Mudahkan Perusahaan Kelola Tunjangan Pegawai, Mekari Luncurkan Flex

Mekari selaku pengembang produk SaaS untuk UKM dan mid-enterprise menghadirkan produk terbaru yang dapat membantu bisnis mengelola tunjangan pegawai secara fleksibel. Bernama Mekari Flex, produk baru tersebut diharapkan bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mendigitalkan proses yang sebelumnya dilakukan manual. Di sisi lain, pegawai juga bisa memantau dan mengakses informasi tersebut di aplikasi.

Mekari Flex merupakan platform digital yang terintegrasi dengan Human Resources Information System (HRIS), memungkinkan berbagai jenis perusahaan mengelola benefit karyawan yang lebih fleksibel tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Biasanya proses pencarian dan negosiasi rekanan vendor merupakan langkah administratif yang cukup memakan waktu hingga kebanyakan HR bekerja sama dengan pihak ketiga dalam mengurus hal tersebut dengan tambahan biaya yang besar.

“Dengan automasi yang dihadirkan Mekari Flex, kami berusaha menjawab permasalahan tersebut dan menghadirkan platform yang memungkinkan segala jenis perusahaan menerapkan benefit yang fleksibel dengan mudah, tanpa biaya besar, dan memberikan manfaat yang maksimal bagi karyawan.” kata Co-Founder & CEO Mekari Suwandi Soh.

Untuk menggunakan platform Mekari Flex, perusahaan harus terdaftar di Talenta terlebih dulu.

Strategi monetisasi dan kategori

Disinggung perusahaan seperti apa yang diincar oleh Mekari untuk menggunakan Mekari Flex, SVP CEO Office Mekari Arvy Egadipoera mengungkapkan, secara desain Mekari Flex bersifat fleksibel, sehingga bisa dikustomisasi oleh masing-masing perusahaan.

Terdapat 4 kategori yang kemudian ditawarkan oleh Mekari Flex kepada perusahaan, di antaranya adalah protection, wellness, lifestyle, dan commuting. Untuk masing-masing kategori, Mekari Flex telah menggandeng beberapa vendor. Mulai dari perusahaan asuransi, layanan groceries, hingga layanan kesehatan dan kecantikan.

Ke depannya Mekari Flex akan terus menambah kemitraan dengan vendor. Saat ini terdapat sekitar 30 mitra dengan lebih dari 80 produk penawaran. Monetisasi model berdasarkan commercial agreement dengan partner dan subscription fee dari platform sendiri.

“Untuk perusahaan yang ternyata juga telah bekerja sama dengan vendor lain sebelumnya, bisa juga nantinya disesuaikan dan ikut dimasukkan ke dalam Mekari Flex. Dengan demikian bisa menambah pilihan vendor di Mekari Flex juga,” kata Arvy.

Sejak diluncurkannya Mekari Flex, telah mendapat respons yang positif dari perusahaan khususnya divisi HR, karena platform ini diklaim bisa membantu mereka menyelesaikan permasalahan administrasi dan rekapan yang masih manual.

“Bagi karyawan pun, tentu saja senang karena benefit yang diberikan tidak terbatas dan mereka juga dapat langsung melihat sisa saldo benefit secara transparan. Terutama bagi perusahaan yang tidak mempunyai budget besar dengan hadirnya Mekari Flex, perusahaan tetap bisa memberikan benefit yang beragam dengan harga istimewa,” kata Arvy.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Singgahsini Jadi Strategi Perluasan Bisnis Mamikos, Gandeng Mitra Pemilik Properti

Setelah sebelumnya dikenal dengan nama Mamirooms, salah satu layanan Mamikos yang diperuntukan kepada pemilik indekost, kini mengubah nama menjadi “Singgahsini”. Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Mamikos Maria Regina Anggit mengungkapkan, perubahan nama dilakukan untuk memberikan nuansa lokal karena Singgahsini merupakan layanan manajemen properti yang berasal dari Indonesia.

“Kami ingin membantu lebih banyak lagi pemilik kos untuk mengoptimalkan okupansi kosnya, juga memberikan kenyamanan tempat tinggal yang lebih baik bagi pencari kos,” kata Anggit.

Singgahsini menawarkan pengelolaan properti end-to-end sehingga mitra (pemilik properti) tidak perlu khawatir mengenai operasional bisnis. Sejak diluncurkan pada bulan Januari 2019, kos Singgahsini telah tersebar di Jabodetabek, Bandung & Jatinangor, Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, dan Malang.

Beberapa layanan yang disuguhkan ke mitra meliputi pemasaran kamar, pemasaran visual, standardisasi fasilitas dan re-touch/re-design, pre-conditioning, pelatihan kepada operator atau penjaga, pembuatan SOP, penjadwalan survei, hingga pengelolaan pemesanan.

“Singgahsini bekerja sama dengan mitra Mamikos untuk memenuhi okupansi kos dengan beberapa model kerja sama, yakni Bagi Hasil, Minimal Jaminan Pendapatan, atau Jaminan Pendapatan Penuh; tergantung dari hasil evaluasi properti. Untuk saat ini Layanan Singgahsini masih untuk kos, namun tidak menutup kemungkinan akan merambah ke apartemen,” kata Anggit.

Indekost yang dapat bergabung dengan Singgahsini yakni mereka yang memiliki fasilitas kamar isian serta fasilitas penunjang lainnya seperti kamar mandi dalam, Wi-Fi, TV, dan AC. Tim Transformasi Mamikos nantinya juga senantiasa mengecek/menyurvei kos-kos yang berminat bergabung dengan Singgahsini untuk memastikan standarnya sesuai dengan yang sudah ditentukan.

Keunggulan Singgahsini

Secara khusus layanan pengelolaan end-to-end kepada pemilik indekost juga telah ditawarkan oleh pemain serupa lainnya seperti RoomME. Namun Mamikos mengklaim memiliki keunggulan tersendiri yaitu, Singgahsini berkoordinasi secara transparan dengan mitra Mamikos terkait pengelolaan dan kebijakan.

“Kami menyediakan jasa konsultasi perawatan aset dan perbaikan fasilitas, manajemen komplain kos, serta pengelolaan kos yang terukur dan maksimal. Selain itu, listing kos kami pasarkan melalui Mamikos, yang memiliki 5 juta pengguna aktif dengan harga optimal serta foto dan video eksklusif. Dan yang terpenting, kami mengelola kos secara digital untuk semakin mengefektifkan industri properti,” kata Anggit.

Ke depannya, Singgahsini akan memperluas jaringannya hingga ke seluruh Indonesia untuk membantu lebih banyak mitra Mamikos dalam memaksimalkan potensi pendapatannya dan memberikan hunian eksklusif yang nyaman bagi pencari kos.

Di masa Pandemi, untuk mendukung mitra agar properti kosnya tetap aman dan diminati oleh calon penghuni, Singgahsini juga memiliki program “Kos SEHAT” yang merupakan salah satu upaya untuk membantu pemerintah dalam mencegah penyebaran Covid-19 dengan penerapan protokol kesehatan mulai dari penyediaan tempat cuci tangan dan hand sanitizer di depan kos, cek suhu, dan edukasi untuk penggunaan masker.

“Hadirnya Singgahsini diharapkan dapat memberikan layanan auto-pilot dalam pengelolaan kos, membuat bisnis kosnya stabil dan lancar serta membuka potensi bagi mitra Mamikos untuk terus mengembangkan bisnis kosnya,” kata Anggit.

Application Information Will Show Up Here

Dinamika Pendiri dan Pimpinan Startup: dari CEO jadi Pegawai

Banyak alasan ketika para pendiri startup akhirnya memutuskan bergabung dengan startup atau perusahaan teknologi yang sudah memiliki nama besar. Mulai dari proses merger dan akuisisi atau kesempatan berbeda yang bisa dieksplorasi.

Kami ingin memahami lebih lanjut bagaimana proses mereka beradaptasi kembali ke situasi yang berbeda. DailySocial mewawancarai Calvin Kizana (Pendiri Picmix dan kini menjadi COO dan Head of Platform GoPlay), Kevin Mintaraga (Pendiri Bridestory dan kini menjabat VP Tokopedia pasca akuisisi), dan Johnny Widodo (CEO BeliMobilGue dan kini menjadi CEO OLX Autos pasca akuisisi).

Proses adaptasi

Kevin Mintaraga memiliki track record bagus ketika menjadi pendiri perusahaan. Setidaknya dia sudah merasakan dua kali perusahaannya diakuisisi oleh entitas yang lebih besar.

Tentang bagaimana proses adaptasi setelah meninggalkan posisi sebagai CEO, Kevin menyebutkan penyesuaian yang paling penting dilakukan adalah mengubah perspektif mengikuti budaya perusahaan baru. Ia percaya visi dan misi perusahaan akan menjadi kompas tersendiri dalam berkarya.

“Selain itu, dibutuhkan kecepatan dalam mengadopsi teknologi, kemampuan membaca kebutuhan pasar dan perubahannya yang sangat dinamis di era digital saat ini, dan pikiran untuk terus maju dan terbuka terhadap ide-ide baru demi menciptakan inovasi terbaik — yang bisa mempermudah kehidupan masyarakat Indonesia,” kata Kevin.

Proses adaptasi yang seamless dan selaras juga dilakukan Calvin Kizana saat resmi bergabung dengan Gojek Group. Ketika bergabung di perusahaan baru, ia merasa ada visi dan misi yang sama dan semangat untuk mengembangkan perusahaan menjadi lebih baik lagi. Kontribusinya diharapkan dapat mendorong percepatan inovasi teknologi untuk menjawab kebutuhan pasar dan berkolaborasi secara optimal untuk mengembangkan produk bersama tim yang lebih besar.

“Salah satu nilai penting yang saya pelajari selama di Gojek adalah visi perusahaan yang mengutamakan ‘it’s not about you’ yang menjadi prinsip dasar dalam melakukan kolaborasi serta adaptasi ke dalam lingkungan baru. Pengambilan keputusan tidak bisa dilakukan sepihak dan juga harus dilakukan dengan penuh perhitungan dan pertimbangan yang melibatkan berbagai stakeholders,” kata Calvin.

Kunci utama saat melakukan penyesuaian di tempat kerja dan posisi baru, menurut Calvin, adalah cepat mempelajari struktur yang ada, belajar menyeimbangkan ego, dan memahami bagaimana berkolaborasi optimal untuk mencapai tujuan perusahaan.

Leadership sebagai startup founder juga sangat berperan dalam mendelegasikan pekerjaan dan mendorong kinerja tim lebih maksimal demi mencapai tujuan perusahaan,” kata Calvin.

Menurut Johnny Widodo, pendiri startup biasanya adalah seseorang yang penuh dengan drive dan passion. Ketika mulai menjadi bagian dari keluarga besar dari perusahaan yang baru, banyak hal yang mulai harus diperhatikan.

“Jadi para pendiri startup ini harus bisa beradaptasi dengan managing stakeholders vs shareholders. Lebih bisa bersabar untuk menunggu proses yang mungkin lebih birokratis dan juga belajar untuk memiliki bos/manajer,” kata Johnny.

Secara etika, pada umumnya semua kekayaan intelektual (IP) dan teknologi yang dikembangkan di startup sebelumnya tidak boleh dibawa ke startup yang baru, terutama apabila kedua startup bergerak di dalam vertikal yang sama dan jika startup tempat si pegawai bekerja sebelumnya masih sepenuhnya beroperasi. Hal ini dapat menimbulkan conflict of interest.

Biasanya para pegawai startup harus bersama-sama menyepakati NDA. Jika telah memiliki investor, hal serupa juga berlaku bagi startup founder dengan investor di startup tersebut.

“Apabila startup yang didirikan ternyata mengalami gagal dan founder startup kemudian bekerja di startup/perusahaan lainnya, kita harus perhatikan arrangement yang telah disepakati antara founder dengan investor yang tertuang dalam shareholders agreement. Intinya, pada saat pindah startup, baik pegawai maupun startup founder harus menghargai kekayaan intelektual (IP) dan pengetahuan yang diperoleh dari startup sebelumnya — dengan mengacu kepada kesepakatan yang tertuang dalam agreement antara si pegawai/founder dengan startup sebelumnya,” kata Calvin.

Hal senada diungkapkan Johnny. Banyak hal yang bersifat rahasia yang diketahui pendiri startup tersebut. Eetika bisnis yang tinggi harus diterapkan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.

“Setiap perusahaan pasti memiliki NDA tersendiri untuk menjamin profesionalitas para pekerjanya, tidak terkecuali Tokopedia. Hal ini tentu harus dipatuhi setiap Nakama demi menjaga kelangsungan bisnis yang sehat,” kata Kevin.

Fenomena perpindahan pegawai

Saat ini perpindahan pegawai startup, dari satu tempat ke tempat lainnya sudah menjadi fenomena yang sering ditemui. Setiap individu memiliki tujuan masing-masing, termasuk dalam berkarier.

Mengingat membangun karier cenderung menghabiskan sebagian besar waktu seseorang, hal yang menjadi sangat penting adalah mencari perusahaan yang memang sejalan dengan tujuan hidup. Seiring berjalannya waktu, tujuan bisa saja berubah. Hal ini, menurut Kevin, dapat menjadi salah satu faktor kenapa seseorang berpindah perusahaan.

“Tujuan hidup saya saat ini sejalan dengan Tokopedia yang konsisten mendorong pemerataan ekonomi Indonesia melalui pemanfaatan teknologi bahkan di tengah pandemi. Maka saya bersama tim terus menghadirkan berbagai inisiatif yang dapat mengakselerasi terwujudnya misi besar tersebut,” kata Kevin.

Sementara, menurut Calvin, peran serta perusahaan dalam menghasilkan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat juga menjadi aspek pertimbangan karyawan untuk berkarya di perusahaan tersebut.

“Umumnya karyawan akan terus bertahan di sebuah perusahaan yang memberinya tantangan, kesempatan untuk belajar, dan semangat untuk terus berkembang. Di samping itu, talenta-talenta profesional saat ini sudah tidak hanya berorientasi pada benefit, namun juga pada bagaimana karyawan dapat berperan dan berkontribusi secara signifikan untuk kemajuan perusahaan dan masyarakat,” kata Calvin.

Gojek’s Effort for Mature Online Grocery Business, GoMart to Provide Shopping Partner

With the rapid growth of online grocery services, Gojek reactivated GoMart in 2019. In order to support its development, a shopping assistant service called #EmakJago is recently launched.

Gojek’s Head of Groceries, Tarun Agarwal revealed to DailySocial that the pandemic has boosted GoMart’s popularity, it’s proven from the increasing number of traction and users. In fact, GoMart’s monthly gross transaction value (GTV) increased by 5x during the pandemic from February to October 2020.

“From this moment, we continue striving to improve services, one of which is by increasing the variety of product categories, including fresh food products,” Tarun said.

Along with this service improvement, new partners have joined GoMart, including Lotte Mart and Best Meat. GoMart will also work with more supermarket and hypermarket merchants in the near future.

Since its relaunch back in 2019, GoMart has partnered with Alfamart and AlfaMidi. Apart from Jabodetabek, GoMart online shopping services can is also available in Medan, Palembang, Makassar as well as big cities in Java & Bali and will soon be active in other big cities in Indonesia.

Throughout the pandemic, the online grocery service business is quite in demand. Not only Gojek, but other local technology giants also enter this segment, for example Blibli through the Bliblimart in-app feature. In addition, there is also HappyFresh which continues to expand its services, at the end of November 2020 they just officially launched in Bali.

Actively recruiting partners

Pelatihan Emakjago layanan asisten GoMart
Training Gomart’s assistant service Emakjago

About the kind of partner GoMart chose to become an assistant, it is said that as to the name of their campaign, #EmakJago, GoMart wanted to embrace those who have spare time among housewives to join as assistants. In order to increase the number of assistants in the coming months, GoMart will actively recruit hundreds of “housewives” who will be placed in supermarkets and hypermarkets throughout the city where GoMart operates.

“All experienced shopping assistants have been equipped with special training and a strict recruitment process including interviews and online tests in order to serve customers in selecting quality fresh food ingredients,” Tarun said.

Before the assistant service launching, GoMart’s research and testing process had been carried out in the last three months. This service has become one of the key features for purchasing fresh groceries straight from supermarkets such as Lotte Mart. Customers can also communicate directly with the #EmakJago shopping assistant, which is equipped with a choice of in-app phone and SMS features to facilitate the shopping process.

GoMart is also equipped with features that ensure customer safety and comfort in ordering goods. “Through the order tracking feature, customers can track orders in real-time. In ensuring the order to reach the customer, GoMart driver partners will be asked to enter the PIN code stated on the shopping receipt from the merchant before completing the order

“We will continue to innovate to make it easier for customers to meet their needs online by increasing product options, embracing more supermarket and hypermarket partners, expanding the GoMart service area including developing the #EmakJago shopping assistant service in the near future,” Tarun said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Gojek Berupaya Mematangkan Bisnis “Online Grocery”, GoMart Kini Punya Mitra Belanja

Melihat besarnya pertumbuhan layanan online grocery, GoMart kembali diaktifkan oleh Gojek tahun 2019 lalu. Untuk menunjang perkembangannya, belum lama ini diluncurkan layanan asisten belanja yang mereka sebut dengan #EmakJago.

Kepada DailySocial, Head of Groceries Gojek Tarun Agarwal mengungkapkan, pandemi telah menjadikan layanan GoMart makin populer terlihat dari meningkatnya jumlah traksi dan pengguna. Terbukti, gross transaction value (GTV) bulanan GoMart naik sebesar 5x lipat selama pandemi dari Februari hingga Oktober 2020.

“Berangkat dari hal tersebut, kami terus berupaya meningkatkan layanan, salah satunya dengan semakin bertambahnya ragam variasi kategori produk, termasuk produk bahan makanan segar, ” kata Tarun.

Seiring dengan peningkatan layanan ini, mitra-mitra baru telah bergabung bersama GoMart, yaitu Lotte Mart dan Best Meat. GoMart juga akan bekerja sama dengan lebih banyak merchant supermarket dan hypermarket dalam waktu dekat.

Sejak diluncurkan kembali pada 2019 lalu, GoMart telah bermitra dengan Alfamart dan AlfaMidi. Selain di Jabodetabek, saat ini layanan belanja online GoMart juga sudah dapat dinikmati pelanggan di Medan, Palembang, Makassar serta kota-kota besar di Jawa & Bali dan akan segera aktif di kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Sepanjang pandemi, bisnis layanan online grocery memang terlihat terus digenjot. Tidak hanya Gojek, raksasa teknologi lokal lainnya pun terus lakukan penetrasi, misalnya Blibli melalui fitur Bliblimart yang ada di aplikasi. Selain itu, ada juga HappyFresh yang terus perluas layanan, akhir bulan November 2020 lalu mereka baru resmikan kehadiran di Bali.

Lancarkan perekrutan mitra secara aktif

Pelatihan Emakjago layanan asisten GoMart
Pelatihan Emakjago layanan asisten GoMart

Disinggung seperti apa kategori mitra yang kemudian dipilih oleh GoMart menjadi asisten, disebutkan sesuai dengan nama kampanye mereka yaitu #EmakJago, GoMart ingin merangkul mereka yang memiliki waktu luang dari kalangan ibu-ibu rumah tangga untuk bergabung menjadi asisten. Untuk menambah jumlah asisten dalam waktu beberapa bulan mendatang, GoMart secara aktif akan melakukan perekrutan ratusan “emak-emak” yang akan ditempatkan di merchant supermarket dan hypermarket di seluruh kota di mana GoMart beroperasi.

“Seluruh emak-emak asisten belanja berpengalaman telah dibekali pelatihan khusus serta proses rekrutmen ketat termasuk interview hingga tes secara online agar dapat melayani pelanggan dalam memilih bahan makanan segar berkualitas,” kata Tarun.

Sebelum diluncurkan layanan asisten GoMart, proses riset dan uji coba telah dilakukan GoMart dalam waktu tiga bulan terakhir. Layanan ini telah menjadi salah satu fitur utama yang baru diluncurkan untuk membelanjakan bahan makanan segar langsung dari lokasi supermarket seperti Lotte Mart. Pelanggan pun dapat berkomunikasi langsung dengan asisten belanja #EmakJago yang dilengkapi pilihan fitur telepon dan sms dalam aplikasi untuk memudahkan proses belanja.

GoMart juga dilengkapi dengan fitur-fitur yang menjamin keamanan dan kenyamanan pelanggan dalam pemesanan barang. “Lewat fitur order tracking pelanggan dapat melacak pesanan secara real-time. Untuk memastikan pesanan sampai pada pelanggan, mitra driver GoMart akan diminta untuk memasukkan kode PIN yang tertera dalam struk belanja dari merchant sebelum menyelesaikan order

“Tentunya kami akan terus berinovasi untuk semakin memudahkan pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya secara online dengan menambah pilihan produk, merangkul lebih banyak mitra supermarket dan hypermarket, memperluas area layanan GoMart termasuk mengembangkan layanan asisten belanja #EmakJago dalam waktu dekat,” kata Tarun.

Application Information Will Show Up Here

Kotakode Diluncurkan sebagai Kanal Komunitas dan Tanya Jawab Seputar Pemrograman

Berangkat dari pengamatannya memberikan inspirasi kepada Peter Tanugraha mendirikan platform yang berguna untuk para programmer di Indonesia. Bersama rekannya Michael Englo, Kotakode resmi diluncurkan pertengahan tahun 2020 ini.

“Ketika saya sedang bekerja di Kanada, saya sering berpartisipasi di Stack Overflow. Suatu hari ketika saya sedang browsing, saya menemukan sebuah pertanyaan oleh orang Indonesia. Karena Stack Overflow adalah platform yang strict untuk menggunakan bahasa Inggris, pertanyaan susah dipahami oleh beliau, mungkin karena kemampuan bahasa Inggris yang kurang mahir,” kata Peter.

Saat melakukan riset, Peter menemukan bahwa kebanyakan bagi mereka yang kesulitan untuk mengerti kemudian diarahkan ke beberapa platform seperti Facebook Group, Telegram Chat, Discord Chat, hingga Whatsapp Chat yang telah menjadi alternatif lain untuk media tanya/jawab tentang coding. Ditemukan jumlah total pengguna dari semua grup itu bisa mencapai lebih dari 4 juta orang. Melihat fakta tersebut Peter kemudian terpancing untuk meluncurkan sebuah platform menyeluruh untuk para programmer dalam bahasa Indonesia.

“Dari situlah inspirasinya untuk membangun sebuah platform online Kotakode, di mana kita ingin membuat sebuah komunitas inklusif untuk programmer di seluruh Indonesia. Saya pikir dengan Indonesia diprediksikan menjadi leader in digital economy pada tahun 2025, jumlah programmer di seluruh Indonesia juga akan meningkat,” kata Peter.

Di Indonesia, memang belum ada platform yang secara khusus menjadi kanal tanya jawab dan diskusi para programmer. Platform yang telah ada dari startup umumnya menawarkan kegiatan coding bootcamp dan kelas seperti Hacktiv8, Dicoding, dan Progate.

Model bisnis Kotakode

Saat ini Kotakode telah memiliki sekitar 2 ribu lebih pengguna terdaftar. Per harinya Kotakode bisa mendapatkan sekitar 500 – 3000 pageviews. Di bulan November dan Desember ini, Kotakode baru mulai meluncurkan community partnership dengan sejumlah Universitas dan SMK di Indonesia; programnnya akan dijalankan pada awal semester (Januari 2021). Langkah strategis ini diproyeksikan akan membawa ribuan pengguna baru.

“Pada dasarnya kita memiliki dua jenis mitra, yang pertama adalah Community Partner dan yang kedua adalah Supporting Partner. Community partnership adalah bentuk kerja sama yang lebih erat dibandingkan supporting partner di mana murid/peserta dari pihak kedua akan diarahkan ke Kotakode apabila ada pertanyaan apapun mengenai pemrograman. Sementara Supporting Partner lebih kepada kolaborasi acara, social media sounding dan juga soft-selling Kotakode,” kata peter.

Disinggung seperti apa model bisnis dan strategi monetisasi yang diterapkan, Peter menegaskan Kotakode memiliki beberapa strategi monetisasi yang bakal diterapkan ke depannya. Di antaranya adalah Targeted Advertisement, Job Hiring Platform, dan Kotakode Pro Version. Masing-masing nantinya akan menerapkan payment per ad posting, revenue per impressions, payment per job posting, subscription per month dan subscription per month.

“Tapi untuk saat ini kita masih menjalankan bisnis secara bootstrapping, karena fokus Kotakode saat ini adalah untuk mendapatkan pengguna dalam jumlah besar terlebih dulu,” kata Peter.

Pandemi dan rencana Kotakode

Saat pandemi Kotakode tidak mengalami kendala yang berarti. Dengan mengedepankan online, semua proses tetap bisa berjalan menyesuaikan kegiatan pengguna mereka yaitu para programmer. Hal tersebut yang menjadi keunggulan bagi Kotakode sebagai platform. Salah satu produk yang kemudian menjadi pilihan pengguna adalah, forum tanya/jawab dan juga forum blogging.

“Salah satu alasan kenapa orang berkontribusi di Kotakode (menjawab pertanyaan/menulis blog) adalah untuk menambah portofolio mereka. Karena pandemi ini orang kebanyakan tinggal di rumah saja, mereka memiliki waktu luang untuk mencoba menambahkan portofolio mereka agar bisa lebih competitive di job market,” kata Peter.

Tahun depan ada beberapa rencana yang ingin dilancarkan oleh Kotakode, di antaranya adalah masuk ke revenue-generating stage melewati targeted Advertising di platform. Kotakode juga ingin menciptakan fitur job hiring di platform.

“Untuk saat ini kami sedang dalam fase research di mana kita sudah melakukan wawancara kepada 20 lebih dari technical recruiters dan ingin mengetahui lebih tentang tech-hiring landscape agar Kotakode bisa membantu. Setelah kita melakukan revenue-generating, rencananya kegiatan fundraising untuk ekspansi tim dari sisi engineering, product, marketing dan business development juga akan dilakukan,” kata Peter.

MCAS Luncurkan DigiResto, Bantu Bisnis F&B Hadirkan Sistem Pemesanan Online

Bertujuan untuk memudahkan pemilik restoran dan rumah makan membina relasi langsung dengan pelanggan, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS), melalui anak perusahaannya PT Digital Maxima Kharisma resmi meluncurkan DigiResto. Platform pemesanan makanan terintegrasi ini turut menggandeng PT SiCepat Ekpres Indonesia (SiCepat) sebagai solusi logistik dan penyedia layanan pengiriman last-mile.

Kepada DailySocial Director PT Digital Maxima Kharisma Mohammad Anis Yunianto mengungkapkan, DigiResto dirancang untuk memberikan para merchant tempat untuk berinteraksi langsung dengan pelanggan mereka, dan bagi pelanggan untuk mengakses makanan favorit mereka.

Strategi monetisasi yang diterapkan Digiresto yaitu menerima biaya untuk transaksi yang difasilitasi melalui platform. Hingga saat ini, lebih dari 2200 merchant F&B aktif di seluruh Indonesia telah menggunakan DigiResto.

“Pada fase pertama DigiResto, DMK akan memanfaatkan kemitraan yang ada dalam ekosistem grup MCAS, yang akan membantu percepatan yang dibutuhkan platform kami untuk mendorong lebih banyak pelanggan dan pelaku usaha untuk bergabung,” kata Anis.

Rencana perluas area layanan

Meskipun saat ini layanan pengiriman makanan dan minuman masih didominasi oleh aplikasi “super app” seperti Gojek dan Grab, namun Digiresto mengklaim memiliki keunikan tersendiri. DigiResto dapat diakses melalui WhatsApp tanpa menginstal aplikasi pihak ketiga tambahan yang diharapkan bisa menarik minat para konsumen yang tidak menyukai beberapa aplikasi fungsi tunggal yang kerap memenuhi smartphone mereka.

Selain itu, Digiresto juga memiliki opsi pembayaran yang komprehensif. DigiResto mampu menerima berbagai opsi pembayaran dan terhubung ke beberapa dompet elektronik. Bank Mandiri saat ini menjadi partner sistem pembayaran untuk DigiResto. Digiresto juga memanfaatkan teknologi artificial intelligence dari grup yang akan membantu meningkatkan feedback dan mekanisme prediksi untuk proses operasional.

“Kami juga memiliki opsi pengantaran yang scalable dengan memanfaatkan layanan SiCepat yang merupakan mitra last mile delivery kami. DigiResto mampu memanfaatkan kemampuan dan keahlian logistik SiCepat terutama karena DigiResto memperluas cakupan layanan di luar Jakarta,” kata Anis.

Kondisi pandemi saat ini dimanfaatkan oleh Digiresto untuk menghadirkan inisiatif yang bisa dimanfaatkan oleh mitra, yang ternyata disambut baik kehadirannya, dilihat dari positifnya respons mereka saat Digiresto diluncurkan. Konsep yang ditawarkan oleh Digiresto bisa digunakan oleh mitra untuk tetap menjalankan bisnis, meskipun aturan PSBB diterapkan oleh pemerintah.

“Selain pilihan pengiriman, konsumen juga dapat memilih untuk makan di tempat atau dibawa pulang. Layanan ini tersedia di WhatsApp dan micro-site untuk memungkinkan pengalaman pemesanan yang lebih lancar. Untuk mengakses DigiResto, konsumen cukup menambahkan nomor channel WhatsApp DigiResto dan mulai berinteraksi dengan chatbot tersebut,” kata Anis.

Tahun 2021 mendatang ada beberapa target dan rencana yang ingin dilancarkan oleh Digiresto. Di antaranya adalah memanfaatkan kemitraan yang ada dalam ekosistem grup MCAS, yang akan membantu memulai traksi yang dibutuhkan platform untuk mendorong lebih banyak pelanggan dan pedagang untuk bergabung. Selain itu, Digiresto juga akan bekerja sama dengan Bank Mandiri untuk meningkatkan dan mempercepat proses perluasan jaringan merchant.

“Saat ini, layanan DigiResto terkonsentrasi di Jabodetabek, kami memiliki rencana untuk memperluas layanan secara nasional. Untuk periode sosialisasi awal, kami akan menawarkan pengiriman gratis di wilayah tertentu untuk mempromosikan layanan kami,” kata Anis.

Kerja.io Connects Companies to Recruit Indonesian Students in the US for Internship

With the aim to bridge the needs of startups and companies in Indonesia to recruit/provide internship opportunities to Indonesian students studying in the United States, Timothy Sam Wijaya then founded Kerja.io.

The platform officially launched this November and already has around 800 students from more than 150 universities on the waiting list, spread across the United States. Kerja.io has also established strategic partnerships with 40 companies in Indonesia ranging from Ovo, Tokopedia, Bukalapak, to Payfazz.

Timothy revealed to DailySocial that he currently sees most opportunities for internships in companies are still limited to recommendations or a small scope between partners and insiders. There are still many students who find it difficult to get internship opportunities at well-known startups and companies in Indonesia. After doing some testing, Timothy then validated the hypothesis and started building Kerja.io.

“Of all the companies that have had conversations with us, most of them are very enthusiastic about the opportunities we provide to reach more Indonesian talents who study abroad. With our approach, we have a fairly good existence in the best universities with Indonesian communities. with our relationship with PERMIAS Nasional (the Indonesian Student Association in the United States), it allows us to expand our network and reach more than 8 thousand students,” Timothy said.

Within 24 hours of the platform being launched, many Indonesian students from the Ivy League such as UCLA, UC Berkeley, Stanford, MIT immediately registered to join the Kerja.io platform. About the business model and monetization strategy, Timothy emphasized that currently the platform can be accessed for free. Kerja.io has not yet launched a monetization strategy for both users and companies at this time.

Fulfilling the needs of digital talents

Kerja.io
Kerja.io to connect students with companies open for internships

The increasing number of startups in Indonesia is not supported by the number of digital talents with the required skills and abilities. Seeing these opportunities, it is hoped that platforms such as Kerja.io can be an option for Indonesian companies to recruit fresh digital talents, graduates from well-known universities in the United States.

Timothy said, the current enthusiasm of students studying abroad for internships in Indonesia is also increasing, along with the growth of mature startups and the presence of technology companies in Indonesia.

“I see that now is a very good time. The pandemic has caused most students who are continuing their studies in the United States to rethink their plans, and we are seeing more students returning to their homeland after graduation. But not only because of the pandemic, most of them are they are very enthusiastic about the potential offered in this country, “said Timothy.

In particular, Kerja.io claims that most of the users on the platform are young talents who are quite tech-savvy who are then being targeted by many companies and startups in Indonesia.

There are still many targets that Kerja.io wants to achieve, besides focusing on growth, it also wants to add more companies from various industries. Kerja.io also wants to strengthen its position in the United States and strengthen the foundation to be able to expand into other markets.

What Kerja.io wants to highlight is that all people who are part of the team are undergraduate students aged 19-21 years with the exception of Alvin Salim who is a Magistrate student.

“We started our journey by helping companies recruit the best talent and helping students find the job opportunities of their dreams, and we will continue to help them. Kerja.io is a product of the goodwill of a group of students who want to help their peers,” Timothy said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Observing the Potential of Co-Living Business in the Digital Era

The well-established ecosystem of boarding house [further mentioned by kost-kostan] sector or what is recently known as co-living, has become an opportunity for startups like RoomME. This platform, which specifically caters for homestay owners and seekers, tries to boost the company’s acceleration by providing further education and introduction to technology and the use of applications to make it easier for homestay owners and seekers.

In this #Selasastartup edition, DailySocial presents RoomME Co-Founder & COO Winoto Hartanto.

Kost-kostan business transformation

The concept of kost-kostan has always been very familiar to the people of Indonesia. By prioritizing a family culture and a close relationship between the owner and the seeker, makes this business never subside and they are always glimpsed by the house owners. Seeing this potential, RoomME founders tried to find opportunities that could then be explored to target this sector.

“For a long time, this business was known as kost-kostan. However, nowadays when many investors come and to simplify a more general term, co-living has been introduced, but it does not leave the essence of the business,” Winoto said.

Many insights were later found by Winoto along with other colleagues when he then started building RoomME. Starting from quite a lot of feedback from the boarding house owner to the ability of technology to make it easier for both parties. This then differentiates a platform like RoomME from other similar platforms.

“Since the beginning, we have focused on providing services to boarding owners as well as boarding house seekers, in contrast to other platforms, which are mostly marketplaces,” Winoto said.

Pandemic drives acceleration

About the pandemic hindered the growth of RoomME’s business, Winoto emphasized that at the beginning of the pandemic, it had experienced problems. However, the pandemic has also created creativity among the management and RoomME team to move faster.

Among those are accelerating the digital and educational process for owners and seekers. Education is a powerful way that is claimed to be able to accelerate awareness and digital adoption of RoomME’s target market.

“Using the application, we strive to provide information and convenience to boarding owners to manage their boarding business. Meanwhile, for boarding seekers, using the application gives them the flexibility to search for boarding houses anywhere and anytime,” Winoto said.

In particular, RoomME offers two service options to boarding owners, those who want to have the freedom to manage their boarding business and services that make it easier for homestay owners when they want to jump right into managing their business.

“To date, with the education we have launched, we have not encountered any obstacles. From various groups, young and old alike, have adopted RoomME technology very well,” Winoto added.

In the future, RoomME sees that the future of the co-living business in Indonesia is very bright, as seen from the stable interest of boarding house seekers and a large number of house owners in Greater Jakarta. Expansion to reach a wider market is also the next for RoomME’s plan.

“Last year we were present in Jabodetabek. Next year we plan to expand to Bandung and Yogyakarta. In the future RoomME wants to be a platform that unites industries that are still very fragmented,” Winoto said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

JD.id to Focus on Supply Chain, Warehouse Extension, and Logistics

Logistics services are now a crucial sector. One of the driving factors for the sector during the pandemic is the increase in online shopping activities. Integrated and comprehensive services are increasingly prioritized by e-commerce platforms in Indonesia, starting from collaborating with experienced logistics partners to carrying out logistics activities on their own.

DailySocial tries to dig deeper into JD.id’s business focus until next year and their efforts to emerge as the leading platform in the fast delivery sector throughout Indonesia.

Commitment for fast delivery

JD.id’s President and CEO, Zhang Li said, “In accordance with the company’s vision and mission, JD.id will continue to build the company’s capabilities to serve consumers with the best shopping experience, by continuing to strengthen three main elements, namely strategic development in the supply chain, increasing numbers. warehouse and expand logistics coverage, as well as developing online-to-offline (O2O) retail technology. ”

JD.id’s Chief Marketing, Mia Fawzia explained, during the last 6 months, the company has experienced positive business growth. Not only in the number of visitors but the growth in the number of sales reached up to 40%. Popular types of products are products in the Electronics, Groceries, Mom & Baby, and Home Living & Virtual categories.

Regarding logistics services, the company noted that in September 2020 85% of order package shipments to all parts of Indonesia were successfully carried out within 24 hours. The data also shows that 95% of the delivery of ordered packages to the Jabodetabek area was successfully carried out within 24 hours. For logistics fleets, sellers are free to choose J-Express (JD.id’s internal logistics service) or use other services.

“Until now, JD.id has been able to reach almost all parts of Indonesia. However, especially for the Papua region, we are still working with third-party logistics to help us in the process of delivering goods,” said Mia.

Overall JD.id has around 12 warehouses spread across several regions in Indonesia. The warehouse locations are scattered in several regions. Starting from Jakarta (Marunda) 6 warehouses, Cikarang (rented by IKEA) 1 warehouse, Medan 1 warehouse, Semarang 1 warehouse, Makassar 1 warehouse, Pontianak 1 warehouse, and Sidoarjo 1 warehouse.

Warehouse ownership is one of the keys to speeding up the logistics process. By being managed independently, the e-commerce platform can carry out the sorting and shipping process quickly, without obstacles to inventory data access and the retrieval process from third-party logistics partners.

Service expansion

Teknologi QR Code di JD X-Mart Indonesia
QR Code technology in JD X-Mart Indonesia

As an e-commerce platform, JD.id has expanded its services to various products. The company also has several insurance or protection products.

“We intend to provide a complete and comprehensive shopping experience and services to JD.id customers, [..] to help reduce the risk of consumers in shopping if something unwanted happens,” Mia said.

In the future, JD.id is interested in exploring this service further, one of which is by collaborating with various national and multinational protection companies.

To increase product choices, JD.id presents JD Life on-demand services. In total, there are 12 service categories to help with daily life, from installation, maintenance, to cleaning services. Most of the services offered by JD Life focus on household needs, including installation and cleaning of electronic devices, washing machines, to air conditioning for housing and apartments.

“The range of JD Life services depends on each category, but currently almost all major cities in Indonesia can order and enjoy JD Life services,” JD Life’s Head Operations Ryan Sebastian said.

Regarding the development of JD.id X-Mart, Mia revealed, similar to other retail businesses, JD felt the impact of the Covid -19 pandemic. Even so, this offline retail facility is managed by an omnichannel, so the impact is not felt.

Introduced in 2018, JD.ID X-Mart is the first cashier-less shop in Indonesia (outside of its home country, China), located on PIK Avenue. Because it carries the concept of a store without a cashier, JD.ID X-Mart uses the QR code in the mobile application on the smartphone to the verification tool at the store entrance gate.

“The JD X-Mart module business itself is indeed an omni channel, making it very easy for us to switch and focus on online sales,” said Mia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here