Kantongi Pendanaan Pra Seri A, Ride “Rebranding” Menjadi R Fitness

Setelah sebelumnya dikenal dengan nama Ride, startup wellness yang menghadirkan layanan kebugaran, khususnya indoor cycling, melakukan rebranding menjadi R Fitness.

Keputusan diambil usai perusahaan mendapatkan pendanaan Pra-Seri A sebesar $1,25 juta (17,7 miliar Rupiah) yang diikuti Intudo Ventures, Agaeti Ventures, dan SMDV.  Langkah ini bagi perusahaan merupakan  langkah strategis untuk terus mengembangkan misi perusahaan menawarkan wellness ke semua orang.

“Kita sudah berdiri sejak 4,5 tahun lalu waktu boutique fitness movement di Indonesia masih baru. Sekarang pasarnya sudah berkembang pesat sehingga lebih banyak investor tertarik untuk menyimak,” kata CEO & Co-Founder Ride Jakarta Gita Sjahrir.

R Fitness menjadi nama induk perusahaan yang akan memayungi beberapa produk wellness, yaitu Ride, Rave, Reflect, dan The POD.

Ride menawarkan pengalaman berolahraga yang dipadu irama di atas sepeda statis dengan sound system dan lighting yang mirip dengan nightclub. Melalui Rave pengguna ditawarkan pengalaman yang berfokus pada aspek kardio, Reflect menawarkan pengalaman yang berfokus pada kesehatan mental, dan The Pod menyajikan akses terjangkau ke fasilitas microgym.

“Kita akan selalu berusaha mengembangkan produk wellness kita untuk membantu meningkatkan kesehatan fisik dan mental masyarakat Indonesia,” tutup Gita.

“Startup Mindset” Tetap Jadi Faktor Penting Penarik Talenta

Dalam sebuah survei di Amerika Serikat disebutkan, 1 dari 3 milenial saat ini memilih untuk bekerja di startup dibandingkan korporasi besar. Selain menawarkan fasilitas yang super fun, startup kerap memberikan kebebasan pegawai dalam hal pemilihan dress code, jam kerja fleksibel, dan pilihan remote working.

Selain faktor di atas, startup dianggap menawarkan suasana kerja yang dinamis, kesempatan untuk menyuarakan ide, kontribusi secara individu secara bebas, dan kemudahan untuk melancarkan pekerjaan tanpa adanya batasan birokrasi dan struktural manajemen yang kaku.

Fleksibilitas yang ditawarkan memunculkan peluang untuk maju dan kesempatan untuk meningkatkan jenjang karier mereka dengan cepat. Di sisi lain, konsep karier korporasi biasanya memiliki jalur yang lebih kaku dan proses yang panjang dan berliku.

Meskipun demikian, seiring dengan perkembangan perusahaan, bibit birokrasi menyeruak. Mereka yang memiliki ribuan karyawan dan memiliki status unicorn atau centaur terlihat mulai meninggalkan esensi atau cita rasa khas startup dan mulai beroperasi seperti korporasi.

Kultur startup masih diminati

Meskipun menikmati fasilitas lengkap dan memberikan kesempatan untuk banyak belajar, beberapa testimoni pegawai atau mantan pegawai startup unicorn mengklaim perusahaan sebesar itu makin terlihat meninggalkan esensi startup dan mulai menerapkan sistem bekerja ala korporasi.

“Minusnya dari bekerja dengan startup besar adalah manajemen sudah mulai mengarah ke korporasi sehingga semakin banyak layer untuk approval dan kontribusi individual mulai tidak terasa dan cenderung terlihat, walaupun perusahaan tetap mengapresiasi pekerjaan setiap karyawannya,” kata seorang mantan pegawai Gojek, yang memilih tidak disebutkan namanya, kepada DailySocial.

Saat ini ia memilih untuk bekerja di startup yang masih dalam skala kecil dan masih merintis untuk menjadi besar. Ia mengklaim startup tersebut masih mengedepankan flat hierarchy, sehingga tidak ada senioritas dan semua orang bisa memberikan pendapat, ide, dan kontribusi kepada perusahaan.

“Selain itu, kontribusi individu kepada perusahaan lebih terlihat dan terasa jika berada di startup kecil karena jumlah karyawan yang masih sedikit. Banyak yang masih bisa di-explore sehingga kita bisa belajar hal baru lebih banyak,” lanjutnya.

Tinneke, yang bekerja di Block 71, memberikan pendapat yang berbeda. Menurutnya, banyak talenta digital yang masih ingin menikmati suasana kerja dinamis dengan mengedepankan mental startup dalam keseharian mereka.

Jika startup tidak mampu menerapkan konsep work-life balance, perusahaan bisa mengakomodir konsep work-life integration, yaitu kebebasan bagi pegawai menikmati pekerjaan yang mereka lakukan dengn tidak melarang pegawai bersenang-senang di luar jam kerja. Pegawai dianjurkan pula untuk menjalankan hobi mereka, apalagi yang berkaitan dengan passion mereka di komunitas dan dunia startup.

“Perusahaan kami masih menerapkan esensi startup hingga saat ini. Khususnya, startup terkenal dengan gaya kerja yang cepat dan tidak bertele-tele dan ini merupakan kultur perusahaan kami yang belum berubah hingga sekarang. Kami selalu menanyakan diri sendiri what’s new, what’s exciting sehingga kami selalu tertantang untuk membuat inovasi produk ataupun cara baru dalam bekerja.” kata Tinneke.

Hal serupa diterapkan manajemen UangTeman. Diklaim UangTeman masih menerapkan semangat perusahaan startup karena kultur perusahaannya masih sangat cair. Meskipun tetap ada jalur koordinasi formal dengan team leader, pegawai juga memungkinkan untuk berdiskusi secara informal dengan siapapun, termasuk dengan pimpinan perusahaan.

“Di UangTeman, manajemen sangat memperhatikan produktivitas karyawan dalam bekerja. Tuntutan kerja yang dinamis dalam startup diimbangi dengan disediakannya fasilitas penunjang yang memadai, termasuk fasilitas hiburan seperti gaming room, meja biliar, karaoke room, hingga sleeping pod. Fasilitas itu bisa dimanfaatkan kapanpun dibutuhkan oleh karyawan untuk bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai tenggat waktu,” kata Dimas, pegawai UangTeman.

Sementara menurut Yunnie, yang saat ini bekerja di AnyMind Group, sebuah perusahaan teknologi asal Jepang yang beroperasi di Indonesia, pegawai diberikan kesempatan untuk berinisiatif, terutama untuk perkembangan perusahaan dan setiap individu di dalamnya. Melalui proses ini, pegawai belajar banyak untuk bertanggung jawab atas kebebasan yang diberikan dan perusahaan selalu mendukung setiap inisiatif yang diambil agar bisa menghasilkan output yang sesuai.

“Saya percaya dengan struktur yang terorganisir di perusahaan berada di tahap yang tepat untuk itu, di mana perusahaan yang masih memiliki ‘startup mindset‘ mendorong pegawai untuk berkembang. Berkembang bukan hanya berarti dalam jumlah atau angka, tapi juga bisa mengantarkan value di setiap prosesnya.”

Arahan startup unicorn

Bagi Bukalapak, konsep work-life balance menjadi bentuk implementasi yang bertujuan menunjang pertumbuhan tanpa meninggalkan esensi dan semangat bekerja di perusahaan startup.

Chief of Talent Bukalapak Bagus Harimawan mengatakan:

“Kami percaya bahwa work-life balance penting dijaga oleh perusahaan agar tetap dapat mempertahankan dan meningkatkan produktivitas karyawan. Pada dasarnya, work-life balance tidak hanya menjadi tanggung jawab dari perusahaan maupun karyawan, tapi juga proses kolaborasi antara perusahaan dan pegawai untuk menciptakan keseimbangan pada lingkup ruang kerja. Perusahaan dapat memberikan dukungan demi terciptanya hal ini melalui fasilitas yang dapat menunjang hal tersebut.”

Ia melanjutkan,  “Bukalapak melihat talenta sebagai aset yang sangat penting. Hal ini yang mendasari prinsip kami bahwa talenta di Bukalapak harus memiliki agility mindset dan skill set untuk dapat menyesuaikan kebutuhan dan menghadapi tantangan bisnis agar dapat terus berinovasi menghasilkan produk / fitur yang menjawab kebutuhan para pengguna Bukalapak dan lebih luas lagi, memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat Indonesia.”

Sementara itu, menurut CHRO Gojek Monica Oudang, meskipun telah berkembang semakin besar, Gojek mengklaim tetap menerapkan bottom-up initiative. Perusahaan berupaya mendorong tim untuk mengeluarkan ide-ide, sedangkan pemimpin bertugas mengayomi, memberikan insight dan arahan, dan mendorong adanya inovasi yang berkesinambungan.

Disinggung apakah Gojek sebagai perusahaan teknologi sudah mulai menerapkan manajemen ala korporasi dan meninggalkan kultur startup, Monica menyebutkan, Gojek percaya bahwa budaya perusahaan itu didorong oleh kepemimpinan. Perusahaan mendorong pemimpin untuk merangkul timnya, mendorong tim untuk tidak takut berbuat salah, dan berani bertanggung jawab atas kesalahan.

Monica berujar:

“Salah satu nilai perusahaan yang kami bangun adalah be fast and fearless, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi siapapun dalam berinovasi dan berkontribusi namun demi kepentingan serta kemajuan organisasi.”


Amir Karimuddin berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Layanan E-commerce TokTok Jembatani Kebutuhan Aparatur Sipil Negara

Bertujuan untuk menghadirkan layanan e-commerce lengkap khusus untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tergabung dalam Korps Profesi Aparatur Sipil Negara Republik Indonesia (Korpri) dan juga Pegawai Negeri Sipil (PNS), layanan e-commerce TokTok didirikan. Diluncurkan sejak tahun 2016, platform tersebut menawarkan produk FMCG, fesyen, hijab hingga gadget. Secara khusus mereka juga menjual atribut ASN yang bisa diantar langsung ke rumah.

Kepada DailySocial VP Government Relation TokTok Boyke Yanuar mengungkapkan, sesuai komitmennya untuk mensejahterakan para anggota, TokTok diluncurkan dengan produk lengkap dan harga terjangkau. Harapan ke depannya, TokTok bisa membantu UKM sekaligus para anggota untuk melancarkan kegiatan wirausaha.

“Pada tahun 2016 lalu Presiden Joko Widodo ingin menciptakan sebuah platform yang bisa membantu anggota untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan alasan itulah TokTok hadir khusus untuk anggota Korpri.”

Semua produk dan kebutuhan tersebut bisa dibeli oleh anggota Korpri yang saat ini berjumlah sekitar 4,3 juta di seluruh Indonesia. Besarnya target pasar tersebut, menjadikan TokTok sempat mengalami pertumbuhan yang cukup lambat.

“Mulai akhir Desember 2018 kami membenahi platform sekaligus menyematkan teknologi yang terkini agar bisa menciptakan platform yang terpadu untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota,” kata Boyke.

Bermitra dengan merchant dan logistik pihak ketiga

Untuk memudahkan pembeli melakukan transaksi, TokTok menawarkan pilihan pembayaran mulai dari bank transfer, kartu kredit dan lainnya. Ke depannya, mereka berencana menawarkan pilihan pembayaran cicilan hingga bayar saat gajian. Masih dalam proses pengembangan, fitur pembayaran ‘kasbon’ tersebut akan diluncurkan dalam waktu dekat.

“Selain pembayaran secara mandiri membayar berdasarkan kemampuan, TokTok juga akan melakukan kerja sama dengan bendahara satuan kerja. Hal tersebut dilakukan guna memastikan anggota bisa membayar tanpa kendala dan memastikan pembayaran berjalan lancar,” kata Boyke.

Untuk proses kurasi merchant yang bisa bergabung dalam TokTok, diberlakukan sistem selected multi merchant. Salah satu merchant yang menawarkan pilihan produknya adalah IDmarco.

TokTok juga memberikan kesempatan kepada anggota untuk tidak sekadar membeli produk di platform, namun juga menjual produk atau barang. Untuk logistik bermitra dengan pihak ketiga. Dipastikan mitra telah memiliki layanan logistik ‘last mile’ agar bisa mempercepat proses pengiriman barang ke seluruh wilayah.

“Payung besarnya mengapa TokTok didirikan adalah meningkatkan kesejahteraan anggota ASN dalam hal memberikan harga murah dan bersaing berbagai produk dan juga bisa memberikan kesempatan baru mereka menjadi wirausaha dengan menjembatani mereka melalui platform Toktok,” tutup Boyke.

Mendalami Strategi Bisnis Koku di Indonesia, Tawarkan Teknologi SaaS untuk Institusi Keuangan

Setelah sebelumnya mengumumkan rencana ekspansi ke Indonesia, startup teknologi finansial asal Singapura Koku saat ini telah melakukan perbincangan dengan tiga perusahaan asal Indonesia untuk kemudian memanfaatkan teknologi Koku menawarkan solusi teknologi untuk pertukaran mata uang asing (valas).

Founder & CEO Koku Calvin Goh mengungkapkan, belum bisa disebutkan apa saja startup dan institusi keuangan yang bakal menggunakan teknologi SaaS milik Koku. Ia mencatat selama ini klien yang telah memanfaatkan teknologi mereka adalah perusahaan yang ingin melakukan ekspansi ke luar negeri.

Koku memiliki target hingga tahun 2020 mendatang bisa menambah 10 klien di Indonesia. Tahun ini Koku telah mengantongi pendanaan pra-seri A sebesar USD 2 juta yang dipimpin oleh Jason Zeng, Co-Founder Tencent dan Founder Decent Capital.

“Sebagai perusahaan teknologi, kami ingin membantu dan melengkapi startup untuk memperdalam proses dan teknologi mereka. Sementara untuk perusahaan konvensional, bisa mengadopsi teknologi dan memanfaatkan layanan kami seperti Know Your Customer (KYC) hingga pengolahan data. Semua bisa dikustomisasi oleh klien berdasarkan kebutuhan mereka.”

Secara khusus Indonesia merupakan negara yang menjadi fokus bagi Koku di Asia Tenggara selain Filipina. Melihat besarnya peluang, tren penggunaan smartphone yang meluas di Indonesia hingga masih banyaknya masyarakat unbankable di Indonesia. Koku ingin mengadopsi sistem keagenan sebagai pengganti layanan yang biasanya disediakan oleh perbankan.

“Kebanyakan klien kami adalah perusahaan atau startup yang masuk dalam kategori LKBB (Lembaga Keuangan Bukan Bank), tidak memiliki niat untuk men-distrupt layanan perbankan, Koku ingin menjadi tech enabler perusahaan yang membutuhkan sistem terpadu untuk merancang, mengembangkan, dan menyediakan teknologi untuk mereka yang belum tersentuh layanan,” kata Calvin.

Memiliki jaringan global

Sebagai solusi teknologi penukaran mata uang asing yang memberdayakan operator transfer uang non-bank, saat ini Koku mengklaim menjadi platform pertama yang hadir di Indonesia. Meskipun memiliki kompetitor di negara Eropa hingga Amerika Serikat, Koku secara khusus hanya menargetkan Asia Tenggara untuk segmentasi pasar. Pihaknya juga telah memiliki jaringan secara global yang bisa bermanfaat untuk klien mereka di Indonesia.

“Kami percaya saat ini Asia Tenggara merupakan kawasan yang paling relevan untuk model bisnis kami. Untuk melancarkan rencana tersebut khususnya di Indonesia, Koku akan bergerak untuk berkolaborasi dengan mitra-mitra ahli di pasar lokal. Para mitra ini termasuk adalah para pemain industri layanan e-wallet, pinjaman mikro dan perusahaan pembayaran, serta bisnis remitansi dan penukaran uang.”

Kemitraan dengan para LKBB ini akan terpusat sekitar integrasi teknologi Koku kepada operasional yang sudah ada, memastikan para mitra memiliki kemampuan untuk masuk ke pasar dengan cepat dan tanpa gangguan terhadap bisnis mereka. Selain itu, Koku berpotensi mengeksplorasi peluang untuk bermitra dengan supermarket dan minimarket lokal, yang akan berperan sebagai titik akses kepada layanan keuangan nantinya akan membantu masyarakat yang belum memiliki layanan bank untuk semakin terpapar kepada inklusi keuangan.

“Untuk tahap pertama kami masih ingin menawarkan layanan kepada institusi keuangan hingga startup terkait, namun untuk fase selanjutnya kami juga memiliki rencana untuk melebarkan usaha menjalin kemitraan dengan gerai toko ritel seperti Indomaret hingga Alfamart,” kata Calvin.

Bekerja bersama OJK dan Bank Indonesia

Salah satu fokus yang menjadi prioritas Koku adalah memastikan posisinya menjadi perusahaan finansial yang legal dan telah dipercaya oleh regulator di Indonesia, dalam hal ini Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Terutama dalam hal penyediaan layanan dan teknologi KYC yang sepenuhnya masih menjadi perhatian dan pengawasan otoritas.

Koku ingin memastikan bahwa teknologi yang dimiliki bisa diandalkan dan pastinya terjamin keamanannya. Salah satu teknologi yang saat ini tengah dikembangkan dan dimiliki oleh Koku adalah proses KYC memanfaatkan video seperti yang sedang dikembangkan oleh Jenius dari BTPN.

“Kami percaya dalam industri ini belum ada ‘winner takes all’ untuk itu kami pastikan semua peraturan dan persyaratan telah dipenuhi sesuai dengan permintaan dari regulator, namun kami juga menjalin kemitraan dengan mitra lokal yang telah memiliki izin dan tentunya sudah dipercaya posisinya di Indonesia,” kata Calvin.

Calvin melanjutkan untuk bisa menyediakan layanan yang paling relevan bagi perusahaan finansial, Koku tidak ingin men-distrupt semua proses yang ada, namun berupaya untuk meningkatkan bisnis dan pendapatan mereka memanfaatkan teknologi dan layanan yang dimiliki oleh Koku dengan menyediakan FX TechUp Suite Koku yang terdiri dari tiga solusi yakni White Label Remittance, Liquidity Providers Connect Solution, dan API Solution.

“Ekspansi ke Indonesia akan sangat bergantung pada melibatkan mitra yang tepat. Kami ingin memastikan bahwa teknologi kami disesuaikan dengan kebutuhan lokal untuk mendukung kebutuhan budaya dan kebutuhan bisnis,” tutup Calvin.

Psikologimu Hadirkan Layanan Konsultasi Kejiwaan via Aplikasi

Persoalan kesehatan mental menjadi sangat krusial untuk diperbincangkan secara terbuka. Tekanan pekerjaan hingga tuntutan prestasi sekolah, terkadang menjadikan stres berkepanjangan tanpa adanya wadah untuk menuangkan. Melihat persoalan tersebut, Psikologimu mencoba untuk menawarkan platform online untuk masyarakat umum melakukan konsultasi secara online.

Didirikan oleh alumni mahasiswa Psikologi, startup ini ingin memudahkan akses layanan mental di Indonesia. CEO Psikologimu Nova Ariyanto Jono mengungkapkan, saat ini masih sulit ditemukan layanan konsultasi psikologi. Sementara potensi dan permintaan yang ada dari masyarakat cukup besar jumlahnya.

“Sebagai alumni mahasiswa psikologi dan hidup di kota besar, untuk konsultasi dengan psikologi sulit sekali. Pada umumnya harus menunggu 2 minggu, dan ‘terpaksa’ harus konsultasi dengan psikolog yang preferensinya kurang sesuai dengan pilihan jenis kelamin hingga usia yang bukan pilihan. Terbayang sulitnya untuk mendapatkan layanan profesional jika tidak hidup di kota, bukan dari kalangan alumni psikologi dan lainnya.”

Melalui aplikasi Psikologimu yang saat ini sudah bisa diunduh di Play Store, pengguna bisa memilih psikolog yang sesuai dengan preferensi topik. Secara langsung platform akan menghubungkan pengguna dengan psikolog yang relevan dan bisa melakukan percakapan 15 menit secara gratis dan jika cocok bisa lanjut selama 60 menit.

Saat ini psikolog yang tersedia di aplikasi sekitar 57 orang jumlahnya, namun ke depannya Psikologimu memiliki rencana untuk mempercepat pertumbuhan bisnis hingga 10 kali lipat dalam waktu 12 bulan ke depan. Selain itu Psikologimu juga akan meluncurkan fitur terbaru yang bisa bermanfaat bagi pengguna.

Telah mengumpulkan pendapatan

Psikologimu

Meskipun masih terbilang baru menjalankan bisnis, Psikologimu mengklaim saat ini sudah memiliki revenue sekitar $70 per bulan. Untuk profit (20% dari platform fee) belum dikantongi semuanya untuk perusahaan, karena saat ini revenue langsung didistribusikan langsung ke psikolog terlebih dulu.

“Hingga beberapa bulan ke depan, Psikologimu belum akan menerapkan pembagian komisi, sehingga setiap pembayaran yang dilakukan pengguna akan diterima sepenuhnya untuk para psikolog yang memberikan layanan konsultasi,” kata Nova.

Untuk semua konsultasi yang dimanfaatkan oleh pengguna, Psikologimu memungut biaya bervariasi. Proses tersebut sudah disematkan dalam aplikasi, sehingga memudahkan pengguna untuk melakukan pembayaran. Saat ini Psikologimu menyediakan beberapa metode pembayaran, bekerja sama dengan Midtrans. Pembayaran melalui GoPay juga sudah diterima. Rencananya Agustus ini menambahkan pilihan kartu kredit.

Guna mempercepat bisnis dan melancarkan strategi monetisasi, Psikologimu akan melakukan penggalangan dana tahun ini, sesuai dengan komitmen dan misi mereka berkontribusi positif terhadap peningkatan kesehatan mental di Indonesia sekaligus memudahkan setiap individu untuk berkonsultasi dengan psikolog.

“Kami ingin melihat kinerja sementara beberapa metrik yang dianggap penting oleh venture capital, sehingga saat mendapatkan pendanaan, pengelolaan funding tersebut menjadi lebih optimal,” kata Nova.

Application Information Will Show Up Here

OpenChat Mudahkan Pengguna Line Bergabung dalam Grup Tematik

Setelah sebelumnya diumumkan saat acara Line Conference 2019, fitur yang sebelumnya dikenal dengan nama Line Square kini resmi berubah menjadi OpenChat. Pertama kali diluncurkan pada tahun 2017, Line Square merupakan fitur yang menyediakan ruang obrolan bagi pengguna dengan minat dan kesukaan yang sama untuk berinteraksi, meskipun tidak saling memiliki kontak.

Pengguna pun dapat dengan bebas memperluas cakupan komunikasi mereka tanpa perlu memberikan identitas asli dan tetap menjaga privasi dari akun personal mereka. Keunikan lain yang dimiliki Line Square adalah besarnya kapasitas ruang obrolan, setiap ruang obrolan dapat menampung hingga 5000 anggota.

Sementara itu, pada setiap Square, admin dapat menambah ruang obrolan sebanyak yang dibutuhkan. Dalam Line Square terdapat lebih dari seribu ruang obrolan yang dapat dipilih oleh pengguna sesuai dengan preferensi mereka.

OpenChat mengedepankan kemudahan

Konsep baru OpenChat sengaja diadopsi oleh Line menyesuaikan tren dan penggunaan aplikasi chat messenger serupa lainnya. Line juga menghadirkan beberapa teknologi baru di antaranya adalah memudahkan pengguna untuk mengelola perbincangan di lebih dari satu grup. Pengguna juga dengan bebas bisa memilih profil mereka di masing-masing grup tersebut..

Kepada DailySocial perwakilan dari Line Indonesia menyebutkan, perubahaan nama dari Square menjadi OpenChat diharapkan dapat lebih mengedepankan nilai ‘kemudahan’ dan ‘keterbukaan’ dalam berinteraksi antara pengguna yang memiliki minat yang sama. Mengklaim memiliki model bisnis yang berbeda, Line Indonesia mengungkapkan akan mengumumkan hal tersebut dalam waktu dekat.

“Melalui perubahan nama ini, kami tidak hanya ingin memberikan layanan bagi komunitas-komunitas yang sudah ada tetapi juga menyediakan format baru untuk komunitas-komunitas online. Selain itu, fitur privat OpenChat juga tersedia (kode PIN dan Q&A) sehingga bisa menjadi fitur yang unggulan.”

Saat ini di Indonesia OpenChat telah memiliki 21 Kategori dengan lebih dari 450 ribu OpenChat. Selain itu, terdapat juga sejumlah tipe OpenChat yang berbeda untuk setiap topik yang tersedia. Untuk topik yang populer digunakan oleh pengguna OpenChat di Indonesia di antaranya adalah Sekolah, Gim, dan Sosial. OpenChat telah memiliki 21 Kategori dengan lebih dari 450,000 OpenChat. Selain itu, terdapat juga sejumlah tipe OpenChat yang berbeda untuk setiap topik yang tersedia.

Application Information Will Show Up Here

Startup “Rata” Masuki Pasar Healthtech, Sediakan Solusi Estetika Gigi

Solusi kesehatan berbasis teknologi mulai merambah segmen mulut dan etetika gigi. Startup Rata didirikan oleh Co-Founder dan CEO drg. Edward Makmur, Co-Founder dan CSO Danny Limanto, Co-Founder dan CFO Jason Wahono, dan Co-Founder dan CMO Drg. Deviana Maria A untuk mengatasi permasalahan estetika gigi yang dibantu teknologi artificial intelligence.

Kepada DailySocial, Deviana mengungkapkan, teknologi estetika gigi yang diciptakan timnya menggunakan solusi clear aligner yang dibantu teknologi kecerdasan buatan (AI).

“Kami ingin menciptakan clear aligner yang bisa dijangkau semua orang, dan pastinya much better than using braces. Permasalahan seperti kawat gigi yang menusuk, harus datang ke klinik dental secara rutin dan mengganggu penampilan yang pada akhirnya membuat orang menjadikan permasalahan estetika gigi kebutuhan kesekian.”

Rata, startup binaan Alpha JWC Ventures, mengklaim sebagai teknologi clear aligner pertama yang hadir di Indonesia menggunakan teknologi terkini dengan harga yang terjangkau. Rata juga memberikan kesempatan konsultasi online secara gratis dan kesempatan untuk melakukan engagement langsung memanfaatkan media sosial. Sejak hadir di bulan Mei 2019 lalu, perusahaan menyebutkan sudah melayani ratusan pelanggan terutamanya di area Jabodetabek.

CMO Rata Drg. Deviana Maria A dan CEO Rata Drg. Edward Makmur / DailySocial
CMO drg. Deviana Maria A dan CEO drg. Edward Makmur / DailySocial

“Pada sisi medis, kami bersyukur mendapatkan support mentorship dari berbagai figur di bidang kedokteran gigi dan teknologi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri,” kata Deviana.

Cara kerja Rata

Melalui situs, pelanggan cukup mengisi kuisioner online mengenai kondisi gigi dan histori kesehatan gigi. Setiap kasus yang telah dievaluasi dan diterima tim dokter akan dilanjutkan ke tahap cetak gigi. Tim dokter gigi, dibantu AI, kemudian melakukan simulasi pergerakan gigi pelanggan beserta jumlah set aligner dan lamanya perawatan.

Proses edukasi, pemesanan hingga pembayaran dilakukan langsung di situs. Rata memanfaatkan media sosial untuk melakukan kegiatan pemasaran dan belum memiliki aplikasi.

“Rata menyediakan platform online, terutama melalui fitur chatting bagi pelanggan yang ingin berkonsultasi dengan dokter gigi. Selain itu, Rata telah bermitra dengan beberapa klinik yang tersebar di daerah Jabodetabek bagi pelanggan yang ingin melakukan konsultasi offline atau membutuhkan tindakan-tindakan klinis lainnya,” kata Deviana.

Tantangan terbesar yang ditemui tim adalah mendapatkan kepercayaan pasar, terutama untuk perawatan klinis gigi. Menurut Deviana, saat ini seluruh proses disupervisi dokter gigi untuk memastikan kesesuaian dan keamanan.

“Hingga akhir 2019, Rata akan berfokus untuk terus memperdalam edukasi produk clear aligner di pasar Jabodetabek serta mulai memperkenalkan Rata dan mengembangkan operasional dan layanan klinis di kota-kota lainnya di Indonesia. Rata telah mendapatkan pendanaan tahap awal dengan nilai yang dirahasiakan dari angel investor pada awal tahun ini,” tutup Deviana.

Startup Logistik “Qiriman” Jembatani Kebutuhan Pemilik Kendaraan dan Pelanggan

Masih sedikitnya layanan transportasi untuk melakukan pindahan rumah atau kantor di kawasan Bandung dan sekitarnya menjadi alasan Teguh Nugraha (CEO), Danny Andika (CMO), Violla Laurencia (Creative Director), Thomas Aldwin (Business Analyst) dan Yudi Yohanes (CTO) mendirikan Qiriman. Yakni sebuah platform penyedia jasa pengiriman dengan berbagai macam kendaraan angkutan.

Kepada DailySocial Teguh menceritakan, berangkat dari pengalaman pribadi saat akan melakukan pindahan kantor ke gedung baru, ia melihat belum adanya layanan transportasi secara terpadu yang mampu memenuhi layanan tersebut. Mulai dari persoalan negosiasi harga hingga pilihan kendaraan, semuanya diklaim belum lengkap. Berbeda dengan di negara lain yang sudah memiliki berbagai layanan armada atau transportasi pindahan kantor atau rumah yang dikenal dengan moving company.

“Idenya muncul bermula dari kebingungan pada saat kami akan pindahan kantor. Kami kesulitan untuk mencari armada untuk membantu kami pindahan, ketika sudah dapat armada, kami kebingungan untuk nominal pembayaran, rata-rata kalau di tanya ke pengemudi pada saat pindahan mereka bilangnya ‘seikhlasnya saja pak’. Dari sini kami merasa ini bisa sangat membantu kalau ada aplikasi yang bisa menemukan pemilik mobil angkutan dengan pelanggan.”

Setelah melakukan riset dan persiapan, Teguh dan tim akhirnya mencoba untuk menawarkan model bisnis tersebut kepada investor. Mendapat respons yang positif akhirnya Qiriman diluncurkan dan berbasis di Bandung, Jawa Barat. Saat melakukan riset tersebut Teguh menegaskan banyak fakta menarik yang ditemukan di lapangan. Setelah mendapatkan pendanaan awal, Qiriman memiliki sejumlah rencana yang sudah disiapkan dalam waktu 10 tahun ke depan.

“Pada langkah awal ini kami meluncurkan layanan pertama kami, di mana kami melayani pengiriman barang baik dalam maupun luar kota. Langkah kami selanjutnya akan mengembangkan fitur baru untuk menjangkau pasar yang lebih besar,” kata Teguh.

Cara kerja dan wilayah layanan

Saat ini Qiriman bukan hanya tersedia di Bandung dan Jabodetabek namun juga sudah meluas hingga Yogyakarta, Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Sumatera. Tersedia dalam aplikasi dan desktop, pelanggan yang ingin mengakses Qiriman dan menikmati layanan yang disediakan, bisa menikmati fitur seperti pengiriman yang terjadwal, harga yang transparan, kesempatan untuk negosiasi harga, melihat history pemesanan hingga jaminan keamanan barang yang diantar. Untuk strategi monetisasi yang dilancarkan, Qiriman memberlakukan sharing profit dengan mitra mereka.

Untuk kategori layanan pengiriman, Qiriman juga menyediakan tiga pilihan yaitu, Trip untuk pengiriman barang dalam maupun luar kota berdasarkan lokasi pengambilan dan lokasi tujuan. KG untuk pengiriman dalam maupun luar kota berdasarkan berat tonase barang, dan yang terakhir adalah Bulan, merupakan semua jenis kendaraan yang dapat disewakan per bulannya.

Tahun ini Qiriman masih memiliki sejumlah target yang ingin dicapai, salah satunya adalah meluncurkan dua jenis layanan, baik trucking maupun logistik domestik dan internasional.

“Kembali pada tujuan awal kami, di mana kami ingin menjadi one stop solution marketplace platform kargo dan logistik. Dengan tujuan tersebut kami akan masuk ke pasar B2B dan C2C. Kami sedang melakukan pitching untuk mendapatkan pendanaan baru guna memperluas cakupan wilayah dan layanan kami,” kata Teguh.

Application Information Will Show Up Here

Melihat Masa Depan Marketplace Umrah di Indonesia

Menurut data Kementerian Agama, jumlah jamaah yang telah berangkat dan menunaikan ibadah umrah sekitar 1,1 juta orang di tahun 2018 dan diprediksikan terus naik untuk tahun ini. Ibadah umrah, sesuai ketentuannya, harus difasilitasi agen perjalanan yang terdaftar di Kementerian Agama dan Kedutaan Arab Saudi serta tergabung dalam organisasi Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU),

Sesuai dengan perkembangan zaman, mulai bermunculan marketplace OTA (online travel agent) yang memfasilitasi pembelian paket umrah secara online. Sebagai marketplace, mereka tidak membuat paket dan keagenan tersendiri.

Secara persentase, jumlah yang difasilitasi melalui marketplace terbilang masih kecil, tetapi melihat tren anak muda yang makin tertarik dengan wisata umrah, sesungguhnya potensinya cukup menarik di masa depan.

Kemkominfo baru-baru ini mengajak dua startup unicorn populer, Traveloka dan Tokopedia, untuk memudahkan pembelian paket umrah dari para agen secara online. Meski sempat terjadi polemik, sesungguhnya keduanya tidak terjun langsung mengurusi kegiatan ini.

PR Director Traveloka Sufintri Rahayu menyebutkan, “Tujuan dari inisiatif ini adalah untuk membantu memudahkan lebih banyak orang Indonesia agar dapat melaksanakan ibadah umrah. Kami berharap ke depannya, dengan adanya kemudahan pada digitalisasi perjalanan umrah, akan semakin banyak orang Indonesia yang dapat melaksanakan ibadah umrah.”

Baik Tokopedia msaupun Traveloka akan melakukan koordinasi dengan Kemenag dan Kemkominfo.

“Tentunya dalam pelaksanaan diskusi ini, tim terkait juga akan bekerja sama dan bermitra dengan PPIU sebagai stakeholder utama dari bisnis perjalanan umrah sebaik mungkin agar dapat menciptakan pengalaman umrah yang mudah dan nyaman bagi masyarakat Indonesia,” lanjut Sufintri.

Sinergi dan kompetisi

Layanan marketplace umrah yang sudah hadir di Indonesia, seperti Pergiumroh, Kitaumroh dan Umroh.com menyambut baik masuknya Tokopedia dan Traveloka ke ranah bisnis yang sudah mereka jalankan ini. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang diharapkan menjadi perhatian untuk persaingan dan kolaborasi ke depannya.

Menurut Commercial Manager Umroh.com Lia Firdausy, teknologi dan pasar milenial saat ini, menjadi peluang yang makin banyak dilirik oleh pemain serupa. Tidak heran jika Traveloka dan Tokopedia mencoba menawarkan layanan serupa. Suatu saat, kalangan milenial ini bakal menjadi peserta umrah paling banyak.

“Era milenial memang tidak bisa lepas dari perkembangan digitalisasi, begitupun industri umrah nantinya, Mau tidak mau semua harus bisa saling bersinergi. Tapi perlu diingat, tidak mudah mengadaptasi industri yang sudah besar pasarnya dan pelakunya ke dalam industri digital seperti umrah. Butuh kebijakan-kebijakan yang menguntungkan kedua belah pihak.”

Sementara itu, COO Pergiumroh Abul Almaujudy menyebutkan, marketplace bisa memosisikan diri sebagai mitra para travel agent yang telah tergabung dalam PPIU. Jika layanan tersebut menyajikan produk milik sendiri, kecil kemungkinannya untuk bisa meluncurkan layanan secara independen. Marketplace dapat memberikan pengalaman yang lebih nyaman bagi mereka yang terbiasa melakukan transaksi online. Pasar offline yang selama ini telah jamak dilakukan travel agent tetap berjalan seperti biasa.

“Kalaupun secara undang-undang, marketplace umrah belum ada tempatnya, ya sebaiknya para pemangku kepentingan industri ini duduk bersama untuk merumuskan aturan mainnya. Digital adalah keniscayaan, tak bisa dibendung.”

Ia menambahkan, apa pun bentuk layanan yang nantinya akan dihadirkan Tokopedia dan Traveloka, Pergiumroh akan tetap menyambut terhadap segala inisiasi yang memang tujuannya membuat umrah makin bisa diakses oleh semakin banyak orang dengan aman, nyaman, dan mengedepankan semangat kolaborasi.

Nama besar startup unicorn juga disebutkan CMO Kitaumroh Eka Ananda Mumpuni sebagai hal positif untuk industri layanan umrah berbasis online ke depannya. Kehadiran dua unicorn ini diprediksikan akan semakin memacu persaingan. Dengan demikian layanan marketplace menjadi lebih kompetitif.

“Kami yakin adanya persaingan ini menjadikan kita semakin berinovasi dan terus berusaha menciptakan nilai tambah untuk para calon jamaah agar bisa bersaing dan memberikan pengalaman terbaik untuk para calon jamaah yang ingin melakukan ibadah umrah.”

Tantangan

Masih sulitnya menjalankan bisnis umrah menjadi salah satu alasan mengapa marketplace online belum saatnya bersaing dengan pemain lainnya. Menurut Lia, travel agent konvensional masih bisa bertahan dari gempuran OTA, karena banyak dipaketkan melalui wholesale (grosiran) berharga rendah karena mempunyai jatah kamar yang akan dialokasikan selama setahun.

“Saya melihat tiga tahun ke depan marketplace umrah masih banyak tantangannya. […] Masih harus gain trust dari publik untuk pembayaran online, apalagi setelah kasus penipuan beberapa waktu yang lalu. Platform online juga kerap hanya dijadikan sebagai wadah pembanding dan mencari informasi. Pada akhirnya lebih banyak orang yang melakukan transaksi secara offline.”

Salah satu upaya yang dilakukan adalah menumbuhkan kepercayaan di kalangan masyarakat dan menghadirkan paket ibadah yang bervariasi dengan harga terjangkau. Mengingat dana yang digunakan untuk beribadah tidak kecil, membangun kepercayaan adalah tantangan paling berat dan paling penting.

Hal senada diungkapkan Eka. Menurutnya, kepercayaan menjadi faktor yang sangat krusial di industri religi. Faktor lain adalah produk yang baik dan menjawab kebutuhan masyarakat yang akan berimbas kepada loyalitas. Loyalitas pelanggan akan termanifestasi menjadi banyaknya user base, sebuah metrik esensial untuk startup.

“Kegiatan pemasaran juga wajib untuk diperhatikan. Tren marketing dewasa ini mengalami transisi ke marketing kreatif. Dengan sumber daya yang relatif terbatas pun [tapi] dengan cara pemasaran yang tepat, maka exposure yang masif bisa didapat, sehingga touch point terhadap pelanggan akan makin meningkat.”

Makin dewasanya konsumen, dalam hal adopsi teknologi, cukup membantu pemain marketplace umrah menawarkan layanan mereka.

Agar unggul, salah satu penawaran yang bisa dilancarkan adalah memberikan opsi produk yang bervariasi, misalnya bundling dengan perjalanan wisata lain dan skema pembiayaan bermacam-macam.

“Saya melihat saat ini pemahaman dan kepercayaan masyarakat semakin tinggi jumlahnya mengenai pembelian paket umrah melalui marketplace. Kalau ditanya mengenai kemungkinan, bisa mencapai 20% transaksi melalui marketplace dalam waktu tiga tahun ke depan, maka jawabannya sangat bisa dan mungkin,” tutup Almaujudy.

Netflix Umumkan Inovasi Baru dan Rencana Kemitraan dengan Kreator Konten Indonesia

Setelah sebelumnya mengumumkan komitmen mereka untuk menghadirkan konten lisensi hingga konten original berkualitas Indonesia, Netflix menawarkan kemitraan dengan konten kreator hingga aktor dan dan penggiat film di Indonesia untuk menciptakan konten original yang secara khusus ditayangkan di Netflix.

Kepada media kemarin, (01/08), Director of Product Innovation Netflix Ajay Arora mengungkapkan, investasi tersebut menjadi fokus Netflix di Indonesia demi menghadirkan konten yang bisa disukai oleh pelanggan di tanah air.

Sejak hadir di Indonesia tahun 2015 lalu, Netflix mulai menampilkan konten lokal dilengkapi dengan terjemahan bahasa Indonesia ke dalam beberapa konten untuk pelanggan di Indonesia. Ke depannya, Netflix juga memiliki rencana untuk menerjemahkan konten asal Indonesia ke bahasa asing sesuai di negara Netflix berada.

“Sejak awal kami sudah memberikan layanan terbaik untuk pelanggan, mulai dari fitur mengunduh sejak tahun 2016 lalu hingga pengembangan beberapa fitur yang berguna untuk pelanggan.”

Disinggung konten seperti apa yang menjadi fokus dari Netflix di Indonesia, Director of International Originals Netflix Erika North mengungkapkan, bukan hanya serial televisi dan film, Netflix juga akan menghadirkan dokumenter yang mempromosikan budaya hingga kuliner di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Saat ini untuk proyek konten original awal, Netflix sudah menggandeng aktor laga ternama di Indonesia Iko Uwais hingga sutradara Joko Anwar. Ke depannya, kemitraan tersebut akan dibuka lebih luas sehingga bisa dimanfaatkan oleh konten kreator untuk menciptakan produk original Indonesia.

Meluncurkan versi ‘Lite’ untuk pelanggan

Salah satu inovasi yang diumumkan oleh Netflix saat acara temu media adalah diluncurkannya versi ringan untuk pelanggan yang memiliki smartphone dengan jenis yang tidak premium. Dengan koneksi yang lebih ringan dan tampilan UI / UX yang lebih sederhana, pelanggan yang memiliki jenis smartphone tertentu bisa menikmati tayangan Netflix lebih lancar. Dalam presentasinya disebutkan, Indonesia merupakan pelanggan terbanyak yang mengakses Netflix di smartphone.

Netflix juga menawarkan fitur ‘Share Social Media’ dalam platform, yang bisa dimanfaatkan oleh pelanggan untuk membagikan cerita dan pengalaman menonton konten Netflix ke dalam akun media sosial mulai dari WhatsApp hingga Instagram Stories.

“Dengan diluncurkannya versi baru tersebut merupakan upaya kami untuk menjajaki dan mempelajari berbagai pilihan sebagai perusahaan. Versi tersebut kini sudah tersedia secara global dan sudah bisa diunduh oleh pelanggan,” kata Head of Communication Netflix Southeast Asia Leigh Wong.

Disinggung tentang apakah adanya penurunan jumlah pelanggan sejak mulai dicabutnya beberapa konten yang dimiliki oleh Disney hingga WarnerMedia, disebutkan oleh Netflix tidak mengganggu pertumbuhan bisnis secara global. Netflix dalam hal ini menyambut baik kompetitor yang ada, dan tidak merasa terancam dengan makin berkurangnya konten berlisensi asing yang saat ini mulai dihapus dari Netflix.

Terkait dengan rencana penambahan pilihan pembayaran hingga paket khusus untuk mobile, hingga saat ini Netflix belum memiliki timeline yang pasti rencana tersebut bakal diluncurkan. Masih terbatas kepada pilihan pembayaran kartu kredit dan kartu debit, Netflix masih menjajaki kemungkinan untuk meluncurkan pilihan pembayaran potong pulsa (Carrier Billing) untuk pelanggan di Indonesia.

“Saya tidak bisa menyebutkan kapan pilihan pembayaran tersebut akan kami luncurkan, namun kami masih melakukan diskusi kemungkinan adanya kerja sama dengan operator telekomunikasi di Indonesia,” kata Ajay.

Hingga saat ini Netflix belum memiliki kantor perwakilan di Indonesia. Untuk Indonesia, Netflix ditangani anggota tim lokal seperti Corporate Communication Manager Kooswardini Wulandari dan Brand & Editorial Manager Teguh Wicaksono. Ingin membuktikan keseriusan mereka kepada Indonesia yang diklaim merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara, Netflix berharap bisa menambah jumlah pelanggan sekaligus menambah konten original dan konten berlisensi dari Indonesia.

Application Information Will Show Up Here