GrabExpress Car dan GrabExpress Nalangin Bantu UMKM Memproses Pengiriman Barang

Untuk mengakomodasi kebutuhan penjual dan pelaku UMKM, Grab luncurkan layanan GrabExpress Car dan GrabExpress Nalangin. Layanan yang baru tersedia di Jabodetabek (Car) dan Jakarta (Nalangin) ini diharapkan memudahkan pemilik bisnis melakukan proses logistik lebih cepat dengan layanan pengiriman barang berkapasitas lebih besar.

Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menegaskan, selama ini Grab ingin membantu lebih banyak UMKM dengan menghadirkan layanan yang dibutuhkan dan berfungsi dengan baik.

“Kita memanfaatkan semua mitra GrabCar yang jumlahnya makin meningkat untuk kemudian mulai memanfaatkan layanan GrabExpress Car. Di sisi lain kita juga ingin memberikan layanan baru untuk pengguna.”

Bantu lancarkan proses logistik

Mengklaim memiliki perbedaan dengan layanan logistik pihak ketiga lainnya, GrabExpress Car memanfaatkan mitra dengan mobil kapasitas 6 seater. Selain itu ketika memanfaatkan layanan tersebut pengguna akan mendapatkan tanda bukti seperti layanan logistik pada umumnya — biasanya dibutuhkan untuk informasi ke pembeli.

Di aplikasi juga ada real time tracking, termasuk layanan call center yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna.  juga mampu mengirimkan lebih banyak barang hingga ke lima destinasi dalam satu kali pemesanan. Untuk tarif yang dikenakan mulai dari Rp16.000 untuk pengantaran di wilayah Jabodetabek.

“Untuk memudahkan proses, daftar kontak telepon yang tersimpan pada smartphone kini juga terintegrasi langsung dengan aplikasi Grab, sehingga memudahkan pengguna dalam memilih dan mengisi rincian kontak penerima barang saat melakukan pemesanan layanan,” kata Head of 2 Wheels Transport & Logistics Grab Indonesia, Gita Prihanto.

Sementara itu layanan lainnya yaitu GrabExpress Nalangin berfungsi sebagai layanan Cash On Delivery (COD) dengan armada sepeda motor. Mungkinkan wirausahawan mikro mengirimkan produknya ke pembeli dengan biaya pembelian produk yang ditanggung terlebih dulu oleh mitra pengemudi. Dalam tahap uji coba, layanan ini akan tersedia secara eksklusif bagi merchant yang melakukan pengiriman secara aktif dalam 3 bulan terakhir.

Meluncurkan GrabClub

Sebelumnya Grab juga mengumumkan layanan GrabClub dalam pembaruan aplikasi, merupakan layanan berlangganan bulanan dengan menu khusus yang tersedia dalam aplikasi. Mungkinkan pengguna menikmati semua layanan di Grab dengan potongan harga hingga 50%.

Pembaruan aplikasi untuk layanan GrabClub sudah dirilis untuk pengguna di Indonesia. Namun demikian Ridzki mengatakan kepada DailySocial belum mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai peluncuran layanan GrabClub dan akan memberikan informasi lebih lanjut di kemudian hari.

Application Information Will Show Up Here

Induk Perusahaan Fintech Lending “Finmas” Dapatkan Pendanaan $105 Juta, Sinar Mas Turut Terlibat

Perusahaan pengembang teknologi finansial asal Hong Kong bernama Oriente –juga sebagai induk fintech lending Finmas– hari ini mengumumkan perolehan investasi seri A senilai $105 juta (setara dengan 1.5 triliun Rupiah). Investasi kali ini cukup unik, karena yang turut terlibat di dalamnya adalah konglomerasi dari tiga negara yang berbeda, yakni Sinar Mas (Indonesia), Berjaya (Malaysia), dan JG Summit (Filipina). Perolehan pendanaan ini turut memecahkan rekor menjadi pendanaan seri A dengan nilai terbesar di Asia.

Kami sudah mencoba menghubungi pihak terkait, menanyakan apakah pendanaan dari Sinar Mas Group disampaikan melalui unit investasinya SMDV atau LVP, namun sampai tulisan ini terbit belum mendapatkan jawaban. Sebelumnya melalui SMDV, belum lama ini Sinar Mas Group juga berinvestasi pada startup luar negeri bernama Eko.

Pendanaan Oriente akan difokuskan untuk peningkatan teknologi dan pengembangan produk. Selain itu penguatan layanan yang sudah ada dan ekspansi lanjutan di Asia Tenggara akan turut mendapat porsi dalam alokasi dana modal baru tersebut. Oriente saat ini mengoperasikan dua paltform fintech lending, yakni Finmas di Indonesia dan Cashalo di Filipina. Layanan fintech Oriente menargetkan kalangan unbankable dan permodalan bagi UMKM.

Dalam rilisnya, salah satu pendiri Oriente yang juga mantan co-founder Skype, Geoffrey Prentice, mengatakan bahwa Oriente didirikan dengan prinsip inklusi dan inovasi. Visinya untuk membuka akses keuangan, kebebasan, dan kesempatan bagi orang-orang yang kurang terlayani oleh layanan perbankan. Dengan demikian mereka (unbankable) bisa berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi global.

Sejak didirikan pada tahun 2017, saat ini Oriente sudah memiliki kantor perwakilan di beberapa wilayah untuk penguatan bisnis dan persiapan ekspansi, yakni Hong Kong (HQ), Shanghai, Singapura, Taipei, Manila, Jakarta dan Ho Chi Minh. Di Indonesia, Finmas berada di bawah naungan PT Oriente Mas Sejahtera. Mereka juga telah terdaftar dan diawasi OJK, sehingga sudah mendapatkan legal mengoperasikan fintech lending. Sinar Mas juga menjadi mitra strategis dalam operasional layanan Finmas.

Application Information Will Show Up Here

Minggu Ini Go-Jek Akan Luncurkan Layanan di Singapura

Setelah rencana ekspansinya resmi dikabarkan beberapa waktu lalu, kini beredar kabar Go-Jek akan segera meluncurkan versi “beta” layanannya di Singapura pada Kamis (29/11) ini. Peluncuran layanan tahap awal tersebut baru akan bisa dinikmati oleh konsumen dalam jumlah terbatas.

Sebelumnya Go-Jek telah menjalin kemitraan strategis dengan Bank DBS untuk mendukung pelebaran sayapnya di Singapura. Dalam rilis penandatanganan perjanjian beberapa waktu lalu, Presiden Go-Jek Andre Soelistyo menyampaikan, pasca kerja sama ini Go-Jek di Singapura akan diluncurkan dalam waktu dekat.

Di rilis yang sama juga disampaikan bahwa pelanggan DBS nantinya akan mendapatkan kesempatan dan penawaran khusus untuk layanan Go-Jek di fase awal.  Karena DBS akan menjadi mitra strategis layanan dompet digital di aplikasi Go-Jek.

Menurut penelitian McKisney & Company, Singapura adalah salah satu negara dengan penetrasi model pembayaran non tunai paling matang di Asia, bersama Hong Kong dan Korea Selatan. Sehingga sangat tidak efisien jika Go-Jek menjajakan layanan ride-hailing tanpa dibarengi sistem pembayaran digital.

Babak baru ekosistem ride-hailing di Singapura

Akuisisi layanan Uber di Asia Tenggara membuat persaingan layanan ride-hailing di Singapura memudar. Opsi layanan mengerucut pada Grab. Meski menolak dibilang memonopoli pasar, pada kenyataannya tidak ada pesaing yang berimbang. Masuknya Go-Jek memberikan angin segar pada persaingan di ekosistem ride-hailing Singapura.

Kebutuhan layanan alternatif selain Grab secara tidak langsung ditunjukkan. Layanan taksi ComfortDelGro salah satu yang menerima dampak baiknya. Perusahaan mengaku pasca Uber tidak ada, pemesanan layanan justru meningkat. Kondisi tersebut turut dilihat sebagai kesempatan emas bagi pengembang ride-hailing lainnya, salah satunya Tada.

Namun untuk menyaingi Grab memang membutuhkan banyak upaya. Pasalnya perusahaan terus melakukan penggalangan dana untuk menyulap aplikasi sehingga menghadirkan layanan multi-fungsi. Memiliki modal besar artinya dapat melakukan banyak hal untuk mengakuisisi pengguna.

Hadirnya Go-Jek –dengan dukungan permodalan yang tidak kecil, kabar terakhir investor lamanya akan menambah pendanaan hingga membawa valuasi mencapai $9 miliar—dapat menghadirkan opsi layanan yang berimbang. Menyajikan layanan berbasis aplikasi untuk kebutuhan transportasi di Singapura.

Pasar di Singapura memang tidak sebesar negara asal atau tujuan ekspansi Go-Jek lainnya. Penggunanya tidak sebesar di Indonesia atau Vietnam. Namun Singapura tampak seperti menjadi sebuah pembuktian, setelah Grab beradu di Indonesia, saatnya Go-Jek bertandang membuktikan kekuatannya di negara asal lawan.

Persaingan Go-Jek dan Grab masih akan menarik untuk diikuti dalam babak selanjutnya. Mungkin tidak hanya seputar layanan transportasi, melainkan kepada layanan-layanan lain yang terus diinovasikan oleh kedua perusahaan.

Application Information Will Show Up Here

Bappebti Segera Keluarkan Regulasi Pembelian Emas Digital Akhir Tahun Ini

Berniat melindungi mayarakat dari risiko penjualan emas digital, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Beppebti) menyiapkan aturan yang rencananya akan dirampungkan akhir tahun ini.

Aturan ini nantinya akan meregulasi transaksi emasi digital, termasuk di dalamnya perdagangan emas digital melalui skema cicilan, termasuk mengharuskan penjual atau lembaga yang menjual emas memiliki produk emas secara fisik sebelum menawarkan layanannya ke masyarakat.

“Yang jelas, mereka harus punya emasnya dulu sesuai izin dari Bappebti. Terus, nanti penyelesainnya melalui kliring. Jadi semua diatur sesuai dengan turan, sehingga masyarakat terlindungi,” terang Kepala Bappebti Indrasari Wisnu Wardhana.

Aturan mengenai penjualan emas digital ini sengaja disiapkan untuk melindungi konsumen dari penipuan atau potensi kerugian yang muncul akibat kesalahan dari penyedia layanan.

Wisnu yakin potensi nasabah emas cukup besar, dan mereka harus mendapat perlindungan agar bisa mendapatkan emas ketika sudah menyelesaikan proses pembayaran.

“Sedang proses [regulasinya]. Mudah-mudahan tahun ini [rampung] kalau yang untuk emas itu. Perdagangan cicilan emas online ini memang belum ada kasus yang muncul. Tapi kita prediksi, kalau ini enggak diatur bagaimana kalau ada orang cicil emas, tetapi pada saat jatuh tempo emasnya engga ada,” imbuh Wisnu.

Peluang di sektor penyedia layanan investasi atau jual beli emas secara online cukup besar. Hal ini tergambar dari makin banyaknya startup jual beli emas digital tahun ini, termasuk yang digagas dua unicorn, Tokopedia dan Bukalapak.

Untuk mewujudkan fitur tersebut Tokopedia menggandeng Orori untuk fitur Tokopedia Emas dan Bukalapak menggandeng PT Sinar Rezeki Handal (Indo Gold) untuk fitur BukaEmas. Kemudahan yang ditawarkan adalah pembelian emas secara cicilan, tidak harus dalam nominal per gram yang biasa ditawarkan oleh penjualan emas batangan konvensional. Saat ini satu gram emas berada di kisaran Rp650.000.

Rencana Google Tingkatkan Ekonomi Digital di Indonesia

Dalam laporan yang diterbitkan Google dan Temasek disebutkan, Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang memiliki pengguna internet terbesar. Fakta tersebut menjadikan Indonesia pasar yang ideal untuk startup digital melancarkan bisnis. Bukan hanya kepada startup unicorn seperti Go-Jek, Traveloka dan Tokopedia, namun investor juga mulai melirik startup baru yang memiliki produk potensial.

Seperti yang dirangkum DailySocial, laporan bertajuk e-Conomy SEA 2018 turut mencatat pertumbuhan investasi di kawasan regional. Sepanjang paruh pertama tahun 2018 (H1), angkanya sudah mencapai $9,1 miliar — meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.

Dalam laporan tersebut Google juga memprediksi, sektor e-commerce, online media, online travel, ride-hailing akan mendapatkan investasi lebih banyak lagi di tahun mendatang. Google juga memprediksi, ekonomi internet di Indonesia akan tumbuh 4 kali lipat pada tahun 2025 mencapai $100 miliar.

Kepada DailySocial Managing Director Google Indonesia yang baru beberapa bulan menjabat Randy Jusuf mengungkapkan, laporan yang dihadirkan oleh Google dan Temasek memvalidasi apa yang terjadi dari tren dan kondisi yang ada.

“Saya melihat setiap hari sudah banyak berita soal pertumbuhan startup di Indonesia, investasi, konsolidasi dan lainnya. Laporan ini menurut saya memvalidasi apa yang terjadi saat ini,” kata Randy.

Randy berharap selanjutnya pihak terkait bukan hanya membaca dan memahami saja laporan yang telah diterbitkan, namun juga ada aksi yang bisa segera dilakukan untuk meningkatkan performa bisnis.

“Laporan ini tentunya bisa digunakan bagaimana idealnya informasi ini untuk bisa maju ke depan, menggunakan informasi dengan investor agar bisa mendapatkan investasi dan memiliki keyakinan masa depan,” kata Randy.

Kantor baru dan inisiasi “Google for Indonesia”

Selain memiliki Managing Director baru, Google juga telah memindahkan kantor mereka yang sebelumnya di seputar Senayan ke kawasan SCBD Jakarta. Tidak berbeda jauh dengan desain kantor sebelumnya, kantor Google Indonesia yang baru juga syarat dengan dekorasi khas Indonesia dan ruangan kerja hingga bermain yang luas untuk pegawai.

Di bawah kepemimpinan baru, Randy juga memiliki rencana untuk meningkatkan relasi dengan pemerintah dan pihak terkait guna membantu lebih banyak UKM di Indonesia. Salah satu rencana yang bakal diluncurkan adalah “Google for Indonesia” sebuah kegiatan yang dalam waktu dekat akan diresmikan oleh Google Indonesia.

“Bukan hanya fokus kepada UKM, Google juga ingin membantu startup dan pihak lainnya guna membantu meningkatkan ekonomi di Indonesia. Untuk itu nantikan rencana dari Google untuk Indonesia selanjutnya,” tutup Randy.

Co-Founder & CTO Traveloka Derianto Kusuma Mengundurkan Diri

Hari ini (27/11) Traveloka resmi mengumumkan pengunduran diri salah satu pendirinya yang juga menjabat sebagai CTO, Derianto Kusuma. Ia akan efektif melepas jabatan CTO per 30 November 2018. Sebelumnya kami sudah mendengar kabar pengunduran ini sejak awal bulan lalu. Namun demikian pihak Traveloka saat itu memilih tidak memberikan komentar terkait hal tersebut.

Bersama dengan pendiri lainnya, Deri mendirikan Traveloka pada tahun 2012 dan berhasil membawa perusahaan ini untuk mencapai pertumbuhan yang luar biasa.

“Deri memiliki peran yang tidak tertandingi dalam pertumbuhan dan kesuksesan Traveloka dengan perannya yang tidak hanya membangun dan membesarkan sistem dan kapabilitas teknologi yang sustainable, tapi juga organisasi yang sustainable,” kata Ferry Unardi, Co-Founder & CEO Traveloka.

Ferry menambahkan, “Deri telah mempertimbangkan hal ini selama beberapa bulan dan mengadakan diskusi bersama saya dan para investor. Proses serah terima pekerjaan telah dipersiapkan, dan kami akan meneruskan apa yang telah kami bangun untuk Traveloka. Kami akan terus berkembang dan fokus untuk mencapai tujuan jangka panjang kami, menjadi perusahaan teknologi kelas dunia yang digunakan oleh jutaan orang.”

Sementara itu Deri berkomentar, “Perjalanan saya dengan Traveloka sungguh luar biasa, dari lahirnya Traveloka, mengimplementasikan pola pikir dan kapabilitas kelas dunia di Asia Tenggara di mana kami menawarkan para pelanggan dan mitra kami standar baru dalam kualitas dan akuntabilitas dalam seluruh operasi kami, hingga mengatasi berbagai jenis tantangan dalam berbagai tahapan tumbuhnya Traveloka. Saya senang dapat bekerja dengan semuanya dalam membawa Traveloka ke titik ini.”

“Traveloka kini sedang melalui tahap transisi, pekerjaan transformasi teknologi saya telah selesai dengan terbentuknya tim yang kuat untuk membawa pondasi kokoh kami untuk terus maju dan jalan untuk Traveloka ke depannya telah terjamin dengan pembiayaan atau investasi terbaru. Kini adalah waktu yang tepat bagi saya untuk melanjutkan bab selanjutnya dari hidup saya.”

Kabarnya Derianto akan fokus untuk mengembangkan usaha baru dalam kategori yang berbeda dengan Traveloka.

Application Information Will Show Up Here

SMDV Pimpin Pendanaan $20 Juta untuk Eko, Startup SaaS Bisnis Asal Thailand

Startup pengembang platform komunikasi dan kolaborasi bisnis asal Thailand bernama Eko baru saja mengumumkan pendanaan seri B senilai $20 juta. Pendanaan tersebut dipimpin Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), dengan partisipasi beberapa investor lain termasuk RedBeat Ventures (unit investasi dari AirAsia), Eas Ventures, dan Gobi Partners.

Founder & CEO Eko, Korawad Chearavanont, mengatakan bahwa perolehan modal kali ini akan digunakan untuk melakukan ekspansi pasar ke Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat. Sebagai informasi, Korawad merupakan keluarga dari konglomerat bisnis Chearavanont di Thailand, memimpin Charoen Pokphand Group.

Aplikasi Eko sekilas mengingatkan pada beberapa platform, seperti Slack, Microsoft Teams, juga Facebook Workplace. Namun demikian Korawad menyampaikan, bahwa produk yang dikembangkan lebih dari sekadar alat untuk komunikasi dan kolaborasi. Karena di dalamnya juga didesain berbagai fitur untuk menunjang pekerjaan secara jarak jauh.

Ada berbagai fitur yang didesain untuk alur kerja di dalam aplikasi Eko. Beberapa di antaranya sistem persetujuan hierarki, penugasan, tanda tangan digital hingga fasilitas untuk keperluan audit. Solusi Eko didesain untuk memfasilitasi beragam jenis bisnis, mulai dari perhotelan, ritel, korporasi, konstruksi hingga bidang kesehatan.

Sebagai sebuah SaaS, Eko dijajakan dalam bentuk berlangganan – disediakan dalam paket-paket sesuai ukuran bisnis. Menurut penelitian IDC, potensi platform kolaborasi seperti itu cukup besar. Nilainya akan mencapai $31 miliar pada 2022 mendatang. Hal ini dikarenakan adanya tren perusahaan yang berbondong-bondong mencoba mengubah kultur internal dalam transformasi digital.

Application Information Will Show Up Here

Bagaimana Australia Melatih Anak Muda Merintis Startup dari Bangku Kuliah

Jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) bukanlah talenta yang sudah ada sejak lahir. Hal ini adalah sesuatu yang perlu dibangun sejak awal. Begitupun saat merintis startup, pengusaha perlu kesabaran dan keuletan yang ekstra agar perusahaan bisa tetap berkembang lebih jauh.

Kehadiran banyaknya startup di Indonesia bisa dikatakan sebagai suatu kelebihan yang patut dibanggakan. Namun yang perlu dipertanyakan apakah sebagian besar startup founder tersebut memiliki jiwa entrepreneurship yang bisa membuka lapangan pekerjaan?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mungkin kita semua bisa berkaca dengan apa yang dilakukan Universitas Melbourne, Australia. Kampus ini membuat program Master of Entrepreneurship sebagai bagian dari program pascasarjana untuk Melbourne Business School dan Melbourne School of Engineering.

DailySocial dan beberapa media lain yang diundang Kedutaan Besar Australia untuk mengikuti Digital Indonesia Media Visit. Kami mendatangi kampus tersebut dan bertemu dengan Program Director Master of Entrepreneurship Colin McLead. Dia banyak menjelaskan perihal program ini dan bagaimana kondisi jiwa entrepreneurship terkini di Australia.

Kaya inovasi, minim jiwa entrepreneurship

Sebelum membuat program ini, McLead bercerita bahwa Australia memiliki inovasi yang termutakhir di dunia, di antaranya adalah Wi-Fi, Penicilin, Google Maps, mesin ultrasound, dan sebagainya. Dari berbagai survei yang digelar banyak lembaga, seperti World Economic Forum (WEF), menobatkan kampus di Australia menduduki peringkat keenam paling diminati sedunia pada 2014-2015.

Di saat yang bersamaan, Australia sedikit terbelakang dari segi komersialisasi bisnis. Bisa dilihat dari database The Global Entrepreneurship Monitor menyebut aktivitas entrepreneur menempatkan Australia ada di peringkat ke 44.

Ini menjadi masalah, karena menurut McLead, dari total pekerja, hanya 20% orang yang memiliki jiwa entrepreneurship. Dalam artian, hanya mereka yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan baru untuk orang lain. Sementara 80% lainnya adalah self employment (wirausaha), mereka menciptakan bisnis baru dengan meniru usaha yang sudah ada.

Self employment itu tidak bagus karena hanya bisa copy model bisnis yang sudah ada, jadi jiwa inovasinya dan entrepreneurship-nya sangat kurang di Australia,” ucapnya, Senin (26/11).

Dalam membangun perusahaan itu butuh kemampuan soft skill dan hard skill yang semuanya tidak datang secara instan atau talenta yang ada sejak lahir. Menurut hasil survei yang ia kutip, melihat dari faktor pemicu, jiwa entrepreneurship itu lahir karena ada peluang pasar (17,7%), sumber daya manusia (14,1%), produk (13,6%), pemasaran (10,9%), dan R&D (7,8%).

Aada masalah klasik yang sering dihadapi, yakni dari sumber daya manusia (25,6%), peluang pasar (13,1%), likuiditas (10,7%), operasional manajerial (9,5%), dan manajerial C-level (7,7%).

Masalah tersebut memicu terjadinya lima ketakutan yang enggan dihadapi para pengusaha. Urutan pertama ditempati oleh likuiditas (16,4%), peluang pasar (14,4%), lingkungan kerja (14,4%), manajerial C-level (12,5%), dan SDM (11,5%).

Seluruh survei di atas bermuara pada isu manajerial yang sebenarnya adalah esensi jiwa entrepreneurship saat membangun startup. Mengacu pada sistem manajemen startup tahap awal di Amerika Serikat, manajerial itu mengikat pada setiap unsur perusahaan, mulai dari perencanaan finansial, evaluasi finansial, SDM, perencanaan strategis, dan manajemen pengembangan produk.

Entrepreneurship itu bukan talenta unik, tapi adalah set keterampilan yang bisa diajarkan.”

Membiasakan diri menerima kegagalan

McLead menjelaskan program pascasarjana Master of Entrepreneurship ini lebih menitikberatkan pada unsur praktek daripada sisi teori saja. Ada 12 mata kuliah yang harus mereka ikuti.

Di semester pertama, mahasiswa akan mendapat lima seminar kuliah selama lima hari dalam seminggu. Belajar segala sesuatu tentang merintis startup, kemudian bertemu dengan para enterpreneur, pebisnis, dan investor.

McLead memastikan program pascasarjana ini berbeda dengan apa yang diterima apabila mengikuti inkubator atau akselerator. Pada dasarnya kedua program tersebut hanya bersifat jangka pendek dan memiliki fokus yang lebih spesifik.

Setiap mahasiswa akan memiliki mentor yang akan mendampingi setiap kegiatan mereka. Dalam satu tahun masa pendidikan, mahasiswa akan diajarkan belajar dari kegagalan dari setiap praktek yang mereka kerjakan.

Mmereka diwajibkan untuk membuat tiga startup dan belajar merintis dari ide awal hingga mapan. Bila satu gagal, belajar lagi untuk bentuk baru entah harus dari awal atau melakukan pivot bisnis. Sebab bagian tersusah adalah bagaimana meyakini orang untuk membeli produk yang dibuat.

“Tidak hanya itu dalam sesekali kami membuat mereka untuk memakai kostum yang tidak sesuai dengan pribadi masing-masing buat mencerminkan bahwa dunia startup itu penuh dengan ketidakpastian dan mereka harus terbiasa dengan itu.”

Kalau semua startup yang dibangun gagal, mahasiswa tetap bisa lulus dengan persyaratan dia belajar dari kesalahan. Sebab esensi yang ingin disampaikan, kampus adalah tempat untuk membangun keterampilan, bukan membangun startup yang sukses.

Jika startup yang dibangun sukses bisa menjadi titik lompatan untuk ditekuni lebih dalam agar bisa memberikan dampak buat masyarakat luas. Tentunya ada peluang mendapatkan investasi dari para VC atau angel investor yang tertarik.

“Sehingga ketika mereka masuk ke lapangan, ada harapan untuk merintis karir lebih cepat dan tidak melakukan kesalahan saat menghadapi masalah yang sama saat duduk di bangku kuliah.”

Program ini sudah berjalan sejak 2016 dan fokus mendidik kurang dari 40 orang tiap tahunnya. Salah satu startup jebolan Universitas Melbourne adalah MimicTec, bergerak di agritech membantu produktivitas hewan unggas dan kesejahteraan hewan di Australia.

MimicTec sudah beberapa kali mendapatkan pendanaan, terakhir senilai AU$200 ribu dari Accelerating Commercialisation and AusIndustries pada November 2017. Perusahaan kini bergabung dalam program Wade Inc dan masuk co-working studio di Wade Institute yang ada di dalam alumni Master of Entrepreneurship.

Untuk angkatan tahun ini, ada sebanyak 25 orang yang bergabung. Satu di antaranya adalah orang Indonesia. Dari situ mereka membuat 16 startup, namun hanya setengahnya yang memutuskan untuk menyeriusinya ke tahap lebih lanjut.

Gradana Luncurkan Fitur Baru GraRenov, Bantu Pembiayaan Renovasi Rumah

Gradana, startup fintech p2p lending untuk sektor properti, meluncurkan fitur baru GraRenov, sebuah fitur yang memungkinkan pengguna mendapatkan akses cicilan bulanan tanpa agunan untuk biaya renovasi. Produk baru dari Gradana ini diharapkan bisa melengkapi produk Gradana yang lain dan menambah kemudahan para penggunanya.

Pihak Gradana menjelaskan, renovasi atau fitting out (pengisian ruangan dengan furniture, aksesoris dan lainnya) adalah sebuah kegiatan yang lazim bagi pemilik maupun penyewa properti. Kegiatan-kegiatan tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk itu, atas masukan pengguna yang selama ini menggunakan GraDP dan GraSewa, mereka meluncurkan GraRenov yang bisa membantu pembiayaan untuk renovasi dan fitting out properti untuk keperluan komersial maupun residensial.

Di sistem GraRenov, calon konsumen dapat menginformasikan ke Gradana jumlah anggaran atau biaya yang harus dikeluarkan berserta dokumen pendukung lainnya. Calon peminjam juga dibebaskan menentukan vendor yang akan digunakan. Setelah dana dicairkan, cicilan bulanan pun mulai diberlakukan melalui Gradana Virtual Account hingga jatuh tempo.

“Sementara ini pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk pengerjaan renovasi atau fitting out di Jabodetabek, Bandung, dan Bali. Selain itu Gradana juga telah bekerja sama dengan beberapa rekanan vendor renovasi, fitting out, dan interior designer seperti Velospace, Renovasik, dan Interiordesign.id, sehingga untuk calon peminjam yang saat ini belum menentukan ventor untuk renovasi dan atau fitting out mereka dapat menghubungi vendor-vendor rekanan tersebut yang dapat langsung menwarkan opsi cicilan bulanan,” terang Co-Founder Gradana William Susilo.

Sebagai startup dan penyedia layanan teknologi finansial, proses pengajuan yang dilakukan ke sistem Gradana dilakukan secara online. Hal ini memudahkan akses pengguna karena tidak memerlukan pengiriman dokumen cetak atau hardcopy.

Co-founder Gradana Angela Oetama menyebutkan bahwa saat ini Gradana juga menyediakan inovasi lain. Selain GraRenov, Gradana juga menyediakan bundling dengan produk talangan sewa properti tahunan bernama GraSewa sehingga bisa memudahkan calon penyewa karena bisa mendapatkan sekaligus menyewa dan merenovasi dengan cicilan per bulan hingga 12 kali.

Survei Ipsos: Tokopedia dan Shopee Jadi Layanan E-commerce Favorit

Ipsos Indonesia, perusahaan riset pemasaran independen, meluncurkan riset seputar tren layanan e-commerce di negeri ini tahun 2018. Dalam survei yang dilakukan ke 400 responden yang bermukim di Jakarta (25%) dan Pulau Jawa (37%) terungkap beberapa fakta menarik seputar layanan e-commerce favorit, metode pembayaran pilihan, hingga produk favorit.

Tokopedia dan Shopee terpopuler

Layanan e-commerce Tokopedia dan Shopee tercatat merupakan layanan e-commerce yang paling banyak dikunjungi responden secara umum, baik milenial maupun non-milenial, dalam waktu satu bulan terakhir. Sebanyak 49% responden memilih Tokopedia di posisi pertama, disusul dengan Shopee (45%), Lazada (39%), dan Bukalapak (38%). Sementara itu Blibli berada di posisi kelima (17%), disusul JD.id (12%), dan OLX (9%).

Tokopedia dan Shopee jadi layanan favorit berdasarkan survei Ipsos Indonesia 2018
Tokopedia dan Shopee jadi layanan favorit berdasarkan survei Ipsos Indonesia 2018

Dari ragam kategori produk yang dijual di layanan e-commerce, tercatat produk fesyen dan pakaian olahraga menjadi favorit, baik oleh responden laki-laki (51%) maupun perempuan (68%).  Kategori populer berikutnya untuk laki-laki adalah produk teknologi dan gadget (42%) dan produk elektronik (41%). Sementara untuk responden perempuan, segmen pembayaran tagihan / bill payment dan kosmetik sama-sama mencatat angka 49%.

Kategori fashion dan pakaian olahraga adalah kategori terfavorit responden laki-laki dan perempuan
Kategori fashion dan pakaian olahraga adalah kategori terfavorit responden laki-laki dan perempuan

Di sisi pembayaran, transaksi masih didominasi oleh transfer antar rekening bank (75%), diikuti dengan COD (cash on delivery) (13%) dan kartu kredit (12%).

Milenial dan tren belanja

Hal menarik yang juga dicatat di laporan ini adalah mulai maraknya transaksi yang dilakukan kalangan milenial. Khusus di kategori usia ini, Shopee menjadi layanan e-commerce favorit (51%) karena promosi bebas ongkos kirim yang masih dijalankannya. Berikutnya disusul Tokopedia (44%), Bukalapak (38%), dan Lazada (35%).

Biasanya milenial melakukan kegiatan belanja antara 12 siang dan 3 sore (38%) dan melakukannya di rumah (72%).

Selain free ongkir (60%), kalangan milenial juga banyak mencari penawaran cashback (19%) dan promo diskon (16%).

Peranan Instagram untuk bisnis

Secara terpisah, Ipsos Indonesia bermitra dengan Instagram untuk memahami peranan media sosial populer ini untuk meningkatkan bisnis di kalangan UKM. Ipsos mengambil sampel 3012 pengguna Instagram dan 502 profil bisnis UKM (memiliki karyawan kurang dari 250 orang) yang menggunakan layanan ini.

Meskipun layanan e-commerce diharapkan menjadi ujung tombak perkembangan industri di segmen ini, tidak bisa dinafikan bahwa media sosial, khususnya Instagram, menjadi pendukung yang penting bagi bisnis-bisnis yang dijalankan secara online.

Tercatat sebanyak 81% pengguna Instagram di Indonesia menggunakan platform ini untuk mencari informasi lebih lanjut ketika tertarik pada sebuah produk atau merek. Sebanyak 87% UKM Indonesia yang disurvei setuju bahwa penjualan mereka meningkat setelah menggunakan Instagram dan 82%  menerima Direct Message (pesan pribadi) dari pelanggan setiap hari di akun Instagram-nya.

Instagram juga banyak digunakan oleh pemilik bisnis kalangan milenial (82%) untuk mencapai target bisnis. Dalam survei tersebut tercatat sebanyak 74% pemilik bisnis kalangan milenial mengaku mengalami peningkatan usaha karena pengguna Instagram mereka.

Rencana menggandeng idEA

Untuk merangkum riset yang lebih akurat terkait tren dan informasi yang relevan seputar layanan e-commerce di Indonesia, Ipsos Indonesia berencana menggandeng idEA untuk secara bersama menghasilkan riset yang komprehensif.

Ipsos Indonesia juga segera meluncurkan aplikasi loyalitas / rewards program  agar responden secara sukarela mengirimkan e-receipt mereka usai melakukan pembelian di layanan e-commerce pilihan dengan imbalan poin dan voucher digital. Diharapkan platform ini bisa diluncurkan di Q1 2019 mendatang.

“Dengan dukungan idEA diharapkan platform tersebut bisa membantu Ipsos Indonesia mendapatkan hasil survei secara langsung dari responden. Nantinya data tersebut bisa juga digunakan oleh layanan e-commerce untuk meningkatkan performa,” tutup Managing Director IPSOS Indonesia Soeprapto Tan.