AnyMind Group Kantongi Pendanaan Seri B Plus Rp112 Miliar

Setelah sebelumnya telah mendapatkan pendanaan Seri B senilai $13,4 juta (sekitar 204 miliar Rupiah) dari LINE Corporation dan Mirai Creation Fund akhir tahun 2018 lalu, AnyMind Group kembali mengumumkan perolehan pendanaan Seri B Plus senilai Rp112 miliar. Dengan demikian perolehan dana Seri B perusahaan menjadi lebih dari 316 miliar rupiah. Investor yang terlibat dalam pendanaan kali ini adalah VGI Global Media Plc dan Tokyo Century Corporation.

CEO AnyMind Group Kosuke Sogo menyebutkan, pendanaan kali ini akan difokuskan untuk pengembangan bisnis AnyMind Group di Indonesia dan juga negara-negara lainnya. Berkantor pusat di Singapura, saat ini AnyMind Group memiliki lebih dari 400 staf dari 20 negara, di 13 kantor dan 11 pasar.

“Dengan adanya investor baru, kami sekarang berada di posisi yang kuat untuk mendorong industri periklanan, influencer marketing dan sumber daya manusia di Asia.”

Untuk mendukung pertumbuhan ekosistem influencer marketing, AnyMind Group melalui CastingAsia juga meluncurkan CastingAsia Creators Network. Platform yang nantinya bisa menjadi wadah bagi content creator di semua platform media sosial yang ada, bisa mendapatkan kesempatan untuk menambah wawasan, memperluas jaringan hingga berpotensi untuk mendapatkan sponsorship, jika bergabung dalam jaringan.

Selain di Indonesia, CastingAsia Creators Network juga hadir di Thailand, Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Ekspansi selanjutnya termasuk ke Singapura, Hong Kong, Taiwan dan jepang.

“Melalui jaringan ini nantinya content creator dari Indonesia bisa melakukan kolaborasi dengan content creator dari negara lainnya. CastingAsia akan membantu mereka mengembangkan kreasi dengan bergabung dalam jaringan CastingAsia Creators Network,” kata Sogo.

Secara keseluruhan CastingAsia telah memiliki sekitar 35 ribu lebih influencer mikro dan makro di 17 pasar. Di Indonesia sendiri saat ini telah bergabung sekitar 10 ribu influencer dan targetnya hingga akhir tahun 2019 jumlah tersebut akan bertambah menjadi 15 ribu influencer.

Untuk mendukung rencana tersebut, AnyMind Group telah mengakuisisi Moindy Digital Co.Ltd, yang merupakan jaringan multi-channel terkemuka di Thailand. AnyMind Group akan menampung merek Moindy di bawah portofolio CastingAsia.

“Pendanaan baru yang telah kami dapatkan salah satunya akan kami investasikan untuk mengembangkan CastingAsia Creators Network di pasar yang kami sasar. Kami melihat ke depannya tren influencer marketing memanfaatkan media sosial akan semakin masif dan terus bertambah jumlah hingga demand-nya,” kata Sogo.

Rebranding platform untuk publisher

Untuk mempermudah publisher mempelajari data dan mengolah data yang ada, AdAsia Holdings, penyedia solusi end-to-end periklanan dan bagian dari AnyMind Group, melakukan rebranding perusahaan untuk publisher menjadi AdAsia360 (sebelumnya bernama AdAsia Digital Platform untuk publisher). Turut dirilis gelombang pertama fitur baru yang akan mengubah platform menjadi asisten yang bisa mencakup semua untuk publisher.

AdAsia360 memungkinkan pemilik media online untuk mengelola dan melacak aliran pendapatan situs mereka di berbagai platform dari sisi penawaran dan jaringan iklan melalui marketplace swasta, penawaran secara real time, dan agregat serta optimalisasi permintaan sumber daya dan harga dasar melalui pembelajaran mesin (machine learning) untuk iklan video, native, dan display advertising.

“Alasan utama mengapa kami melakukan rebranding adalah, agar fokus kami tidak hanya melakukan monetisasi namun juga membantu publisher untuk mendapatkan data analytics dan hal-hal terkait lainnya memanfaatkan teknologi kami,” kata Sogo.

Meskipun mulai banyak bermunculan startup lokal hingga asing yang menyasar kepada advertising technology (adtech), tidak menjadikan pertumbuhan AdAsia Holdings menurun. Dengan produk yang dimiliki, diklaim AdAsia Holdings kerap mengalami pertumbuhan yang signifikan. Saat ini, AdAsia Holdings memiliki tim Publisher Engagement lokal di 11 pasarnya di Asia, memberikan publisher kustomisasi onboarding dan dasbor produk, situs, unit iklan, serta analisis, dan konsultasi strategi monetisasi.

“Kami melihat saat ini masih besar demand dan pertumbuhan bisnis kami yang menyasar advertising technology di AdAsia Holdings. Bukan hanya di Indonesia tapi negara lainnya,” kata Sogo.

Ovo Umumkan Kemitraan dengan Platform Fintech Bareksa, Taralite, dan Do-It

Ovo mengumumkan kemitraan strategis dengan tiga perusahaan fintech Bareksa, Taralite, dan Do-It dalam rangka merealisasikan ambisinya sebagai platform fintech dengan ekosistem terbuka. Dalam keterangan resmi, pihak Ovo tidak memberikan konfirmasi langsung terkait kabar berinvestasinya perusahaan ke Taralite.

“Kemitraan ini merupakan bentuk nyata komitmen Ovo untuk menghadirkan layanan finansial yang mampu merangkul seluruh masyarakat Indonesia. [..] Ovo terus menghadirkan solusi untuk menjawab kebutuhan pengguna dan merchant serta tercapainya inklusi keuangan yang berkesinambungan,” kata CEO Ovo Jason Thompson, Selasa (19/3).

Langkah strategis ini, sambungnya, mempertegas cakupan layanan Ovo di luar pembayaran, menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia untuk memperoleh pembiayaan yang cepat dan dapat diandalkan. Demikian pula untuk pelaku UKM yang kini berkesempatan memperoleh modal pengembangan usaha.

Secara terpisah, Co-Founder dan CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra mengonfirmasi bahwa ini hanya sebatas kemitraan strategis, sehingga tidak ada investasi khusus yang diberikan Ovo kepada perusahaan.

“Ini dalam rangka kolaborasi atau sinergi bisnis. [Selain dengan Ovo] Kami beberapa waktu ini sedang melakukan penjajakan strategic partnership dengan beberapa pihak untuk scaling up bisnis Bareksa ke depan,” ujarnya kepada DailySocial.

Dia melanjutkan, teknis implementasi dengan Ovo masih dalam proses pematangan. Bareksa juga bermitra dengan Tokopedia untuk produk reksa dana online.

Buat Do-It, kemitraan ini menandai momen penting perusahaan untuk mempercepat laju pertumbuhan. Sementara Taralite, lewat kolaborasi antara Ovo dan Tokopedia (lewat Ovo PayLater), menjadi peluang untuk menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia yang belum memperoleh layanan finansial secara optimal.

“Sebagai platform pinjaman online terpercaya, kerja sama ini akan diharapkan mampu meningkatkan pemerataan akses terhadap ekonomi digital,” ujar CEO Taralite Abraham Viktor.

Bukalapak Resmikan Kantor R&D Kedua di Surabaya

Setelah meresmikan pusat Research & Development pada bulan Febuari lalu di Bandung, Jawa Barat, Bukalapak kembali meresmikan kantor R&D di Surabaya Jawa Timur. Terletak di gedung Graha Pena, kantor ini terdiri atas tiga lantai.

Serupa dengan konsep R&D di Bandung, kantor R&D di Surabaya bisa dimanfaatkan engineer Bukalapak yang ingin kembali bekerja di kota asal, termasuk merekrut lebih banyak talenta digital di kota Pahlawan ini.

Kantor ini mampu menampung sekitar 250 pegawai. Saat ini masih belum banyak tim engineer yang bekerja di kantor R&D Surabaya, namun Bukalapak memiliki target untuk menambah tim secara bertahap.

“Saya melihat potensi yang besar di Jawa Timur, khususnya Surabaya. Sebagai perusahaan teknologi, menjadi penting bagi Bukalapak untuk menciptakan inovasi sekaligus mencetak digital talent yang berkualitas,” kata CEO Bukalapak Achmad Zaky.

Setelah Surabaya, Bukalapak juga memiliki rencana membuka kantor R&D di kota Medan. Salah satu alasan mengapa Bukalapak mendirikan kantor R&D di kota-kota tersebut adalah adanya permintaan dari komunitas dan tim engineer internal Bukalapak sendiri.

Berkolaborasi dengan Pemprov Jawa Timur

Turut hadir dalam acara tersebut Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Dalam sambutannya, Khofifah menyebutkan, Bukalapak diharapkan bisa membantu para petani hingga pemilik UKM Jawa Timur untuk melancarkan proses logistik dan pemasaran. Khofifah juga menyambut baik niat Bukalapak untuk berkolaborasi dengan Pemprov Jawa Timur menciptakan e-government yang komprehensif dan berguna untuk masyarakat.

Beberapa inovasi kolaborasi Bukalapak dengan pemerintah setempat berwujud portal layanan publik online terintegrasi “BukaJatim” dan program kampung pemasaran online Blitar.

“Saya tentunya berharap Bukalapak bisa menjadi pionir untuk kemudian maju bersama dengan Pemprov Jawa Timur meningkatkan leverage usaha mikro menjadi naik kelas melalui teknologi dan sumber daya yang dimiliki oleh Bukalapak.”

Khofifah melanjutkan, selama ini memang sangat dibutuhkan tenaga ahli yang bisa membantu masyarakat Jawa Timur meningkatkan bisnis dan mulai memanfaatkan teknologi untuk usaha yang mereka miliki. Sejalan dengan misi dari pemerintah mendukung teknologi 4.0, Pemprov ingin menciptakan inovasi dan mencetak talenta digital berkualitas dari daerah ini.

“Di Bukalapak sendiri sebanyak 52% talenta asal Jawa Timur berkarya di bidang TI sebagai engineer. Saya harap Bukalapak Research & Development di Surabaya bisa menjadi wadah bagi mereka untuk berkarya dan berinovasi untuk lebih siap menghadapi kompetisi secara global,” tutup Zaky.

Application Information Will Show Up Here

Golden Gate Ventures dan Hanwha Asset Management Umumkan Kongsi, Siap Berinvestasi untuk Pendanaan Seri B

Golden Gate Ventures dan Hanwha Asset Management mengumumkan kemitraan strategis untuk berinvestasi ke startup di Asia Tenggara pada tahap seri B. Segmen yang dibidik adalah startup yang fokus ke platform berbasis konsumer seperti marketplace, fintech, health-tech, dan logistic-as-a-service.

Dalam keterangan resminya, mereka percaya berinvestasi di segmen tersebut dapat mengambil kesempatan dari pertumbuha kelas menengah yang tengah tumbuh pesat. Di tambah dukungan penetrasi internet, smartphone, dan teknologi lainnya.

Startup yang fokus di bisnis konsumer, baik dalam mobilitas, perdagangan, atau logistik; akan menangkap data unik dari konsumen dan konsumer mikro. Data tersebut menjadi titik awal untuk pendalaman inklusi keuangan, layanan kesehatan, dan teknologi baru lainnya di seluruh Asia Tenggara.

Perwakilan Golden Gate menyebut, startup di Asia Tenggara mengalami kesenjangan pendanaan yang cukup jauh untuk bisa sampai ke seri B. Bahkan dari sisi investor, sulit ditemukan yang bersedia.

Alhasil, startup yang mencari pendanaan pada tahap ini seringkali berada di posisi sulit. Mereka melakukan putaran sindikasi dari banyak investor seri A atau mengajukan banding ke sumber alternatif, sehingga pada akhirnya tidak sesuai dengan karakteristik seperti dari perusahaan keluarga atau private equity (PE) global.

Mengacu pada data SVCA (Singapore Venture Capital & Private Equity Association), sebanyak 50% startup di AS dan Eropa yang sudah di tahap seri A sudah sampai ke seri B. Kondisi sebaliknya terjadi di Asia Tenggara, di mana kurang dari sepertiganya yang sudah sampai ke seri B.

“Penurunan yang dalam ini sebagian besar disebabkan oleh kurangnya sumber dana di wilayah tersebut.”

VC asal Singapura ini juga mencatat lebih dari 215 pendanaan seri A yang terjadi dalam kurun waktu dua tahun. Berdasarkan tren historis tersebut, kedua perusahaan mengharapkan setidaknya ada 80-110 peluang investasi seri B yang tersedia dalam dua tahun ke depan. Diyakini angka ini akan berlipat ganda dalam empat tahun mendatang.

Pengumuman kongsi investasi ini, sekaligus memperkuat hubungan kedua perusahaan yang sudah dijalin selama lima tahun lalu, tepatnya pada 2014. Pada waktu itu, ekosistem startup di Asia Tenggara masih awal terbentuk.

Kedua perusahaan akan memanfaatkan sumber daya satu sama lain untuk mengembangkan inisiasi berikutnya. Mulai dari jaringan global mitra korporat dan mitra investor, pengalaman mengelola aset, menyediakan tenaga profesional, dan lainnya.

Perlu diketahui, Golden Gate Ventures adalah VC yang fokus pada pendanaan tahap awal sejak diresmikan pada 2011. Beberapa portofolio-nya adalah Carousell, Alodokter, Carro, Funding Societies, Omise, Ruma, dan lainnya. Sementara, portofolio dari Hanwha Asset Management yang terkenal adalah Zymergen, N26, Yanolja, dan Grab.

Pengembang Layanan Manajemen Hotel “Zuzu” Dapatkan Pendanaan Seri A Senilai 52 Miliar Rupiah

Zuzu Hospitality Solutions (dulu dikenal dengan nama Zuzu Hotels) hari ini (19/3) mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $3,7 juta atau setara dengan 52.5 miliar Rupiah. Putaran pendanaan ini dipimpin oleh Wavemaker Partners, investor sebelumnya yang juga memimpin dalam pendanaan awal. Turut berpartisipasi beberapa investor termasuk Golden Gate Ventures, Convergence Venture, Alpha JWC Ventures, dan Line Ventures.

Penambahan modal yang didapat difokuskan untuk menguatkan operasionalnya di Indonesia, Taiwan, dan Singapura. Pihaknya juga berencana melakukan ekspansi ke beberapa wilayah di Asia Pasifik. Bersama dengan ini, Zuzu turut menunjuk beberapa veteran industri, yakni Jake Coleiro untuk menjadi Country Manager Zuzu Australia dan Prae Wattanalapa sebagai Country Manager Zuzu Thailand.

“Mendapatkan dukungan berkelanjutan dari investor menunjukkan bahwa kami masih selaras dengan misi untuk memberikan manajemen layanan hotel yang independen. Kami juga bersyukur telah mendapatkan investor baru untuk membantu fase ekspansi internasional berikutnya,” ujar Co-Founder Zuzu Dan Lynn.

Pasca pivot dan tidak menjalankan bisnis budget hotel (B2C), Zuzu fokus memberikan solusi manajemen untuk sistem operasi hotel (B2B). Melalui implementasi sistem digital miliknya, rata-rata hotel dapat menghadirkan efisiensi untuk meningkatkan pendapatan online hingga 30%. Misi Zuzu ialah memastikan hotel dapat fokus memberikan suguhan layanan terbaik bagi para tamunya, tanpa harus pusing mengurus operasional dan implementasi perangkat lunak yang berbelit untuk pelayanan.

Di Indonesia sebelumnya juga sudah ada layanan serupa yang memberikan sistem operasi untuk membantu manajemen perhotelan. Salah satunya ialah Caption, startup hospitality berbasis di Yogyakarta.

Indosat Ooredoo Kembangkan “Future Digital Economy Lab”

Bertujuan untuk menciptakan lebih banyak talenta digital di Indonesia, Indosat Ooredoo meresmikan Future Digital Economy Lab. Peluncuran ini diawali dengan kolaborasi Indosat Ooredoo Business dengan Institut Teknologi Bandung dalam bentuk IoT Innovation & Future Digital Economy Lab yang diresmikan Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto.

Indosat Ooredoo juga akan menggandeng sejumlah universitas lain, seperti Universitas Bina Nusantara, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Universitas Trilogi, STIE PERBANAS, President University, Universitas Prasetiya Mulya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan Universitas Udayana.

Fokus ke teknologi IoT

IoT menjadi fokus layanan telekomunikasi karena konsep konektivitas kini tidak lagi hanya dimiliki oleh laptop dan smartphone, tapi juga berbagai perangkat elektronik. Program Future Digital Economy Lab ini diharapkan mampu mendorong kehadiran inovasi, referensi desain produk, dan solusi untuk mengembangkan produk IoT ke skala industri. Kolaborasi R&D korporasi dan universitas menjadi kunci di sini.

“Kami berharap laboratorium ini dapat menjadi wadah untuk berkolaborasi mengembangkan ide inovasi, inkubasi beragam use case tepat guna berbasis IoT yang dapat meningkatkan perekonomian bangsa yang mandiri menuju kekuatan ekonomi ke-5 dunia. Program-program yang dijalankan di dalam Lab diharapkan menghasilkan karya nyata, berkualitas dan aplikatif untuk menjawab masalah di lapangan atau pengembangan bisnis,” ujar President Director & CEO Indosat Ooredoo Chris Kanter.

Rayakan Hari Jadi Ke-7, Lazada Perkenalkan Konsep “Shoppertainment”

Lazada memperkenalkan konsep “shoppertainment” sebagai inovasi teknologi yang bakal dikembangkan tahun ini dalam rangka merayakan hari jadinya yang ke-7. Konsep ini memadukan ritel online dan hiburan melalui kemampuan live streaming di dalam aplikasi (in-app).

Teknologi ini disokong penuh Alibaba, sebagai induk Lazada, dengan harapan dapat menjadikan perusahaan sebagai platform e-commerce terdepan di regional. Konsep ini sudah dipakai Alibaba melalui Tmall saat acara Single’s Day di 2016 dan Taobao.

“Alibaba sangat mendukung kami dengan teknologi mereka untuk menjadikan kami sebagai [platform] e-commerce terdepan di Asia Tenggara. Kami akan lanjutkan inisiasi ini secara rutin sepanjang tahun,” terang Chief Business Officer Lazada Indonesia Pierre Beckers, Senin (18/3).

Dia berharap inovasi teknologi ini dapat menggiring engagement lebih tinggi. Konsumen dapat memberikan komentar, like, kirim emoticon, sama seperti berselancar di media sosial. Sebelumnya konsep shoppertainment pertama kali diuji coba dalam momen Online Revolution di tahun lalu.

Diklaim, meski tanpa data detail, perusahaan mendapat banyak respons yang positif dari konsumen, sehingga memicu perusahaan untuk mengembangkan lebih lanjut.

Perhelatan akbar Lazada yang akan digelar pada akhir Maret ini jadi debut unjuk kebolehan fitur dan teknologi teranyarnya. Indonesia dipilih menjadi tuan rumah untuk perhelatan acara mengingat Indonesia menjadi pangsa pasar terbesar di Asia Tenggara.

Tayangan disiarkan secara langsung dan dapat disaksikan secara bersamaan di lima negara lain tempat Lazada beroperasi, yakni Singapura, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Thailand.

Selain “shoppertainment“, Lazada juga mengembangkan berbagai gamification yang dibalut dengan promo marketing untuk mendorong konsumen betah berlama-lama di aplikasi. Inisiasi ini sudah dilakukan sejak tahun lalu.

Perjalanan Lazada di Indonesia

Lazada tergolong pionir di industri e-commerce Indonesia sejak 2012. Perusahaan ini juga menjadi salah satu pencetus gelaran tahunan Hari Belanja Online Nasional. Pada tahun yang sama, Lazada meluncurkan Lazada Express dan layanan logistik Cash on Delivery.

Setahun berikutnya perusahaan meluncurkan Lazada Marketplace untuk membuka kesempatan para UKM terjun ke bisnis online. Pada 2014, Lazada merilis layanan Fulfillment by Lazada (FBL) untuk mengakomodasi para pelaku usaha dan seller dalam hal logistik dan distribusi.

Tahun 2016 menandai masuknya Alibaba ke Lazada. Sejak saat itu, Alibaba disebut-sebut membawa inovasi dan teknologi e-commerce di Lazada ke level baru.

Di 2017, Lazada menghadirkan Lazada Club dan Lazada University untuk mewadahi komunitas seller untuk berbagi ilmu dan pelatihan gratis. Mereka juga meluncurkan aplikasi khusus seller untuk mempermudah pemasaran produk.

Tahun lalu, Lazada membuka channel online mall LazMall dan LazStar Academy yang merupakan hasil kolaborasi dengan Alibaba Business School.

Kemudian ada pula pencarian produk dengan foto untuk mempermudah pembelian barang. Dari sisi fintech, Lazada merilis e-wallet “Lazada Credit” hasil kolaborasi dengan Dana, sebagai alternatif metode pembayaran. Lazada Credit dapat di-top up dengan dengan maksimum nominal Rp2 juta.

Pihak Lazada enggan membeberkan terkait kinerja perusahaan, entah itu total seller yang bergabung atau jumlah konsumennya. Aplikasi Lazada sendiri secara global telah diunduh lebih dari 100 juta kali.

Application Information Will Show Up Here

Startup Kesehatan Halodoc Kini Layani Paket Kesehatan untuk Korporat

Startup kesehatan Halodoc menambah layanan paket kesehatan untuk korporat dengan menggunakan jasa dokter yang sudah bermitra dengan perusahaan. Juga tersedia layanan pengiriman obat untuk setiap resep dengan bantuan jasa Go-Send. Layanan ini belum dihadirkan secara resmi oleh pihak Halodoc, namun sudah dipasarkan di kalangan korporat.

VP Marketing Communication Halodoc Felicia Kawilarang menjelaskan, secara potensi layanan ini menjadi solusi untuk tim HR dalam menghadirkan servis kepada karyawan. Mereka tidak perlu keluar kantor setiap kali butuh konsultasi dokter atau membeli obat dari resep dokter. Cukup membuka aplikasi Halodoc dari ruang kerja mereka.

“Secara industri, healthtech itu masih baru di Indonesia, sehingga banyak sekali yang bisa kita lakukan. Orang HR korporat juga tertarik tentang produk ini, sebab paket healthcare yang kami tawarkan itu murah, mudah, dan unsur convenience-nya juga ada,” katanya, pekan lalu (15/3).

Pengembangan produk ini adalah bagian dari ekspansi perusahaan pasca memperoleh pendanaan seri B pada awal tahun ini. Sekaligus memperluas jangkauannya di Indonesia dan meningkatkan produktivitas para dokter yang sudah bermitra dengan perusahaan

Felicia menyebut selama tiga tahun terakhir, Halodoc lebih banyak memfokuskan pada memperbanyak kuantitas dokter. Langkah berikutnya, adalah meningkatkan kualitas dokter dengan pelatihan-pelatihan agar mereka bisa melayani dengan lebih baik. Pun demikian, secara kuantitas jumlah dokter yang bergabung sudah meliputi seluruh Indonesia.

“Saat awal kita berdiri, banyak konsumen yang bilang dokternya enggak ramah, balasnya singkat. Itu sebenarnya bisa dilatih mungkin banyak yang belum terbiasa jawab konsultasi via chat. Untuk itu kami mau latih dokter agar bisa memiliki kemampuan customer service. Sebab dokter-dokter itu kan jadi wajahnya Halodoc.”

Terhitung Halodoc memiliki 20 ribu dokter terdaftar di seluruh Indonesia. Namun, yang aktif melayani konsumen lewat aplikasi hanya 500 orang. Filter ini bertujuan agar dokter dapat lebih maksimal memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan para konsumen.

“Kita mau keep angka tersebut, lebih manage komunitas [dokter] dan yang masuk ke aplikasi itu mau kita filter. Jadi harus lewati proses interview, tes psikolog, dan sebagainya.”

Kemitraan dengan Asuransi Adira

Halodoc menambah kemitraan dengan perusahaan asuransi, kali ini bermitra dengan Asuransi Adira untuk produk asuransi kesehatan Medicilin. Pelanggan Medicilin dapat berkonsultasi dokter melalui panggilan telepon, chat, atau video call. Apabila ada pembelian obat dapat dilakukan pula secara online melalui mitra apotek Halodoc.

Menariknya, setelah pelanggan menggunakan fasilitas tersebut secara otomatis memotong biaya klaim yang di-cover oleh Medicilin. Pelanggan cukup membayar biaya kelebihan apabila ada obat-obatan yang tidak di-cover asuransi. Kemitraan ini seperti ini sebelumnya sudah lakukan dengan FWD Life pada tahun lalu.

“Jadi pelanggan sudah tidak perlu bayar biaya up front, lalu di-reimburse oleh asuransi beberapa hari kemudian. Back end-nya Halodoc dan Adira sudah terhubung, jadi kita sudah tahu biaya dokter dan obat yang bisa di-cover.”

Kemitraan seperti ini, sambungnya, menguntungkan pihak asuransi karena mereka bisa menekan nilai klaim per kejadian sebesar 50%-70%. Dari sisi pelanggan asuransi pun, mereka tidak perlu antre berlama-lama setiap kali butuh bantuan medis. Mereka cukup memanfaatkan aplikasi Halodoc dan terhubung dengan dokter.

“Dengan layanan baru ini, kami ingin memberikan layanan kesehatan yang mudah diakses dan sesuai dengan gaya hidup pelanggan saat ini. Mereka juga bisa lakukan penghematan limit plafon Medicilin,” tambah Direct Business Division Head Asuransi Adira Eka Widiastuti.

Berhubung asuransi adalah industri yang ketat dengan aturan, proses integrasi sistem back end-nya kemungkinan butuh waktu, tergantung perusahaan asuransi itu sendiri. Dengan Adira, butuh waktu sampai dua tahun sampai akhirnya siap untuk publik.

Felicia menyebut tahun ini perusahaan juga akan perbanyak kemitraan dengan asuransi lainnya. Selain FWD Life dan Asuransi Adira, Halodoc telah bermitra dengan AXA Mandiri, Bumiputera, Cigna, dan Allianz. Aplikasi Halodoc kini telah diunduh lebih dari satu juta kali.

Application Information Will Show Up Here

JD.id Segera Tambah Tiga Gudang dan Kembangkan Toko Ritel Virtual

Platform e-commerce JD.id terus tancap gas untuk melayani masyarakat Indonesia pada hari jadinya yang ketiga. Sejumlah rencana akan dilakukan JD.id pada tahun ini, di antaranya menambah tiga gudang baru dan memperluas dua gudang lama yang memiliki aktivitas tinggi.

Perusahaan juga akan mengembangkan lebih lanjut inovasi yang sudah diluncurkan tahun lalu, yakni toko ritel modern JD.id Virtual. Hanya saja, pihak JD.id masih menutup rapat-rapat terkait hal tersebut. Namun dipastikan inisiasi teranyar ini akan dirilis pada akhir bulan ini.

“Komitmen kami untuk JD.id Virtual akan dilanjutkan, akhir Maret ini akan ada follow up-nya. Setelah stasiun kereta api, akan ada lokasi baru,” kata Head of Corp Communications & Public Affairs JD.id Teddy Arifianto, Jumat, (15/3).

Teddy melanjutkan, komitmen ini merupakan bagian investasi perusahaan dalam mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia.

“Ini [JD.ID Virtual] bukan buat cari untung, tapi buat experience, mengubah kebiasaan. Sama seperti waktu ada ATM di 1986, orang baru mulai ngeh dengan fungsinya 12 tahun kemudian saat BCA agresif. Ubah gaya hidup itu yang susah.”

Sebelumnya, pada Agustus 2018, perusahaan meresmikan toko tanpa kasir bernama JD X-Mart. Kini JD.ID X bisa menerima pembayaran dengan Go-Pay setelah scan wajah pengguna.

Terkait penambahan gudang, sambungnya, perusahaan akan menambah di tiga lokasi baru. Satu di antaranya akan disiapkan untuk melayani transaksi di bagian timur Indonesia. Sebanyak tujuh gudang telah beroperasi di Jakarta (Cibitung dan Marunda), Surabaya, Pontianak, Medan, Makassar, dan Semarang.

Di samping itu, JD.ID akan memperkuat lini bisnis curated marketplace yang sebenarnya sudah dimulai pada tahun lalu. Teddy menjelaskan, penjual yang bisa bergabung di sini konsepnya bukan C2C seperti marketplace kebanyakan. Penjual diharuskan memenuhi kualifikasi tertentu yang ditetapkan perusahaan.

Karena adanya proses kurasi, penjual marketplace yang tersedia di bagian ini adalah mereka yang memiliki brand baik. Dua hal yang terpenting adalah mereka harus mampu memenuhi syarat fulfillment, yaitu punya stok yang cukup banyak ketika pemesanan datang membludak dan memiliki komitmen menjaga consumer experience yang diinginkan perusahaan.

Untuk armada logistik, penjual dibebaskan memilih J-Express (layanan logistik internal JD.ID) atau memakai jasa yang lain.

Sejak meresmikan kehadirannya di Indonesia pada 2016, JD.id terus berusaha memperkuat kehadirannya dengan berbagai inovasi dan gimmick marketing. Perusahaan kini memiliki lebih dari 1 juta SKU. Diklaim JD.ID memiliki 20 juta pengguna teregistrasi, dengan sekitar 10 juta di antaranya adalah pengguna aktif.

Lima kategori produk yang paling banyak terjual adalah gadget, peralatan rumah tangga, JD Mart, komputer, dan aksesoris. Secara total JD.id memiliki 18 kategori produk, mulai dari barang mewah (JD Luxe), pulsa, travel (flight & hotel), JD Global, JD Fresh, sampai JD Golf.

Application Information Will Show Up Here

Ovo Dikabarkan Telah Akuisisi Platform P2P Lending Taralite

Ovo, salah satu pemain unggulan di sektor pembayaran digital, dikabarkan telah mengakuisisi Taralite, sebuah layanan peer-to-peer lending. Rencananya akuisisi ini akan membantu Ovo menyediakan berbagai produk pembiayaan bagi pembeli dan merchant dalam ekosistem Ovo.

CEO Taralite Abraham Viktor, seperti dikutip dari KrAsia, tetap menjadi CEO perusahaan. Meskipun demikian, ia juga terlibat di dalam operasional Ovo sebagai Head of Strategy & Innovation Lab.

Taralite sendiri merupakan perusahaan teknologi finansial yang berdiri sejak tahun 2015 silam. Solusi yang ditawarkan Taralite fokus pada pemberian pinjaman modal untuk pedagang online/merchant yang tidak dapat difasilitasi bank.

Taralite terakhir kali mendapatkan pendanaan pada tahun 2017 dari SBI Group senilai Rp 84 miliar rupiah. Taralite juga menjalin kerja sama dengan beberapa platform online seperti Tokopedia, Lazada, Doku, Hacktiv8, dan Jurnal.

Awal tahun ini Ovo dan Taralite bekerja sama menghadirkan metode pembayaran Ovo PayLater untuk platform Tokopedia. Menurut sumber kami, akan lebih banyak lagi produk-produk pembiayaan yang akan dihasilkan dari kedua entitas ini.

Application Information Will Show Up Here