru yang kini terus dikembangkan oleh bisnis di Asia Tenggara.

“Disrupsi digital ini bahkan membuat perusahaan yang sangat konvensional sekalipun mulai mengadopsi tren terbaru agar tidak kehilangan pasar,” ungkap Delta.

Perubahan interaksi di kalangan pengguna internet di Asia Tenggara mampu merevolusi berbagai bisnis yang selama ini dianggap telah mapan. Di laporan dicontohkan studi kasus startup healthtech Halodoc. Mereka menemukan tantangan bahwa layanan akses kesehatan yang tidak merata menjadi salah satu masalah di Indonesia. Dengan menggunakan teknologi chat, kini masyarakat dapat mengakses dokter yang berkualitas cukup melalui ponselnya tanpa harus datang ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.

“Sebagai bentuk komunikasi yang paling diminati oleh konsumen di Asia Tenggara pada saat ini, chat menjadi salah satu fitur yang harus dipertimbangkan oleh bisnis untuk melakukan pembaruan dalam produk ataupun layanan mereka,” tutup Delta.

BLOCK71 is Now Available in Bandung and Yogyakarta (UPDATED)

Today (10/25), BLOCK71 officially launched its expansion to Bandung and Yogyakarta. The mission is similar, to support ecosystem development of local startups. As known before, BLOCK71 is an initiative from NUS Enterprise – National University of Singapore’s entrepreneurial division – with Salim Group.

In Yogyakarta, BLOCK71 is located on Jalan Prof. Dr. Herman Yohanes No.1212, Terban. In Bandung, BLOCK71 building is located in Jalan H. Juanda No. 108, Labak Gede.

In his speech, Mohamed Salim as representation from Salim Group said the company will fully support BLOCK71 activities. He expects the entrepreneur space can encourage idea exchanges and collaborations, particularly the current BLOCK71 network in Singapore, San Fransisco, Souzhou, Jakarta, Bandung, and Yogyakarta.

Salim also mentioned, Yogyakarta and Bandung are selected for a reason. Both are considered as sources of creative minds to steer the startup industry. Buildings are also selected because of its strategic locations near campuses.

Tang Eng Chye, NUS Enterprise’s President said in his speech that this expansion goes along the development and local entrepreneurial spirit. Collectively, BLOCK71 Singapore and Indonesia will facilitate information exchange for stronger connectivity and encourage startup ecosystem development.

Take a role as local startups’ ecosystem builder

Startup players in Bandung and Yogyakarta can use incubation and other entrepreneurial initiatives. There will be many scheduled activities, such as business competition, conference, idea validation, and networking. BLOCK71 members in both cities will soon be given access to connect with members from other locations, aiming to open access to the International market.

Aside from particular collaboration with startups, BLOCK71 in Yogyakarta and Bandung will establish a strategic partnership with campuses in the relevant areas. It’s to create an opportunity for collaboration between students and businessman. This strategy is considered effective, because of one issue often encountered by players regarding the competent human resource.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Selain Pameran, Indocomtech 2018 Akan Gelar Talkshow Bahas Tren Teknologi Terkini

Pameran teknologi Indocomtech 2018 akan kembali hadir. Tepatnya pada 31 Oktober – 4 November 2018 nanti bertempat di Jakarta Convention Center. Pagelaran ini menjadi pameran yang ke-26, diinisiasi oleh APKOMINDO Indonesia dan Traya Events. Tahun ini tema yang diangkat adalah “Technology for Everyone”.

Tema tersebut merepresentasikan gaya hidup masyarakat di era sekarang dalam memanfaatkan peranti berteknologi modern. Untuk memberikan edukasi ke publik mengenai perkembangan teknologi, akan digelar sejumlah program talkshow. Beberapa talkshow yang akan berlangsung di panggung utama antara lain bertema “Peran Teknologi di Era Digital pada Industri Musik dan Showbiz”, “Profitability vs Growth”, hingga “Blockchain is the Future”.

“Pengunjung Indocomtech 2018 tak hanya menikmati pameran produk gawai dan solusi teknologi terkini namun juga bisa menimba ilmu melalui serangkaian talkshow yang membahas tema-tema terkait teknologi masa depan,” tutur Bambang Setiawan, Presiden Direktur Traya Events.

Lebih lanjut, Bambang juga menyebutkan selama gelaran Indocomtech 2018 juga akan berlangsung Southeast Asia Blockchain Summit 2018 yang mengangkat tema Internet 4.0: The Age of Blockchain. Sejumlah narasumber dari dalam dan luar negeri akan menjadi pembicara di acara yang digelar setiap hari di panggung utama Indocomtech 2018.

Selain talkshow, pengunjung juga dapat melihat lebih dekat dan merasakan secara langsung inovasi-inovasi teknologi yang telah dihasilkan oleh generasi muda Indonesia di dalam acara Technology Showcasing. Salah satu yang ditampilkan di acara ini adalah robot karya anak bangsa dari Universitas Budi Luhur.

Indocomtech 2018 juga menghadirkan tren-tren teknologi yang diprediksi akan berkembang di tahun 2019 di antaranya  AI (Artificial Intelligence), VR (Virtual Reality), AR (Augmented Reality), IoT (Internet of Things), process automation, dan Blockchain. Setidaknya 250 perusahaan teknologi yang terbagi dalam 9 kategori berbeda (Accessories, Audio, Camera, Gaming, Laptop & PC, Smart Home, Smartphone, Wearable device) akan hadir di Indocomtech 2018.

Pameran  akan diikuti oleh 250 eksibitor dari bidang telekomunikasi, komputer, software, games, smartphone, produk elektronik, serta aksesoris yang ada di Indonesia. Pameran selama lima hari ini menetapkan harga tiket masuk sebesar Rp20.000 per orang untuk hari Rabu & Kamis, sedangkan pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu, pengunjung dapat membeli tiket masuk seharga Rp30.000 per orang.

Informasi lebih lanjut, kunjungi situs resminya: www.indocomtech.net.

Disclosure: DailySocial adalah media partner Indocomtech 2018

IDPRO Sayangkan Adanya Indikasi Tekanan Luar untuk Revisi PP 82/2012

Indonesia Data Center Provider Organizaton (IDPRO) kembali menyampaikan keberatannya terkait dengan rencana revisi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Kali ini protes yang dilayangkan dengan dalih pemerintah mendapatkan tekanan dari pihak luar, dalam hal ini Amerika Serikat.

Pernyataan IDPRO tersebut didasarkan pada kalimat yang disampaikan Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, bahwa revisi PP 82/2012 salah satunya dikarenakan adanya hasil evaluasi AS mengenai kelayakan Indonesia sebagai penerima Generalized System of Preference (GSP). GSP sendiri adalah kebijakan unilateral AS untuk membantu perekonomian dalam wujud pemotongan bea impor.

Menurut ketua umum IDPRO, Kalamullah Ramli seperti dikutip dalam Indotelko, hal tersebut harusnya menggugah rasa kebangsaan. Cara pemerintah tidak menginspirasi dan tidak menampakkan kepercayaan diri. Data adalah komoditas penting yang harus dilindungi dengan kebijakan. Ramli juga menyinggung harusnya regulasi di Indonesia dapat berdiri tegak layaknya berbagai aturan yang ada di negara lain, seperti di India misalnya.

Mengenai hal ini, kami mencoba meminta konfirmasi humas Kemenkominfo, mereka mengungkapkan bahwa revisi PP 82/2018 tidak ada hubungannya dengan GSP. Pasalnya rencana revisi ini sudah diinisiasi sejak tahun 2016 lalu. Dalam kesempatan lain Menkominfo Rudiantara juga sudah menegaskan, bahwa revisi tersebut murni dilakukan untuk membantu bisnis digital berkembang, tidak ada urusannya dengan negosiasi pihak luar — misalnya rencana AWS ke Indonesia dengan investasi besar.

Sebelumnya kami juga telah meninjau terkait revisi PP 82/2012 ini. Dalam tinjauan tersebut, kami juga menganalisis penggunaan sistem server startup ternama di Indonesia. Sebagian besar memang memanfaatkan layanan dari penyedia asing. Kendati juga ada yang menggunakan layanan lokal.

BLOCK71 Kini Hadir di Bandung dan Yogyakarta (UPDATED)

BLOCK71 hari ini (25/10) meresmikan ekspansinya ke Bandung dan Yogyakarta. Misinya masih sama, yakni untuk mendorong perkembangan ekosistem startup lokal. Seperti diketahui sebelumnya, BLOCK71 merupakan inisiatif dari NUS Enterprise –divisi kewirausahaan National University of Singapore—bersama dengan Salim Group.

Di Yogyakarta, BLOCK71 terletak di Jalan Prof. Dr. Herman Yohanes No. 1212, Terban. Sementara di Bandung, gedung BLOCK71 terletak di Jalan H. Juanda No. 108, Labak Gede.

Dalam sambutannya, perwakilan dari Salim Group, Mohamed Salim, mengatakan bahwa perusahaan mendukung penuh aktivitas yang dilakukan oleh BLOCK71. Ia berharap, adanya wadah kewirausahaan ini mendorong ide kolaborasi dan pertukaran ide, terlebih jaringan BLOCK71 saat ini sudah ada di Singapura, San Francisco, Souzhou, Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.

Mohamed juga menyebutkan, dipilihnya Yogyakarta dan Bandung bukan tanpa alasan. Kedua kota ini dinilai menjadi sumber bibit kreatif yang dapat menggerakkan industri startup. Pemilihan gedung pun didasarkan pada lokasi strategis yang dekat dengan kampus di masing-masing kota.

Tang Eng Chye selaku Presiden NUS Enterprise dalam sambutannya mengatakan bahwa ekspansi ini sejalan dengan pertumbuhan dan semangat kewirausahaan lokal. Secara kolektif BLOCK71 Singapura dan Indonesia akan memfasilitasi pertukaran informasi untuk memperkuat konektivitas dan mendorong pertumbuhan ekosistem startup.

Seremoni peresmian BLOCK71 Yogyakarta / BLOCK71
Seremoni peresmian BLOCK71 Yogyakarta / BLOCK71

Berperan sebagai ecosystem builder startup lokal

Pelaku startup di Bandung dan Yogyakarta bisa memanfaatkan dukungan inkubasi dan inisiatif kewirausahaan lainnya. Akan ada banyak aktivitas yang diagendakan, seperti kompetisi bisnis, konferensi, validasi ide, hingga networking. Anggota BLOCK71 di kedua kota nantinya juga diberikan akses untuk terhubung dengan BLOCK71 lainnya, dengan tujuan membuka akses ke pasar internasional.

Selain kolaborasi khusus dengan startup, BLOCK71 di Yogyakarta dan Bandung juga akan menjalin hubungan strategis dengan kampus-kampus di wilayah terkait. Hal ini untuk membuka peluang kolaborasi antara mahasiswa dan pengusaha. Strategi ini dinilai efektif, karena salah satu isu yang sering dijumpai oleh pelaku usaha adalah soal pemenuhan sumber daya manusia yang kompeten.

OnlinePajak Secures Series B Funding, Worth of 379 Billion Rupiah

OnlinePajak just announced Series B funding worth of $25 million (around 379.6 billion Rupiah). It was led by Warburg Pincus supported by Global Innovation Fund (GIF) and Endeavor Catalyst. The previous investors, Alpha JWC Ventures, Sequoia India, and Primedge have also participated in this round.

Charles Guinot, OnlinePajak‘s Founder & CEO, said that this funding was a validation of the current business model. Funding will be used for tax compliance revolution with blockchain and artificial intelligence-based technology.

“We plan to accelerate our ability expansion to always help taxpayers. We will transform the easy business in this country by helping companies to prove their productivity, and to support the Directorate General of Taxes to manage state’s taxation,” he added.

Founded in 2015, OnlinePajak displays a web-based integrated app to be used by taxpayers to calculate, deposit, and tax report. It’s intended for personal or institutional use. Previously, OnlinePajak has received Series A funding at the end of 2017 led by Alpha JWC Ventures.

“We believe OnlinePajak has a great potential to grow, not only in helping Indonesia’s business industry to have the more efficient operation but also having an important role for realizing the vision of Indonesian government to expand state tax base,” Warburg Pincus’ Head of Southeast Asia, Jeffrey Perlman, said.

OnlinePajak became the first tax startup which already implemented blockchain technology. Since the launching in 2015, OnlinePajak has been trusted by more than 900,000 users.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bekraf Akan Selenggarakan Forum Komunitas Blockchain Terbesar di Indonesia

Melihat inisiatif pengembangan blockchain yang semakin meningkat di Indonesia membuat Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) ingin turut serta memberikan wadah pembelajaran bagi para penggiat di Indonesia. Untuk itu Bekraf akan segera menyelenggarakan Bekraf Blockchain Forum 2018. Acara ini akan diselenggarakan pada 30 – 31 Oktober 2018, bertempat di Balai Kartini Jakarta.

Acara akan terbagi menjadi dua agenda utama. Di hari pertama akan difokuskan untuk acara diskusi panel, pameran, dan pertemuan komunitas. Sementara di hari kedua akan banyak sesi workshop mengenai platform blockchain. Forum ini terbuka untuk umum, menargetkan berbagai kalangan, mulai dari profesional, pengembang, pebisnis, hingga pelaku industri kreatif.

Untuk merealisasikan acara ini, Bekraf bekerja sama dengan Indonesia Blockchain Network dan Asosiasi Blockchain Indonesia.

Blockchain merupakan teknologi basis data terdistribusi yang tidak dapat diubah. Setiap data dari blockchain ini saling terhubung. Jika terjadi perubahan di salah satu blok data, maka akan berpengaruh terhadap data yang lainnya. Aplikasi teknologi blockchain dapat digunakan dalam berbagai sektor antara lain:

  • Immutability of Records: Art Register, Public Sector Records, Health Records, Media.
  • Smart Contracts: Supply Chain, Legal, Leasing, Insurance, Internet of Things.
  • Disintermediation of Trust: Fintech, Crowdfunding, Forex, Asset Digital, Payments.

Blockchain telah berkembang di komunitas pengguna ekonomi digital dan saat ini menjadi topik hangat di bidang teknologi informasi. Acara Bekraf Blockchain Forum 2018 diklaim akan menjadi pagelaran blockchain terbesar tahun ini. Lebih dari 500 orang dari berbagai kalangan diprediksikan akan hadir.

Forum ini dapat diikuti secara gratis, jika tertarik hadir silakan mendaftarkan diri melalui tautan berikut ini https://bekrafibn2018.idblockchain.network.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Bekraf Blockchain Forum 2018

Sektor Digital Membawa Optimisme Perkembangan Ekonomi Indonesia

Di sela-sela pertemuan IMF-WB Annual Meeting beberapa waktu lalu di Bali, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan banyak hal seputar hasil diskusi di forum. Salah satunya tentang bagaimana teknologi digital berperan dalam perkembangan ekonomi Indonesia, sekaligus mendisrupsi berbagai bidang. Ia mencontohkan, bagaimana usaha rumahan atau UMKM kini dapat menjangkau pasar di seluruh Indonesia berkat platform seperti Bukalapak atau Tokopedia. Dengan dukungan finansial dan teknologi yang kuat sebagai platform, para unicorn memberikan solusi yang sangat riil.

Pendapat tersebut makin memantapkan Menkominfo Rudiantara, melalui lembaganya ia ingin mendukung perkembangan startup digital secara lebih optimal. Salah satunya melalui Nexticorn, sebuah forum mempertemukan pelaku startup dengan calon investor potensial dari dalam dan luar negeri. Dengan demikian regulator sepakat untuk mengarahkan regulasi yang memperlancar akselerasi pertumbuhan industri digital di tanah air, khususnya yang menggarap sektor riil seperti perdagangan, keuangan, pendidikan, dan lain sebagainya.

Kendati demikian, mereka juga sadar betul bahwa hadirnya teknologi juga memberikan implikasi buruk. Salah satu yang disampaikan berkaitan dengan kemungkinan hilangnya banyak lapangan pekerjaan. Misalnya, jika nanti beli barang di toko sudah menggunakan konsep “New Retail” dengan pengalaman yang seamless digital, maka pekerja seperti kasir sudah tidak diperlukan lagi. Terlebih saat berbicara tentang implementasi tingkat lanjut dari teknologi seperti Artificial Intelligence dan Internet of Things.

Tidak hanya regulator saja, namun para pemain di industri digital cukup optimis. Hal ini seperti yang disampaikan Teddy Oetomo (CSO Bukalapak) saat menjawab pertanyaan tentang Indonesia di masa depan. Ia meyakini bahwa akan banyak hal yang mengejutkan terkait growth di industri, khususnya berkaitan dengan inklusi ekonomi dari sektor digital. Aldi Haryopratomo (CEO GO-PAY & Founder Mapan) turut menyampaikan hal serupa. Ia mengatakan kolaborasi yang ada saat ini, baik antar startup, regulator, hingga investor akan menjadi awal yang baik dalam membentuk kematangan ekonomi digital di Indonesia.

“Pemikiran founder sekarang sudah bagus. Melahirkan startup bukan semata-mata untuk menjadi unicorn, tapi fokus untuk terus berinovasi menghasilkan pemecahan masalah,” ujar Teddy sesi panel pembuka di Nexticorn 2018.

Nexticorn 2018
Sesi panel yang menyuguhkan perspektif dari para startup unicorn Indonesia / DailySocial

Sukarela Batunanggar, Komisioner OJK, di sesi panel lain mengungkapkan. Startup tidak lagi selalu “lemah” ketika berhadapan dengan regulasi. Karena startup digital itu memiliki model bisnis yang unik, dengan mengadopsi strategi yang tangkas dan fleksibel. Hal tersebut dinilai membuat akhir-akhir ini otoritasnya memang mengeluarkan cukup bayak izin untuk fintech, kendati dengan persyaratan yang cukup ketat.

Lantas bagaimana dengan kesiapan persaingan global

Boleh saja kita optimis melihat perkembangan yang ada, namun yang harus dipastikan kita tidak boleh lengkah terhadap persaingan global. Terlebih di era teknologi nantinya sekat-sekat pembatas tersebut akan semakin samar, inovasi tidak hanya bisa mendisrupsi negara asalnya, melainkan bisa juga ke berbagai belahan dunia. Melihat tren teknologi yang berkembang, hampir setiap pelaku di sektor teknologi sepakat, bahwa AI akan mendominasi ke depannya. Banyak transformasi yang akan disebabkan dari aplikasi berbasis AI. Lantas pertanyaannya, sesiap apa Indonesia menghadapi era tersebut?

Dalam sebuah data yang diterbitkan World Economic Forum, disajikan tentang peringkat negara dengan kemampuan AI tertinggi. Amerika, Tiongkok, dan India berada di peringkat teratas. Sayangnya Indonesia belum masuk peringkat besar yang digambarkan. Talenta menjadi penting, pasalnya akan mendorong perkembangan di negara terkait. Lalu untuk meningkatkannya perlu sinergi yang baik antara berbagai pihak, tidak hanya industri saja, melainkan perlu peran dominan dari regulator hingga sektor akademik.

Peringkat AI
Peringkat negara dengan kemampuan AI / WEF

Sehingga sampai sini dapat diambil sebuah kesimpulan. Perkembangan digital yang ada boleh jadi membuat kita sangat optimis menyambut kemajuan – menggenggam visi menjadi digital energy of Asia – melihat ke luar untuk menilik seberapa jauh negara lain sudah berkembang juga diperlukan. Tujuannya agar dapat belajar, mengidentifikasi kekurangan, dan mempersiapkan diri, agar populasi masyarakat digital yang besar tidak hanya menjadi pangsa pasar produk luar negeri.