Mencari Keunikan Marketplace di Indonesia

Bisnis marketplace di Indonesia sudah semakin menjamur, baik itu marketplace yang berbasis di Indonesia atau pun marketplace asing yang mencoba peruntungannya dengan masuk ke pasar Indonesia. Dari segi konsep, kebanyakan marketplace terlihat serupa bahkan sama persis. DailySocial mencoba menggali informasi marketplace tanah air tentang keunikan mereka dan bagaimana mereka menghadapi persaingan saat ini.

Tokopedia

Tokopedia secara umum memang sejenis dengan kebanyakan marketplace, namun dari keterangan yang kami terima Tokopedia tengah mengusung misi untuk pemerataan ekonomi secara digital. Untuk mencapainya Tokopedia tidak hanya fokus mengembangkan marketplace tetapi juga mengembangkan fitur untuk kebutuhan sehari-hari, seperti isi ulang pulsa, paket data, air, listrik, membayar BPJS, hingga berdonasi.

Tokopedia seolah ingin menjadikan kedekatan mereka dengan masyarakat sebagai identitas mereka. Selain fitur pembayaran berbagai macam tagihan (yang kemungkinan juga akan ada di marketplace lain), Tokopedia juga fokus untuk membantu produk-produk UKM agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas.

Bukalapak

Senada dengan Tokopedia, Bukalapak juga memiliki visi dan misi yang sama untuk membantu UKM-UKM di Indonesia. Dengan memandang kekuatan komunitas dan inovasi sebagai peranan penting dalam pengembangan bisnisnya Bukalapak aktif dalam berbagai kegiatan temu komunitas dan iklan-iklan bernada komunitas.

Untuk keunikan, pihak Bukalapak mengedepankan fitur BukaIklan dan Negosiasi sebagai keunikan mereka. Fitur BukaIklan dan Negosiasi merupakan fitur baru. BukaIklan memungkinkan pengguna Bukalapak dengan mudah mempromosikan barang dagangannya di Facebook Ads dengan lebih sederhana. Hal ini disebut membantu para pelapak yang memang tidak memiliki background teknologi untuk bisa mengoptimalkan promosi barang mereka.

Fitur lain yang disebut sebagai keunikan Bukalapak adalah fitur Negosiasi. Fitur ini memungkinkan pembeli menegosiasikan harga atau menawar barang yang ingin dibeli, tentu dengan batasan jumlah penawaran. Fitur ini sementara ini belum ada di kebanyakan marketplace di Indonesia.

MatahariMall

Sedikit berbeda dengan dua marketplace sebelumnya, Mataharimall memiliki konsep O2O (online-to-offline). MatahariMall mengandalkan mall konvensional dalam jaringannya yang sudah tersebar di beberapa kota besar di Indonesia sebagai channel untuk para pembelinya. Konsep O2O ini sebenarnya juga diusung Alfacart dengan jaringan Alfamart yang sudah tersebar luas di Indonesia. Sementara ini, konsep O2O ini tidak lantas membuat keduanya menjadi pemimpin pasar Indonesia.

Shopee

Sementara itu Shopee, yang lebih condong ke arah mobile marketplace, menyebutkan bahwa kecepatan dan mobilitas layanan menjadi salah satu fitur yang membedakan Shopee dengan yang lain. Di dalamnya disematkan fitur-fitur khas media sosial, seperti chat dan tagar, untuk menandai produk dan memudahkan pencarian produk.

Bisa disimpulkan ada beberapa jenis pendekatan yang dilakukan bisnis marketplace di Indonesia. Lazimnya jika mereka berangkat dari perusahaan digital, pendekatan ke pengguna dan penjual menjadi poin utama. Entah itu bekerja sama dengan komunitas, pemerintah, dan lembaga-lembaga lain. Selanjutnya untuk menarik minat pembeli, memperkaya fitur pembayaran adalah hal mutlak, termasuk pembayaran offline yang bermitra dengan gerai-gerai minimarket.

Sementara marketplace yang berangkat dari perusahaan konvensional cenderung berusaha mengoptimalkan keuntungan toko offline mereka. Meskipun demikian, inovasi pembayaran dan pengiriman tetap menjadi hal wajib untuk diperhatikan.

11 Tren yang Akan Membentuk E-commerce Asia Tenggara di 2017

Di saat presiden-terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, sedang bekerja keras untuk menghentikan Cina untuk menjadi kekuatan adidaya dunia, Cina belum memperlambat hegemoni digital-nya di Asia Tenggara (saat berbicara Cina tentu saja itu berarti Alibaba). Setelah menobatkan Asia Tenggara di posisi puncak masa keemasan ecommerce dalam edisi tren 2015 kami, Jack Ma dan timnya memasuki kawasan ini hanya empat bulan setelahnya dan membeli Lazada, perusahaan ecommerce terkemuka di Asia Tenggara, dengan nilai $1 miliar.

Kesepakatan Lazada-Alibaba yang merupakan akuisisi luar negeri terbesar Alibaba hingga saat ini adalah sebuah peristiwa penting bagi Asia Tenggara yang implikasinya menjangkau seluruh rantai nilai commerce mulai dari periklanan digital, logistik, keuangan, asuransi, bahkan pelayanan kesehatan.

Kilas balik ke tahun 2016

Bahkan tanpa akuisisi Lazada, tahun ini tetap terbukti penting untuk ecommerce di kawasan ini: industri fast-fashion mengalami penurunan dan bahkan perusahaan fashion Zalora milik Rocket Internet berakhir dengan pembelian murah oleh konglomerat ritel Thailand, Central Group.

Masalah yang dialami Singpost masih berlanjut. Setelah kehilangan Group CEO Wolfgang Baier secara mendadak di tahun 2015, perusahaan ini juga kehilangan COO, CFO dan komisaris grup yang mengundurkan diri di tengah-tengah skandal kepemimpinan perusahaan. Hal ini mendorong kembali kesepakatan perusahaan ini dengan Alibaba untuk ketiga kalinya dan tidak mencapai kesepakatan hingga bulan Oktober.

Di seluruh kawasan, ecommerce B2C beraset besar mengalami penderitaan. RedMart asal Singapura diakuisisi oleh Lazada setelah tidak bisa lagi mengalirkan uang dan iTruemart milik Ascend Group tutup di Filipina hanya beberapa bulan setelah mengumbar akan menjadi pemain ecommerce Thailand regional pertama pada 2017.

Raksasa ecommerce asal Jepang Rakuten menarik diri dari Asia Tenggara dan menjual bisnisnya di Thailand kembali ke pendiri aslinya. Moxy berpindah dari tradisional ecommerce massa saat bergabung dengan Bilna dari Indonesia untuk membentuk Orami yang bisnis dan kontennya berfokus kepada perempuan dan berhasil mendapatkan pendanaan dari co-founder Facebook Eduardo Saverin.

Meminjam istilah Jack Ma, jika 2016 adalah pembuka, maka 2017 akan menjadi hidangan utama untuk ecommerce di Asia Tenggara. Dengan $238 miliar hadiah utama dan Amazon yang telah siap memasuki Singapura pada Q1, sudah membentuk tahun ini sebagai tahun yang menarik.

Permainan dimulai.

(1) Raksasa akhirnya terbangun: Alibaba menjadi lebih aktif pasca mengakuisisi Lazada

Bisa dibilang pencapaian terbesar ecommerce di Asia Tenggara tahun ini adalah akusisi Lazada oleh Alibaba seharga $1 miliar, namun tidak banyak aksi yang terjadi pada permukaan setelahnya. Hal ini akan segera berubah dan Alibaba akan segera memperkenalkan seluruh ekosistem ecommerce mereka ke Asia Tenggara di tahun mendatang. Yang terdiri dari beberapa nama seperti Ant Financial, Cainiao dan Taobao Partner (TP).

Diluncurkan di Cina tujuh tahun yang lalu, program TP bertujuan untuk mendaftarkan para pemasok untuk menyediakan layanan yang berhubungan dengan ecommerce untuk para penjual di Taobao. Beberapa TP seperti Baozun dan Lili & Beauty menawarkan operasional toko dan layanan pergudangan yang memungkinkan Taobao dan Tmall tumbuh sebagai dua platform ecommerce terbesar di Cina.

Peluncuran terdekat dari program serupa di Asia Tenggara (ahem, Lazada Partner?) akan menciptakan banyak kesempatan untuk seluruh ekosistem mulai dari instansi digital hingga perusahaan pengiriman. Penyedia layanan ecommerce full-service seperti aCommerce dan SP eCommerce berada di posisi yang baik untuk terus menumbuhkan kesempatan $238 miliar ecommerce Asia Tenggara.

(2) Logistik last-mile akan menjadi komoditas, dipercepat oleh jaringan Cainiao milik Alibaba

Logistik sering dianggap sebagai hambatan terbesar bagi pertumbuhan ecommerce di Asia Tenggara dan karenanya telah menciptakan cukup banyak pendanaan venture capital yang dihasilkan oleh pasukan last-mile dan on-demand delivery startup seperti Ninja Van, Sendit milik Ascend Group, dan Skootar. Bahkan hailing apps untuk taksi dan motor seperti Go-Jek dan Grab telah merambah ke layanan pengiriman sebagai sebuah aliran pendapatan tambahan. Semua hal ini menambah tekanan kepada pemain-pemain lama seperti Kerry Logistics, DHL dan JNE yang hanya menyentuh permukaan di ruang logistik ecommerce yang serba cepat.

Ekosistem yang baru terfragmentasi dan sangat kompetitif ini memiliki kesamaan dengan Cina satu dekade yang lalu dan memacu Alibaba untuk meluncurkan Cainiao Network, sebuah platform terbuka yang mengumpulkan semua vendor last-mile. Pendekatan ringan aset ini memecahkan rantai terlemah Alibaba – logistik – dan memungkinkan mereka untuk memanfaatkan permintaan yang sangat besar untuk mengontrol pembicaraan.

Lebih dari 70% bisnis bagi third-party logistics (3PLs) di Cina saat ini datang dari ecommerce yang sebagian besar didorong oleh Alibaba. Hal ini mengizinkan mereka untuk menetapkan standar industri dan meningkatkan kompetisi harga di antara penyedia last-mile yang pada dasarnya mengubah yang para pemain ini menjadi sebuah perlombaan ke bawah, permainan komoditas.

Alibaba telah memulai dengan membawa Alipay and Ant Financial dan dengan ekosistem logistik di Asia Tenggara mengikuti cara di Cina, pengenalan Cainiao Network hanya perihal waktu.

Cainiao Network adalah bagian teka-teki yang hilang bagi Alibaba untuk mengontrol seluruh rantai nilai ecommerce (via ecommerceIQ)

Gambar 1(3) Pertarungan untuk “first-mile”: Ancaman baru untuk Google dan Facebook

Hanya sedikit orang yang sadar bahwa raksasa ecommerce seperti Alibaba dan Amazon bukan hanya sebuah ancaman bagi pesaing langsung mereka seperti JD dan Wal-Mart tetapi juga untuk Baidu dan Google.

Dengan peningkatan pencarian produk yang berpindah dari mesin pencari dan langsung mengarah ke situs ecommerce, Alibaba dan Amazon mengguncang periklanan yang ada di internet. Di AS, saat ini 55% orang mulai mencari produk di Amazon, naik dari 44% di tahun 2015. Ini menjadi masalah besar karena pencarian produk adalah salah satu kategori pencarian kata kunci yang paling menguntungkan dan memiliki cost-per-clicks tertinggi.

Di Cina, persaingan antara Alibaba dan Baidu telah membuat Alibaba memblokir mesin pencarian Baidu untuk ‘merangkak’ dan mengindeks halaman Alibaba sejak 2009, secara efektif mencegah pengguna pergi ke Baidu untuk pencarian produk.

Pertempuran “first-mile” ini diduga akan dimulai pada tahun 2017 di Asia Tenggara ketika Alibaba bermigrasi dengan Lazada ke platform Tmall dan memperkenalkan Alimama, yang memiliki platform iklan self-service serupa dengan Google Adwords.

Para penjual di Lazada akan memiliki akses ke berbagai periklanan berbasis PPC (Pay-Per-Click), CPM (Cost-Per-Thousand Impressions) dan CPS (Cost-Per-Sale) seperti P4P Tmall “Express Train” iklan pencarian PPC. Iklan ini menguasai sekitar 25% dari total pencarian online Cina yang secara tradisional didominasi oleh Baidu. Untuk memberi gambaran tentang perkembangan Alibaba dalam iklan pencarian, pasar iklan pencarian milik Google Cina memiliki 30% market share sebelum menyerah dan keluar dari pasar Cina.

Bisnis periklanan Alibaba lebih dari sekedar pencarian. Selain Alimama, mereka juga mengoperasikan sebuah platform afiliasi yang disebut Taobao Affiliate Network, sebuah jaringan iklan tampilan yang disebut TANX (Taobao Ad Network and Exchange) serta Data Management Platform yang merupakan kompetitor Bluekai milik Oracle dan Audience Manager dari Adobe.

Perusahaan media lebih baik mempersiapkan diri mereka untuk kompetisi baru dan agensi digital harus mulai belajar bagaimana membeli dan mengoptimalkan media dalam platform Lazada di tahun 2017.

(4) Masuknya Alipay ke Asia Tenggara akan mendorong konsolidasi dalam sektor pembayaran online

Tahun baru akan menandai dimulainya konsolidasi dalam ruang pembayaran di Asia Tenggara. Dominasi cash-on-delivery (COD) – 75% dari transaksi ecommerce di kawasan ini – yang menginspirasi startup seperti Omise dan DOKU serta perusahaan telekomunikasi dan perbankan yang telah berdiri untuk membangun PayPal selanjutnya.

Tetapi kebanyakan dari inisiatif ini tidak menyelesaikan permasalahan utamanya – kurangnya penetrasi kartu kredit dan besarnya populasi yang tidak memiliki rekening bank di Asia Tenggara. Sebagai contoh, LINE Pay, solusi serupa Apple Pay dari satu aplikasi pengiriman pesan paling terkenal di Asia Tenggara, hanya bisa digunakan dengan kartu kredit. Meski menarik dari perspektif PR, inisiatif ini belum menggeser cara pembayaran konsumen dari COD.

Mayoritas ‘solusi’ fintech telah diciptakan untuk melakukan “teknologi demi kepentingan teknologi” – membangun mobil yang lebih cepat ketika yang kurang adalah lebih banyak jalan.

Gambar 2

Dengan kurangnya hal yang terpenting – saluran distribusi yang scalable – bisa diprediksi perusahaan pembayaran ini harus berjuang keras di sepanjang 2017. Dengan Lazada, Alibaba menggunakan strategi kuda trojan untuk membawa Alipay dan Ant Financial ke Asia Tenggara. Marketplace ini menawarkan sebuah basis pengguna yang besar dan saluran distribusi yang membuat banyak startup pembayaran di Asia Tenggara iri.

Gambar 3

(5) “Ecommerce 1.0” to “Ecommerce 2.0”

Seperti yang telah diprediksi sebelumnya, Zalora milik Rocket Internet harus menjual bisnisnya yang ada di Thailand dan Vietnam dengan harga rendah kepada ritel lokal Central Group. Di tahun yang sama, Cdiscount Thailand, bagian dari konglomerat ritel Prancis Group Casino, terjual senilai $31.5 juta ke TCC, sebuah perusahaan lokal Thailand yang juga pemilik merek bir terkenal Chang.

Kehadiran Alibaba dan kabar peluncuran Amazon di Singapura pada Q1 2017 menutup kesempatan bagi permainan “Ecommerce 1.0” – yang berjualan produk kepada khalayak luas. Bahkan MatahariMall, inisiatif ecommerce “anti-Lazada” yang diluncurkan oleh konglomerat Lippo Group asal Indonesia, telah memposisikan ulang identitas mereka sebagai sebuah online-to-offline ecommerce daripada menjadi pesaing langsung bagi Lazada.

Memasuki tahun 2017, kesempatan di ecommerce akan semakin bergeser dari “Ecommerce 1.0” menuju “Ecommerce 2.0” di mana perusahaan tidak lagi mendasarkan keunggulan kompetitif mereka berdasarkan nilai ekonomi tradisional namun gabungan dari apa yang pemilik Bonobos Andy Dunn sebut proprietary harga, seleksi, pengalaman, dan produk.

Di mana Ecommerce 1.0 adalah sebuah permainan kekerasan dan kekuatan, Ecommerce 2.0 mengeksploitasi celah 1.0 di banyak cara kreatif yang menghindari permainan zero-sum dengan para raksasa seperti Alibaba dan Amazon.

Merupakan pertanda bagus untuk melihat perusahaan di Asia Tenggara telah mulai bergerak menuju Ecommerce 2.0. Pomelo Fashion, sebuah merek fashion yang langsung menjual ke konsumen, hanya secara online, berfokus untuk membangun mereknya sendiri dan mengintegrasikan rantai pasokannya secara vertikal dengan memproduksi pakaian mereka sendiri.

Di Indonesia, startup lain mengambil ide dari penjualan di Facebook dan Instagram kemudian memberikannya steroid. Sale Stock, startup fast-fashion yang berbasis di Jakarta, telah mengambil jalan yang serupa dengan Pomelo Fashion dengan keunikannya sendiri dan sedikit eksperimen.

Dengan peningkatan jumlah pesanan Sale Stock yang datang dari sesi chat di mobile website, perusahaan ini kemudian berinvestasi dan meluncurkan ecommerce chatbot pertama di kawasan ini untuk memproses pesanan mobile chat di Facebook Messenger yang dibangun oleh para insinyur ‘lulusan’ Google, Palantir, dan NASA.

Gambar 4

(6) Lebih banyak korban dari persaingan Amazon – Alibaba di masa depan

2016 adalah tahun yang besar untuk konsolidasi di ruang ecommerce Asia Tenggara:

  • Zalora Thailand dan Vietnam dijual murah ke konglomerat ritel Thailand Central Group
  • Cdiscount dibeli oleh raksasa Thailand TCC Group milik Charoen Sirivadhanabhakdi
  • Pemain ecommerce yang berfokus ke perempuan, Moxy, kembali muncul sebagai Orami setelah bergabung dengan Bilna asal Indonesia
  • Rakuten asal Jepang menutup bisnisnya di pasar Indonesia, Malaysia dan Singapura, serta mengembalikan bisnisnya di Thailand kepada pendiri aslinya
  • Toko grocery online yang berbasis di Singapura, RedMart, terjual kurang dari dana yang telah didapatkan kepada Lazada di tengah isu masuknya Amazon ke pasar dengan AmazonFreshEntitasnya di Filipina, diluncurkan di akhir 2015, tutup tahun ini, dan dengan fokus perusahaan pada fintech – mereka menjual sahamnya sebesar 20% di Ascend Money kepada Ant Financial tahun ini – Ascend kemungkinan akan keluar dari ecommerce ritel sepenuhnya di tahun 2017.
  • Dan hal ini akan berlanjut sepanjang tahun 2017, terutama dalam ruang “Ecommerce 1.0” yang sangat kompetitif. Salah satu yang bisa menjadi korban besar adalah Ascend Group yang berbasis di Thailand, yang memiliki aset portfolio ecommerce dan fintech seperti Wemall (B2C) dan WeLoveShopping (C2C). Sudah terlihat ada tanda-tanda.

(7) Brand melewatkan bait-and-switch marketplace untuk mengambil pendekatan direct-to-consumer atau multi-channel

Ada banyak keuntungan bagi brand untuk menjual produk mereka di marketplace seperti Lazada, MatahariMall dan 11street – yang persiapannya sangat mudah dengan akses ‘gratis’ ke trafik yang dihasilkan oleh marketplace tuan rumah. Itulah mengapa di 2016 kita melihat banyak brand seperti L’Oreal dan Unilever membuka toko di platform ini.

Namun demikian, brand mulai menyadari bahwa kontra-nya lebih besar daripada pro. Marketplace mengumpulkan sejumlah besar data yang secara tepat menentukan kategori produk dan brand yang laku terjual, pada waktu dan lokasi apa dan kepada siapa. Amazon telah memanfaatkan informasi yang berharga ini untuk memperkenalkan label pribadi mereka yang bersaing langsung dengan para penjual di platform mereka.

Di tahun 2017 ini, kita akan melihat brand semakin pintar dan akan memanfaatkan kehadiran marketplace sebagai sebuah inisiasi dan strategi jangka pendek. Strategi jangka panjangnya adalah menjual langsung ke konsumen melalui situs brand.com milik mereka di mana mereka memiliki semua data pelanggan, mengelola brand image mereka sendiri dan bisa menawarkan fitur seperti penjualan langganan atau subscription commerce.

Gambar 5

Yang lain mungkin mengadopsi pendekatan multi-channel yang berlawanan dan menggunakan marketplaces untuk menjual lebih rendah dan titik harga produk terendah sambil mempersiapkan saluran brand.com untuk pengalaman yang lebih premium.

(8) Kompetisi yang tinggi akan mendorong para pengusaha dan perusahaan yang telah lama berdiri untuk menjelajah ke bidang asuransi, keuangan, dan kesehatan.

Dengan semakin tingginya kompetisi ecommerce dan besarnya modal yang diperlukan, para pengusaha sudah mulai melihat lebih dari sekadar ritel fisik untuk menemukan kesempatan baru. Mengikuti langkah yang serupa dengan AS dan Cina, startup di Asia Tenggara secara bertahap berpindah ke bidang asuransi, keuangan, dan kesehatan. Konsep dasarnya sama, menggunakan internet dan teknologi untuk menciptakan marketplace atau langsung menuju ke konsumen untuk produk non-fisik seperti pinjaman, asuransi jiwa dan bahkan data.

Di tahun 2016 ini telihat beberapa startup baru seperti EdirectInsure—dengan frank.co.th di Thailand dan frankinsure.com.tw di Taiwan—mencoba untuk mengubah cara penjualan asuransi mobil serta pemain lama seperti Asia Insurance yang menawarkan asuransi mikro Pokémon Go dan mobile phone secara langsung ke konsumen dan eksklusif online.

Akuisisi Lazada oleh Alibaba sendiri bukanlah semata tentang menambah pertumbuhan jumlah barang ritel mereka namun lebih untuk mendapatkan sebuah saluran distribusi yang scalable untuk produk lain milik Alibaba yang memiliki margin yang lebih tinggi. Jack Ma menyinggung hal ini dalam pidatonya di depan para pemegang saham di tahun 2015:

“Strategi grup Alibaba adalah untuk membangun infrastruktur ecommerce untuk masa depan. Ecommerce hanya langkah pertama. […] Sekitar setengah tenaga kerja Alibaba Group dan perusahaan afiliasi kami, termasuk Ant Finansial dan Cainiao, bekerja pada bidang-bidang penting dari ekosistem kami, termasuk logistik, keuangan internet, big data, cloud computing, mobile internet, periklanan, serta apa yang disebut juga industri double HHealthcare dan Happiness (bisnis kesehatan dan hiburan berbasis big data di mana diperlukan 10 tahun untuk menjadi data-driven).”

Gambar 6

Peluncuran layanan serupa dari Alipay dan Ant Financial (perbankan, penilaian kredit, reksadana, dan lain-lain) bisa diharapkan muncul menjelang akhir tahun 2017. Selain itu, kita akan melihat lebih banyak pemain lama seperti bank tradisional, asuransi, dan bisnis kesehatan yang bergerak ke online.

(9) Diabaikan tapi tidak dilupakan, perusahaan akan fokus pada bagian yang tersisa di Asia Tenggara: Myanmar

Para pebisnis secara geografis akan terus menjelajahi pasar baru di Asia Tenggara dengan semakin jenuhnya para pasar besar sehingga membuat lahan hijau di Myanmar lebih menarik.

Dengan total 53 juta orang penduduk, Myanmar adalah negara terbesar kelima di Asia Tenggara. Negara ini juga sangat unik jika dibandingkan dengan tetangganya sebagai negara yang menutup diri dari dunia hingga 2011 dan saat ini langsung melompat ke era mobile. Tidak seperti sepupunya yang “mobile-first”, Myanmar lebih ke mobile-only”—dengan estimasi populasi yang sudah online sebesar 20%, di mana sebagian besar terjadi dalam dua tahun terakhir.

Rocket sebagai Rocket masuk ke Myanmar pada awal 2012 dengan meluncurkan situs iklan baris seperti Work.com.mm dan Ads.com.mm. Usaha ecommerce pertama mereka yang serius di Myanmar bernama Shop.com.mm dimulai pada akhir 2014. Dengan rata-rata 90.000 sesi per bulan dalam enam bulan terakhir dan mengalami pertumbuhan yang datar, Shop.com.mm tidak terlalu memberikan gambaran positif mengenai peluang ecommerce di Myanmar.

Namun mengingat bahwa Myanmar memiliki 10 juta pengguna Facebook di negaranya, mungkin pemasaran bisnis ecommerce dengan cara tradisional bukanlah pendekatan yang tepat. Dengan begitu banyak penggunaan internet di Myanmar merupakan penggunaan social channels, memulai dari Facebook shop mungkin menjadi cara yang lebih baik untuk memasuki apa yang bisa menjadi salah satu pasar ecommerce masa depan yang paling menarik di Asia Tenggara.

(Sumber: Minzayar Oo / BuzzFeed News)
(Sumber: Minzayar Oo / BuzzFeed News)

Hal ini sudah terbukti efektif di Thailand di mana diperkirakan sepertiga sampai setengah dari transaksi ecommerce terjadi di Facebook, Instagram dan LINE. Diharapkan nantinya conversation commerce bisa tumbuh lebih luas di Myanmar.

“Pengaruh Facebook di Myanmar sulit untuk diukur, namun dominasinya sangat mutlak sehingga masyarakat Myanmar menggunakan “internet” dan “Facebook” secara bergantian.” – Sheera Frenkel dalam laporannya tentang Myanmar di BuzzFeed.

(10) Permintaan di Asia Tenggara akan mengalami pengurangan di beberapa industri di mana model sebenarnya masuk akal

Setelah dipuji oleh para ahli sebagai holy grail dari ecommerce karena tidak memiliki beban aset fisik yang mahal, model on-demand terlihat hampir berakhir di AS. Selain Uber sendiri, banyak Uber-for-X clones yang tutup atau sedang berjuang, beberapa di antaranya seperti Homejoy, SpoonRocket, DoorDash, dan Postmates.

Unit ekonomi yang rendah, kebocoran platform, dan sebuah ekonomi yang menguat secara umum adalah isu-isu yang mengganggu startup on-demand selama setahun terakhir.

Di Asia Tenggara, keadaannya juga tidak terlihat terlalu cerah untuk beberapa startup on-demand. Happy Fresh, sebuah layanan groceries on-demand, baru-baru ini menutup operasinya di Taipei dan Manila serta melakukan beberapa pemberhentian pegawai. Mereka juga secara diam-diam menggantikan mantan pendiri dan CEO Markus Bihler dengan orang baru. Di Thailand, Tapsy, sebuah marketplace untuk layanan pribadi yang didukung Inspire Ventures, juga ditutup hanya beberapa bulan sejak peluncurannya.

Go-Jek, aplikasi pemanggilan motor asal Indonesia dan yang sekarang merupakan unicorn on-demand untuk segala hal, mengalami kepergian massal para pendirinya, dengan co-founder dan VP produk mereka meninggalkan perusahaan pada bulan Oktober lalu, memicu kecurigaan adanya gejolak internal.

Meski sentimen secara umum untuk startup on-demand mengalami keterpurukan baik secara global maupun di Asia Tenggara, dalam kenyataannya ini hanya awal dari proses alami dalam menyingkirkan para pemain yang hanya ‘ikut-ikutan’ di vertikal di mana model on-demand tidak masuk akal.

“Masalahnya bukan tentang konsep akan sesuatu yang tersedia secara “on-demand”. Ini tentang apakah konsumen atau sebuah bisnis akan membayar suatu pesanan secara premium untuk memiliki akses sesegera mungkin. Hanya karena Anda membuat sesuatu tersedia sesuai permintaan, itu tidak berarti orang akan membayar untuk hal itu.” ujar Mathew Ward, co-founder dan CEO Helpster, perusahaan berbasis di Bangkok yang mencocokkan pekerja dengan kandidat yang mencari pekerjaan blue-collar.

Ia melanjutkan.

Home services adalah satu area yang “menyenangkan untuk didapat” secara cepat, namun bukan sebagai sebuah keharusan. Orang tidak akan mau membayar premium untuk ini dan unit ekonomi Anda tidak akan bekerja, ini mengapa kita kemudian melihat banyak yang gagal dalam area ini. Jika Anda berfokus pada hal yang memiliki urgensi seperti transportasi atau dalam kasus Helpster, akses terhadap staf berkualitas yang diperlukan untuk mengisi kebutuhan staf yang mendesak, orang-orang akan membayar harga premium dan karena itu Anda bisa membangun sebuah bisnis yang benar-benar bekerja. Model “on-demand” tidak rusak—Anda hanya perlu melihat ke area di mana kecepatan akses merupakan hal yang sangat berharga. Jika Anda temukan, Anda bisa membangun sebuah bisnis “on-demand” yang berkembang dan sukses.

Gambar 8

Dengan sentimen pendanaan Asia Tenggara yang bergeser di tahun 2017 dari ‘pertumbuhan dengan segala cara’ menuju kepada keberlanjutan dan profitabilitas, kami berharap untuk melihat startup on-demand berkembang di vertikal di mana model ini bekerja, sementara yang hanya “ikut-ikutan” lainnya gagal. Proses ini hanya akan dipatahkan oleh orang-orang seperti Uber dan Grab yang akan memberikan dua kali lipat usaha mereka di Asia Tenggara dengan peperangan mereka yang besar.

(11) Amazon masuk ke Asia Tenggara (akhirnya)

“Keep your friends close but your enemies closer.”—Michael Corleone dalam The Godfather Part II

Gambar 9


Disclosure: Tulisan ini ditulis oleh Sheji Ho dan diterjemahkan oleh Rara Kinasih. Artikel aslinya bisa diakses di sini.

Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan eCommerceIQ.

Bagaimana Menjamin Simpanan Uang di Bank?

Keuangan adalah urat nadi dari kehidupan; entah itu dalam skala negara, organisasi bisnis, bahkan individu. Hal ini menjadikan pengelolaan keuangan menjadi tinggi signifikansinya dan tak ubahnya kebutuhan utama. Sangat disayangkan, belum semua orang tertarik mengambil manfaat dari jasa dan inovasi di industri keuangan untuk menyimpan uangnya, khususnya di era financial technology ini.

Padahal, menyimpan uang sendiri justru memiliki risiko tinggi dan secara praktis kurang baik. Berbeda bila masyarakat memilih untuk memanfaatkan layanan dan atau teknologi keuangan yang sangat bisa dipertanggungjawabkan keamanannya.

Mari ambil contoh umum dalam penyimpanan uang yakni bank. Dengan layanan dari perbankan, nasabah dapat merasa tenang karena uangnya disimpan oleh lembaga yang bisa dipercaya dan memperoleh izin serta diawasi oleh pemerintah dalam pengelolaannya. Belum lagi, kalau pun bank tersebut pada akhirnya kolaps atau dicabut izin usahanya oleh otoritas, maka simpanan uang nasabah masih tetap dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Lembaga independen keuangan ini hadir untuk memberikan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan. Saat ini, semua bank yang beroperasi di Indonesia telah menjadi peserta penjaminan LPS, baik bank konvensional maupun bank syariah.

Simpanan yang dijamin oleh LPS adalah tabungan, deposito, giro dan jenis simpanan lain yang dipersamakan dengan jenis-jenis simpanan yang disebutkan sebelumnya, termasuk juga untuk produk-produk simpanan dari bank syariah.

LPS menggunakan langkah-langkah yang praktis dan terintegrasi dengan teknologi yang dapat dilakukan masyarakat agar uangnya dijamin oleh LPS, antara lain sebagai berikut:

  1. Memeriksa saldo tabungan kita di bank (rekonsiliasi) dengan cara mencetak buku tabungan secara periodik (misal: sebulan sekali), hal tersebut juga dapat mengurangi kemungkinan ketidakcocokan catatan kita dengan bank.
  2. Cek bunga LPS di situs resmi LPS dan di bank, selanjutnya minta ke bank agar bunga yang diberikan adalah bunga LPS.
  3. Tidak punya kredit macet, dengan cara lunasilah kewajiban tepat waktu.

Bila ada bank gagal yang dicabut izin usahanya, LPS akan melakukan rekonsiliasi dan verifikasi untuk menentukan simpanan yang layak dibayar dan simpanan tidak layak dibayar. Penetapan hasil rekonsiliasi dan verifikasi dilakukan secara bertahap dan paling lama 90 hari kerja sejak bank dicabut izin usahanya.

Pembayaran klaim penjaminan oleh LPS kepada nasabah juga dilakukan secara bertahap sesuai dengan penetapan hasil rekonsiliasi dan verifikasi. Pembayaran tahap pertama dilakukan lima hari kerja sejak rekonsiliasi dan verifikasi dimulai. LPS melakukan pembayaran klaim penjaminan kepada nasabah melalui bank pembayar.

Nasabah diberikan waktu untuk mengajukan klaim penjaminan selama 5 tahun sejak bank dicabut izin usahanya. Untuk mengajukan/mencairkan klaim penjaminannya, nasabah harus membawa bukti kepemilikan simpanan (misalnya buku tabungan atau bilyet deposito) serta kartu identitas diri.


Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Lembaga Penjamin Simpanan

Melihat Peta Persaingan Layanan “Grocery” Online di Indonesia

Penggantian CEO HappyFresh dan penjualan RedMart Singapura ke Lazada menjadi highlight akhir tahun 2016 yang menunjukkan kerasnya persaingan bisnis grocery online di kawasan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Melihat peta persaingan yang ada, model bisnis yang tampaknya bakal bertahan adalah yang berafiliasi dengan pemain ritel konvensional yang sudah ada.

Sekitar 4-5 tahun yang lalu, beberapa pemain teknologi berusaha men-disrupt bisnis pasar swalayan. Mereka menciptakan inventorinya sendiri dan berusaha menjadi pasar swalayan yang hanya beroperasi secara online. Fast forward ke tahun 2017, kebanyakan dari mereka tidak bisa bertahan.

Hanya SeroyaMart yang tersisa dari rezim lama dan masih bergerilya berjualan melalui beberapa marketplace besar, meskipun tampaknya tidak lagi mempertahankan layanan e-commerce-nya sendiri.

Tahun ini setidaknya ada 5 pemain layanan grocery online di Indonesia. Mereka adalah HappyFresh, Honestbee, KeSupemarket, Hypermart, dan Go-Mart. Yang terakhir merupakan bagian Go-Jek. KeSupermarket adalah joint venture grup pemilik Ranch Market dan Kresna Graha Investama, sedangkan Hypermart merupakan perpanjangan tangan grup ritel Lippo yang dikelola MatahariMall.

Kendati dari sisi nominal pangsa pasar bisnis grocery online belum signifikan di Indonesia, masih ada keyakinan bagi mereka untuk mengeksploitasi lebih dalam potensi di segmen tersebut.

Grocery sebagai kebutuhan pokok masyarakat, setiap rumah membutuhkannya / Pixabay
Grocery sebagai kebutuhan pokok masyarakat, setiap rumah membutuhkannya / Pixabay

Mendefinisikan model bisnis kepada masyarakat

Jika melihat segmentasi produk yang dijajakan, grocery adalah barang yang sehari-hari dibutuhkan di setiap rumah, bahan makanan. Segmentasinya jelas, kebutuhan rumah tangga, umumnya dikelola oleh ibu atau asisten rumah tangga. Implikasinya penyedia layanan grocery perlu menyesuaikan strategi manuver (pemasaran, penyampaian produk dan lain-lain) yang sesuai dengan pangsa pasarnya.

Mengambil kasus di Jabodetabek, pasar tersebut sedang didominasi digital native dan digital immigrant, namun memiliki kadar kepekaan terhadap digitalisasi yang jauh berbeda. Para ibu di perkotaan, yang tech savvy, umumnya perempuan karier dan menyerahkan kebutuhan rumah tangga kepada asisten di rumah (umumnya non tech savvy). Sementara ibu rumah tangga yang berbelanja langsung secara sehari-hari masih banyak dikategorikan ke dalam digital immigrant.

Polanya menjadi semakin jelas, produknya menjadi kebutuhan banyak orang, tetapi pembelanjanya memiliki level yang perlu disesuaikan dan diedukasi dalam mengadopsi digitalisasi. Tantangannya tentu bagaimana membawa layanan online grocery ke segmentasi mayoritas tersebut.

Pendekatan terpadu perlu dilakukan dengan mendefinisikan ulang layanan online grocery secara lebih gamblang, memasarkannya dalam medium yang tepat dan melakukan edukasi pengguna dari hulu ke hilir. Masih terlalu lama untuk menunggu golongan digital native menjadi mayoritas konsumen di pasar produk grocery.

Keterlibatan komponen lain untuk penetrasi layanan online grocery

Melewati era millenium, pertumbuhan pengguna digital di Indonesia begitu signifikan, semua survei dan penelitian menyatakan simpulan yang sama. Internet menjadi faktor utama, kemampuannya untuk melebur jarak dan waktu membuat penggunanya terbuai. Lebih spesifik layanan internet yang makin memanjakan, ditambahkan penetrasi perangkat pintar yang tak kalah tinggi angkanya. Namun internet dan perangkat pintar tak akan mungkin sepopuler itu tanpa ada layanan/aplikasi pendukung di dalamnya.

Digitalisasi banyak didorong penetrasi mobile, e-commerce dan on-demand / Pixabay
Digitalisasi banyak didorong penetrasi mobile, e-commerce dan on-demand / Pixabay

Di Indonesia, popularitas digital dalam sektor riil banyak didorong hal-hal berikut ini yang memberikan edukasi secara native untuk adopsi layanan digital dalam aktivitas masyarakat, yakni media sosial, e-commerce dan on demand. Orang menjadi terbiasa berkomunikasi online berkat media sosial, orang menjadi terbiasa bertransaksi online berkat e-commerce, dan orang menjadi percaya untuk memilih layanan berbasis aplikasi berkat on demand.

Kembali kepada pasar online grocery, layanan ini trennya masih akan dianggap baru, sebelum ketiga hal di atas (media sosial, e-commerce, on demand) membentuk budaya baru dalam pemenuhan kebutuhan ini. Sama seperti ketika orang mulai meninggalkan taksi menuju layanan berbasis aplikasi. Selama kultur tersebut belum berhasil tertanam, tantangannya masih sangat besar, terlebih jika mengembalikan pada segmentasi konsumennya.

Ini hanya masalah waktu, karena ketiga hal di atas saat ini sudah mulai memperkenalkan sistem yang sama. Sebagai contoh melalui Go-Mart, orang yang sebelumnya sudah sangat terbiasa menggunakan aplikasi untuk memesan ojek, akan dibiasakan berbelanja menggunakan jasa tukang tersebut. Tak terkecuali segmen e-commerce yang memberikan pelayanan yang lebih luas, dengan cakupan produk makin beragam dan dukungan logistik satu jam sampai.

Ya, online grocery diperkirakan masih akan bergantung pada popularitas layanan lain dalam berkembang di Indonesia. Kendati demikian, dengan angka yang minim di wilayah yang terbatas, online grocery masih terlihat menjanjikan. HappyFresh pernah merilis sebuah laporan yang menyatakan tahun 2020 total pasar grocery online di Asia akan mencapai lebih dari Rp 182,4 triliun.


Amir Karimuddin berkontribusi untuk penulisan artikel ini

Revolusi Digital dan Dampaknya Terhadap Pengenalan Brand

Peradaban internet berhasil mengubah beragam cara lama dalam bermacam hal, tak terkecuali dalam dunia bisnis. Jika kita mengingat bahwa brand fashion olahraga Nike membutuhkan 14 tahun untuk dikenal dunia dan mencapai $100 juta penjualan (kala itu dinilai sebagai salah satu yang cukup cepat), maka saat ini sudah sangat berbeda keadaannya. Mengambil contoh layanan transportasi on-demand Uber, sejak didirikan pada Maret 2009, kini popularitasnya sudah sangat mendunia.

Tak hanya berlaku untuk produk global, akan tetapi juga pada produk lokal. Sebut saja startup ala Go-Jek, Tokopedia, Traveloka dan sebagainya. Dalam kurun waktu beberapa tahun saja sudah berhasil mengenalkan brand-nya di seluruh pelosok tanah air.

Mengamati bagaimana brand bisa berkembang begitu pesat, ada beberapa hal yang bisa diamati mengapa persebaran informasi tersebut bisa begitu signifikan. Setidaknya ada enam faktor yang dapat dimasukkan sebagai salah satu bagian dari revolusi digital yang berhasil mengubah akselerasi pengembangan brand.

(1) Perangkat pintar ada di kantong setiap orang

Mungkin kita bisa setuju dengan pernyataan berikut ini, bahwa kepemilikan ponsel pintar bagi banyak orang saat ini sudah bukan lagi masuk ke dalam kebutuhan tersier, melainkan sekunder atau bahkan primer. Karena banyak orang yang sangat bergantung pada kapabilitas aplikasi mobile untuk kesehariannya. Ponsel pintar juga mengubah habit seorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dari bangun pagi sampai malam menutup mata.

Pemanfaatan ponsel pintar secara tidak langsung menjadi media yang sangat efektif untuk penyebaran informasi. Melalui pendekatan iklan, aplikasi khusus hingga penawaran langsung dapat dilakukan oleh brand untuk mendekatkan kepada konsumen atau calon konsumen prospektif. Jika cara lama harus memanfaatkan media seperti billboard, televisi, radio atau lainnya dengan pendekatan yang kurang personal, ponsel memiliki cara yang lebih personal.

Teknologi seperti big data banyak digunakan juga untuk melakukan analisis habit pengguna, sehingga brand dapat membuat prioritas penyajian ke calon konsumen secara tepat sasaran.

(2) Perangkat komputasi dan kemudahan yang ditawarkan e-commerce

Alat komputasi secara umum, baik komputer, laptop, tablet, hingga ponsel umum digunakan untuk melakukan aktivitas internet. Salah satu yang menjadi idaman saat ini adalah layanan e-commerce. Booming e-commerce sendiri sudah sangat terasa di Indonesia. Salah satu keuntungan e-commerce bagi pelanggan adalah memudahkan mereka mendapatkan barang atau brand baru yang sulit ditemukan di toko konvensional. Apa saja menjadi mudah dicari menggunakan layanan e-commerce.

Sedikit banyak kebiasaan ini memberikan kesempatan bagi brand dikenal secara lebih luas. Sebut saja Xiaomi, sedari awal melalui model flash-sale pihaknya memasarkan produk di pangsa pasar Indonesia. Brand awareness berhasil dibangun memanfaatkan tren belanja online yang sedang bertumbuh subur di Indonesia. Kuncinya kini pada strategi penyampaian informasi produk ke pengguna sehingga memunculkan ketertarikan masif.

(3) Saluran berbagi media sosial

Sama pentingnya dengan kepemilikan ponsel pintar, eksistensi atau pemanfaatan media sosial menjadi hal penting di kalangan digital society. Media sosial berhasil memunculkan budaya baru, untuk membagikan apapun yang menurut penggunanya menarik. Brand modern memanfaatkan budaya ini sebagai keuntungan, untuk menyebarluaskan apa yang ia tawarkan kepada pengguna.

(4) Target pangsa pasar yang semakin jelas dikondisikan

Menyambung dari poin-poin sebelumnya, pemanfaatan alat-alat modern di atas memberikan banyak keuntungan untuk pemilik brand. Media sosial misalnya, berbekal fasilitas analisis yang disediakan penyedia layanan media sosial, brand semakin mudah mendefinisikan ke mana ia akan memasarkan produknya. Seperti Facebook misalnya, brand dapat menempatkan iklan produk secara native mengikuti segmentasi pengguna yang diinginkan.

(5) Internet memberikan ruang tanpa batas

Penyampaian brand ke konsumen bisa dilakukan dengan banyak pilihan, dari yang berbayar sampai yang gratis. Semua bergantung bagaimana strategi yang diterapkan. Ini adalah keuntungan yang diberikan oleh internet, memberikan ruang tanpa batas untuk penyampaian informasi. Internet membuatnya lalu-lintas data menjadi lebih murah, yang berarti memberikan kesempatan pemain kecil sekalipun untuk show-off produk yang dimilikinya.

(6) Modal bukan lagi sebagai penghalang

Salah satu tantangan bisnis jaman dulu adalah ketika memulai, dan kebanyakan faktor penentu akselerasi bisnis di sisi modal. Menariknya sekarang modal bukan lagi sebuah pengganjal yang sulit untuk dilompati. Di dunia startup, kanal inkubasi dan akselerasi menawarkan kepada bisnis kesempatan untuk mendapatkan pendanaan. Di sektor konvensional pemerintah bekerja sama dengan perbankan juga memberikan kesempatan yang sama. Terlepas dari itu semua, bahkan untuk memulai bisnis di era internet bisa dimulai dengan 0 rupiah. Beberapa sudah membuktikan, misalnya dengan memanfaatkan layanan gratis seperti forum online atau marketplace sebagai tempat menjajakan produk/layanan.

Dari enam fakta di atas, sudah jelas teknologi mengubah perilaku konsumen. Dan bisa disimpulkan juga bahwa informasi dan penyebaran brand saat ini dapat lebih mudah dibandingkan sebelum revolusi teknologi. Kekuatan ini harus disadari betul, sehingga permasalahan yang muncul di era tradisional dapat terpecahkan. Scaling secara cepat juga berimplikasi pada kompetisi bisnis yang semakin ketat.

Startup sebagai Bagian Tren Social Entrepreneur

Melihat lanskap startup digital yang ada saat ini, mudah ditemui bibit baru yang mulai memainkan peranan penting pada peta kewirausahaan digital, bahkan beberapa sudah mencapai puncak kemapanan dan menjadi inspirasi para pemula. Visinya suda sangat gamblang, bukan sekedar mengejar independensi finansial, melainkan lebih banyak berorientasi pada kebebasan mencurahkan ide, kebebasan menentukan otoritas dan menghadirkan efek sosial berkelanjutan. Kata sosial menjadi perlu digarisbawahi, karena kini menjadi esensi penting dari karakter entrepreneur digital di Indonesia.

Kreativitas mengukuhkan dirinya menjadi sebuah kekuatan “muda” yang hebat. Bermakna lebih luas, kreativitas kini menjadi kunci terlahirnya pemecahan masalah yang berkontribusi langsung terhadap masyarakat. Internet memberikan sumbangsih besar — di tengah berkembangnya konektivitas atas masifnya pemanfaatan perangkat pintar — memberi ruang pendekatan baru yang mudah disebarkan. Nyatanya lebih efektif, dengan modal niat pun beberapa membuktikan bisa starting up melahirkan solusi terbarukan.

Keyakinan baru kewirausahaan untuk melahirkan dampak sosial

Tak pernah bosan kami menceritakan kisah sukses startup Indonesia. Begitu banyak memberikan inspirasi dan pelajaran bagi kita semua.

Dimulai dari mencontohkan apa yang telah digapai startup pertama Indonesia yang berhasil menyandang gelar unicorn, Go-Jek. Dalam berbagai kesempatan, Co-Founder dan CEO Nadiem Makarim selalu mengatakan bahwa visi Go-Jek dari awal ialah untuk meningkatkan pendapatan pengendara ojek dan mempermudah kehidupan orang banyak. Menurut pemuda lulusan Harvard Business School tersebut, permasalahan orang di masa sekarang ini ialah efisiensi waktu. Terlebih studi kasusnya dimulai di ibukota Jakarta.

Ojek dinilai sebagai moda transportasi gesit, mampu diajak menembus kepadatan lalu lintas. Sayangnya sistem yang ada dinilai belum mampu memberikan timbal-balik yang maksimal bagi pelaku bisnis di dalamnya. Dari situ Go-Jek dilahirkan. Sederhananya Go-Jek membuat para driver menjadi multi-skill dan multi-function. Hal ini yang menjawab pertanyaan “mengapa ojek tarifnya mahal, sedangkan melalui Go-Jek bisa menjadi murah?”. Jawabannya adalah efisiensi waktu, yang membuat biaya tersebut menjadi relatif lebih murah.

Nadiem Makarim dalam peluncuran layanan Go-Box di bulan Oktober 2015 / DailySocial
Nadiem Makarim dalam peluncuran layanan Go-Box di bulan Oktober 2015 / DailySocial

Pada umumnya driver ojek konvensional tidak banyak mengangkut order. Jikapun mendapatkan order harus bergantian dengan driver lain di pangkalan. Waktu mereka digunakan lebih banyak menunggu, bergantian. Sehingga berdampak pada menaikkan tarif. Sedangkan di Go-Jek fleksibilitas diberikan. Sistem memberikan kepada mereka sistem order, kapanpun mereka tersedia bisa memenuhi panggilan tersebut. Dampak yang ingin diwujudkan berantai, selain memberikan opsi transportasi yang murah, juga ingin membuat orang makin suka berlalu-lintas dengan kendaraan umum.

Contoh lain, mengambil cerita visi dari online marketplace yang sempat tercatat sebagai bisnis online dengan nilai investasi tertinggi di Asia Tenggara pada akhir tahun 2014. Ya, Tokopedia. Startup digital yang dipimpin William Tanuwijaya tersebut lahir dengan misi untuk membawa orang mudah berbisnis melalui medium internet.  Kisahnya juga berawal dari kegelisahan, kala itu Co-Founder lulusan Binus angkatan 1999 tersebut sempat bekerja menjadi moderator di sebuah forum online ternama kala itu, banyak keluhan tentang mekanisme yang buruk dalam jual-beli online di Indonesia. Sehingga banyak penipuan di sana-sini.

Kegelisahan tersebut makin menjadi ketika William sempat bekerja menjadi web designer, beberapa klien memintanya untuk membuatkan situs jual-beli online. Pengguna, yang pada umumnya non-tech savvy users, membuat sistem yang dibangun menjadi kurang optimal, karena kebanyakan orang akan terpaku pada urusan teknis. Sementara bisnisnya kadang menjadi terlantar. Bermodal dana investasi yang didapat, Tokopedia tetap disajikan gratis dengan fitur jual-beli yang sangat lengkap.

Di sebuah kesempatan seminar tentang startup William mengatakan, proses bisnis Tokopedia adalah membawa mitranya sukses. Ketika Toppers (sebutan untuk pemilik merchant di Tokopedia) berhasil dibantu oleh Tokopedia, maka Tokopedia juga akan sukses. Di awal misi mereka membuka lapangan pekerjaan baru. Seperti banyak dituliskan di blog resmi Tokopedia, tentang cerita kesuksesan orang yang memulai wirausaha berjualan online melalu platformnya, apa yang menjadi tujuan Tokopedia semakin jelas.

Masih banyak kisah startup lain di Indonesia yang begitu mempesona. Sebut saja Bridestory yang berhasil menjembatani pemilik jasa serba-serbi pernikahan, mengefisienkan biaya promosi yang awalnya banyak disuguhkan dalam expo dengan biaya mahal. RuangGuru, startup pendidikan yang mencoba menghubungkan antara guru (privat) dengan muridnya dalam medium digital. Dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan memberikan kesempatan pada guru untuk meningkatkan kualitasnya secara kompetensi.

Empat startup tersebut memiliki pangsa pasar berbeda, namun ada satu hal yang dapat ditarik menjadi benang merah, yakni memberi dampak sosial di masyarakat. Proses bisnis mereka jelas, dan apa yang coba diselesaikan pun adalah masalah riil yang sedang diperangi oleh masyarakat. Di sinilah ternyata startup berperan, startup menoreh sukses ketika mereka mampu mengkombinasikan antara sebuah proses bisnis (perusahaan) dengan permasalahan dalam bentuk penyelesaian.

Bagaimana masyarakat menanggapi tren tersebut?

Media sosial mengubah masyarakat Indonesia secara umum dalam memandang sebuah isu. Dari apa yang bisa kita amati sehari-hari di lingkungan, pengguna media sosial selalu haus untuk terdorong terlibat pada isu sosial. Keterlibatan dilakukan dengan banyak hal, mulai dari menyebarkan semangat positif, memberikan donasi, hingga hadir dalam keterlibatan langsung menjadi relawan. Banyak insiatif sosial dalam aksi nyata yang berawal dari inisiatif di media sosial.

Awareness masyarakat menjadi sebuah titik temu pada bisnis digital (yang membawa misi sosial di dalamnya). Selain memang solusi tersebut dibutuhkan sebagai cara yang lebih mudah diakses, penilaian masyarakat atas dampak sosial yang diberikan startup digital ternyata begitu signifikan. Kami mencoba menyebutnya sebagai “cara baru dalam memasarkan produk secara native”. Bukan berarti bisnis menjual dampak sosial, namun karena nilai sosial tersebut menjadi prioritas di kalangan konsumen.

Mungkin banyak dari kita merasa pesimis, millennials memiliki kepedulian sosial yang rendah. Namun dari tren yang ada, mungkin lebih tepat jika dikatakan kepedulian sosial masyarakat modern memiliki tempat yang berbeda. Tantangannya kini pada transisi, modernisasi di Indonesia masih memiliki gap yang ketat. Di satu sisi masyarakat sudah sangat terbiasa dengan pola kehidupan digital, di sisi lain banyak yang masih merangkak dan pemula dalam beradaptasi. Tak ada cara lain yang bisa dilakukan selain melakukan sosialisasi.

Kasusnya seperti yang terjadi pada penerapan model bisnis startup digital di masyarakat. Kembali mencontohkan pada Go-Jek. Setelah menjadi viral, layanan Go-Jek banyak diminati, namun beberapa waktu silam tak sedikit penolakan dilakukan. Banyak penyedia dan pemain di jasa transportasi konvensional yang merasa dirugikan. Media menyorot secara besar, regulator pun sempat direpotkan karena berusaha berada di tengah.

Diceritakan Nadiem bahwa hal itu yang menjadi tantangan di bisnis Go-Jek. Mereka yang menolak Go-Jek umumnya karena belum memahami bagaimana sistem tersebut bekerja. Kendati sangat susah di awal, perlahan sistem tersebut mulai bisa diterima. Dan kini bisa kita rasakan bersama bahwa layanan online tetap bisa berdampingan dengan apa yang ada sebelumnya.

Kini banyak situs e-commerce dan marketplace memberikan ruang lebih luas bagi produk dalam negeri untuk menampilkan produk-produknya / Pixabay
Kini banyak situs e-commerce dan marketplace memberikan ruang lebih luas bagi produk dalam negeri untuk menampilkan produk-produknya / Pixabay

Bisa disimpulkan banyak startup digital lahir dengan visi-misi yang jelas. Dalam proses bisnisnya, mereka mencoba menyelesaikan permasalahan sosial yang ada di tengah masyarakat. Startup yang bernilai besar akan memberikan dampak signifikan pada penyelesaian masalah riil di lingkungan sosial.

Kumpulan Layanan Startup Khusus untuk Ibu

Akhir tahun ini semakin banyak layanan e-commerce dengan jalur bisnis vertikal atau “niche” berkembang di Tanah Air. Tak sedikit diantaranya yang menyediakan produk khusus menyasar kalangan perempuan, atau laki-laki mulai dari fesyen hingga aksesorinya.

Dalam rangka merayakan Hari Ibu yang jatuh pada hari Kamis (22/12), DailySocial menyajikan beberapa rekomendasi situs e-commerce “niche” yang cocok untuk kalangan ibu. Atau bisa juga jadi referensi kado yang bisa Anda berikan untuk sang ibunda. Berikut laporannya:

Produk fesyen

Mungkin dari ratusan layanan e-commerce di Indonesia hampir separuhnya menjual produk fesyen. Ada yang menyasar produk fesyen khusus muslimah, merek premium, hanya menjual produk dari Tiongkok atau Korea saja, dan sebagainya. Khusus kali ini, ada beberapa rekomendasi situs e-commerce khusus fesyen perempuan yang layak dicoba.

Saqina, situs ini menyediakan model busana muslim dan perlengkapan muslim terkini. Mulai dari tasbih, buku islami, Al Quran, peci, oleh-oleh haji, dekorasi hingga perlengkapan shalat.

Wokuwoku, menyediakan produk fesyen dan aksesoris berasal dari brand artis dan selebritis Indonesia. Seperti, Zaskia Sungkar, Natashar Rizki, Nagita Slavina, Teuku Wisnu, hingga Barli Asmara. Dalam situsnya diterangkan, target Wokowoku adalah menjadi situs e-commerce pertama dan terbesar tempat berkumpulnya para fans selebriti di Indonesia. Jutaan fans akan jadi magnet tersendiri untuk mengunjungi situs Wokuwoku.

MuslimMarket, dari nama situsnya sangat identik hanya menjual produk berlabel halal dan menyasar kalangan muslim. Produk yang disediakan agak mirip dengan Saqina, seperti peralatan solat, ibadah haji, jilbab, baju muslim, gamis, produk kecantikan hingga perabotan rumah tangga. Mungkin yang sedikit berbeda, MuslimMarket juga menjual produk makanan dan minuman halal berkemasan.

Mamaway, berbeda dengan situs e-commerce lainnya. Mamaway hanya menyediakan produk fesyen untuk ibu hamil dan menyusui. Tidak hanya menjual barang, Mamaway juga memberi informasi seputar ibu hamil dan menyusui, misalnya bagaimana mengasuh anak, hingga tutorial menggendong bayi yang dihimpun dari berbagai sumber.

Produk peralatan rumah tangga

Tidak hanya memberikan kado berupa fesyen saja kepada ibunda, tapi juga produk perlengkapan rumah tangga. Mungkin tanpa Anda sadari, mereka lebih membutuhkan hal itu daripada baju atau tas baru.

Kreasi2Shop, situs ini menyediakan berbagai produk spesialis elektronik dan non elektronik untuk rumah tangga hingga peralatan bayi dari berbagai merek. Sesuai dengan jenis produk yang dijualnya, Kreasi2Shop membidik ibu rumah tangga sebagai konsumen utamanya.

Orami adalah salah satu pemain lama yang khusus menyediakan produk untuk perempuan sebagai konsumen utamanya. Orami menyediakan keperluan bayi, perlengkapan rumah, kebutuhan harian, hingga perlengkapan hewan peliharaan.

Sevva, berawal dari usaha permulaan yang tidak terlalu sukses mendapatkan keuntungan, yakni membuat layanan penyewaan perlengkapan bayi, Co-Founder dan CEO Sevva Erik Hormein kemudian memikirkan ulang sebuah strategi bisnis yang dapat mencakup pangsa pasar yang lebih luas. Akhirnya diputuskan Sevva menjadi layanan marketplace perantara kegiatan penyewaan barang. Meskipun memiliki banyak pilihan produk, namun produk yang paling sering disewa adalah baby stroller dan perlengkapan bayi lainnya.

Perkakasku, meski situs ini tidak spesifik menjadikan perempuan sebagai konsumen utama. Namun situs ini, juga menjual peralatan rumah tangga, terbanyak kebutuhan dapur seperti pemanggang roti, blender, mixer, penggiling daging manual, teko, hingga pembuat kopi.

GoMaid, mengklaim sebagai layanan asisten rumah tangga berbasis aplikasi yang pertama di Indonesia, saat ini GoMaid telah memiliki mitra asisten rumah tangga sebanyak 70 orang dan pelanggan lebih dari 1500 orang. Selain rumah pribadi dan apartemen, GoMaid juga melayani pertokoan juga kost-kostan.

Seekmi dan Beres.id, kedua layanan ini menghadirkan layanan asisten rumah tangga hingga laundry secara online. Layanan yang bisa dimanfaatkan oleh ibu rumah tangga.

Produk kecantikan dan kesehatan

Hampir semua situs e-commerce menjual produk kecantikan, seperti skin care, hair care, peralatan kosmetik, dan sebagainya. Bersolek tidak hanya berlaku untuk perempuan yang bekerja di luar rumah saja, tapi juga yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Memberi kado berupa produk kecantikan, juga layak untuk dipertimbangkan.

Gogobli, menyediakan kebutuhan kesehatan sekaligus kecantikan untuk perempuan beserta keluarga. Mulai dari menjual produk jamu, vitamin, suplemen, hingga chinese herbal. Gogobli mengklaim telah bekerja sama dengan 200 prinsipals ternama dengan lebih dari 10 ribu produk.

Halodoc, startup teknologi kesehatan HaloDoc ingin membantu masyarakat Indonesia mendapatkan konsultasi hingga pembelian obat secara cepat dan mudah. layanan ini tentunya sangat cocok dimanfaatkan untuk ibu rumah tangga yang kerap membutuhkan tenaga dokter dan obat dalam waktu cepat untuk buah hati tercinta.

Konsula, bukan hanya sekedar platform konsultasi kesehatan kini Konsula juga menyediakan produk kecantikan dan kesehatan. Fitur e-Store Konsula yang bisa dinikmati di aplikasi Konsula ini mengusung konsep marketplace untuk menjual ragam paket kesehatan dan kecantikan.

E-voucher

Sesekali mengajak ibu keluar rumah ke tempat keramaian, mungkin bisa jadi salah satu pertimbangan. Toh, berkumpul dengan keluarga jadi lebih bernilai daripada memberi barang fisik.

Lakupon, layanan daily deals ini menyediakan berbagai voucher mulai dari wisata, restoran, hotel, paket tour dan travel dalam negeri serta luar negeri.

Groupon Indonesia, sama halnya dengan Lakupon, layanan e-commerce ini juga menyediakan berbagai voucher untuk restoran, dessert, snack, beauty & spa, fun & events, bayi & anak, hingga travel.

Evoucher, juga menyediakan berbagai daily deals untuk konsumennya. Seperti peralatan rumah tangga, fesyen, beauty, leisure, gadget, elektronik, dan lainnya.

Eazyspadeals, beda dengan ketiga pemain sebelumnya. Layanan e-commerce ini hanya menyediakan perawatan kecantikan dan spa. Saat ini pihak Eazyspadeals mengklaim sudah bekerja sama dengan 2 ribu penyedia spa untuk booking instan dengan harga yang kompetitif.

Grivy, sebagai layanan yang menyediakan fasilitas terpadu untuk penawaran, voucher/deals serta teknologi terkini, Grivy mengklaim mampu menjadi layanan terlengkap bagi perusahaan yang membutuhkan satu platform untuk membantu mendongkrak penjualan mereka.

Pesan antar makanan/minuman dan katering

Mungkin yang terbaik dari sebuah hadiah adalah dapat menghabiskan waktu bersama keluarga di dalam rumah. Barangkali itu yang selalu ada di setiap benak seorang ibu. Anda bisa memberikan kado spesial kepada ibu berupa masakan spesial ala restoran yang dibuat oleh Anda sendiri.

BlackGarlic, menyediakan layanan preplan home meal kit delivery atau pengantaran bahan-bahan makanan siap masak. Resep masak dan menu yang disediakan dari Olivia Wongso, anak ahli kuliner Wiliam Wongso. Semua resep yang diberikan diklaim sesuai takaran jadinya tidak ada bahan sisa dan ada instruksi memasak yang mudah dilakukan oleh siapapun.

BerryKitchen, agak berbeda dengan BlackGarlic, layanan ini menyediakan tiga layanan untuk konsumen, daily catering, ready to eat, dan ready to cook. Berbagai jenis makanan siap dipilih, mulai dari karbo, daging, veggie, sides, sambal, hingga dessert.

ButuhBelanja, lebih mengarah ke layanan e-commerce khusus pesan antar barang belanjaan dapur atau sesuatu yang bisa dibeli di pasar tradisional. Sementara ini, ButuhBelanja hanya melayani transaksi untuk kota Malang saja. ButuhBelanja menyediakan beberapa kategori khusus, seperti kategori paket makanan, minuman, atau kue yang berisi satu komplit bahan dari resep-resep tersebut.

Kulina, platform marketplace ini mempertemukan antara catering dan home chef dengan pelanggan lewat aplikasi dan situs Kulina. Lebih dari 50 dapur katering yang sudah bekerja sama dengan Kulina. Kulina menyediakan jasa katering untuk kebutuhan diet, indian food, chinese food, dan japanese food.

Go-Food, layanan yang terdapat dalam aplikasi Go-Jek ini ternyata banyak digunakan oleh ibu rumah tangga untuk memesan makanan untuk keluarga dirumah. Kesibukan yang kerap dialami di tempat kerja, bisa dipermudah untuk ibu-ibu muda dengan memanfaatkan layanan pembelian makanan melalui Go-Food.

Gordi, mengklaim sebagai layanan berlangganan biji kopi online pertama di Indonesia, Gordi hadir untuk memenuhi rasa penasaran para pencinta kopi Indonesia akan variasi biji kopi. Startup teranyar yang baru dirilis pertengahan tahun 2016 ini, memberikan layanan pengiriman kopi pilihan lokal hingga mancanegara.

HappyFresh, belanja bulanan menjadi lebih praktis dengan menggunakan aplikasi HappyFresh. Dengan memanfaatkan layanan personal shopper, Anda sebagai ibu rumah tangga bisa dengan mudah menggunakan aplikasi ini untuk membeli keperluan rumah tangga.

Gorry Gourmet, layanan katering online di Indonesia saat ini semakin marak ditawarkan, mulai dari layanan ready to cook hingga menu sehat yang menghadirkan menu lezat sesuai untuk masyarakat ibukota. Gorry Gourmet, didukung oleh tim chef dan dokter gizi, Gorry Gourmet mencoba menyusun berbagai menu sehat yang bercita rasa tinggi. Kebutuhan asupan makan unik untuk setiap anggota keluarga juga tersedia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dalam berbagai kondisi.


Marsya Nabila berkontribusi untuk pembuatan artikel ini

Catatan Startup Teknologi Pendidikan Indonesia Tahun 2016

Banyak permasalahan di bidang pendidikan yang saat ini coba diakselerasi penyelesaiannya dengan teknologi. Mulai permasalahan yang ada di sekolah (keterbatasan kelas, sumber daya ajar), di pendidik (kompetensi, persebaran), hingga yang ada pada siswa (meningkatkan ketertarikan belajar, memastikan kompetensi lulusan). Produk teknologi pendidikan (edtech) yang ada saat ini dan memiliki kesempatan implementasi yang besar pada umumnya mengacu pada penyelesaian masalah tersebut.

Ada beberapa alasan mengapa pendekatan teknologi pendidikan merupakan langkah yang tepat. Masifnya persebaran konektivitas internet dan penetrasi perangkat pintar membawa sebuah paradigma baru digital society. Didukung dengan angka yang besar di jumlah sekolah, sebaran murid hingga anggaran tahunan untuk sektor pendidikan. Menjadi masalah krusial, karena berbagai pihak (termasuk pemerintah) mulai memahami bahwa optimalisasi pendidikan akan membawa bangsa di tingkat yang lebih maju.

Potensi edtech untuk terlibat dalam transformasi pendidikan modern

Di Indonesia belum ada riset komprehensif yang berhasil kami temukan, namun di Amerika Serikat sudah ada data (WCET Distance Education Enrollment Report of 2016) pada tahun 2016 sebanyak 28% dari mahasiswa telah memanfaatkan pembelajaran online minimal satu kali dalam masa belajar. Beberapa institusi mulai melegalkan dan mengukuhkan skema kelas maya yang dapat diikuti tanpa batasan tempat.

Spesifik di edtech sendiri, diperkirakan pada tahun 2020 mendatang nilainya mencapai $252 miliar secara global. Hal ini terbukti bahwa pada tiga tahun ke belakang investasi di sektor edtech sudah mencapai $55 miliar, dengan keterlibatan lebih dari 450 startup di seluruh dunia. Jika berbicara anggaran pendidikan secara umum, contohnya di APBN Indonesia tahun 2016, dana pendidikan yang dikucurkan mencapai Rp 419,2 triliun.

Namun demikian layanan atau produk yang disuguhkan edtech juga perlu mempertimbangkan permasalahan dasar yang ada di lapangan. Di Indonesia sendiri di tempat yang berbeda akan menghadapkan pada masalah yang berbeda. Namun secara garis besar edtech akan mendapatkan dukungan beberapa poin berikut mampu dirangkum pada visinya:

  • Memfasilitasi masyarakat dalam dinamika sosial yang terjadi atas dampak internet
  • Mampu bersinergi dengan bisnis, pemerintah dan lingkungan akademik
  • Memberikan efisiensi dalam akses dan sumber daya pengajaran
  • Membawa komponen pendidikan pada cara modern dalam penyampaian materi
  • Dan memberikan dorongan untuk perubahan di sekolah

Sejauh mana edtech hadir dan bermanuver di Indonesia

Kategori startup edtech (dari Global Edtech Startups) terdiri dari 5 bagian, yakni produk kurikulum, kebutuhan kelas, operasional sekolah, kebutuhan kampus dan produk pendidikan lainya. Di Indonesia semua kategori tersebut sudah terisi oleh startup-startup dalam negeri, beberpa di antaranya:

  • Produk Kurikulum: Bahaso, CodeSaya, Educa Studio, KelasKita, MejaKita, SekolahCoding, Zenius.
  • Kebutuhan Kelas: Cozora, HomeWork Hero, UtakAtikOtak.
  • Operasional Sekolah: 7Pagi, AIMSIS, Kelase, PesonaEdu, Quintal.
  • Kebutuhan Kampus dan Luar Kelas: Asdos, HarukaEdu, SemuaGuru, SquLine, Sukawu.
  • Produk Pendidikan Lainnya: BangsaCerdas, BulletinBoard, LeanSkill, GuruKite, RuangGuru.

[Baca juga: Daftar Startup Indonesia di Bidang Pendidikan]

Kategori tersebut dilihat dari proses bisnis juga masih terbagi ke dalam dua kelompok, yakni Business-to-Business (B2B) dan Business-to-Consumer (B2C). Singkatnya B2B mencoba memenuhi berbagai kebutuhan yang menjangkau institusi pendidikan, sedangkan B2C berhubungan langsung dengan pelajar di dunia maya. Desain kebutuhan pengajaran model gamifikasi, personalized learning, dan skill training menjadi yang banyak diminati oleh pengguna. Sedangkan layanan manajemen & administrasi dan analisis pendidikan menjadi yang terfavorit di kalangan institusi.

Berbicara tentang seberapa jauh, maka kita coba melihat tentang apa saja yang berhasil dicapai oleh startup edtech Indonesia. Dimulai dari penyedia layanan pendidikan berbasis media sosial Kelase, data terakhir menunjukkan total pengguna melebihi 102 ribu dengan keterlibatan 3 ribu kelas di dalamnya. Sebelumnya startup yang digawangi Winatswan Gora dkk ini juga telah mendapatkan dukungan funding dari Microsoft dalam bentuk Affordable Access Initiative.

Startup lain juga mulai mendapatkan kepercayaan lebih, baik dari pengguna maupun investor. Tahun ini Squline mengumumkan pendanaan Pre-Series A dari Prasetia Dwidharma, yang akan didedikasikan untuk perluasan fitur dan pemasaran produk. Pemain lama RuangGuru juga memperkenalkan aplikasi baru untuk orang tua murid. Hingga BangsaCerdas yang tengah mempersiapkan skema Online-to-Offline (O2O) untuk pemasaran produk di tahun mendatang. Banyak hal yang dilakukan sebagai langkah perluasan dan pendalaman pasar teknologi di Indonesia.

Peluang bertumbuhnya edtech di Indonesia tahun mendatang

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahun depan edtech masih akan memiliki posisi yang sangat cerah, dengan porsi pasar yang sangat besar. Namun tantangannya adalah bagaimana mampu membuat sinergi bersama berbagai komponen pendidikan lain, dan membuat layanan atau produk yang disuguhkan efektif untuk pangsa pasar Indonesia.

Beberapa catatan di atas kami coba rangkum dalam infografik berikut ini:

Infographic - EdTech in Indonesia Edited

Mengapa Adopsi Smart City Menjadi Penentu Indonesia Menjadi Pemimpin Digital

Konsep smart city sudah sangat lekat dengan visi pemerintahan di banyak kota di Indonesia. Transparansi, kemudahan dan kinerja yang lebih gesit diharapkan mampu dihadirkan dari tatanan kota pintar dengan pendekatan digital. Berbicara tentang smart city sejatinya akan mengembalikan pada revolusi e-goverment (e-gov), penerapan pendekatan berbasis komputer untuk penyelesaian berbagai tugas pemerintahan. E-gov merangkum pemanfaatan TIK untuk meningkatkan performa pemerintah dalam bekerja, baik itu memudahkan kinerja internal, antar lembaga, untuk rakyat dan hubungannya dengan proses bisnis.

Smart city adalah sebuah cita-cita besar yang harus diawal dari revolusi internal. Menerapkan e-gov dengan benar salah satu indikasinya. Mengapa hal ini penting dan berkorelasi langsung dengan apa yang dicita-citakan Presiden supaya Indonesia menjadi pemimpin digital di Asia tahun 2020? Penerapan digitalisasi di internal pemerintah akan membuka mindset para pelaku kebijakan, memudahkan mereka berpikir secara konseptual dalam mengatur berbagai regulasi. Kurang pas jika berbicara regulasi tentang pembaruan digital, namun regulator tak pernah menyicipinya.

E-gov menjadi permulaan, apa kabar penerapannya di Indonesia?

Regulasi tentang e-gov di Indonesia sudah diatur dalam Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Namnu faktanya petunjuk legal tersebut masih diinterpretasikan dengan beragam bentuk, pada akhirnya penerapan di tiap daerah menjadi berbeda. Melahirkan banyak SOP dan sistem dalam berjalannya sistem produktif pemerintahan berbasis elektronik. Yang paling fatal adalah akan lebih menantang ketika dibutuhkan integrasi di sistem antar daerah.

Solusinya tak lain diperlukan poin-poin yang lebih jelas untuk menghadirkan standar yang lebih terukur. Termasuk di dalamnya petunjuk teknis secara mendetail. Misalnya menentukan kualifikasi sumber daya manusia, skema manajemen, arsitektur produk dan sebagainya. Umumnya pengembangan sistem di tiap daerah dilakukan pada sebuah arsitektur standalone, dengan keberagaman di dalamnya.

Adapun jenis aplikasi yang menjadi penopang produktivitas meliputi aplikasi internal, aplikasi publik dan aplikasi bisnis. Aplikasi internal dikembangkan dengan tujuan memudahkan beragam kegiatan, seperti manajemen keuangan, manajemen sumber daya, pengarsipan hingga tata kelola informasi. Aplikasi publik adalah aplikasi yang berhubungan dengan pelayanan, dari yang paling simpel dalam bentuk sistem antrian, layanan pengaduan, layanan perpajakan, pembayaran dan sebagainya.

Sedangkan aplikasi bisnis adalah bersifat B2B, berhubungan dengan berbagai kegiatan bisnis, misalnya tender, integrasi dengan perbankan dan sebagainya. Sedangkan jika dikategorikan dari fungsionalitas, setidaknya juga akan ada tiga aplikasi yang dibutuhkan dalam sebuah sistem e-gov, yakni aplikasi umum, aplikasi khusus dan aplikasi pendukung.

Keseriusan dalam pengembangan sistem elektronik mengantarkan pada kepemimpinan digital

Di luar analisis isu teknis di atas, pada dasarnya penerapan e-gov tak lain untuk kenyamanan bersama. Visi ini turut menjadi proses transformasi serius (dalam skala nasional) untuk penerapan teknologi di masyarakat yang lebih luas. Kesiapan Indonesia menghadapi era digital, dalam hal inovasi dan persaingan, sangat bergantung pada kesiapan masyarakat di dalamnya. Terlebih jika menargetkan 3-4 tahun lagi untuk memimpin pangsa pasar digital di Asia Tenggara. Teknologi dapat dimanfaatkan secara konsumtif dan produktif.

Jika dominan ke arah konsumtif, maka Indonesia hanya akan menjadi sasaran pasar, sedangkan kebalikannya bisa mengantarkan pada kreasi dan pemenuhan kebutuhan pasar dalam negeri. Kota pintar dapat dimaknai secara lebih luas. Mulai dari digitalisasi layanan hingga edukasi masyarakat menuju pola pikir yang lebih baik. Di luar itu penerapan di internal regulator tujuannya memberikan insight terciptanya regulasi yang mengarah pada penguatan strategi digital dalam beragam perancangan aturan. Seperti diketahui, saat ini aturan yang mengarah ke sana sudah mulai banyak diperbincangkan.

Memperkenalkan Browser Push Notifications untuk Layanan E-Commerce

Pengunjung membuka website e-commerce Anda, lalu melihat-lihat produk.  Terkadang pengunjung menambahkan beberapa produk ke troli, dan saat Anda mengira mereka akan membelinya, mereka ternyata justru membatalkannya. Hal seperti ini awalnya memang membuat kecewa.

Ketika 98% pengunjung website Anda membatalkan pembelian, Anda pasti mulai bertanya-tanya kenapa? Apa yang salah?

Lalu Anda mulai memikirkan cara untuk menghubungi pengunjung ini dan mencoba mengajak mereka kembali untuk menyelesaikan pembelian. Marketer e-commerce dewasa ini memiliki beragam alat user engagement untuk kembali menghubungkan mereka dengan pengunjung website mereka melalui email, display ads atau Facebook ads.

Dan setiap channel ini memiliki manfaat dan keterbatasannya masing-masing.

Misalnya, Kate harus melihat email promosi di Inbox Gmail-nya untuk melihat pesan Anda. Seberapa sering hal seperti ini terjadi? Atau dia harus berkunjung ke website lain atau masuk ke Facebook agar Anda dapat menunjukkan iklan yang relevan untuknya. Ingat, Facebook dan Display adalah channel berbayar. Terlebih lagi, bisa saja budget marketing Anda sudah berkurang drastis bulan lalu.

Lalu bagaimana?

Seandainya ada channel marketing yang tidak mengharuskan pengguna agar login ke situs web tertentu. Bagaimana kalau channel ini gratis?

Kalau saja channel ini bisa menjangkau pengguna seperti halnya email dan mempersonalisasi percakapan Anda layaknya display ads.

Memperkenalkan Browser Push Notifications untuk E-Commerce

Ini adalah notifikasi yang dikirimkan langsung dari website Anda ke browser pengguna dan pesan tetap dapat disampaikan meskipun pengguna tidak sedang mengakses website Anda.

Cara kerja Browser Push Notification
Cara kerja Browser Push Notification

Untuk membuat notifikasi ini lebih menarik, Anda dapat membuatnya lebih personal dan menampilkan rekomendasi produk yang relevan ke setiap pengguna.

Selain itu, Anda juga dapat menyertakan gambar, deskripsi, dan harga produk agar lebih mudah diingat.

Berikut ini adalah tampilan Browser Push Notification di desktop dan seluler. Ya, Browser Push Notification juga bisa dilihat di website mobile.

Contoh tampilan notifikasi di desktop dan mobile
Contoh tampilan notifikasi di desktop dan mobile

Anda dapat merekomendasikan kategori yang paling sering dibeli kepada pengguna baru dan membantu pengguna baru menemukan produk tersebut. Atau Anda dapat me-retargeting ulang produk atau troli belanja yang telah mereka batalkan.

Dengan diskon loyalitas, Anda dapat kembali menarik pelanggan lama yang belakangan ini tidak aktif. Dengan Browser Push Notifications yang ditambahkan ke toolkit, Anda dapat mengaktifkan engagement, mengonversi, dan menumbuhkan pengguna website dan tentu saja, penjualan Anda.

Yang sudah dijelaskan tadi terdengar sangat menjanjikan, tetapi apakah implementasinya sulit?

Ternyata tidak.

Masukkan kode JavaScript ke website Anda, lalu anjurkan pengguna website untuk berlangganan notifikasi ini. Anda kini siap beraksi.

Mengapa Browser Push Notifications?

Notifikasi push browser jauh lebih cepat dari email. Email bersifat permanen, tetapi tidak praktis jika Anda ingin mengirimkan informasi flash sale dan membutuhkan reaksi yang cepat dari user. Notifikasi push lebih bersifat personal, cepat, dan memicu reaksi user. Notifikasi push memang terlihat efektif karena dikirimkan secara real-time dan relevan, tetapi notifikasi push browser yang memiliki fitur sama bisa menjangkau lebih banyak orang. Push browser yang dikombinasikan dengan strategi email dan retargeting dapat menjadikan marketing Anda lebih sukses.

Browser push notification vs email
Browser push notification vs email

Browser Push tidak hanya mengizinkan Anda untuk melibatkan pengguna dengan lebih baik, tetapi juga memberikan banyak manfaat untuk membantu meningkatkan penjualan bisnis online Anda.

Berikut ini adalah panduan menggunakan Browser Push Notifications dan meningkatkan penjualan e-commerce di musim liburan, terhubung dengan pengguna yang mengabaikan troli belanja, dan mengirim rekomendasi yang disesuaikan untuk setiap pengguna dan menarik lebih banyak pengguna ke website Anda.

Cara terbaik menggunakan Browser Push Notification
Cara terbaik menggunakan Browser Push Notification

Browser Push Notifications dapat digunakan untuk melibatkan kembali pengguna Anda dengan cara memperbesar re-engagement dan menghubungi lagi pengguna yang tidak aktif dengan pemberitahuan dan notifikasi yang dipersonalisasi. Semua bisa dilakukan baik di desktop maupun di perangkat mobile.

 

Apa yang diukur untuk penggunaan Browser Push Notification
Apa yang diukur untuk penggunaan Browser Push Notification


Disclosure: Tulisan tamu ini dikembangkan oleh Namrutha Namarathan dari Vizury. Namrutha bisa dihubungi di [email protected]