Riset JustWatch: Netflix dan Disney+ Jadi Platform SVOD Paling Laris Sepanjang Q1 2023

Maraknya layanan Subscription Video on Demand (SVOD) telah mengubah perilaku konsumen di Indonesia. Kini pengguna dapat mengakses berbagai konten di berbagai genre, memungkinkan mereka menjelajahi acara, film, dan dokumenter baru dari seluruh dunia.

Beberapa platform SVOD besar yang beroperasi di Indonesia adalah Netflix, iFlix, Disney+ Hotstar, Vidio, HBO Go, Prime Video, WeTV, hingga Viu. Platform-platform ini bersaing untuk menangkap permintaan konten SVOD yang terus meningkat di kalangan konsumen Indonesia.

Baru-baru ini JustWatch, merilis laporan SVOD untuk kuartal pertama tahun 2023, memberikan wawasan tentang layanan streaming yang terus berkembang. Laporan ini menawarkan pemahaman mendalam tentang tren, preferensi, dan dinamika pasar platform SVOD, menyoroti kebiasaan streaming pemirsa di seluruh dunia.

Persaingan Netflix dan Disney+ Hotstar

Secara umum laporan JustWatch menampilkan lanskap layanan streaming, memeriksa kehadiran pasar, konten, dan keterlibatan pengguna dari berbagai penyedia SVOD. Dengan basis data ekstensif di lebih dari 70 negara, JustWatch menganalisis data dari jutaan pengguna untuk menawarkan pemahaman mendalam tentang industri streaming.

Di Indonesia sendiri tercatat, saat ini ada 7 layanan SVOD yang paling banyak diakses oleh pengguna dan secara khusus diamati secara detail antara lain Netflix, Disney+hotstar, iFlix (+ WeTV), Viu, Vidio, Prime video dan HBO Go.

Dalam laporan tersebut terungkap, market share untuk Indonesia di kuartal I tahun 2023, Netflix dan Disney+hostar masih menjadi platform SVOD terbanyak yang diakses oleh pengguna di Indonesia sebanyak 22%. Disusul oleh iFlix sebanyak 16%, Viu 12%, Vidio platform lokal sebanyak 10%, kemudian Prime Video dari Amazon sebanyak 9%, dan yang terakhir adalah HBO Go sebanyak 6%.

Dari laporan tersebut juga terungkap Netflix, iflix, dan Viu menunjukkan pertumbuhan positif dengan masing-masing pertumbuhan hingga +1%. Sementara itu Prime Video dan Disney+hotstar masih berjuang untuk mengikuti pasar, dengan penurunan market share masing-masing sebesar -1%.

Dengan memahami variasi regional dan pola keterlibatan pengguna, penyedia dapat menyesuaikan penawaran mereka untuk memenuhi permintaan pasar tertentu dan memaksimalkan basis pelanggan mereka.

Sementara di laporan JustWatch tahun 2022 lalu tercatat, Disney+ Hotstar mendominasi pasar OTT dengan persentase pangsa pasarnya mencapai 23%. Kemudian, secara berurutan disusul Netflix (21%), iflix (15%), Viu (12%), Vidio (10%), Prime Video (9%), HBO GO (7%), dan lainnya (3%). Vidio kembali menjadi satu-satunya platform OTT lokal, dengan angka dua digit melesat dari tahun sebelumnya.

Strategi SVOD menjangkau pengguna

Dalam laporan yang dirilis oleh Media Partners Asia terungkap, pertumbuhan pendapatan Netflix pada tahun 2023 berasal dari pasar Australia yang menguntungkan namun tersaturasi, di mana kinerja Netflix secara bertahap akan didukung oleh pertumbuhan iklan. Sementara itu tingkat pertumbuhan Netflix yang kuat di Jepang dan Korea Selatan, telah menghasilkan pendapatan per pengguna yang tinggi, didukung dengan keuntungan materi dan kontribusi dari negara India, Indonesia, Filipina, dan Thailand.

Pada Februari 2023, perusahaan juga mengumumkan penyesuaian harga di Asia Tenggara. Hal ini diklaim dapat menambah jumlah pengguna di Asia Tenggara, dan dapat bersaing dengan platform SVOD lainnya.

Semantara itu Vidio sebagai satu-satunya platform SVOD lokal yang masuk dalam laporan JustWatch, berambisi dapat mendorong pertumbuhan dan memperkuat posisinya sebagai OTT lokal terkemuka. Menurut laporan dari Media Partner Asia, pada kuartal I 2022, Vidio menjadi platform OTT posisi teratas berdasarkan pengguna aktif bulanan (monthly active user/MAU) dan total durasi menit streaming (minute streamed). Perusahaan terus menambah katalog kontennya di bidang olahraga dan diklaim sebagai terlengkap di Indonesia.

Daftarnya mulai dari Piala Dunia FIFA 2022 Qatar, English Premier League, Liga sepak bola Indonesia (Liga 1, Liga 2, dan Liga 3), Liga Champions UEFA dan UEL, NBA, Liga sepakbola Eropa (Serie A, La Liga, Ligue 1), FA Cup, Formula One, Liga bola voli profesional Indonesia (ProLiga), Liga Bola Basket Indonesia (IBL), Women’s Tennis Association (WTA), dan ragam pilihan konten olahraga premium lainnya. Tak hanya itu, Vidio terus aktif merilis konten original hingga tiga judul setiap bulannya.

Broom Rambah Showroom Offline, Permudah Diler Mobil Bekas Jangkau Konsumen

Startup penyedia ekosistem mobil bekas Broom mulai merambah bisnis showroom offline dinamai BroomHive dengan lokasi perdana di Jatiasih, Bekasi. BroomHive diharapkan dapat memudahkan diler showroom untuk menjual unitnya dengan mudah dan cepat dan memberi akses konsumen ke berbagai pilihan mobil bekas.

Dalam peresmiannya hari ini (25/5), Co-Founder dan CEO Broom Pandu Adi Laras menyampaikan, pihaknya memilih lokasi Bekasi karena menurut data internal, kota tersebut memperlihatkan transaksi jual-beli mobil bekas yang fantastis selama dua tahun belakangan, serta persebaran diler yang sudah bermitra untuk cakupan Jawa Barat, terbanyak datang dari Bekasi.

“Dari 5000 showroom yang sudah bermitra, sebanyak 30% dari Jawa Barat. Lalu dari situ, terbanyak dari Bekasi. Jadi kami yakin untuk mulai dari Bekasi dulu. Rencana kota berikutnya masih belum tahu, masih cari lokasi karena enggak bisa asal,” ujar Pandu.

Sebelum peresmian BroomHive, pihaknya sudah melakukan soft launching sejak 8 Maret 2023. Ada temuan menarik yang didapat, di antaranya selama Ramadan dan Lebaran, ternyata kebanyakan pembeli itu bertransaksi dengan uang tunai daripada kredit. Kemudian, turnover penjualan per mobil rata-rata di showroom sekitar 2-3 minggu.

Hingga kini belum ada data resmi mengenai penjualan mobil bekas di Indonesia. Namun, menurut riset yang ia kumpulkan, tren penjualan mobil bekas capai 3-4 kali dari mobil baru tiap tahunnya. Adapun, asosiasi yang menaungi penjualan mobil baru mencatat sebanyak 1,1 juta unit terjual tahun lalu. Pandu optimistis prospek bisnis mobil bekas bakal cerah ke depannya.

“Perkiraannya berarti pada tahun lalu, mobil baru dan bekas itu yang terjual lima juta unit. Melihat perusahaan otomotif terbesar, Astra dengan Mobil88, ternyata penjualan dalam setahun dengan 12 cabang di Indonesia hanya 15.000-16.000 unit. Artinya, peluang bisnis ini masih sangat luas.”

BroomHive

BroomHive / DailySocial.id

Konsep BroomHive pada dasarnya sama seperti showroom offline kebanyakan, yang memungkinkan calon pembeli untuk melihat langsung unit mobil dan test drive. Yang membedakannya adalah unit-unit mobil yang dipajang di BroomHive berasal dari mitra diler yang menitipkan unitnya untuk dijual oleh Broom.

Head of Growth Broom Yanuar Sutrisno menjelaskan, selama ini diler punya berbagai masalah dalam menjalankan bisnisnya. Mulai dari persaingan yang ketat dengan sesama pebisnis individu atau startup untuk jual-beli mobil, sulit mencari karyawan karena turnover tinggi, hingga biaya operasional besar, apalagi jika ingin ekspansi lokasi baru.

Menurutnya, dari data internal perusahaan, umumnya showroom bekas butuh waktu rata-rata 4-5 minggu hingga mobil yang dipasarkan berhasil terjual, tergantung dari jenis, merek, dan tahun mobil. Sementara, di sisi lain, masih banyak konsumen yang kesulitan menemukan mobil bekas yang sesuai karena keterbatasan akses atau tidak punya waktu untuk berpindah-pindah showroom.

“Solusi yang ditawarkan Broom untuk mereka adalah pemasaran, penyediaan SDM, dan operasional yang lebih efisien. BroomHive itu sepenuhnya dioperasikan oleh Broom. Mitra diler akan membayar sejumlah komisi apabila unitnya terjual,” papar Yanuar.

Ia melanjutkan, “inilah yang menjadi keunikan dan kekuatan dari BroomHive, karena kami dapat mengakomodasi dan memberikan solusi dari kebutuhan setiap stakeholder, baik itu konsumen maupun mitra showroom, langsung dalam satu platform.”

Lebih lanjut, pihak Broom tidak membatasi unit maksimal atau minimal unit mobil yang bakal dititipkan diler ke BroomHive. Namun, tim Broom akan menginspeksi setiap unit dan melakukan appraisal apakah sesuai atau tidak dari kondisi mobil dengan harga yang dipatok diler. Bahkan, calon pembeli juga bisa bawa mekanik sendiri untuk melihat kondisi unit sebelum test drive.

“Setelah sepakat dengan harga jual minimum, kami akan menjual unit ke calon-calon konsumen. Saat terjual, uang diterima dari konsumen ke Broom, lalu akan dipotong komisi sesuai kesepakatan. Baru dana akan diterima diler. Jadi dari sisi diler enggak ada fixed cost yang dibayar di muka.”

BroomHive di Bekasi punya kapasitas display mobil hingga 250 unit di lokasi seluas 9.289 meter persegi, memiliki fasilitas test drive, dan tersedia mitra asuransi dan leasing untuk permudah calon pembeli. Tersedia pula pilihan untuk bayar tunai.

Pandu melanjutkan, “tesis kami adalah berfokus pada teman-teman diler bekas karena selama ini teman-teman di startup teknologi itu selalu menyasar end user. Bukan berarti kami tidak akan ke sana, tapi journey awal kami adalah bagaimana Broom menyelesaikan masalah diler.”

Sehingga, disimpulkan bahwa kehadiran showroom itu dibutuhkan. Bila membeli lewat platform marketplace, bisa tetap melihat unitnya, tapi transaksinya tetap terjadi di showroom. “Physical location sepertinya tetap diperlukan, makanya kami ingin berikan solusi tersebut.”

Saat Broom awal berdiri di 2021, perusahaan memiliki dua produk, yakni buyback dan trading. Produk buyback adalah solusi untuk mengatur kecepatan perputaran inventori mobil pada showroom, dengan cara menjual sementara stok mobil menumpuk ke Broom untuk dibeli kembali sesuai durasi yang ditentukan.

Untuk trading, dalam satu ekosistem Broom, showroom mobil bekas dan konsumen dapat saling memenuhi pasokan mobil yang variatif, berkualitas melalui program trading dan bursa mobil BroomHive.

Sejak dua tahun beroperasi, Broom telah memproses lebih dari 5 ribu transaksi, dengan kehadiran kantor cabang di Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta. Produk buyback diklaim telah beromzet lebih dari Rp1 triliun.

BRI Ventures Akan Bagi Dividen ke Investor Sembrani Nusantara

BRI Ventures (BVI) mengumumkan akan membagikan dividen kepada para investor Dana Ventura Sembrani Nusantara menyusul kinerja laba bersih yang diperoleh beberapa portofolio investasinya. Dividen akan dibagikan dengan yield berkisar 12%-14%.

Co-Founder dan CEO BRI Ventures Nicko Widjaja mengatakan bahwa portofolio Sembrani Nusantara menunjukkan kinerja positif terlepas dari situasi pasar yang tidak menentu pada beberapa tahun terakhir. Industri startup sempat mengalami kenaikan valuasi fantastis di 2021, tetapi sejak tahun lalu investor mulai fokus terhadap profitabilitas.

“Memang challenging, tetapi message kami jelas bahwa kami ingin membangun industri ventura di Indonesia. Kita tidak mungkin fundraising untuk menghidupi perusahaan, melainkan memberikan funding untuk ekspansi perusahaan. Kami ingin mengembalikan kepercayaan di industri startup sehingga [portofolio] harus profit,” ujar Nicko saat Media Luncheon BVI, Rabu (24/5),

Sembrani Nusantara merupakan dana kelolaan yang menghimpun dana dari investor di luar BRI Group. Target investasinya adalah startup tahap awal di sektor non-fintech, termasuk consumer (new retail).

Diketahui, Sembrani Nusantara baru berjalan efektif pada 2021. Putaran dana pertamanya ditutup dengan nilai sebesar Rp150 miliar pada akhir 2020. Beberapa portofolionya adalah Haus! dan Broom.

Fokus di new retail

Chief Investment Officer BRI Ventures Markus Liman menambahkan, Dana Ventura Sembrani Nusantara terus mengeksplorasi peluang investasi di sektor consumer (new retail) karena telah membuktikan profitabilitas dan keberlanjutan pada model bisnisnya.

Saat ini, ada tiga sub sektor yang menjadi fokus utama Sembrani Nusantara di industri new retail, yakni F&B, beauty, dan fashion. Pelaku startup di sektor ini memanfaatkan model D2C untuk menjangkau pasar. “Beberapa tahun terakhir, penerimaan pasar terhadap brand-brand lokal di Indonesia semakin membaik,” tambah Markus.

Mengacu laporan White Paper BRI Ventures bertajuk “The Birth of New Retail”, sektor D2C di Indonesia berkembang pesat. Pertumbuhannya digerakkan oleh kenaikan penetrasi smartphone dan luasnya penggunaan media sosial, memungkinkan masyarakat untuk belanja online produk milik startup D2C.

Selain itu, keberadaan platform e-commerce juga turut membawa dampak terhadap berkembangnya komunitas pengguna. Maka itu, pelaku D2C di Indonesia diprediksi akan meningkatkan skalabilitas dengan cepat dalam beberapa tahun ke depan.

Sektor F&B terbilang menjadi sektor D2C paling produktif di Tanah Air. Sejumlah pemain F&B tak sedikit yang mengamankan investasi dari pemodal ventura, dari Kopi Kenangan (unicorn F&B pertama di Indonesia), Lemonilo, hingga Fore Coffee.

JumpStart Raih Pendanaan Seri B Dipimpin Cool Japan Fund dan Living Lab Ventures

Startup pengembang coffee vending machine JumpStart meraih pendanaan seri B dengan nominal yang dirahasiakan, dipimpin oleh Cool Japan Fund (CJF) dan Living Lab Ventures. Sebelumnya, JumpStart memperoleh pendanaan seri A dari GDP Venture pada 2018.

Dalam keterangan resminya, CEO JumpStart Brian Imawan mengatakan, pihaknya akan menambah jumlah dan variasi mesin penjual otomatis serta memperbarui teknologi sehingga dapat meningkatkan loyalitas pengguna. Pihaknya siap ekspansi ke beberapa kota besar lain, seperti Pulau Jawa dan Bali, pada pertengahan tahun ini.

“JumpStart ingin mewujudkan misinya untuk memberikan pengalaman belanja yang lebih menarik bagi konsumen. Melakukan perekrutan tim yang berkualitas juga menjadi fokus kami dalam mengembangkan bisnis JumpStart yang lebih kompetitif di pasar Indonesia,” tutur Brian.

Sementara, PR Representative Cool Japan Fund Hashimoto menambahkan, investasi ini dapat mendukung upaya perusahaan untuk memperluas penjualan barang dari produsen Jepang, seperti makanan ringan dan minuman, di Indonesia.

“Kami akan mendukung upaya untuk mengomunikasikan daya tarik produk makanan dan minuman Jepang bekerja sama dengan perusahaan terkait. Investasi ini juga bertujuan untuk memperkuat hubungan bisnis antara Jepang dan Indonesia, serta memberikan manfaat bagi kedua negara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kedua negara.”

CJF menilai makanan dan minuman Jepang sangat populer di Indonesia, terlihat dari banyaknya restoran Jepang. Makanan manis Jepang juga banyak diminati turis Indonesia di sana. Di saat yang sama, pasokan makanan Jepang di Indonesia sangat terbatas sehingga sulit didapatkan dengan harga terjangkau.

Ekspansi luar negeri

Lebih lanjut, JumpStart juga sekaligus mengumumkan rencananya untuk ekspansi ke luar negeri pada 2025. Lewat ekspansi ini, JumpStart akan memulai bisnis sebagai pemasar smart coffee machine yang dapat menyajikan lebih dari 20 menu kopi dan non-kopi, seperti cokelat dan teh matcha.

Diketahui, JumpStart merupakan pengembang teknologi mesin pemasaran otomatis. Di 2017, JumpStart menyediakan 500 mesin, dan saat ini sudah mencapai 2000 mesin. Pihaknya juga memproduksi label kopi sendiri yang kini tersedia dalam 25 macam pilihan kopi.

Jajaran manajemen JumpStart

Tak cuma kopi, JumpStart juga mulai menghadirkan vending machine untuk produk makanan ringan, obat-obatan, kosmetik, fesyen, hingga makanan hewan. Pihaknya mengklaim telah membukukan EBITDA positif dengan pertumbuhan pendapatan lebih dari 400% di sepanjang 2022. Pertumbuhan kinerja positif tersebut dikarenakan permintaan pasar yang tinggi pasca-pandemi.

“Bersama dengan tim engineer dan tim kreatif internal, kami sudah menyiapkan beberapa terobosan baru dengan membuat beberapa mesin terkini yang menarik termasuk produk private label di dalamnya yang kami percaya akan lebih mempermudah dan memberikan suatu pengalaman baru untuk para pelanggan kami.” Tutup Brian.

East Ventures Berinvestasi di MADLY, Startup D2C Asal Singapura

East Ventures kembali menambah portofolionya di ranah D2C dengan berinvestasi di rumah desain perhiasan asal Singapura bernama “MADLY”. Dengan mengusung konsep bespoke atau dirancang sesuai pesanan, MADLY berencana menggunakan dana segar ini untuk mempercepat ekspansi global perusahaan.

Sektor perhiasan mewah disebut tengah mengalami peningkatan permintaan bersifat bespoke atau perhiasan yang dipersonalisasi, serta batu permata berwarna. Tren ini diantisipasi dengan baik oleh MADLY dengan menawarkan pengalaman yang seamless dan imersif dan melibatkan klien di setiap langkahnya.

Founder MADLY Maddy Barber mengungkapkan bahwa East Ventures memiliki keyakinan yang sejalan dalam berinvestasi pada manusia. “Komitmen mereka terhadap elemen humanis di dalam bisnis memosisikan mereka sebagai mitra ideal untuk membawa kami ke fase pertumbuhan berikutnya. Dengan dukungan mereka, kami bersiap untuk memperluas jangkauan secara global dan membangun brand perhiasan berkonsep bespoke yang diakui secara internasional,” tambahnya.

Didirikan pada tahun 2014 dengan misi untuk mendisrupsi sektor perhiasan batu berlian di Singapura, MADLY menawarkan kualitas dan nilai batu permata terbaik serta desain sesuai permintaan yang memadukan estetika modern dengan keahlian tradisional dan cerita unik di balik setiap perhiasan.

Material yang digunakan MADLY merupakan batu permata berwarna terbaik 0,1% atau “big three”, yakni Sapphire, Ruby dan Emerald, hingga gelombang batu permata langka seperti Paraiba Tourmaline, Cobalt Spinel, dan Tsavorite Garnet.

Potongan batu permata berwarna mereka dibuat khusus untuk setiap klien yang dirancang dengan warna-warna cerah dan hidup untuk merayakan suatu momen khusus, dibuat dengan memperhatikan semua detail terkecil mereka dan dibuat untuk generasi ke generasi.

MADLY menciptakan perhiasan buatan tangan yang unik dan dirancang dengan teliti melalui proses yang cermat sehingga dapat memberikan nilai unik kepada para pelanggan. Setiap kreasi MADLY yang unik merupakan ekspresi dari klien dan orang yang mereka cintai, dibuat dengan tangan dalam emas 18K dan ditempa oleh tangan para pengrajin ahli.

Dalam waktu 9 tahun, perusahaan telah memiliki kantor tambang sumber mereka sendiri, tim desain perhiasan kelas dunia, lulusan GIA, dan seorang lapidarist internal. Tahun ini, MADLY siap untuk melancarkan ekspansi dan mewujudkan misi untuk menjadi brand perhiasan dengan konsep bespoke internasional terkemuka.

Portofolio D2C East Ventures

MADLY bukanlah portfolio pertama East Ventures di sektor D2C. Sejak tahun 2015, EV sudah berinvestasi di startup retailer kecantikan Sociolla yang saat ini menjadi salah satu pemain utama di pasar beautytech Indonesia. Hingga saat ini, Sociolla telah memiliki 50 toko tersebar di 30 kota yang berada di provinsi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.

Sama seperti kebanyakan segmen D2C lain, industri kecantikan juga cepat dipenuhi para pelaku pasar. Namun sifat produk kosmetik yang habis saat dikonsumsi telah memberikan keunggulan ekstra pada sektor ini dalam hal ekspansi pasar. Selain Sociolla, East Ventures juga berinvestasi di brand D2C produk kecantikan Base dan ESQA.

Paling anyar, modal ventura yang berdiri sejak 2009 ini telah berinvestasi pada startup penyedia solusi rantai pasok menyeluruh, Praktis. Perusahaan menawarkan rangkaian solusi, mulai dari pembelian bahan baku, produksi, fulfillment, dan logistik dengan peningkatan teknologi untuk menyediakan proses operasi yang mudah, efisien, dan dapat diandalkan, baik untuk direct-to-consumer (D2C) brand dan pemasok berfokus di industri fesyen dan kecantikan.

Selain di industri kecantikan, portofolio D2C East Ventures juga merambah sektor healthtech. Salah satunya adalah Diri Care, sebuah klinik digital on-demand yang membantu masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan kulit, rambut, dan area intim.

Sebagai modal ventura yang terbuka pada seluruh sektor (agnostik), tesis East Ventures di balik investasi pada D2C (Direct-to-Customer) adalah para pendirinya. Di setiap segmen D2C East Ventures, para pendiri bersemangat membangun merek yang berfokus pada pelanggan, inovatif, dan pribadi.

Antler Akan Berinvestasi ke 30 Startup Indonesia Tahun Ini

Startup builder sekaligus VC tahap awal Antler mengungkapkan komitmennya untuk meningkatkan investasi di Indonesia hingga 30 perusahaan sepanjang tahun ini. Adapun sejak kehadirannya di Indonesia pada 2021, berdasarkan data di situs web mereka telah mendanai 25 startup, mayoritas berasal dari e-commerce, fintech, dan edutech, serta menariknya seperempat dari startup tersebut dipimpin oleh pendiri perempuan.

Berikut portofolio startup Indonesia yang telah didanai Antler, mengutip dari situs Antler:

Academix (edtech) Geekzwolf (web3) Refundway (fintech)
Akar (agritech) Habaku (SaaS) Secha (proptech)
Bling (e-commerce) Healthpro (healthtech) Sesama Care (healthtech)
Blink (fintech) Lister (edtech) Solutiv (fintech)
Car Clicks (e-commerce) Paireds (security) Teroka (e-commerce)
CareNow+ (healthtech) Pin’J (fintech) Truclimate (cleantech)
Eduku (edtech) Qalboo (healthtech) Ziwa (healthtech)
Envio (e-logisctic) Rassa (e-commerce) Eten (SaaS)
Reach! Finance (fintech)

Dalam situs juga dipaparkan pendanaan untuk startup yang memiliki bisnis di Indonesia, namun tercatat di Antler Singapura. Beberapa namanya adalah Base (ritel), Brick (fintech), Cove (proptech), Sampingan (rebrand jadi Staffinc), dan Ituloh! (consumer-tech).

Lebih lanjut dalam laporan tahunan global Antler berjudul “A Window into Progress”, diungkapkan bahwa Antler telah menerima lebih dari 2.910 pendiri startup yang mengajukan aplikasi pada 2022. Angka tersebut melonjak lebih dari 2.500 aplikasi pada 2021. Jumlah ini mencerminkan Indonesia sebagai pasar digital yang berkembang cepat dan tempat berkembang biaknya inovasi dan kewirausahaan.

“Sebagai investor yang mendukung para pendiri startup paling bersemangat di dunia dari hari pertama hingga sukses, kami mendukung para pendiri startup untuk meluncurkan dan menskalakan generasi berikutnya dari perusahaan yang hebat untuk menangani beberapa masalah yang paling mendesak di zaman kita. Dengan melakukan itu, kami memajukan masyarakat dan membuat kemajuan tak terelakan,” ujar Co-founder dan Managing Partner Asia Antler Jussi Salovaara dalam keterangan resmi, Rabu (24/5).

Dalam cakupan regional, Antler menerima lebih dari 9 ribu aplikasi yang dikirimkan oleh para founder ke program pendiri. Angka tersebut naik dari sebelumnya sebanyak 7 ribu aplikasi di 2021. Menurut Salovaara, pertumbuhan ini mencerminkan Asia Tenggara sebagai pasar digital yang berkembang pesat dan peluang untuk berinovasi, sekaligus menempatkan Antler sebagai tujuan pilihan bagi para founder untuk meluncurkan startup mereka.

Dari aplikasi tersebut, Antler mendanai 72 perusahaan, mulai dari e-commerce, SaaS, fintech, dan logistik, yang tersebar di Singapura, Indonesia, dan Vietnam. Startup tersebut akan mendapatkan keunggulan kompetitif untuk berkembang di kawasan ini dan sekitarnya, memanfaatkan kehadiran global Antler di 25 kota di seluruh dunia.

Sebagai platform global untuk penskalaan dan modal, Antler telah membuka akses ke putaran penggalangan dana berikutnya oleh perusahaan VC tingkat satu seperti Sequoia, Target Global, Golden Gate Ventures, Y Combinator, 500 Global, East Ventures, dan lainnya. Hasilnya, para pendiri Antler terus mengumpulkan lebih dari $400 juta setelah mendirikan startup mereka bersama Antler.

Dalam program inkubasinya, Antler membaginya menjadi dua fase. Fase 1 didedikasikan untuk menemukan co-founder, memvalidasi ide, dan mengembangkan bisnis. Fase 2 adalah jalur akselerasi, para founder akan menggunakan pendanaan Antler untuk mengeksekusi ide, memasukkan pelanggan, dan mendapatkan daya tarik untuk akhirnya meningkatkan putaran awal.

Sepanjang program yang berlangsung selama enam bulan ini, Antler menawarkan ruang kantor, mentor pribadi, presentasi dengan pembicara eksternal, dan koneksi ke jaringan mentor global. Jika dalam Fase 2 startup memperoleh pendanaan dari Antler, mereka akan mendapat dana mulai dari $125 ribu untuk 10% saham di perusahaan.

Apabila dalam perkembangan startup terus berkembang pesat, Antler juga membuka opsi untuk terus mendukung hingga putaran seri C. Cohort terbaru untuk Indonesia akan segera di buka pada awal Juni 2023 ini.

eFishery Jadi Startup Unicorn ke-15 Indonesia, Dikabarkan Raih Pendanaan Seri D 1,6 Triliun Rupiah

eFishery dikabarkan mendapatkan pendanaan baru di putaran seri D dengan nilai $108 juta (lebih dari Rp1,6 triliun) yang melontarkan perusahaan ke jajaran unicorn. Pertama kali dikabarkan DealStreetAsia, investor asal Abu Dhabi yakni G42 Global Expansion Fund memimpin putaran pendanaan, diikuti Softbank Vision Fund II dan Northstar Group. Sebelumnya rumor tersebut sudah beredar sejak awal Maret 2023 ini.

Menurut data yang kami peroleh dari Venture Cap, saat ini eFisehery telah menghimpun dana pihak ketiga senilai lebih dari $220 juta dengan valuasi terakhir lebih dari $1,3 miliar — menjadikan mereka sebagai startup unicorn ke-15 di Indonesia. Ini sekaligus menjadi uncorn pertama untuk lanskap aquatech.

Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi industri perikanan yang besar, yang mendorong sejumlah startup berusaha mendemokratisasi dan berinovasi di segmen ini. Selain eFishery sejumlah startup aquatech lain di Indonesia termasuk Fishlog, JALA, DELOS, dan FisTx. Mereka juga telah mendapatkan dukungan pendanaan dari pemodal untuk melancarkan penetrasi bisnisnya di industri perikanan/pertambakan di tanah air.

Startup Unicorn Indonesia 2023
Startup Unicorn Indonesia 2023

Startup yang didirikan oleh Gibran Huzaifah, Muhammad Ihsan Akhirulsyah, dan Chrisna Aditya pada 2013 ini telah bertransformasi menjadi layanan menyeluruh untuk industri perikanan. Mereka menyediakan solusi dari hulu ke hilir, mulai membantu pembudidaya ikan dan udang meningkatkan efektivitas tambak yang dimiliki, memasarkannya, hingga menghubungkan ke pelanggan akhir.

Selain memperkuat pangsa pasarnya di Indonesia, eFishery memang mulai melirik pasar luar negeri. Awal tahun 2022 lalu saat  mengumumkan pendanaan seri C senilai $90 juta, mereka mengatakan target untuk melakukan ekspansi ke 10 negara akuakultur teratas, seperti India dan Tiongkok. Guna mendukung pertumbuhan ini, eFishery telah memiliki lebih dari 800 karyawan untuk mendukung semua lini bisnisnya.

Sejumlah institusi keuangan juga memberikan dukungan berupa kredit untuk memberdayakan layanan pembiayaan produktif di layanan eFisheryKu. Terbaru, Bank OCBC NISP menggelontorkan dana Rp250 miliar, menyusul Bank DBS Indonesia yang juga memberikan fasilitas serupa bernilai $500 miliar.

Simak juga bincang-bincang kami dengan CEO eFishery dalam sesi DSCussion:

Application Information Will Show Up Here

Insider Peroleh Dana Segar 1,5 Triliun Rupiah, Siap Akuisisi Startup Indonesia

Platform SaaS Insider mengumumkan telah menutup pendanaan segar senilai $105 juta (lebih dari 1,5 triliun Rupiah) dari investor terdahulu QIA dan Esas Private Equity. Disebutkan putaran ini membawa total pendanaan yang telah diraih Insider mencapai $274 juta (sekitar 4 triliun Rupiah).

Dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.id, Rabu (24/5), Insider akan menggunakan dana tersebut untuk mempercepat strategi anorganik yang berfokus pada merger & acquisition (M&A) dan membangun teknologi perusahaan.

Regional Managing Director SEA Insider Jack Nguyen menjelaskan, strategi baru ini akan menguntungkan bisnis perusahaan di Indonesia, dengan jajaran nama klien besarnya, seperti Telkomsel, Blibli, dan Garuda, dalam rangka meningkatkan pengalaman pelanggan mereka.

“Injeksi $105 juta dolar ini ditujukan untuk akuisisi perusahaan di Indonesia dan mencapai target lebih jauh lagi. Ini akan menjadi game-changer bagi kami, terutama karena Indonesia adalah salah satu pasar kami yang paling strategis,” kata dia.

Nguyen melanjutkan, di awal tahun, perusahaan mengumumkan pertumbuhan yang mengesankan di Indonesia sejak peluncuran pertama kali beroperasi pada tujuh tahun lalu. Sebelumnya, perusahaan berfokus pada pertumbuhan melalui cara organik—menghasilkan klien besar, termasuk Auto2000, IKEA, dan Otten Coffee.

“Investasi ini membuka peluang tak terhingga untuk [melakukan] akuisisi strategis di Indonesia. Kami aktif mencari bakat lokal terbaik yang ditawarkan industri ini sembari mengembangkan tim dan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Dengan investasi ini, kami dapat mendorong inovasi produk lewat akuisisi perusahaan yang punya solusi terdepan, guna mendukung para pemimpin di bidang pemasaran dan e-commerce, serta meningkatkan nilai dan pertumbuhan dari pengalaman pelanggan mereka,” ujarnya.

Sumber: Insider

Co-Founder & CEO Insider Hande Cilingir menjelaskan, hingga kini perusahaan telah berhasil mencapai pertumbuhan pesat melalui cara organik. Sekarang, pihaknya ingin mencapai tingkat pertumbuhan yang tak tertandingi dengan strategi yang berfokus pada M&A.

Dia bilang, dana segar tersebut akan digunakan secara eksklusif untuk tujuan mengakuisisi perusahaan produk luar biasa di kawasan APAC, termasuk Indonesia untuk lebih melengkapi teknologi Insider dan menciptakan sinergi produk.

“Tidak seperti investasi seri D kami sebesar $121 juta pada 2022 yang telah memperkuat cadangan modal kami untuk pengeluaran operasional di tahun-tahun mendatang, putaran terakhir ini secara khusus akan mendorong pertumbuhan anorganik melalui M&A,” imbuh Cilingir.

Putaran seri D yang diumumkan tahun lalu membawa valuasi Insider sebesar $1,22 miliar sehingga masuk ke dalam jajaran unicorn.

Dia melanjutkan, “respon pasar dan pelanggan kami usai Insider mengakuisisi MindBehind pada awal tahun ini, mendorong keinginan kami mengeksplorasi peluang lebih lanjut untuk mengakuisisi perusahaan yang unik dengan teknologi terdepan di industri untuk melayani pelanggan kami lebih baik, mendorong lebih banyak nilai, dan mencari solusi inovatif untuk mengatasi tantangan terbesar para pemasar.”

Solusi Insider

Di luar Indonesia, Insider memiliki lebih dari 1.200 pelanggan. Sepertiganya adalah Fortune Global 500 dan beberapa merek ternama, termasuk Singapore Airlines, Estée Lauder, Samsung, Vodafone, Allianz, Virgin, Toyota, New Balance, IKEA, GAP, L’Oreal, Santander, BBVA, Pizza Hut, Newsweek, Nissan, AVIS, MAC, Marks & Spencer, Avon, dan CNN.

Insider berfokus pada penyediaan platform utama untuk membangun pengalaman lintas saluran yang individual—memungkinkan pemasar perusahaan untuk menghubungkan data pelanggan di seluruh saluran dan sistem, memprediksi perilaku masa depan mereka dengan AI intent engine dan membangun pengalaman pelanggan individual.

Pemilik brand dapat menggunakan platform Insider untuk memberikan pengalaman yang konsisten dan menarik di seluruh Web, Aplikasi, Web Push, Email, SMS, WhatsApp Commerce, dan lainnya.

Dalam wawancara terdahulu bersama DailySocial.id, Country Manager Insider Indonesia Arifin Iskandar menyampaikan, Insider memanfaatkan data serta penerapan teknologi AI dan machine learning. Proses tersebut yang diklaim sudah menjadi fondasi bisnis yang tepat bagi Insider dengan mengawali semua dari data, yang mereka dapatkan dari consumer behaviour yang dapat dipantau dari digital enabler atau digital operator. Selain itu data tersebut juga bisa dikombinasikan dengan data yang sudah ada di sistem legacy.

Menurutnya, konsumen saat ini rata-rata terlibat secara digital dengan brand di enam saluran atau lebih. Pemasar ditantang untuk terlibat dengan pelanggan di saluran pilihan mereka saat mereka paling aktif. Platform bertenaga AI Insider menyatukan serangkaian kemampuan personalisasi paling luas dengan saluran pesan yang muncul, seperti WhatsApp, Facebook, RCS, dan SMS.

“Media sosial di Indonesia masih menjadi tools terbaik untuk kegiatan pemasaran. Facebook dan Instagram memiliki jumlah sangat besar di Indonesia dan menjadi channel pilihan untuk kegiatan pemasaran, tetapi Insider juga memiliki opsi lain di luar media sosial.”

Skorlife Raih Pendanaan Awal Senilai Rp59,5 Miliar Dipimpin Hummingbird Ventures

Startup pengecekan skor kredit Skorlife hari ini (24/05) mengumumkan pendanaan tahap awal senilai $4 juta atau lebih dari Rp59,5 miliar dipimpin oleh Hummingbird Ventures. Turut berpartisipasi dalam putaran ini investor baru QED Investors, serta investor terdahulu AC Ventures dan Saison Capital.

Rencananya, Skorlife akan menggunakan dana segar yang baru didapat ini untuk mengembangkan produk, memperluas tim, meningkatkan penetrasi pasar, dan mendorong pertumbuhan perusahaan secara umum. Sebelumnya, perusahaan sempat mengumumkan perolehan dana tahap pra-awal lebih dari Rp32,8 miliar pada September 2022 lalu.

Didirikan oleh para veteran terkemuka di ekosistem teknologi lokal, Ongki Kurniawan dan Karan Khetan, SkorLife menawarkan pembangunan kredit bagi individu untuk mengakses dan memantau skor dan laporan kredit mereka serta data terkait lainnya dari biro kredit secara instan dan gratis.

Sebagai salah satu pionir layanan credit builder di Indonesia, Skorlife mencoba mengatasi masalah akses terbatas terhadap kredit yang adil di Indonesia dengan menyediakan pendidikan kredit, alat untuk meningkatkan kredit, dan mempromosikan pinjaman yang bertanggung jawab.

Co-founder dan President SkorLife Karan Khetan menjelaskan, “Dengan dana yang kami peroleh, SkorLife siap untuk mempercepat misinya dalam mempromosikan pinjaman yang bertanggung jawab dan praktik kredit yang adil di Indonesia. Kami berkomitmen untuk mendorong literasi keuangan di kalangan individu dan komunitas.”

Skorlife mengungkap bahwa Indonesia memiliki peluang pasar mencapai $185 miliar yang akan terus berkembang. Namun, warga negara ini masih memiliki keterbatasan akses terhadap kredit yang adil disebabkan oleh pengetahuan terbatas pasar mengenai bagaimana kredit berfungsi, dan bagaimana menjadi peminjam yang bertanggung jawab.

Perusahaan mengklaim, ketika masyarakat memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang profil kredit mereka, maka mereka akan berusaha untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan kelayakan kredit dan reputasi keuangan mereka. Hal ini akan memberikan mereka akses ke peluang kredit yang lebih adil, serta bermanfaat bagi masyarakat secara umum dalam jangka panjang.

Founder dan Managing Partner AC Ventures Adrian Li menambahkan, “SkorLife merevolusi pasar Indonesia dengan mengatasi masalah nyata mengenai ketimpangan keuangan, dan AC Ventures dengan bangga menjadi investor awal dan mitra generasional perusahaan ini. Melalui misi untuk membawa keadilan dan kebebasan keuangan ke pasar, SkorLife membuka jalan bagi masa depan yang lebih inklusif dan sejahtera bagi semua masyarakat Indonesia.”

Layanan skoring kredit di Indonesia

Di Indonesia, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk pengecekan skor kredit. Pertama, Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP) sebagai Biro Kredit Konvensional. Selain itu, bisa melalui BI Checking, yang sekarang sudah berubah menjadi Informasi Debitur (iDEB) atau Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).

Data yang digunakan di sini utamanya bersumber dari basis data bank atau lembaga finansial lainnya. Namun, seiring perkembangan layanan fintech di Indonesia, industri perbankan juga mulai terbuka memanfaatkan sumber data alternatif demi memperluas jangkauannya ke segmen masyarakat unbankable dan UMKM.

Dengan begitu, penyelenggara fintech melalui model bisnis Innovative Credit Scoring (ICS) juga mencoba menyediakan solusi serupa dengan memanfaatkan sumber data alternatif yang tidak terbatas pada rekening bank. Contohnya, data belanja daring, data telekomunikasi, juga rekam jejak di media sosial dapat menjadi sumber alternatif.

Terkait regulasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah membuat klaster khusus bernama Innovative Credit Scoring (ICS) sebagai penyelenggara Inovasi Keuangan Digital (IKD). Per Mei 2023, sudah ada 20 perusahaan yang tercatat dalam klaster credit scoring. Untuk Skorlife saat ini masih tercatat di klaster financial planner.

Beberapa layanan pengecekan skor yang juga beroperasi di Indonesia termasuk IdFintechScore yang diluncurkan AFPI dan PEFINDO, layanan CredoLab yang memanfaatkan metadata perangkat mobile, Tokoscore yang terafiliasi dengan Tokopedia, anak perusahaan Investree, AIForesee, dan Ascore.ai yang disediakan oleh layanan P2P Lending Amartha.

Application Information Will Show Up Here

Kopi Kenangan Bidik Ekspansi ke Lima Negara di Asia Tenggara

Kopi Kenangan (Kenangan Brands) gencar ekspansi ke Asia Tenggara hingga 2030. Rencananya, perusahaan akan memperluas jangkauannya ke lima negara baru dan menambah 100 outlet di Malaysia yang sudah masuk sejak tahun lalu.

Disampaikan saat acara halal bihalal bersama media (17/5), Group CEO of Kenangan Brands Edward Tirtanata menargetkan dapat membuka sekitar 50 outlet lewat ekspansi baru pada tahun ini jika proses riset dan eksplorasi sudah selesai. Secara keseluruhan, totalnya ada 150 outlet di Asia Tenggara.

“Kita tidak berencana ekspansi ke Eropa, tapi tidak menutup kemungkinan kita lakukan. Kita ingin Kopi Kenangan menjadi global brand. Pertama, kita fokus ekspansi di lima negara di Asia Tenggara, yang pada akhirnya kita akan masuk ke Eropa dan Amerika,” kata Edward.

Tahun lalu, Kopi Kenangan mengawali ekspansi pertamanya di Asia Tenggara dengan membuka sepuluh gerai di Malaysia. Menurut Edward saat itu, ekspansi Malaysia seharusnya ditargetkan dapat terealisasi pada 2020, tetapi tertunda karena pandemi Covid-19.

Persiapan IPO

Edward juga bicara persiapan Kopi Kenangan melantai di bursa saham. Startup coffee chain yang sudah menyandang status unicorn ini tengah fokus melakukan restrukturisasi perusahaan, baik tata kelola hingga urusan legal. Edward menilai, jika melihat pengalaman perusahaan lain, banyak yang menunda IPO karena kurang persiapan.

Perusahaan juga masih melihat kondisi makroekonomi dan pertumbuhan perusahaan sehingga IPO dapat dilakukan di waktu yang tepat dan fundamental sudah mencapai titik yang baik. “Restrukturisasi perusahaan saat ini sudah on the way. Harusnya akhir tahun ini sudah selesai semua persiapan tersebut. Namun, kapan waktu kita untuk IPO masih belum kita pastikan,” tuturnya.

Perusahaan juga belum memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan lanjutan tahun ini. Pendanaan terakhir yang mereka peroleh adalah, pendanaan seri C senilai $96 juta atau setara Rp1,3 triliun tahun 2021 lalu.

Sebagai informasi, pada 2020, Kenangan Brands mulai merambah ke kategori makanan seperti roti dan soft-baked cookies, dan juga Chigo x Flip yang menyajikan makanan gurih, seperti fried chicken dan burger. Pada 2022, perusahaan masuk ke pasar FMCG melalui peluncuran produk siap minum Kopi Kenangan Hanya Untukmu.

Menjadi perusahaan F&B berkelanjutan

Lebih lanjut, Kenangan Brands juga ingin mendukung prinsip Environment, Social, dan Governance (ESG). Pihaknya menyadari bahwa perusahaan yang berkelanjutan harus sehat secara finansial sehingga dapat mendukung ESG. Maka itu, Kenangan Brands memiliki target untuk menjadi perusahaan sustainable sekaligus profitable pada 2030.

Beberapa strategi, seperti ekspansi gerai, inovasi produk, hingga
pemasaran yang intensif telah dilakukan untuk menjalankan bisnis yang sehat dan membangun profitabilitas. Termasuk juga menerapkan eco-friendly operations dengan fokus utama untuk mencapai zero waste tolandfill.

Saat ini, Kenangan Brands telah menjalin kemitraan dengan pelaku UMKM hingga startup yang memiliki layanan dan produk berdampak kepada lingkungan. Mulai dari melancarkan proses daur ulang bermitra dengan Octopus hingga startup cleantech yang menawarkan jasa pengelolaan sampah, termasuk di dalamnya pengumpulan, pemilahan, serta daur ulang, yaitu Rekosistem.

“Kami sangat terbuka untuk membuka kolaborasi dengan pihak terkait. Kita membuka kesempatan kerja sama dengan UMKM hingga startup yang memiliki layanan dan produk berdampak pada lingkungan.” Tutupnya.

Application Information Will Show Up Here