Tiga Cara Lakukan Kegiatan Pemasaran Memanfaatkan “Targeted Ads”

Saat ini sudah banyak brand dan advertiser yang mempromosikan produk mereka secara masal, tanpa melakukan riset dan memanfaatkan data untuk menargetkan konsumen yang tepat. Idealnya adalah produk yang ingin dipasarkan bisa menarik perhatian konsumen dan kemudian langsung membeli, namun jika hal tersebut tidak dijalankan dengan tepat, bisa mengakibatkan pengeluaran yang tidak maksimal dalam jumlah yang besar.

Artikel berikut akan merangkum tiga cara untuk melakukan kegiatan pemasaran dengan memanfaatkan iklan yang tepat sasaran konsumen.

Cari tahu konsumen yang membutuhkan produk

Cara terbaik melakukan kegiatan pemasaran yang efektif adalah, dengan mencari tahu siapa saja konsumen yang saat ini sedang membutuhkan barang, layanan yang dimiliki brand. Lakukan langkah tersebut dengan memanfaatkan Marketing Tools atau layanan lainnya yang menyediakan data tersebut.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan media sosial dan lakukan pencarian memanfaatkan keywords. Kumpulkan data tersebut sebanyak mungkin, kemudian mulailah sebarkan promo tersebut.

Manfaatkan platform paid marketing tools

Saat ini Google dengan berbagai fitur untuk kegiatan berpromosi sudah menyediakan cara mudah untuk Anda melakukan kegiatan pemasaran dengan menargetkan konsumen yang tepat, demikian juga dan Facebook dan media sosial lainnya.

Jika Anda ingin memasarkan produk baru yang terbilang “niche“, cara ini bisa dilakukan untuk melihat siapa saja konsumen yang tertarik, memanfaatkan kategori yang telah tersedia.

“Facebook is the place to test new ideas and you can get started rather quickly by building a landing page where prospects can sign up to join a waiting list.”

Penyebaran promosi melalui word-of-mouth

Memanfaatkan testimoni dari konsumen yang sudah menggunakan layanan atau produk Anda juga bisa dilakukan untuk mendapatkan konsumen yang tepat, demikian juga dengan rekomendasi atau penyebaran secara word-of-mouth.

Selain lebih relevan dan menarik perhatian konsumen yang tepat, cara seperti ini juga bisa meyakinkan konsumen baru untuk mencoba produk Anda hingga kemudian membelinya.

“Word-of-mouth can be a great tailwind for consumer businesses and this type of activity is a good sign that might take place.”

Rencana AdAsia Luncurkan Marketplace “Influencer” untuk Brand dan Advertiser

Besarnya peluang untuk kegiatan pemasaran yang lebih efektif memanfaatkan influencer, menjadikan kegiatan ini pilihan pertama dari brand hingga advertising untuk melancarkan kegiatan pemasaran. Melihat potensi yang menjanjikan tersebut, AdAsia perusahaan teknologi yang fokus kepada adtech di negara Asia Pacific, berencana untuk fokus mengembangkan produk tersebut memanfaatkan Artificial Intelligence (AI).

Kepada media, Co-founder dan CEO AdAsia Kosuke Sogo mengungkapkan, saat ini secara global AdAsia telah memperoleh sekitar 10 ribu influencer, dan menargetkan 100 ribu influencer secara global dalam waktu 1-2 tahun ke depan.

“Dengan memanfaatkan influencer kami bisa membantu brand dan advertiser mendapatkan influencer yang tepat dan relevan memanfaatkan teknologi AI, serta menyebarkan kegiatan promosi tersebut kepada berbagai channel yang kami miliki.”

Di Indonesia sendiri teknologi AI yang digunakan AdAsia untuk mengolah data dan melihat consumer-behaviour diklaim merupakan layanan pertama yang hadir di Indonesia.

Tiga produk unggulan AdAsia

Untuk menampung semua data yang dimiliki oleh AdAsia memanfaatkan teknologi AI, rencananya pada awal tahun 2018 mendatang, AdAsia akan meluncurkan produk terbaru bernama CastingAsia. Dengan platform ini nantinya brand dan advertiser bisa memanfaatkan marketplace influencer yang telah dikumpulkan oleh AdAsia memanfaatkan teknologi Ai dan pengolahan data. Dengan demikian memudahkan brand dan advertiser menemukan influencer yang tepat.

Selain CastingAsia produk unggulan lainnya dari AdAsia adalah AdAsia Digital dan AdAsia Ad Network serta AdAsia Video Network. Sementara klien dari AdAsia kebanyakan datang dari perusahaan OTA, FMCG, layanan e-commerce, ritel hingga produk kecantikan.

“Kami berusaha memanfaatkan teknologi AI di semua layanan yang kami hadirkan, agar bisa lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan klien,” kata Kosuke.

Mendirikan R&D Center di Vietnam

Sejak didirikan pada tahun 2016 lalu, AdAsia telah beroperasi di Singapura, Bangkok, Jakarta, Ho Chi Minh, Hanoi dan Taipei. Dalam waktu dekat AdAsia juga akan melakukan ekspansi ke Uni Emirat Arab serta India. Ekspansi tersebut merupakan salah satu rencana dari AdAsia usai mendapatkan pendanaan Seri A dari JAFCO Asia sebesar $12 juta bulan April 2017 lalu.

“Rencananya kita juga akan membangun data center di Ho Chi Minh untuk mengolah data dan tentunya menerapkan teknologi AI di semua produk yang dimiliki oleh AdAsia,” kata Kosuke.

Disinggung tentang adanya rencana untuk melakukan fundraising tahun 2018 mendatang, Kosuke menyebutkan saat ini belum memiliki rencana, namun melihat besarnya minat dari beberapa investor yang ingin berinvestasi di AdAsia, Kosuke dan tim masih membuka peluang untuk melakukan fundraising.

Perluasan ke platform SaaS HR

Meskipun mengklaim sebagai perusahaan yang bergerak dibidang periklanan, namun tahun 2018 mendatang AdAsia akan melebarkan bisnisnya dengan menghadirkan produk SaaS (software-as-a-Service) berupa HR platform memanfaatkan teknologi AI.

“Dengan software ini nantinya bisa membantu perusahaan menemukan kandidat yang tepat memanfaatkan data dari berbagai sumber yang diolah memanfaatkan teknologi AI,” tutup Kosuke.

T-CASH’s Focus as Agnostic Product and Plan to Spin Off From Telkomsel

Telkomsel’s mobile money product which already developed since 2015, T-CASH, has gone through several changes in the edge of 2017. Next year, T-CASH will try to be “free” from Telkomsel and become an independent platform (agnostic); able to use by wider audiences, not only Telkomsel users.

T-CASH’s CEO Danu Wicaksana said to DailySocial, public adoption in 2017 shows positive trend, visible from T-CASH registered users that have reached 10 millions in 34 provinces.

“In 2017, T-CASH will be focused on building strong CICO (Cash-In-Cash-Out) points ecosystem throughout Indonesia, both in big and small cities, adding T-CASH use case and services, strengthening merchant networks receiving T-CASH, improving platform’s reliability and performance, both mobile app and its backend system.”

In addition, T-CASH will improve awareness regarding products and guidelines for larger public to gain new users.

About 2018’s plan, Wicaksana, who previously was Berrybenka’s Managing Director, clearly said to continue his commitment in providing various kinds of innovative products and services for public, in order to support cashless society ecosystem.

“Few examples of innovative technology we plan to develop is e-KYC (electronic-Know Your Customer), dynamic QR code, face-recognition login technology and so on. For services, we offer various kinds of financial products to our customers such as insurance, loan and others,” said Wicaksana.

Spin off plan

To be able to grow faster, T-CASH plans to spin off from Telkomsel and run as an independent business. Related to the plan, Wicaksana confirms there is indeed a future intention.

In claiming to be agnostic product, T-CASH’s next strategy is to serve public without having to be Telkomsel users.

“We have plans in several months ahead to make T-CASH as an agnostic product of electronic money. It can be used by customers from any mobile network operators in Indonesia,” Wicaksana concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Celebrating 2nd Anniversary, Shopee Claims Annualized GMV in Seven Countries Has Reached $5 Billion

Celebrating its 2nd anniversary, Shopee claims to have significant development in 7 markets (Singapore, Malaysia, Taiwan, Thailand, Vietnam, Phillipine and Indonesia), with annualized Gross Merchandise Value (GMV) over $5 billion and 80 million downloads in the areas.

In Indonesia, Shopee which mostly focus on C2C sector, claims to have more than 100 million active listings, over 1 million sellers and brands with 25 million downloads. This number has increased 350% from last year.

Shopee’s determination in Indonesia also showed in various sellers recruitment and community training all across Indonesia. They regularly held Kampus Shopee in 13 cities and reached more than 10 thousands participants.

“We are working to help enterprisers in improving their sales and learn from us in developing online business,” Handika Jahja, Shopee’s Head of Marketing, said to media (11/29).

Furthermore, to accommodate more employees in the first quarter of 2018, Shopee plans on moving their office to unspecified location.

Prepare new plan and feature post-IPO

As an e-commerce under Sea Limited (previously known as Garena), after the last Initial Public Offering (IPO) on New York Stock Exchange, Sea Limited will pour in fresh funding for Shopee. Regarding this plan, Handika said the team is proceeding features and promotions to be launched in Indonesia.

“According to the plan, Shopee will announce the latest plans and features by the end of 2017 directly from Shopee’s CEO Chris Feng,” Jahja said.

“Free Shipping” still apply

Since launched in Indonesia last 2015, most customers are coming from Jakarta and mostly women. A reason behind the increasing number of 50 million Shopee’s customers in last October is free shipping feature.

Whether any other strategies beside free shipping, Jahja said the feature will keep going due to observation of old and new customer’s interest.

“One of the reasons behind new customers and the loyal ones is free shipping and Shopee will continuously using this feature to invite customers,” Jahja concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Layanan Marketplace Penyewaan Barang Sevva Perbarui Tampilan Situs dan Luncurkan Aplikasi Mobile

Setelah menjalankan bisnisnya sejak tahun 2016, Sevva, marketplace sewa-menyewa barang secara online mengubah tampilan situs mereka menjadi lebih mobile friendly, sekaligus meluncurkan aplikasi untuk platform Android.

Kepada DailySocial, CEO Sevva Erik Hormein mengungkapkan, diluncurkan aplikasi ini juga membantu pemilik barang dengan fitur unggulan yaitu pemilik rental dapat menggunakan aplikasi ini sebagai rental management system untuk pencatatan produk, penyewa barang dan transaksi secara digital.

“Kami ingin membantu para pemilik bisnis rental untuk mengalihkan pencatatan mereka dari Excel atau pun buku, menjadi digital dan terintegrasi melalui aplikasi Sevva Vendor. Untuk versi iOS rencananya akan diluncurkan pada tahun depan.”

Fitur smart search dan peningkatan sistem keamanan

Untuk memudahkan pengguna mencari barang-barang pilihan untuk dipinjam, Sevva menyediakan fitur smart search untuk membantu pengguna dalam proses pencarian produk sesuai kebutuhan. Fitur smart search juga memungkinkan penyewa mencari produk melalui berbagai filter sesuai dengan kategori produk. Misalnya memilih stroller berdasarkan berat anak, memilih koper berdasarkan maksimum kapasitas dan kamera berdasarkan kegunaan.

Peningkatan lain yang dilakukan Sevva kali ini juga fokus pada sistem keamanan. Dengan misi membangun ekosistem sewa bertanggung jawab, Sevva menambahkan lapisan verifikasi untuk penyewa. Fitur keamanan ini bertujuan agar para penyedia barang sewa tidak perlu khawatir atas penggunaan barangnya.

“Sevva hadir sebagai platform online yang menjawab kebutuhan sewa-menyewa yang mudah dan cepat. Namun tidak hanya itu tujuan kami di Sevva, keamanan dan kepuasan pelanggan demi terciptanya ekosistem sewa bertanggung jawab merupakan komitmen kami. Untuk itu, kami akan terus meningkatkan layanan sesuai dengan kebutuhan sewa masyarakat Indonesia,” kata Erik.

Sejak diluncurkan, Sevva mengklaim mengalami pertumbuhan jumlah pengguna hingga 100%. Sementara itu barang yang paling banyak disewa oleh pengguna adalah perlengkapan bayi, kamera, dan koper.

Untuk pilihan pembayaran, Sevva menyediakan bank transfer hingga kartu kredit. Terkait urusan logistik, hingga kini kegiatannya masih dilakukan secara langsung oleh pemilik barang kepada penyewa dan memanfaatkan layanan jasa kurir. Pada awal 2018, Sevva berencana melakukan integrasi layanan logistik ke dalam platform.

Target Sevva di tahun 2018

Masih rendahnya edukasi dan awareness di kalangan masyarakat, terkait penyewaan barang secara online, masih menjadi kendala Sevva untuk mempercepat pertumbuhan bisnis. Untuk meminimalkan terjadinya penipuan dan kendala teknis, Sevva memiliki target yang ingin dicapai di tahun 2018 mendatang.

“Target Sevva di tahun 2018 adalah bekerja sama dengan ratusan pemilik bisnis rental di seluruh Indonesia untuk meningkatkan awareness sewa-menyewa produk secara digital dan terintegrasi. Sevva akan memfasilitasi transaksi rental yang aman dan terpercaya dalam satu wadah agar tercipta ekosistem sewa-menyewa yang bertanggung jawab,” tutup Erik.

Application Information Will Show Up Here

Memahami Content Marketing dan Cara Tepat Brand Memanfaatkannya

Dalam edisi #SelasaStartup kali ini, topik content marketing dan bagaimana cara yang tepat bagi brand untuk memanfaatkannya, dibahas tuntas oleh Co-Founder dan CEO Indonesia GetCRAFT Anthony Reza Prasetya. Pengalamannya di bidang periklanan dan hubungan baik yang tercipta dengan berbagai brand menghasilkan sebuah perusahaan yang fokus kepada pertumbuhan bisnis dengan pendekatan kepada content marketing yaitu GetCRAFT.

“Saat ini ketika adblocker sudah semakin banyak digunakan oleh pengguna smartphone di Indonesia (40%), mengharuskan brand untuk melakukan cara cerdas memanfaatkan content marketing,” kata Anthony.

Untuk memahami lebih lanjut apa itu content marketing, channel apa saja yang bisa dimanfaatkan, serta faktor pendukung apa yang bisa membantu content marketing tampil lebih stand out, simak paparan Anthony dalam rangkuman tips berikut ini.

Content marketing dibanding iklan berbayar

Salah satu cara paling ampuh untuk brand mempromosikan produk mereka adalah melalui iklan, yang bisa berupa TVC, print ads, video ads dan lainnya. Namun demikian saat ini ketika media, media sosial hingga layanan video streaming mulai banyak menampilkan berbagai iklan tersebut, tidak terlalu memberikan impact yang baik kepada audience.

Banyak alasan mengapa banyak orang kemudian “terganggu” dengan kehadiran berbagai iklan tersebut, namun yang pasti brand dan advertiser mulai menyadari respon negatif dari audience terkait dengan iklan yang dilakukan dengan cara konvensional.

Alasan tersebut menjadikan content marketing tampil lebih unggul, dengan tulisan yang bisa dikustomisasi menyesuaikan dengan target audience yang relevan, iklan dan kegiatan berpromosi yang disematkan dalam bentuk tulisan, bisa membantu brand melakukan edukasi sekaligus melancarkan engagement dengan target audiens yang tepat.

Lebih efektif dibandingkan “programmatic ads”

Keunggulan lain yang dimiliki oleh content marketing adalah sifatnya yang everlasting. Meskipun tidak memanfaatkan media berbayar atau advertising tools, namun jika sarat dengan informasi dan tulisan yang menarik mampu menarik perhatian audience lebih lama. Sementara untuk programmatic ad akan berbeda hasil akhirnya. Ketika budget untuk promosi memanfaatkan advertising tools dihentikan, akan berpengaruh kepada jumlah view hingga traffic. Menjadikan content marketing lebih cost effective sekaligus akurat jika diterapkan dengan tepat.

Content marketing membantu kegiatan pemasaran berbayar

Salah satu cara yang bisa dilakukan brand adalah menyesuaikan konten dari produk yang ingin dipromosikan memanfaatkan media berbayar yang tepat. Misalnya jika brand ingin memasarkan produk teknologi atau gadget terbaru, bisa memuat tulisan berupa ulasan atau tips dan trik yang bisa dipromosikan memanfaatkan media atau influencer (blog). Dengan demikian kegiatan berbayar tersebut akan memberikan hasil yang lebih efektif didukung dengan konten yang relevan.

Membantu membangun kredibilitas brand

Cara terbaik untuk menyebarkan content marketing adalah memberikan ulasan atau informasi yang berbeda kepada target audience yang tepat. Hindari membuat content marketing untuk “semua” namun sesuaikan topik yang berbeda. Dengan demikian audience yang membaca bisa lebih relate kepada konten yang ada dan bisa meningkatkan kredibilitas brand tersebut.

Kombinasikan content marketing dengan media sosial

Media sosial selama ini sudah banyak dimanfaatkan brand untuk melakukan engagement ke audience. Komunikasikan dengan baik tema atau topik dari content marketing memanfaatkan media sosial, untuk itu pastikan tim media sosial Anda melakukan engagement dengan target audience setiap hari.

Dalam hal ini, menurut Anthony, Facebook dan Twitter merupakan media sosial yang tepat untuk melancarkan kegiatan content marketing, sementara untuk Instagram lebih efektif untuk memberikan inspirasi dan kurang efektif untuk kegiatan content marketing.

Tentukan platform yang tepat

Saat ini, ketika Youtube sudah mulai banyak dimanfaatkan brand untuk berpromosi, pastikan untuk membuat iklan dalam bentuk video yang sarat dengan informasi dalam waktu yang singkat. Manfaatkan waktu sesingkat mungkin di awal, sebelum target audience Anda mulai berpaling saat membuka Youtube atau layanan video streaming lainnya.

Pencapaian T-CASH dan Rencana Transformasi Menjadi Platform Agnostik Tahun 2018

T-CASH bisa dibilang masih dikenal masyarakat sebagai bagian tak terpisah dari layanan pengguna Telkomsel. Untuk memastikan semua layanan T-CASH bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas, hari ini CEO T-CASH Danu Wicaksana menjabarkan pencapaian dan rencana ke depan T-CASH.

“Pada hari ini kami ingin menyampaikan informasi terkini soal T-CASH yang selama satu tahun terakhir telah mengalami peningkatan jumlah active user hingga empat kali lipat dan fokus kepada dua segmentasi pasar, yaitu mikro dan lifestyle.”

Sebelumnya Danu telah mengungkapkan bahwa T-CASH akan menjadi layanan yang agnostik. Rencananya, kuartal pertama tahun 2018, layanan tersebut akan tersedia secara umum.

“Dengan rencana tersebut kami ingin menjadi layanan mobile money yang bersifat independen dan bisa berkolaborasi, bukan hanya dengan operator telekomunikasi lain, namun juga korporasi hingga pemerintah,” kata Danu.

Dengan kehadiran produk yang bersifat agnostik tersebut, target T-CASH adalah mendapatkan pengguna baru dalam jumlah masif di luar pengguna Telkomsel.

Fokus ke pertumbuhan pengguna aplikasi mobile

Sejak diluncurkan hingga kini, T-CASH telah memiliki 10 juta pengguna T-CASH yang terdaftar, 60 juta transaksi per tahun (annual), dan mengklaim sebanyak 90% pengguna merasakan pengalaman yang baik saat menggunakan T-CASH.

Dari empat user interface yang dimiliki T-CASH (USSD, NFC Sticker, Mobile App, dan Web-Check Out), sebagian besar pengguna T-CASH masih memanfaatkan USSD untuk menikmati T-CASH. Jumlah pengguna aplikasi mobile dianggap masih kurang.

Hal tersebut kemudian menjadi fokus T-CASH selanjutnya, yaitu mengubah persepsi penggunaan T-CASH yang kebanyakan menggunakan sticker dan USSD.

“Kami menyadari dari sekian banyak pengguna yang ada di Indonesia tidak semua memiliki smartphone untuk penggunaan aplikasi mobile T-CASH, karena alasan itulah penggunaan USSD melalui SMS masih dominan. Namun ke depannya kami ingin mendorong lebih banyak pengguna untuk memanfaatkan aplikasi mobile,” kata Danu.

Sementara untuk pengisian T-CASH, atau yang dikenal dengan istilah CICO (Cash-in Cash-out), yang paling banyak digunakan adalah pengisian memanfaatkan ATM, ritel modern (Indomaret dan merchant), Grapari Telkomsel, dan Bang T-CASH.

“Selain itu kami juga mulai menerima banyak penyaluran dana yang diinisiasi oleh pemerintah, korporasi, hingga remittance memanfaatkan T-CASH,” kata Danu.

Hadirkan pinjaman (lending) kepada UKM

Dengan konsep baru yang mulai dikembangkan selama satu tahun terakhir, T-CASH memiliki enam strategi framework, di antaranya adalah fokus kepada airtime, offline merchant payment, online payment, remittance/P2P transfer, transportasi dan financial services (asuransi dan pinjaman). Semua kerangka tersebut bakal diterapkan secara bertahap oleh T-CASH sebagai kerangka yang solid.

“Untuk remittance sendiri hanya T-CASH yang memiliki proses secara real time, yaitu uang yang ditransfer melalui T-CASH ke bank-bank yang terdaftar sudah bisa secara langsung diterima oleh pengguna,” kata Danu.

Sementara untuk transportasi, T-CASH memiliki rencana untuk menjalin kerja sama dengan Blue Bird dan TransJakarta sebagai penyedia layanan pembayaran. Sementara untuk segmen Financial Services, yang saat ini masih dalam tahap pengembangan, bisa dimanfaatkan pihak terkait untuk melihat credit scoring pengguna.

“Kami juga telah bekerja sama dengan bank BTPN, BNI, dan BTN dalam hal pemberian modal dalam jumlah beragam kepada UKM di seluruh Indonesia,” kata Danu.

Target T-CASH selanjutnya

Selain memisahkan diri dengan Telkomsel dan menjadi perusahaan yang independen, rencana T-CASH selanjutnya adalah memperkuat customer base yang saat ini sudah berjumlah 10 juta menjadi 100-120 juta dalam waktu 5 tahun ke depan. Pada tahun 2019-2020 mendatang, T-CASH berencana masuk ke tahap scale-up, dilanjutkan dengan menjadi pemain utama hingga tahun 2021 mendatang.

T-CASH akan bersaing dengan sejumah layanan pembayaran berbasis server lainnya, termasuk yang diinisiasi perusahaan telekomunikasi, perbankan, maupun startup. Yang terakhir ini contohnya seperti Go-Pay dan DANA.

“Sebagai layanan yang berbasis server, T-CASH diharapkan bisa menjadi mobile money provider nomor satu di Indonesia, sekaligus mendorong inklusi finansial dan cashless society di Indonesia,” tutup Danu.

Application Information Will Show Up Here

Fokus T-CASH Jadi Produk Agnostik dan Rencana “Spin Off” dari Telkomsel

Produk layanan mobile money Telkomsel yang telah dikembangkan sejak tahun 2015 lalu, T- CASH, di akhir tahun 2017 banyak mengalami perubahan. T-CASH tahun depan disebut akan mencoba “lepas” dari bayang-bayang Telkomsel dan menjadi platform tersendiri (agnostik) sehingga bisa dimanfaatkan kalangan yang lebih luas, tak sebatas pengguna Telkomsel.

Kepada DailySocial, CEO T-CASH Danu Wicaksana mengungkapkan, Adopsi masyarakat di 2017 ini menunjukkan tren positif, terlihat dari jumlah pengguna terdaftar T-CASH saat ini sudah mencapai lebih dari 10 juta pengguna terdaftar di 34 provinsi di Indonesia.

“Di 2017 ini, T-CASH memiliki fokus untuk membangun ekosistem CICO (Cash-In Cash-Out) points yang kuat di seluruh wilayah Indonesia, baik di kota besar maupun kecil, menambah layanan dan fungsi/kegunaan (use case) T-CASH, memperkuat jaringan merchant-merchant ritel yang menerima T-CASH, meningkatkan kehandalan dan performa dari platform teknologi T-CASH, baik di aplikasi mobile maupun sistem di backend-nya.”

Selain itu T-CASH juga ingin meningkatkan awareness mengenai produk dan cara penggunaan T-CASH ke lebih banyak masyarakat Indonesia, untuk menambah jumlah pengguna.

Disinggung tentang rencana di tahun 2018 mendatang, Danu yang sebelumnya adalah Managing Director Berrybenka menegaskan akan terus berkomitmen untuk senantiasa menghadirkan beragam inovasi produk dan layanan bagi masyarakat, guna mendukung terciptanya ekosistem cashless society.

“Contoh beberapa inovasi teknologi yang kami rencanakan untuk dikembangkan ke depannya adalah e-KYC (electronic-Know Your Customer), QR code yang dinamis, teknologi login menggunakan pengenalan wajah, dan lain-lain. Untuk layanan, kami akan menawarkan berbagai produk finansial ke pelanggan-pelanggan kami, seperti asuransi, pinjaman, dan lain-lain,” kata Danu.

Rencana spin off

Untuk bisa mengembangkan bisnis lebih cepat, T-CASH rencananya akan keluar dari Telkomsel dan menjalankan bisnis secara independen. Disinggung terkait adanya rencana tersebut, Danu memberikan konfirmasi bahwa memang ada wacana tersebut ke depannya.

“Mengenai wacana akan dilakukannya spin off menjadi perusahaan sendiri, untuk saat ini proses tersebut masih kami terus diskusikan secara internal. Kami melihat adanya beberapa hal positif di dalam rencana ini. Kami akan menginformasikan kembali apabila sudah ada perkembangan signifikan mengenai hal ini,” kata Danu.

Mengklaim ingin menjadi produk yang bersifat agnostik, strategi T-CASH selanjutnya adalah melayani masyarakat tanpa harus menjadi pengguna Telkomsel terlebih dahulu.

“Kami telah memiliki rencana dalam beberapa bulan ke depan untuk menjadikan T-CASH sebagai suatu produk uang elektronik yang agnostik, sehingga bisa digunakan oleh pelanggan dari semua operator seluler di Indonesia,” tutup Danu.

Application Information Will Show Up Here

Targeting Online Business, Doku Launches Integrated Web Portal Doku Merchant

Following PinjamDoku launching, Doku e-wallet, a service is to help users in shopping online without credit card or bank account, launches its latest product called Doku Merchant. They rolled out the latest service for businessman who sells intensely on social media, startup, and communities, whether they have online stores or not, up to the large companies with its own internal system.

“Doku Merchant is the fastest way for businessman to start a business immediately and receive payments online. This portal can cut-off semi-manual on-boarding process to be brief and in order,” said Nabilah Alsagoff, DOKU’s COO.

The features in this web portal are still in its finishing touch. However, for merchants or businessman interested, they can directly access the site.

Integrated with two main features

The two main features are reporting and market analytics which integrated in DOKU Merchant web portal. It is expected to help merchants to monitor sales, analyse user habit, and provide projections of their online store’s sales trend.

“Doku Merchant’s web portal provided with reporting & market analytics new features is ready to support any kinds of businesses, the point is one access to support every business. Our reporting & market analytics feature is very helpful for merchants in controlling, analysing, projecting and planning their business strategies,” Alsagoff said.

In addition, Doku also provides quick access for merchants in need for funding to develop their business. Quick access to P2P lending is provided only to those who joins for at least 6 months with good transaction history.

To make it easier in monitoring all activities, Doku Merchant is capable for remote management and provide businessman with an easy mobile management.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Program Akselerasi untuk “Social Enterprise” “Remake City Jakarta” Gelar Kegiatan Demo Day

Bertujuan untuk menarik minat lebih para entrepreneur di sektor Social Enterprise, UnLtd Indonesia & Instellar menggelar acara “Demo Day” yang menghadirkan tiga startup untuk mempresentasikan produk mereka.

Program akselerasi yang diberi nama Remake City Jakarta ini telah digelar selama 3 bulan dengan berbagai kegiatan mentoring oleh pelaku startup di bidang social enterprise. Di antara mentor yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut adalah CEO eFishery Gibran Huzaifah.

Kepada media, Execituve Director UnLtd Indonesia dan CEO Instellar Romi Cahyadi mengungkapkan, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi social enterprise untuk tampil memberikan kontribusi kepada masyarakat.

“Program akselerasi untuk bisnis ini kami adakan agar lebih banyak lagi entrepreneur yang berkecimpung di social enterprise sesuai dengan visi dan misi dari kami,” kata Romi.

Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Direktur Eksekutif Crevisse Partners Wonyoung Kim yang menyampaikan harapannya kepada startup lokal untuk memajukan social enterprise di Indonesia.

“Kami membutuhkan semua dukungan dan partisipasi dari para stakeholder yang merupakan bagian ekosistem Remake City Jakarta dan program lainnya untuk meningkatkan potensi dan kontribusi kami untuk perkembangan dunia global,” kata Wonyoung.

Selain memberikan pelatihan dan networking, Remake City Jakarta disebut akan terus mendukung pertumbuhan startup yang telah mengikuti program hingga sustainable.

Layanan air bersih hingga modal untuk petani

Dalam kegiatan tersebut terpilih tiga startup yang fokus kepada social impact mulai dari layanan hingga produk yang diberikan. Tiga startup tersebut adalah, Crowde, Nazava dan Temu.

Berikut adalah informasi lengkap tiga startup peserta program Remake City Jakarta.

Crowde merupakan platform crowdfunding untuk investor berinvestasi dalam proyek pertanian. Selama menjalankan bisnisnya Crowde mengklaim telah membantu sekitar 8 ribu petani mendapatkan modal melalui skema dan model peminjam dalam bentuk syariah.

Nazava menjual filter air yang mudah digunakan untuk menghilangkan 99,9% bakteri dalam air dengan harga terjangkau. Nazava telah berhasil menjual dan mendistribusikan 80 ribu filter air dan lebih dari 400 ribu orang yang telah merasakan manfaatnya. Startup yang berbasis di Bandung, Jawa Barat ini memberikan pilihan air bersih kepada keluarga.

Temu berupa platform berbasis web dan mobile yang sesuai untuk pencari kerja dengan penyedia pekerjaan. Temu fokus kepada pencari kerja low skill yang membutuhkan informasi lowongan pekerjaan secara online. Hingga akhir November 2017, Temu mengklaim telah memberikan akses dan kemudahan informasi lowongan pekerjaan kepada lebih dari 25 ribu orang di Indonesia.