MSI Luncurkan Laptop Gaming 17-Inci Dengan Engsel Drop-Down Pertamanya

Dengan penyajian laptop gaming yang tak banyak berubah dalam perjalanannya selama beberapa tahun ini, produsen harus harus terus membuat terobosan. Kita sudah menjadi saksi hadirnya perangkat ultra-thin, hingga notebook bersenjata liquid cooling serta varian berlayar melengkung. Tapi dari perspektif konsumen, penyuguhan paling simpel biasanya malah jadi favorit.

Setelah memperkenalkan bermacam-macam laptop atraktif di sepanjang 2018, Micro-Star International menutup tahun dengan sesuatu yang lebih sederhana, namun tak kekurangan inovasi. Minggu ini, produsen hardware Taiwan itu memperkenalkan GF75 Thin, sebuah notebook gaming 17-inci pertama mereka yang memanfaatkan engsel drop-down. Desain ini sendiri tidaklah baru, tapi rancangannya cukup jarang ditemui di perangkat gaming.

Berkat pemakaian engsel drop-down, bagian belakang tubuh laptop akan terangkat begitu Anda membuka layar. Setidaknya ada dua aspek yang terbantu berkat desain ini: pemakaiannya jadi nyaman karena sudut kemiringan keyboard memastikannya lebih ergonomis, lalu luasnya ruang sirkulasi di bagian bawah mempercepat proses pembuangan panas yang dihasilkan hardware.

GF75 2

Untuk elemen lainnya, MSI GF75 Thin tetap berkiblat pada standar desain laptop MSI terbaru. Tubuhnya didominasi warna hitam yang tersusun dari konstruksi logam aluminium, lalu bingkainya dipangkas demi memaksimalkan rasio layar ke tubuh (88 persen). Produsen menghiasnya dengan finishing brushed, mencantumkan logo tameng naga di lid, serta membubuhkan LED backlight merah di keyboard. Faktor keringkasan turut menjadi perhatian utama MSI. Dibanding rata-rata laptop 17-inci, GF75 16 persen lebih ramping, 8 persen lebih mungil, dan 15 persen lebih ringan.

GF75 1

GF75 Thin menyajikan panel ‘IPS-level’ seluas 17,3-inci beresolusi 1920x1080p. MSI tidak membahas spesifikasinya lebih jauh di website mereka, jadi saya berasumsi bahwa laptop mengusung layar standar dengan refresh rate 60Hz.

GF75 3

Untuk konfigurasi hardware-nya, MSI GF75 Thin dipersenjatai prosesor Intel Core generasi kedelapan, RAM DDR4-2666 maksimal 32GB, dan penyimpanan berbasis M.2 SSD serta hard drive. MSI menawarkan dua pilihan kartu grafis, yaitu Nvidia GeForce GTX 1050 atau GTX 1050 Ti Max-Q. Kemudian, laptop ditenagai oleh baterai 51Whr yang menjanjikan durasi pemakaian sampai tujuh jam. Selain itu, GF75 turut ditopang sistem pendingin dual fan dengan empat pipa pendingin serta empat lubang pembuangan panas.

GF75 5

Di rilis pers, MSI belum mengabarkan kapan tepatnya GF75 Thin akan tersedia di pasar dan berapa harganya. Seperti varain GL, keluarga GF yang diperkenalkan belum terlalu lama ini disiapkan sebagai produk gaming entry-level. Perkiraan saya, MSI tak akan membanderolnya di angka yang terlampau tinggi.

Konami Luncurkan PES 2019 Versi Gratis di PC dan Console

Terlepas dari janji Konami untuk memperkaya konten Pro Evolution Soccer 2019, beralihnya lisensi Liga Champions, Liga Eropa, dan UEFA Super League yang mereka pegang selama 10 tahun ke FIFA 19 membuat penggemar setianya kecewa serta menyebabkan merosotnya penjualan sebanyak 42 persen di minggu pertama perilisan dibanding PES 2018. Dalam upaya menggaet lebih banyak pemain, sang publisher menerapkan sebuah strategi menarik.

Terhitung di tanggal 13 Desember 2018 kemarin, Konami resmi melepas versi free-to-play dari PES 2019 di PC via Steam, PlayStation 4 dan Xbox One. Lewat ‘Pro Evolution Soccer 2019 Lite’, Anda diperkenankan berpartisipasi dalam kompetisi online, menikmati mode multiplayer kooperatif, bermain secara offline, hingga menciptakan tim impian. Untuk game gratis, penawaran Konami ini terbilang sangat dermawan.

Setelah mengunduhnya, Anda bisa segera mengakses mode pertandingan offline dan pelatihan. Terbuka pula gerbang untuk mengikuti PES League, sebuah medium untuk menguji kemampuan Anda melawan para pemain di seluruh dunia. PES League terbagi lagi dalam beberapa mode dan kejuaraan, misalnya kompetisi satu lawan satu, pertandingan kooperatif tiga versus tiga, serta turnamen-turnamen time limited.

Satu elemen krusial yang turut disuguhkan oleh PES 2019 Lite adalah myClub. Fitur ini mempersilakan kita membuat dan menyusun para pemain legendaris yang ada di sepanjang sejarah sepak bola, misalnya menyandingkan Beckham dengan Maradona, Roladhino, Recoba, Cambiasso, Djorkaeff atau Adriano. Konami berencana untuk menambah lagi sosok-sosok ikonis ini melalui update. myClub ialah jawaban developer atas fitur Ultimate Team di seri FIFA.

PES 2019 Lite 2

PES 2019 Lite mengusung engine serta segala macam teknologi yang ada di versi full-nya. Keunikan masing-masing pesepak bola ditentukan oleh 11 karakteristik, misalnya kelincahan manuver, mengoper tanpa melihat, hingga kemampuan dipping shot. Dari sisi teknis, kedua edisi tidak mempunyai perbedaan aspek visual. Berdasarkan daftar kebutuhan sistem PC yang ada di Steam, baik PES 2019 maupun Lite tetap membutuhkan ruang penyimpanan sebesar 30GB dan komposisi hardware serupa.

PES 2019 Lite 3

Seperti judul-judul free-to-play lain, Pro Evolution Soccer 2019 Lite mengusung sistem in-app purchase. Namun karena Konami belum menjelaskan bagaimana mereka menyajikannya di rilis pers dan saya belum sempat menjajalnya, saya belum mengetahui pasti penerapan microtransaction di sana.

Jika kita berkenan memaklumi tidak diperpanjangnya kesepakatan antara Konami dengan UEFA, PES 2019 tetap merupakan permainan berkualitas. Lihat saja acara-acara gaming yang dilangsungkan di tahun ini seperti Game Critics Awards, Gamescom, Golden Joystick Awards, dan The Game Awards; Pro Evolution Soccer 2019 berhasil masuk ke dalam daftar nominasinya.

Dissidia Final Fantasy NT Hadirkan Yuna, Marksman dengan Segudang Opsi Ofensif

Square Enix akhirnya merilis karakter kelima dari rangkaian enam karakter dalam Season Pass Dissidia Final Fantasy NT. Dia adalah Yuna, summoner cantik yang merupakan pasangan Tidus dari Final Fantasy X. Dengan kedatangan Yuna, jumlah karakter playable Dissidia Final Fantasy NT kini mencapai 33 orang. Square Enix dulu pernah mengumumkan bahwa game ini pada akhirnya akan memiliki 50 karakter playable, jadi masih kurang 17 lagi untuk mencapai target tersebut.

Yuna hadir di Dissidia NT dengan sejumlah kemampuan proyektil unik serta Aeon andalannya, Valefor. Seperti karakter pengguna magic kebanyakan, Yuna memiliki peran Marksman, artinya ia akan lebih sering menjaga jarak dan menyerang musuh dari jauh secara taktis. Berbeda dari Dissidia versi PSP, kali ini Yuna hanya bisa membawa satu Aeon, namun penggunaannya lebih variatif.

Valefor hadir sebagai EX Skill milik Yuna, dan dapat kita gunakan untuk Bravery Attack atau HP Attack tergantung dari jumlah EX Gauge yang kita miliki. Valefor memiliki tiga jenis Bravery Attack dan HP Attack, juga bisa digunakan secara defensif untuk menghentikan combo musuh ketika Yuna sedang diserang. Banyaknya pilihan serangan dapat membuat musuh kewalahan, tapi sebagai gantinya Yuna punya damage yang relatif rendah.

Bersama dengan perilisan Yuna, Square Enix juga meluncurkan arena pertarungan baru yang disebut Final Battlefield. Mirip seperti Edge of Madness tempat kita melawan Feral Chaos di Dissidia 012, Final Battlefield adalah arena berbentuk lingkaran tanpa platform vertikal sama sekali. Tempat seperti ini sangat cocok untuk duel, karena unsur random dari sebuah stage benar-benar diminimalkan.

Selain itu, Square Enix juga merilis sembilan background music baru yang bisa Anda pilih untuk menemani pertarungan. Beberapa lagu di antaranya termasuk “The Landing” dari Final Fantasy VIII, “Terra’s Theme” dari Final Fantasy VI, serta “Assault” dari Final Fantasy X. Semuanya dengan aransemen modern khas yang mencirikan nuansa Dissidia. Arena Final Battlefield dan background music baru ini tersedia sebagai update gratis dan dapat dinikmati semua orang.

Karakter terakhir Season Pass Dissidia Final Fantasy NT saat ini belum diumumkan, akan tetapi bocoran hasil data mining di bulan Juli lalu telah menunjukkan siapa saja karakter yang akan muncul berikutnya. Sejauh ini bocoran tersebut terbukti akurat, meskipun kita tidak tahu bagaimana urutan pasti perilisannya. Mereka adalah:

  • Gilgamesh (Final Fantasy V)
  • Tifa Lockhart (Final Fantasy VII)
  • Zack Fair (Final Fantasy VII)
  • Laguna Loire (Final Fantasy VIII)
  • Vivi Ornitier (Final Fantasy IX)
  • Prishe (Final Fantasy XI)
  • Gabranth (Final Fantasy XII)
  • Snow Villiers (Final Fantasy XIII)

Dari kisi-kisi yang telah diberikan Square Enix, karakter berikutnya adalah “seorang pria, dari setengah Final Fantasy terbaru, dan belum pernah muncul di Dissidia”. Jadi kemungkinan ia adalah Snow dari Final Fantasy XIII atau Vivi dari Final Fantasy IX. Sementara karakter sisanya baru akan muncul di Season Pass 2 tahun depan. Tetapi Dissidia Final Fantasy NT punya masalah yang cukup serius, yaitu sepinya peminat. Game ini hanya ramai di arcade Jepang, sementara di console, bila Anda coba memainkannya secara online maka Anda akan sangat kesulitan menemukan lawan tanding. Bisakah Square Enix memulihkan kembali popularitas Dissidia di kalangan gamer?

Sumber: All Games Delta

PlanetSide Arena Diumumkan, Sajikan Battle Royale dan Arena Tempur 500 Pemain

Jauh sebelum demam battle royale mewabah, Sony Online Entertainment (kini dikenal sebagai studio indie Daybreak) melakukan sesuatu yang hampir mustahil. Lewat PlanetSide 2, mereka menyediakan ruang tempur berskala raksasa untuk ribuan gamer penggemar first-person shooter. Enam tahun lebih setelah PlanetSide 2 dirilis, pencapaiannya masih sulit disaingi game lain.

Berbekal teknologi yang mereka miliki, Daybreak Game Company siap merangkul tren terpanas di segmen gaming. Di penghujung 2018 ini, studio di belakang seri EverQuest, DC Universe Online dan Star Wars Galaxies itu resmi mengumumkan PlanetSide Arena, yaitu permainan kompetitif dengan opsi battle royale yang mengambil latar belakang futuristis di jagat fiksi PlanetSide. Untuk membuatnya berbeda dari formula last man standing lain, Daybreak memberikan sentuhan khas mereka di game ini.

Beberapa hal pertama yang developer adopsi dari PlanetSide 2 adalah ukuran lokasi tempur serta kesanggupan game mendukung partisipasi pemain dalam jumlah besar. Permainan baru ini menyuguhkan arena ‘Echoes of Amerish’ seluas 64-kilometer persegi. Sesuai namanya, peta ini diadaptasi dan dibangun berdasarkan Amerish, benua ketiga yang developer perkenalkan di PlanetSide 2.

PlanetSide Arena menghidangkan tiga mode permainan berbeda. Pertama adalah mode battle royale solo yang bisa dikuti 100 orang pemain, lalu ada last man standing berbasis tim tiga orang yang mendukung maksimal 102 gamer, dan ketiga ialah arena tempur PvP 500 player bertajuk Massive Clash. Ke depannya, Daybreak punya rencana untuk menghadirkan pertempuran berisi 1.000 pemain.

PlanetSide Arena 2

Meski di awal perilisannya, PlanetSide Arena memprioritaskan pengalaman battle royale, Daybreak tidak mau hanya fokus di sana. Di setiap season baru, developer akan memperkenalkan opsi-opsi lain sepeti Capture the Flag, Team Deathmatch, Search and Destroy serta Global Conquest. Penyajian season dan Battle Pass-nya memang mirip Fortnite, dan mereka yang melakukan pre-order sekarang berhak mendapat akses ke Season 1.

PlanetSide Arena 4

Sentuhan khas PlanetSide lain adalah pilihan kelas berbeda. Ketika meluncur nanti, pemain dapat mengambil spesialisasi jadi Assault, Medic atau Engineer. Ada kemungkinan developer akan memperkenalkan kelas lain semisal Infiltrator atau Max di masa yang akan datang. Di sana, Anda juga bisa menggunakan kendaraan serta perlengkapan yang sebelumnya ada di PlanetSide 2, seperti tank, ATV, hover bike hingga jet pack.

PlanetSide Arena 5

PlanetSide Arena rencananya akan dilepas perdana di Windows PC melalui Steam pada tanggal 29 Januari 2019. Daybreak menawarkan dua versi pre-order, terdiri dari Sanctuary Assault Edition dan Legendary Arena Edition. Saat artikel ini ditulis, kedua edisi sedang memperoleh diskon 50 persen.

Via Eurogamer.

Lewat Demo Walkthrough Terbaru, Beyond Good and Evil 2 Terlihat Semakin Menjanjikan

Kabar tentang pengerjaan sekuel dari Beyond Good & Evil telah beredar lebih dari satu dekade silam, terutama sejak desainer Michel Ancel mengungkapkan keinginannya menciptakan trilogi. Tapi kegagalan game action-adventure itu secara komersial membuat publisher Ubisoft enggan menggarap penerusnya, mengakibatkan game terjerumus dalam development hell.

Secercah harapan baru muncul di E3 2017. Di pameran gaming tahunan itu, Ubisoft akhirnya resmi mengumumkan Beyond Good and Evil 2. Arahan pengembangannya sedikit berubah dari visi awal sang desainer. Game tidak lagi meneruskan kisah petualangan Jade, namun diramu sebagai prekuel dan mempersilakan pemain menciptakan karakter utamanya sendiri. Setelah memublikasikan trailer sinematik, porsi gameplay-nya pelan-pelan mulai terungkap.

Dan di minggu ini, Ubisoft kembali menyingkap perkembangan proyek tersebut melalui video ‘demo walkthrough‘. Konten walkthrough ini sebetulnya tidak benar-benar baru, direkam di E3 2018, tapi baru sekarang mereka mempersilakan publik untuk melihatnya. Durasinya cukup panjang, berlangsung selama kurang lebih 25 menit. Dan dari sana, terungkaplah elemen-elemen gameplay yang esensial.

Sedikit berbeda dari game sebelumnya, developer mencoba mengintegrasikan formula role-playing online ke gameplay action-adventure di Beyond Good and Evil 2. Di sana, Anda dipersilakan untuk bermain sendiri atau menikmatinya secara kooperatif. Pembuatan karakter dan kustomisasi ialah salah satu aspek yang dibanggakan Ubisoft Montpellier. Tak cuma jenis kelamin dan ras, Anda bahkan bisa mementukan spesies sang tokoh utama.

Di Beyond Good and Evil 2, eksplorasi merupakan salah satu aspek penting. Karakter Anda adalah seorang perompak angkasa, dan menjadi kapten di pesawat miliknya. Ubisoft mencoba menerjemahkan konsep itu ke elemen gameplay dengan menyajikan pertempuran jarak jauh, jarak dekat, serta menghadirkan jet pack untuk memudahkan Anda mencapai tempat-tempat tinggi. Meski sedang bermain coop, para pemain tak harus selalu berjelajah bersama-sama. Mereka diperkenankan mengambil rute berbeda.

Game juga mendukung bermacam-macam gaya bermain melalui fitur bernama augment. Augment adalah upgrade yang bisa dibubuhkan pada karakter, pedang maupun pistol; fungsinya ialah memberikan kemampuan istimewa pada sang tokoh. Dalam pertempuran, masing-masing augment dapat dikombinasikan buat menciptakan efek tertentu.

Hampir sama seperti Grand Theft Auto, segala kendaraan yang ada di permainan bisa Anda ambil alih dan kendarai. Pemain juga dibebaskan untuk meng-upgrade dan menggonta ganti modul pesawat mereka – agar lebih efektif dalam aksi perompakan, serta bertempur melawan musuh atau pasukan penegak hukum.

Saat artikel ini ditulis, Ubisoft belum mengumumkan waktu peluncuran serta platform tempat game akan tersedia. Namun informasi dari Space Monkey Program mengindikasikan rencana pelepasannya di PC, Xbox One dan PS4.

Monster Hunter: World Akan Kedatangan Expansion Pack Raksasa dan Geralt of Rivia

Hanya ada sedikit pilihan game bisa menyajikan aksi perburuan monster sedetail dan se-seru Monster Hunter. Melalui permainan terbarunya, Capcom tak cuma mampu memuaskan pemain setia, tapi juga berhasil merangkul banyak penggemar baru. Monster Hunter: World mendapat pujian dari gamer dan berhasil memenangkan penghargaan bergengsi di tahun ini, tapi ternyata Capcom masih belum selesai dengannya.

Setelah sempat men-tease eksistensinya di acara The Game Awards 2018, minggu ini Capcom resmi mengumumkan expansion pack pertama untuk Monster Hunter: World yang mereka beri judul Iceborne. Add-on tersebut memiliki konten masif, berisi cerita, quest, wilayah, monster-monster serta perlengkapan baru. Skalanya bisa dibilang setara dengan expansion pack standalone, namun kita tetap membutuhkan World agar dapat memainkannya.

Lewat trailer, developer mengungkap sedikit plot dari Iceborne: sekelompok pemburu mencoba menaklukkan Rathalos, tapi mereka gagal. Wyvern berbahaya itu terbang melarikan diri dari pulau, menuju tempat yang tertutup salju. Expanion pack ini dirancang sebagai kelanjutan kisah petualangan di Monster Hunter: World, setelah karakter Anda selesai berurusan dengan Elder Dragon di New World.

Menariknya, Monster Hunter: World – Iceborne bukanlah satu-satunya kejutan yang diungkap Capcom pada fans-nya. Developer juga menyingkap agenda kolaborasi bersama CD Projekt Red buat menghadirkan sang Witcher Geralt of Rivia di jagat Monster Hunter. Geralt tiba di sana setelelah dirinya dipindahkan melalui portal sihir, dan Anda dipersilakan untuk bermain sebagai pemburu monster berpedang perak itu serta menggunakan gerakan-gerakan bertarung khas Witcher.

Capcom belum menjelaskan detail lebih jauh terkait kerja sama mereka dengan CD Projekt Red, dan berjanji buat menginformasikannya di lain waktu.  Geralt of Rivia kabarnya dapat dimainkan di Monster Hunter: World versi PlayStation 4 dan Xbox One sebagai update gratis, dan akan menyusul di PC. Satu hal yang bisa dipastikan, Geralt kembali diperankan oleh pengisi suara asli di trilogi The Witcher, Doug Cockle.

Sementara itu, waktu perilisan expansion pack Monster Hunter: World – Iceborne masih cukup lama, rencananya akan dilepas pada musim gugur 2019 (kira-kira di minggu kempat bulan September). Add-on disediakan lebih dulu buat PlayStation 4 dan Xbox One, kemudian mendarat di PC beberapa waktu setelahnya. Saya harap gamer PC tak harus menunggu sampai tahun 2020.

Bagi yang belum membeli Monster Hunter: World, Capcom memperkenankan Anda untuk mencicipi versi trial yang tersedia di tanggal 12 sampai 17 Desember. Di sana, kita bisa menikmati quest-quest maksimal rating 3 bintang dan berpartisipasi dalam mode multiplayer online sampai Hunter Rank 4.

Via GameSpot.

EA Umumkan Kapan Kita Bisa Mencicipi Versi Demo Anthem

Fans mungkin masih sulit melupakan kekecewaan yang diakibatkan oleh Mass Effect: Andromeda, tapi bergabungnya kembali Casey Hudson ke BioWare untuk mengawasi pengembangan Anthem merupakan kabar gembira bagi gamer. Hudson adalah developer legendaris yang jadi sutradara Star Wars: Knights of the Old Republic dan trilogi orisinal Mass Effect.

Sejak diumumkan di E3 2017, Anthem pelan-pelan terlihat semakin menjanjikan. Di IP baru ini, BioWare mencoba memadukan gameplay action third-person, formula role-playing, dengan tema sci-fi yang mempersilakan gamer bermain sebagai operator unit exoskeleton high-tech ala Iron Man atau Titanfall. Anthem rencananya akan dirilis pada tanggal 22 Februari 2019. Dan sebelum momen itu tiba, EA memperkenankan kita untuk mencoba sebelum membeli.

Untuk mendapatkan akses ke Anthem lebih dulu dari gamer lain, yang perlu Anda lakukan adalah melakukan pre-order, atau berlangganan EA/Origin Access di PC. Selanjutnya, tiket VIP Demo akan jadi hak Anda. Selain akses, mereka yang berpartisipasi dalam program tersebut juga akan memperoleh item eksklusif. VIP Demo dapat dinikmati oleh pemain di semua platform, baik di PC via Origin, PlayStation 4 ataupun Xbox One.

BioWare dan EA akan melangsungkan demo beberapa kali. VIP Demo, atau demo perdana, dijadwalkan untuk berlangsung pada tanggal 25 sampai 27 Januari 2019. Beberapa hari kemudian, tepatnya pada tanggal 1 sampai 3 Februari, semua orang dipersilakan buat memainkan demo Anthem. Hal yang menarik di sini adalah, sang publisher memilih untuk menggunakan istilah demo dan bukan uji coba beta, menandai bahwa versi ini lebih diprioritaskan buat mengomersialkan permainan dan bukan uji coba.

Berbicara soal periode tes, sebetulnya BioWare baru saja merampungkan uji coba alpha pada tanggal 8 dan 9 Desember kemarin. Sesinya sangat terbatas. Gamer hanya diperkenankan bermain selama beberapa jam saja, dan kesempatan cuma terbuka bagi mereka yang berada di kawasan Amerika dan Eropa.

Jika Anda penasaran mengapa sampai kini belum ada tester yang menginformasikan konten dari tes alpha tersebut, alasannya adalah non-disclosure agreement dari EA yang melarang siapapun buat memublikasikannya. Seorang gamer sempat mencoba men-stream Anthem versi alpha, namun aksi tersebut malah membuat seluruh koleksi permainannya di Origin lenyap.

Sebagai bagian dari strategi EA mendorong lebih banyak orang bergabung ke layanan Origin/EA Access, pelanggan dijanjikan akses ke seluruh konten dan fitur Anthem tanpa dibatasi. Tanpa Origin atau EA Access, kita perlu membayarkan uang sebesar US$ US$ 110 demi membeli edisi Legion of Dawn.

Musisi Rap Soulja Boy Luncurkan 2 Console Game Baru

DeAndre Cortez Way yang lebih dikenal dengan nama panggung Soulja Boy adalah seorang musisi rap, produser dan wirausahawan. Namanya melambung lewat single Crank That yang ia rilis di internet dan menjadi hit nomor satu di Amerika Serikat dalam waktu singkat. Tapi mungkin tak semua orang tahu bahwa Soulja Boy ternyata juga merupakan gamer.

Di minggu lalu, sang rapper kelahiran Chicago itu membuat kejutan tak terduga lewat peluncuran dua console game dengan brand-nya sendiri. Hardware-hardware tersebut terdiri dari dua varian, yaitu home console tradisional dan sistem handheld. Dalam meracik kedua produk ini, Soulja Boy mengusung pendekatan yang telah terbukti efektif: tema nostalgia dan fleksibilitas akses ke game retro di platform berbeda.

Lewat perangkat-perangkat ini, Soulja Boy mempersilakan kita menikmati game-game lawas. SouljaGames versi home console kabarnya dapat menjalankan permainan PlayStation, NeoGeo, Sega, Game Boy Advance, Nintendo Entertainment System, PC, serta didukung oleh koleksi ‘SouljaGames’ berisi tak kurang dari 800 game.

SouljaGame 2

800 judul merupakan jumlah yang sangat banyak, tapi tunggu sampai Anda mengetahui berapa game pre-installed yang siap disuguhkan SouljaGames Handheld: 3.000 permainan. Selain itu, device ini dijanjikan mampu mengoperasikan konten-konten platform Switch, 3DS, Vita, NeoGeo, Game Boy Color serta Advance.

SouljaGame 5

Tentu saja, pertanyaan yang kini muncul adalah, apakah Soulja Boy memperoleh lisensi resmi dari pemegang platform? Belum ada penjelasan lebih rinci dari produsen, namun dugaan sementaranya, boleh jadi sebagian besar game tersebut belum mendapatkan izin dari pemegang IP. Dan hal itu bisa memberi masalah pada Soulja Boy di masa yang akan datang. Nintendo dikenal sangat protektif terhadap kreasi-kreasi mereka dan belakangan sang produsen sedang gencar menggugat situs-situs penyedia ROM.

SouljaGame 3

SouljaGame Console memiliki desain ala Xbox One, dengan dimensi 20x16x4-sentimeter dan bobot 1,2kg. Paket penjualan disertai sepasang unit controller yang menyerupai DualShock 3, dan berdasarkan gambar, home console ini turut dibekali konektivitas modern serta legacy: ada HDMI, USB, AV-out, dan slot kartu TF. Di situs SouljaWatch.com, perangkat dijajakan di harga retail US$ 200, namun saat ini sedang mendapatkan diskon jadi US$ 150.

SouljaGame 4

SouljaGame Handheld sendiri mempunyai penampilan persegi panjang dan menyajikan layar seluas 3-inci. Layout tombolnya familier, menyerupai sistem gaming portable lain. Anda dapat menemukan slot kartu TF dan port audio 3,5mm di bagian bawah, lalu juga dipersilakan menyambungkannya ke televisi. Di periode sale ini, produk bisa Anda miliki dengan mengeluarkan uang sebesar US$ 100.

Via The Verge.

SonicFox Dinobatkan Menjadi Atlet Esports Terbaik di The Game Awards 2018

Esports masih terus tumbuh pesat di tahun 2018 ini, dengan berbagai organisasi olahraga juga terjun menciptakan “versi esports” dari bidang mereka masing-masing. Tidak mengejutkan bila kemudian dalam gelaran penghargaan The Game Awards 2018, esports turut mendapat banyak sorotan. Selain penghargaan pada kategori-kategori yang sudah umum, The Game Awards 2018 memiliki kelompok kategori sendiri, bernama “Esports Awards”, yang terdiri dari tujuh penghargaan.

Paling mengesankan dari seluruh kategori tersebut adalah nominasi Best Esports Player yang dimenangkan oleh Dominique McLean, alias SonicFox. Atlet fighting game asal Amerika Serikat yang tergabung dengan tim Echo Fox ini sepanjang tahun telah menunjukkan performa yang luar biasa. Bukan hanya berhasil meraih juara di berbagai kompetisi fighting game papan atas, ia melakukannya di tiga game berbeda: Injustice 2, Dragon Ball FighterZ, serta Soul Calibur VI.

SonicFox bersaing dalam nominasi melawan pemain-pemain top dunia seperti Tokido (Hajime Taniguchi), Uzi (Jian Zi-Hao), s1mple (Oleksander Kostyliev), dan JJoNak (Sung-hyeon Bang). Mereka datang dari berbagai cabang esports, termasuk Overwatch, League of Legends, hingga Counter-Strike: Global Offensive. Menariknya, dua dari lima atlet yang masuk nominasi ternyata datang dari dunia fighting game. Mungkin ini pertanda bahwa popularitas fighting game di dunia esports sedang naik daun.

SonicFox - Injustice 2 Pro Series 2018
SonicFox selalu tampil dengan kostum rubah biru miliknya | Sumber: Windows Central

Ada beberapa hal yang membuat SonicFox sangat menonjol di dunia esports. Pertama, SonicFox memang punya kepribadian unik yang sering kali memunculkan hype ketika di atas panggung. Kedua, SonicFox sebenarnya dikenal sebagai pakar seri game Mortal Kombat. Bahwasanya ia bisa berpindah-pindah ke banyak game lain, dan langsung menjadi yang terbaik di dunia, itu menunjukkan bahw SonicFox memang punya talenta luar biasa.

Sebagai gambaran akan betapa dominan SonicFox di dunia fighting game, berikut ini adalah daftar beberapa prestasi yang diraih SonicFox sepanjang 2018:

  • Juara 1 DreamHack Austin 2018 | Dragon Ball FighterZ
  • Juara 1 VSFighting 2018 | Dragon Ball FighterZ
  • Juara 1 Evolution Championship Series 2018 | Dragon Ball FighterZ
  • Juara 1 Southern California Regionals 2018 | Injustice 2
  • Juara 1 Canada Cup 2018 | Soul Calibur VI
  • Juara 1 Canada Cup 2018 | Dragon Ball FighterZ
  • Juara 1 Injustice 2 Pro Series Grand Finals 2018 | Injustice 2

Dengan prestasi tersebut, hingga saat ini SonicFox telah mengantongi empat trofi Evolution Championship Series (EVO), turnamen fighting game terbesar di dunia. Angka yang tidak terlalu fantastis memang, tapi menjadi penting ketika kita menyadari bahwa SonicFox baru bermain secara profesional mulai tahun 2014. Artinya, sejak awal kariernya hingga sekarang, SonicFox telah memenangkan semua EVO yang ia ikuti.

SonicFox juga menciptakan drama rivalitas yang sangat menarik di kalangan komunitas Dragon Ball FighterZ. Perseteruan SonicFox melawan GO1 (Goichi Kishida) dari Jepang selalu menjadi pertandingan yang panas, apalagi GO1 dikenal sebagai pakar fighting game dengan tipe “air dasher” seperti Dragon Ball FighterZ. Mereka telah berkali-kali berhadapan di Grand Final turnamen besar, dan hingga kini tanding ulang mereka berdua selalu ditunggu oleh para penggemar. Saya sendiri merasa pemilihan SonicFox sebagai pemain esports terbaik tahun ini sudah tepat, karena sepak terjangnya sepanjang tahun memang sulit sekali dihentikan.

SonicFox vs GO1
SonicFox mengalahkan GO1 di EVO 2018 | Sumber: ESPN

Berikut ini adalah daftar pemenang The Game Awards selengkapnya.

Game Awards

  • Game of the Year: God of War
  • Best Ongoing Game: Fortnite
  • Best Game Direction: God of War
  • Best Narrative: Red Dead Redemption 2
  • Best Art Direction: Return of the Obra Dinn
  • Best Score/Music: Red Dead Redemption 2
  • Best Audio Design: Red Dead Redemption 2
  • Best Performance: Roger Clark sebagai Arthur Morgan (Red Dead Redemption 2)
  • Games for Impact: Celeste
  • Best Independent Game: Celeste
  • Best Mobile Game: Florence
  • Best VR/AR Game: Astro Bot Rescue Mission
  • Best Action Game: Dead Cells
  • Best Action/Adventure Game: God of War
  • Best Role Playing Game: Monster Hunter: World
  • Best Fighting Game: Dragon Ball FighterZ
  • Best Family Game: Overcooked 2
  • Best Strategy Game: Into the Breach
  • Best Sports/Racing Game: Forza Horizon 4
  • Best Multiplayer Game: Fortnite
  • Best Student Game: Combat 2018
  • Best Debut Indie Game: The Messenger

Esports Awards

  • Best Esports Game: Overwatch
  • Best Esports Player: SonicFox (Dominique McLean)
  • Best Esports Team: Cloud9 (League of Legends)
  • Best Esports Coach: Reapered (Bok Han-gyu) dari Cloud9
  • Best Esports Event: League of Legends World Championship
  • Best Esports Host: Sjokz (Eefje Depoortere)
  • Best Esports Moment: Cloud9 Comeback Win in Triple OT vs FAZE

Community Award

  • Content Creator of the Year: Ninja

Sumber: The Game Awards, Liquidpedia

Sejumlah Game Indie Mulai Bermigrasi dari Steam ke Epic Games Store

Setelah resmi diumumkan minggu lalu, para talenta di belakang Unreal Engine, Gears of War dan Fornite akhirnya meluncurkan Epic Games Store bertepatan dengan The Game Awards 2018. Epic Games Store adalah platform distribusi digital ala Steam yang menjajakan penawaran sangat menarik untuk developer: Epic Games hanya meminta komisi 12 persen dan sisanya diberikan pada pengembang.

Penawaran ini tampaknya terbukti efektif. Tak lama sesudah layanan ini dirilis, sejumlah developer – terutama tim independen – mulai memindahkan game mereka dari Steam ke Epic Games Store. Lalu beberapa studio lain yang belum mau meninggalkan Steam melakukan strategi ‘timed exclusive‘ – yaitu melepas permainannya secara eksklusif dalam jangka waktu tertentu di platform punya Epic Games itu.

Terhitung mulai kemarin, laman Steam dari game first-person open world bertema konstruksi Satisfactory tak lagi bisa diakses setelah Coffee Stain Studios berencana melepasnya di Epic Games Store. Developer menjelaskan bahwa Epic Games Store merupakan satu-satunya tempat untuk mendapatkan permainan ini, dan berjanji buat memberikan jawaban atas rasa penasaran gamer lewat sesi Q&A.

Selain Satisfactory, Team17 juga berniat untuk menyediakan Genesis Alpha One di Epic Games Store pada bulan Januari nanti. Sang publisher mengurungkan niatnya buat meluncurkan di Steam di tanggal 29 Januari 2018, dan menyampaikan bahwa saat ini, proses pengerjaannya berada di tahap pemolesan akhir.

Tim Double Damage sendiri menerapkan pendekatan timed exclusive untuk kreasi anyarnya, Rebel Galaxy Outlaw. Rencananya, developer akan menyediakan game space simulation itu secara khusus di Epic Store selama 12 bulan, kemudian barulah Rebel Galaxy Outlaw tersaji di tempat lain. Double Damage berharap, pembagian keuntungan 12/88 dapat memberikan mereka modal buat meluncurkan game di ‘toko sebelah’.

Lewat blog, Double Damage cukup terang-terangan bilang bahwa pembagian 30/70 terasa cukup memberatkan, terutama untuk studio indie. Metode kurasi yang diterapkan Epic Games turut memperoleh tanggapan positif dari developer dan pengguna, karena sangat membantu mengekspos judul-judul dengan konten berkualitas.

Sejumlah permainan indie berpotensi saat ini sudah dapat dimainkan via Epic Games Store: Ashen telah tersedia di sana, sedangkan versi Steam-nya masih berstatus TBD. Lalu Hades, kreasi terbaru tim pencipta Bastion dan Transistor bisa dinikmati via early access saat ini, namun masih belum ada di Steam.

Kabar gembira dari Epic Games tak cuma ditujukan bagi developer, tapi juga kepada para pemain. Kabarnya, mereka akan membagi-bagikan permainan secara gratis tiap dua minggu sekali.

Via PC Gamer.