AMVESINDO: Peran Perusahaan Modal Ventura Daerah Belum Optimal

Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (AMVESINDO) baru saja merilis laporan terkait kinerja industri modal ventura di 2022. Pihaknya mencatat pertumbuhan aset pada Perusahaan Modal Ventura (PMV) yang diikuti dengan tren penurunan jumlah PMV di sepanjang tahun. 

Dalam laporannya, gabungan aset PMV, baik konvensional maupun syariah, naik mencapai Rp25 triliun. Kenaikan tersebut didorong oleh peningkatan aset lancar, yakni penyertaan ekuitas yang tumbuh 56,4% menjadi Rp6,67 triliun pada periode 2020-2022. 

AMVESINDO menilai pertumbuhan aset menjadi salah satu indikator positif di tengah badai industri teknologi di Indonesia. Adapun, PMV di luar DKI Jakarta disebut lebih banyak menyalurkan pembiayaan usaha produktif dibandingkan penyertaan ekuitas dengan pertumbuhan 7% menjadi Rp10,6 triliun (2020-2022).

Sumber: AMVESINDO

Di sisi lain, laporan ini mengungkap bahwa jumlah PMV turun di sepanjang 2022 dari 55 perusahaan (Q1) menjadi 49 (Q4). Penurunan ini disebabkan oleh reformasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai badan pengawas industri modal ventura. Salah satu fokusnya di 2023 adalah menata ulang kegiatan usaha modal ventura sesuai kompetensi atau bidangnya.

Menurut Ketua Umum AMVESINDO Eddi Danusaputro pertumbuhan aset tersebut menandakan pergerakan industri modal ventura semakin baik. “Reformasi OJK bertujuan untuk mendorong PMV agar melakukan kegiatan usaha dalam bentuk penyertaan ekuitas, pembelian obligasi konversi, pembiayaan melalui pembelian surat utang yang diterbitkan Pasangan Usaha pada tahap rintisan awal dan/atau pengembangan usaha dan pembiayaan usaha produktif sesuai dengan POJK 35 Pasal 2,” tambahnya.

Di samping itu, penurunan pemodal ventura di luar Jakarta kemungkinan disebabkan oleh belum optimalnya peran Perusahaan Modal Ventura Daerah (PMVD) dalam menyalurkan pembiayaan/permodalan kepada UMKM. Skala usaha PMVD juga terbilang relatif kecil mengingat masyarakat belum familiar dengan model pembiayaan yang ditawarkan ventura dan cenderung mengambil opsi pembiayaan ke perbankan.

Usulan AMVESINDO

AMVESINDO berupaya untuk mendorong peran PMVD di berbagai daerah untuk menumbuhkembangkan potensi UMKM. Pihaknya menilai PMVD menawarkan sejumlah nilai tambah yang dapat dipertimbangkan kuat oleh pelaku usaha, di antaranya keleluasaan menyusun skema pembiayaan, kejelian mengambil peluang usaha, dan kemampuan memberikan pendampingan.

Dalam laporannya, AMVESINDO juga menyampaikan sejumlah usulan kepada pemerintah untuk mendorong pertumbuhan industri modal ventura di daerah. Usulan ini diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan industri modal ventura nasional dan ekonomi di Indonesia:

1. Sosialisasi AMVESINDO dan OJK tentang skema PMV Lisensi OJK sebagai salah satu alternatif pendanaan startup
2. Mengurangi jumlah modal pendirian dan persyaratan kepatuhan untuk kepengurusan PMV
3. Mendorong perumusan dan pelaksanaan insentif pajak untuk PMV Lisensi OJK
4. Mengadvokasi tidak ada morotarium untuk PMB Lisensi OJK saat ini dan mendorong pihak berkepentingan untuk proses pendaftaran PMV
5. Pembentukan tim ahli dari ekosistem PMV Lisensi OJK untuk kajian dan formulasi kebijakan terkait regulasi perusahaan modal ventura
6. Mempercepat proses aplikasi dana ventura sambil tetap menjalankan prinsip kehati-hatian
7. Melanjutkan proses RPOJK Perusahaan Pembiayaan Mikro untuk PMV yang berfokus pada pemberian pembiayaan UMKM yang telah berjalan sejak 2021.

Wakil Ketua I AMVESINDO Dennis Pratistha berharap berbagai usulan di atas dapat mendorong pertumbuhan ekosistem startup dan menjalankan misinya untuk berperan aktif membangun industri modal ventura secara profesional.

“Sejalan dengan akselerasi adopsi digital, diiringi dengan populasi besar di Indonesia yang terbukti resilien dalam menghadapi persaingan pasar bebas di 2023, AMVESINDO mengajak perusahaan modal ventura di luar Indonesia untuk bergabung dengan AMVESINDO dan bersama menciptakan ekosistem yang lebih kuat.” Tutupnya.

Laporan e-Conomy SEA 2022 oleh Google, Temasek, dan Bain & Company memproyeksikan ekonomi digital Indonesia mencapai GMV $130 miliar hingga 2025 dengan CAGR 19%, dan tumbuh tiga kali lipat di kisaran $220 miliar-$360 miliar di 2030. Tahun lalu tercatat tiga layanan digital teratas di Indonesia adalah e-commerce, transportasi, dan food delivery.

Dikabarkan Galang Dana Baru, eFishery Menuju Status Unicorn

Mendapatkan dana pinjaman berbentuk debt financing dari Bank OCBC NISP awal bulan Februari lalu, startup aquatech eFishery, dikabarkan tengah menggalang dana baru yang berpotensi menyematkan statusnya menjadi startup unicorn bervaluasi lebih dari 1 miliar dollar — yang pertama di luar sektor e-commerce, fintech, logistik, dan retail.

Dilansir pertama kali oleh DealStreetAsia, eFishery disebutkan sedang dalam proses finalisasi investasi senilai $150 juta (hampir 2,3 triliun Rupiah) yang dipimpin Khazanah Nasional Berhad, sovereign wealth fund milik Pemerintah Malaysia.

Menurut data yang kami miliki, eFishery secara total sudah mendapatkan dana investor senilai $115 juta (lebih dari 1,7 triliun Rupiah), dengan $90 juta di antaranya dikucurkan saat putaran pendanaan Seri C setahun lalu.

Sejumlah investor yang tak ingin disebutkan namanya menyebutkan memang eFishery sudah berada di ambang valuasi unicorn.

DailySocial mencoba untuk mendapatkan konfirmasi tentang hal ini, tetapi pihak eFishery menolak menjawab secara detail.

“Saat ini, kami sedang menjalankan bisnis seperti biasa sambil secara internal mengamati berbagai aspek yang perlu dikembangkan. Bila kami memiliki rencana atau informasi terkait hal terkait, akan kami informasikan segera.”

Didirikan pada tahun 2013, eFishery dimulai sebagai proyek kecil untuk membantu petani lokal mengelola kolam ikan mereka dengan lebih efisien. Saat ini, perusahaan telah berkembang menjadi penyedia teknologi akuakultur terkemuka di Indonesia, dengan jumlah karyawan lebih dari 900 orang. Perusahaan tengah menjajaki potensi ekspansi ke India dalam waktu dekat.

Produk andalan eFishery adalah perangkat IoT (Internet of Things) yang terpasang di kolam ikan untuk memantau kualitas air dan level pakan secara real-time. Perangkat yang terhubung ke aplikasi seluler memungkinkan pembudidaya untuk memantau dan mengontrol kolam mereka dari jarak jauh, menyesuaikan pakan dan parameter air, dan menerima peringatan bila ada masalah atau anomali.

Timeline penggalangan dana

Pendekatan inovatif perusahaan terhadap akuakultur dan komitmennya terhadap keberlanjutan telah membantu perusahaan membangun reputasi yang kuat dan menarik pendanaan dari investor terkemuka lokal hingga asing.

Pada tahun 2013, eFishery mengumpulkan pendanaan putaran awal dari beberapa angel investor. Kemudian pada tahun 2016, eFishery mengumpulkan $2,5 juta dalam putaran pendanaan Seri A yang dipimpin oleh Aqua-Spark, dana investasi global yang berfokus pada akuakultur berkelanjutan. Dana tersebut kemudian digunakan perusahaan untuk meningkatkan produksi perangkat IoT dan memperluas operasinya di Indonesia.

Pada tahun 2018, eFishery mengumpulkan $4 juta dalam putaran pendanaan Seri B yang dipimpin Wavemaker Partners dan UOB Venture Management. Dana tersebut digunakan untuk mengembangkan produk dan layanan baru, termasuk aplikasi seluler untuk petani dan pasar untuk jual beli ikan dan udang.

Kemudian di tahun 2022, eFishery mengumpulkan $90 juta dalam putaran pendanaan Seri C. Dana segar tersebut digunakan perusahaan untuk memperluas operasinya di Indonesia dan mengembangkan teknologi baru untuk lebih mengoptimalkan operasi akuakultur.

Pada tahun 2022 eFishery mendapatkan pinjaman jangka pendek (loan) senilai Rp500 miliar dari Bank DBS Indonesia. Bagi DBS Indonesia ini adalah pinjaman pertama untuk sektor aquatech, sementara bagi eFishery adalah fasilitas pinjaman pertama dari bank.

Application Information Will Show Up Here

Fazz Financial Lakukan Reorganisasi, Salah Satunya Efisiensi Karyawan

Startup fintech Fazz Financial melakukan langkah reorganisasi bisnis pada tanggal 1 Maret 2023. Langkah ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan dalam meningkatkan efisiensi operasional dan merampingkan bisnis.

“Agar kami dapat fokus pada kekuatan inti bisnis utama kami, yakni pembayaran, kredit, dan stablecoin,” ucap juru bicara Fazz saat dihubungi DailySocial.id, Kamis (2/3).

Perusahaan menuturkan keputusan ini diambil setelah melakukan semua langkah pemotongan sejumlah pengeluaran, termasuk pemotongan gaji sukarela, pembekuan gaji para pendiri dan tim eksekutif senior, selain mengurangi elemen biaya tetap yang tidak penting lainnya.

Perusahaan tidak merinci berapa banyak karyawan yang terdampak dari pengambilan keputusan tersebut. Namun, menurut kabar beredar di media sosial, sebanyak 15% dari total karyawan terkena imbasnya.

Berkaitan dengan itu, juru bicara perusahaan menyampaikan, perusahaan tetap memenuhi seluruh kewajiban sesuai perundang-undangan yang berlaku, seperti pesangon, tunjangan hari raya, untuk karyawan terdampak. Tak hanya itu, benefit lainnya juga diberikan seperti, tunjangan kesehatan selama dua bulan dan pendampingan kesehatan mental dari tenaga profesional.

“Selain itu, Fazz akan memberikan dukungan dan sumber daya berkelanjutan kepada karyawan yang terkena dampak untuk membantu mereka dalam mencari pekerjaan,” tutup perusahaan.

Sebagai catatan, ini adalah kedua kalinya Fazz melakukan efisiensi bisnis. Pertama kali diumumkan pada Juni 2020 dengan mengurangi 10% tenaga kerja yang bergerak di bisnis non-inti dan bisnis yang banyak kontak fisik dengan pengguna. Sebelum efisiensi, jumlah karyawan di Fazz tembus 600 orang.

Dikabarkan sedang menggalang dana

Di tengah kabar PHK, Fazz dikabarkan sedang menggalang pendanaan lanjutan seri C. Berdasarkan regulatory filling, MUFG menjadi investor baru yang masuk dalam putaran tersebut. Saat dimintai tanggapannya, juru bicara perusahaan tidak bersedia berkomenter lebih lanjut dan berdalih saat ini perusahaan sedang menyelesaikan bisnis dan keuangannya.

“Kami ingin memberi Anda lebih banyak informasi tetapi ini butuh waktu tambahan untuk menyelesaikan detailnya, kami pun bisa memberi cerita yang lebih lengkap dan akurat.”

Sebelumnya perusahaan mengumumkan putaran seri C pada September 2022 senilai $100 juta. Sejumlah investor ternama berpartisipasi dalam putaran tersebut, seperti Tiger Global, DST Investment, B Capital, Insignia Ventures Partners, dan ACE & Company, dan lainnya. Sebanyak $25 juta dalam total dana tersebut berbentuk debt (term sheet) dari Lendable, sisanya berbentuk ekuitas.

Sebagai grup, Fazz memiliki beberapa lini bisnis. Di antaranya, Fazz Agen, yakni aplikasi keuangan berbasis agen yang melayani usaha mikro dan kecil di Indonesia dengan memberikan kemudahan akses untuk pembayaran, pembelian grosir dan permodalan yang merata. Berikutnya, Fazz Business, rebrand dari Xfers, sebuah akun bisnis untuk membantu startup, UMKM dan perusahaan-perusahaan besar yang sedang berkembang.

Fazz Businesss membantu pebisnis dalam membangun, menjalankan dan mengembangkan bisnis mereka di Asia Tenggara dengan menyediakan kemampuan untuk melakukan dan menerima pembayaran, mengembangkan modal, dan memperoleh pendanaan.

Selain Fazz Agen dan Fazz Business, Fazz juga memiliki unit bisnis lainnya, yakni Modal Rakyat – layanan pendanaan Peer-to-Peer dan pinjaman untuk UMKM, dan StraitsX – infrastruktur pembayaran untuk aset digital.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures dan Temasek Foundation Adakan Kompetisi Inovasi Solusi Perubahan Iklim

East Ventures dan Temasek Foundation, organisasi non-profit filantropi berbasis di Singapura, meluncurkan program Climate Impact Innovations Challenge (CIIC). CIIC adalah kompetisi yang memberikan peluang bagi para inovator teknologi untuk menampilkan inovasi berkelanjutan dalam mengatasi berbagai tantangan ekologis dan mengurangi dampak perubahan iklim.

Para tim akan bersaing untuk memenangkan total hadiah sebesar Rp10 miliar yang akan diberikan kepada para pemenang untuk menguji coba solusi mereka di Indonesia. Tak hanya itu, mereka juga akan mendapatkan eksposur global, mendapatkan akses ke investor, dan banyak fasilitas dan keuntungan lainnya.

Dalam peresmian kompetisi tersebut yang diselenggarakan kemarin (2/3), Co-founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menyampaikan, pihaknya percaya bahwa startup dan entrepreneur memiliki peran penting dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang dihadapi di Indonesia.

“Program ini hadir untuk memberikan kesempatan kepada para inovator untuk menampilkan solusi inovatif dalam menekan berbagai masalah lingkungan yang mendesak. Kami berharap inisiatif ini akan menginspirasi dan mendorong pengembangan inovasi dan solusi teknologi iklim yang pada akhirnya akan berkontribusi pada masa depan yang berkelanjutan,” jelas Willson.

Head Programmes Temasek Foundation Lim Hock Chuan menambahkan, dengan sumber daya alam yang melimpah dan berpotensi untuk pembangunan berkelanjutan, Indonesia memiliki peluang unik untuk memimpin dalam penanggulangan perubahan iklim. Dengan memanfaatkan kreativitas masyarakatnya, serta ekosistem startup yang dinamis, Indonesia dapat berkontribusi secara signifikan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan tangguh.

“Temasek Foundation senang dapat bermitra dengan East Ventures untuk membantu banyak inovator dan pengusaha yang dapat memanfaatkan peluang dan kerja sama untuk meningkatkan solusinya agar bermanfaat bagi ekosistem Indonesia dan sekitarnya,” kata Chuan.

Program CIIC

CIIC 2023 berfokus untuk menyelesaikan empat permasalahan ekologi utama, yakni:

  1. Energi Terbarukan: Ide, inovasi, dan teknologi yang mendisrupsi bagaimana cara kita untuk menghasilkan dan mengadopsi serta mendistribusikan energi terbarukan yang lebih baik, dan meningkatkan efisiensi energi dengan biaya yang rendah dan inklusif untuk masyarakat perkotaan dan pedesaan.
  2. Pangan dan Pertanian: Solusi informatif baru untuk mengubah kualitas cara kita menanam, memproduksi, dan mendistribusikan makanan secara berkelanjutan dengan metodologi dan solusi yang dapat meningkatkan keterjangkauan, akses, nutrisi, serta mengurangi emisi dan limbah gas rumah kaca (GRK), sehingga menjamin ketahanan pangan baik untuk masyarakat perkotaan maupun pedesaan.
  3. Mobilitas: Ide baru seperti layanan, platform, dan teknologi untuk mendukung permintaan yang terus meningkat terhadap mobilitas dan rantai pasokan yang berkelanjutan.
  4. Kelautan: Solusi inovatif untuk memanfaatkan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk menjamin kesejahteraan masyarakat pesisir.

Climate Impact Innovations Challenge akan melalui beberapa agenda utama hingga September 2023, antara lain:

  • Pembukaan Pendaftaran (1 Maret 2023 – 26 Mei 2023)
    CIIC saat ini menerima pendaftar dari tim yang memenuhi syarat, hanya tim yang telah membuat uji coba untuk membuat produk yang layak minimum dengan maksud untuk komersialisasi yang memenuhi syarat untuk mendaftar.
  • Seleksi Peserta (27 Mei 2023 – 24 Juni 2023),
  • Pengumuman 12 Finalis (Juni 2023),
  • Mentorship (Juli 2023), dan
  • Grand Final (September 2023).

Chief Executive Officer GenZero Frederick Teo yang turut hadir dalam kesempatan tersebut, menyampaikan bahwa kreativitas dan inovasi adalah bahan penting untuk mengembangkan dan mempercepat dampak baik terkait iklim. Untuk membuat perbedaan pada 2050, entrepreneur perlu mengidentifikasi solusi potensial yang muncul saat ini.

Dia melanjutkan, Asia Tenggara kini menduduki posisi sebagai sarang inovasi dengan jumlah startup yang tumbuh sebesar 13 kali lipat dibandingkan tahun 2015. Namun, kawasan ini masih membutuhkan investasi kumulatif sebesar $3 triliun pada tahun 2030 untuk beralih ke ekonomi hijau, menciptakan permintaan yang luar biasa untuk solusi berkelanjutan.

“Hal ini membuat inisiatif seperti Climate Impact Innovations Challenge sangat relevan karena kita membutuhkan keragaman jalur dan solusi untuk benar-benar mencapai dunia nol emisi karbon,” kata dia.

Disclosure: DailySocial.id adalah media partner Climate Impact Innovations Challenge 

Dua Startup “Impact” Asal Indonesia Terima Dana Hibah dari The Incubation Network

Dua startup asal Indonesia, Bank Sampah Bersinar dan Kibumi, terpilih mengikuti program “Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge” yang diselenggarakan oleh The Incubation Network. Keduanya termasuk dalam lima peserta terpilih mengikuti program yang bertujuan untuk mendorong kegiatan daur ulang dan upcycling sampah plastik.

Program ini merupakan hasil kerja sama The Incubation Network, Global Plastic Action Partnership, Uplink by the World Economic Forum, dan Alliance to End Plastic Waste yang akan memberikan dana hibah sebesar $72.000 atau sekitar Rp1 miliar bagi inovator terpilih. Adapun, dana hibah tersebut berasal dari Alliance to End Plastic Waste, dan didukung oleh SecondMuse, The Circulate Initiative, Global Affairs Canada, serta DEFRA.

Nicholas Kolesch mewakili Alliance to End Plastic Waste mengungkapkan bahwa sejak awal perusahaan telah terlibat serta terhubung dengan banyak pengusaha yang merintis inovasi dan model bisnis baru untuk meningkatkan pengelolaan dan sirkularitas sampah plastik. “Kami berusaha mendukung startup agar dapat menunjukkan solusi model bisnis yang layak secara teknis, ekonomi, serta memposisikannya untuk investasi, penskalaan, dan replikasi,” jelasnya.

Selanjutnya, dana hibah yang telah disalurkan rencananya akan digunakan untuk mendorong kapasitas operasional bisnis dan meningkatkan fasilitas kerja. Kesempatan ini memungkinkan setiap inovator untuk mengelola, memproses, dan mendaur ulang sampah plastik dalam jumlah yang lebih besar.

Selama lima bulan program ini berjalan, kelima inovator diberi akses ke  berbagai sumber daya dan dukungan, termasuk lokakarya, penyesuaian mentor, serta peluang memperluas jejaring. Terdapat sembilan pakar yang datang dari kalangan pemimpin bisnis, ahli keuangan, pakar pemasaran dan hubungan masyarakat, dan spesialis investasi bertindak sebagai mentor.

Selain itu, para inovator juga dibekali dengan persiapan dalam pengembangan bisnis melalui lokakarya yang berfokus pada pengelolaan dan daur ulang sampah, pemasaran, dan lainnya. Wawasan dan arahan yang diperoleh dari kegiatan ini diharapkan dapat menyempurnakan strategi pemasaran mereka untuk melayani pasar yang lebih luas.

CEO Bank Sampah Bersinar Fei Febri mengungkap, “berkat hibah yang kami terima dari program ini, kami dapat berinvestasi dalam truk pick-up sampah baru. Peluang ini juga memungkinkan kami untuk mengumpulkan lebih banyak sampah dari bank sampah unit binaan kami.”

Didirikan pada 2019, The Incubation Network merupakan kemitraan antara organisasi nirlaba, The Circulate Initiative dan perusahaan inovasi dan dampak, SecondMuse. “Dalam waktu tiga tahun, perusahaan telah memberikan bantuan peningkatan bisnis kepada 358 startup, setara dengan mencegah hampir 148 ribu metrik ton pencemaran sampah plastik ke lingkungan,” ungkap Global Head of Circularity SecondMuse Simon Baldwin.

Kinerja pengelolaan sampah di Indonesia

Berdasarkan data UNEP (2017), Indonesia diketahui menjadi negara penghasil sampah terbesar di Asia Tenggara dengan angka 64 juta ton per tahunnya. Dengan populasi penduduk tertinggi ke-4 di dunia dan rendahnya kesadaran masyarakat, mendukung budaya daur ulang sampah menjadi tantangan besar yang harus dihadapi bangsa ini.

Mengutip Data Indonesia, kinerja pengelolaan sampah Indonesia disebut semakin membaik pada 2022. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan, skor Indeks Kinerja Pengelolaan Sampah (IKPS) di Indonesia sebesar 50,25 poin pada 2022. Nilai tersebut mengalami kenaikan 0,38% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 50,06 poin.

 

Sumber: Data Indonesia

Capaian ini tidak dapat dipisahkan dari fakta bahwa semakin banyak startup ataupun layanan pengelolaan sampah di Indonesia. Di Indonesia sendiri, selain kedua penerima dana hibah di atas, startup yang menawarkan layanan manajemen sampah termasuk OctopusDuitin, dan Rekosistem.

MTARGET Meluncurkan Asisten Penulis Email Berbasis AI “DIA”

Platform SaaS untuk otomasi pemasaran MTARGET resmi meluncurkan Digital Intelligence Assistant (DIA), sebuah asisten penulisan email berbasis artificial intelligence (AI). Fitur email berbasis AI yang disebut pertama di Indonesia ini didesain untuk mengatasi masalah writer’s block dan blank page syndrome yang sering dialami para penulis konten, termasuk email marketer.

Sebelumnya, pada Januari lalu, MTARGET terpilih sebagai salah satu startup Indonesia yang berpartisipasi dalam program Microsoft Founders Hub. Kemitraan ini turut berperan penting dalam mengembangkan DIA dengan dukungan dari tenaga OpenAI, perusahaan yang mengembangkan ChatGPT. Microsoft sendiri diketahui masuk sebagai jajaran investor OpenAI.

Fitur DIA sudah dapat dinikmati oleh semua pengguna MTARGET di halaman dashboard masing-masing. Asisten pintar berbasis AI ini bekerja layaknya manusia dengan menuliskan subject, preheader, dan body email sesuai perintah yang diterima. Solusi ini memungkinkan tim pemasaran untuk fokus pada strategi yang lebih besar dan menyediakan waktu untuk mengerjakan hal lain.

Dalam menggunakan fitur ini, pengguna dapat memulai dengan menuliskan prompt, kemudian sistem AI akan menampilkan kata-kata yang sesuai dengan arahan tersebut. Hasilnya pun dapat diedit dan disesuaikan kemudian. Alih-alih membuat orang jadi malas, DIA disebut akan membantu pekerja jadi lebih produktif dan menghemat waktu.

CEO MTARGET Yopie Suryadi meyakini bahwa teknologi ini dapat membantu perusahaan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam email pemasaran mereka. Selain itu, industri retail dan keuangan disebut sebagai dua sektor yang paling banyak merasakan manfaat solusi ini mengingat pengguna email marketing paling banyak datang dari dua sektor tersebut.

Yopie menilai produk ChatGPT dari OpenAI terbilang yang terbaik dengan hype masih mengular hingga saat ini. Meski begitu, model AI yang digunakan oleh DIA tidak bersifat conversational seperti ChatGPT. Hal ini yang membuatnya sangat cocok untuk digunakan dalam email marketing.

“Risiko tentu ada, mungkin error atau apapun. Namun, saya tidak melihat ini sebagai halangan utama karena memang diperuntukkan untuk membantu (assist) bukan untuk membuat sebuah tulisan. Tetap diperlukan skill dan kreativitas si penulis,” tambahnya.

Di global sendiri, platform email marketing pihak ketiga, Mailchimp sempat meluncurkan kampanye serupa di Super Bowl. Namun, saat ini fitur tersebut diketahui hanya untuk menulis subject, belum sampai ke tahap isi konten.

Fokus selanjutnya

Didirikan pada 2016, MTARGET merupakan rebranding dari platform SaaS pemasaran email MailTarget. Sebagai penyedia tools dan layanan email, perusahaan memahami kebutuhan industri di tiap perkembangan zaman. Saat ini MTARGET fokus pada visinya untuk menyediakan software kapabilitas email yang cepat, mudah, dan terjangkau untuk industri keuangan dan retail.

Melalui fitur email berbasis AI ini, MTARGET berupaya menunjukkan komitmennya dalam menyediakan solusi inovatif bagi bisnis di Indonesia. Dengan semakin banyak solusi yang memanfaatkan kemampuan teknologi, hal ini ditakutkan menjadi ancaman bagi eksistensi para pekerja di sektor terkait.

Seperti diketahui, Microsoft sempat mengumumkan PHK sekitar 10.000 karyawan sebagai langkah efisiensi setelah perusahaan memutuskan untuk menambah investasi ke perusahaan teknologi OpenAI. Terkait hal ini, Yopie mengakui bahwa kondisi MTARGET ketika pandemi tidak baik-baik saja. Meskipun begitu, perusahaan mempertahankan untuk tidak melakukan layoff.

Secara personal, Yopie memiliki prinsip untuk tidak diperbudak oleh teknologi, melainkan menggunakan teknologi sebagai sarana penunjang. “Bukannya mengancam, teknologi menambah value dari pekerja itu sendiri. Banyak hal-hal yang bisa dipelajari dan diimplementasikan. Seperti punya mentor atau coach pribadi di dunia kerja. Itulah yang langka di zaman sekarang,” tegasnya.

Saat ini MTARGET fokus untuk menjadi the email company sebagai identitas utamanya, Produk yang akan diluncurkan di masa depan akan sangat bervariatif, dan semuanya berpusat di email.

“Di Q1 2023 ini, kami sudah meluncurkan dua produk baru, yakni SONAR-Email Tracker (Google Chrome Extension) dan Purify-Email Database Cleansing Tools.
Fokus utama adalah mendapatkan revenue dan mempertahankan profitability. We may not be the biggest yet, but we’re definitely the best for now,” tutupnya.

RateS Tutup Sementara Semua Akses Pergudangan

Platform social commerce berbasis keanggotaan RateS tengah menempuh jalur efisiensi bisnis. Hal ini terlihat dari unggahan terkini perusahaan di laman media sosialnya terkait penutupan sementara semua gudang RateS per tanggal 28 Februari 2023.

Disampaikan, RateS akan tetap memproses pesanan yang masuk sebelum 28 Februari 2023 pukul 23.59 WIB. Per 2022, RateS tercatat memiliki enam gudang penyimpanan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Tim DailySocial.id sempat menghubungi Co-Founder dan COO RateS Albert Ho terkait hal ini. Ia mengaku bahwa langkah tersebut adalah bagian dari efisiensi. “Kami memutuskan untuk menghentikan order dari gudang,” ucapnya.

Ia juga menambahkan bahwa penutupan ini bersifat sementara. “Kami tidak berencana untuk pivot. Saat ini, kami sedang fokus pada sektor yang menghasilkan lebih banyak margin, seperti pesanan marketplace dan lainnya.”

RateS didirikan pada 2016 dengan misi awal membantu transaksi e-commerce lintas negara lebih efisien dan mudah diakses. Seiring perkembangan industri, aplikasi RateS memungkinkan siapa saja bisa berjualan (menjadi reseller) tanpa harus membeli stok barang terlebih dulu.

Pengguna bisa membuat sebuah lapak online berisi berbagai produk sesuai yang ada di katalog RateS, selanjutnya mempromosikannya melalui kanal online dan offline yang dimiliki. Sebagai mitra, reseller akan mendapatkan harga beli khusus dan harga jual ke konsumen sehingga mendapatkan keuntungan.

Startup lulusan program PayPal Incubator di Singapura ini juga telah beberapa kali melakukan penggalangan dana. Pada awal 2022 lalu, perusahaan mengumumkan pendanaan segar senilai $6 juta dalam bentuk ekuitas dan debt.

Dalam pemberitaan terakhir, Albert mengungkap investasi tersebut rencananya dilanjutkan dengan penggalangan dana seri B yang ditargetkan rampung tahun ini. Perusahaan juga tertarik untuk menjajaki produk pembiayaan menyusul bergabungnya Kasikorn Bank dalam jajaran investor.

Terkait bisnisnya di Indonesia, RateS mengaku telah mengalami pertumbuhan pesat pada 2021, dengan peningkatan 4x lipat sejak tahun 2020. Menurut data terkini, perusahaan telah memerdayakan lebih dari 500 ribu reseller di seluruh Indonesia dan mecetak keuntungan lebih dari Rp30 miliar melalui kurang lebih 1 juta pesanan di aplikasinya.

Tantangan di Indonesia

Pada 2022, DSResearch merilis laporan yang membahas perkembangan ekosistem social commerce di Indonesia. Selama satu dekade terakhir e-commerce telah berhasil menjadi lokomotif industri yang mendorong ragam inovasi digital di berbagai sektor. Namun, masih ada gap yang belum terselesaikan, khususnya terkait pemerataan jangkauan layanan.

Gap tersebut dilandasi berbagai faktor, misalnya terkait distribusi layanan di kota tier 3 atau 4. Sampai dengan literasi digital masyarakat rural yang belum maksimal. Selain itu, tantangan yang masih ditemui adalah bagaimana mereka bisa meyakinkan produsen dan principal untuk bisa bersama memberikan layanan kepada kota-kota tier 2 dan 3. Padahal, kota-kota tier 2 dan 3 saat ini disebut tengah mengalami kemajuan pesat.

Berdasarkan laporan Alpha JWC Ventures bersama Kearney terkait potensi pertumbuhan digital non-metropolitan Indonesia, ekonomi digital di area tier 2 dan 3 diproyeksi tumbuh lima kali lipat dalam lima tahun ke depan. Hal ini diperkuat sejumlah faktor, antara lain pertumbuhan makro ekonomi, adopsi layanan digital, hingga upaya pemerintah mendorong ekosistem startup digital di kota tier 2 dan 3.

Sementara, menurut proyeksi dari McKinsey, nilai GMV yang akan dihasilkan industri e-commerce di Indonesia akan mencapai $65 miliar pada 2022 mendatang. Social commerce sendiri memiliki dapat menyumbang sampai $25 miliar pada capaian tersebut.

Di Indonesia, sudah ada beberapa layanan social commerce yang beroperasi, termasuk Evermos, Dagangan atau Woobiz yang menekankan pada aspek pemberdayaan perempuan di daerah. Secara ekosistem, pemain social commerce lokal juga terus berdatangan dengan pendekatan yang unik. Namun satu hal yang menjadi misi utama, dilakukan semua platform, adalah menyasar kalangan pengguna di kota-kota kecil.

Una Brands Tutup Pendanaan Senilai 457 Miliar Rupiah Dipimpin Northstar Group

Startup agregator brand e-commerce Una Brands menutup putaran pendanaan seri C senilai $30 juta (sekitar 457,6 miliar Rupiah) dipimpin oleh Northstar Group. Dana raihan ini terdiri dari ekuitas dan debt yang akan digunakan untuk operasional dan akuisisi merek baru selama dua tahun mendatang.

Sebagai catatan, pada Oktober 2022, Una Brands menutup putaran seri B senilai $30 juta yang dipimpin oleh White Star Capital dan Alpha JWC Ventures, menjadikan total pendanaan yang diraih perusahaan mencapai $60 juta dalam setahun terakhir.

Dalam keterangan resmi, Una Brands berencana untuk mengembangkan lebih lanjut platform multichannel yang didukung oleh kemampuan teknologi dan pembangunan merek, serta berinvestasi pada penguatan rantai pasokan dan jaringan distribusi di pasar operasi utama. Perusahaan juga akan mengakuisisi lebih banyak merek e-commerce berkualitas tinggi dalam kategori Home & Living, Mom & Baby, dan Beauty & Personal Care.

“Sejalan dengan tren konsolidasi yang terjadi di pasar negara maju, Una Brands juga akan mencari peluang strategis untuk meningkatkan pertumbuhan dan memantapkan posisinya sebagai agregator e-commerce multichannel terkemuka di Asia-Pacific (APAC),” terang CEO Una Brands Kiren Tanna, Rabu (1/3).

Tanna juga mengaku antusias dengan bergabungnya Northstar ke dalam jajaran investor. Menurut Tanna, Northstar memiliki rekam jejak investasi kuat di Asia Tenggara, termasuk unicorn teknologi, seperti Gojek dan Advance Intelligence Group. “Kami percaya pengetahuan mendalam mereka tentang pasar Asia Tenggara dan pengalaman e-commerce yang kuat akan sangat berharga karena kami ingin menggandakan cakupan operasional di seluruh wilayah.”

Managing Director Northstar Group Sreejan Choudhary menuturkan bahwa pihaknya optimistis dengan potensi ekonomi e-commerce Asia Tenggara dan meyakini bahwa Una Brands memiliki posisi yang baik untuk memanfaatkan penarik industri ini. Pihaknya juga percaya dengan tim Una Brands dan kemampuan operasional mereka.

“Apa yang menentukan perusahaan ini berbeda adalah infrastrukturnya yang luas dibangun di sekitar multichannel e-commerce operations, serta kemampuan teknologinya yang unggul dalam mendukung hal ini. Kami tahu kapabilitas merupakan bagian integral dari perusahaan dan yakin ini akan membantu Una Brands mempertahankan kepemimpinan pasar di ruang e-commerce APAC,” ucap Choudhary.

Pencapaian Una Brands

Pada tahun lalu, Una Brands berhasil mengakuisisi beberapa merek, termasuk merek DTC premium yang melayani ibu menyusui di Malaysia dan salah satu merek perawatan bibir TikTok terpopuler di Indonesia. Salah satu merek yang sudah diakuisisi adalah ErgoTune dan EverDesk yang kini sudah tersedia di banyak negara kawasan APAC dan sekitarnya.

Una Brands terutama beroperasi di kategori utama, seperti Home & Living, Mom & Baby, dan Kecantikan & Perawatan Pribadi. Tech stack dari Una Brands mendukung semua fungsi bisnis mulai dari manajemen merek, pemasaran & pertumbuhan, rantai pasokan, dan akuntansi & keuangan, untuk mengoptimalkan efisiensi operasional.

Saat ini, Una Brands beroperasi di enam negara APAC, di antaranya Singapura, Indonesia, Malaysia, Australia, India, dan Tiongkok. Secara grup, Una Brands memprediksi pendapatan run-rate $70 juta dan diharapkan mencapai profitabilitas EBITDA grup pada tahun ini.

Sebagai catatan, run-rate revenue adalah adalah metode peramalan yang sangat sederhana untuk memperkirakan pendapatan tahunan perusahaan (jumlah total uang yang dihasilkan dalam setahun).

DSLaunchpadX Umumkan Top 9 Startup untuk Pitching ke Lebih dari 50 Investor di Demo Day

DSLaunchpadX, program inkubator startup yang diinisiasi oleh  DailySocial.id bersama DS/X Ventures, telah mencapai babak akhir. Setelah melalui proses inkubasi selama 4 minggu, termasuk sesi webinar dan 1-on-1 bersama 8 super-mentors pilihan, kini terpilih 9 startup terbaik untuk mengikuti tahapan Demo Day.

Dalam Demo Day, para founder akan dipertemukan (matchmaking) dengan 58 investor, yang terdiri dari venture capital (VC) dan angel investor lokal maupun regional. Adapun rangkaian Demo Day akan diselenggarakan pada Rabu, 1 Maret 2023 secara virtual. Di sesi tersebut setiap founder berkesempatan untuk melakukan pitching dan mendapatkan umpan balik langsung dari para investor.

“DSLaunchpadX dibuat dengan tujuan untuk membantu founders Indonesia dalam mengakselerasi pertumbuhan startup mereka sendiri, dan kami sangat berterima kasih kepada semua mentor luar biasa yang telah membimbing dan membantu para founders kami,” ujar Partner DS/X Ventures Amir Karimuddin.

Berikut ini daftar startup DSLaunchpadX yang akan masuk ke sesi Demo Day:

Startup Short Description
Akar Akar build, manufacture, and distribute modular farming to accelerate hyperlocal food security.
Bengkel Mania One stop solution for msme automotive workshop.
EVA HRIS EVA focus is on a Recruiting Management System, which is designed to assist HR/Recruiters teams in automating the recruitment process from shortlisting, giving notifications, assessments, and digital interviews until suitable candidates are found.
Kuesio Kuesio is an online questionnaire platform, creating convenience in conducting surveys and research for Indonesian researchers.
Maxy Academy Bridging universities and companies through higher quality students
Orderfaz Orderfaz is a one-click checkout solution to boost your online store conversion and upgrade your sales to the next level.
Rangkai Indonesian Tech Film Startup that focuses on the collection of Indonesian film and building creative economy ecosystem infrastructure.
Saku Laundry Saku Laundry is solution for laundry industry based on application designed to solve problems in daily operations with IoT support system and become market place that connects laundry merchants and customers in Indonesia.
SMEs PACK SMEs Pack is B2B Export SMEs Product Aggregator to address supply chain problems and distribution. The SMEs Pack connects SMEs with Direct Buyers to enable SMEs to sell products at fair prices and sustainable quantities.

Perjalanan Startup di DSLaunchpadX

Sejak dibuka pada awal tahun 2020 dengan nama DSLaunchpad, ribuan startup telah mendaftarkan diri ke program inkubasi online dengan lebih dari 40 mentor terbaik dari Indonesia. Di 2023, bekerja sama dengan DS/X Ventures dan mengubah nama menjadi DSLaunchpadX, lebih dari 300 startups telah mendaftarkan diri. Dari jumlah tersebut kemudian dilakukan seleksi dan verifikasi untuk memilih 30 startup terbaik yang berhak mengikuti sesi inkubasi selama 4 minggu di bulan Februari 2023.

Adapun startup yang tergabung terdiri dari berbagai kategori dan bisnis model, mulai dari agritech, edutech, SaaS, fintech, dan lain-lain. Sebagian besar mereka berada di tahap pre-seed dan seed stage. Menariknya, mayoritas dari peserta DSLaunchpadX berbasis di luar Jakarta.

Selama 4 minggu tersebut, para startup mendapatkan berbagai pembekalan yang sepenuhnya dilakukan secara virtual. Sejumlah super-mentor juga dihadirkan untuk memberikan insights lebih mendalam seputar dunia startup dan pengalaman sebagai founders:

Mentor Perusahaan
James Prananto CBD & Co-Founder Kopi Kenangan
Hendra Kwik CEO & Co-Founder Fazz
Marshall Pribadi CEO & Co-Founder PrivyID
Hiro Kiga CEO & Co-Founder Wallex
Gibran Huzaifah CEO & Co-Founder eFishery
Melisa Irene Partner East Ventures
Adrian Gunadi CEO & Co-Founder Investree
Eddi Danusaputro CEO BNI Ventures

Setiap kegiatan dan penugasan yang diberikan dalam proses inkubasi dipantau dan dinilai secara komprehensif melalui platform DSLaunch yang dikembangkan oleh DailySocial.id. Platform ini didesain khusus untuk memudahkan founder, mentor, dan penyelenggara dalam melakukan rangkaian proses kegiatan inkubator/akselerator startup.

Berdasarkan hasil penilaian, selanjutnya dipilih 9 startup terbaik yang akan mengikuti sesi Demo Day.

Demo Day Virtual, Didukung Platform Startup.id

Acara Demo Day akan dilakukan sepenuhnya virtual. Kegiatan ini juga didukung oleh Startup.id, yakni sebuah platform startup-investor matchmaking yang dikembangkan DailySocial.id. Lewat platform ini, para founder bisa menunjukkan informasi dan performa bisnisnya; para investor potensial juga bisa terhubung langsung dengan startup yang diminati untuk melakukan penjajakan investasi.

“Akses ke pendanaan merupakan salah satu permasalahan yang sering dialami founder startup tahap awal ketika ingin melakukan scaling dan ekspansi. Melalui Startup.id, DailySocial.id berusaha mendemokratisasi kebutuhan ini dengan memudahkan founder dan investor bertemu di satu platform. Matchmaking tak lagi dibatasi referensi dan relasi,” imbuh Amir.

Lewat Demo Day ini, diharapkan para founder bisa memberikan impresi terbaiknya di depan para investor untuk menghasilkan kerja sama strategis guna mengakselerasi startupnya.

Zenius Kembali Rumahkan Puluhan Karyawan

Startup edtech Zenius kembali menempuh langkah PHK terhadap puluhan karyawannya. Perusahaan berdalih iklim ekonomi telah menciptakan tantangan yang belum pernah ada sebelumnya sehingga manajemen harus menyelaraskan dan memprioritaskan kembali organisasinya demi memastikan pertumbuhan jangka panjang.

“Untuk mencapai tujuan menjadi arus kas yang positif dan memastikan keberlanjutan perusahaan kami, Zenius harus membuat beberapa keputusan sulit yang secara langsung akan memengaruhi karyawan kami. Semua aspek bisnis sedang dioptimalkan untuk meningkatkan efisiensi, termasuk pengurangan tenaga kerja,” ucap manajemen Zenius dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.id.

Perusahaan tidak merinci berapa banyak karyawan yang terdampak atas keputusan tersebut. Namun, dari kabar yang beredar di media sosial, sebanyak 36 orang dari 120 karyawan terkena PHK. Tim yang terdampak adalah engineer dan produk. Apabila kabar ini benar, saat ini karyawan Zenius tinggal 84 orang.

Sejak 2022, Zenius telah mengumumkan PHK sebanyak dua kali. Pengumuman pertama diumumkan pada Mei, mereka merumahkan sekitar 200 orang. Kemudian pengumuman kedua, pada awal Agustus, dikabarkan ada 600 orang yang dirumahkan dari berbagai divisi.

Perusahaan melanjutkan, “[..] Zenius memahami saat ini adalah masa yang sulit bagi masyarakat yang terkena dampak, sehingga perusahaan akan melanjutkan manfaat asuransi kesehatan mereka hingga 30 Maret 2023 termasuk anggota keluarga mereka. Selain itu, Zenius juga memperpanjang layanan konseling kesehatan dengan konsultan pihak ketiga kami hingga 30 Maret 2023.”

Sempat tumbuh subur sejak pandemi, Zenius melakukan perekrutan besar-besaran. Tercatat, menurut data RevoU, Zenius menempati peringkat ke-8 dengan penambahan 599 orang dari 606 menjadi 1.205 karyawan. Data ini tercatat dalam rentang waktu Mei 2021-2022.

Industri edtech

DSResearch pernah mengulas industri edtech di Indonesia bertajuk “Edtech Report 2020: Transforming Education”. Mengutip hasil riset Holon IQ, mereka memetakan layanan edtech ke dalam beberapa kategori: pembelajaran bahasa, steam dan coding, pembiayaan pendidikan, keterampilan dan pekerjaan, pendidikan tinggi, verifikasi, manajemen dan lingkungan belajar, pendidikan tinggi, dan dukungan pembelajar. Mereka juga memetakan 50 pemain edtech yang signifikan di setiap kategori.

Dari survei terhadap 500 responden, jenis layanan edtech populer yang pernah dan paling banyak digunakan orang adalah online tutor. Sedangkan kurang dari 20% orang yang pernah menggunakan MOOC (Massive Open Online Course). Berdasarkan jenis kelamin, 71,3% laki-laki pernah menggunakan tutor online, sedangkan 74,1% perempuan pernah menggunakan e-learning.

Hanya saja, di balik potensi menggiurkan ini, layanan edtech tidak dapat diakses oleh semua pelajar lantaran sistem pendidikan Indonesia tidak dilengkapi dengan baik untuk meningkatkan pembelajaran online dengan cepat. Banyak siswa di daerah pedesaan kekurangan konektivitas, dan banyak siswa berpenghasilan rendah tidak memiliki akses ke perangkat yang diperlukan untuk menggunakan layanan edtech.

Laporan ini juga menekankan sektor edtech Indonesia menghadapi hambatan besar yang mencegahnya untuk meniru tingkat keberhasilan dibandingkan sektor teknologi lainnya dan di negara lain.

Berikut kendala dari sisi penawaran:

  • Akses pendanaan yang sulit,
  • Biaya akuisisi tinggi, terutama untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan baru,
  • Kurangnya talenta berkualitas untuk mengembangkan dan memelihara produk.

Kemudian kendala dari sisi permintaan, termasuk:

  • Kemauan yang rendah untuk membayar dari sekolah dan orang tua,
  • Kurangnya literasi digital, terutama di pihak penyedia pendidikan,
  • Infrastruktur digital yang buruk, yang membatasi konektivitas di wilayah terpencil dan kecepatan unduh di seluruh negeri.

Kondisi di atas diperumit lagi dengan tanggung jawab yang tumpang tindih antara pemerintah daerah dan pusat pada alat pendidikan baru, bersama dengan terbatasnya sistem pendidikan publik, kapasitas dan insentif terbatas untuk menilai potensi produk edtech.

Edtech Report 2020: Transforming Education / DSResearch

Terlebih itu, pertumbuhan sektor edtech Indonesia sejalan dengan investasi yang dikucurkan untuk sektor ini. Mayoritas perusahaan edtech didirikan dalam enam tahun terakhir.