25 Startup Ramaikan Acara Indonesia – Korea Tech Startup Demo Day 2018

Sesuai komitmen yang ingin diwujudkan oleh Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk melahirkan 1000 startup hingga tahun 2020, kegiatan Indonesia – Korea Tech Startup Demo Day digelar di Jakarta. Acara inagurasi yang mendatangkan 15 startup asal Korea Selatan dan 10 startup Indonesia tersebut ditutup dengan pitching session di hadapan investor dan venture capital dari Korea Selatan, Indonesia, dan beberapa negara lainnya.

Dalam sambutannya Duta Besar Korea untuk Indonesia, KIM Chang Beom, mengungkapkan pemerintah Korea Selatan didukung oleh Bekraf, Kedutaan Besar Korea Selatan, Korea Trade Association (KITA), Korea Creative Contents Agency (KOCCA) memberikan kesempatan bagi startup asal Korea Selatan untuk mengembangkan bisnis di Indonesia.

“Startup Indonesia paling cepat pertumbuhannya di Asia Tenggara dengan fokus memberikan solusi kepada masyarakat. Hal penting yang juga wajib dilakukan adalah scale up, salah satunya dengan bermitra dengan berbagai partner, investor dari faktor pendukung lainnya.”

Selama satu minggu, 25 startup tersebut juga telah mendapatkan mentoring dan memperluas jaringan dengan bertemu langsung investor dari Korea Selatan. Diharapkan dengan kegiatan ini, bisa menjembatani hubungan baik antara startup asal Korea Selatan dengan Indonesia.

Didominasi oleh startup IoT dan healthtech

Yang menarik dalam sesi pitching tersebut adalah banyaknya startup asal Korea Selatan yang menyediakan teknologi hingga software untuk IoT. Mulai dari gadget khusus untuk mendeteksi penyakit hingga aplikasi dan perangkat gaya hidup untuk kesehatan dan kecantikan.

Sektor healthtech juga banyak dihadirkan oleh startup asal Korea Selatan, sementara untuk startup asal Indonesia, masih didominasi oleh layanan fintech, gaya hidup, hingga agritech. Berikut adalah daftar startup yang hadir dalam kegiatan Indonesia – Korea Tech Startup Demo Day.

Korea Selatan:

Medi Whale (AI solution for screening eye & cardiovascular disease), PayPerse (big data platform for mobile payment service), Zeus Tech (linear motor 3D printer, drone, robot), Ad Design Co (aqua drain technology), Earback (wearable bone conduction device), Paintpam (screen paint manufacturing), Xcrisp (content development & distribution), Hope (character licensing business), MH Mind (mobile billing service), Davin (natural skin care), Wayner (OS Based on Chrome OS for PC), Tripeaks Games (online e-sport game developer), Softgear (super directional speaker for vehicles), Stylepill (cross border commerce community), Diamond Tools Solutions (safe cutting diamond tool).

Indonesia:

Qiwii (aplikasi manajemen antrian untuk industri), Ponja (marketplace peminjaman barang), Vaxcorp (digital health portal & vaccination provider), Bizshare (equity crowdfunding), Gudang Voucher (electronic voucher sebagai e-money), Svara (radio platform), Hellobly (marketplace untuk penjual dan personal shopper), MSMB Indonesia (agritech & protection), Manpro (SaaS project management platform), Ailesh power (biomass manufacturing).

IDPRO Sayangkan Adanya Indikasi Tekanan Luar untuk Revisi PP 82/2012

Indonesia Data Center Provider Organizaton (IDPRO) kembali menyampaikan keberatannya terkait dengan rencana revisi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Kali ini protes yang dilayangkan dengan dalih pemerintah mendapatkan tekanan dari pihak luar, dalam hal ini Amerika Serikat.

Pernyataan IDPRO tersebut didasarkan pada kalimat yang disampaikan Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, bahwa revisi PP 82/2012 salah satunya dikarenakan adanya hasil evaluasi AS mengenai kelayakan Indonesia sebagai penerima Generalized System of Preference (GSP). GSP sendiri adalah kebijakan unilateral AS untuk membantu perekonomian dalam wujud pemotongan bea impor.

Menurut ketua umum IDPRO, Kalamullah Ramli seperti dikutip dalam Indotelko, hal tersebut harusnya menggugah rasa kebangsaan. Cara pemerintah tidak menginspirasi dan tidak menampakkan kepercayaan diri. Data adalah komoditas penting yang harus dilindungi dengan kebijakan. Ramli juga menyinggung harusnya regulasi di Indonesia dapat berdiri tegak layaknya berbagai aturan yang ada di negara lain, seperti di India misalnya.

Mengenai hal ini, kami mencoba meminta konfirmasi humas Kemenkominfo, mereka mengungkapkan bahwa revisi PP 82/2018 tidak ada hubungannya dengan GSP. Pasalnya rencana revisi ini sudah diinisiasi sejak tahun 2016 lalu. Dalam kesempatan lain Menkominfo Rudiantara juga sudah menegaskan, bahwa revisi tersebut murni dilakukan untuk membantu bisnis digital berkembang, tidak ada urusannya dengan negosiasi pihak luar — misalnya rencana AWS ke Indonesia dengan investasi besar.

Sebelumnya kami juga telah meninjau terkait revisi PP 82/2012 ini. Dalam tinjauan tersebut, kami juga menganalisis penggunaan sistem server startup ternama di Indonesia. Sebagian besar memang memanfaatkan layanan dari penyedia asing. Kendati juga ada yang menggunakan layanan lokal.

Setelah BNI, Bank Lain Siap Terima Pembayaran Alipay dan WeChat Pay

Adopsi pembayaran lewat Alipay dan WeChat Pay di Indonesia akan diperluas, rencananya setelah BNI akan ada bank BUKU IV lainnya yang siap menerima layanan tersebut di merchant-nya. Pasalnya, baik WeChat maupun Alipay tidak diperboleh masuk ke Indonesia secara mandiri, lantaran harus memenuhi beberapa regulasi dari Bank Indonesia.

“Dengan BNI ini tidak eksklusif, jadinya bank BUKU IV yang lainnya bisa ikut masuk. Namun bagi BNI ini bisa menjadi tambahan nilai untuk para merchant kami [Yap!],” ujar Manager Divisi Transactional Banking Services BNI, Auzaiy di sela-sela acara Fintech Talk di Bali, Kamis (25/10).

Dia menerangkan dari ketentuan BI, perusahaan yang ingin bermain di segmen e-money setidaknya mayoritas harus dimiliki oleh lokal sebesar 51%. Terlebih WeChat dan Alipay tidak diperbolehkan menggandeng fintech e-money seperti OVO, melainkan harus terkoneksi langsung ke bank.

Bank yang bisa menerima pun tidak sembarang, minimal sudah berstatus BUKU IV dengan ketentuan modal inti minimal Rp30 triliun. Sehingga mereka harus menggunakan berbagai jasa pembayaran atau jasa transaksional yang disediakan oleh bank BUKU IV tersebut agar terjadi interoperabilitas dan interkonetivitas.

“Kenapa BI maunya bank BUKU IV? Karena kan harus laporan secara rutin, ada banyak hal yang perlu dikontrol. Sementara kalau pakai fintech, itu tidak bisa.”

Adapun bank BUKU IV lain yang sudah menerima yang sudah menerima izin QR Code dari BI di antaranya BRI dan CIMB Niaga.

Disebutkan integrasi antara BNI dengan WeChat dibantu oleh dua pihak lokal, satu di antaranya adalah PT Alto Halo Digital International (AHDI), anak usaha dari perusahaan switching Alto Networks.

Auzaiy melanjutkan, inisiasi awal yang dimulai dari BNI ini tentunya bakal dimanfaatkan penuh oleh perseroan dalam memberikan nilai tambah untuk para merchant yang telah bergabung. Secara perlahan, BNI akan terus menambah QR Code untuk para merchant, dimulai dari Bali dan Manado. Dua destinasi tersebut menjadi tempat favorit wisatawan Tiongkok.

Saat ini merchant BNI yang tergabung dalam Yap! di Bali mencapai angka 11 ribu merchant. Bila digabung dengan NTB dan NTT angkanya melambung sampai 18 ribu merchant. Keseluruhan merchant Yap! mencapai lebih dari 150 ribu di seluruh Indonesia.

“Sekarang masih di-roll out pelan-pelan, mungkin nanti akhir tahun ini pengalaman transaksi lewat WeChat Pay dan Alipay akan lebih terasa maksimal.”

Dia berharap tingginya tingkat kunjungan wisatawan dari Tiongkok, tentunya diharapkan bisa menambah devisa buat negara. Sekaligus tambahan fee based income (pendapatan non bunga) buat perseroan.

BLOCK71 Kini Hadir di Bandung dan Yogyakarta (UPDATED)

BLOCK71 hari ini (25/10) meresmikan ekspansinya ke Bandung dan Yogyakarta. Misinya masih sama, yakni untuk mendorong perkembangan ekosistem startup lokal. Seperti diketahui sebelumnya, BLOCK71 merupakan inisiatif dari NUS Enterprise –divisi kewirausahaan National University of Singapore—bersama dengan Salim Group.

Di Yogyakarta, BLOCK71 terletak di Jalan Prof. Dr. Herman Yohanes No. 1212, Terban. Sementara di Bandung, gedung BLOCK71 terletak di Jalan H. Juanda No. 108, Labak Gede.

Dalam sambutannya, perwakilan dari Salim Group, Mohamed Salim, mengatakan bahwa perusahaan mendukung penuh aktivitas yang dilakukan oleh BLOCK71. Ia berharap, adanya wadah kewirausahaan ini mendorong ide kolaborasi dan pertukaran ide, terlebih jaringan BLOCK71 saat ini sudah ada di Singapura, San Francisco, Souzhou, Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.

Mohamed juga menyebutkan, dipilihnya Yogyakarta dan Bandung bukan tanpa alasan. Kedua kota ini dinilai menjadi sumber bibit kreatif yang dapat menggerakkan industri startup. Pemilihan gedung pun didasarkan pada lokasi strategis yang dekat dengan kampus di masing-masing kota.

Tang Eng Chye selaku Presiden NUS Enterprise dalam sambutannya mengatakan bahwa ekspansi ini sejalan dengan pertumbuhan dan semangat kewirausahaan lokal. Secara kolektif BLOCK71 Singapura dan Indonesia akan memfasilitasi pertukaran informasi untuk memperkuat konektivitas dan mendorong pertumbuhan ekosistem startup.

Seremoni peresmian BLOCK71 Yogyakarta / BLOCK71
Seremoni peresmian BLOCK71 Yogyakarta / BLOCK71

Berperan sebagai ecosystem builder startup lokal

Pelaku startup di Bandung dan Yogyakarta bisa memanfaatkan dukungan inkubasi dan inisiatif kewirausahaan lainnya. Akan ada banyak aktivitas yang diagendakan, seperti kompetisi bisnis, konferensi, validasi ide, hingga networking. Anggota BLOCK71 di kedua kota nantinya juga diberikan akses untuk terhubung dengan BLOCK71 lainnya, dengan tujuan membuka akses ke pasar internasional.

Selain kolaborasi khusus dengan startup, BLOCK71 di Yogyakarta dan Bandung juga akan menjalin hubungan strategis dengan kampus-kampus di wilayah terkait. Hal ini untuk membuka peluang kolaborasi antara mahasiswa dan pengusaha. Strategi ini dinilai efektif, karena salah satu isu yang sering dijumpai oleh pelaku usaha adalah soal pemenuhan sumber daya manusia yang kompeten.

PrivyID Bermitra dengan Akulaku, Komitmen Perluas Jangkauan Pengguna

PrivyID, startup penyedia jasa tanda tangan digital, aktif menjalin kerja sama untuk terus memperluas penggunaan layanan mereka. Yang baru mereka bermitra dengan Akulaku, startup fintech yang menawarkan layanan kredit online.

“Tanda tangan digital PrivyID membantu mempermudah user journey atau perjalanan nasabah dalam mengajukan pinjaman. Proses verifikasi yang tadinya berlapis-lapis, kini menjadi lebih singkat dan mudah. Ini kan yang dimau konsumen zaman sekarang, proses yang mudah dan ringkas. Tanda tangan digital bisa bikin leih mudah tanpa mengorbankan keamanan,” terang CEO PrivyID Marshall Pribadi.

Kerja sama PrivyID dengan Akulaku resmi terjalin sejak Agustus 2018. Sebelumnya PrivyID juga sudah melakukan kerja sama sejenis dengan perusahaan pembiayaan, seperti Bussan Auto Finance, Awan Tunai, Koin Works, dan Klik Acc. Mereka juga menjalin kerja sama dengan platform investasi Kerjasama.com dan aplikasi reksadana Kelola yang beralih dari tanda tangan basah ke tanda tangan digital. Solusi yang ditawarkan PrivyID juga diklaim sudah diimplementasi di beberapa perusahaan kenamaan, seperti bank Mandiri, CIMB Niaga, Telkom, Adira Finance, dan Indihome.

Hingga Oktober 2018, PrivyID tercatat memiliki 1,9 juta pengguna dan dalam waktu dekat juga akan menjalin kerja sama dengan BRI.

Tahun ini PrivyID punya ambisi yang cukup besar. Dalam sebuah wawancara dengan DailySocial, Marshall menuturkan mereka punya ambisi besar untuk ekspansi ke empat negara, menargetkan tiga juga pengguna individu dan 200 nasabah korporasi di tahun 2018 ini.

“Paling tidak kami bisa ekspansi ke Asia Tenggara, inginnya bisa ke sana. Sebab dari regulasi UU ITE, Indonesia tergolong sangat ketat dibandingkan negara persemakmuran Inggris seperti India, Malaysia dan Singapura. Sehingga bila aturan di sini [Indonesia] kami sudah comply, pasti secara otomatis juga akan comply dengan aturan di sana,” terang Marshall.

Application Information Will Show Up Here

Memahami Tren Unik Pembayaran Online Masa Kini

Pertumbuhan teknologi yang cepat turut mengubah kebiasaan orang. Hal yang sama juga terjadi dalam kebiasaan belanja online, dari yang awalnya terbiasa datang langsung ke toko, kini hanya butuh layar ponsel atau komputer saja untuk membeli barang yang diinginkan.

Dulunya orang terbiasa datang ke agen travel apabila ingin melakukan perjalanan dan membandingkan harganya dengan masing-masing pemain agen. Kini semua proses bisa dilakukan dengan platform online. Begitupun saat ingin memesan ojek, cukup lewat aplikasi.

Menurut laporan ValueWalk, Indonesia memiliki sekitar 132 juta pengguna internet. Sekitar 24,7 juta di antaranya dikategorikan sebagai online shopper dan telah berbelanja sampai Rp75 triliun. Dipercaya angka ini baru mencatat belanja online dari metode pembayaran secara nontunai, belum dari metode Cash on Delivery (CoD) dan metode manual lainnya.

Semakin menariknya industri e-commerce sejalan dengan kian bervariasinya metode pembayaran yang dapat dipilih oleh para pembeli. Segala kemudahan yang diberikan inovasi teknologi membuat terjadinya pergeseran gaya hidup. Seperti apa tren unik tersebut?

Untuk membahas topik ini, #SelasaStartup sesi kali ini (23/10) menghadirkan Head of Marketing Communication Faspay Frecy Ferry Daswaty. Berikut rangkumannya.

Solusi pembayaran online kian beragam

Frecy menjelaskan saat ini opsi pembayaran untuk belanja online sangat beragam. Selain kartu kredit, debit dan bank transfer, ada mobile banking, e-money & mobile payment. Perusahaan teknologi pun juga menyediakan seperti Samsung Pay, Apple Pay, dan Google Pay.

Perusahaan konvensional juga tak mau kalah seperti Pegadaian dan Pos Indonesia yang menyediakan opsi pembayaran di setiap gerainya yang tersebar di seluruh Indonesia.

Namun yang sekarang ini memiliki gaung terbesar adalah digital financing yang dihadirkan para pemain fintech. Ambil saja contohnya solusi pembayaran dengan cara mencicil di warung kaki lima yang dihadirkan Akulaku.

“Metode pembayaran yang baru ini cukup unik dan kemungkinan ke depannya akan banyak solusi unik lainnya yang siap dihadirkan. Tentunya lambat laun inovasi baru ini akan mengubah kebiasaan orang-orang,” ujar Frecy.

Hal ini turut mendorong transaksi semakin seamless dan journey-nya kian ringkas dengan UI/UX yang user-friendly. Konsumen tidak perlu mengklik banyak halaman untuk menuntaskan transaksi online mereka.

Pembayaran transaksi antar negara juga dapat lebih mudah dilakukan, berkat solusi yang dihadirkan PayPal. Orang dapat berbelanja di berbagai platform e-commerce skala global, seperti Amazon dan Alibaba, dengan mudah.

“Bila dilihat pada tiga tahun lalu, pada waktu itu metode pembayaran dengan online belum begitu populer karena orang masih belum begitu percaya. Makanya lebih populer CoD. Beda kondisinya dengan sekarang ini.”

Adopsi mobile first tinggi

Tingginya jumlah online shopper di Indonesia, sambungnya, tercermin dari hasil laporan yang menyebut sebanyak 82% orang Indonesia mengakses internet lewat smartphone.

Tingginya adopsi smartphone berbanding terbalik dengan tingkat kepemilikan rekening bank. Yang angkanya kian timpang bila ditarik sampai lima tahun belakangan. Hal ini jadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan secara bersama antara pemerintah dengan pelaku industri.

Di sisi lain, fakta memperlihatkan tingginya kebergantungan orang dengan smartphone dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Dalam laporan lain yang ia kutip, 92,8% orang Indonesia berbelanja online lewat smartphone, sedangkan lewat PC hanya 7,21%.

Sesuaikan solusi pembayaran dengan jenis usaha

Menggabungkan dua fakta unik di atas, bisa ditarik kesimpulan bagaimana toko online menyusun strategi menyediakan metode pembayaran yang tepat. Caranya tergantung jenis layanan toko online yang dibuat.

Berdasarkan laporan internal Faspay, apabila menjual produk dengan harga di atas 1 juta, lebih baik memakai strategi cicilan kartu kredit atau sejenisnya ketimbang memberikan opsi dengan e-money. Hal yang sama jika toko online menjual jasa online travel agent. Program cicilan tentunya akan lebih menarik.

Adapun untuk layanan fintech repayment, misalnya dalam pembayaran tagihan, orang Indonesia cenderung lebih suka memilih opsi pembayaran lewat convenience store. Ini karena target nasabah pemain fintech adalah kaum unbankable dan belum memiliki rekening bank.

Opsi membayar lewat convenience store akan lebih memudahkan. Sementara untuk pembelian voucher game, mayoritas akan memilih beli lewat layanan e-money. Alasannya lebih ringkas dan tidak diharuskan identifikasi dengan mencantumkan KTP. Cukup pakai nomor ponsel.

“Ini fakta yang kita ambil dari data Faspay sendiri. Faspay bermitra dengan 1800 merchant dengan 20 kategori. Kami ambil lima kategori terbesar dan itulah hasilnya. Jadi intinya kembali lagi ke jenis layanan online yang mau disediakan. Karena preferensi dalam menggunakan tiap opsi pembayaran online itu berbeda-beda.”

Strategi berikutnya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memilih promosi pemasaran yang tepat demi menjaring banyak transaksi. Dari data internal Faspay, tingkat belanja online tertinggi justru pada hari biasa, dari siang sampai sore hari.

Hari Rabu mencatat tingkat konversi tertinggi ketimbang hari lainnya. Justru pada hari pekan konversi mencapai penurunan sampai 30%.

“Ini wajar karena hari pekan, orang lebih terfokus untuk menghabiskan waktu bersama keluarga dan beristirahat sehingga jarang menggunakan smartphone-nya.”

Dari insight ini, Frecy berharap setiap toko online dapat mempertimbangkan banyak sisi, baik dari sisi penyediaan metode pembayaran dan strategi pemasaran yang tepat. Dengan demikian, bisnis akan tetap berkembang.

BNI Jadi “Jalan Masuk” WeChat Pay dan Alipay ke Indonesia

Dua layanan pembayaran Tiongkok WeChat Pay dan Alipay sebentar lagi masuk ke pasar Indonesia melalui kerja samanya dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Hasil kemitraan ini diharapkan bisa diimplementasikan ke publik pada akhir tahun. WeChat Pay dan Alipay secara keseluruhan menguasai lebih dari 90% transaksi berbasis uang elektronik di negara Tirai Bambu tersebut.

Dikutip dari Kumparan, Direktur Teknologi BNI Dadang Setiabudi tidak menampik pihaknya tengah menjajaki kerja sama dengan kedua layanan pembayaran populer di Tiongkok tersebut. Ia menjelaskan bahwa kerja sama yang disusun sudah berada di tahap akhir dan hampir selesai.

“BNI dan WeChat Pay serta BNI dan Alipay dalam proses finish legal dan hampir selesai. Bentuk kerja samanya adalah BNI akan menjadi acquiring dan official settlement bank untuk transaksi inbound nasabah WeChat Pay dan Alipay dari Tiongkok untuk transaksi di merchant BNI,” terang Dadang.

Nantinya WeChat Pay dan Alipay akan terintegrasi dengan Quick Response Indonesia Standard (QRIS) Code yang ada di merchant-merchant BNI. Artinya QR Code standarisasi GPN tersebut bakal bisa dipindai melalui aplikasi WeChat Pay maupun Alipay.

“Iya benar, tetapi akan menjadi bagian merchant-nya BNI,” terang Dadang.

Bank sentral sendiri memberikan restunya. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara dalam pernyataan sebelumnya mendorong layanan pembayaran digital Alipay dan WeChat Pay menjalin kerja sama dengan bank lokal untuk menjalankan operasionalnya di Indonesia.

Bukalapak Perkuat Kemitraan dengan Akulaku untuk BukaCicilan

Bukalapak dan Akulaku meresmikan kehadiran BukaCicilan guna permudah pengguna bertransaksi di aplikasi Bukalapak dengan cara mencicil tanpa menggunakan kartu kredit. Bukalapak akan terus mengembangkan solusi pembayaran lainnya agar semakin mudah orang Indonesia yang bisa terhubung dengan layanan e-commerce.

“Bukalapak mau kerja sama long term dengan Akulaku. Dari sisi kami akan ada banyak pengembangan sistem dan promosi yang lebih banyak agar semakin banyak orang Indonesia bisa berbelanja online. Tahun depan produk ini akan lebih bagus dari sekarang,” ucap Head of Payment and Financial Services Bukalapak Destya Danang Pradityo, Rabu (24/10).

Destya menerangkan, saat ini proses pendaftaran BukaCicilan memakan waktu maksimal 3 jam. Diharapkan tahun depan prosesnya bisa dipersingkat menjadi hanya 5 menit.

Bukalapak siap mempermudah proses penagihan BukaCicilan agar bisa langsung lewat aplikasi dengan berbagai opsi pembayaran yang tersedia. Saat ini pembayaran cicilan melalui BukaCicilan melalui bank transfer atau toko minimarket.

“Bukalapak terus sempurnakan sistem untuk BukaCicilan. Untuk proses collecting-nya, kami ingin bantu Akulaku untuk permudah penagihannya. Kemungkinan nanti di kuartal pertama tahun depan, pengguna BukaCicilan bisa bayar tagihan cukup dari Bukalapak saja.”

Sejak pertama kali digulirkan ke publik pada pertengahan Agustus 2018, Destya mengungkapkan setiap harinya BukaCicilan menerima sekitar 1000 aplikasi secara organik tanpa strategi pemasaran apapun. Secara kasar bisa dikatakan BukaCicilan telah memproses sekitar 71 ribu aplikasi hingga kini.

Dari angka tersebut, GMV yang datang dari BukaCicilan diklaim mencapai sekitar Rp10 miliar. Destya berharap angka ini akan terus berkembang seiring peresmian produk BukaCicilan ke publik dan dimulainya strategi pemasaran yang sudah disiapkan.

Dia menargetkan setidaknya pada Harbolnas nanti GMV melalui BukaCicilan dapat naik minimal 10 kali lipat, atau sekitar Rp100 miliar agar turut berkontribusi pada GMV Bukalapak. GMV perusahaan setiap bulannya kini telah berada di angka Rp4,5 triliun.

Harapan besar juga diungkapkan Direktur Akulaku Syeki Liang. Menurutnya, dengan peresmian BukaCicilan, Akulaku dapat kontinu menerima pengguna baru yang datang dari Bukalapak. Dia berharap jumlah aplikasi yang masuk tiap harinya dapat menembus angka 3 ribu.

“Sejak diluncurkan pada Agustus lalu, BukaCicilan disambut baik dan mendapat respons yang positif dari masyarakat. Sebab mereka kini bisa menikmati fasilitas kredit untuk transaksi online sehari-hari dan tidak mengganggu cashflow mereka,” kata Syeki.

BukaCicilan memberikan limit mulai dari Rp3 juta sampai Rp25 juta. Bunga yang dibayarkan tiap bulannya diklaim cukup kompetitif, yaitu 1,5%, dan tenornya bervariasi dari 1, 2, 3, 6, hingga 12 bulan. Pengguna Bukalapak tidak perlu membayar uang muka untuk pembelian barang dengan nominal di bawah Rp200 ribu.

Untuk mendaftar sebagai pengguna BukaCicilan, konsumen hanya membutuhkan akun Bukalapak dengan nomor ponsel yang sudah diverifikasi. Konsumen harus berstatus WNI, berusia antara 21 sampai 50 tahun, berdomisili di Pulau Jawa, dan memiliki penghasilan tetap tiap bulannya.

“Akulaku akan perluas cakupan layanan BukaCicilan sampai ke luar Pulau Jawa. Rencananya hal ini akan kami realisasikan pada tahun depan. Perlahan kami akan menyasar konsumen di Sumatera, Kalimantan, dan Bali,” tutup Syeki.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Qraved Siap Galang Dana Baru Seri C, Kini Jadi Aplikasi Gaya Hidup

Awalnya dikenal sebagai layanan reservasi restoran, Qraved hari ini mengumumkan fitur terbaru dan melakukan rebranding sebagai Lifestyle App (aplikasi gaya hidup). Qraved juga mengumumkan sejumlah kerja sama strategis dengan berbagai merchant dan penggalangan dana Seri C.

Kepada DailySocial, CEO Qraved Steven Kim mengungkapkan, dana baru ini rencananya akan ditutup akhir tahun ini atau awal tahun depan, bertujuan untuk mendukung usaha pengembangan bisnis dan penambahan sejumlah fitur baru.

“Kita akan mengumumkan berita bagus untuk perusahaan, yaitu penggalangan dana Seri C. Tentunya pendanaan ini akan kita manfaatkan [untuk] menambah fitur, partnership, dan menambah sejumlah layanan aktivitas baru seperti nonton bola dan acara musik.”

Berdiri sejak lima tahun lalu, Qraved di kesempatan yang sama mengumumkan pembaruan fitur yang mengedepankan skema O2O (online to offline) dengan kemitraan bersama mall, restoran, minimarket, dan layanan pembayaran.

Transformasi

Qraved mengklaim saat ini memiliki sekitar tiga juta lebih pengguna aktif yang 85% di antaranya menggunakan aplikasi mobile. Di dalam aplikasinya Qraved telah mendaftar sekitar 40 ribu F&B outlet, 20 mall, 13 ribu lebih gerai toko seperti Alfamart dan 5 juta foto yang dikurasi menggunakan media sosial Instagram.

“Selain Instagram, kami juga telah menggandeng Line Today. Tidak hanya foto dan informasi restoran, Qraved juga memiliki channel video memanfaatkan YouTube dan Instagram Story yang saat ini makin digemari oleh pengguna,” kata Steven.

Menyadari keberadaan kompetitor, seperti Zomato dan Traveloka Eats, Qraved berupaya fokus dengan pelokalan, semangat konten berorientasi keluarga, dan mulai menampilkan semangat nasional dengan merangkul lebih banyak pedagang kaki lima dan warung.

“Sesuai dengan model bisnis kita, yaitu menjalin kolaborasi, tidak hanya dengan F&B, tapi juga dengan brand, food delivery service, hingga perusahaan pembayaran agar bisa mempercepat pertumbuhan Qraved,” kata Steven.

Fitur promo, mall dan Qraved official account

Untuk memudahkan pengguna mendapatkan informasi secara lengkap dalam satu platform, Qraved menambah tiga fitur baru dalam aplikasi, yakni Promo, Malls Nearby dan Qraved Official Account. Perusahaan juga mitra strategis, seperti GO-FOOD, OVO, bank, hingga brand.

“Dengan aplikasi Qraved yang baru kita ingin membantu mall, pemilik restoran, hingga perusahaan lainnya untuk meningkatkan awareness dan kegiatan promosi untuk menjangkau lebih banyak konsumen. Intinya adalah,kita hanya menghasilkan uang jika merchant mendapatkan uang” kata Steven.

Masing-masing merchant bisa memanfaatkan layanan Qraved secara personal dan bisa dikustomisasi sesuai dengan kebutuhan pemasaran. Qraved juga mengembangkan fitur Location Based yang bisa dimanfaatkan brand untuk melancarkan kegiatan promosi menargetkan konsumen secara langsung.

“Untuk brand yang sudah populer seperti OVO dan GO-PAY, kita bisa membantu menciptakan buzz lebih masif lagi melalui fitur Qraved Promo dengan meng-aggregate voucher yang sudah tersedia di masing-masing aplikasi,” kata Steven.

Application Information Will Show Up Here

Sektor Digital Membawa Optimisme Perkembangan Ekonomi Indonesia

Di sela-sela pertemuan IMF-WB Annual Meeting beberapa waktu lalu di Bali, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan banyak hal seputar hasil diskusi di forum. Salah satunya tentang bagaimana teknologi digital berperan dalam perkembangan ekonomi Indonesia, sekaligus mendisrupsi berbagai bidang. Ia mencontohkan, bagaimana usaha rumahan atau UMKM kini dapat menjangkau pasar di seluruh Indonesia berkat platform seperti Bukalapak atau Tokopedia. Dengan dukungan finansial dan teknologi yang kuat sebagai platform, para unicorn memberikan solusi yang sangat riil.

Pendapat tersebut makin memantapkan Menkominfo Rudiantara, melalui lembaganya ia ingin mendukung perkembangan startup digital secara lebih optimal. Salah satunya melalui Nexticorn, sebuah forum mempertemukan pelaku startup dengan calon investor potensial dari dalam dan luar negeri. Dengan demikian regulator sepakat untuk mengarahkan regulasi yang memperlancar akselerasi pertumbuhan industri digital di tanah air, khususnya yang menggarap sektor riil seperti perdagangan, keuangan, pendidikan, dan lain sebagainya.

Kendati demikian, mereka juga sadar betul bahwa hadirnya teknologi juga memberikan implikasi buruk. Salah satu yang disampaikan berkaitan dengan kemungkinan hilangnya banyak lapangan pekerjaan. Misalnya, jika nanti beli barang di toko sudah menggunakan konsep “New Retail” dengan pengalaman yang seamless digital, maka pekerja seperti kasir sudah tidak diperlukan lagi. Terlebih saat berbicara tentang implementasi tingkat lanjut dari teknologi seperti Artificial Intelligence dan Internet of Things.

Tidak hanya regulator saja, namun para pemain di industri digital cukup optimis. Hal ini seperti yang disampaikan Teddy Oetomo (CSO Bukalapak) saat menjawab pertanyaan tentang Indonesia di masa depan. Ia meyakini bahwa akan banyak hal yang mengejutkan terkait growth di industri, khususnya berkaitan dengan inklusi ekonomi dari sektor digital. Aldi Haryopratomo (CEO GO-PAY & Founder Mapan) turut menyampaikan hal serupa. Ia mengatakan kolaborasi yang ada saat ini, baik antar startup, regulator, hingga investor akan menjadi awal yang baik dalam membentuk kematangan ekonomi digital di Indonesia.

“Pemikiran founder sekarang sudah bagus. Melahirkan startup bukan semata-mata untuk menjadi unicorn, tapi fokus untuk terus berinovasi menghasilkan pemecahan masalah,” ujar Teddy sesi panel pembuka di Nexticorn 2018.

Nexticorn 2018
Sesi panel yang menyuguhkan perspektif dari para startup unicorn Indonesia / DailySocial

Sukarela Batunanggar, Komisioner OJK, di sesi panel lain mengungkapkan. Startup tidak lagi selalu “lemah” ketika berhadapan dengan regulasi. Karena startup digital itu memiliki model bisnis yang unik, dengan mengadopsi strategi yang tangkas dan fleksibel. Hal tersebut dinilai membuat akhir-akhir ini otoritasnya memang mengeluarkan cukup bayak izin untuk fintech, kendati dengan persyaratan yang cukup ketat.

Lantas bagaimana dengan kesiapan persaingan global

Boleh saja kita optimis melihat perkembangan yang ada, namun yang harus dipastikan kita tidak boleh lengkah terhadap persaingan global. Terlebih di era teknologi nantinya sekat-sekat pembatas tersebut akan semakin samar, inovasi tidak hanya bisa mendisrupsi negara asalnya, melainkan bisa juga ke berbagai belahan dunia. Melihat tren teknologi yang berkembang, hampir setiap pelaku di sektor teknologi sepakat, bahwa AI akan mendominasi ke depannya. Banyak transformasi yang akan disebabkan dari aplikasi berbasis AI. Lantas pertanyaannya, sesiap apa Indonesia menghadapi era tersebut?

Dalam sebuah data yang diterbitkan World Economic Forum, disajikan tentang peringkat negara dengan kemampuan AI tertinggi. Amerika, Tiongkok, dan India berada di peringkat teratas. Sayangnya Indonesia belum masuk peringkat besar yang digambarkan. Talenta menjadi penting, pasalnya akan mendorong perkembangan di negara terkait. Lalu untuk meningkatkannya perlu sinergi yang baik antara berbagai pihak, tidak hanya industri saja, melainkan perlu peran dominan dari regulator hingga sektor akademik.

Peringkat AI
Peringkat negara dengan kemampuan AI / WEF

Sehingga sampai sini dapat diambil sebuah kesimpulan. Perkembangan digital yang ada boleh jadi membuat kita sangat optimis menyambut kemajuan – menggenggam visi menjadi digital energy of Asia – melihat ke luar untuk menilik seberapa jauh negara lain sudah berkembang juga diperlukan. Tujuannya agar dapat belajar, mengidentifikasi kekurangan, dan mempersiapkan diri, agar populasi masyarakat digital yang besar tidak hanya menjadi pangsa pasar produk luar negeri.