Platform Media Busana dan Gaya Hidup “The Shonet” Umumkan Pendanaan Awal dari Maloekoe Ventures

The Shonet (akronim dari “Shopping Network”) merupakan platform media sosial yang fokus pada konten busana, kecantikan, dan gaya hidup di Indonesia. Baru-baru ini startup tersebut mendapatkan pendanaan awal (seed funding) dari Maloekoe Ventures. Tidak disebutkan detail nilai pendanaan. Rencananya modal tambahan tersebut akan digunakan untuk meningkatkan teknologi, pemasaran, dan tim.

Melalui layanannya, The Shonet ingin menyatukan semua pihak yang terlibat dalam tren busana, mulai dari pakar, jurnalis, dan penikmat sehingga dapat saling berbagi dan menginspirasi. Merek atau pengusung busana pada akhirnya dapat turut menjual atau mengiklankan produknya melalui platform tersebut. Konten The Shonet saat ini juga sudah diintegrasikan dengan beberapa aplikasi, termasuk Grab Daily dan Line Today.

Startup ini didirikan oleh Elisabeth Kurniawan bersama dengan Erick Soedjasa dan beberapa pakar lain di dunia media. Elisabeth sendiri sebelumnya bekerja untuk beberapa merek busana internasional seperti Cartier, Van Cleef & Arpels, dan Saint Laurent. Ia juga menjadi salah satu sosok pendiri portal Popbela.com, media khusus perempuan di jaringan IDN Media.

Selain itu The Shonet juga diperkuat jajaran direksi, termasuk Bing Chen mantan Global Head of Creator Development & Management YouTube, yang akan membantu merancang dan memberi arahan berkaitan dengan pengembangan ekosistem influencer di platform.

“Bersama The Shonet kita akan mendefinisikan kembali kultur masa depan dan komersialisasi busana, kecantikan, dan gaya hidup di wilayah Asia Tenggara,” ujar Elisabeth yang juga menjabat sebagai CEO.

Mengenai pendanaan yang diberikan, Managing Partner Maloekoe Ventures Andrien Gheur mengatakan, The Shonet menghadirkan platform unik yang dapat memberdayakan influencer dan konsumen penggemar dunia busana, sembari memungkinkan merek dan pengiklan untuk mencapai target pasar secara spesifik. Platform ini juga didesain untuk mengakomodasi kebutuhan milenial dan gen Z dalam menemukan informasi berkaitan dengan tren busana.

Indonesia saat ini diperkirakan memiliki 43 pengguna internet aktif dari kalangan milenial dan gen Z. Demografi pengguna tersebut diprediksi akan menghasilkan pendapatan dari pembelian online hingga $16,5 miliar di tahun 2021 mendatang. Kategori utama yang paling diminati ialah terkait busana dan gaya hidup. Peluang tersebut yang ingin digali lebih dalam oleh The Shonet.

Grab dan Sinar Mas Land Kerja Sama Strategis untuk “Digital Smart City” di BSD City

Grab dan Sinar Mas Land meresmikan kerja sama strategis untuk pengembangan integrated smart digital city di BSD City. Grab akan menjadi mitra teknologi di kota tersebut dengan menghadirkan berbagai inovasi terbaru yang sejalan dengan solusi di bidang konektivitas dan mobilitas.

Lewat penandatangan nota kesepahaman pada hari ini (4/3), akan mengawali kerja sama lainnya antara Grab dengan Sinarmas Group. Dalam kesempatan tersebut turut dihadiri Group CEO Sinar Mas Land Michael Widjaja dan Group CEO dan Co-Founder Grab Anthony Tan.

Perlu diketahui, investasi yang disiapkan Grab dalam kerja sama ini diungkapkan sudah termasuk bagian dari master plan Grab for Indonesia 2020 sebesar US$700 juta dan Grab Ventures dengan investasi US$250 juta.

“Indonesia masih memiliki tantangan besar soal konektivitas dan mobilitas. Jadi masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Sinar Mas Land gandeng expert di bidang teknologi agar masyarakat BSD dapat lebih mudah melakukan kegiatan sehari-harinya,” ucap Managing Director Sinar Mas Land Donny Rahayu.

Kehadiran Grab, sambungnya, sejalan dengan upaya BSD City yang sedang bertransformasi ke arah digital smart city. Yang mana, upaya tersebut sudah dirintis sejak kota ini dibangun pada lebih dari 30 tahun yang lalu. Teknologi yang sudah dikembangkan Sinar Mas Land, salah satunya aplikasi OneSmile bakal disiapkan agar dapat terintegrasi dengan Grab.

President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menambahkan ada tiga inisiatif yang akan dilakukan Grab di BSD City ke depannya. Yang terdekat adalah menjalankan metode pemetaan daerah BSD City untuk memudahkan penumpang menentukan titik penjemputan dan pengantaran yang lebih akurat.

Kemudian, melakukan uji coba Personal Mobility Devices (PMD) yang dapat menjadi sarana transportasi personal jarak dekat dengan biaya terjangkau. Terakhir, melakukan program pilot solusi mobilitas berbagi di kawasan BSD City.

“Dalam teknologi transportasi itu banyak mobilitas di dalamnya, untuk intracity bisa kita berikan seperti shuttle tapi the new way. Juga ada feeder, namun semuanya dengan teknologi baru dengan tujuan pengalaman yang sebaik-baiknya untuk pelanggan,” kata Ridzki.

Ridzki menyebut PMD sudah diujicoba dan terbukti di Singapura dengan layanan GrabWheels yang menggunakan e-scooter. Di sana, Grab bermitra dengan National University of Singapore (NUS) untuk moda transportasi para mahasiswanya.

Di BSD City, Grab akan membangun Grab Innovation and Engineering Lab sebagai pusat penelitian dan pengembangan inovasi di GOP 9, BSD City, yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan untuk menciptakan sistem transportasi yang cerdas dan tertata. Lokasi ini berada di gedung yang sama dengan Apple.

Di samping itu, Grab akan menyelenggarakan program Grab Ventures Velocity di BSD City untuk pelatihan dan mentoring buat startup terpilih. Mereka diberi kesempatan mengembangkan bisnis dan bergabung dalam aplikasi Grab. Disebutkan, BSD City adalah integrated smart digital city pertama di Indonesia dengan lokasi tepat untuk program tersebut.

Selain memberikan solusi untuk permasalahan transportasi, kedua perusahaan ini juga berupaya mendukung UKM lokal berbasis kuliner di kawasan tersebut dengan mendirikan dapur satelit yang disebut Kitchen by GrabFood.

“Dalam every day super app di luar moda transportasi, Grab mau berdayakan lebih banyak lagi UKM dengan teknologi yang kami punya. Sebab teknologi bisa membuat produktivitas mereka lebih baik, akses pasarnya pun bisa lebih luas.”

Konsep Kitchen by GrabFood pertama kali dikenalkan pada September 2018 dengan memilih Jakarta Barat, bertepat di Kedoya. Dalam konsep ini, Grab menyediakan food court untuk UKM kuliner terpilih dan hanya fokus ke layanan take away buat setiap pemesanan yang datang dari GrabFood.

Application Information Will Show Up Here

Tambah Investasi, Astra dan Gojek Dirikan “Joint Venture”

PT Astra Internasional Tbk (Astra) dan Gojek hari ini (4/3) mengumumkan kesepakatan membentuk perusahaan patungan (joint venture) untuk pengembangan bisnis ride hailing roda empat. Pihak Astra juga mengumumkan keterlibatannya di  tahap pertama putaran pendanaan Seri F Gojek dengan nilai investasi $100 juta atau setara dengan Rp1,4 triliun. Secara total Astra telah menyuntikkan dana sekitar 3,5 triliun Rupiah untuk Gojek.

Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk Prijono Sugiarto mengungkapkan, pembentukan perusahaan patungan dan partisipasi Astra dalam pendanaan Seri F ini menunjukkan kepercayaan pihaknya kepada Gojek, sekaligus wujud nyata eksplorasi kerja sama untuk menciptakan sinergi bisnis otomotif Astra.

“Kami berharap kerja sama ini dapat membantu masyarakat luas masuk ke sektor ekonomi formal, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini sejalan dengan cita-cita Astra untuk sejahtera bersama bangsa,” terang Prijono.

CEO dan Founder Gojek Nadiem Makarim menambahkan, potensi perekonomian digital di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, harus bisa dimaksimalkan para pelaku bisnis dengan menggabungkan kekuatan di masing-masing industri.

“Gabungan kekuatan Astra di bidang otomotif dan Gojek di bidang teknologi melalui kerja sama ini diharapkan akan membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk memiliki sumber penghasilan, sehingga mampu untuk meningkatkan kesejahteraan,” terangnya.

Kemitraan strategis yang terjalin antara Astra dan GOJEK diharapkan dapat memaksimalkan potensi Indonesia untuk terus menjadi pelopor ekonomi digital terdepan di kawasan Asia Tenggara. Sebagai holding perusahaan otomotif, Astra saat ini terus mengusahakan sejumlah inisiatif digital di bidang ini, termasuk pendirian Astra Digital.

Perusahaan patungan yang digagas Astra dan Gojek ini direncanakan akan menyediakan ribuan unit armada dengan sistem pengelolaan kendaraan yang didukung Astra FMS (Fleet Management System) dan teknologi “ride hailing” Gojek, khususnya layanan Go-Car.

Gojek saat ini telah menjadi salah satu perusahaan layanan transportasi on-demand terbesar dengan 130 juta pengguna dan 2 juta mitra pengemudi.

Application Information Will Show Up Here

Halodoc Dapatkan Pendanaan Seri B Senilai 919 Miliar Rupiah, Dipimpin UOB Venture Management

Startup kesehatan Halodoc hari ini (04/3) mengumumkan perolehan pendanaan seri B senilai $65 juta atau setara dengan 919.5 miliar Rupiah. Pendanaan dipimpin oleh UOB Venture Management, dengan keterlibatan Singtel Innov8, Korea Investment Partners, WuXi AppTec, dan beberapa investor Halodoc sebelumnya.

Dana modal tersebut akan digunakan untuk melanjutkan pengembangan teknologi dan infrastruktur layanan kesehatan Halodoc. Selain itu akan digunakan juga untuk memperluas kerja sama strategis dengan berbagai rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan di seluruh Indonesia.

Didirikan sejak April 2016, Halodoc merupakan platform layanan kesehatan digital berbasis apkikasi dan website yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan komunikasi dengan lebih dari 20 ribu dokter berlisensi di Indonesia. Pengguna juga dapat melakukan pemesanan cek laboratorium di rumah dan pemesanan obat melalui jaringan apotek dengan durasi pengantaran kurang dari 1 jam — sudah ada lebih dari 1300 apotek yang bermitra.

“Dua tahun terakhir ini kami mengalami perkembangan yang pesat sebagai platform digital kesehatan di Indonesia. Sampai hari ini, Halodoc telah memberikan layanan kesehatan yang nyaman dan terpercaya bagi 2 juta penggunanya setiap bulan, di mana setengahnya berada di luar pulau Jawa. Terdapat potensi yang besar bagi kami untuk memanfaatkan teknologi guna memperluas jangkauan layanan kesehatan konvensional, serta menyediakan akses kesehatan yang lebih baik bagi populasi besar Indonesia,” ujar Founder & CEO Halodoc Jonathan Sudharta.

Di tahun 2018 pengguna Halodoc meningkat lebih dari 2.500%, mencerminkan tingginya permintaan layanan kesehatan digital. Berdasarkan data Frost and Sullivan, nilai industri kesehatan di Indonesia diperkirakan akan mencapai $21 triliun pada 2019, meningkat dari $7 triliun di 2014.

Halodoc belum lama ini dinobatkan sebagai “Most Innovative Start-up in Asia” pada November 2018 oleh Galen Growth Asia, sebuah organisasi yang mengamati ekosistem startup kesehatan di Asia Pasifik.

Managing Director & CEO UOB Venture Management Kian-Wee Seah mengatakan, “Visi Halodoc adalah menggunakan teknologi untuk memperluas akses pelayanan kesehatan berkualitas dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kesehatan yang terbatas di negara yang luas seperti Indonesia. Investasi kami di Halodoc ini merefleksikan pendekatan investasi bertanggung jawab untuk mendukung kemajuan ekonomi dan sosial.”

Halodoc telah bekerja sama dengan lebih dari 1400 rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan di Indonesia. Kerja sama ini memungkinkan penggunanya untuk memangkas waktu tunggu di apotek serta memanfaatkan kemudahan layanan asuransi pada kunjungan ke rumah sakit.

Selain dengan rumah sakit, Halodoc juga membangun kemitraan strategis dengan para mitranya, misalnya Openspace Ventures, Grup Clemont, Blibli.com, InvesIdea, dan Gojek. Dengan Gojek, mereka mengaplikasikan sistem Halodoc untuk layanan Go-Med.

Application Information Will Show Up Here

Marketplace Qlapa Resmi Tutup Layanan

Marketplace khusus kerajinan lokal Qlapa resmi menutup layanan per Sabtu, (2/3), lewat pengumuman yang disebarluaskan di situs dan akun media sosialnya. Gagal mengembangkan Qlapa sebagai bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan menjadi alasan di balik keputusan ini.

Sebelumnya, pihak Qlapa mengumumkan restrukturisasi operasional kepada para pelanggannya sejak 13 Desember 2018. Sejak saat itu, semua akses dari situs maupun aplikasi ditutup. Transaksi pun tidak dapat dilakukan. Info yang diterima pelanggan pun simpang siur. Ada yang menyebut layanan kembali dibuka pada sampai akhir Desember, namun tak kunjung ada kabar sampai dua bulan kemudian.

Dalam penjelasannya, Qlapa mengklaim telah menyalurkan puluhan miliar Rupiah ke para perajin lokal selama hampir empat tahun beroperasi. Aplikasi Qlapa dianugerahi sebagai “Hidden Gem” oleh Google Play dan dianugerahi sebagai startup dengan pertumbuhan paling menjanjikan menurut majalah Forbes Asia.

Namun, sambung manajemen, perjalanan ini harus berakhir lantaran Qlapa tidak mampu menjadi bisnis yang menguntungkan dan berkesinambungan. Bersamaan dengan pengumuman ini, aplikasi Qlapa ditarik dari Google Play.

“Kami masih percaya pada kualitas, cerita, dan rasa cinta terhadap produk kerajinan tangan Indonesia. Masih ada tugas yang perlu dilakukan, ada mimpi-mimpi yang harus diwujudkan. Tapi untuk sekarang, kami harus mengucapkan selamat tinggal. Layanan kami tidak lagi tersedia mulai 2019. Sebuah keputusan yang sulit, namun harus kami ambil.”

Secara terpisah, Co-Founder dan CEO Qlapa Benny Fajarai mengonfirmasi perusahaan telah menyelesaikan seluruh kewajibannya baik kepada penjual, pelanggan, maupun karyawannya.

“Ya tentu saja [menyelesaikan semua kewajiban],” kata dia kepada DailySocial.

Saat ditanya mengenai pembelajaran yang bisa dipetik dan rencana berikutnya, Benny enggan memberikan komentarnya lebih jauh.

Pada 2017, Qlapa merengkuh pendanaan seri A dengan nilai yang tidak disebutkan dipimpin Aavishkaar Frontier Funds (AFF). Investor lain yang juga terlibat dalam pendanaan untuk Qlapa antara lain Kapan Lagi Network (KLN), Global Founders Capital (GFC), dan Budi Setiadharma (angel investor).

Startup lain yang memiliki segmen beririsan dengan Qlapa contohnya Moselo dan Ku Ka. Persaingan ketat di industri e-commerce jadi tantangan yang harus diperhatikan agar tetap bertahan di Indonesia. Saat ini berbagai situs e-commerce besar seperti Blibli, Lazada, dan Shopee memiliki kolom khusus untuk memasarkan kerajinan lokal.

Techstars dan Coworking Space “Kumpul” Kembali Gelar Startup Weekend Indonesia 2019

Techstars, startup akselerator dari Amerika Serikat, bersama dengan Kumpul, platform komunitas dan coworking space, kembali menggelar Startup Weekend Indonesia 2019. Diharapkan perhelatan yang sudah memasuki tahun kelima di Indonesia ini dapat menjaring lebih banyak orang baru yang sekadar ingin mendalami soal startup.

Dalam konferensi pers yang digelar hari ini, Program Startup untuk Manajer Regional APAC Techstars Lalitha Wamel menjelaskan kehadiran program ini bertujuan untuk menjawab tantangan di industri. Terlebih, dari data yang ia kutip, Indonesia adalah negara keempat terbesar dalam hal pertumbuhan startup di dunia, setelah Inggris, India, dan Amerika Serikat.

Di samping itu, sebanyak 80% perusahaan pemula di Indonesia gagal pada tahun pertama karena persiapan buruk dari sudut pandang manajemen dan keuangan. “Hanya ada 1,56% technopreneur dari total populasi Indonesia dibandingkan dengan Singapura yang memiliki 7%,” katanya, Jumat (1/3).

Startup Weekend Indonesia, sambungnya, didukung Google for Startups untuk materi kurikulum bagi para peserta selama program tiga hari tersebut. Materi yang disiapkan ini telah disesuaikan dan teruji dalam mempercepat proses pengembangan startup, dari membentuk tim, brainstorming ide, validasi, hingga membuat MVP.

Co-Founder dan CEO Kumpul Faye Alund menambahkan, bergabungnya Kumpul dalam Startup Weekend Indonesia ini diharapkan dapat menjaring lebih banyak orang dari berbagai kalangan untuk bergabung dan mencoba bagaimana mendirikan startup. Oleh karena itu, untuk menjadi peserta tidak ada batasan umur, apalagi profesi. Semua bisa bergabung.

Faye bilang, di tahun ini ditargetkan pihaknya akan menyelenggarakan 48 kegiatan. Setiap kegiatan diharapkan akan berisi 50-100 orang dan membentuk maksimal 15 tim.

Pada hari pertama, setiap peserta akan berkenalan dengan satu sama lain dan pitching memberikan ide. Esok harinya, peserta bakal diajarkan soal design thinking, membangun bisnis, dan mencari data. Hari terakhir akan membahas bagaimana membuat prototype (MVP) yang akan dipakai untuk pitching di depan juri.

“Ini bisa buat ajang coba-coba, bisa jadi lanjut [buat startup] atau tidak. Itu terserah masing-masing. Makanya kami tidak buat batasan apapun untuk jadi peserta,” kata Faye.

Apabila pasca Startup Weekend ada yang tertarik untuk melanjutkan, maka akan diarahkan untuk mengikuti program pendukung yang lain. Program Startup Weekend Indonesia akan dimulai pada April 2019 mendatang di Jakarta. Kota lainnya yang akan segera menyusul adalah Bandung, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, dan Bali.

Beberapa lulusan Startup Weekend Indonesia adalah Gringgo dan TaniHub. Co-Founder TaniHub Michael Jovan mengatakan perusahaan berdiri setelah dirinya bertemu dengan lima co-founder lainnya lewat Startup Weekend Indonesia di 2015. Hingga kini TaniHub telah berkembang dengan 124 orang di seluruh Indonesia.

“Di Startup Weekend Indonesia jadi ajang untuk bertemu dengan siapapun. Saya bertemu dengan co-founder TaniHub dan sesuai visi misinya sampai akhirnya TaniHub berdiri sampai sekarang,” katanya.

Porsi Iklan Digital di Indonesia Baru Rp2,4 Triliun Sepanjang 2018

Mengutip data Nielsen, The Mobile Marketing Association (MMA) Indonesia Chapter menyebut belanja iklan di Indonesia sebesar Rp40,7 triliun di 2018. Namun iklan digital baru menyentuh 6% dari total tersebut atau sekitar Rp2,4 triliun.

Spending digital ini kebanyakan lari ke platform mobile. Ke depannya, potensi peningkatan belanja iklan digital akan terus membesar karena bertambahnya jumlah pengguna smartphone di Indonesia,” sebut Program Director MMA Asia Pacific Azalea Aina, kemarin (28/2).

Dia menambahkan, cara konsumen mengonsumsi iklan lambat laun akan bergeser ke arah mobile. Pasalnya, sebanyak 97% pengguna internet di Indonesia menggunakan smartphone sebagai akses utama mendapatkan informasi. Dari total tersebut, 89% di antaranya menggunakan smartphone Android.

Fakta lainnya, banyak orang Indonesia yang mengonsumsi konten dari smartphone bersamaan dengan saat menonton acara di televisi. Untuk itu, dia melihat beriklan ke media tersebut adalah komplementer dari keseluruhan strategi iklan, bukan dianggap sebagai sampingan saja.

“Kreatif dalam beriklan itu harus menyesuaikan dengan tren yang dikonsumsi masyarakat sekarang, bentuknya perlu menarik karena konsumen cenderung cepat dalam mengambil keputusan saat melihat iklan lewat smartphone mereka.”

Mengutip data lainnya, situs mobile yang paling banyak dikunjungi orang Indonesia adalah Google.com, Facebook, media daring Tribunnews, blogger.com, dan Google.co.id. Sementara lama kunjungan didominasi oleh Facebook dan Google.com.

Untuk aplikasi mobile, yang paling banyak dikunjungi adalah Google Play, disusul WhatsApp, YouTube, Google Search, Gmail, dan Google Maps. Sementara untuk lama kunjungan, statistik ini dikuasai Facebook Lite, WhatsApp, Facebook, dan YouTube.

Tren iklan digital tahun 2019

Sehubungan fakta di atas, konsumsi video dari perangkat smartphone diprediksi akan terus meningkat. Cara mengonsumsinya pun berbentuk vertikal, seperti layaknya menggunakan smartphone dalam keseharian.

Mengutip data Telkomsel, video adalah kategori yang paling dominan di konsumsi oleh para pelanggan. Volumenya mencapai 33% dari total konsumsi data. Bahkan diprediksi volume konsumsi data per pelanggan akan meningkat sampai 59% secara YTD.

Telkomsel mencatat pelanggan secara rerata mengonsumsi data video sebanyak 1,05 Gigabyte per bulannya. Perusahaan telekomunikasi tersebut memprediksi konsumsi data mencapai lebih dari 120 Petabyte pada 2020 mendatang.

“Implikasi dari tayangan video vertikal ini mempengaruhi brand untuk mengikuti tren tersebut karena sekarang cara konsumsi masyarakatnya sudah berubah.”

Tren lainnya yang berhubungan dengan iklan digital adalah meningkatnya aksi iklan penipuan. Indonesia disebut-sebut sebagai negara kedua dengan tingkat iklan penipuan tertinggi di dunia, setelah India.

Iklan penipuan ini masih belum bisa ditangani dengan baik oleh para pengiklan, sehingga banyak iklan yang muncul di tempat yang tidak semestinya. Di Asia Pasifik, iklan penipuan ini diprediksi merugikan pengiklan sampai US$56 miliar pada 2022, naik US$19 miliar dari tahun 2018.

Dilihat dari opsi beriklan, pengiklan bisa memanfaatkan kehadiran aplikasi game yang kini kian digandrungi oleh orang Indonesia. Secara industri, pemain game didominasi kaum perempuan 58%, sementara laki-laki 55%. Usia pemain game dikuasai oleh golongan 25-34 tahun (65%), 16-24 tahun (64%), 35-44 tahun (63%), dan terakhir 45-64 tahun (47%).

Menurut Azalea, buat para pengiklan aplikasi game ini bisa menjadi media iklan yang menarik karena memiliki pangsa pasar yang luas. Industrinya pun semakin terdukung oleh berbagai kompetisi skala nasional maupun regional.

“Brand itu belum banyak yang mau beriklan ke game, mungkin tahun ini akan semakin tinggi didukung oleh faktor pendukungnya. Dari kami akan ada workshop khusus terkait ini, kita mau edukasi semua pihak apa plus minusnya,” pungkasnya.

Resmikan cabang di Indonesia

Seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna smartphone, MMA secara resmi membuka cabangnya di Indonesia. MMA Indonesia Chapter resmi dibentuk pada 19 Desember 2018. Kehadiran MMA diharapkan mempercepat transformasi dan inovasi pemasaran melalui seluler.

Sebagai salah satu dari 10 negara yang aktif berinternet seluler, Indonesia dianggap memiliki potensi pasar yang paling menarik di industri pemasaran seluler. MMA mengklaim sebagai satu-satunya asosiasi perdagangan global yang menyatukan seluruh ekosistem pemasar, agensi iklan, dan penjual teknologi.

Dalam asosiasi ini terpilih sembilan pemimpin yang mewakili masing-masing industri, termasuk Hemant Bakshi (Unilever Indonesia), Sri Widowati (Facebook Indonesia), Dharnesh Gordhon (Nestle Indonesia), Steve Christian (KLY), dan Hellen Katherina (Nielsen).

“MMA hadir untuk membantu menciptakan lanskap pemasaran seluler yang berkelanjutan di Indonesia,” terang Country Manager MMA Indonesia Shanti Tolani.

Layanan P2P Lending KreditPro Resmikan Kehadiran, Targetkan Tiga Ribu Nasabah dari Kalangan UKM

Layanan p2p lending KreditPro (PT Tri Digi Finance Indonesia), yang masih terafiliasi dengan grup Digiasia Bios, meresmikan kehadiran dengan menawarkan produk pinjaman “Faedah Komunitas.” Produk ini diarahkan untuk pinjaman produktif dengan konsep komunitas buat mengurangi risiko kredit macet.

Manager of Business Development KreditPro Ana Kartika menjelaskan Faedah Komunitas adalah pinjaman modal yang diberikan kepada pelaku usaha untuk pengembangan UKM dengan cara membentuk komunitas yang beranggotakan minimal 5 sampai 10 orang.

Setiap orang dalam komunitas dapat mengajukan pinjaman mulai dari Rp1 juta sampai Rp10 juta. Adapun tenor yang ditawarkan maksimal 12 bulan dan bunga moderat antara 15%-40% per tahun.

Mereka pun tidak perlu memberikan jaminan. Pencairan dan pembayaran tidak dilakukan dengan uang tunai, sepenuhnya lewat bank transfer, atau lewat PayPro. Semua jenis usaha bisa mengajukan pinjaman ke KreditPro.

Perusahaan menjamin dalam kurun tiga hari, setelah proses verifikasi selesai, dana akan dikirim ke rekening nasabah apabila disetujui permohonannya.

“Komunitas yang dibangun itu terbentuk karena ada hubungan emosional dan percaya antar tiap anggotanya. Yang mana, trust tersebut dapat memotivasi mereka untuk meningkatkan taraf hidupnya.”

Komunitas ini merupakan strategi KreditPro dalam mengurangi risiko kredit macet. Dalam lapis pertamanya, perusahaan memeriksa dari histori keuangan apabila pernah memanfaatkan layanan finansial. Kemudian, memeriksa risiko usaha mereka apakah benar usahanya masih berjalan, stabil, dan sebagainya.

“Terakhir, melihat background check berdasarkan lingkungan sekitarnya. Hal ini untuk memastikan pinjaman yang kami berikan itu benar-benar berkualitas.”

Ada tim Area Coordinator yang akan mengawasi setiap komunitas di tiap kota. Tugas mereka yang lain adalah mengajak kumpul setiap bulannya, sekadar memberikan motivasi dan mencarikan solusi dari semua keluhan-keluhan mereka.

Adapun saat ini KreditPro baru melayani 13 kota yang tersebar di Jawa Barat dan Jawa Timur. Kota tersebut diantaranya Tangerang, Bandung, Majalengka, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Semarang, Yogyakarta, Cilacap, dan Banyumas.

Sejak diluncurkan pada Oktober 2018, kini ada 117 kelompok Faedah Komunitas yang telah terbentuk dengan anggota 900 orang yang terdiri dari pelaku UKM dan petani.

Chief of P2P Lending KreditPro Jun Jiao Yeap menambahkan untuk sementara KreditPro belum membuka pendaftaran untuk lender individu. Dia tidak mendetilkan lebih dalam kapan rencana tersebut akan dibuka. Untuk sementara, pemberi dana baru berasal dari kalangan institusi.

Rencana KreditPro

Ana melanjutkan, secara bertahap pihaknya akan terus ekspansi ke seluruh bagian kota di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Diharapkan sampai akhir tahun ini KreditPro dapat hadir di 45 kota. Jumlah nasabahnya ditargetkan dapat tembus ke angka 3 ribu orang sampai akhir 2019.

Untuk Jawa Timur akan segera disambangi pada tahun depan. Dia mengakui meski gerak perusahaan tidak seagresif pemain lainnya, pihaknya ingin memastikan bahwa pinjaman yang disalurkan itu benar-benar berkualitas sesuai dengan visi perusahaan.

Faedah Komunitas ini sebenarnya belum mewakili layanan KreditPro secara keseluruhan. Masih ada layanan pembiayaan tagihan dan working capital yang belum resmi dirilis.

Secara ekosistem, KreditPro berdiri di bawah induk usaha Digiasia Bios yang fokus ke layanan finansial. Perusahaan lainnya, selain KreditPro adalah KasPro, PayPro, BankPro, PoinPro dan RemitPro. Diklaim seluruh perusahaan ini sudah memiliki izin dan terdaftar baik itu di Bank Indonesia maupun OJK.

Antar perusahaan ini akan membentuk suatu ekosistem yang saling terhubung dan menyokong satu sama lain. Salah satu contohnya adalah KasPro, ke depannya di dalam aplikasi KasPro akan menyediakan fitur Bayar Nanti yang teknologinya didukung penuh KreditPro.

Proposition yang kami tawarkan kepada pasar adalah ekosistem finansial yang menyeluruh. Antar produk yang dihadirkan dalam holding kami akan saling menglengkapi satu sama lain. Kami tidak akan ambil strategi bakar uang seperti pemain lain,” pungkas CEO KreditPro Adeleheid Helena Bokau.

Kalibrr Bidik 1,2 Juta Kandidat Terdaftar di Indonesia Tahun Ini

Startup teknologi rekrutmen Kalibrr menargetkan bisa menjaring 1,2 juta kandidat terdaftar di Indonesia tahun ini. Kenaikan bakal didorong dengan perbanyak kemitraan dengan komunitas, universitas, dan mengadakan kegiatan rutin setiap bulannya.

Country Strategy Head Kalibrr Permata Indwita menerangkan, sejak dua tahun beroperasi di Indonesia, Kalibrr terus mencatatkan kenaikan bisnis secara keseluruhan sampai dua kali lipat. Baik itu dari jumlah pencari kerja, klien perusahaan, dan sebagainya.

Tahun lalu, Kalibrr telah memiliki lebih dari 500 klien, 700 ribu kandidat dengan penambahan 50 ribu pencari kerja baru setiap bulannya. Di samping itu, terdapat lebih dari 10.900 pekerjaan dengan berbagai posisi yang tersedia. Dari total tersebut, sebanyak 1 juta percakapan terjadi melalui email.

Permata mengestimasi tahun lalu perusahaan telah berhasil mempertemukan lebih dari 40 ribu kandidat dengan pekerjaan yang mereka bidik. Sekitar 70% di antaranya adalah posisi untuk level supervisor, associate, dan senior manager. Rata-rata kandidat tersebut sudah bekerja selama 2 tahun sampai 9 tahun.

“Tahun ini kami ingin tumbuh dua kali lipat jadi ada 1,2 juta pencari kerja yang mendaftarkan ke platform kami,” terangnya, kemarin (27/2).

Permata menambahkan, semakin banyak data pencari kerja yang terkumpul tentunya akan semakin mempermudah calon kandidat dengan perusahaan dalam menemukan kandidat yang tepat. Pasalnya, Kalibrr memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) agar mempermudah kandidat dalam menemukan lowongan pekerjaan yang cocok dengan profil mereka.

Ketika kandidat mendapat rekomendasi lowongan pekerjaan saat mengakses aplikasi Kalibrr, cukup geser ke kanan atau ke kiri apabila tertarik. Berikutnya, mereka cukup mengisi data-data yang dibutuhkan oleh perusahaan bila tertarik. Metode ini kurang lebih mirip dengan aplikasi online dating semacam Tinder.

Begitupun untuk perusahaan, teknologi AI akan permudah mereka mengumpulkan calon kandidat sesuai preferensi dalam suatu kolam. Nanti perusahaan cukup mengirim surat undangan untuk menarik kandidat yang diidamkan. Dengan cara tersebut, proses perekrutan akan jauh lebih efisien.

“Dari hasil riset internal kami menemukan, kandidat yang di-invite lewat AI memiliki tingkat akurasi 4 kali lebih tinggi untuk di-interview daripada yang pakai proses manual.”

Tak hanya dibantu lewat AI, Kalibrr menggaet Google Jobs untuk menjangkau lebih banyak calon kandidat yang mencari pekerjaan langsung lewat mesin pencari raksasa tersebut. Sebelum dengan Google, Kalibrr bekerja sama dengan Facebook dan LinkedIn. Kemitraan semacam ini menguntungkan, baik dari sisi calon kandidat maupun perusahaan.

Selain di Indonesia, Kalibrr hadir di Filipina. Bila dua negara ini digabung, terdapat 1,7 juta kandidat yang telah terdaftar, 24 ribu recruiter, dan 6 juta percakapan terjadi sepanjang tahun lalu.

Menurut wawancara sebelumnya, tahun ini Kalibrr berencana melebarkan sayapnya ke Vietnam. Ekspansi ini dilakukan dalam rangka mewujudkan visi sebagai perusahaan teknologi rekrutmen terdepan.

Application Information Will Show Up Here

Coworking Space Asal Belanda “Spaces” Resmikan Kehadiran, Sasar Penggiat Startup Lokal dan Multinasional

Spaces, coworking space dari Belanda, meresmikan kehadirannya di Indonesia dengan lokasi pertamanya di World Trade Center 3 (WTC 3) di kawasan Jenderal Sudirman, Jakarta. Spaces tidak spesifik menyasar penggiat startup saja tapi juga menawarkan pengguna dari perusahaan multinasional yang berniat mengembangkan bisnisnya di Indonesia.

Spaces adalah sister company dari Regus, jaringan penyedia ruang kerja fleksibel global. Regus sendiri di Indonesia memiliki jaringan yang cukup luas, tersebar di Bali, Jakarta, Serpong, Balikpapan, Makassar, Surabaya, Bandung dan Medan. Secara global, Regus hadir di tiga ribu lokasi di 120 negara.

Baik Spaces dan Regus berada di bawah induk International Workplace Group (IWG). Spaces sendiri sudah beroperasi sejak 2006 dan memiliki jaringan di Eropa, Amerika Serikat, Amerika Latin, Australia, dan Asia. Di kawasan Asia Tenggara saja, Spaces telah hadir di Thailand, Singapura, dan Filipina. Malaysia dan Vietnam akan segera menyusul dalam tahun ini.

“Saat ini semakin banyak pemilik usaha kecil hingga profesional menyadari bahwa solusi kerja fleksibel adalah pintu gerbang untuk dapat masuk ke komunitas yang baru. Jakarta adalah titik awal bagi banyak perusahaan baru, UKM, dan wirausahawan muda untuk bertemu, bekerja, berhubungan, berinteraksi, dan bertukar ide,” kata Wakil Presiden Regional IWG Lars Wittig, Rabu (27/2).

Dengan lahan seluas 2.226 meter persegi di lantai 2, 3, dan 20 di WTC 3, Spaces menyediakan Business Lounge, Common Area, dan 150 Private Office. Ruangan seperti Business Lounge dapat disewa per jam dan ruangan lainnya dapat disewa secara bulanan hingga tahunan.

Pemesanan sepenuhnya dilakukan secara aplikasi, termasuk untuk memilih lokasi, pembayaran dengan kartu kredit dan upgrade kartu keanggotaan. Wittig menyebut WTC dipilih lantaran dalam lokasi ini terdapat aktivitas bisnis yang tinggi, ditambah kehadiran berbagai perusahaan lokal dan multinasional. Serta, akses transportasi yang cukup mudah.

Seluruh perabotan diimpor langsung dari Eropa. Gaya dekorasi terinspirasi dari negara-negara Skandinavia dengan desain minimalis. Suasana ini diharapkan bisa mendukung produktivitas kerja para tenant, merasa nyaman seperti berada di rumah.

Didukung dengan jaringan global Regus, para anggota Spaces dapat memanfaatkan setiap ruangan di Regus untuk bekerja dan terhubung dengan orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya, kesempatan ini tidak bisa didapatkan untuk anggota Regus.

“Kelebihan ini bisa dimanfaatkan untuk orang-orang yang ingin mengembangkan bisnis di Indonesia. Bertemu janji dengan relasi bisnis bisa dilakukan lewat Spaces, cukup dengan menunjukkan kartu keanggotaan saja.”

Wittig memastikan untuk memperluas nilai tambah dan dorong konsep kolaborasi untuk para anggotanya di seluruh dunia, pihaknya berkomitmen untuk ekspansi ke lokasi lainnya di Indonesia dan menaruh investasi awal dengan nilai yang signifikan.

Kendati demikian, dia enggan menyebut berapa banyak lokasi yang bakal dibidik untuk tahun ini. Wittig hanya mengatakan Jakarta akan menjadi kota utama yang bakal dibidik, secara perlahan akan masuk ke kota tier dua.

“Lokasi itu penting untuk coworking space karena fleksibel working butuh network yang tidak terbatas, apalagi didorong oleh kaum milennial. Kita ada kekuatan di situ. Ditambah secara industri, kami melihat pertumbuhannya secara tahunan mencapai 25%-30%.”

Dalam studi internal yang dilakukan IWG mengungkapkan, 98% profesional di Indonesia memilih ruang kerja fleksibel yang memungkinkan mereka menjadi lebih produktif saat bepergian.