Platform “Online Travel” Mencoba Tetap Optimis, Bidik “Staycation” Sebagai Prioritas

Pariwisata adalah satu dari banyak industri yang terdampak pandemi cukup hebat. Di periode pertama mereka susah payah melayani refund para penggunanya. Kini mereka tengah bersiap untuk menghadapi gelombang kebiasaan baru yang tampaknya akan dimulai dengan turis domestik.

Di Amerika Serikat, berdasarkan data “Travel Stentiment Study Wave 11” yang disusun Longwoods International dan Miles Partnership, sebanyak 45% responden memutuskan menggagalkan seluruh rencana perjalanan mereka. Sisanya (55%) memutuskan melakukan penyesuaian, termasuk mengurangi rencana perjalanan, mengubah destinasi yang bisa ditempuh dengan mobil, atau mengubah rencana perjalanan internasional ke wilayah domestik.

Perubahan pola rencana perjalanan juga terjadi di berbagai negara. Salah satu yang bisa diadopsi adalah memberdayakan kembali pariwisata lokal.

Dua pemain OTA lokal berbagi persiapan mereka menghadapi tatanan kehidupan baru. Mereka bersiap menyambut pengguna yang sudah lama berada di rumah dengan segenap strategi dan layanan yang sudah disesuaikan.

Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza menjelaskan, untuk pulih seperti sedia kala industri travel membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Kendati demikian pihaknya optimis pariwisata akan bangkit.

“Saat ini kami melihat tren staycation kembali meningkat.  Untuk semakin memudahkan pelanggan yang ingin melepas penat setelah menjalani karantina berbulan-bulan, kami menghadirkan program flash sale dengan diskon hotel s/d 50% selama bukan Juli ini,” terang Busyra.

Sementara Tiket juga mulai memperkenalkan beberapa layanan untuk menjaga pengguna setia.

Yang pertama adalah Tiket Clean yang berisi komitmen Tiket dan partner untuk bekerja sama dalam pemenuhan standarisasi protokol kesehatan dan kebersihan yang dikeluarkan badan resmi seperti WHO.

Tiket juga memperpanjang masa berlaku Tix Point. Mereka yang masa berlaku seharusnya hangus di antara bulan April-Juni akan diperpanjang hingga Desember 2020.

“Memprioritaskan layanan permintaan bantuan, lonjakan reschedule dan refund dari customer. Hal tersebut kami anggap sebagai investasi aset di kemudian hari dengan mengedepankan layanan kepada pelanggan,” terang pihak Tiket.

Yang berubah di masa pandemi

Pandemi tak hanya berdampak di Indonesia. Hampir seluruh dunia dibuat kalang-kabut karena banyak kegiatan ekonomi berhenti. Di Tiongkok, perubahan pola industri travel agent sudah terlihat.

Media lokal Tiongkok melaporkan kurang lebih ada 10.000 agensi travel yang memutuskan untuk menutup bisnisnya akhir Maret kemarin. Estimasi penurunan pemasukan dari industri pariwisata diperkirakan mencapai $420 miliar.

Di Indonesia sendiri pandemi membuat pontang-panting bisnis Airy. Akhirnya salah satu pemain di sektor hotel budget itu memutuskan untuk menutup layanan.

Laporan McKinsey bertajuk “Hitting the road again: How Chinese travelers are thinking about their first trip after COVID-19” dengan 1600 responden menyoroti berbagai hal mengenai perjalanan setelah pandemi.

Salah satu sorotan yang ada di laporan tersebut adalah perjalanan domestik yang diminati 55% responden. Pola para traveler di Amerika Serikat dan Tiongkok ini cenderung sama. Kebanyakan memiih tetap berlibur dengan waspada.

Tiket dan Pegipegi sepakat tren staycation diprediksi akan meningkat. Kebutuhan akan liburan dan situasi pandemi yang tak kunjung reda membuat masyarakat mencari solusi. Salah satu jawabannya adalah liburan yang tak jauh dari rumah.

Kendati demikian, industri travel sudah dipastikan tak lagi sama. Ada beberapa hal yang berubah. Satu yang pasti adalah protokol kesehatan. Tiket menggandeng Antis untuk memberikan perlengkapan sanitizing kit untuk mereka yang menggunakan layanan Tiket Clean.

Kick Avenue Berambisi Menjadi Juara untuk Marketplace Sneaker

Semakin matangnya adopsi teknologi di Indonesia ditandai dengan orang yang sudah semakin biasa berbelanja secara online. Ini berbanding lurus dengan pertumbuhan bisnis e-commerce. Salah satu yang mencoba peruntungan adalah Kick Avenue. Hadir sebagai platform marketplace sneaker di Indonesia, mereka cukup percaya diri dengan capaian lebih dari 50 ribu transaksi dalam kurun waktu tiga tahun beroperasi.

Kick Avenue tepatnya dimulai pada Mei 2017 oleh Christopher Eko (CEO), Alwin Sasmita (CFO), dan Reinaldo Gunawan (CTO). Christopher menceritakan mereka sudah berhasil mendapatkan suntikan dana dari angle investor tepat ketika bisnis Kick Avenue baru berjalan enam bulan.

“Memasuki tahun ke 3, Kick Avenue sudah berhasil menjangkau lebih dari ratusan ribu pengguna (baik pembeli maupun penjual) dan berupaya untuk mengembangkan jaringan bisnis ke kategori luxury handbags dan collectibles lainnya,” ujar Christoper.

Kick Avenue berusaha memosisikan dirinya sebagai marketplace sneaker yang kredibel, untuk itu mereka membuat sistem autentikasi yang bertujuan untuk memastikan keaslian produk yang diperjual-belikan di sistem mereka. Selain itu Kick Avenue juga menglaim telah mengadopsi sistem bursa, yang nantinya harga produk yang terendah akan ditampilkan terlebih dahulu. Tujuannya agar konsumen mendapatkan sneaker dengan harga yang sesuai dengan harga pasaran dan dijadikan harga jual bagi pengguna yang ingin menjual koleksi sneaker mereka.

“Di dalam paket pembelian kami terdapat kartu garansi dengan nomor seri, tanggal verifikasi yang telah ditandatangani oleh verifikator sehingga dijamin aman dan original. Kami juga memberlakukan transparansi harga untuk ribuan database penjual yang ada di platform kami, karena barang-barang hypebeast seperti ini sangat rawan untuk dilakukan pemalsuan dan permainan harga,” lanjut Christoper.

Pandemi sejatinya telah menurunkan omzet banyak pedagang. Beberapa nama di sektor e-commerce pun terpaksa gulung tikar. Kendati demikian Kick Avenue cukup optimis dengan apa yang mereka lakukan.

Mengusung visi dan misi untuk bisa menjadi marketplace otentik yang terbesar di Indonesia dan juga Asia Tenggara mereka tak hanya fokus pada bisnis, tetapi juga teknologi. Kini mereka bisa diakses melalui website maupun teknologi dan tengah berusaha mengembangkan ke banyak hal lainnya.

“[…] teknologi menjadi fokus utama sejak awal pendirian perusahaan. Setelah menguasai pengembangan platform situs web dan aplikasi, kami berupaya juga untuk membuat system internal untuk warehousing dan authentication,” imbuh Christoper.

Kini selain sneaker brand kenamaan Kick Avenue juga mempunyai beberapa proyek pengembangan sneaker atau footwear lokal. Harapannya mereka bisa menciptakan sneaker lokal yang kekinian yang bisa bersaing di pasar global.

“Untuk proyek whitelabling footwear ini, diupayakan untuk melakukan strategic partnership baik dengan sisi manufaktur juga dengan sisi marketing. 2 sektor yang membutuhkan expertise khusus dari para penggelut usaha di bidang tersebut,” tutup Christoper.

Application Information Will Show Up Here

MTARGET Introduces Oneblink to Help SMEs with Online Shopping Page

MTarget, known as a startup that offers marketing solutions and automation tools, has launched Oneblink. A digital platform to help SMEs create pages for their products. The objective is to facilitate business players easy way to show its products to potential customers.

“Oneblink is a tool to create a mini-website for online catalogs and business menu without any difficult coding. It only takes time to register, enter the business links, then publish. Instantly, the digital marketing asset is ready,” MTARGET’s Founder & CEO Yopie Suryadi explained.

He further explained, through Oneblink, users can attach links such as Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, Tokopedia, Shopee, Bukalapak, GrabFood, GoFood, and so on. They will also be facilitated to directly choose and buy domains for their business.

“First of all, it’s because of this pandemic. All businesses are being ‘forced’ to go digital. The digital adoption wave that used to be slow, is now getting rapid. It has to be digital or left behind. Also, there are many new businesses that arose during this pandemic. At least they must have a digital identity first. Then, learn how to do ads on social media and understand what to do these ads,” Yopie continued.

Oneblink’s features already exist in the MTARGET platform, however, to reach more users outside the corporation or enterprise MTARGET finally introduces Oneblink as another vertical focused on SMEs.

“Oneblink remains under MTARGET for now. We made this tool so easy that it could become a low-touch SaaS,” Yopi continued.

Oneblink leading feature

The concepts and features in Oneblink are not new. Face to face services like Linktree. However, Yopie is quite optimistic about Oneblink. There are also some excellent features such as unlimited links, domain customization, templates, embedded pixels, analytics, and others.

“[the differentiator] First, of course, local support. Our team is ready to help. Then on this Oneblink template can be sent to other users, therefore, it will open up opportunities for designers to design template services. From the technical side, this landing page builder feature has been very complete,” he explained.

The journey of Oneblink as one of MTARGET products is still long, they said the focus will be on product development and UI / UX, also continue on their mission to help more SMEs go digital.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

MTARGET Kenalkan Oneblink, Mudahkan UKM Buat Laman Etalase Online

MTarget startup yang dikenal menyediakan solusi marketing dan automation tools memperkenalkan Oneblink. Sebuah platform digital yang dapat membantu UKM membuat halaman (web) untuk etalase produk mereka. Tujuannya agar pelaku usaha mudah ketika ingin memperlihatkan apa saja yang mereka sajikan kepada calon konsumennya.

Oneblink ini merupakan tools untuk membuat mini website yang bisa digunakan untuk katalog dan menu bisnis secara online dengan mudah tanpa perlu keahlian coding. Tinggal daftar, taruh link-link bisnis, kemudian tinggal publish. Dalam sekejap sudah ada asset digital marketing,” terang Founder & CEO MTARGET Yopie Suryadi. 

Lebih lanjut ia menjelaskan, melalui Oneblink pengguna bisa memasang tautan seperti Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, Tokopedia, Shopee, Bukalapak, GrabFood, GoFood, dan sebagainya. Pengguna juga akan dipermudah dengan kemungkinan untuk memilih dan membeli langsung domain untuk bisnisnya.

“Pertama-tama karena pandemi ini ya. Boleh dibilang seluruh bisnis saat ini ‘dipaksa’ untuk go digital. Gelombang go digital yang tadinya bergerak santai, sekarang jadi begitu rapid. Harus digital atau tertinggal. Ditambah pula selama pandemi ini banyak bermunculan UKM atau usaha kuliner baru. Setidaknya mereka ini harus punya digital identity dulu. Dan berikutnya mulai mempelajari bagaimana melakukan ads di social media dan paham untuk apa melakukan ads ini,” lanjut Yopie. 

Fitur ada di Oneblink pada dasarnya sudah ada di dalam platform MTARGET, namun untuk menjangkau lebih banyak pengguna di luar korporasi atau enterprise MTARGET pada akhirnya memperkenalkan Oneblink sebagai lini bisnis atau produk yang fokus pada UKM.

“Oneblink tetap berada di bawah MTARGET untuk sekarang ini. Kami membuat tools ini begitu mudah sehingga bisa menjadi low touch SaaS,” sambung Yopi. 

Yang jadi unggulan Oneblink

Konsep dan fitur-fitur yang ada di Oneblink bukan solusi baru. Secara langsung berhadapan dengan layanan seperti Linktree. Namun Yopie cukup optimis untuk Oneblink bisa bersaing. Pasalnya di dalam Oneblink juga terdapat beberapa fitur unggulan seperti unlimited link, kustomisasi domain, template, pixel embedded, analitik, dan lainnya.

“[yang menjadi pembeda] Pertama tentunya local support. Tim kami siap membantu. Lalu di Oneblink ini template bisa dikirim sesama user, jadi akan membuka peluang juga untuk para designer untuk jasa design template. Ditambah dari sisi teknis, fitur landing page builder ini sudah lengkap sekali,” terang Yopie. 

Perjalanan Oneblink sebagai salah satu produk dari MTARGET masih panjang, untuk itu mereka menyebutkan masih akan fokus pada pengembangan produk dan fokus pada UI/UX, dan terus fokus pada misi mereka untuk lebih banyak membantu UKM go digital.

Berbagai Tips Urusan Legal yang Patut Disimak Startup Indonesia

Mendirikan sebuah startup dan menghadirkan solusi dan layanan yang tepat guna merupakan hal yang penting, tapi bukan satu-satunya. Selain fokus di urusan teknis, startup perlu mulai peduli dengan urusan legal agar tidak tersandung masalah di kemudian hari.

Founder Lexar Ivan Lalamentik menjelaskan, startup yang lalai dalam pengurusan dokumen hukum akan kesulitan mengakses berbagai fasilitas yang tersedia, seperti akases pembiayaan, investasi, pendaftaran hak kekayaan intelektual dan lainnya. Hal ini karena pengurusan dokumen legal merupakan syarat pertama untuk menjadikan perusahaan startup menjadi profesional dan bisa menjalin hubungan hukum dengan pihak ketiga.

“Biasanya, startup tidak mengetahui kebutuhan startupnya sendiri sehingga terkendala dalam melihat perizinan yang tepat. Hal ini biasanya karena model bisnis yang masih belum jelas di awal, atau sudah jelas namun salah dalam memilih Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) untuk keperluan kode di perizinannya,” terang Ivan.

Hal senada disampaikan Founder dan CEO Legalku M. Philosophi. Menurutnya, ketika suatu startup lalai atau mengesampingkan perkara legalitas, ada hal-hal yang bakal menjadi ancaman serius, seperti kehilangan momentum untuk mendapat tambahan modal, duplikasi bisnis sejenis oleh kompetitor, pengambilalihan merk dagang, gugatan perdata dan pidana ke pendiri karena startup dianggap sebagai usaha ilegal, hingga paling parah pembekuan dan penutupan usaha.

“Dari pengalaman yang kami dapatkan di lapangan, sebagian besar pendiri startup masih awam untuk mengetahui perizinan yang tepat untuk usaha yang dijalaninya. Ketidaksesuaian izin yang mereka miliki dengan bidang usaha yang tercatat di akta dan sedang berjalan menjadi penghambat bahkan masalah baru dalam menjalankan bisnis,” terang Philosophi.

(Ka-ki) Sofiarini (Finance Mgr.), Himawan Hadi (CFO), Muhamad Philosophi (Founder & CEO), Jasman Effendi (Operational Mgr.) / Legalku
(Ka-ki) Sofiarini (Finance Manager), Himawan Hadi (CFO), Muhamad Philosophi (Founder & CEO), Jasman Effendi (Operational Manager) / Legalku

Mendirikan PT

Untuk membantu bisnis startup bergerak dengan cepat sudah seharusnya startup berada di bawah nuangan perusahaan terbatas atau PT. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum para pendiri memutuskan untuk membuat PT, di antaranya adalah perjanjian kerja sama antar pendiri usaha yang berfungsi untuk mengatur hak, kewajiban, dan tanggung jawab dari masing-masing pendiri. Semacam dokumen komitmen bersama.

Selanjutnya itu dokumen-dokumen yang dibutuhkan antara lain:

  • Data identitas Pengurus dan Pemegang Saham. Berupa KTP dari pemegang saham dan juga NPWP.
  • Nama PT. Sesuai dengan UU PT Nomor 40 tahun 2007 nama PT terdiri dari tiga suku kata dengan wajib menggunakan Bahasa Indonesia.
  • Domisili PT. Khususnya untuk wilayah DKI Jakarta, domisili PT harus berada di kawasan zona perkantoran atau campuran. Sedangkan untuk wilayah lainnya disesuaikan dengan Perda masing-masing. Sebagai alternatif, domisili PT juga bisa menggunakan alamat virtual offfice. Untuk domisili ini dibuktikan juga dengan bukti sewa atau kontrak kantor atau keterangan domisili dari pengelola gedung jika berdomisili di gedung perkantoran.
  • Bidang Usaha. Ini disesuaikan dengan Klasifikasi Buku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2017.
  • Susunan Modal Dasar dan Modal Setor. Sesuai dengan Undang-Undang PT nomor 40 tahun 2007 modal dasar PT minimal sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dengan modal setor minimal 25% dari modal dasar atau sejumlah Rp 12.500.000 (dua belas juta lima ratus ribu rupiah).
  • Susunan Pemegang Saham. Minimal dua pemegang saham.
  • Susunan Pengurus. Terdiri dari minimal satu Komisaris dan satu Direktur.

“Startup harus mengetahui jenis badan usaha dan badan hukum yang tepat untuk memulai usahanya dan dikaitkan dengan target yang ingin dicapai startup. Status hukum perusahaan yang sesuai ini akan berhubungan dengan proses perizinan yang nantinya akan lebih mudah dalam persiapan dokumennya dibandingkan jika startup masih belum memiliki tujuan bisnis yang jelas,” tambah Ivan.

Ivan Lalamentik - Founder - LEXAR.id
Ivan Lalamentik – Founder dan CEO LEXAR.id

Tentang Hak Kekayaan Intelektual

Supaya tidak keliru, Hak Kekayaan Intelektuan terbagi menjadi tiga, yaitu Merk Dagang (Barang atau Jasa), Hak Cipta dan Hak Paten.

Kategori Hak Cipta Hak Paten Hak Merk
Definisi Hak Ekslusif Pencipta untuk mempubliasikan,
memproduksi dan memberi izin pemanfaatan suatu karya cipta
Hak Ekslusif Inventor karena penemuan
untuk pemecahan masalah yang spesifik
di bidang teknologi berupa penyempurnaan dan/atau
pengembangan produk atau proses
Hak Eksklusif yang terdaftar
dalam daftar umum merk
Wujud Hak Ekonomis dan moral Ekonomis dan Moral Ekonomis dan Moral
Sumber Karya Kemampuan pikiran, imajinasi, cekatan, keterampilan,
atau keahlian
Suatu hasil invensi yang berwujud, memiliki konfigurasi,
kontraksi, dan komponen (paten sederhana)
Suatu hasil karya yang memiliki pembeda
dan diwujudkan dalam unsur gambar,
warna, kata, huruf, angka, dan kombinasi

Khusus untuk merk dagang, yang perlu dipersiapkan adalah logo dan penamaan merk yang ingin didaftarkan, penentuan kelas merk dapat dilihat pada sistem Klasifikasi Merek pada portal Sistem Klasifikasi Merek Ditjen HKI.

Untuk dokumen-dokumen, yang perlu dipersiapkan untuk hak cipta atas nama perorangan:

  • Surat kuasa ditandatangani di atas materai
  • Surat pernyataan keaslian karya
  • NPWP
  • Sampel Karya

jika hak cipta atas nama perusahaan:

  • Surat pengalihan hak dari pembuat karya kepada pemegang hak cipta
  • NPWP perusahaan
  • Akta perusahaan
  • Fotokopi KTP pemohon dan pencipta karya

Persiapan sebelum pendanaan

Ivan menjelaskan, secara umum calon investor akan melakukan due diligence, termasuk aspek hukum. Yang diminta dari due diligence tersebut biasanya akta pendirian beserta perubahannya, perizinan usaha, dan legalitas lain seperti perjanjian dan lainnya. Selanjutnya juga harus ada dokumen shareholders agreement.

“Dokumen ini untuk mengetahui seberapa besar kontrol masing-masing pemegang saham terhadap bisnis Anda. Namun, jika shareholders agreement belum pernah dibuat, maka penting bagi Anda dan investor baru untuk membuatnya. Di dalam perjanjian ini, Anda harus menjelaskan secara detail mengenai ketentuan-ketentuan umum, seperti hak dan kewajiban pemegang saham, pembagian dividen, hak suara, pengalihan saham, perlindungan bagi pemegang saham,” terang Ivan.

Philosophi menambahkan, biasanya beberapa dokumen lain juga harus disiapkan, seperti dokumen finansial (salinan rekening koran perusahaan 3-6 bulan terakhir, bukti setor pajak, laporan keuangan tahun berjalan), dokumen operasional (perjanjian ketenagakerjaan, perjanjian kemitraan, vendor agreement, traksi atas usaha), dan dokumen pelengkap dan rencana usaha seperti rencana selanjutnya, inovasi, dan target-target lainnya.

“Mengapa dokumen tersebut dipersiapkan? karena hampir 70% investasi gagal dalam proses due diligence atau dengan kata lain saat pengecekan dokumentasi. Jika investasi berlanjut dalam kondisi perusahaan tidak memiliki dokumen lengkap, maka konsekuensi yang muncul adalah nilai tawar perusahaan akan semakin rendah,” imbuh Philosophi.

Tips legal untuk startup

Ivan menekankan, setiap pendiri startup harus memiliki pengetahuan mendalam terkait jenis badan usaha dan badan hukum yang tepat untuk memulai usahanya. Sementara Philosophi menyoroti bagaimana mindset pendiri startup menjadi dasar untuk memudahkan melengkapi dokumen legal di kemudian hari.

“[Menurut] Mindset banyak pendiri startup saat ini, legal merupakan biaya yang tidak relevan dengan keuntungan usaha. Maka mindset harus diubah menjadi ‘Legal is protection act, if you think compliance is expensive, try not comply.‘ Quotes ini dapat dianalogikan seperti anda memiliki teralis untuk jendela rumah Anda. Jika Anda membandingkan dengan kondisi rumah yang aman, maka teralis itu merupakan biaya yang tidak perlu, namun jika Anda membandingkan dengan kondisi rumah yang telah dirampok hingga mengancam jiwa pemilik rumah, maka biaya teralis tersebut hanya biaya kecil untuk mencegah perampokan tersebut,” terang Philosophi.

Beberapa hal lain, menurut Philosophi, yang juga bermanfaat di kemudian hari untuk urusan legalitas antara lain: pembuatan daftar manajemen risiko untuk mempersiapkan antisipasi risiko yang muncul; mencatat semua hal, baik itu rapat, perjanjian, kesepakatan, atau lainnya; dan yang terakhir memiliki legal counsel yang tepat.

India-Based Ecommercee Enabler Perpule Arrived in Indonesia

Perpule, an Indian e-commerce startup, took its ECommerce + service into Southeast Asia. Indonesia has become one of the main market share targets. Perpule specifically aims for offline retailers in fashion, groceries, electronics, and food.

Perpule Ecommerce+ on the other hand is a service that allows the business customer to create its own website and application. As developed with PWA technology, this service is claimed to be able to improve user experience up to 70%. Perpule also has Perpule UltraPOS which offers cash flow management in the application.

Perpule is quite optimistic targeting to capture 20% market share of e-commerce in Southeast Asia with services that help transform offline retailers into online. Perpule’s internal data states that the Southeast Asian retail market has a value of more than US$700 billion and people are starting to adopt the technology, especially in e-commerce.

“We are delighted to be able to enter the Southeast Asian market and will try to serve customers in the best possible way through technology-based platforms. We are very pleased to be able to officially launched in Indonesia, Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapore, and the Philippines and will do anything to help retail succeed in their online travel,” Perpule‘s CEO and Co-founder, Abhinav Pathak said.

Perpule team in Bengaluru
Perpule team in Bengaluru

Indonesia to Perpule

Perpule team told DailySocial that they see Indonesia as a country with digital transformation evolved for the past 5-10 years. Also, they believe that Indonesia is the right market for their global investment.

Perpule, with its technology, strives to help Indonesia’s offline retailers. The increasingly mature e-commerce and logistics industry is the right time for Perpule to offer its technology to retail businesses in Indonesia.

“Honestly, because Indonesia has quite a geography and everyone aims to a significant market share. There are some local players and international giants who are trying to penetrate the market, but we are very confident with our strong-offering product and help us navigate the competition,” Pathak explained.

As one of the e-commerce enabler players, Perpule is in competition with some other like Sirclo, Jubelio, EgogoHub Indonesia, 8Commerce, and others. Not to mention there are some other more specific services such as Qasir, Cashlez, Moka, Doku, and iPaymu for POS and Payment Gateway; Pakde and Waresix for warehousing solutions; to large marketplaces such as Tokopedia and Bukalapak which currently held many programs for the digital transformation of business owners.

“We always come with new markets and a very aggressive strategy to accelerate the growth of our global growth ambitions. Indonesia is very close geography and dear to our hearts and we want to help retailers as much as possible in this market to accelerate their e-commerce journey and make them successful,” Pathak added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Introducing Cakap Upskill, to Extend Self-Development Material

Cakap is well known as an application for language learning is now expanding its wings. By formalizing the UpSkill Proficient, they explore new non-language materials and categories, such as entrepreneurship, career development, and self-development.

Cakap UpSkill is to use a module-based and topic-based system, therefore, users can pick the issues, topics, and packages on demand. Cakap team said that they had 500 professional teachers in total. The internal team has curated every teacher in Cakap Upskill through several stages to guarantee the high-quality material along with the teachers.

“According to a survey, Cakap’s active user has increased up to 5 times. The traffic in Q1 also increased by 3200% compared to the same period in 2019. Users are varied not only from language enthusiasts but also the skill up to date people. Cakap Upskill was started from user’s demand to learn and improve their quality along with their competitiveness in finding jobs or creating jobs in the adapting period of the new normal,” Cakap’s CEO Tomy Yunus told DailySocial.

Cakap has been consistent with language learning services with the concept of two-way interaction or live tutoring is beginning to consider other contributions in the education sector. Cakap UpSkill is also referred to as an end-to-end solution in providing skill sharing.

“In achieving this vision, we required to develop products that are not limited by language products. It’s because we believe that Cakap is not only a language learning application, but as a vehicle to bridging students and quality material resources through two-way interactions,” Tomy continued.

EdTech exists inside people’s mind

For the past two to three years the education technology industry or edtech has slowly but surely found its best form in accordance with the needs of society. The pandemic and the recent rush of pre-employment cards succeeded in raising the awareness and opportunities of this industry.

Cakap is not quite a new player, its language learning has evolved, not only English but also Mandarin, Japanese, and Indonesian. The team also claimed that their users existed across more than 28 provinces in Indonesia. This also includes collaboration with government agencies to hold classes for their employees.

Tomy explained the Cakap UpSkill is targeting to help those new graduates who wanted to find work, open their own business, or those forced to adapt to the current situation.

“We are aware of the current economic conditions forcing the entire community to adapt and encourage them not to surrender. Through Cakap Upskill and our role as a local startup, we intend to help reduce the failure rate and accelerate recovery by increasing the quality of human resources evenly and thoroughly,” Tomy concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Lebih Dekat Mengenal eCLIS, Platform Pangkalan Data Perundang-undangan Indonesia

eClis.id (eCLIS) adalah sebuah platform yang didesain untuk memudahkan pengguna menemukan peraturan perundang-undangan Indonesia. Nama eCLIS sendiri merupakan akronim dari “Electronic Codification dan Legal Information System”. Dikembangkan mulai tahun 2015, kini eCLIS berusaha menjadi rujukan untuk informasi hukum dengan penerapan teknologi terkini.

Rajulur Rakhman, Co-founder dan CEO eCLIS menceritakan, kendati mulai dikembangkan sejak tahun 2015 platformnya baru mulai menjadi badan hukum sejak tahun 2017. Layanan mereka sudah digunakan di beberapa lembaga negara seperti Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) dan juga sejumlah korporasi seperti PT Pertamina Lubricants dan PT Terminal Teluk Lampong.

“Model bisnis yang dilakukan adalah dengan menerapkan freemium, di mana pengguna eCLIS pada dasarnya dapat menggunakan secara gratis untuk data yang bersifat informasi dasar dan dapat meningkatkan jenis keanggotaannya menjadi premium untuk dapat menelusuri nilai tambah informasi hukum yang lebih lengkap dengan fitur yang telah disediakan eClis tanpa limitasi,” terang Rajulur.

Selain kategori premium eCLIS juga menyediakan jenis berlangganan elite membership yang disiapkan khusus untuk penggunaan di lembaga/organisasi/divisi/korporasi/satuan dengan fitur yang dapat disesuaikan dengan keinginan pelanggan.

Lebih dekat dengan eCLIS

Layaknya mesin pencari, eCLIS mampu menampilkan hasil penelusuran berbasis kata kunci. Sistem eCLIS diklaim mampu melakukan content analysis sehingga penggunanya bisa mendapatkan kerangka hukum berdasarkan kata kunci yang dimasukkan. Tampilannya pun tidak hanya dalam bentuk tabel, tetapi juga x-mind map lengkap dengan komentar dan catatan para ahli hukum dan pengguna lainnya.

“eCLIS diharapkan akan dapat menjadi AI dalam bidang hukum nantinya. Ke depan algoritma hukum nasional akan harmonis dengan dinamika hukum regional dan internasional,” imbuh Rajulur.

Rajulur lebih jauh menceritakan bahwa saat ini mereka tengah berfokus pada kampanye pemasaran dan penjualan, juga tengah mencari pendanaan tahap awal yang rencananya akan dimanfaatkan untuk melengkapi eCLIS dari segi data maupun teknologi yang digunakan.

“Pendanaan tersebut akan kami gunakan untuk mencapai tujuan eCLIS yang lebih besar yakni menjadi database peraturan Indonesia dan juga knowledge-base hukum yang nantinya akan dilengkapi dengan AI untuk membantu dan mendukung dalam pengembangan sistem hukum nasional khususnya pembuatan peraturan perundang-undangan di Indonesia agar menghasilkan produk hukum yang tepat guna dan tepat sasaran serta menjadi sistem elektronik rujukan dunia dalam penelusuran informasi hukum di Indonesia,” tutup Rajulur.

Di Indonesia sendiri startup yang berkaitan dengan layanan hukum sudah banyak bermunculan. Legalku, Lexar, Poplegal, HukumOnline, Justika, dan KontrakHukum adalah beberapa nama yang juga menyediakan layanan berkaitan dengan hukum, hanya saja semuanya memiliki model bisnis dan pendekatan masing-masing.

Cakap UpSkill Diluncurkan, Perluas Cakupan Materi Pengembangan Diri

Cakap yang selama ini dikenal sebagai aplikasi untuk belajar bahasa kini melebarkan sayapnya. Dengan meresmikan Cakap UpSkill, mereka merambah materi dan kategori baru non-bahasa, seperti wirausaha, pengembangan karier, dan pengembangan diri.

Cakap UpSkill ini nantinya menggunakan sistem modul base dan topic base, sehingga pengguna bisa memilih isu, topik, dan paket yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Pihak Cakap menyampaikan, secara keseluruhan mereka memiliki 500 guru profesional. Setiap guru di Cakap UpSkill telah melewati beberapa tahapan kurasi dari tim internal sehingga kualitas materi maupun gurunya sudah dijamin.

“Menurut survei yang dilakukan, tahun 2020 pengguna aktif Cakap naik hingga 5 kali lipat. Jumlah traffic pada Q1 di Cakap juga naik 3200% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019. Kenaikan tersebut tidak hanya berasal dari peminat bahasa, tetapi juga peminat skill baru. Cakap Upskill terlahir dari permintaan pengguna Cakap yang ingin belajar dan meningkatkan kualitas diri untuk meningkatkan daya saing mereka dalam mencari pekerjaan ataupun menciptakan lapangan kerja di masa adaptasi kebiasaan baru ini,” terang CEO Cakap Tomy Yunus kepada DailySocial.

Cakap yang selama ini konsisten dengan layanan belajar bahasa dengan konsep interaksi dua arah atau live tutoring mulai menimbang untuk memberikan kontribusi lain di bidang pembelajaran. Cakap UpSkill juga disebut sebagai solusi end-to-end dalam penyediaan skill sharing.

“Untuk mencapai visi tersebut, kami merasa perlu mengembangkan produk yang tidak dibatasi oleh produk bahasa. Karena kami percaya Cakap bukan hanya aplikasi belajar bahasa, namun sebagai wadah penghubung antara pelajar dengan sumber materi berkualitas melalui interaksi dua arah,” lanjut Tomy.

EdTech mulai dapat tempat di hati masyarakat

Selama dua sampai tiga tahun belakangan ini industri teknologi pendidikan atau edtech perlahan tapi pasti menemukan bentuk terbaiknya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pandemi dan ramai-ramai kartu prakerja beberapa waktu lalu berhasil mengangkat kehadiran dan juga peluang industri ini ke permukaan.

Cakap tidak bisa dibilang pemain baru, pembelajaran bahasanya sudah berkembang, tidak hanya Bahasa Inggris tetapi juga Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang, dan Bahasa Indonesia. Pihak Cakap juga mengklaim pengguna yang mereka miliki menyebar di lebih dari 28 provinsi di Indonesia. Termasuk juga kolaborasi dengan instansi pemerintah untuk menyelenggarakan kelas untuk pegawainya.

Dijelaskan Tomy, Cakap UpSkill memiliki target untuk bisa membantu mereka lulusan baru yang ingin mencari kerja, membuka bisnis sendiri atau mereka yang terpaksa harus beradaptasi dengan situasi terkini.

“Kami sadar kondisi ekonomi saat ini memaksa seluruh masyarakat untuk beradaptasi, namun jangan sampai masyarakat pasrah akan keadaan. Melalui Cakap Upskill dan peran kami sebagai startup rintisan anak bangsa, kami berharap dapat turut menurunkan tingkat penggaguran dan mempercepat recovery dengan meningkatkan kualitas SDM secara merata dan menyeluruh,” tutup Tomy.

Application Information Will Show Up Here

Wahyoo Launches Online Platform to Shop Groceries Langganan.co.id.

Wahyoo Group, a startup focused on digitizing small shops, launched Langganan.co.id. It is an e-commerce groceries targeting residential communities, such as residential areas or apartments.

Wahyoo’s Founder & CEO Peter Shearer told DailySocial that the new platform targets a different market of Wahyoo. Langganan.co.id is present and run using Wahyoo’s infrastructure such as inventory, warehouses, and logistics which are usually used to serve food stall owners.

“With langganan.co.id, we want to reduce the distribution cost while providing greater volume to our suppliers,” Peter said.

Langganan.co.id started its operation in June 2020 and currently improving. With the existing buying and selling features, they have recently reached several housing or apartments, such as Green Lake City, Alam Sutera, Cipondih, Taman Royal, Banjar Wijaya, Modernland, Gading Serpong, Karawaci, Metro Permata, Ciledug, Puri, to PIK.

Tampilan situs Langganan.co.id
Langganan.co.id homepage

Online groceries high demand amid pandemic

The existence of Langganan.co.id enlivens similar innovations that some Indonesian startups also performed, such as Deliveree, UbIklan, Lazada, Travelio, and others. During the pandemic, some companies are adapting to new innovation, it is to maintain business growth or to survive.

Aside from internal innovation, businesses usually collaborate to seize opportunities. Bukalapak, for example, started to work with Happy Fresh to provide online grocery services, this is to answer users’ high demand.

Adjustments can sometimes be made for business models. Kedai Sayur, for example, increased demand from individual consumers, and decreased demand from restaurants and hotels made them adjust their business models or pivots. They are now present online to fulfill individual requests.

Langganan.co.id is new indeed, but with Wahyoo’s infrastructure, experience, and expertise, it makes competition in the online grocery market even more attractive. Users have all the options, it is how each online grocery player managed the user experience and item’s quality.

“Soon, it is expected to expand to a wider area after only limited to several areas of West Jakarta and Tangerang. The objective is to become a convenient shopping choice for housewives who live in residential areas,” Peter concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian