Pertumbuhan Startup Baru Melambat, Kesempatan Startup Tahap Awal untuk Berkembang

Sekitar 5-6 tahun lalu, istilah “startup” mulai banyak diperbincangkan. Di kalangan muda, istilah tersebut menjadi lebih populer ketimbang “entrepreneur“. Banyak sekali orang yang antusias dengan dunia startup dan berkeinginan mendirikan startup-nya sendiri, karena terinspirasi pemain yang telah berhasil menoreh sukses.

Istilah startup sendiri muncul ketika teknologi mulai mengambil peran penting dalam sebuah sistem bisnis. Kendati tidak serta-merta, startup banyak merujuk pada bisnis digital yang berupaya menciptakan disrupsi dengan menyuguhkan solusi penyelesaian masalah yang lebih efektif. Lantas, sudah sampai mana perkembangannya sampai saat ini?

DailySocial mencoba menggali insight dari salah satu investor yang cukup berpengalaman dalam bisnis startup, Kevin Darmawan. Ia adalah Founder & Managing Partner Coffee Ventures, spesialisasinya pada early stage startup. Mengawali perbincangan, Kevin menyampaikan pendapatnya bahwa gerakan yang cenderung melambat di lanskap startup saat ini merupakan proses yang sangat wajar.

“Kesuksesan startup yang ada kala itu cukup membuka mata banyak orang. Semua menjadi berpikir membuat perusahaan menggunakan teknologi menjadi solusi keren. Maka banyak orang dengan berbagai latar belakang mencoba masuk ke sana, dengan kapasitas yang belum mumpuni. Sekarang kondisinya berbeda, orang jadi lebih tahu tentang model bisnis dan kondisi yang sebenarnya. Jika diibaratkan perang, sekarang senjatanya jauh lebih siap,” ujar Kevin menerangkan mengapa hype startup terlihat lebih turun dibandingkan awal tren tersebut muncul.

Kevin menjelaskan, perubahan tersebut juga terjadi di kalangan investor. Di awal mungkin banyak investor yang berpikir, investasi di startup nilai dan perputarannya uang kecil. Namun dua tahun terakhir anggapan tersebut cukup terpatahkan, pasalnya investasi di startup juga mampu menghasilkan Return of Investment (ROI) besar. Di Indonesia sendiri investor dari berbagai tempat mulai hadir. Startup mulai diinvestasi dengan nilai yang besar dan dampak yang paling terasa adalah dinamika pasar yang cukup tergoncang.

Terkait melambatnya pertumbuhan startup yang mungkin mulai dirasakan dari dua tahun terakhir Kevin justru beranggapan bahwa itu adalah sebuah proses “seleksi alam” yang baik. Dari sana akan terlihat mana startup yang mau belajar memperbaiki diri dan mana juga yang bisa bertahan dengan persaingan yang semakin ketat.

Proses yang seharusnya di tahap awal

Menurut Kevin, proses eksperimen di startup adalah hal yang tidak bisa dihindari. Misalnya ide awal A harus berubah ke ide B sebagai hasil pivot setelah diuji coba ke konsumen. Yang perlu diperhatikan adalah proses eksperimen tersebut juga harus efektif. Founder harus jeli, bagaimana membuat proses tersebut menjadi lebih cepat dan semurah mungkin.

Ketika harus gagal, setidaknya masih ada energi tersisa untuk memperbaiki diri. Faktanya kebanyakan pelaku startup yang sudah sukses melalui fase awalnya dengan proses eksperimen yang tidak sedikit.

Ada dua permasalahan utama yang sering ditemui pada pemikiran founder di startup tahap awal oleh Kevin. Pertama ialah seputar ide dan asumsinya. Kebanyakan founder berpikir, bahwa ide yang ia temukan terkait permasalahan tertentu memiliki market size yang besar. Kadang mereka lupa untuk memvalidasi melalui riset yang lebih mendalam. Ketika waktu, investasi, dan tenaga sudah terserap banyak, mereka baru menyadari bahwa pasar tidak menginginkan solusi yang ditawarkan.

Yang kedua adalah soal SDM. Hal ini masih berkaitan dengan permasalahan pertama—bahwa kebanyakan dari founder memiliki mindset semua harus cepat. Yang disebut eksperimen, menurut Kevin, harus dilalui dengan sabar, karena yang sebenarnya dipelajari founder dari proses tersebut adalah “detail”.

“Semua pikirannya mau growth hack, growth hack, dan growth hack. Tapi namanya eksperimen harus sabar mempelajari setiap detail, karena dalam startup masing-masing ada ilmunya yang harus dipelajari satu-satu, dari buat produk sampai pemasaran. Harus mendalami eksperimen,” lanjut Kevin.

Banyak masalah yang bisa digali sebagai sumber ide

Salah satu keuntungan tinggal di Indonesia adalah bisa ditemukan banyak permasalahan yang unik. Bahkan tiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Kevin mencontohkan kebutuhan di Jakarta saja juga berbeda-beda. Katakanlah antara Jakarta Selatan dan Jakarta Utara, dengan pangsa pasar yang heterogen seperti ini, idealnya inovasi bisa ditempatkan secara lebih tepat.

Hal ini menjadi kesempatan besar, karena pada hakikatnya startup di tahap awal fokusnya memang harus pada penyelesaian masalah. Namun demikian ada hal yang sering disepelekan, yakni untuk fokus pada satu titik ide yang sudah tervalidasi di awal.

“Kalau startup identik dengan tim yang masih kecil, dana terbatas, waktu terbatas, sumber daya terbatas, oleh karena itu mereka harus fokus. Jika mereka tidak fokus –misalnya mencoba menyelesaikan dua atau tiga masalah—maka mereka akan selalu mencoba untuk memecahkan semua masalah, ujung-ujungnya malah jadi nothing,” imbuh Kevin.

Startup perlu menemukan spesialisasinya. Di fase awal ini kepercayaan menjadi penting. Kepercayaan tersebut yang akan membentuk brand image startup itu sendiri. Pun ketika melakukan pitching, yang disuguhkan pertama adalah apa yang mau diselesaikan, bukan medium teknologi yang akan disuguhkan sebagai produk.

“Analoginya seperti ini tentang fokus. Katakanlah kita punya bensin satu liter, tapi kita tidak tahu mau ke mana kita pergi, maka kita tidak akan sampai ke mana-mana. Beda saat kita memutuskan untuk mencari jalan terdekat mencari pom bensin, di sana kita bisa mengisi lebih banyak dan bisa pergi lebih jauh. Startup juga seperti itu, keterbatasan di awal harus dimaksimalkan seefektif mungkin,” ujar Kevin.


Prayogo Ryza terlibat dalam kegiatan wawancara tulisan ini.

BLOCK71 akan Selenggarakan “Sharing Session” Bahas Inovasi Fintech di Tiongkok

Tahun ini diprediksikan fintech masih akan banyak mendominasi dinamika lanskap startup di tanah air. Berbicara tentang perkembangannya, salah satu yang menjadi kiblat inovasi adalah Tiongkok. Saat ini 8 dari 25 startup fintech yang berstatus unicorn berasal dari negara tersebut.

Tahun 2016, mobile payment, sebagai salah satu model bisnis yang ditawarkan industri fintech, berhasil membukukan transaksi hingga $5 triliun secara global. Angka tersebut terus bertumbuh dan Tiongkok berada di uruta teratas, bahkan dikatakan 50 kali lebih besar ketimbang Amerika Serikat.

Salah satu pemain yang cukup mendominasi di negara tersebut adalah Alipay, unit bisnis fintech Alibaba.

Guna memberikan gambaran lebih lanjut seputar fintech, BLOCK71 bakal menghadirkan acara berbasis sharing session bertajuk “Alichat: Fintech in China, Built to Scale”. Acara ini akan dilaksanakan tanggal 8 Februari 2018 pada pukul 18.30 WIB, bertempat di BLOCK71 Jakarta. Acara dua bulanan ini mengundang top executive dari berbagai bisnis dan startup untuk berbagi informasi seputar topik terkait.

Pemateri dari Alibaba Cloud, Sijukumar Kumaran, akan dihadirkan dalam sesi kali ini. Pembahasannya tentang kemajuan fintech di Tiongkok, yang dibumbui dengan bagaimana strategi Alibaba dan portofolionya untuk berjaya di pasar tersebut. Bisa dibilang Indonesia memiliki karakteristik pasar yang hampir mirip dengan Tiongkok.

Sijukumar sendiri berpengalaman memimpin enterprise technology change selama 16 tahun dalam menangani proyek dan pengembangan solusi untuk layanan perbankan melalui perencanaan solusi IT. Di karier sebelumnya, Sijukumar bekerja di bank investasi Barclays selama 11 tahun memimpin arsitektur dan pengiriman program untuk layanan perdagangan derivatif di berbagai platform dan produk.

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi tautan http://bitly.com/alichat1.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner dari acara Alichat yang diselenggarakan oleh BLOCK71.

RedDoorz Targetkan Ekspansi Menyeluruh di Tahun 2018, Dimulai dari Surabaya

Platform pemesanan online hotel budget RedDoorz hari ini mengumumkan ekspansinya ke Surabaya dengan menyediakan 50 properti, 5 di antaranya dikelola penuh oleh RedDoorz. Bersama dengan ekspansi ini, RedDoorz juga tengah menggarap penambahan 20 properti baru di wilayah Surabaya.

Guna mematangkan target ekspansi, RedRoorz turut memperkuat tim di kota tersebut. Beberapa staf baru telah direkrut untuk memperkuat lini penjualan, pemasaran, dan operasional. Beberapa program promo turut dilaksanakan bersamaan dengan peresmian ekspansi ini.

Strategi ini menyusul atas pendanaan yang sebelumnya berhasil diraih RedDoorz, sekurangnya dana senilai $10 juta disiapkan untuk terus menggenjot kehadiran layanan di berbagai kota di Indonesia selama tahun 2018.  Saat ini RedDoorz beroperasi di 16 kota dengan sekitar 500 properti di Indonesia. RedDoorz berada di Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Solo, Palembang, Makassar, Medan, Manado, Batam, Lombok, Bali, Malang, dan Aceh.

[Baca juga: RedDoorz Raih Investasi Lanjutan Khusus untuk Pasar Indonesia]

Dalam sambutannya COO RedDoorz Rishabh Singhi mengungkapkan, “Kami sangat antusias untuk melihat perkembangan pesat RedDoorz di Indonesia. Sekarang, RedDoorz menyediakan lebih dari 3.000 kamar – yang semuanya dapat diakses melalui platform online kami. Kami semakin yakin melihat reaksi positif dari tamu, dengan lebih dari 65% dari total pelanggan menginap kembali di RedDoorz sejak menginap pertama kali di RedDoorz.”

Lebih lanjut terkait ekspansinya di Surabaya Rishabh menjelaskan, “Surabaya dikenal sebagai kota digital Indonesia. Kami percaya visi pemerintah daerah dalam menciptakan motor baru yang bisa menggerakkan ekonomi digital dan membuat program untuk mendukung UKM menggunakan teknologi, sejalan dengan visi jangka panjang RedDoorz. Tujuan RedDoorz adalah bermitra dengan hotel kelas menengah dan pemilik penginapan, serta menyediakan platform teknologi ideal yang dapat meningkatkan bisnis dan keberlanjutan tingkat okupansi yang baik bagi mitra.”

Selain itu untuk membantu kesuksesan mitra akan ada program RedDoorz Training Programme yang berfokus pada pelatihan dan peningkatan keahlian misalnya terkait penggunaan teknologi, kebersihan dan perawatan properti, layanan pelanggan dan kemampuan komunikasi, yang kami tanamkan kepada para staf di properti telah memainkan peranan penting dalam mempersiapkan mitra kami untuk ikut serta dalam ekonomi digital.

[Baca juga: Fokus Ekspansi Bisnis di Indonesia, RedDoorz Tunjuk Direksi Baru]

Rishabh turut menyampaikan bahwa RedDoorz menjalankan unit operasional secara penuh bersama mitra, mulai dari layanan pelanggan, operasional dan penjualan produk, hingga membangun merek, keuangan dan pemasaran. RedDoorz juga telah mengembangkan teknologi patennya sendiri dengan menggunakan analisis data yang bisa memperkirakan secara akurat mengenai permintaan di berbagai area untuk memiliki lebih banyak hotel atau properti untuk semakin meningkatkan jumlah wisatawan.

RedDoorz berkantor pusat di Singapura dan beroperasi di Indonesia dan Filipina. RedDoorz mendapatkan pendanaan dari International Finance Corporation (Lembaga investasi yang merupakan bagian dari Grup Bank Dunia), Asia Investment Fund dari Sushquehanna International Group, FengHe Group dan Jungle Ventures. Baru-baru ini, RedDoorz telah mendapatkan pinjaman ventura dari InnoVen Capital, firma pinjaman ventura milik Temasek Holdings dan United Overseas Bank.

Application Information Will Show Up Here

Uni Lubis Ditunjuk sebagai Pimpinan Redaksi IDN Times

Setelah sebelumnya diumumkan peresmian kemitraan khusus antara IDN Media dan Rappler Indonesia untuk memperkaya cakupan konten, hari ini IDN Media mengumumkan perekrutan Uni Lubis sebagai Pimpinan Redaksi IDN Times. Selanjutnya Uni akan bertanggung jawab untuk membangun strategi, bisnis dan editorial IDN Times.

Sebelumnya Uni dikenal sebagai seorang jurnalis senior yang fokus pada rubrik ekonomi, moneter, politik dan lingkungan hidup. Ia juga pernah menjabat sebagai pimpinan redaksi di beberapa media, termasuk ANTV, Viva dan terakhir sebagai penanggung jawab redaksi di Rappler Indonesia.

Menanggapi tentang suksesi ini, CEO IDN Media Winston Utomo mengatakan, “Kami sangat senang dengan kehadiran Uni Lubis di IDN Media sebagai pemimpin redaksi IDN Times. Kami yakin dan optimis di bawah kepemimpinan Uni, IDN Times dapat berkembang lebih pesat dan menginspirasi lebih banyak lagi generasi millennials dan gen-z di Indonesia.”

Perubahan arus informasi akibat digitalisasi membawa dampak signifikan di berbagai sektor meliputi model bisnis, profesi, serta media lanskap di Indonesia. Di awal jalinan kerja sama, IDN Media mengharapkan hadirnya Rappler di portalnya mampu memberikan dampak untuk memperluas segmen pembaca, yakni ke kalangan millennials dan gen-z. Harapannya hadirnya Uni dapat mengakselerasi visi IDN Media ke arah tersebut.

“Saya sangat senang bisa bergabung di IDN Media. Sewaktu pertama bertemu dengan Winston, saya kagum dengan visi dari IDN Times dan apa yang telah dicapai oleh IDN Times dalam waktu yang sangat singkat. Saya bersemangat dan yakin IDN Times dapat menjadi sebuah media masa depan dan mewujudkan visinya untuk menjadi The Voice of Millennials and Gen Z,” ucap Uni Lubis.

Application Information Will Show Up Here

Tanamkan Modal di Cellum Hungaria, Telkom Ingin Perkuat Lini Bisnis Fintech

Mengawali tahun 2018, Telkom mengumumkan rencana strategis berupa akuisisi saham perusahaan fintech asal Hungaria bernama Cellum. Dalam siaran persnya, melalui anak usahanya, Mitranet, Telkom telah melakukan penandatanganan kerja sama strategis dan komitmen pembelian saham sebanyak 30,4%. Prosesnya pembayarannya akan dilakukan dalam dua langkah, sementara Cellum masih akan tetapkan dijalankan oleh manajamen yang sama.

Cellum sendiri merupakan perusahaan digital yang mengembangkan layanan mobile wallet. Didirikan sejak tahun 2000, produknya memungkinkan perbankan dan operator seluler untuk menghadirkan kapabilitas mobile commerce dan sistem pembayaran berbasis NFC. Beberapa studi kasus yang telah diterapkan misalnya untuk layanan pembayaran tagihan dan loyalitas pengguna.

Disampaikan Senior Vice President of Media & Digital Business Telkom Indonesia Joddy Hernady, langkah ini dilakukan untuk membantu transformasi digital  Telkom, khususnya untuk mengoptimalkan momentum fintech di Indonesia. Ditargetkan beberapa waktu mendatang Telkom akan meluncurkan sejumlah layanan fintech memanfaatkan platform yang dimiliki Cellum, khususnya untuk pelanggan korporasi.

Dalam sambutannya, CEO Cellum Global János Kóka menyampaikan bahwa masuknya Telkom ke jajaran pemegang saham menjadi langkah strategis. Investasi yang digulirkan akan turut memperkuat posisi Cellum di pasar Asia Tenggara dan memulai penetrasi di Indonesia. Di Asia, Cellum sudah memiliki kantor operasi berpusat di Singapura.

Blibli Provides New Service with Apartment Rental

Blibli has officially announced new service to help customers rent apartments. In this early stage, Blibli focus on providing yearly apartment rental in Jabodetabek area targeting citizens around 25-45 years old. It is now accessible in “Home & Living” menu via website and mobile app.

In developing this category, Blibli partners with property agents. One of which is Jendela360, a property agent providing 360° virtual image for apartments to rent.

The transaction flow works as customers browse for apartment on Blibli, contact agents for appointment and making direct transaction using Blibli InStore app. Blibli InStore is an Offline to Online (O2O) app from Blibli to support transaction on the spot and for customers to enjoy its facilities.

“Millennial are currently looking for an apartment to fufill their needs of a simple residence, close to work, city-centered with full facility and safe privacy,” Wenny Yuniar, Blibli’s VP of Home Living & Culinary Category, said.

“The 0% interest facility also affects customer’s decision. Instead of having to pay rental fee at once, customer can pay periodically for 3-24 months,” she continued.

After the soft launching three months ago, this service has gained good feedback. A studio type with 1 bedroom becomes the most rented apartment. There are several options for studio types with 1 bedroom, 2 bedrooms or 3 bedrooms with a value of Rp19 million to Rp500 million.

For further development, Blibli claims currently working to add more apartments and more partners.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Yang Perlu Diperhatikan Startup Indonesia Saat Merekrut Pengembang

Untuk meluncurkan produk digital yang berdaya guna tinggi dengan kapabilitas baik, startup digital perlu memiliki susunan tim kuat yang berisi developer atau pengembang perangkat lunak. Fakta di lapanga menunjukkan, sulit sekali untuk bisnis menemukan talenta developer berkualifikasi tinggi untuk mengakselerasi pengembangan produk.

Ada dua alasan utama yang melandasi hal ini. Pertama stoknya memang tidak banyak dan mereka harus bersaing dengan perusahaan besar yang terus merekrut talenta developer. Kedua, startup pemula yang ingin merekrut developer perlu memikirkan banyak aspek, salah satunya terkait fee yang harus diberikan.

Sebenarnya sebagai startup ada beberapa hal yang bisa diandalkan dalam merekrut developer. Dalam sebuah survei yang dilakukan HackerRank, ditemukan data menarik berkaitan dengan apa yang menjadi prioritas seorang developer ketika mencari pekerjaan. Di posisi pertama ada “good work-life balance”, yakni tentang sebuah lingkungan kerja yang menyajikan keseimbangan (terkait dengan waktu) antara bekerja dan berkehidupan. Yang kedua ialah kesempatan untuk pengembangan dan belajar. Kompensasi atau gaji justru berada di urutan ketiga.

hackerrank survey

Startup sebagai sarana pengembangan diri

Di tahap awal, katakanlah sudah dalam seed-stage, fokus startup adalah bagaimana mematangkan produk dari pasar dan model bisnis yang telah tervalidasi. Dinamika masih akan sering terjadi, tentang fitur atau fungsionalitas sistem, sehinngga peran software developer cukup kritis di fase ini. Pasca MVP (Minimum Viable Product) digulirkan, reaksi pasar juga akan memberikan masukan terhadap pengembangan produk. Intinya developer yang direkrut mungkin tidak akan bekerja santai di fase ini.

Jika melihat kondisi di atas, jelas sekali bahwa startup bisa menawarkan ruang untuk berkembang. Selalu ada tantangan baru dan ide-ide yang selalu muncul dalam proses pengembangan di tahap awal tersebut. Terlebih jika startup juga tengah mengikuti program akselerasi, maka ruang bekerja bagi developer turut menjadi ruang belajar yang sangat baik, karena konsepnya “learning by fighting”. Justru yang sulit dijawab ialah bagaimana menyajikan ruang kerja yang seimbang, memberikan banyak keleluasaan bagi developer untuk menjalani kehidupan maupun hobinya. Cara terbaik yang bisa dilakukan ialah dengan memahami dan mengaplikasikan metodologi pengembangan yang tepat.

Menurut Risman Adnan, Direktur R&D ‎di Samsung R&D Institute Indonesia, hukum mendasar yang harus diikuti para founder dan engineer untuk menghasilkan produk berkualitas ada tiga faktor, yaitu hire great engineer (pengaruh terhadap kualitas produk 40%), set engineering culture (30%), dan commitment to the right process (30%). Saat proses pertama bisa dilalui dengan adanya ketersediaan developer dalam bisnis, maka PR-nya adalah poin kedua dan ketiga.

Kultur bukan soal teknologi, tapi soal prinsip-prinsip dasar yang menyatu dengan aktivitas keseharian tim. Bukan pula konsep teoritis, tapi mindset dan aktivitas yang dilakukan secara terus menerus. Karena ini mencakup culture of learning, engineering, communication, trust, time management dan lain-lain. Sedangkan komitmen dalam proses berpengaruh pada metodologi dan tools yang paling sesuai dengan people dan culture startup, yang dapat memfasilitasi proses mencakup fase perencanaan, analisis, desain, konstruksi, pengujian dan iterasi perbaikan.

Kultur kerja menciptakan “work life balance”

Jika digabungkan, kultur dan proses yang benar menyumbangkan persentase mayoritas (60%) dalam melahirkan produk aplikasi yang berkualitas. Dan dua faktor tersebut didesain oleh sistem kerja yang ada dalam startup itu sendiri. Faktor penentunya justru pada founder startup. Jika tengah dalam program akselerasi, kultur pengembangan ini, berkaitan dengan pemilihan metodologi, bisa didiskusikan dalam proses pendidikan yang berlangsung. Tanyakan kepada mentor yang berpengetahuan teknis jika founder tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang pengembangan perangkat lunak.

Mengapa metodologi penting untuk dianut dalam sebuah proses? Jika tidak memiliki proses yang sesuai, tentu produk akan menjadi carut-marut alias tidak terukur perkembangannya, dan jika tidak sesuai metodologinya bisa jadi prosesnya menjadi lebih lama.

Terkait metodologi, Co-Founder & CIO Bizzy.co.id Norman Sasono menuturkan bahwa metodologi dalam pengembangan perangkat lunak didesain untuk melayani tim. Tim dengan pola berbeda, sifat produk yang berbeda, akan membutuhkan metodologi yang berbeda pula, harus disesuaikan.

Untuk startup, menurut Norman, jangan pernah menggunakan metode waterfall, karena tidak sesuai dengan startup yang sedang dalam proses penemuan model bisnis yang tepat. Tidak sesuai dengan model pengembangan produk yang masih sering harus memperbaiki masukan dari pengguna. Sedangkan SCRUM adalah salah satu yang sesuai. SCRUM membagi bakclogs produk dalam beberapa capaian yang pendek. Beberapa capaian pertama tim harus menghasilkan MVP, kemudian berlari lagi menghasilkan rilis lainnya.

Setelah memiliki metodologi dan mengimplementasikan, lantas yang harus dilakukan founder ialah menciptakan pola kerja disiplin. Dari situ manajemen waktu akan lebih terukur, setiap proses dapat lebih terpantau, dan bagi developer pun akan mendapatkan pola kerja yang lebih baik.

Yang harus diperhatikan

Di tahap awal, dengan kondisi finansial yang harus diperhitungkan secara ketat, model talent acquisition atau “bajak-membajak talenta” bukan menjadi cara yang sehat untuk merekrut developer. Di sisi lain, startup juga membutuhkan developer berkualitas agar produknya bisa segera diluncurkan. Merekrut developer pemula atau berpengalaman sedang adalah pilihan yang biasanya diambil, lantas bagaimana cara untuk memastikan kinerjanya baik? Ada beberapa hal fundamental yang bisa diperhatikan, selain dari sisi kultur tadi di atas.

Hal tersebut adalah tuntun agar developer tersebut memiliki proses yang sistematis dalam melakukan pengembangan. Umumnya developer yang baru terjun ke dalam dunia bisnis mereka masih berpikir pragmatis ala “code first, think later”. Kebiasaan tersebut tidak bisa dibawa seutuhnya dalam pengembangan sebuah produk berbasis pangsa pasar. Sebaliknya, kecepatan kode bukanlah sesuatu yang harus selalu di urutan pertama, namun ada sebuah proses yang harus dilakukan yakni memahami konteks permasalahan untuk menghasilkan ketelitian spesifikasi dan desain.

Istilah full-stack developer juga erat dengan developer di tahap new entry, yakni mereka bekerja “serabutan”, tidak fokus pada satu permasalahan. Misalnya mereka tetap mengerjakan backend, manajemen database, hingga desain frontend. Jika benar hendak merekrut developer untuk dijadikan full-stack, disarankan untuk memilih yang berpengalaman. Namun jika dikaryakan dalam role yang spesifik, misalnya hanya untuk mendesain antarmuka aplikasi, maka bisa merekrut developer pemula.

Google Confirms Investment in Indonesia’s Hottest Startup GO-JEK

Google has officially announced an investment for GO-JEK. The confirmation follows after Google reported a contribution in GO-JEK’s funding round with Temasek and Meituan-Dianping. Rumor has it, the total funds expected has reached 16 trillion rupiah ($1.2 billion).

The confirmation is written on a blog post by Google’s Next Billion User Team VP, Caesar Sengupta. He wrote several terms regarding the investment, it happened because of GO-JEK’s strong leadership and team management. The investment becomes an initial step to win internet economic which significantly growing in Indonesia and Southeast Asia.

A big player investment is what GO-JEK needed right now, one of its agenda is to expand business around Southeast Asia post becoming the strongest on-demand player in Indonesia. GO-JEK’s driver has currently reached 900 thousand across Indonesia. GO-PAY becomes one of the most influential e-money in public.

Besides GO-JEK’s funding, Sengupta also mentioned some synergies by Google for Indonesia, one of which is Android Kejar program to produce well-made products and developers in Android platform. The training is targeted more than a hundred thousand developers in 2020. Some product initiatives such as Google Go and Files Go were also mentioned in the post.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Clapham Startupfest 2018 Segera Hadir Kembali di Medan

Guna memperluas akses serta kesempatan bagi pelaku usaha digital di Medan, Clapham Startupfest 2018 akan kembali diadakan. Agenda tahunan ini sudah berlangsung sejak tahun 2016 lalu, tujuan utamanya usaha untuk saling memperluas wawasan dan jaringan di bidang startup. Bekerja sama dengan Bukalapak, Clapham Startupfest 2018 akan diselenggarakan pada 2-3 Februari mendatang di EV Hive at Clapham, mulai pukul 10.00 – 18.00 WIB.

Tahun ini, Clapham Startupfest hadir dengan agenda seperti keynote dan panel session dengan pembicara dari berbagai komponen industri startup seperti Willix Halim (COO Bukalapak), Willson Cuaca (Co-founder East Ventures), Crsytal Widjaja (SVP Business Intelligence GO-JEK), Andy Zain (Managing Partner Kejora Ventures), Yukka Harlanda (CEO Brodo), Wilton Halim (Founder Mobilkamu), Jourdan Kamal (Founder Maubelajarapa), Faye Alund (Presiden Coworking Indonesia), William Utomo (COO IDN Media), dan Ronny W. Sugiadha (CMO KASKUS).

Beberapa Investor juga akan turut hadir untuk memberikan pelatihan dan masukan kepada startup yang mengikuti sesi Startup Pitch Floor dan Investor Speed Dating seperti East Ventures, Coffee Venture, ANGIN (Angel Investment Network Indonesia), dan Medan Tech Valley.

Akan ada pula sesi pelatihan dengan topik-topik untuk memberikan panduan bagi wirausaha muda di bidang bisnis, media sosial, teknologi & digital, serta hukum seperti business model generation, skema investasi startup yang dibawakan langsung oleh Ivan Lalamentik (Startup Legal Clinic), Dennis Alund (Google Developer Exper for Firebase), serta tim dari Maubelajarapa, East Ventures, dan ANGIN.

Informasi selengkapnya mengenai Clapham Startupfest 2018 serta pembelian tiket bisa dilakukan dengan mengakses www.invita.id/claphamstartupfest.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Clapham Startupfest 2018

Visi Teknologi GoToMalls Optimalkan Kecerdasan Buatan dan Perangkat Pintar

Di rangkaian acara Internet Retailing Expo yang diadakan pada 24 dan 25 Januari 2018 lalu, GoToMalls berkesempatan menjadi salah satu pemateri dalam sesi bertajuk “Transforming Indonesia’s Retail Landscape”. Dalam kesempatan tersebut, Bruno Zysman, CEO Dominopos Pte Ltd, perusahaan teknologi berbasis di Singapura yang mengembangkan platform GoToMalls di Indonesia, mengemukakan pentingnya perusahaan ritel saat ini memanfaatkan teknologi pintar, seperti Artificial Intelligence.

Guna memberikan gambaran secara lebih riil, di kesempatan tersebut GoToMalls mendemokan beberapa fitur terbaru, di antaranya targeted profile dan geo-location yang dimanfaatkan untuk mengenali lokasi dan perilaku pengguna secara real-time. Beberapa keluaran dari penerapan teknologi lain turut dipamerkan, di antaranya Chatbot, Augmented Reality, Virtual Reality dan Artificial Intelligence yang kini tengah dipersiapkan untuk menambah pengalaman virtual pengguna yang lebih kaya di GoToMalls.

GoToMalls mencoba menyajikan berbagai informasi dan pembaruan seputar gerai dan acara di pusat perbelanjaan di wilayah sekitar pengguna. Bisnis GoToMalls memfokuskan pada model Online to Offline (O2O), diharapkan dapat membawa gerai ritel yang sudah ada sebelumnya mampu berkompetisi dengan e-commerce.

Teknologi dibutuhkan untuk membuat layanan menjadi lebih personal

Bruno mengungkapkan alasan mengapa teknologi seperti chatbot patut diperhitungkan para pengusaha. Di masa sekarang ini, konsumen cenderung mencari informasi dan komunikasi yang lebih personal, yang akhirnya mendorong pelaku industri ritel untuk tetap bergerak dan beradaptasi guna memberikan informasi yang sesuai dengan preferensi calon konsumen.

Dari beberapa pembaruan yang telah didemokan, layanan chatbot di platform Facebook Messenger menjadi fitur yang akan segera diluncurkan di platform GoToMalls. Fitur tersebut ditujukan untuk memudahkan konsumen dalam mendapatkan ragam informasi di dalam GoToMalls melalui tampilan antar muka yang sederhana dan mudah digunakan karena mampu berkomunikasi dengan bahasa asli pengguna.

Layanan tersebut juga akan dibumbui dengan fitur AI untuk menangkap dan mempelajari pola perilaku konsumen, yang kemudian akan mengolah informasi  dan memberikan penawaran yang sesuai dengan preferensi personal pengguna.

Visi teknologi selanjutnya bersama smart lifestyle device

Mulai maraknya smart lifestyle device (perangkat gaya hidup pintar) yang diterapkan di rumah modern seperti Google Home atau Amazon Echo turut menjadi pembahasan dalam sesi GoToMalls. Visi teknologi mereka membawa fitur Augmented Reality dan Virtual Reality untuk dikombinasikan ke dalam perangkat-perangkat tersebut. Hasil akhir yang diharapkan konsumen dapat dengan mudah menjelajah dan mencari produk melalui penawaran dan promosi produk di GoToMalls, bahkan mencoba memasang secara virtual apakah produk tersebut cocok dengan mereka.

Teknologi Augmented Reality akan menampilkan sederet penawaran dan promosi ketika konsumen menunjuk sebuah gerai di dalam mall. Melalui teknologi ini konsumen diajak untuk menjelajah mall dan gerai-gerai ritel yang ada di dalamnya secara real time-virtual.

“Kami ingin membangun sebuah pengalaman berbelanja offline yang efektif dan efisien. Kami pun sangat optimis bahwa fitur-fitur yang kami persiapkan tersebut akan menarik konsumen untuk berkunjung kembali ke mall dan pusat perbelanjaan. Pedagang ritel akan menikmati keuntungan dengan memanfaatkan teknologi ini, mendorong konsumen untuk berbelanja dengan mengiklankan produk mereka melalui GoToMalls,” lanjut Bruno.

Merujuk pada data terbaru yang disampaikan, saat ini GoToMalls telah merangkum informasi dari 410 mall dan pusat perbelanjaan, lebih dari 7400 merek dan lebih 28000 gerai di seluruh kota besar di Indonesia.