SIRCLO Dikabarkan Galang Pendanaan Seri C

Startup pengembang solusi e-commerce enabler SIRCLO dikabarkan tengah menggalang pendanaan baru dalam putaran seri C. Menurut data VentureCap Insight, saat ini Vertex Ventures telah berpartisipasi ke dalam putaran tersebut dengan menggelontorkan dana Rp10,4 juta atau setara 156,7 miliar Rupiah.

Ketika dihubungi, pihak SIRCLO menolak untuk berkomentar mengenai pendanaan baru ini.

Sebelumnya SIRCLO telah menerima pendanaan seri B dalam beberapa putaran diikuti oleh sejumlah investor termasuk East Ventures, OCBC NISP Ventura, Skystar Capital, Traveloka, dan beberapa lainnya. Nilai yang diumumkan mencapai 512 miliar Rupiah dengan fokus utama meningkatkan kapabilitas teknologi serta mengakselerasi digitalisasi ritel bagi berbagai usaha di Indonesia.

Perusahaan tengah mengejar target profitabilitas dan pertumbuhan jangka panjang, termasuk dilakukan dengan cara efisiensi operasional. Menjelang akhir tahun 2022 lalu, SIRCLO secara resmi mengumumkan pengurangan 8% dari total karyawan yang dimiliki.

Di sisi lain, seluruh unit bisnis yang ada juga terus dioptimalkan dengan menitikberatkan pengembangan lini bisnis e-commerce enabler yang melayani klien korporasi. Salah satu realisasinya dilakukan bersama Bio Farma dengan mengembangkan platform marketplace B2B terpadu bernama “Medbiz“.

Namun demikian fokusnya ke UMKM juga masih akan tetap ditajamkan melalui solusi terpadu yang dimiliki. Saat ini SIRCLO memiliki 4 lini layanan utama, mulai dari SIRCLO Store, Swift, SRICLO Commerce, dan ICUBE.

Menurut data yang disampaikan di situs mereka, saat ini telah melayani sekitar 150 ribu brand dan menjangkau lebih dari 25 juta konsumen melalui 80 lebih titik distribusi. Solusinya kini juga diperluas berkat akuisisinya atas Orami dan Warung Pintar, salah satunya dengan masuk ke model bisnis social commerce.

Bisnis e-commerce enabler memang masih mendapatkan momentum seiring dengan pertumbuhan pesat e-commerce di Indonesia yang diproyeksi akan menciptakan nilai ekonomi $95 miliar di tahun 2025 nanti. Sejumlah pemain pun turut kencangkan ikat kepala untuk memenangkan momentum pasar. Salah satunya Shipper yang belum lama ini memperkenalkan Aloshop untuk melengkapi solusi bagi UMKM. Sebelumnya fokus Shipper adalah sebagai agregator layanan logistik.

Bulan Mei 2023 ini Power Commerce Asia juga baru mengantongi pendanaan pra-seri B, dengan salah satu fokus utamanya untuk mengoptimalkan layanan PowerBiz sebagai one-stop technology platform yang mampu memenuhi kebutuhan bisnis omnichannel, B2B, B2C, dan manajemen distribusi rantai pasok.

Peta persaingan bisnis e-commerce enabler memang sudah mulai ramai sejak lima tahun lalu, saat kanal digital menjadi rujukan utama banyak peritel untuk menjual produk mereka. Tak heran jika para pemain yang ada terus berusaha meningkatkan kapabilitas dan perluasan layanan untuk menghadirkan proposisi nilai yang lebih meyakinkan bagi para pengguna.

Application Information Will Show Up Here

eFishery Jadi Startup Unicorn ke-15 Indonesia, Dikabarkan Raih Pendanaan Seri D 1,6 Triliun Rupiah

eFishery dikabarkan mendapatkan pendanaan baru di putaran seri D dengan nilai $108 juta (lebih dari Rp1,6 triliun) yang melontarkan perusahaan ke jajaran unicorn. Pertama kali dikabarkan DealStreetAsia, investor asal Abu Dhabi yakni G42 Global Expansion Fund memimpin putaran pendanaan, diikuti Softbank Vision Fund II dan Northstar Group. Sebelumnya rumor tersebut sudah beredar sejak awal Maret 2023 ini.

Menurut data yang kami peroleh dari Venture Cap, saat ini eFisehery telah menghimpun dana pihak ketiga senilai lebih dari $220 juta dengan valuasi terakhir lebih dari $1,3 miliar — menjadikan mereka sebagai startup unicorn ke-15 di Indonesia. Ini sekaligus menjadi uncorn pertama untuk lanskap aquatech.

Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi industri perikanan yang besar, yang mendorong sejumlah startup berusaha mendemokratisasi dan berinovasi di segmen ini. Selain eFishery sejumlah startup aquatech lain di Indonesia termasuk Fishlog, JALA, DELOS, dan FisTx. Mereka juga telah mendapatkan dukungan pendanaan dari pemodal untuk melancarkan penetrasi bisnisnya di industri perikanan/pertambakan di tanah air.

Startup Unicorn Indonesia 2023
Startup Unicorn Indonesia 2023

Startup yang didirikan oleh Gibran Huzaifah, Muhammad Ihsan Akhirulsyah, dan Chrisna Aditya pada 2013 ini telah bertransformasi menjadi layanan menyeluruh untuk industri perikanan. Mereka menyediakan solusi dari hulu ke hilir, mulai membantu pembudidaya ikan dan udang meningkatkan efektivitas tambak yang dimiliki, memasarkannya, hingga menghubungkan ke pelanggan akhir.

Selain memperkuat pangsa pasarnya di Indonesia, eFishery memang mulai melirik pasar luar negeri. Awal tahun 2022 lalu saat  mengumumkan pendanaan seri C senilai $90 juta, mereka mengatakan target untuk melakukan ekspansi ke 10 negara akuakultur teratas, seperti India dan Tiongkok. Guna mendukung pertumbuhan ini, eFishery telah memiliki lebih dari 800 karyawan untuk mendukung semua lini bisnisnya.

Sejumlah institusi keuangan juga memberikan dukungan berupa kredit untuk memberdayakan layanan pembiayaan produktif di layanan eFisheryKu. Terbaru, Bank OCBC NISP menggelontorkan dana Rp250 miliar, menyusul Bank DBS Indonesia yang juga memberikan fasilitas serupa bernilai $500 miliar.

Simak juga bincang-bincang kami dengan CEO eFishery dalam sesi DSCussion:

Application Information Will Show Up Here

Laporan DSInnovate: Perkembangan dan Transformasi Digital di UMKM Indonesia 2022

DSInnovate baru merilis “MSME Empowerment Report 2022” yang bertujuan untuk memberikan gambaran komprehensif tentang perkembangan UMKM di Indonesia, termasuk upaya mereka dalam melakukan transformasi digital. Laporan ini sangat relevan untuk pengusaha UMKM yang ingin meningkatkan bisnis melalui penggunaan teknologi digital dan stakeholder terkait yang memiliki misi memajukan UMKM Indonesia.

Dalam penyusunan laporan ini, peneliti melakukan survei terhadap 1500 pelaku UMKM di berbagai kota di Indonesia untuk mendalami tantangan dan kesempatan transformasi digital dalam mengakselerasi bisnis mereka. Selain itu, juga dilakukan studi kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam kepada stakeholder di industri ini, termasuk pemerintah dan penyedia layanan teknologi untuk UMKM.

Laporan ini terdiri dari 4 bagian utama. Bagian pertama berisi gambaran lanskap UMKM di Indonesia, termasuk seberapa besar kontribusi mereka terhadap perekonomian nasional dan sektor-sektor yang dominan di mana UMKM beroperasi. Bagian kedua membahas kesempatan dan tantangan transformasi digital di UMKM Indonesia.

Bagian ketiga adalah tingkat adopsi digital di kalangan UMKM Indonesia, termasuk teknologi digital apa saja yang telah digunakan oleh UMKM dan hambatan apa saja yang dihadapi dalam memperkenalkan teknologi baru. Bagian keempat membahas perspektif pengembang layanan teknologi terkait transformasi digital untuk UMKM, termasuk rekomendasi dan saran untuk pengusaha UMKM yang ingin memulai atau memperluas penggunaan teknologi digital dalam bisnis mereka.

Terdapat sejumlah temuan menarik dalam laporan, salah satunya terkait tantangan utama yang dihadapi oleh UMKM di Indonesia dalam mengoperasikan bisnis mereka. Sebanyak 70,2% dari responden survei mengaku kesulitan dalam melakukan pemasaran produk; sementara 51,2% merasa kesulitan dalam mendapatkan dukungan modal; dan 46,3% kesulitan dalam menemukan pemasok bahan baku yang efisien.

Kesulitan tersebut ternyata juga ditangkap baik oleh inovator teknologi dengan menghadirkan berbagai layanan unik untuk membantu pengusaha mengatasi masalah tersebut. Di sisi pemasaran produk, pengembang platform digital enabler berusaha memudahkan di sisi pemasaran digital; sementara di sisi permodalan layanan fintech lending untuk UMKM juga semakin banyak dan beragam model bisnisnya; dan untuk pemenuhan bahan baku, model B2B commerce juga mulai berkembang beberapa waktu terakhir.

Adanya perpaduan perspektif dari pelaku UMKM dan pengemang teknologi di laporan ini diharapkan bisa memberikan sebuah gambaran yang menyuguhkan “konektivitas” sebagai upaya untuk mempersempit gap yang ada.

Selain itu terdapat sejumlah temuan lainnya, termasuk tingkat awareness penggunaan teknologi oleh pelaku UMKM, layanan teknologi populer yang digunakan, hingga strategi utilisasi platform digital populer seperti media sosial untuk mendongkrak bisnis UMKM.

Selengkapnya unduh laporan tersebut melalui tautan berikut ini: MSME Empowerment Report 2022.

Disclosure: TikTok mendukung pengembangan dan penerbitan laporan ini

Induk Kredivo Umumkan Pendanaan Seri D Rp4 Triliun, Dipimpin Mizuho Bank

Kredivo Holdings (rebranding dari FinAccel) mengumumkan pendanaan seri D senilai $270 juta atau setara Rp4 triliun. Putaran ini dipimpin Mizuho Bank Ltd., anak perusahaan dari Mizuho Financial Group Inc. dari Jepang – turut disampaikan, perusahaan berpartisipasi $125 juta dalam putaran seri ini.

Selain itu investor terdahulu Kredivo juga terlibat, seperti Square Peg Capital, Jungle Ventures, Naver Financial Corporation, GMO Venture Partners, dan Openscape Ventures.

Evercore, perusahaan penasihat perbankan investasi independen global terkemuka, bertindak sebagai penasihat keuangan eksklusif dalam transaksi ekuitas seri D ini, dan Cooley LLP bertindak sebagai penasihat hukum.

Sebelumnya rumor mengenai pendanaan ini sempat santer diperbincangkan pada akhir tahun 2022 lalu.

Kendati memiliki kantor induk berbasis di Singapura, produk utama Kredivo Holdings dipasarkan untuk pengguna utama di Indonesia. Layanan utama mereka adalah platform paylater Kredivo, yang kini telah terintegrasi ke 1000+ ritel online dan offline di Indonesia. Perusahaan juga mengoperasikan KrediFazz, layanan fintech lending konsumer yang telah mendistribusikan sekitar dana Rp37 triliun ke lebih dari 4,8 juta pengguna.

Kini mereka juga mengoperasikan bisnis bank digital melalui merek Krom Bank Indonesia, ini merupakan tindak lanjut dari akuisisi perusahaan atas saham mayoritas Bank Bisnis Internasional.

“Kredivo memiliki rekam jejak yang luar biasa di Asia Tenggara, memanfaatkan kemitraan data yang mendalam untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia dan Asia Tenggara, sekaligus mempertahankan metrik risiko setara bank dan membangun model bisnis yang efisien secara modal,” sambut Group Executive Officer Deputy Head of Retail & Business Banking Company of Mizuho, Daisuke Horiuchi.

Target setelah pendanaan

Lewat suntikan dana ini, Kredivo ingin melakukan perluasan ekosistem layanan keuangan melalui paylater, pinjaman tunai, kartu fisik dan virtual, serta mendukung peluncuran neobank, Krom.

CEO Kredivo Holdings Akshay Garg mengatakan, “Ekspansi ke perbankan digital yang akan datang sangat sinergis dengan produk Kredivo yang ada dan juga membuka peluang yang sangat menjanjikan bagi kami untuk menjadi platform layanan keuangan digital pilihan bagi puluhan juta konsumen di Asia Tenggara. Oleh karena itu, kami sangat senang Mizuho bergabung sebagai investor dan mitra strategis kami yang berharga.”

Di segmen paylater, Kredivo berhadapan dengan sejumlah pemain di Indonesia. Salah satu yang terbesar – yang juga sudah berstatus unicorn seperti Kredivo–adalah Akulaku. Tahun lalu Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. (MUFG) memberikan investasi sebesar $200 juta. Ini merupakan investasi strategis kedua yang diterima oleh Akulaku pada tahun tersebut. Sebelumnya, mereka memperoleh pendanaan sebesar $100 juta dari Siam Commercial Bank (SCB) pada awal 2022.

Sejumlah pemain paylater di Indonesia / DSInnovate (2021)
Sejumlah pemain paylater di Indonesia / DSInnovate (2021)

Sementara di segmen neobank, bisnis ini masih terus bertumbuh diisi oleh inovasi dari perusahaan digital. Terbaru ada superbank yang diinisiasi Grab, EMTEK, dan Singtel. Astra dan WeLab juga tengah menuju ke sana setelah mengakuisisi mayoritas saham Bank Jasa Jakarta.

Kendati demikian, sejak 2021 sebenarnya ekosistem bank digital mulai terbentuk di Indonesia dengan hadirnya puluhan produk menyasar segmen yang sama. Ini termasuk inovasi yang dilahirkan dari perusahaan perbankan itu sendiri.

Peta persaingan bank digital di Indonesia / DSInnovate (2021)
Peta persaingan bank digital di Indonesia / DSInnovate (2021)

Pendanaan ekuitas terbaru Kredivo Holdings jelas menjadi amunisi penting untuk membantu perusahaan menghadirkan proposisi nilai di tengah iklim persaingan industri yang kian ketat. Namun demikian peluangnya memang masih sangat besar.

Pada tahun 2021, penetrasi kartu kredit di Asia Tenggara baru berkisar 9,98% saja. Layanan paylater menjembatani kesenjangan tersebut, memudahkan konsumen mendapatkan fasilitas serupa dengan proses yang lebih mudah dan terdigitalisasi. Sementara layanan bank digital juga menyasar 51% unbanked dan 26% underbanked dari 181 juta masyarakat usia muda di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

GoCement Ambil Langkah Disruptif Efisienkan Bisnis Konstruksi

Menurut riset GlobalData, ukuran pasar bisnis konstruksi di Indonesia telah mencapai $234,6 miliar atau setara Rp3,591 triliun pada tahun 2021 lalu. Diproyeksikan sektor ini akan mendapati average annual growth rate (AAGR) lebih dari 4% dalam periode 2023-2026 mendatang. Pertumbuhan ini berkorelasi langsung dengan sejumlah metriks perekonomian, termasuk PDB nasional yang pada tahun 2022 berhasil tumbuh 5,31%.

Di samping itu, investasi ke bisnis konstruksi juga mengalami peningkatan. Tahun 2018 nilainya telah mencapai $72 miliar, mengindikasikan AAGR 5% sejak tahun 2010. Data BPS juga menyatakan, di tahun 2018 ada lebih dari 131 ribu perusahaan dari berbagai skala (kecil-menengah-besar) yang menggarap bisnis ini di Indonesia. Maka tidak diragukan lagi ini memang industri yang memiliki nilai dan peluang besar.

Namun demikian, industri ini masih dihadapkan pada sejumlah inefisiensi yang berdampak pada produktivitas di sektor ini. Di antara isu-isu yang ada, supply chain yang kurang optimal menjadi salah satu isu mendasar yang punya urgensi lebih untuk diselesaikan. Sebagian besar proses bisnis yang ada juga masih manual, mengandalkan cara kerja perusahaan tradisional yang sudah berkecimpung puluhan tahun.

Menurut data McKinsey, 20% proyek konstruksi selesai lebih lama dan 80% proyek mengalami pembekakan biaya. Dari sana mencuat gagasan, tentang upaya yang dapat membuat sistem kerja yang ada dalam konstruksi menjadi lebih efisien, sehingga berimplikasi pada proyek konstruksi yang lebih baik lagi — salah satunya lewat transformasi digital.

Upaya mendigitalkan sektor konstruksi

Melihat besarnya peluang digitalisasi di sektor konstruksi, Djonny Suwanto bersama dua co-founder lainnya Asanga Abhayawardhana dan Tarun Kakkar menginisiasi GoCement. Misinya menjadi one-stop platform untuk bahan dan alat konstruksi yang lebih murah, sekaligus meningkatkan efisiensi proses penyediaannya. Saat ini platform GoCement berbentuk B2B commerce, menjembatani kebutuhan pemasok dan kontraktor.

Djonny Suwanto bersama co-founder Asanga Abhayawardhana / GoCement

Dalam debutnya, sejumlah investor memberikan dukungan pendanaan, mulai dari BEENEXT, MDI Ventures (melalui dana kelolaan Arise), dan Ideosource. Dan kini perusahaan tengah melanjutkan tahapan pendanaan berikutnya (pra-seri A) melalui dukungan Foundamental, DS/X Ventures, dan sejumlah investor lainnya.

“Konstruksi termasuk sebagai industri yang paling akhir kena disrupsi. Dan saya pikir kami hadir di waktu yang tepat di tahun 2021. Kalau lebih awal 2-3 tahun, mungkin [red: investor dan pasar] belum bisa melihat (model bisnis) ini workable atau acceptable di tanah air,” ujar Djonny.

Di lanskap startup lokal, sejak tahun 2022 juga bermunculan solusi serupa GoCement. Beberapa pemain lain yang hadir termasuk BRIK (didukung pendanaan awal oleh AC Ventures dan sejumlah investor), JuraganMaterial, Proglix (didukung Y Combinator dan sejumlah angel investor), hingga BukaBangunan (unit bisnis dari Bukalapak). Masing-masing tengah menggodok strategi mencapai product-market fit dengan proposisi nilai unik yang dimiliki.

Tidak hanya itu, sejumlah investor lokal juga mengatakan mulai menggarap thesis investasi untuk construction-tech. Salah satunya Mandiri Capital Indonesia yang telah menyiapkan dana kelolaan khusus untuk masuk ke sektor baru tersebut.

Construction-tech ini juga makin tervalidasi dengan sejumlah startup yang menjadi unicorn, termasuk salah satunya Infra.Market dari India yang berhasil melambungkan valuasinya menjadi $2,5 juta setelah putaran seri D mereka di 2021. Bahkan di India, juga ada pemain lainnya yang sudah menjadi unicorn yakni Moglix dan Ofbusiness.

Hadir dengan model vertical marketplace

Djonny menyampaikan, di fase awalnya GoCement menghadirkan layanan vertical marketplace untuk melayani pasar di Jawa Timur. Konsep ini dinilai relevan untuk diaplikasikan di industri konstruksi, karena dalam proses bisnisnya mereka turut melakukan kurasi dan pengelolaan stok barang secara in-house. Di tingkat taktis, GoCement bahkan turut mendirikan infrastruktur (pergudangan, pemenuhan, dan logistik) untuk memastikan ketersediaan dan distribusi yang terjangkau.

“Sekarang ini semua lari dari horizontal marketplace [red: seperti Shopee, Tokopedia dll] menjadi vertical marketplace. Perbedaannya, model ini menyuguhkan kepada pelanggan sistem curated-managed marketplace. Proses seleksi dan kurasi ini menjadi penting bagi kami yang bermain di B2B, untuk memastikan pengalaman pengguna yang lebih baik,” jelas Djonny.

Lebih lanjut dijelaskan mengenai konsep vertical marketplace ini. Djonny bercerita, di awal kemunculan layanan marketplace seperti Tokopedia, kebanyakan merchant di dalamnya bersifat dropshipper — mereka berjualan tanpa harus memiliki stok barang tersebut secara fisik. Jika diaplikasikan ke B2B marketplace, hal seperti itu dinilai bisa menghasilkan user experiences yang buruk. Konsumen bisnis, dalam hal ini pengembang properti, mengemban proyek dengan perencanaan (termasuk biaya, timeline) yang sudah matang.

Proses pengelolaan dan kurasi tersebut memastikan bahwa selain ketepatan, para konsumen bisnis mendapatkan value lain dengan pemesanan secara digital. Value ini bisa berupa apa saja, termasuk salah satunya harga yang lebih terjangkau.

Tampilan aplikasi GoCement di platform Android / GoCement

Melalui situs dan aplikasinya, GoCement memudahkan pengelola proyek untuk berbelanja berbagai kebutuhan konstruksi dan penyewaan berbagai alat pendukung. GoCement juga memastikan kualitas produk yang dijual telah berstandar SNI, ISO, dan lulus uji produk; plus memberikan jaminan transparansi dan stabilitas harga.

Model pengelolaan pengantaran juga dinilai menyelesaikan masalah yang sering dihadapi pekerja bangunan. Seringkali untuk mendapatkan harga bersaing mereka harus membeli bahan tertentu dalam jumlah besar, sayangnya kadang tidak ada tempat untuk menaruh barang tersebut. GoCement bisa memudahkan dengan proses pengantaran yang terjadwal, sesuai kebutuhan di proyek tersebut. Di area operasionalnya juga ada jaminan pengantaran di hari yang sama saat pemesanan terselesaikan.

Memperkenalkan construction tech

Di awal berdiri, Djonny mengaku kesulitan untuk menemukan terminologi tepat untuk menjelaskan bisnisnya, terutama ke investor. “April 2021 saya bingung mau ngomong, kita ini e-commerce kah, marketplace kah […] akhirnya bilang sebagai supply chain dan logistic solution (untuk konstruksi), karena waktu itu last-mile logistic masih hot di industri. Hingga akhirnya bertemu seed investor kami, BEENEXT, yang memberikan pemahaman bahwa construction tech (contech) ini sudah ada di region lain dan banyak yang sudah menjadi unicorn.”

Bagai gayung bersambut, justru sejak dari titik itu minat terhadap model bisnis ini di Indonesia menjadi tinggi. Dan yang paling menarik, sejumlah VC strategis masuk ke jajaran investor GoCement, salah satunya Foundamental. Bagi Djonny, Foundamental menjadi mitra strategis, pasalnya pemodal ventura ini memiliki thesis dan pengalaman khusus di construction tech.

Foundamental juga berinvestasi ke startup contech lain, di antaranya Tül dan Infra.Market. Posisi Tül di pasar Kolombia juga menjadi menarik, startup tersebut berhasil mendapatkan pendanaan lanjutan $181 juta dengan valuasi $800 juta sejak 20 bulan mereka berdiri — menjadikan startup ini menjadi perusahaan teknologi dengan pertumbuhan tercepat di Amerika Latin.

Tül dan Infra.Market memiliki pendekatan yang berbeda. Di sisi segmen konsumen, Infra.Market fokus pada pengembang proyek konstruksi skala besar, sementara Tül fokus ke pemenuhan toko bangunan skala kecil-menengah.

Ini bukan tanpa alasan, kendati nilai pasar industri konstruksi di Amerika Latin bernilai lebih dari $120 miliar, struktur distribusinya masih berpangku pada toko bangunan (setidaknya 50% dari total penyaluran yang ada saat ini). Namun sebagian besar toko tersebut tidak memiliki supply chain yang efisien, karena sebagian dijalankan di level UMKM.

Sementara di India, pasar konstruksi saat ini banyak didorong proyek infrastruktur skala besar dan perumahan. Para kontraktor diharapkan dengan tantangan untuk menghadirkan bahan bangunan secara lebih efisien dan murah.

GoCement hadir dengan pendekatan yang lebih holistik, gabungan model bisnis yang dimiliki Tül dan Infra.Market. Hal ini dikarenakan secara pelayanan GoCemenet lebih menempatkan platformnya sebagai one-stop shop, menjajakan ribuan SKU produk di satu tempat. Divergensi tersebut juga dibungkus untuk melayani klien bisnis, peritel, dan konsumen akhir. Di sisi lain, GoCement turut menyediakan infrastruktur pemenuhan dan sistem operasi pendukungnya.

Model bisnis GoCement

GoCement melihat sejumlah paint points utama yang sering mengganggu kelancaran proyek konstruksi. Mulai dari ketersediaan stok material, pelayanan/pengantaran yang tidak terkontrol, dan sistem pembiayaan yang kurang menguntungkan (termasuk untuk pemilik toko material). Melalui platform yang dimiliki, perusahaan berupaya menyelesaikan masalah tersebut sembari mencoba mengaplikasikan sejumlah model bisnis.

“Hampir semua marketplace akan punya income generation salah satunya dari private label. Kemudian dengan infrastruktur yang dimiliki akan masuk juga ke 3PL & 4PL (logistik). Dan tentunya fintech. Fintech ini akan unlocking all the bottleneck, termasuk di konstruksi, di sini akan memudahkan kontraktor untuk melakukan financing. Terlepas dari itu, kami ada kearifan lokal dan pengalaman yang pernah kami kerjakan di industri ini,” ujar Djonny.

Pembuatan produk private label ini menjadi salah satu yang menarik. Mengingat GoCement punya legacy bisnis dan jaringan yang kuat dari pendirinya, mereka mengklaim memiliki rantai distribusi yang matang untuk bisa menghadirkan sejumlah produk materialnya sendiri. Selain agar menghasilkan net margin yang lebih menguntungkan di sisi bisnis, adanya “cloud manufacturing” yang tersebar di wilayah distribusi bisa membuat pemenuhan stok lebih efisien.

GoCement implementasikan multi-model bisnis, salah satunya dengan menghadirkan produk private label / GoCement

Di sisi transaksi, selain mendapatkan gross margin dari pembelian bahan material melalui B2B commerce yang dimiliki, GoCement juga memberikan layanan sewa berbagai alat konstruksi seperti molen, stamper, vibro, hingga loft cor. Sementara untuk financing, perusahaan juga masih terus memperluas kerja sama dengan sejumlah mitra, termasuk fintech dan perbankan.

“Yang jelas pasarnya sangat besar dan kami saat ini masih di Sidoarjo dan Surabaya, Jawa Timur. Tentunya kami akan segera melakukan ekspansi ke daerah lain seperti Jawa Tengah, namun yang harus dipastikan kami ingin membereskan sisi supply-nya dulu, baru mencari (atau membentuk) demand di pasar baru,” imbuh Djonny.

Sebagai tech-enabler, GoCement memiliki tiga pilar yang akan selalu dipastikan ada untuk menjadi proposisi nilai utama yang diberikan kepada para penggunanya, yakni convenience, reliability, dan fair pricing.

Fair pricing ini selalu kami tekankan. Kami gak pernah mengklaim memiliki harga yang paling murah, karena kita bermain dengan produk bulky item, kebanyakan low value. Jadi fair pricing ini lebih penting, karena semua punya banyak ketergantungan, misalnya karena faktor demand-supply dan lokasi geografi,” jelasnya.

Disrupsi bisnis konstruksi

Sebagai industri yang menymbangkan 11% total GDP nasional (urutan ke-4), konstruksi jelas berperan signifikan dalam perekonomian. Jika didalami, bisnis konstruksi juga punya turunan yang cukup banyak dilihat dari jenis/skala proyek yang dikerjakan. Adapun GoCement saat ini memilih untuk mengambil segmen kecil-menengah, memfasilitasi kebutuhan bahan/alat konstruksi pada proyek-proyek di daerah dengan ukuran yang kecil, namun memiliki kuantitas yang banyak.

“Bisnis konstruksi besar, seperti pembangunan gedung pencakar langit atau proyek strategis nasional, biasanya dilakukan oleh kontraktor kelas besar yang sudah memiliki jaringan dan distribusi yang matang karena berpengalaman puluhan tahun. Kami tidak bermain di sana, GoCement melayani small-medium construction. Yang besar ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk didisrupsi,  sedangkan yang kecil memiliki potensi yang lebih menarik,” ujarnya.

Djonny bercerita, salah satu mitra distribusi perusahaannya adalah Jawa Berkat yang telah melayani pembelian semen Gresik ke sekitar 2 ribu pelanggan. Diakui sulit untuk mendigitalkan perusahaan konstruksi dengan skala tersebut — walau di sisi lain, pihak seperti Semen Indonesia sebenarnya sudah mengembangkan sistem terintegrasi yang memudahkan toko melakukan pemesanan ke distributor. Selama berpuluh-puluh tahun alur supply-chain bisnis konstruksi adalah dari pabrik, ke distributor, ke toko grosir, ke toko kecil, lalu konsumen akhir.

“Jika melihat alur tersebut, adanya GoCement medisrupsi di sisi distribusinya. Namun yang perlu dicatat, tidak serta-merta peran distributor tersebut hilang, melainkan beralih fungsi, salah satunya sebagai stock point. Peran stock point tidak mungkin dihilangkan, apalagi melihat kondisi geografis di Indonesia. Kami melakukan ini dengan mendisrupsi diri kami sendiri (red: Djonny sebelumnya memiliki bisnis konstruksi konvensional),” cerita Djonny.

Sementara salah satu masalah paling mendasar dalam industri konstruksi, khususnya di skala kecil-menengah, berujung pada pembiayaan. “Game di level ini diadukan pada term of payment, ada yang 30 hari, 45 hari, bahkan sampai setengah tahun. Ada kejadian proyek rumah sudah jadi, namun penjual belum mendapatkan pembayaran atas bahan yang dibeli. Di luar itu memang tidak dimungkiri banyak kontraktor yang ‘ngemplang’ dan bayarnya telat.”

“GoCement tetap mengakomodasi ‘kultur’ tersebut, namun dengan memberikan additional value berupa transparansi, misalnya lewat fitur tracking dan jaminan delivery on-time. Dari sini kita mulai memberikan pemahaman tentang pentingnya decentralized procurement untuk konstruksi ini,” jelas Donny.

Dengan model bisnis yang solid dan pertumbuhan bisnis yang konsisten, GoCement telah cukup percaya diri untuk melangkah dan memperlebar sayapnya. Dari perjalanan yang ada, Djonny mengaku bahwa pasar ini masih memerlukan effort edukasi yang besar. Ada perbedaan proses adopsi antara pengguna di kota tier-1, 2, dan 3, yang membuat GoCement harus menyesuaikan kembali strategi untuk menembus tiap area pasar.

Tim GoCement / GoCement

“Di sisi pendanaan, kami masih tetap membuka putaran pra-seri A dengan fokus utama menemukan mitra strategis. Fokus utama perusahaan dalam satu-dua tahun ke depan adalah peningkatan growh dan operasional, penguatan tim, dan pengembangan produk,” tutup Djonny.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: DS/X Ventures (bagian dari DailySocial Group) merupakan salah satu investor GoCement

Startup Fintech Nikel Resmi Diakuisisi

Startup pengembang layanan embedded finance untuk sistem pinjaman Nikel (sebelumnya bernama Impact Credit Solution) dikabarkan telah diakuisisi. Belum diketahui dengan pasti perusahaan mana yang mencaplok bisnis tersebut, namun menurut informasi yang dilaporkan ke regulator Felgo Capital Pte Ltd. menjadi entitas yang melakukan akuisisi. Dari sumber yang kami dapatkan, seluruh investor juga exit bersamaan dengan aksi korporasi ini.

Pada pertengahan tahun 2022 lalu, Nikel baru mengumumkan pendanaan seri A1 mereka. Dana senilai $2,5 juta berhasil dibukukan dari Vectr Fintech, Patamar Capital, Mitra M Venture, Looking Glass Ventures, dan alokasi dana pribadi dari founder. Di putaran sebelumnya, 500 Starups, BCA, Mitra Integra, dan sejumlah investor lain turut berpartisipasi dalam pendanaan.

Akhir 2021 lalu Nikel juga telah menjalin kerja sama strategis dengan BCA, menawarkan pembiayaan yang terjangkau untuk sektor kesehatan Indonesia selama pandemi. Investasi strategis dengan bank BCA memungkinkan mereka untuk memberikan likuiditas yang dibutuhkan di sektor kesehatan, untuk memastikan keluarga-keluarga di Indonesia menerima perawatan dan pasokan medis yang memadai selama pandemi ini.

Sajikan platform embedded finance

Didirikan oleh Reinier Musters (CEO) dan Mackenzie Tan (COO) di Singapura, Nikel resmi masuk ke Indonesia sejak 2021 dengan menunjuk Dewi Wiranti sebagai Country Head. Mereka membawa “Nikel Lend”, layanan API end-to-end yang memungkinkan bank atau fintech memberikan layanan pinjaman langsung ke UMKM dengan menyediakan sistem credit analytics, origination/underwriting, eKYC, eSignature, dan collateral tracking.

Selain itu Nikel juga menyediakan platform B2B marketplace yang menghubungkan bank dengan fintech. Juga Nikel Fund, untuk memungkinkan investor menciptakan dana kelolaan khusus untuk menjangkau sektor tertentu.

“ICS adalah perusahaan teknologi keuangan yang melayani pinjaman UMKM di Asia Tenggara. Kami membangun embedded lending solution yang dapat digunakan oleh perusahaan teknologi, P2P, atau bank mana pun untuk membuat produk pinjaman,” ujar Mackenzie kala itu kepada DailySocial.id.

Menurut penelitian Research and Markets, ukuran pasar layanan embedded finance di Asia Pasifik berhasil tumbuh 39,7% pada 2022 dengan nilai $108,5 miliar. Diproyeksikan akan tumbuh dengan CAGR 24,4% sampai 2029 dengan proyeksi nilai $357,9 miliar. Dorongan layanan inovasi digital di segmen keuangan menjadi salah satu pendorong utama dalam bisnis ini.

Di Indonesia sendiri, tren embedded finance turut mendapati sorotan dari inovator. Finfra menjadi salah satu startup lokal yang ada di area ini menawarkan layanan embedded lending, mempermudah klien meluncurkan produk berbasis pinjaman digital yang berlisensi OJK.

DSLaunchpadX Umumkan Top 9 Startup untuk Pitching ke Lebih dari 50 Investor di Demo Day

DSLaunchpadX, program inkubator startup yang diinisiasi oleh  DailySocial.id bersama DS/X Ventures, telah mencapai babak akhir. Setelah melalui proses inkubasi selama 4 minggu, termasuk sesi webinar dan 1-on-1 bersama 8 super-mentors pilihan, kini terpilih 9 startup terbaik untuk mengikuti tahapan Demo Day.

Dalam Demo Day, para founder akan dipertemukan (matchmaking) dengan 58 investor, yang terdiri dari venture capital (VC) dan angel investor lokal maupun regional. Adapun rangkaian Demo Day akan diselenggarakan pada Rabu, 1 Maret 2023 secara virtual. Di sesi tersebut setiap founder berkesempatan untuk melakukan pitching dan mendapatkan umpan balik langsung dari para investor.

“DSLaunchpadX dibuat dengan tujuan untuk membantu founders Indonesia dalam mengakselerasi pertumbuhan startup mereka sendiri, dan kami sangat berterima kasih kepada semua mentor luar biasa yang telah membimbing dan membantu para founders kami,” ujar Partner DS/X Ventures Amir Karimuddin.

Berikut ini daftar startup DSLaunchpadX yang akan masuk ke sesi Demo Day:

Startup Short Description
Akar Akar build, manufacture, and distribute modular farming to accelerate hyperlocal food security.
Bengkel Mania One stop solution for msme automotive workshop.
EVA HRIS EVA focus is on a Recruiting Management System, which is designed to assist HR/Recruiters teams in automating the recruitment process from shortlisting, giving notifications, assessments, and digital interviews until suitable candidates are found.
Kuesio Kuesio is an online questionnaire platform, creating convenience in conducting surveys and research for Indonesian researchers.
Maxy Academy Bridging universities and companies through higher quality students
Orderfaz Orderfaz is a one-click checkout solution to boost your online store conversion and upgrade your sales to the next level.
Rangkai Indonesian Tech Film Startup that focuses on the collection of Indonesian film and building creative economy ecosystem infrastructure.
Saku Laundry Saku Laundry is solution for laundry industry based on application designed to solve problems in daily operations with IoT support system and become market place that connects laundry merchants and customers in Indonesia.
SMEs PACK SMEs Pack is B2B Export SMEs Product Aggregator to address supply chain problems and distribution. The SMEs Pack connects SMEs with Direct Buyers to enable SMEs to sell products at fair prices and sustainable quantities.

Perjalanan Startup di DSLaunchpadX

Sejak dibuka pada awal tahun 2020 dengan nama DSLaunchpad, ribuan startup telah mendaftarkan diri ke program inkubasi online dengan lebih dari 40 mentor terbaik dari Indonesia. Di 2023, bekerja sama dengan DS/X Ventures dan mengubah nama menjadi DSLaunchpadX, lebih dari 300 startups telah mendaftarkan diri. Dari jumlah tersebut kemudian dilakukan seleksi dan verifikasi untuk memilih 30 startup terbaik yang berhak mengikuti sesi inkubasi selama 4 minggu di bulan Februari 2023.

Adapun startup yang tergabung terdiri dari berbagai kategori dan bisnis model, mulai dari agritech, edutech, SaaS, fintech, dan lain-lain. Sebagian besar mereka berada di tahap pre-seed dan seed stage. Menariknya, mayoritas dari peserta DSLaunchpadX berbasis di luar Jakarta.

Selama 4 minggu tersebut, para startup mendapatkan berbagai pembekalan yang sepenuhnya dilakukan secara virtual. Sejumlah super-mentor juga dihadirkan untuk memberikan insights lebih mendalam seputar dunia startup dan pengalaman sebagai founders:

Mentor Perusahaan
James Prananto CBD & Co-Founder Kopi Kenangan
Hendra Kwik CEO & Co-Founder Fazz
Marshall Pribadi CEO & Co-Founder PrivyID
Hiro Kiga CEO & Co-Founder Wallex
Gibran Huzaifah CEO & Co-Founder eFishery
Melisa Irene Partner East Ventures
Adrian Gunadi CEO & Co-Founder Investree
Eddi Danusaputro CEO BNI Ventures

Setiap kegiatan dan penugasan yang diberikan dalam proses inkubasi dipantau dan dinilai secara komprehensif melalui platform DSLaunch yang dikembangkan oleh DailySocial.id. Platform ini didesain khusus untuk memudahkan founder, mentor, dan penyelenggara dalam melakukan rangkaian proses kegiatan inkubator/akselerator startup.

Berdasarkan hasil penilaian, selanjutnya dipilih 9 startup terbaik yang akan mengikuti sesi Demo Day.

Demo Day Virtual, Didukung Platform Startup.id

Acara Demo Day akan dilakukan sepenuhnya virtual. Kegiatan ini juga didukung oleh Startup.id, yakni sebuah platform startup-investor matchmaking yang dikembangkan DailySocial.id. Lewat platform ini, para founder bisa menunjukkan informasi dan performa bisnisnya; para investor potensial juga bisa terhubung langsung dengan startup yang diminati untuk melakukan penjajakan investasi.

“Akses ke pendanaan merupakan salah satu permasalahan yang sering dialami founder startup tahap awal ketika ingin melakukan scaling dan ekspansi. Melalui Startup.id, DailySocial.id berusaha mendemokratisasi kebutuhan ini dengan memudahkan founder dan investor bertemu di satu platform. Matchmaking tak lagi dibatasi referensi dan relasi,” imbuh Amir.

Lewat Demo Day ini, diharapkan para founder bisa memberikan impresi terbaiknya di depan para investor untuk menghasilkan kerja sama strategis guna mengakselerasi startupnya.

Moladin PHK 360 Pegawai, Bisnis Car Marketplace Perlu Penyesuaian

Startup car marketplace Moladin pekan lalu mengumumkan telah merumahkan 11% dari total pegawai yang dimiliki. Sekurangnya 360 karyawan terdampak PHK. Perusahaan berdalih, keputusan sulit ini didasarkan pada upaya menciptakan bisnis kerberlanjutan dalam jangka panjang.

Kendati perusahaan menjamin hak-hak pegawai terdampak akan diberikan sesuai beleid yang ada, keputusan ini tentu menambah catatan kurang baik untuk ekosistem startup digital. Lebih lagi sempat tersiar kabar bahwa pengumuman pemecatan pegawai dilakukan dalam townhall mendadak berdurasi sekitar 5 menit.

Layoff di segmen car marketplace

Di segmen car marketplace, Carsome telah terlebih dulu melakukan aksi serupa. Q4 2022 lalu Carsome juga dikabarkan telah melakukan efisiensi operasional dengan merumahkan 10% dari total pegawainya. PHK tersebut dilakukan bertahap, memberikan dampak kepada unit usahanya di Indonesia, Thailand, dan Malaysia.

Januari 2023 OLX Autos juga pangkas 300 karyawan dan ubah model bisnis utama mereka menjadi B2B dan C2B. Ini dilakukan setelah pada pertengahan 2022 lalu mereka mendapati tren kenaikan bisnis penjualan mobil bekas yang disampaikan di pagelaran GIIAS 2022. Kenaikannya sampai 8%, dengan transaksi penjualan hingga 20 ribu unit per bulan dengan taksiran nilai Rp4 triliun.

Menurut Gakindo, di tahun 2022 penjualan ritel untuk mobil (baru) mencapai 1.013.582 unit. Angka ini naik 17,4% dibandingkan dengan tahun 2021. Mengokohkan kondisi pulih seperti tren penjualan sebelum pandemi.

Di tahun 2023, Gakindo punya target penjualan 975 ribu unit. Ini tidak jauh dari angka yang ditargetkan tahun lalu, yakni 960 ribu unit. Terkesan kurang ambisius, karena pihaknya mencoba realistis melihat kondisi perekonomian di tengah ancaman resesi yang mengakibatkan penurunan daya beli (atau setidaknya stagnan).

Bisnis yang diminati investor

Sebagian besar platform car marketplace saat ini mengusung model bisnis C2B2C. Membeli mobil bekas dari pengguna, lalu melelangkannya ke mitra bisnis (diler) atau menjualnya secara langsung lewat aplikasi digital yang dimiliki. Proses inspeksi yang detail dan keberadaan inspection center yang tersebar di berbagai kota menjadi salah satu proposisi nilai yang ditawarkan. Proses jual-beli yang biasanya rumit dan membutuhkan waktu lama, sekarang menjadi relatif lebih cepat dan transparan.

Pandemi yang membuat transaksi jual-beli mobil bekas meningkat menjadikan setiap pemain car marketplace ingin menjadi pemenang. Salah satunya dengan memanfaatkan duit investor untuk memaksimalkan pertumbuhan dan ekspansi.

Untuk mengoptimalkan momentum tersebut, awal 2022 Moladin berhasil menutup putaran pendanaan seri A, sekaligus mengukuhkan model bisnis baru mereka. Diketahui ketika meluncur, Moladin fokus pada penjualan sepeda motor, pendanaan baru itu menjadi “bahan bakar” perusahaan untuk pivot dan fokus menjadi marketplace produk kendaraan roda empat.

Tak lama berselang, Moladin juga dikabarkan dapat pendanaan seri B $96 juta dari DST Global dan sejumlah investor lainnya. Capaian ini membuat kisaran valuasi perusahaan meningkat hingga $700 juta.

Co-Founder & CEO Moladin Jovin Hoon sempat mengatakan, pasar mobil bekas di Indonesia masih sangat terfragmentasi. Masih banyak pemain di ekosistem seperti agen dan diler yang belum memiliki platform dan sistem kerja yang terstruktur. Tujuan Moladin mendemokratisasi sistem tersebut. Pasca-pivot, ia mengatakan selama 6 bulan Moladin mendapati pertumbuhan bisnis yang eksplosif kendati enggan memberikan kisaran angkanya.

Carsome pun sama, di awal 2022 mereka baru mengumumkan pendanaan seri E senilai Rp4,1 triliun. Untuk meningkatkan bisnisnya, bahkan satu bulan setelahnya mereka melakukan akuisisi atas iCarAsia, yang merupakan induk startup Mobil123 dan Carmudi Indonesia. Ekspansi memang jadi kunci perusahaan perluas ekosistem penjualan mobil bekas di jaringannya.

Bisnis car marketplace perlu penyesuaian

Strategi growth at all cost mulai direvisi, seiring dengan kekhawatiran investor terhadap portofolionya untuk bisa mencapai titik profit. Di sisi lain, ancaman gejolak ekonomi global juga memberikan perhatian tersendiri terhadap industri otomotif.

Di Amerika Serikat, tunggakan cicilan mobil meningkat signifikan pada Desember 2022. Data terbaru Cox Automotive, tunggakan pinjaman lebih dari 2 bulan terakhir di 2022 meningkat 5,3%. Dibanding tahun 2021, lonjakannya 26,7% lebih buruk. Ini menjadi preseden tersendiri, karena berada di level tertinggi sejak krisis keuangan global 15 tahun lalu.

Kendati belum ada data sejenis yang kami temukan untuk konsumen di Indonesia, ada beberapa temuan menarik yang berkaitan dengan konsumen di sini. Menurut survei yang dilakukan oleh Astra pada 2021, sekitar 71% responden mengaku membeli mobil secara kredit.

Sementara itu, data dari OJK mengatakan rasio kredit macet di perusahaan multifinance (perusahaan yang banyak menangani kredit pembelian kendaraan bermotor) ada di level 2,54%. Di sisi lain, jumlah penarikan kendaraan yang diakibatkan gagal bayar rata-rata mencapai 144 unit per bulan.

Kondisi tersebut memaksa setiap bisnis yang bergerak di dalamnya untuk melakukan penyesuaian, setidaknya sampai kondisi ekonomi dipastikan kembali normal dengan daya beli masyarakat yang kian membaik. Bisa saja satu tahun ke depan atau lebih. Perusahaan mengantisipasi dengan melakukan efisiensi di titik-titik yang bisa dilonggarkan, termasuk mungkin dengan mengurangi ekspansi dengan memfokuskan pada konversi transaksi dari persebaran yang sudah ada.

Moladin saat ini mereka sudah memiliki sekitar 10 ribu agen, dengan ratusan warehouse yang tersebar di puluhan kota di Indonesia.

GoTo Umumkan Jajaran Kepemimpinan Baru, Akan Diusulkan di RUPSLB Maret Mendatang

GoTo hari ini (08/2) mengumumkan pembaruan kepemimpinan perusahaan. Pengumuman ini sebagai bagian dari agenda Pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan pada 2 Maret 2023, dengan agenda yang mencakup di antaranya pengajuan perubahan jajaran Dewan Komisaris, Direksi, serta penunjukan Komisaris Independen baru.

Penyegaran direksi juga diharapkan bisa membuat GoTo bisa menjalankan operasional bisnis secara lebih efisien dan mempercepat upayanya untuk mencapai profitabilitas.

Susunan baru yang diajukan

Dewan Komisaris

Komisaris Utama

Garibaldi Thohir

Komisaris

William Tanuwijaya

Komisaris

Agus D. W. Martowardojo

Komisaris

Patrick Sugito Walujo

Komisaris

Winato Kartono

Komisaris

Wishnutama Kusubandio

Komisaris Independen

Dirk Van den Berghe

Komisaris Independen

Robert Holmes Swan

Komisaris Independen

Marjorie Lao

Dewan Direksi

Direktur Utama

Andre Soelistyo

Direktur

Wei-Jye Jacky Lo

Direktur

Catherine Hindra Sutjahyo

Direktur

Hans Patuwo

Direktur

Melissa Siska Juminto

Direktur

Nila Marita

Direktur

Pablo Malay

Pengajuan komisaris baru

Nama pertama yang diajukan adalah Agus Martowardojo untuk masuk ke jajaran Komisaris. Agus sendiri seharusnya bukan nama baru bagi perusahaan, karena mantan Gubernur Bank Indonesia tersebut sebelumnya adalah Komisaris Utama Tokopedia — ditunjuk pada Januari 2019.

Agus Martowardojo saat ditujuk sebagai Komisaris Utama Tokopedia / Tokopedia
Agus Martowardojo saat ditujuk sebagai Komisaris Utama Tokopedia / Tokopedia

Nama baru lainnya adalah Marjorie Lao (CFO LEGO Group) yang ditunjuk sebagai Komisaris Independen perseroan. Lalu ada Patrick Walujo yang akan menjabat sebagai Komisaris — tentu sebagai pimpinan Northstar Group (investor awal Gojek) Patrick juga bukan orang baru bagi GoTo.

Terakhir ada Winato Kartono yang juga ditunjuk sebagai Komisaris GoTo. Ia merupakan Founding Partner Provident, perusahaan modal ventura yang juga sempat berinvestasi ke perseroan.

Pada saat yang sama, William Tanuwijaya akan bertransisi dari tanggung jawab eksekutifnya di Tokopedia dan mendedikasikan waktunya secara penuh di Grup GoTo. William akan terus menjalankan fungsinya di Dewan Komisaris GoTo, sebagai Co-Chairman.

“Kini, saya akan mendedikasikan waktu saya untuk membangun dan mencapai visi misi Grup GoTo, bekerja secara erat dengan manajemen untuk membangun salah satu perusahaan paling ikonik dan bermakna di panggung dunia,” ujar William.

Presiden Grup GoTo, Patrick Cao, akan bertransisi menuju peran baru, yakni mengepalai GoTo Future Fund, dana abadi yang akan fokus pada inisiatif keberlanjutan untuk mendukung tercapainya komitmen keberlanjutan Tiga Nol GoTo pada tahun 2030 yaitu nol emisi karbon, nol sampah dan nol hambatan.

Kevin Aluwi dan Anthony Wijaya mundur

Adanya penunjukan komisaris baru tersebut salah satunya ditengarai dari mundurnya Kevin Aluwi dari jajaran Komisaris Perseroan. Kendati demikian, ia tetap merupakan pemegang saham dengan hak suara multipel (SDHSM) di GoTo.

Kevin Aluwi adalah salah satu co-founder Gojek / Gojek

Sementara Direksi GoTo Anthony Wijaya juga mundur dari jabatannya, karena ingin fokus di unit e-commerce GoTo. Selanjutnya ia akan menjadi COO Tokopedia.

Direksi baru, tunjuk presiden di setiap unit bisnis

Pablo Malay dan Nila Marita diajukan untuk menjadi Direktur baru di Perseroan, masing-masing akan menjadi Chief Corporate Officer dan Head of External Affairs.

Dan kini GoTo juga menambahkan jabatan Presiden dalam struktur organisasinya, disesuaikan 3 pilar bisnis utamanya, yakni On-Demand Services, E-Commerce, dan Financial Technology. Melisa Siska Jumianto diajukan sebagai Presiden untuk unit bisnis e-commerce, dengan tetap merangkap jabatan sebagai CHRO GoTo dan COO Tokopedia.

Sementara Catherine Hindra Sutjahyo akan menjadi Presiden untuk unit bisnis on-demand. Dan Hans Patuwo di unit bisnis fintech.

“Menetapkan para Presiden untuk mengepalai unit bisnis dalam Grup adalah langkah kunci untuk mendorong integrasi ekosistem lebih erat sebagai One GoTo. Perseroan telah mengawali babak baru sebagai perusahaan terbuka, hal ini membutuhkan gaya kepemimpinan baru, yang dapat bekerja sama untuk menjadikan GoTo ekosistem yang unik secara global,” ujar Direktur Utama GoTo Andre Soelistyo.

Tambah struktur baru

GoTo juga melakukan penyesuaian pada struktur kepemimpinannya untuk memperkuat proses pengambilan keputusan dan mempercepat pelaksanaan strategi. Pertama, kini akan ada Divisi Teknologi baru yang akan dikepalai Severan Rault. Sebelumnya ia adalah CTO Gojek, selanjutnya akan jadi CTO GoTo.

Selanjutnya ada divisi Shared Consumer Platform, sebuah direktorat yang bertugas untuk mempercepat dan memastikan terbentuknya pengalaman konsumen yang seragam di seluruh ekosistem GoTo. Ini akan dikepalai oleh Ramesh Gururaja, sebelumnya adalah CPO Tokopedia.

Kemudian akan ada divisi logistik GoTo Logistic. Kevin Widlansky, CEO Swift Fulfillment and Logistics, anak usaha dari GoTo, akan mengepalai GoTo Logistics. Terakhir adalah divisi hubungan investor, yang akan dikomandoi Jacky Lo, CFO GoTo.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Di Q4 2022, Startup Indonesia Bukukan Pendanaan Lebih dari $580 Juta

Tahun 2022 bukanlah tahun yang mudah untuk startup global, termasuk ekosistem Indonesia. Meskipun demikian, terdapat sejumlah catatan menarik yang ditorehkan sepanjang Q4 2022. Di periode ini, startup Indonesia berhasil membukukan 52 transaksi pendanaan dengan nilai lebih dari $580 juta (lebih dari 9 triliun Rupiah).

Capaian ini membuat perolehan total pendanaan sepanjang tahun 2022 senilai $4,2 miliar berdasarkan 260 transaksi yang diumumkan ke publik. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, ada tren penurunan setara -38% dibanding total pendanaan $6,8 miliar di 2021.

Meskipun pendanaan masih kuat di Q1 2022, tren sepanjang tahun hingga Q4 memang menunjukkan perlambatan, baik dari jumlah transaksi maupun total nominal, seiring dengan perubahan konstelasi bisnis teknologi global.

Secara total, fintech masih menjadi sektor terfavorit dengan jumlah transaksi (27 transaksi) dan nominal ($1,7 miliar) terbanyak. Sementara SaaS (19 transaksi), agritech (17), food tech (15), dan logistik (14) juga menjadi sektor favorit investor di tahun 2022 ini.

Jika ditinjau dari perolehannya, 10 perusahaan ini mendapatkan setidaknya $100 juta pendanaan – sebagian gabungan dari equity dan debt funding.

Startup Perolehan Dana
DANA $450,000,000
Akulaku $310,000,000
Traveloka $300,000,000
Xendit $300,000,000
Modalku $144,000,000
Kredivo $140,000,000
Moladin $137,000,000
Sayurbox $120,000,000
PINTU $113,000,000
Fazz $100,000,000

Pendanaan tahap lanjutan ini mengokohkan status Akulaku dan DANA sebagai unicorn selanjutnya di Indonesia.

Tren pendanaan

Jika dilihat dari porsi pendanaannya, tahap awal masih mendominasi jumlah transaksi pendanaan. Hal ini menjadi sinyal kuat bahwa investor masih memiliki kepercayaan tinggi pada aspiring founder lokal dan memosisikan diri untuk membantu memvalidasi ide dan menemukan product-market fit.

Round Jumlah
Seed Funding 90
Pre-Seed 42
Series A 36
Pre-Series A 20
Series B 22
Venture Round 13
Series C 11
Corporate Round 10
Pre-Series B 7
Series D 6
Debt 3

Yang memang terlihat kesulitan adalah startup tahap berkembang yang hendak melakukan penggalangan dana di tahap lanjutan.

Sejumlah investor menilai, faktor guncangan perekonomian global menjadi penyebab perlambatan pendanaan. Ini dilandasi faktor ekonomi dunia yang mengantisipasi resesi dengan kenaikan suku bunga dan inflasi tinggi.

Termasuk faktor yang membuat kondisi semakin kompleks adalah pengaruh perang Rusia-Ukraina yang mengakibatkan gangguan supply chain, pengetatan peraturan startup di Tiongkok, dan penjualan besar-besaran saham-saham teknologi di Amerika Serikat. Walhasil valuasi startup menuju taraf “normalisasi”, demi ekosistem startup yang lebih sehat.