Ilmuwan Berhasil Gunakan DNA Untuk Tempat Menyimpan Data

Dengan makin banyaknya jumlah data yang dihasilkan manusia, upaya penciptaan medium penyimpanan baru selalu dilakukan. Di bulan Februari lalu, peneliti University of Southampton menyingkap koin kaca memori ‘5D’, bisa menampung file sebesar 360TB. Tapi penemuan University of Washington kali ini jauh lebih canggih karena menggunakan ‘elemen organik’.

Ilmuwan dari University of Washington dan Microsoft berkolaborasi demi mengerjakan proyek yang berpotensi mengubah cara manusia menyimpan data selamanya. Tim bersisi computer scientist dan ahli elektro ini menemukan teknik buat mengemas data dalam DNA, dipresentasikan di makalah untuk ACM International Conference on Architectural Support for Programming Languages and Operating Systems.

Melalui prosedur tersebut, besarnya volume yang diperlukan untuk menaruh data menjadi sangat kecil. Ilmuwan University of Washington memberikan sebuah komparasi: data center sebesar Walmart Supercenter bisa diciutkan hingga seukuran kubus gula – terhitung jutaan kali lebih padat dibanding teknologi pengarsipan saat ini. Langkah-langkahnya tentu saja meliputi proses encoding, penyimpanan, dan restorasi dokumen.

Dalam eksperimen, tim berhasil mengodekan data digital berupa empat gambar ke potongan nucleotide DNA sintetis, memanfaatkan metode super-presisi buat mengubahnya jadi adenine, guanine, cytosine dan thymine. Dan tak cuma menempatkan, peneliti sukses membalikkan mekanismenya – mengambil lagi data-data tersebut dari pool DNA yang lebih besar serta mengkonstruksi gambar-gambar itu kembali tanpa kehilangan satupun byte informasi (berkat metode mirip deteksi kode pos).

“Alam telah menciptakan sebuah molekul fantastis bernama DNA yang memiliki kemampuan untuk menyimpan informasi mengenai gen dan bagaimana sistem tubuh bekerja. Ia sangat padat dan kuat,” jelas salah satu penulis makalah, associate professor UW Luis Ceze. “Pada dasarnya kami mengubah fungsinya buat mengemas gambar, video, dan dokumen; dengan penyampaian yang mudah dikelola bahkan dalam waktu ratusan atau ribuan tahun ke depan.”

Untuk sekarang, kendala terbesar bagi teknik storage berbekal DNA ialah besarnya biaya dan masalah efisiensi yang dibutuhkan buat memproduksi DNA sintetis serta proses penempatan data, terutama di skala besar. Namun peneliti percaya, kesuksesan mereka membuktikan tidak ada penghalang dari segi teknis.

Ceze menyampaikan, “Proyek ini adalah contoh bagaimana kami meminjam sesuatu dari alam – yaitu DNA – buat menempatkan informasi. Kami juga menggunakan ilmu komputer – untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan pada memori – dan mengaplikasikannya ke DNA.”

UW team stores digital images in DNA 01

Sumber: Washinton.edu.

Lift-Bit Ialah Sofa yang Bisa Berubah Bentuk, Dikendalikan Lewat Gesture atau Smartphone

Meningkatnya populasi manusia di Bumi mendorong kita untuk hidup lebih hemat. Hal ini turut mendorong naiknya kepopularitasan tempat tinggal minimalis serta furnitur multi-fungsi, misalnya sofa santai yang dapat Anda ubah jadi tempat tidur. Dan menariknya lagi, konsep Internet of Things ternyata membuka potensi baru dalam penyajian produk furnitur.

Buat membuktikan gagasan tersebut, firma desain Carlo Ratti Associati berkolaborasi bersama perusahaan furnitur asal Swiss bernama Vitra untuk mengerjakan Lift-Bit. Ia adalah sistem furnitur modular, dikendalikan melalui smartphone, memungkinkannya berubah-ubah bentuk menjadi sofa, kursi malas, tempat tidur, ruangan tempat santai, serta konfigurasi-konfigurasi lainnya.

Lift-Bit

Lift-Bit terdiri dari modul-modul terpisah, berupa bangku heksagonal berlapis busa. Tiap bagiannya memiliki motor, sehingga ia bisa dinaik-turunkan dalam beberapa detik saja, dengan ketinggian antara 480-780-milimeter. Furnitur tersebut dapat dioperasikan menggunakan gesture – cukup menggerakkan tangan Anda di atasnya, atau via aplikasi. Carlo Ratti Associati telah menyiapkan sejumlah pre-set, namun Anda tentu dipersilakan buat menyusun kombinasi sendiri.

Uniknya lagi, Lift-Bit dapat merasa ‘bosan’ jika Anda tidak berinteraksi dengannya dalam waktu lama. Andai hal itu terjadi, ia akan berubah wujud secara otomatis buat bermain-main bersama user. Di acara Milan XXI Triennale International Exhibition, Carlo Ratti Associati menunjukkan dinamisnya kapabilitas Lift-Bit. Di sana, mengaktifkan sebuah modul akan memicu efek yang menyebabkan seluruh rangkaiannya menghasilkan kombinasi berbeda.

Lift-Bit 02

Contohnya: dua elemen Lift-Bit dapat membentuk bangku, empat buat jadi kursi malas, sembilan modul untuk menyusun sofa berukuran besar, dan sebagainya. Tapi tak cuma tempat duduk, Lift-Bit bisa dikonfigurasi ke bentuk lain, misalnya gunung berapi serta Grand Canyon. Tim penciptanya bilang, kombinasinya hampir tidak terbatas.

Profesor Carlo Ratti selaku founder Carlo Ratti Associati sekaligus direktur Senseable City Lab Massachusetts Institute of Technology menjelaskan bahwa Lift-Bit memperlihatkan salah satu manfaat Internet of Things dalam mentransformasi penampilan interior tempat tinggal. Ia mengatakan, “Di masa depan, kita dapat membayangkan bagaimana arsitektur bisa berubah menyesuaikan kebutuhan manusia, bukan sebaliknya – sebuah ruang hidup yang mampu beradaptasi dengan karakteristik dan keinginan penghuni rumah.”

Lift-Bit 03

Lift-Bit dipamerkan di Milans XXI Triennale, di ekshibisi ‘Rooms. Novel Living Concepts’, dibuka mulai tanggal 12 April sampai 12 September 2016.

Sumber: Lift-Bit.com.

Virtual Reality Diprediksi Hasilkan Pemasukan Hampir $ 900 Juta di 2016

Oculus Rift dan HTC Vive, dua headset VR high-end itu telah mulai dikirimkan ke tangan konsumen, sebuah langkah besar bagi virtual reality dalam menyerbu ruang keluarga Anda. Banyak ahli memperkirakan, produk-produk ini dapat menyaingi smartphone, ditakar dari besarnya perubahan yang mereka berikan bagi cara manusia bekerja serta menghibur diri.

Kini semua pemain di bidang teknologi, besar maupun kecil, tampak berbondong-bondong terjun ke ranah itu. Aksi mereka bisa dipahami. Meski VR kental dengan tema gaming, pada prakteknya ia dapat diimplementasikan ke bermacam-macam skenario penggunaan: industri medis dan kesehatan, edukasi, turisme, serta desain. Analis Strategy Analytics memprediksi, pemasukan dari penjualan produk VR berpeluang mencapai hampir US$ 900 juta di tahun ini.

Tepatnya adalah US$ 895 juta. 77 persen dari nilai itu diperkirakan merupakan hasil dari transaksi Rift, Vive, dan PlayStation VR. Namun bahkan ketika mereka semua dikombinasikan, volume penjualan ketiga device ini terlihat sangat kecil dibanding produk-produk berbasis smartphone yang umumnya lebih terjangkau – hanya 13 persen dari 12,8 juta unit headset virtual reality di 2016.

Hal ini memang wajar karena Rift dan Vive memang bukanlah barang murah. Headset VR milik Facebook tersebut dijajakan di harga US$ 600, sedangkan Vive menuntut harga yang lebih tinggi lagi, yaitu US$ 800. Sementara itu, Google Cardboard terdistribusi secara luas (dibagi-bagikan gratis dan dapat dibeli murah secara online). Pemilik handset flagship Samsung juga sudah bisa menikmati pengalaman VR ‘premium’ berbekal Gear VR.

Harga tinggi memang membatasi penjualan – Strategy Analytics mengestimasi hanya mencapai kurang lebih 1,7 juta perangkat high-end (Rift, Vive, PSVR). Walaupun demikian, di tahun ini khalayak awam akan mulai memahami potensi dan kecanggihan headset mutakhir tersebut. Di saat yang sama, pasar smartphone dibombardir oleh bundel VR. Analis percaya, dengan strategi jitu, headset VR berbasis handset dapat berperan sebagai ‘hidangan pembuka’ untuk mengiring konsumen ke produk yang lebih mumpuni.

Cliff Raskind selaku direktur Wearable Device Ecosystems di Strategy Analytics menyampaikan, 2016 ialah tahun krusial bagi virtual reality akibat perpaduan sejumlah faktor, memberikan tantangan sangat besar bagi produsen dalam memenuhi ekspektasi konsumen terhadap VR, terutama dari sisi ketersediaan konten dan keterbatasan teknis headset virtual reality kelas entry-level.

Direktur Strategy Analytics Cliff Raskind tak lupa menuturkan bahwa virtual reality akan kembali memicu persaingan panas antar produsen hardware, terutama di bidang resolusi layar, kartu grafis, penyimpanan, serta kamera-kamera 3D.

Sumber: Venture Beat.

Teaser Trailer Titanfall 2 Resmi Dirilis

Tepat setahun setelah pelepasan game pertama eksklusif di platform Microsoft, Respawn Entertainment mengonfirmasi bahwa mereka sedang mengerjakan sekuel Titanfall. Publisher mempunyai ambisi besar untuk permainan kedua itu. Titanfall 2 kabarnya akan tersedia di semua platform current-gen, dan EA punya agenda buat memperluas jagat fiksinya ke TV dan mobile device.

Sejak momen itu, detail mengenai Titanfall 2 pelan-pelan tersingkap – berupa bocoran dari tim pengembang serta prediksi. Tak seperti pendahulunya, Titanfall 2 kemungkinan besar akan menyuguhkan mode singleplayer ala game shooter blockbuster dan boleh jadi tersedia sebelum tahun ini berakhir. Namun Electronic Arts baru benar-benar ‘meresmikan’ keberadaan Titanfall 2 saat mereka memublikasi teaser trailer-nya beberapa waktu lalu.

Tidak banyak informasi bisa kita ekstrak dari video berdurasi 44 detik ini. Teaser dinarasikan oleh seorang pria, berdasarkan aksennya, tebakan saya ialah Sergeant Blisk – salah satu karakter utama yang masih hidup hingga campaign Titanfall usai. Pemandangan kali ini cukup berbeda, memperlihatkan sebuah drop pod (kapsul peluncuran infantri/robot) yang jatuh di tengah hutan.

Titanfall 2 2

Selanjutnya, sebuah Titan (robot mech perang) datang menghampirinya, dipersenjatai pedang berlistrik. Dari bentuk kakinya, robot tersebut adalah Ogre, jenis paling tangguh di antara tiga Titan yang ada di permainan pertama. Dengan menunjukkan senjata berupa pedang, saya penasaran apakah Respawn turut memoles sistem pertempuran jarak dekat? Kemudian, akankah pilihan model Titan juga diperbanyak?

Nikmati teaser-nya di bawah. Publisher turut menyediakan versi full-HD dengan 60fps.

Menariknya lagi, Electronic Arts juga telah meng-update website Titanfall. Saat lead writer Jesse Stern membocorkan sedikit latar belakang cerita Titanfall 2 bulan Februari silam, Titanfall.com masih berisi info game pertamanya. Kini Anda sudah tidak bisa mengakses video maupun screenshot, situs hanya menyajikan dua hal: tombol untuk menyaksikan teaser trailer, dan kolom pendaftaran buat mendapatkan berita langsung via email.

Dengan dirilisnya trailer tersebut, Respawn resmi menyingkap logo permainan. Angka dua menunjukkan bahwa Titanfall 2 merupakan penerus kisah franchise shooter ini dan bukan prekuel. Saya harap developer belajar dari pengalaman dan memoles Titanfall 2 agar lebih baik lagi dari pendahulunya – dari sisi teknis, terutama mengenai kendala ketiadaan server browser.

Titanfall 2 akan diungkap secara global pada tanggal 12 Juni, beberapa hari sebelum E3 2016 dibuka untuk umum.

Disetujui Square Enix, Game Fear Effect Akan Kembali, Kali Ini Lewat Jalur Independen

Di antara ratusan game Square Enix, Fear Effect mungkin merupakan yang jarang terdengar. Dahulu, Eidos Interactive (kini jadi bagian Square Enix) merilis dua game Fear Effect untuk PlayStation, tapi akibat restrukturisasi budget, Eidos menghentikan pendaanan saat tim Kronos sedang menggarap permainan ketiganya. Alhasil, proyek ini dibatalkan dan Kronos akhirnya dibubarkan.

Namun bagi para fans, harapan ternyata belum sirna. 15 tahun setelah Fear Effect 2: Retro Helix diluncurkan, satu studio kecil asal Perancis kabarnya mempunyai agenda buat melanjutkan kisah itu. Dipimpin oleh Benjamin Anseaume, developer Sushee mengungkap Fear Effect Sedna. Ketika sebelumnya Fear Effect digarap sebagai permainan blockbuster, game terbaru itu dikembangkan secara independen dengan memanfaatkan platform crowdfunding atas izin Square Enix.

Kepada Eurogamer, sang founder studio menyampaikan, Fear Effect Sedna merupakan game yang benar-benar berbeda dari hasil karya Kronos Digital Entertainment. Komentar Anseaume selanjutnya sangat menarik: Sedna bukanlah Fear Effect 3, melainkan sebuah Fear Effect baru dengan formula baru. Tak cuma gameplay, arahan visual juga tidak sama.

Fear Effect Sedna 03

Meski tidak mengusung angka tiga pada judulnya, Sedna akan meneruskan cerita Fear Effect. Ia bukan reboot, melainkan sekuel bagi Fear Effect Inferno yang tidak pernah dirilis. Demi mendukung pembuatannya, Square Enix mempersilakan Sushee buat mengakses aset game lawas serta versi prototype Inferno. Anseaume mengakui tidak mudah mengembangkan karya digital yang tidak mereka buat sendiri, dan Sushee memutuskan untuk meminta bantuan dari developer lamanya.

Sedna disajikan dalam perspektif isometrik, lebih menyerupai permainan strategi ketimbang action-adventure. Anda ditantang mengendalikan kelima tokoh protagonis sekaligus, dan pertempuran menitikberatkan taktik, menuntut masing-masing jagoan untuk bekerja sama. Kata sang founder, formulanya terinspirasi dari game role-playing indie Shadowrun Returns kreasi Harebrained Schemes.

Fear Effect Sedna 02

Empat karakter utama Fear Effect – Hana, Rain Qin, Royce Glas dan Jacob “Deke” DeCourt – akan kembali hadir dalam Sedna, ditambah satu tokoh baru. Khususnya untuk Hana, tim Sushee berkolaborasi dengan sutradara asli Fear Effect, John Zuur Platten. Mereka ingin menghormati dua game terdahulu, dan bermaksud menjauhi pendekatan kontroversial yang menodai Fear Effect 2: tema dewasa, terutama antar kedua karakter game, dijadikan Eidos sebagai nilai jualnya.

Kampanye penggalangan dana Fear Effect Sedna rencananya dimulai minggu ini di Kickstarter. Sushee menargetkan uang €100,000, dan jika kampanye tersebut sukses, Sedna akan meluncur di platform PC pada pertengahan tahun 2017.

Game-Game Indie Dominasi Penghargaan BAFTA Games Awards 2016

Mulai 1998, British Academy of Film and Television Arts memutuskan untuk mengakui video game sebagai jenis hiburan yang memberikan cara baru dalam mengekspresikan kreativitas. Ada banyak event pemberian penghargaan bergengsi diadakan tiap tahun, namun sejauh ini status BAFTA belum dapat tersaingi. Dan di akhir minggu lalu, diumumkanlah para pemenang BAFTA Games Awards 2016.

Di ajang lain, nama-nama familier berkali-kali memperoleh apresiasi, namun BAFTA Games Awards 2016 cukup berbeda. Permainan-permainan garapan developer indie tampak menguasai belasan kategori. Judul-judul blockbuster memang jadi nominasi, tapi mereka bukan juaranya. Terlepas dari itu, salah satu permainan open-world terbaik terpilih buat membawa pulang gelar Best Game – sebagai judul pertama di seri itu yang memenangkan BAFTA.

Berikut ini daftar lengkap nominasi dan pemenangnya:

Mobile & Handheld: Her Story (Sam Barlow)

Nominasi: Prune, Fallout Shelter, Lara Croft GO, Alphabear, The Room Three

BAFTA Games Awards 2016 03

Audio Achievement: Everybody’s Gone to the Rapture (The Chinese Room)

Nominasi: Batman: Arkham Knight, Assassin’s Creed Syndicate, Metal Gear Solid V: The Phantom Pain, Star Wars Battlefront, The Witcher 3: Wild Hunt

Music: Everybody’s Gone to the Rapture (The Chinese Room)

Nominasi: Batman: Arkham Knight, Assassin’s Creed Syndicate, Ori and the Blind Forest, Fallout 4, Halo 5: Guardians

Performer: Merle Dandridge | Everybody’s Gone to the Rapture (Kate Collins)

Nominasi: Oliver Dimsdale (Everybody’s Gone to the Rapture, Stephen Appleton), Mark Hamill (Batman: Arkham Knight, The Joker), Ashly Burch (Life is Strange Chloe Price), Masasa Moyo (Broken Age: Act 2, Vella), Doug Cockle (The Witcher 3: Wild Hunt Witcher)

BAFTA Games Awards 2016 01

Persistent Game: Prison Architect (Introversion Software)

Nominasi: Destiny: The Taken King, Final Fantasy XIV Online, Guitar Hero: Live, The Witcher 3: Wild Hunt, LEGO Dimensions

Family: Rocket League (Psyonix)

Nominasi: Disney Infinity 3.0: Play Without Limits, Guitar Hero: Live, Super Mario Maker, FIFA 16, LEGO Dimensions

Sport: Rocket League (Psyonix)

Nominasi: DiRT Rally, Football Manager, FIFA 16, PES 2016, Forza Motorsport 6

BAFTA Games Awards 2016 02

British Game: Batman: Arkham Knight (Rocksteady Studios)

Nominasi: Everybody’s Gone to the Rapture, Prison Architect, Tearaway Unfolded, Until Dawn, Her Story

Artistic Achievement: Ori and the Blind Forest (Moon Studios)

BAFTA Games Awards 2016 04

Nominasi: Assassin’s Creed Syndicate, Metal Gear Solid V: The Phantom Pain, Everybody’s Gone to the Rapture, Batman: Arkham Knight, The Witcher 3: Wild Hunt

Story: Life is Strange (Dontnod Entertainment)

Nominasi: Everybody’s Gone to the Rapture, Until Dawn, Undertale, Her Story, The Witcher 3: Wild Hunt

Original Property: Until Dawn (Supermassive Games)

Nominasi: Everybody’s Gone to the Rapture, Ori and the Blind Forest, Life is Strange, Splatoon, Her Story

Debut Game: Her Story (Sam Barlow)

Nominasi: Keep Talking and Nobody Explodes, Prune, Ori and the Blind Forest, Mini Metro, Lovers in a Dangerous Spacetime

BAFTA Games Awards 2016 06

Game Design: Bloodborne (FromSoftware)

Nominasi: Lovers in a Dangerous Spacetime, Rocket League, Grow Home, Her Story, The Witcher 3: Wild Hunt

Multiplayer: Rocket League (Psyonix)

Nominasi: Lovers in a Dangerous Spacetime, Tom Clancy’s Rainbow Six Siege, Destiny: The Taken King, World of Warships, Splatoon

Fellowship: John Carmack

Game Innovation: Her Story (Sam Barlow)

Nominasi: Everybody’s Gone to the Rapture, Metal Gear Solid V: The Phantom Pain, Life is Strange, Until Dawn, Splatoon

BAFTA Games Awards 2016 05

Best Game: Fallout 4 (Bethesda Game Studios)

Nominasi: Metal Gear Solid V: The Phantom Pain, Everybody’s Gone to the Rapture, Life is Strange, Rocket League, The Witcher 3: Wild Hunt

Sumber: BAFTA.org.

Microsoft ‘Siap’ Sajikan Cross-Network Play Antara Xbox One dan PlayStation 4

Beberapa faktor menjadi pertimbangan saat memilih console: harga, judul-judul eksklusif, dan platform apa yang paling banyak dimiliki teman-teman. Namun kabar dari Microsoft di pertengahan Maret silam memperlihatkan sebuah potensi di mana hal ini tak lagi penting. Melalui prakrasa cross-platform, terbukalah kemungkinan integrasi antara Xbox Live, PC dan ‘jaringan console lain’.

Sony sebagai ‘network console‘ yang Microsoft maksudkan tak lama memberi respons, tetapi jawaban mereka kurang tegas: “PlayStation telah mendukung cross-platform ke PC dalam sejumlah software, dimulai dari Final Fantasy 11 di tahun 2002. Kami akan sangat senang buat melakukan diskusi bersama publisher maupun developer yang tertarik dengan cross-platform play.”

Tapi apakah klaim dan ajakan Microsoft itu bisa dipertanggungjawabkan? Dalam wawancara bersama Eurogamer di event EGX Rezzed minggu lalu, boss ID@Xbox Eropa Agostino Simonetta mengungkapkan kesiapan mereka. Pengumuman Microsoft memang membuahkan tanggapan positif, dan gamer menanti implementasinya. Eurogamer menanyakan, butuh berapa lama sampai cross-platform benar-benar sampai ke tangan kita?

Simonetta menjelaskan bahwa Rocket League – salah satu game berkemampuan cross-play – sudah tersedia. Sebagai penyedia platform, Microsoft tidak memaksa developer untuk meluncurkannya dalam tenggat waktu tertentu. Game akan dilepas saat pengembang menginginkannya. Sayang, belum ada jadwal pasti kapan kita dapat menyaksikan duel Rocket Legue antara gamer Xbox One dan PS4, karena Microsoft sekali lagi menenakankan, itu merupakan keputusan developer.

Tapi dari sisi teknologi, Microsoft menyatakan mereka sudah siap, khususnya bagi judul-judul yang menitikberatkan network. Semua developer diperbolehkan meng-update permainan mereka agar mendukung cross-network play, atau segara meluncurkannya dan mengambil manfaat dari fitur ini.

Ketika ditanya apakah ada berita tambahan terkait hal ini, Simonetta hanya menjawab, “Saya cuma bisa bilang bahwa Microsoft sudah siap. Kami telah mengerjakan bagian kami, selanjutnya Microsoft menyabut gembira siapapun yang ingin berpartisipasi.”

Untuk ID@Xbox sendiri, program self-publish bagi developer independen, Microsoft telah mengekspansinya ke Windows 10 – sesuai janji mereka. Sejumlah judul sudah dapat dinikmati via Xbox Live di platform tersebut, meliputi Oxenfree, Pinball FX 2, Fire: Ungh’s Quest serta Stealth Inc 2. Microsoft dengan gembira juga menyampaikan, terhitung ada ratusan pengembang yang turut bergabung di ID@Xbox.

Via CNET. Tambahan: Xbox Wire & Gamespot.

PC Kecil Anda Butuh Tenaga Tambahan Untuk Tangani Game? EVGA Punya Solusinya

Terlepas dari potensi menjanjikan sebuah PC home theater – desain efisien, hemat listrik, dan kemudahan pengoperasian; perangkat di kelas ini mempunyai satu kelemahan besar dibanding sepupu besarnya: tenaga. Di rumah, PC berukuran kecil biasanya digunakan untuk kebutuhan hiburan multimedia, namun tak aneh jika ia masih belum bisa menangani game blockbuster.

Buat masalah itu, EVGA punya pemecahannya. Perusahaan hardware komputer asal Amerika tersebut meluncurkan varian terkini dari kartu grafis Nvidia GeForce GTX 950. Umumnya GPU kelas GTX memerlukan pasokan listrik dari unit power supply, tapi kabar baiknya: empat dari delapan varian GTX 950 ‘low power‘ EVGA itu tidak membutuhkan PSU. Mereka bisa langsung berfungsi saat Anda memasangnya di motherboard.

Berbeda dari vendor lain, GPU GTX entry-level itu tidak menggunakan connector enam-pin, sepenuhnya mengambil tenaga melalui port PCIe x16 di motherboard. Mereka adalah solusi upgrade praktis bagi PC-PC tua serta HTPC (mini-ITX) yang memerlukan dongkrakan performa grafis. Dan ketiadaan connector juga membuat pengelolaan kabel jadi lebih simpel.

EVGA GTX 950 02

Berbicara lebih teknis, dua model EVGA GTX 950 berjalan di-setting standar Nvidia, 1025/1190MHz; sedangkan dua lagi beroperasi lebih cepat di 1076/1253MHz. Dua tipe mempunyai satu port DVI-I sedangkan dua saudarinya memiliki connector DVI-I dan DVI-D. Semua board menyuguhkan memori GDDR5 6,6Gbps, dan mengusung pendingin berupa kipas EVGA ACX 2.0.

EVGA GTX 950 03

Sederhananya, walaupun mereka bukanlah pilihan gamer hardcore untuk membangun PC gaming high-end, EVGA GTX 950 masih sanggup menyajikan video game di resolusi full-HD. Di website-nya, EVGA mengklaim bahwa GPU-GPU ini ‘lebih mumpuni dari console, dan mampu menawarkan pengalaman sinematik serta interaktif dalam permainan-permainan terbaru berkat dukungan Nvidia GameWorks dan DirectX 12.

Via tabel, EVGA memperlihatkan kinerja GTX 950 dibandingkan GTX 650: frame rate per detik di Heroes of the Storm melewati 120, World of Warcraft: Warlords of Draenor di lebih dari 60, dan The Witcher 3 berada di kisaran 50. Komponen ini turut ditemani software Precision X 16 (buat mengutak-atik setting GPU, berguna bagi kalangan antusias) serta OC Scanner X (menampilkan informasi vital hardware, juga berfungsi sebagai tool benchmark).

Sayang sekali, EVGA tidak menandai GeForce GTX 950 Low Power tersebut dengan label khusus. Jadi mereka hanya bisa dibedakan dari nomor produknya saja: 02G-P4-0952, 02G-P4-0956, 02G-P4-0954 dan 02G-P4-0958. Buat sekarang, harga dan waktu ketersediaannya masih belum diumumkan.

Via PC Gamer & Anandtech. Sumber: EVGA.

Pot Pintar Clairy Efektif Bersihkan Udara Rumah Dengan Tanaman Sungguhan

Banyak orang mengira polusi hanya terjadi di luar rumah, tapi faktanya cukup berbeda. Kualitas udara di tempat Anda tinggal bisa jadi masalah serius karena umumnya kita mengisolasi diri untuk menghemat listrik. Hasil studi terkini menunjukkan, polusi indoor malah lima kali lebih besar dibanding outdoor, dan kita menghabiskan 90 persen waktu di dalam rumah.

Karena alasan inilah tiga orang developer, Alessio D’Andrea, Vincenzo Vitiell serta Paolo Ganis, mencoba mengajukan pemecahan atas problem tersebut dan menyingkap Clairy. Perangkat ini adalah sebuah pemurni udara sekaligus pot bunga ‘pintar’, ditenagai tumbuhan sungguhan – mengombinasikan kekuatan alam dengan teknologi. Clairy juga memiliki desain anggun, dapat mempercantik ruang keluarga atau kamar tidur Anda.

Clairy 03

Memanfaatkan bahan keramik, Clairy terdiri atas dua bagian. Di dalam pot besar, developer membubuhkan ‘unit teknologi’, disambungkan ke kipas angin untuk mengarahkan udara sekitar ke akar tanaman buat dibersihkan. Rangkaian sensor di sana berfungsi menakar kualitas udara, temperatur dan kelembapan. Kemudian ada modul Wi-Fi build-in, bertugas mengirimkan informasi real-time ke smartphone Anda.

Zat-zat berbahaya dinetralisir saat mereka didorong ke akar tanaman oleh tech unit, memurnikan udara di sekitarnya. Perlu Anda ketahui, kelembapan dan suhu turut memengaruhi level toksin, jadi Clairy akan memberikan kita tips bagaimana menyesuaikan serta meningkatkan mutu udara. Perangkat ini tak hanya memungkinkan Anda mendeteksi masalah, namun juga membantu menanggulanginya.

Clairy 02

Sebetulnya, tumbuhan yang Anda taruh di rumah mempunyai potensi mengurangi polusi. Namun pot bunga biasa tidak bisa mengalirkan udara ke akar tanaman secara efektif. Berkat sistem unik Clairy, device air purifier ini mampu menumpas 80 persen polusi dalam ruang sebesar 36-meter kubik, 30 jam semenjak diaktifkan. Via aplikasi di handset (tersedia untuk Android dan iOS), Anda dapat mengatur kecepatan kipas dan mengelola fitur Clairy lainnya.

Beberapa setting bisa Anda pergunakan, contohnya: anti-alergi, untuk ibu hamil, tidur, asma dan mode buat kondisi produktif. Clairy hanya membutuhkan listrik separuh dari lampu LED, bekerja dengan hening, dan Anda tidak perlu mengganti filternya secara berkala. Kemampuannya bukan cuma gimmick, ia telah lulus tes ilmiah laboratorium dan PNAT (spin-off University of Florence, Itali).

Clairy 01

Clairy dapat Anda pesan sekarang di Kickstarter seharga € 160 atau sekitar US$ 181, kabarnya akan dikirimkan ke backer antara bulan Desember 2016 sampai Januari 2017.

MSI Hadirkan Mobile Workstation ‘VR Ready’ Pertama di Dunia

Perkembangan teknologi gaming sangat membantu evolusi virtual reality, dan kepopularitasannya mendorong berbagai nama di industri untuk turut berkecimpung. Sebagai produsen bereputasi, belakangan ini MSI juga tampak sibuk. Beberapa waktu lalu mereka memperkenalkan kartu grafis pendukung headset VR serta notebook gaming bersertifikasi ‘VR ready’.

Namun sepertinya perusahaan dari New Taipei City itu tak puas jika potensi virtual reality terbatas pada ekosistem gaming semata. Di minggu ini, MSI mengungkap varian terbaru produk notebook kelas profesional mereka, yaitu WT72 6QN ProVR. Ia adalah mobile workstation pertama di dunia yang sanggup menangani VR, dibekali chip grafis high-end Nvidia. Dengannya, MSI mencoba membawa VR ke ranah kreasi konten.

MSI WT72 03

“Ciptakan apa saja, dan bekerja di mana saja,” itulah moto yang diusung Micro-Star International dalam penyingkapan WT72 6QN. Jantung dari kapabilitas mobile workstation tersebut ialah GPU Quadro M5500 dan Nvidia DesignWorks VR – serangkaian API, fitur dan library – memungkinkan developer meracik karya berkualitas tinggi berbasis VR.

Lalu karena kartu grafis dioptimalkan oleh vendor software independen (ISV), desainer dipersilakan menjajal kontennya secara langsung dan memodifikasinya dengan software. Berkatnya, manfaat VR bisa segera mereka rasakan: teknologi ini memangkas waktu yang diperlukan buat menciptakan purwarupa dan mempersingkat proses pengembangan. WS72 6QN disiapkan baik untuk desain maupun visualisasi.

MSI WT72 01

Dari sisi penampilan, wujud WT72 6QN ProVR terlihat identik dengan mobile workstation di seri WT72 lain. Anda disuguhkan layar 17,3-inci, ada pilihan resolusi full-HD dan 4K (3840×2160), dan panelnya telah dikalibrasi berdasarkan teknologi True Color. Prosedur ini memastikan penyajian warnanya lebih akurat, mendekati sRGB 100 persen. Untuk sistem input, tersedia keyboard full-sized plus fitur Shortcut Manager untuk menyederhanakan perintah.

Selain kartu grafis Nvidia Quadro, WT72 6QN ProVR dipersenjatai prosesor Intel Xeon E3-1505M v5, RAM DDR4-2133MHz sampai 64-gigabyte, penyimpanan SuperRaid 4 dan hard drive 1TB; serta dapat disambungkan ke tiga monitor eksternal via teknologi Matrix Display demi mempermudah multi-tasking. Dan dengan sertifikasi ISV, perangkat kompatibel ke software buatan AutoDesk, Dassault Systems, PTC, Adobe, dan lain-lain.

MSI WT72 02

Untuk konektivitas, WT72 6QN ProVR dilengkapi enam port USB 3.0, sebuah USB 3.1 type-C (Thunderbolt 3), Mini DisplayPort, HDMI, Killer Gaming Network E2400, Wi-Fi dan Bluetooth 4.1.

Ada tiga varian WT72 6QN yang bisa dipilih, perbedaannya terletak pada jenis prosesor dan resolusi layar. Workstation ini dibanderol mulai dari harga US$ 5.500 sampai US$ 6.900.

Sumber: MSI.