GO-PAY Kini Bisa Digunakan untuk Bayar Tagihan

GO-JEK perlahan tapi pasti menambah fungsionalitas GO-PAY. Setelah memiliki fitur khusus GO-PULSA, di versi terakhirnya, aplikasi GO-JEK menambahkan fitur GO-BILLS, yang kini bisa digunakan untuk membeli token listrik (prabayar), pembayaran tagihan listrik (pasabayar), dan membayar iuran BPJS. Dengan fitur baru ini GO-PAY menjadi lebih kaya akan fitur dan kemampuan dalam hal pembayaran.

Seperti telah diketahui, banyak startup di Indonesia berbondong-bondong mendaftarkan produk e-money mereka untuk mendapatkan lisensi resmi dari pemerintah. Sementara itu, produk e-money yang sudah memegang lisensi, seperti GO-PAY, berupaya memperkokoh kualitas layanan mereka dengan mengakomodasi lebih banyak pilihan tagihan.

Tampilan menu GO-BILLS

Perkembangan dan potensi untuk berkembang GO-PAY sendiri yang cukup untuk membuat pihak GO-JEK untuk memisahkan layanan GO-PAY dengan GO-JEK.

“Di 2018, Go-Pay akan keluar dari ekosistem Go-Jek. Bisa digunakan untuk online dan offline, sehingga bisa digunakan seperti halnya cash. Di mana orang terima cash, orang terima Go-Pay,” kata Nadiem dikutip dari Tirto.

Nadiem percaya diri karena GO-PAY telah mengantongi izin sebagai penyelenggara uang elektronik dari Bank Indonesia (BI). Disebutkan 60% transaksi Go-JEK kini menggunakan GO-PAY.

“Tantangan utamanya adalah kepercayaan. Orang belum 100 persen percaya terhadap digital wallet. Lalu masih banyak juga yang belum mengerti bagaimana caranya top up (isi ulang uang elektronik),” terang Nadiem masih dari sumber yang sama.

Hadirnya fitur pembayaran tagihan memungkinkan GO-PAY menjadi salah satu uang elektronik dengan fungsionalitas paling lengkap. Meski saat ini baru terdapat pilihan pembayaran PLN dan BPJS, ke depannya GO-BILLS bisa menjadi alternatif sejumlah layanan e-commerce yang kini menyasar rute yang sama.

Application Information Will Show Up Here

OJK Kaji Penerbitan Beleid “Equity Crowdfunding”

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan sedang mengkaji penerbitan beleid equity crowdfunding sebagai alternatif investasi untuk perusahaan startup.

Equity crowdfunding adalah alternatif pendanaan dari sejumlah orang unuk membiayai suatu perusahaan atau proyek. Investor akan mendapat pengembalian imbal hasil berupa saham perusahaan hingga kompensasi.

Direkur Grup Inovasi Keuangan Digital dan Pengembangan Keuangan Mikro OJK Fithri Hadi mengatakan aturan ini sebanarnya sudah dalam berbentuk draft. Hanya saja, masih perlu melalui tahap diskusi publik dengan berbagai pihak sebelum direalisasikan berbentuk POJK.

Target dari pemberlakuan beleid ini pun jadi tidak bisa ditentukan. Kemungkinan besar, baru dirilis tahun depan karena prosesnya yang panjang.

Melindungi investor

Ada sejumlah poin yang dibahas dalam beleid tersebut, di antaranya model bisnis perusahaan dari equity crowdfunding, mitigasi risiko, penggunaan teknologi, pengelolaan data, dan pengamanan sistem teknologi.

“Jadi dari mitigasi risikonya, bagaimana nantinya investor terlindungi. Setelah beli, dia punya secondary market, jangan sampai jualnya [sahamnya] susah,” terangnya, seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Regulator ingin memastikan jual beli saham di dalam equity crowdfunding ini menarik bagi pasar. Harapannya supaya mereka tidak sulit bila ingin menjual sahamnya ke pelaku pasar lain.

Mitigasi lainnya yang ingin disasar OJK adalah berupa penjaminannya. Apakah model ini akan mencontoh ke aturan pasar modal yang berlaku saat ini, ada perusahaan kliring penjaminan atau dilepas ke model lain.

Terkait hal tersebut, Fithri mengaku belum berdiskusi lebih lanjut dengan Bursa Efek Indonesia (BEI). Belum ada kepastian apakah manajemen equity crowdfunding akan digabung atau tidak ke ranah BEI.

Namun yang pasti, beleid ini tidak akan seketat atau disamakan dengan perusahaan yang melakukan penawaran umum saham perdana (IPO). Perusahaan sekelas startup dapat dimudahkan dalam mencari opsi tambahan permodalan lewat penerbitan beleid tersebut.

“Misalnya ukuran size. Kemudian yang lain bagaimana kalau investornya cross border, nah itu yang susah kalau tradisional.”

Lebih lanjut, Fithri menuturkan, model pencarian dari lewat equity crowdfunding sudah diterapkan di beberapa negara, seperti Inggris dan Kanada. Dengan begitu, regulator akan mencontoh model yang sudah dijalankan di negara tersebut.

“Inggris kan memang sebagai pusat keuangan di dunia nomor satu ya jadi dengan perkembangan tren teknologi, uang ini kan seperti tanpa batas karena jadi barang digital,” pungkas Fithri.

aCommerce Dapatkan Pendanaan Seri B Senilai 877,5 Miliar Rupiah

Perusahaan e-commerce enabler  aCommerce hari ini mengumumkan penutupan pendanaan seri B senilai $65 juta (atau senilai 877,5 miliar rupiah). Babak pendanaan kali ini dipimpin oleh Emerald Media, sebuah perusahaan yang didirikan oleh firma investasi global KKR. Beberapa investor sebelumnya yang turut berpartisipasi termasuk Blue Sky, MDI Ventures, dan DKSH dengan North Ridge Partners sebagai perusahaan penasihat.

Pendanaan tersebut akan difokuskan untuk tiga hal. Pertama untuk memperkuat kapabilitas teknologi guna membantu brand terintegrasi dengan layanan B2C dan B2B. Kedua, menguatkan kemitraan strategis di dalam ekosistem ritel aCommerce yang berada di empat pasar utama, yakni Indonesia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Dan yang ketiga akan difokuskan untuk ekspansi ke pasar baru Malaysia dan Vietnam.

“Memiliki partner yang kuat seperti KKR dan Emerald Media dengan jam terbang investasi menahun di wilayah ini akan memberikan modal dan koneksi yang penting dari segi konten dan demand generation di seluruh Asia Tenggara. Kami dapat memberikan level transparansi dan akuntabilitas yang jauh lebih baik, yang sulit ditemukan di tempat lain,” ujar Co-Founder & Group CEO aCommerce Paul Srivorakul dalam sambutannya.

Beroperasi di empat negara di Asia Tenggara, aCommerce mengklaim saat ini telah memiliki lebih dari 260 klien, termasuk di dalamnya brand besar seperti Samsung, Unilever, Nestlé, L’Oreal, Philips, dan Mars. Peran aCommerce sebagai enabler dianggap penting untuk memajukan ekosistem ini, untuk membawa para peritel memastikan kehadirannya dalam momentum online shopping yang terus bertumbuh saat ini. Penetrasi online shopping di dunia terjadi dalam kecepatan eksponensial. Data Google dan Temasek menyebutkan pertumbuhan akan mencapai 32 persen setiap tahun selama 10 tahun ke depan.

“Yang membuat kami percaya diri dengan aCommerce adalah karena platform teknologi mereka fokus pada brand dan memungkinkan klien untuk dengan mudah terhubung dan menggunakan semua sistem operasi, metode kanal distribusi, dan aplikasi demand generation di seluruh Asia Tenggara,” ujar Paul Aiello, Managing Director dan Co-Founder Emerald Media. “Ini memberikan para pemain baru cara cepat untuk meluncurkan operasi multi-channel di pasar yang sedang sangat menggeliat ini tanpa harus membangun operasi lokal besar-besaran.”

Mencermati Minat Besar “Venture Capital” Asing Berinvestasi di Startup Indonesia

Sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang mengalami pertumbuhan paling signifikan dari sisi ekonomi hingga teknologi, Indonesia saat ini menjadi pusat perhatian para investor secara global. Di tahun 2008-2010, ketika startup belum sebanyak tahun ini jumlahnya, masih sedikit jumlah investor asing yang masuk ke Indonesia untuk berinvestasi dan masih didominasi venture capital asal Jepang. Di tahun 2017 ini, VC asal Amerika Serikat dan Tiongkok mulai ramai mengunjungi Indonesia untuk berinvestasi.

Dalam sesi diskusi yang digelar dalam rangkaian Wild Digital Indonesia, turut hadir perwakilan VC asing seperti Investment Director Bluesky Ben Dunphy, Managing Director & CEO SBI Ryosuke Hayashi, dan COO & Partner OPT SEA Soonhee Kim yang urun pendapat tentang antusiasmenya terhadap Indonesia.

Besarnya “market size” Indonesia

Salah satu alasan mengapa saat ini Indonesia tampil lebih unggul mengalahkan Malaysia dan bersanding dengan Singapura adalah besarnya ukuran pasar atau market size. Hal tersebut dibuktikan dengan penggunaan smartphone yang makin banyak digunakan masyarakat Indonesia, hingga makin meningkatnya penetrasi internet di Indonesia.

“Saat ini berdasarkan data yang ada, Indonesia dan Singapura merupakan negara yang paling banyak memberikan kontribusi dari sisi pelanggan hingga profit untuk berbagai industri, membuktikan besarnya pasar di Indonesia,” kata Ben.

Hal senada diungkapkan Ryosuke, yang melihat kurangnya layanan keuangan di Indonesia justru menjadi peluang untuk startup mengembangkan layanannya.

“Masih banyaknya masyarakat yang masuk dalam kategori “unbankable” merupakan peluang tersendiri untuk startup mengembangkan layanan yang bisa memecahkan solusi tersebut,” kata Ryosuke.

Sejak tahun 2011 Indonesia mulai mengalami perubahan yang cukup signifikan dari sisi teknologi, dengan bermunculannya startup lokal seperti Tokopedia, GO-JEK, hingga Bukalapak. Dinamika tersebut yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang mengalami pertumbuhan dan perubahan paling cepat.

“Dulu sebelum startup lokal tersebut belum ada, peluang untuk berinvestasi di Indonesia masih belum jelas arahnya. Namun saat ini bermunculan startup lokal yang memiliki potensi cerah dan menarik perhatian investor asing untuk masuk,” kata Soonhee.

Siap bersaing dengan VC Tiongkok

Adanya persamaan, dari sisi pasar hingga perkembangan teknologi, antara Indonesia dan Tiongkok, menjadi salah satu alasan mengapa saat ini makin banyak investor asal negara Tiongkok tersebut masuk ke Indonesia dan memberikan investasi dalam jumlah yang cukup besar. Hal tersebut ternyata tidak menyulitkan Bluesky, OPT SEA dan SIB untuk terus mencari peluang startup yang berpotensi di Indonesia dan bersaing dengan VC asal Tiongkok.

“Dengan semua pengalaman yang dimiliki VC asal Tiongkok, pastinya memberikan mereka keuntungan lebih, namun bagi kami di OPT SEA yang fokus kepada Asia Tenggara, hal tersebut tidak menjadi kendala,” kata Soonhee.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Wild Digital Indonesia.

Kaskus Berinvestasi Strategis Ke Perusahaan Teknologi Periklanan ProPS

Kaskus, platform social commerce, mengumumkan investasi strategis ke ProPS (PT Promedia Punggawa Satu), perusahaan teknologi periklanan dengan nilai investasi yang tidak disebutkan. Investasi ini bersifat terbatas dan Kaskus menjadi pemegang saham minoritas dan pasif.

CEO ProPS Edi Taslim disebutkan akan bergabung ke dalam GDP Venture, investor pemilik saham mayoritas Kaskus, untuk membantu pengembangan bisnis di Kaskus.

Alasan Kaskus berinvestasi di ProPS karena founding team-nya yang sangat berpengalaman, sehingga produk yang dihasilkan membuat perusahaan berhasil memasarkan produknya dalam waktu singkat. Kehadiran ProPS diharapkan dapat melengkapi teknologi periklanan yang sudah dimiliki Kaskus.

“Inisiatif dan platform data driven advertising yang dikembangkan ProPS berperan penting dalam melengkapi ekosistem periklanan digital. Kami percaya ProPS dapat melengkapi teknologi periklanan yang dimiliki Kaskus,” ucap CEO Kaskus On Lee dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Jumat (17/11).

ProPS mengembangkan data management platform dan publisher trading desk. Perusahaan ini didirikan pada Maret 2016 oleh Edi Taslim dan Ilona Juwita.

Misi perusahaan adalam memajukan penerbit dan pengiklan dengan memberdayakan ProPS untuk memahami audience. Memaksimalkan penggunaan 1st, 2nd, dan 3rd party data untuk keperluan rekomendasi audience buying dan selling. Juga rekomendasi konten dan pengalaman produk.

“Sejak awal ProPS berkomitmen untuk mendukung publisher lokal. Jaringan dan pengalaman Kaskus akan memberikan ProPS kesempatan dalam memperkuat layanan teknologi dan pemanfaatan audience data untuk periklanan digital,” pungkas Edi.

Application Information Will Show Up Here

Cerita Alexander Rusli Soal Tantangan yang Dihadapi Operator Telekomunikasi

Dalam acara Wild Digital yang digelar hari Kamis (16/11), mantan CEO & President Indosat Ooredoo Alexander (Alex) Rusli hadir dalam sesi diskusi. Alex yang menjabat sebagai CEO selama 5 tahun terakhir masih aktif dalam berbagai kegiatan, termasuk menjadi salah satu tamu di acara Wild Digital membahas tantangan yang dihadapi perusahaan telekomunikasi saat ini dan ke depannya.

“Sejak menjabat sebagai CEO di Indosat Ooredoo, fokus utama saya ada tiga, yaitu membenahi teknologi, berinvestasi kepada talenta, dan tentunya go digital dan fokus kepada teknologi,” kata Alex.

Hal tersebut dibuktikan Alex dengan beberapa kemitraan hingga fitur digital yang dihadirkan perusahaan, termasuk Cipika Play, Cipika Books, Dompetku, dan lainnya. Namun di tahun 2017, semua produk digital Indosat, kecuali IMX, ditutup. Indosat memutuskan kembali ke khitah dengan menjadi perusahaan operator telekomunikasi.

“Saat ini hampir 99% pelanggan Indosat Ooredoo adalah pelanggan kartu prabayar. Revenue datang 80% dari bisnis tradisional dan hanya 20% saja berasal dari digital,” kata Alex.

Perusahaan operator telekomunikasi harus bisa pivot

Meskipun menyadari masih banyak kekurangan dari perusahaan operator telekomunikasi, seperti kurang cerdas mengelola big data, dengan kemitraan yang tepat mereka diklaim mampu menghasilkan produk yang baik dan digemari pelanggan.

“Kemitraan kita yang terbilang sukses di antaranya adalah dengan Facebook dan Iflix. Kemitraan dengan partner global tersebut sengaja kami lakukan karena memudahkan kami untuk menghadirkan produk yang sudah ada, dibandingkan harus membuat dari awal,” kata Alex.

Namun demikian tidak banyak perusahaan global tersebut yang bersedia untuk melakukan kustomisasi terkait teknologi mereka dengan Indosat Ooredoo. Hanya Iflix saja yang bersedia untuk melakukan penyesuaian, sementara layanan musik streaming berlangganan Spotify, enggan untuk melakukan perubahan.

“Saya menyarankan untuk perusahaan lokal hingga asing yang ingin bermitra dengan perusahaan operator telekomunikasi harus bisa menyesuaikan dan bersedia melakukan perubahan yang ada,” kata Alex.

Disinggung tentang makin banyaknya perusahaan operator telekomunikasi yang mengalami kesulitan mengembangkan bisnis saat ini, Alex mengungkapkan tidak hanya di Indonesia saja perusahaan operator telekomunikasi yang mengalami kesulitan tersebut, namun juga perusahaan operator telekomunikasi di negara lainnya.

“Untuk itu saya melihat selanjutnya perusahaan operator telekomunikasi harus bisa melakukan pivoting dan mencoba sesuatu yang baru, sekaligus meyakinkan ekosistem,” kata Alex.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Wild Digital Indonesia.

Empat Komponen Pendorong Transformasi Digital Bisnis

Revolusi industri tengah mencapai babak baru, sebagai refleksi dari perkembangan teknologi yang sudah ada saat ini. Internet, IoT, perangkat mobilitas, hingga pemrosesan data yang kian canggih telah terbukti mampu memberikan dampak baik di berbagai bidang, tak terkecuali bisnis. Oleh karenanya jargon “transformasi digital” sangat kuat didengungkan akhir-akhir ini.

Di kesempatan acara Microsoft Industry Summit Indonesia, COO Microsoft Indonesia Linda Dwiyanti turut memaparkan tentang topik transformasi digital. Ia mengungkapkan bahwa proses tersebut sangat penting untuk diikuti bisnis saat ini guna mempertahankan sekaligus mengakselerasi laju bisnis yang sudah ada. Karena orientasi konsumen juga kian tinggi ekspektasinya.

Menurut Linda, transformasi digital sendiri mencakup berbagai aspek. Tujuan utamanya ialah membuka peluang sebesar-besarnya kepada industri untuk semakin inovatif dan kreatif memaksimalkan sumber daya teknologi yang ada. Setidaknya ada empat hal yang ditekankan Linda berkaitan dengan transformasi digital yang dapat dilakukan oleh suatu bisnis. Berikut poin-poinnya:

Dimulai dari internal bisnis, memaksimalkan potensi SDM

Secanggih apa pun teknologi hanya akan berperan sebagai sebuah tools. Keluaran yang dihasilkan bergantung dengan brainware yang mengoperasikan. Oleh karenanya Linda mengatakan bahwa memberdayakan SDM yang ada di lingkungan bisnis menjadi salah satu urgensi utama dan yang paling awal dalam melakukan transformasi digital. Investasi untuk meningkatkan pemahaman SDM terkait teknologi sangat perlu, untuk membangun literasi digital itu sendiri.

Libatkan komponen yang turut berpengaruh dalam bisnis

Salah satu hasil yang dapat dicapai dari transformasi digital yang telah dimulai dari sisi internal bisnis adalah jam kerja yang cenderung lebih fleksibel. Namun hal tersebut tidak akan efektif jika perkembangannya tidak diikuti oleh komponen di sekitarnya, dan yang paling berpengaruh besar bagi bisnis tentu pelanggan. Pendekatan kepada pelanggan juga harus mampu diakomodasi dengan pintar, selain menyuguhkan ragam teknologi yang sesuai, optimasi sistem modern –sebut saja AI atau komputasi awan—dapat menjadi solusi yang efektif untuk turut membawa pelanggan bisnis ke dalam transformasi digital. Tujuannya memberikan pengalaman sekaligus membantu lingkungan internal bisnis untuk membantu pelanggan menyesuaikan.

Optimalkan operasi bisnis melalui teknologi

Studi Microsoft mengemukakan bahwa perjalanan transformasi digital saat ini kebanyakan diawali dari perusahaan retail di kawasan Asia. Mayoritas pebisnis di era digital sangat sadar pentingnya transformasi digital. Misalnya pemanfaatan komputasi awan untuk menyederhanakan infrastruktur bisnis. Secara umum Linda menyebutkan bahwa transformasi digital sangat membuka peluang baru dalam bisnis, dan pebisnis 90% mempercayai itu. Selain memberikan dampak terhadap lebih cepatnya pelayanan bisnis, transformasi dalam operasi bisnis dinilai akan turut menekan berbagai pengeluaran perusahaan, sehingga dapat dioptimalkan untuk mengembangkan bagian lain, misalnya SDM.

Transformasi digital turut mengubah proses bisnis

Transformasi digital tidak sesederhana mengubah pendekatan penulisan dengan kertas menjadi komputer. Lebih dari itu, berbagai proses dalam bisnis perlu disesuaikan, didorong dengan inovasi teknologi. Dicontohkan dalam bisnis ritel, melalui sambungan kanal pemasaran digital mereka dapat menjangkau konsumen yang lebih luas. Implikasinya harus ada penyesuaian produk, misalnya apakah dimungkinkan untuk disampaikan secara digital, atau penyesuaian pengemasan sehingga memberikan efisiensi dalam proses pengiriman. Pada dasarnya transformasi digital adalah proses yang perlu dicapai dari hulu hingga ke hilir.

Bukalapak Sebut Telah Sandang Status “Unicorn”

Bukalapak menyebutkan pihaknya telah menyandang status startup unicorn, menyusul Go-Jek, Traveloka, dan Tokopedia. Valuasi yang diklaim Bukalapak mencapai lebih dari US$1 miliar (sekitar Rp13,5 triliun).

“Itu [dananya] dari investasi, tapi saya belum bisa share siapa [investornya]. Pokoknya sudah one billion [dollar],” terang Co-Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky dikutip dari Tempo, Kamis (16/11).

Kepada DailySocial, Zaky memberikan keterangan:

“Pak Menteri [Rudiantara] bercerita sekarang baru ada tiga startup unicorn di Indonesia. Dia cerita, ‘Bukalapak bentar lagi juga unicorn nih’. Aku bales, ‘sudah pak’. Kira-kira begitu.”

Zaky memastikan bahwa Bukalapak akan tetap mempertahankan kepemilikan lokal di dalam perusahaan yang sudah dia rintis sejak 2010. Dia menjamin Bukalapak tidak akan jatuh ke tangan asing.

Kendati demikian, bukan berarti Zaky anti dengan asing. Dia tetap membuka kesempatan meski perusahaan asing bukan jadi pemilik mayoritas.

Menurut data terakhir, pemilik terbesar saham Bukalapak adalah konglomerasi media EMTEK, yang per laporan kuartal ketiga 2017 memiliki 49,21% saham layanan marketplace yang didirikan Zaky bersama Fajrin Rasyid dan Nugroho Herucahyono.

Go-Jek memastikan statusnya sebagai unicorn setelah perolehan pendanaan tahun lalu. Sementara Traveloka dan Tokopedia tahun ini masing-masing mengumumkan pendanaan serupa untuk mencapai level eksklusif yang sama. Kita tunggu pengumuman konkret dari Bukalapak.

Application Information Will Show Up Here

Kresna Asset Management Kini Jual Produk Reksadana Lewat Platform Supermarket Reksadana

Perusahaan manajer investasi Kresna Asset Management (KAM), anak usaha dari Kresna Graha Investama, menggandeng platform online Supermarketreksadana.com (SMARD) sebagai langkah ekspansi memperluas kanal distribusi di jalur online.

Supermarket Reksadana adalah perusahaan fintech yang sudah memiliki izin Agen Penjualan Reksa Dana (APERD) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), berdiri sejak 2015.

KAM akan menjual empat produk reksadana open end lewat SMARD. Keempat produk itu adalah Kresna Indeks 45, Kresna Flexima, Mrs Bond Kresna, dan Mrs Cash Kresna. Perusahaan memiliki delapan produk reksadana, empat diantaranya adalah reksadana open end dan sisanya bersifat eksklusif.

Head of Strategic Partnership KAM Rully Rizkiansah mengatakan melalui kerjasama ini, perusahaan yakin dapat memperluas jaringan distribusi penjualan produk unik dengan membuka seluruh kanal distribusi kepada setiap unit bisnis.

“Memberikan pelayanan penuh kepada seluruh masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen reksadana guna mencapai impian masa depan nasabah,” katanya, Kamis (16/11).

Pendiri dan Presiden Direktur SMARD Jason Indarto menambahkan pihaknya yakin kolaborasi ini akan memberikan pelayanan yang lebih baik bagi para investor reksadana di Indonesia.

“Kami ingin mengedukasi masyarakat mengenai investasi khususnya mengenai reksadana, lewat platform online yang mudah dan transparan. Kami percaya bahwa investasi harus mudah dan nyaman. Melalui kolaborasi dengan KAM, kami akan memberikan pelayanan yang lebih baik bagi para investor di Indonesia,” pungkas Jason.

Platform P2P Lending Mekar Kini Rambah Layanan Crowdfunding

Platform P2P lending Mekar melakukan ekspansi bisnis dengan meluncurkan produk baru yang bergerak di bidang urunan dana (crowdfunding). Produk ini akan menyasar perusahaan skala kecil dan menengah sebagai target penerima dana.

Solusi ini dihadirkan untuk mendukung bisnis dalam mencari alternatif dukungan bisnis secara finansial. Pemberi dana pun memiliki alternatif investasi lainnya di luar peer-to-peer lending.

Setiap bisnis yang dipajang dalam platform Mekar, telah melalui proses seleksi. Persyaratannya tidak ada yang khusus, minimal bisnis tersebut sudah berjalan selama satu tahun, menunjukkan performa bisnis dan produksi yang baik.

“Kami hanya memilih perusahaan dengan bisnis yang sudah bertumbuh, produknya inovatif, ada dampak sosial, dan memilih bisnis yang ramah lingkungan. Tidak ada aturan khusus,” terang COO Mekar Pandu Aditya Kristy, Kamis (16/11).

Secara model bisnis, bisnis yang berhasil lolos dalam seleksi Mekar mendapat kesempatan selama 30 hari untuk memulai proses pengumpulan dana. Apabila dalam kurun waktu tersebut target dana belum tercapai, Mekar akan mengembalikan kembali ke pemilik bisnis apakah mau diperpanjang atau berhenti.

Bila berhenti, seluruh dana yang sudah terkumpul akan dikembalikan ke pemberi dana tanpa ada potongan biaya.

Ada dua skema model pendanaan yang bisa dipilih pemilik bisnis, yaitu bagi hasil dan pre-order. Dalam skema bagi hasil, pemberi dana yang menginvestasikan uangnya untuk mendukung sebuah campaign dari suatu bisnis akan memperoleh pembayaran secara periodik. Besarannya dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan yang dicatatkan oleh bisnis tersebut.

Sedangkan untuk pre-order, pemilik bisnis dapat menggunakannya untuk mencari pembeli produk mereka lewat situs Mekar. Penerima dana akan menerima produk dengan harga yang lebih murah dari harga ritelnya. Dengan skema ini, pemilik bisnis akan terbantu dalam menutupi biaya produksi dalam jumlah besar.

Adapun, untuk sementara platform Mekar terdapat tiga perusahaan yang melakukan crowdfunding, yakni printer 3D BB-130 dari BikinBot, startup manajemen keuangan Akun.biz, dan sepeda unik berbahan bambu Ewabi Bookit. Untuk BikinBot dan Ewabi, skema pembayaran yang ditawarkan adalah pre-order sementara Akun.biz menawarkan pembagian hasil pendapatan dari penjualan.

Target dan rencana bisnis Mekar

Untuk layanan P2P lending Mekar, ditargetkan sampai akhir tahun ini dapat menyalurkan dana sebesar Rp25 miliar. Adapun hingga November 2017, perusahaan mengklaim telah menyalurkan dana sebesar Rp20 miliar.

Disebutkan bahwa angka tersebut sebenarnya telah mencapai target yang ditentukan perusahaan, kendati layanan ini baru resmi operasional pada Februari 2017.

Dana yang sudah disalurkan tersebut, digunakan untuk membantu 9 ribu pemilik bisnis mikro dengan rerata pinjaman antara Rp1 juta sampai Rp2 juta. Untuk kontributor penyaluran dana, Mekar bermitra dengan dua koperasi, yaitu Koperasi Komida dan Koperasi Abdi Kerta.

Selain menggunakan dana P2P lending untuk penyaluran dana, Mekar juga bermitra dengan Indosurya Finance sebagai pihak investor.

Untuk tahun depan, CMO Mekar Randy Gunadi menuturkan pihaknya menargetkan dapat tumbuh 10 kali lipat menjadi Rp200 miliar. Strategi yang akan dilakukan adalah memperbanyak mitra lender, perusahaan akan menyasar BPR selain koperasi. Ditargetkan sampai akhir tahun depan akan menambah delapan mitra baru.

Randy juga menuturkan bahwa tahun depan perusahaan mulai berencana melepas saham maksimal 25% untuk investor baru. Investor ini terkait penggalangan dana yang rencananya akan dilakukan perusahaan. Selama ini, Mekar menggunakan dana dari Yayasan Putera Sampoerna untuk operasionalnya.

“Sampai hari ini dana yang kami pakai berasal dari Yayasan Putera Sampoerna. Mekar tidak menutup, malah membuka. Hanya saja tidak agresif mencarinya karena belum fokus ke sana dan dana kami masih tercukupi sampai tahun ini. Untuk tahun depan kami berencana mulai melepas saham maksimal 25% kepada investor baru,” pungkas Randy.