Studio Kreatif AR&Co Rilis Permainan Berbasis AR dan Geolocation “Minar”

AR&Co, divisi WIR Group yang bergerak di bidang teknologi kreatif dan realitas digital, merilis aplikasi permainan berbasis AR dan Geolocation bernama Minar (Mining with AR). Aplikasi ini diharapkan menjadi channel marketing buat brand dalam menarik pengguna baru dengan pendekatan yang interaktif.

Managing Director Minar Mario Khoe menjelaskan, cara kerja game ini cukup mudah. Pengguna hanya perlu mencari dan menambang batu-batu Minar di lokasi sekitar pengguna yang telah ditentukan. Layar smartphone diketuk terus menerus, sebagai metode menambang, sampai batu habis ditambang.

Batu-batu ini memiliki nilai ekonomis di dunia nyata yang dapat ditukarkan dengan berbagai manfaat, seperti voucher pulsa, makan, menginap, dan sebagainya. Semakin sering pengguna menambang, akan semakin banyak manfaat yang bisa ditukarkan.

Positioning kita sebagai aplikasi game berbasis AR dan geolocation dengan nilai ekonomis. Minar punya tiga jenis currency. Semua masyarakat bisa menukarkan currency dengan benefit di dunia nyata,” terangnya, kemarin (24/4).

Bagi brand, Minar memiliki pendekatan yang menarik dalam menjaring loyalitas pengguna. Tersedia dashboard yang dapat dimanfaatkan untuk memonitor pergerakan voucher, demografi pengguna, hingga memantau voucher mana yang paling banyak diincar. Dengan demikian strategi pemasaran dapat lebih terukur, efisien, dan hasilnya lebih maksimal.

Batu Minar dapat dikustomisasi lokasinya sesuai kebutuhan masing-masing brand dengan reward yang mereka inginkan demi meningkatkan tingkat kunjungan. Tidak hanya brand besar yang berkesempatan jadi mitra. Skema ini juga terbuka untuk mitra UKM.

Rencana tahun ini

Mario menjelaskan, tahun ini perusahaan akan fokus pada penambahan jumlah brand yang memanfaatkan Minar, setidaknya mencapai 60 brand, dari berbagai skala industri. Disebutkan sejauh ini ada beberapa brand ternama yang telah bergabung, termasuk McDonald’s, Electronic City, Alfamart, Hotel Sahid, dan Papa Ronz.

Minar sendiri diperkenalkan sejak November 2018 di event Disrupto, namun baru mulai aktif dipasarkan secara organik pada bulan ini. Mario mengklaim Minar telah diunduh lebih dari 100 ribu kali dalam kurun waktu seminggu.

Peningkatan unduhan harian rata-rata 30-35% dan diyakini akan terus meningkat. Pengguna tersebar di 27 kota, menyesuaikan dengan persebaran gerai brand. Untuk sementara, Minar hanya tersedia untuk pengguna Android. Versi iOS-nya segera menyusul pada tahun ini.

Dari segi sistem reward, pihaknya akan terus mengembangkan lebih jauh agar tidak sekadar memberi voucher pulsa dan makan, tetapi juga tagihan sehari-hari.

Platform permainan berbasis blockchain

Selain mengembangkan platform permainan berbasis AR, AR&Co juga tengah menjajaki model bisnis yang tepat untuk mengembangkan permainan berbasis blockchain. Untuk hal ini perusahaan telah menjalin kerja sama dengan enabler blockchain Asia Infinity Blockchain Ventures (IBV).

“Targetnya kami ingin bangun gaming dengan nilai tambah blockchain, namun jenis blockchain apa yang dipakai belum ditentukan. mengingat ini ada aturannya dari pemerintah. Untuk itu kami masih menentukan konsep.”

Application Information Will Show Up Here

Menciptakan Layanan Fashion yang Lebih Personal dengan Kecerdasan Buatan

Pada dasarnya, manusia ingin selalu tampil keren. Memang terdengar mudah, tetapi bagi sebagian orang keinginan untuk tampil bagus menjadi sebuah beban tersendiri.

Contoh paling sederhana adalah memikirkan apa yang akan kita pakai setiap hari. Hal ini umumnya cukup sering dialami di kalangan perempuan.

Personal stylist bisa saja menjadi jawaban, akan tetapi kita tahu bahwa personal stylist bukan menjadi sebuah layanan terjangkau bagi segmen pasar menengah hingga ke bawah.

Lalu opsi yang dapat kita tawarkan? Teknologi. Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dapat dimanfaatkan untuk menghadirkan sebuah layanan fashion yang lebih personal.

Di sesi #SelasaStartup kali ini, Founder dan CEO Yuna & Co Winzendy Tedja berbagi pengalaman tentang pemanfaatan AI dalam menghadirkan aplikasi fashion matchmaking berbasis preferensi pengguna.

Scale up dengan teknologi AI

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang fashion, pria yang karib disapa Zendy ini mengungkap tentang pentingnya mempelajari gaya dan preferensi pengguna untuk bisa scale up.

Menurutnya platform perlu untuk mempelajari bagaimana kebiasaan dan preferensi pengguna agar seluruh informasi tersebut dapat diolah menjadi sebuah rekomendasi kepada mereka saat berbelanja.

“Sekarang adalah era di mana pengguna ingin memiliki pengalaman yang lebih personal. Lalu, bagaimana mau scale up dengan personalisasi? Personalisasi itu kan harus one-to-one. Nah, di sini AI berperan sebagai tool,” ungkap Zendy.

Diakuinya, pengguna harus mengeluarkan effort dalam memberikan informasi seputar gaya dan preferensi fashion yang disukai. Namun, begitu pengguna telah mengalami pengalaman yang personal, mereka akan terus lanjut.

Kumpulan data untuk ciptakan analisis prediktif

The thing about fashion, brands want to own their data. Berbeda dengan industri musik atau film. Kita tidak akan tahu produk apa yang paling laris di H&M, misalnya,” kata Zendy.

Dalam hal ini, AI dapat mengambil peran lebih dalam mengolah kumpulan data (dataset) menjadi sebuah analisis yang prediktif. Di perusahaannya, data prediksi ini juga yang ia tawarkan kepada brand-brand yang menjadi mitranya.

“Semakin banyak pelanggan dan produk yang masuk ke dalam learning system kita, akan semakin banyak pula insight yang kita dapat. Kita bisa kasih rekomendasi ke brand, misal dari sisi bahan atau warna yang disukai pengguna,” ujar Zendy.

Manusia tetap punya peran

Meski teknologi ada untuk mempermudah proses kerja, bukan berarti manusia tak lagi dibutuhkan. Apalagi preferensi dan tren fashion seseorang kerap berubah-ubah.

Hal juga dapat menjadi tantangan dalam menghasilkan rekomendasi yang berguna bagi pelanggan. Akan tetapi, Zendy menyebutkan bahwa kecerdasan buatan akan terus berjalan dalam mengumpulkan dan mengolah jutaan data.

Di sisi lain, stylist juga akan tetap dibutuhkan dalam mengkurasi berbagai macam informasi. Menurutnya, tidak semua hal dapat terbantu dengan teknologi. Justru, teknologi berperan sebagai enabler.

“Ada hal-hal di mana kita perlu manusia untuk memutuskannya, dan tidak bisa mengandalkan kecerdasan buatan. When it comes to taste, we still needs human.” tutur Zendy.

Pemerintah Siapkan Regulasi Perangkat IoT, Penyamaan Harga Sertifikasi Jadi Isu

Kementerian Komunikasi dan Informatika segera menandatangani regulasi mengenai perangkat IoT, sebagai lanjutan dari Rancangan Peraturan Menteri (RPM) tentang penggunaan spektrum frekuensi radio berdasarkan izin kelas untuk teknologi 4G LTE Advance Pro yang telah terbit pada awal April 2019.

Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kemkominfo Ismail menerangkan, dalam membuat aturan ini pemerintah berusaha untuk tetap generik, tidak menunjuk untuk salah satu teknologi saja, sehingga bisa diaplikasikan untuk teknologi apapun yang sudah mempersiapkan diri menuju IoT.

Dia merinci aturan ini akan mengatur soal sertifikasi perangkat, yang salah satunya memuat mengenai harga. Sensor dan gateway pun akan ikut masuk dalam komponen perangkat yang akan disertifikasi. Harga sertifikasi akan relatif tidak jauh berbeda dengan perangkat radio biasa.

“Aturan akan diteken dalam waktu dekat, mudah-mudahan enggak sampai tengah tahun karena sudah hampir final,” terangnya, Selasa (23/4).

Sebelumnya, RPM menetapkan alat-alat atau perangkat telekomunikasi yang beroperasi pada spektrum frekuensi radio berdasarkan izin kelas.

Mereka adalah Wireless Local Area Network (WLAN), peranti jarak dekat (Short Range Device), Low Power Wide Area Nonseluler (LPWA Nonseluler), Dedicated Short Range Communication (DSRC), LAA. Serta, alat-alat yang beroperasi pada pita frekuensi radio yang digunakan berdasarkan izin kelas yang sejenis sesuai tingkat teknologi dan karakteristiknya.

4G LTE Advance Pro, lebih dikenal 4.9G atau satu tingkat di bawah 5G, menggunakan jaringan License Assisted Access (LAA). Jaringan ini memanfaatkan frekuensi tak berizin di rentang 5.150-5.350 MHz dan 5.725-5.825 MHz. Sehingga berdampak pemain non operator seluler dapat segera mengimplementasikan IoT secara lebih masif.

Wacana penyamaan harga jadi isu

Menanggapi wacana harga sertifikasi, sebenarnya pemerintah ikut melibatkan Asosiasi IoT Indonesia untuk diskusi bersama sehingga belum ada putusan akhir. Wakil Ketua Asosiasi IoT Andri Yadi agak menyayangkan dan terbebani apabila pemerintah memutuskan untuk menyamakan harga sertifikasi perangkat dengan radio biasa.

Pihaknya pernah membuat simulasi singkat bahwa harga sertifikasi untuk satu startup bisa memakan biaya hingga Rp25 juta. Hitungan tersebut belum mengikuti harga pasar apabila dijual ke konsumen.

“Tidak bisa disamakan [harganya]. Ambil contoh untuk ponsel 4G itu jual batangannya bisa sampai Rp10 juta, tapi bicara perangkat IoT itu bisa sampai Rp400 juta. Sebab di dalamnya itu ada banyak teknologi, seperti short range pakai bluetooth dan WiFi,” katanya.

Country Manager Qualcomm Indonesia Shannedy Ong menambahkan, meski perusahaan secara tidak langsung berdampak mengingat Qualcomm adalah penyedia teknologi, namun pada akhirnya ada dampak tidak langsung yang terasa apabila wacana tersebut terealisasi karena perusahaan termasuk dalam ekosistem.

“Kita ini bagian dari ekosistem sehingga harus kerja sama dengan industri dan asosiasi untuk memikirkan win win solution. Jangan sampai ada regulasi yang menghambat karena kita mau IoT ini bisa diakselerasi. Indonesia harus maju ke step berikutnya, ada solusi baru, komersialkan, dan konsumen bisa mendapatkan manfaatnya,” ujar Shannedy.

Menunggu putusan frekuensi 5G

Teknologi IoT ini sebenarnya bisa dijalankan lewat jaringan 4G, namun alangkah lebih sempurna apabila didukung oleh teknologi 5G. Pemerintah belum menetapkan frekuensi apa yang akan dipakai, lantaran menunggu World Radio Conference 2019 di Mesir yang akan berlangsung pada Oktober 2019 mendatang. Ini adalah konferensi empat tahunan yang digelar ITU (International Telecommunications Union).

Ismail menjelaskan, pada konferensi ini akan diputuskan frekuensi resmi yang digunakan untuk jaringan 5G secara global. Pemerintah akan berkiblat ke sana agar bersifat world wide platform, tidak khusus untuk Indonesia saja. Diharapkan hal ini akan membuat harga perangkat lebih murah dan memudahkan para pemain operator yang ingin berinvestasi ke 5G.

“WRC itu konferensi empat tahunan untuk menentukan pita frekuensi suatu teknologi baru. Jadi kita tunggu acara itu, kira-kira akan menentukan frekuensi 5G setelah acara tersebut,” terangnya.

Secara garis besar pemerintah sudah membuat perkiraaan ada tiga blok spektrum jaringan, yakni lower, middle, dan upper. Untuk upper, dia menjamin tidak ada masalah, karena frekuensinya tersedia dan belum digunakan untuk 26 GHz dan 28 GHz.

Sementara untuk middle, berjalan di frekuensi 3,5 GHz yang sudah dipakai oleh satelit. Sehingga pilihannya mau co-existing dengan satelit agar bisa digunakan bersama 5G. Belum ada perbincangan lebih lanjut soal ini karena pemerintah harus bicara lebih dalam para pemilik satelit, di antaranya Telkom dan Indosat Ooredoo.

Penentuan frekuensi 5G ini cukup genting untuk mendukung ekosistem IoT di Indonesia. Andri menambahkan frekuensi adalah basis awal bagi para pemain sebelum uji perangkat. Seberapa canggih perangkat yang sudah dibuat tapi apabila belum bisa terhubung karena ketiadaan frekuensi akan percuma.

Hal ini diamini Shannedy. Dia menerangkan antara IoT dan 5G memiliki hubungan yang erat. Ada beberapa use case yang bisa ditangani oleh IoT dengan bantuan jaringan 5G yang sangat berdampak untuk industri.

Operator telekomunikasi dan OEM (Original Equipment Manufacturer) skala global telah bermitra dengan perusahaan-perusahaan teknologi untuk menciptakan banyak solusi baru, berbasiskan IoT dan 5G, di industri pertanian, kota pintar, dan transportasi.

Mbizmarket Jadi Solusi Mbiz Sasar Konsumen UKM

Tiga tahun mengembangkan marketplace e-procurement untuk pasar B2B dan B2G, Mbiz meresmikan platform marketplace yang menyasar konsumen UKM bernama Mbizmarket. Dengan sistem yang diklaim transparan, Mbizmarket menawarkan fasilitas pembiayaan (financing), kesepakatan dalam hal pembayaran hingga volume contract, kepatuhan dengan pajak, negosiasi harga sesuai kesepakatan (nego) dalam platform, dan terms of payment.

Tak hanya sebagai konsumen, UKM juga bisa menjadi mitra Mbizmarket dalam menyediakan layanan ke konsumen UKM lainnya. Langkah ini memang sudah diwacanakan sejak akhir tahun lalu.

CEO Mbiz Rizal Paramarta menyebutkan, saat ini Mbiz telah memiliki sekitar 3,5 juta bisnis yang bergabung dalam platform. Melalui Mbizmarket, Rizal berharap bisa menambah jumlah mitra UKM yang kini disebut mencapai lebih dari 100 buah.

“Kami juga ingin membuka channel bagi kalangan UKM untuk bisa menjadi supplier bagi perusahaan besar yang sebelumnya sudah memanfaatkan layanan dan jasa yang tersedia di platform Mbiz,” kata Rizal.

Untuk memberikan kemudahan ke kalangan UKM, Mbizmarket juga menyediakan kesempatan pembiayaan atau financing. Mbizmarket telah menjalin kemitraan dengan bank komersial, institusi keuangan, dan platform P2P lending di Indonesia.

“Karena masih baru kami memutuskan untuk bermitra dengan satu layanan fintech lending yang sudah terpercaya dan memiliki nama besar di Indonesia. Kita lihat nanti tentunya seperti apa kerja sama strategis yang kami jalin dengan fintech lending tersebut demi menghadirkan pembiayaan kepada UKM,” kata Rizal.

Strategi monetisasi

Ragam barang dan jasa yang ditawarkan Mbizmarket adalah jasa SDM, jasa event organizer, jasa pemeliharaan gedung atau kantor, rental kendaraan, jasa pemasangan iklan, hingga jasa konstruksi. Selain itu Mbizmarket juga menyediakan produk IT, perlengkapan kantor, pengadaan bahan-bahan kimia, kesehatan, hingga produk-produk terkustomisasi.

Meskipun sampai saat ini Mbizmarket belum mengenakan biaya ke mitra UKM yang bergabung, nantinya platform akan mengenakan komisi sesuai dengan besar kecilnya bisnis yang dimiliki masing-masing UKM. Untuk menjamin kredibilitas mitra UKM yang bergabung, Mbiz melakukan kurasi yang ketat.

“Dibukanya Mbizmarket tentunya memberikan kesempatan bagi semua bisnis untuk mendapatkan produk melalui platform e-procurement yang kami miliki,” kata Rizal.

Untuk mempercepat pertumbuhan Mbizmarket, tahun ini Mbiz berencana melakukan penggalangan dana. Mbiz pada awal tahun 2017 telah menerima pendanaan Seri A dari Tokyo Century Corporation (TCC) dengan nilai yang tidak disebutkan. Pendanaan tersebut membuat nilai valuasi perusahaan mencapai Rp1,3 triliun (mendekati $100 juta).

“Dengan model bisnis yang kami miliki dan secara khusus menyasar bisnis B2B, kami tidak terlalu urgent untuk melakukan penggalangan dana. Namun jika tidak ada halangan akhir tahun ini diharapkan kami bisa mendapatkan tambahan modal Seri B,” kata Rizal.

Doogether Umumkan Perolehan Dana Awal, Dipimpin Gobi Agung

Platform pemesanan pusat kebugaran Doogether mengumumkan perolehan dana awal yang dipimpin Gobi Agung dan didukung Everhaus, Prasetia Dwidharma, dan Cana Asia dalam jumlah yang tidak disebutkan. Sebelumnya, perusahaan telah mendapatkan pendanaan dari sejumlah investor, seperti Erick Thohir (Pemimpin MAHAKA Group) dan Alexander Rusli (Mantan CEO Indosat Ooredoo dan Founder Digiasia Bios).

DOOgether akan memfokuskan dana segar ini untuk mencapai tiga tujuan utama, yakni memperluas jaringan kelas olahraga, mengembangkan aplikasi, dan merekrut talenta profesional.

Dalam keterangan resminya, Venture Partner Gobi Agung Arya Masagung menyatakan “Jika berkaca pada tren dunia, ketika sebuah negara melalui masa modernisasi dan kemajuan ekonomi, gaya hidup sehat dan bugar akan menjadi salah satu sektor terbesar yang ikut tumbuh.”

Di Indonesia praktis tidak ada pesaing lokal yang memiliki pangsa pasar serupa Doogether. Satu-satunya pesaing terdekat adalah ClassPass yang baru saja mengakuisisi pemain regional Guava Pass awal tahun ini.

Selain Jabodetabek, Doogether kini juga telah hadir di Bandung dan Bali, dengan total pengguna mencapai 20 ribu.

“Sebagai aplikasi yang secara khusus hadir untuk masyarakat Indonesia, Doogether yakin dapat menghadirkan platform yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan konsumen kami,” ujar CEO Doogether Fauzan Gani.

Pencapaian selama tiga tahun

Memasuki tahun ketiga, Doogether mengklaim perkembangan pesat dengan pangsa pasar yang sudah tervalidasi. Perusahaan menyatakan telah mencapai pertumbuhan 200% dalam setahun.

Kepada DailySocial, Fauzan mengatakan, “Produk ini kita buat semua organik dengan year-to-year growth 200%. Bayangkan kalau ada yang invest dan kita bisa spend di marketing, seberapa besar kita akan tumbuh.”

Secara produk, Doogether memiliki visi lebih memahami user dengan memberikan pilihan untuk berbagai varian level. Produk terbaru yang diluncurkan adalah Dooaccess, memudahkan pengguna pemula mencoba layanan ini dengan biaya Rp100 ribu tiap bulan.

Saat ini, platform yang mengangkat semangat “Olahraga Tanpa Batas” ini telah bekerja sama dengan banyak venue dari berbagai bidang olahraga, seperti sepak bola, bola basket, lari, wall climbing, dan tempat gym. Terdapat lebih dari 200 tempat olahraga yang menawarkan sekitar 19 ribu kelas bagi para pengguna yang ingin berinvestasi jangka panjang pada tubuh mereka.

Memperkuat posisi di industri

Di tahun 2016, tempat olahraga di Jakarta hanya ada 25, sekarang sudah berkembang menjadi 100 lokasi di Jakarta Selatan saja. Berangkat dari situ, Doogether ingin mengubah cara kerja bisnis di tempat-tempat olahraga tersebut dengan menawarkan layanan SaaS (System as a Service) agar mereka bisa mendapatkan data dari setiap pengguna yang datang.

“Kami akan memperluas jaringan dan menggandeng setidaknya 500 tempat olahraga serta melakukan pengembangan pada platform untuk menjadi biggest healthy lifestyle community di Indonesia,” ungkap Fauzan.

Dalam upaya menggaet user, perusahaan juga bekerja sama dengan sejumlah pemain di dalam ekosistem, contohnya industri F&B untuk memberikan nilai tambah pada saat pengguna memesan tempat melalui aplikasi. Hal ini juga berdampak dalam memaksimalkan profit tempat olahraga dan membuka peluang banyak pihak untuk ikut berkolaborasi.

Di tahun 2019 ini, DOOgether mengaku akan fokus untuk membangun pilar-pilar ekosistem mereka, tidak hanya di tempat olahraga. Selain itu, mereka mulai menyasar perusahaan-perusahaan yang kian peduli dengan gaya hidup karyawannya, salah satunya menganjurkan berolahraga dengan menginstalasi aplikasi pemesanan tempat olahraga.

COO Doogether Helmy Rianda menegaskan, “Kita sedang dalam proses kolaborasi untuk employee benefit di perusahaan. Jadi, kami hadir bukan hanya untuk orang-orang yang ingin berolahraga, juga untuk perusahaan bisa lebih peduli dengan kampanye kesehatan yang ada saat ini.”

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Luncurkan ByMe, Fitur “Affiliate Marketing” dengan Komisi

Tokopedia secara resmi meluncurkan fitur affliate marketing ByMe, memungkinkan setiap pengguna mempromosikan barang-barang dari merchant Tokopedia dan mendapat komisi dari pembelian yang terjadi di halaman profilnya.

Business Tribe Lead for Category & Content Tokopedia Cynthia Limin menjelaskan, ByMe diharapkan dapat menjawab semua hal yang dianggap pengguna susah menjadi gampang saat berkeinginan menjadi pengusaha. Kerap khawatir tidak memiliki modal, risiko, dan menyimpan stok.

Di satu sisi, memberikan rekomendasi ke orang lain sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Orang cenderung lebih percaya dengan rekomendasi produk dari orang yang sudah dikenal atau punya pengaruh. Dengan ByMe, siapa pun kini bisa menjadi influencer untuk orang lain dan mendapatkan keuntungan dari setiap pembelian di halaman profilnya.

“Kami percaya bahwa rekomendasi dari lingkungan sekitar sangatlah penting dalam perihal membeli segala kebutuhan. Ada jutaan barang yang bisa direkomendasikan dan komisinya bervariasi,” terangnya, Senin (22/4).

Dia melanjutkan, tiap unggahan di halaman profilnya, influencer dapat berkreasi bebas memproduksi konten yang menjual dan menarik orang. Di situ influencer dipersilakan memajang konten video, foto, dan tulisan, beserta tiga jenis produk yang ingin dijual. Lalu menyebar link tersebut ke laman profil media sosial mereka.

Influencer dapat memantau hasil produknya di dashboard, mempelajari produk apa yang paling banyak dibeli orang-orang, berapa komisi yang sudah didapat dan langsung mencairkannya ke saldo masing-masing.

Dari sisi merchant, siapa pun, tanpa ada persyaratan khusus, dapat ikut memasukkan produk dagangannya ke ByMe dan dipasarkan oleh para pengguna Tokopedia. Merchant cukup memasukkan besaran komisi sesuai keinginan terhadap barang yang ingin dipasarkan dan membayar komisi ketika barang telah terjual.

Cynthia menerangkan, sejauh ini perusahaan belum turut berpartisipasi dalam memberikan komisi untuk influencer, namun tidak menutup kemungkinan hal tersebut bakal terjadi. Channel ByMe ini juga menjadi salah satu strategi monetisasi, bakal ada sepersekian persen komisi yang ditetapkan merchant akan masuk ke kantong perusahaan.

Untuk ke depannya, Tokopedia akan mengembangkan lebih jauh fitur ByMe ini. Salah satunya dengan memperbanyak format baru yang lebih interaktif, tidak hanya foto dan video.

Tidak disebutkan spesifik target yang ingin dibidik perusahaan dari fitur teranyar ini ataupun jumlah produk yang telah listed dan pengguna yang bergabung sebagai influencer.

“Ini masih tahap awal karena kami lihat potensi ByMe ini ke depannya akan luar biasa. Bahkan kami kira bisa melahirkan ikon influencer baru yang datang dari orang-orang biasa,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Platform “Live Auction” WowBid Amankan Pendanaan Pra-Seri A Senilai 70 Miliar Rupiah

WowBid, layanan belanja online yang mengunggulkan fitur Live Auction, telah berhasil mengamankan pendanaan Pra-Seri A sebesar $5 juta atau setara Rp70 miliar dari PT Envy, sebuah investment holding lokal. Pendanaan ini disebut akan mendukung rencana perusahaan untuk ekspansi ke Asia Tenggara akhir tahun ini.

Aplikasi WowBid pertama kali diluncurkan akhir 2018 silam di platform Android. Sebelumnya mereka mendapatkan pendanaan awal sebesar $2 juta (28 miliar Rupiah) dari Aquifer Limited.

Sejauh ini WowBid sudah memilliki 176 ribu pelanggan terdaftar. Angka ini cukup membuat perusahaan optimis bisa banyak diterima oleh masyarakat Indonesia untuk ke depannya.

“Ketertarikan orang terhadap konten video adalah peluang yang kurang diperhatikan para pelaku e-commerce di Indonesia,” ujar CEO WowBid Rafli Ridwan.

Ia menegaskan, masyarakat membutuhkan tempat untuk berbelanja barang berkualitas dengan harga di bawah harga pasar. Kebanyakan platform e-commerce yang ada saat ini disebut hanya bisa mewujudkannya jika ada promo tertentu. Berbeda dengan WowBid yang menawarkan harga di bawah harga pasar setiap harinya.

Sejauh ini WowBid hanya tersedia dalam bentuk aplikasi, termasuk di platform iOS yang diluncurkan pada pertengahan April 2019.

Tahun ini perusahaan optimis bisa melebarkan sayap ke negara-negara tetangga, seperti Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Myanmar. Negara-negara tersebut dinilai memiliki kesamaan karakteristik dengan Indonesia, terlebih konsep yang diusung WowBid juga masih tergolong baru.

“WowBid segera melakukan ekspansi ke luar negeri di akhir tahun 2019 ini,” jelas Chief Marketing Officer WowBid Ayu Soetopo.

Application Information Will Show Up Here

Setelah Go-News, Gojek Kenalkan Go-Mall dan Go-Komik

Awal tahun 2019 Gojek meluncurkan fitur-fitur hasil kolaborasi dengan pihak ketiga. Mereka adalah Go-News, Go-Mall, dan Go-Komik. Ketiganya akan melengkapi fitur yang sudah ada di dalam aplikasi Gojek dalam usahanya menjadi super app dengan time spent konsumen yang semakin lama.

Sejauh ini secara keseluruhan Gojek sudah memiliki 21 layanan dan 6 fitur dalam satu aplikasi yang menhubungkan 2 juta mitra dengan puluhan juta pelanggan di seluruh kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan data App Annie, Gojek disebut menjadi aplikasi on-demand dengan jumlah pengguna aktif bulanan terbanyak sepanjang tahun 2018.

Head of Third-Party Platform Gojek Sony Radhityo menyatakan, sebagai super app pertama di Indonesia, berbagai inovasi yang berhasil menjawab kebutuhan pengguna merupakan kunci dari pertumbuhan sejauh ini.

“Berbagai data internal dan eksternal kami menyatakan bahwa kebutuhan belanja dan mengakses info terkini menjadi perhatian penting bagi pelanggan Gojek dan lingkungannya. Kedua fitur ini [Go-Mall dan Go-News] menjawab kebutuhan tersebut, sesuai dengan tujuan kami untuk membantu pelanggan menemukan layanan yang mereka cari dalam satu aplikasi,” imbuh Sony.

Go-News merupakan fitur news aggregator yang dikembangkan dengan tujuan menambah alasan pengguna terhubung dengan aplikasi Gojek. Kumparan adalah portal berita pertama yang menjadi mitra.

JD.id dan Blibli menjadi platform e-commerce yang menjadi mitra Go-Mall. Dua platform belanja online ini dipilih karena dianggap bisa membantu visi Gojek membantu pengguna berbelanja berbagai macam kebutuhan.

Kolaborasi dengan JD.id dan Blibli untuk Go-Mall juga diikuti integrasi sistem pembayaran Go-Pay untuk kedua platform tersebut.

“Akan selalu ada tantangan baru. Seperti yang sudah kami buktikan selama ini, misi utama Gojek adalah terus menggunakan teknologi untuk menjadi solusi bagi tantangan-tantangan tersebut. Hal ini kami capai tentunya dengan mengutamakan kerja sama dengan para mitra dan partner bisnis kami untuk terus memberikan dampak sosial positif bagi masyarakat melalui keberadaan Gojek,” terang Sony.

Startup unicorn asal Indonesia ini juga mengembangkan Go-Komik, sebuah fitur yang memungkinkan pengguna membaca komik dari para komikus lokal. Menurut pantauan DailySocial, mereka yang sudah berpartisipasi adalah Tahilalats, Sebut Saja Oloy, dan Maghfirare.

Application Information Will Show Up Here

Emtek Tutup Layanan BBM Per 31 Mei 2019

Emtek resmi mengumumkan penghentian operasional aplikasi BBM per 31 Mei 2019. Ketidakmampuan meningkatkan jumlah pengguna aktif disinyalir menjadi penyebab utamanya. Pihak Emtek yang kami hubungi menolak menginformasikan bagaimana klausul antara Emtek dan BlackBerry selanjutnya.

Kemitraan Emtek dan BlackBerry dimulai tahun 2016 ketika BlackBerry Limited memberikan lisensi BBM Consumer kepada Emtek melalui Creative Media Works Pte. Ltd (CMW) dengan nilai awal $207,5 juta untuk jangka panjang. Emtek ingin mendorong BBM menjadi sebuah super app, seperti WeChat di Tiongkok, yang menjadi sentral kegiatan konsumen untuk penggunaan smartphone.

Kurang dari tiga tahun kemudian, layanan BBM untuk konsumen harus diakhiri.

Dalam pernyataan resminya, Emtek menyebutkan, “Tiga tahun lalu, kami mengawali perjalanan untuk memperbaharui BBM. [..] Namun tidak dapat dipungkiri, industri teknologi begitu dinamis. Walau kami telah mengerahkan berbagai upaya, banyak pengguna memilih untuk beranjak ke platform lain, sementara pengguna baru sulit didapat. Walaupun berat, kini telah tiba waktunya untuk kami pun beranjak.”

Menurut laporan keuangan tahun 2018, Emtek mengalami rugi bersih sebesar Rp2,62 triliun akibat penghapusan goodwill CMW senilai Rp1,97 triliun. Sebelumnya, di bulan Maret, BBM memastikan penutupan kantor di Kanada dan Singapura.

Perkenalkan BBMe

Pengguna kini diarahkan untuk mengunduh aplikasi BBM Enterprise (BBMe) yang telah tersedia di Google Play. Versi App Store-nya segera menyusul. Aplikasi ini akan tersedia gratis untuk satu tahun pertama, kemudian dikenakan biaya berlangganan selama enam bulan sebesar US$2,49 (hampir Rp35 ribu).

BBMe memiliki konsep yang kurang lebih sama dengan BBM, pengiriman pesan terenkripsi secara end-to-end dengan standar enterprise.

“Meskipun kami menghormati keputusan Emtek, kami sangat menyayangkan karena platform tidak berjalan dan berkembang seperti yang kami harapkan. Setelah melalui banyak pertimbangan, kami memutuskan bahwa pengguna setia BBM harus tetap memiliki platform pengiriman pesanan yang aman dan dapat dipercaya,” kata CMO BlackBerry Mark Wilson dalam keterangan resmi.

Wilson menjamin pihaknya tidak akan memonetisasi data pengguna sehingga layanan tidak akan meminta nomor telepon, menyarankan kontak ke pengguna, dan tidak melacak lokasi pengguna.

Secara fitur, BBMe tidak sekaya BBM yang dikembangkan Emtek. Tidak ada fitur channel, enhanced group, sticker, atau shop. BBMe cenderung ditujukan kepada mereka yang peduli pada keamanan data dan privasi pengguna.

“Layanan ini hanya memerlukan alamat email untuk mendaftar, tidak seperti aplikasi lain,” terang Wilson.

Application Information Will Show Up Here

Pencapaian dan Target Startup Teknologi Logistik Waresix

Setelah mendapatkan pendanaan pra-seri A sebesar $1,6 juta (setara 24 miliar Rupiah) yang dipimpin East Ventures dan Monk’s Hill Ventures, startup teknologi logistik yang menyediakan solusi penyimpanan end-to-end Waresix mengklaim telah menangani transaksi bulanan dengan nilai lebih dari 100 ribu metrik ton, dengan tingkat pertumbuhan 25% setiap bulannya. Besarnya wilayah di Indonesia kerap menjadi kendala terkait dengan logistik untuk berbagai industri.

“Kami berhasil mengatasi tantangan ini karena kami berinvestasi pada orang-orang yang tepat. Kami juga selalu berinovasi dengan teknologi dan berfokus pada kebutuhan pelanggan. Sedari awal Waresix membangun tim yang kuat dengan pemahaman komprehensif terkait rantai pasokan di Indonesia,” kata Co-founder & CEO Waresix Andree Susanto.

Perusahaan ini mengembangkan platform khusus untuk menghubungkan operator gudang dan penyedia transportasi darat maupun laut yang siap menyewakan ruangan penyimpanan mereka. Sejauh ini Waresix telah menjangkau baik kota besar maupun area terpencil di Indonesia untuk menangani kebutuhan kargo, pengisian ritel, penyimpanan suhu dingin, transportasi, dan layanan pergudangan internasional untuk klien luar negeri.

Waresix telah beroperasi di 10 kota meliputi Jakarta, Semarang, Surabaya, Pekanbaru, Bali, Makassar, Balikpapan, Bandung, Palembang, dan Dumai.

Fleksibilitas untuk pelanggan

Hingga saat ini terdapat lebih dari 2000 supplier yang mencakup operator gudang, penyedia transportasi darat dan bisnis. Baik berbentuk perusahaan maupun usaha menengah yang menggunakan platform Waresix untuk mencari layanan logistik sesuai kebutuhan mereka. Dengan platform tersebut, pelanggan bisa memilih layanan logistik yang memiliki pengetahuan dan keahlian lokal di bidang masing-masing, sehingga pelanggan mendapatkan jaminan dan ketenangan untuk urusan logistik yang mereka butuhkan.

Pelanggan juga memiliki fleksibilitas dalam mengubah spesifikasi pengiriman. Mereka bisa menggunakan gudang Waresix untuk konsolidasi dan dekonsolidasi, sehingga akan menjadikan sistem distribusi lebih efisien. Pelanggan juga dapat memanfaatkan armada truk yang disediakan oleh perusahaan rintisan ini. Pengguna layanan Waresix dapat menentukan pilihan penyimpanan sesuai kebutuhan dan melakukan pemesanan dalam waktu kurang dari 24 jam melalui platform.

Ke depannya, Waresix berencana untuk mempertahankan pertumbuhan bisnis dan memberdayakan klien, agar bisa mengelola rantai pasokan yang lebih transparan, efisien, dan praktis untuk meningkatkan laba usaha.

“Dengan memusatkan perhatian pada pelanggan sebagai mitra akuntabel yang memiliki komitmen untuk mengembangkan bisnisnya masing-masing, Waresix telah bertumbuh 15 kali lipat saat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan level pertumbuhan seperti ini, kami memproyeksikan akan mendapatkan laba dalam waktu dekat, namun kami memutuskan untuk menginvestasikan pendapatan ini demi membangun tim, infrastruktur, dan layanan yang lebih kuat,” kata Andre.