IDEC Kembali Adakan Workshop Kewirausahaan, Bahas “Pitch Deck” dan Layanan POS

Indonesia Entrepreneur Center (IDEC) akan kembali mengadakan acara bertajuk workshop dan seminar kewirausahaan. Kali ini memfokuskan untuk memberikan pengetahuan bagi wirausahawan digital yang tengah merintis bisnis di bidang ritel. Acara workshop bulan ini akan dilaksanakan pada 31 Maret 2018 mendatang bertempat di Wisma Barito Pacific, Jakarta Barat. Dalam acara ini akan dibahas tentang bagaimana seorang pemilik usaha dapat memberikan presentasi atau pitch yang baik ke investor.

Maredith Peng selaku direktur Connector.ID dan konsultan senior ANGIN akan menjadi pemateri dalam workshop ini. Meredith akan berbagi ilmu mengenai seperti apa yang baik, apa saja yang harus ada dalam sebuah pitch deck, dan apakah ada pitch deck berbeda untuk jenis investor yang berbeda. Meredith juga akan secara langsung mengajak peserta untuk membuat pitch deck dan akan memberikan tanggapan kepada pitch deck yang telah dibuat.

Selain acara workshop, IDEC juga akan menyelenggarakan seminar mengangkat tema peranan layanan berbasis Point of Sales (POS) untuk membantu akselerasi bisnis ritel. Pemateri yang dihadirkan adalah Bayu Ramadhan, VP Brand & Marketing MOKA. Secara khusus seminar ini mengangkat judul besar “Secret Suce to Increase Your Retail Business”. Seminar akan berlangsung pada 10 April 2018 mendatang, dimulai pukul 14.00 bertempat di Centennial Tower, Jakarta Selatan.

Dua acara tersebut di atas merupakan bagian dari komitmen IDEC untuk membantu peningkatan kualitas wirausahawan lokal. Sejak mengawali debut di tahun 2017, IDEC telah berhasil menyelenggarakan 23 kegiatan seminar/workshop dan 5 kegiatan bertema expert dating. Pendekatan berbasis event seperti ini dinilai menjadi langkah yang sesuai, karena dengan mempertemukan peserta dengan pelaku bisnis, berbagai pemahaman dapat ditanamkan secara efisien. Terlebih IDEC membatasi jumlah peserta di setiap acara, rata-rata berbentuk kelas kecil.

IDEC mengharapkan, dengan inisiatif yang digalakkan wirausahawan Indonesia tidak perlu mencari jauh-jauh kesempatan untuk belajar dari dan bertemu dengan mentor andal serta pakar dalam dunia bisnis. IDEC hadir di tengah masyarakat Indonesia untuk memfasilitasi wirausahawan Indonesia dengan seminar, workshop dan program kewirausahaan lainnya.

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran ke acara, silakan kunjungi tautan berikut: workshop dan seminar.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner untuk Indonesia Entrepreneur Center (IDEC).

Future Agro Challenge Tantang Startup Lokal di Bidang Pertanian

Future Agro Challenge (FAC) merupakan kompetisi global yang berfokus untuk startup yang bergerak di bidang agtech, pangan, dan pertanian. FAC setiap tahunnya memilih ide-ide dan startup inovatif dari penjuru dunia untuk bersaing dalam Global Championship guna merebut titel “Agripreneurs of the Year”. Startup yang terpilih juga berkesempatan untuk mendapatkan akses ke sumber daya, termasuk pendanaan, untuk meningkatkan bisnis dan dampaknya bagi lingkungan sosial.

Tahun ini, untuk pertama kalinya FAC datang ke Indonesia, didukung BLOCK71 Jakarta dan Angel Investment Network Indonesia (ANGIN). FAC mencari agripreneur dengan solusi revolusioner di Indonesia untuk menghadapi tantangan pertanian baik di tingkat lokal, regional, dan/atau global. Pemenang terpilih akan bersaing di “Global Championships” untuk babak final di Istanbul. Mereka akan bertemu dengan para agripreneur berbakat dari 60+ negara lainnya yang juga menawarkan berbagai inovasi untuk mengatasi tantangan pertanian global saat ini.

“Kami telah melihat banyak agripreneurs dan agri startups di Indonesia dengan solusi menarik. Namun banyak yang sering tidak terdengar. Kami membawa FAC ke Indonesia dengan tujuan untuk membekali mereka dengan dukungan yang dibutuhkan dan menerjunkan mereka kerumunan pemangku kepentingan yang jauh lebih besar di tingkat global, dari calon investor hingga mitra kerja. Kami berharap FAC bisa menjadi platform bagi para agripreneur untuk meningkatkan bisnis mereka dan menginspirasi para calon agripreneur yang tertarik untuk segera bergerak,” kata Valencia Dea, Principal di ANGIN.

FAC memiliki urgensi untuk diselenggarakan secara global. Berbagai kajian mengungkapkan bahwa ketahanan pangan global saat ini berada di tingkat kritis. Menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, produksi makanan perlu meningkat sebanyak 70 persen untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan 9 miliar penduduk dunia di tahun 2050. Para pakar juga melihat adanya beberapa akar permasalahan yang menyebabkan isu ketahanan pangan saat ini; mulai dari ledakan populasi, perubahan pola makan, perubahan iklim, kelangkaan air, sampai dengan penurunan jumlah petani.

Dengan 14 persen GDP berasal dari sektor pertanian, apakah berarti Indonesia aman dari kelangkaan pangan? Tidak juga. Saat ini 19,4 juta penduduk Indonesia masih mengalami kekurangan gizi. Dalam hal ketahanan pangan, The Global Food Security Index menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan 69 dari 113 negara. Selain mandeknya jumlah produksi beras dalam kurun tahun 10 terakhir ini, salah satu tantangan utama kita ada pada peningkatan kemakmuran petani. Sektor pertanian senilai 124 miliar dolar gagal untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan petani, sehingga 17 juta petani masih hidup di garis kemiskinan. Inilah penyebab kita kehilangan 500 ribu petani setiap tahunnya.

“Kami mengajak semua agripreneur Indonesia untuk mendaftar secara online sebelum tanggal 5 Desember melalui tautan ini: bit.ly/fac-id . Secara khusus, kami sangat menganjurkan startup agribisnis yang menargetkan ekspansi global untuk mendaftar. Global Championships adalah platform yang tepat bagi mereka untuk memamerkan solusi mereka dan mendapatkan eksposur global, baik dari investor maupun calon mitra,” kata Tinnike Lie, Community Manager BLOCK71 Jakarta.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Future Agro Challenge.

Fokus Spiral Ventures di Indonesia

Salah satu venture capital yang telah beroperasi sejak tahun 2012, IMJ Investment Partners, saat ini telah berganti nama menjadi Spiral Ventures. Pergantian nama tersebut dilakukan setelah berhasil “melepaskan diri” (dalam bentuk management buyout) dan berdiri secara independen dari IMJ Jepang.

Secara struktural, Spiral Ventures terdiri atas dua perusahaan, Spiral Ventures Asia Ltd dan Spiral Ventures Japan LLP. Tidak ada perubahan yang cukup drastis dalam manajemen. semua portofolio IMJ Investment Partners tetap berada dalam Spiral Ventures, sementara Managing Partner dan General Partner-nya tetap dipegang pejabat terdahulu.

Spiral Ventures di Indonesia

Kepada DailySocial, salah satu Venture Partner Spiral Ventures David Soukhasing, yang juga menjabat sebagai Head of Angel Investment Network Indonesia (ANGIN), mengungkapkan saat ini Spiral Ventures mulai serius melakukan investasi kepada startup Indonesia.

“Posisi saya masih tetap di ANGIN. Di Spiral Ventures sendiri posisi saya sebagai venture partner, pekerjaan yang telah saya jalani selama 2,5 tahun terakhir,” kata David.

Disinggung apakah nantinya bakal ada kolaborasi antara ANGIN dengan Spiral Ventures, menurut David kesempatan tersebut terbuka lebar.

“Di Spiral Ventures sendiri Yasuhiro Seo masih menjabat sebagai Partner dibantu oleh Karrisa Adelaide selaku Investment Analyst. Mereka yang akan me-manage Sipral Ventures secara rutin. Posisi saya sebagai venture partner tidak terlalu banyak terlibat,” kata David.

Karissa sendiri sebelumnya sempat bekerja di ANGIN bersama David Soukhasing. Fokus utama Spiral Ventures selanjutnya adalah mendukung koneksi lokal, portofolio lokal, dan memperlancar proses deal sourcing. Selain itu Spiral Ventures juga akan menyediakan market intelligence yang lengkap.

“Sejak awal Spiral Ventures memang fokus kepada kawasan regional dan saat ini Indonesia tengah kami garap,” tutup David.

Disebutkan Spiral Ventures bakal mengumpulkan penggalangan dana baru hingga akhir tahun 2017. Fokus Spiral Ventures adalah pasar India dan Asia Tenggara.

Dua Hal yang Perlu Disiapkan Founder sebelum Bertemu Calon Investor

Bagi founder startup, mencari investor bisa menjadi alternatif yang dapat ditempuh saat dana bootstrapping mulai menipis. Namun hal-hal apa saja yang perlu disiapkan para founder sebelum bertemu mereka?

Edisi #SelasaStartup pekan kedua Agustus 2017 yang diselenggarakan DailySocial menghadirkan angel investor dari ANGIN Stephanie Hermawan dan Analyst MDI Ventures Gani Lie. Menurut mereka, setidaknya ada dua hal yang perlu disiapkan para founder. Berikut rangkumannya:

1. Tunjukkan traksi untuk membuktikan model bisnis itu sukses

Stephanie mengungkapkan, pada dasarnya angel investor itu lebih menyukai investasi startup saat masih berada dalam tahap early stage. Setiap angel investor pun memiliki selera startup yang berbeda satu sama lainnya, terlebih lagi di ANGIN.

Secara pribadi, Stephanie menyukai startup digital maupun non-digital yang berorientasi pada dampak sosial. Salah satu startup yang pernah dia investasikan adalah Kitabisa.

Saat bertemu Kitabisa ataupun startup lainnya, Stephanie selalu menekankan bahwa founder startup harus mampu menghasilkan traksi saat perusahaannya baru berdiri. Menciptakan traksi sama artinya dengan membuktikan bahwa bisnis yang dijalani jelas terbukti dapat menghasilkan uang, tanpa harus didorong dari subsidi atau dana dari investor.

Dirinya mengaku selalu melihat startup digital atau bukan, sama halnya dengan bisnis tradisional. Makanya orientasi yang selalu dia tekankan adalah menciptakan traksi.

“Waktu saya investasi ke Kitabisa, saya lihat mereka sudah ada traksi meski baru tiga bulan berdiri. Artinya model bisnis mereka itu proven, terlihat dari traksinya. Meski mereka itu startup yang memiliki social impact, namun harus memiliki unsur bisnis agar perusahaannya bisa berlangsung lama,” ucapnya.

Ia menambahkan dengan memiliki traksi, startup tersebut dapat berdiri sendiri tanpa harus disokong bantuan dari investor. Hanya saja, pertumbuhannya tidak gencar. Hadirnya investor sekadar menjadi batu loncatan bagi startup tersebut untuk melangkah lebih cepat.

“Sebab banyak founder yang dirikan startup karena ingin mendirikan startup, banyak yang tidak paham apa tujuannya. Malah ada yang sekadar cari funding saja, tanpa memerhatikan startupnya sudah menciptakan traksi atau belum.”

2. Persiapan mental dari founder startup itu sendiri

Senada dengan Stephanie, Gani menambahkan bahwa dirinya selalu meminta founder startup untuk bertemu tatap muka sebelum pihaknya berinvestasi di tempat mereka. Menurut Gani, dengan tatap muka dia dapat melihat sendiri bagaimana ambisi founder dalam mengembangkan perusahaan mereka sendiri.

“Founder harus open minded. Idealism is good, but too much is hell. Sebab pada akhirnya founder itu harus mikirin revenue,” kata Gani.

Untuk mendapat investasi tahap awal, sambungnya, startup minimal sudah harus memiliki produk dan market. Dari situ akan terlihat apakah founder bisa mengeksekusi model bisnis yang dia percaya dengan menjual produknya atau tidak.

Bantuan dari investor, sambungnya, tidak hanya berbentuk finansial saja melainkan mentoring. Investor dapat mengarahkan arah bisnis seperti apa yang perlu diubah, produk seperti apa yang dibutuhkan pengguna, dan lainnya.

Untuk peserta startup yang tergabung dalam program inkubasi di Telkom, bila mereka memiliki bisnis yang cocok, bakal diintegrasikan dengan ekosistem yang dibutuhkan perusahaan.

“Akan kami lihat bagaimana sinerginya dengan Grup Telkom bila startup punya model bisnis yang bagus.”

MDI sendiri memiliki preferensi segmen sendiri untuk startup yang dibidiknya, yakni bergerak di produk telekomunikasi, business to business (B2B), big data, analytics, dan asuransi.

Mari Elka Pangestu Resmi Bergabung Menjadi “Angel Investor” ANGIN

Setelah menjadi angel investor untuk startup Seekmi, mantan Menteri Perdagangan dan Pariwisata RI Mari Elka Pangestu secara resmi bergabung dengan jaringan angel investor di Indonesia yaitu ANGIN. Keterlibatan Pangestu dalam dunia startup sejak dua tahun terakhir ditunjukkan secara langsung dengan hadirnya beliau dalam berbagai acara yang melibatkan banyak startup dan investor di Indonesia. Melihat peran serta beliau, ANGIN kemudian melakukan pendekatan kepada Pangestu untuk menjadi bagian angel investor di Indonesia.

“Kami dari ANGIN biasanya memang tidak terlalu banyak berbicara tentang proses perekrutan calon angel investor, namun dalam hal ini kami [ANGIN] memang melakukan pendekatan khusus kepada ibu Mari Elka Pangestu,” kata Direktur Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) David Soukhasing kepada DailySocial.

Saat ini Mari Elka Pangestu masih menjabat sebagai penasihat di inkubator Plug and Play Indonesia dan Kamar Dagang Indonesia (Kadin). Bergabungnya Mari Elka Pangestu ke dalam jaringan angel investor di ANGIN menambah jumlah angel investor menjadi sekitar 51 orang. Seperti dilansir dari Dealstreetasia, selain Mari Elka Pangestu, turut bergabung angel investor baru lainnya yaitu Samuel Koshan (Direktur Sinar Kharisma Padjajaran), Raya Papp (Co-founder dan partner Challenger 88), dan Wolfgang Hafenmayer (co-founder dan managing partner Challenger 88).

Sebelumnya Venture Partner 500 Startups  Ashraf Sinclair juga bergabung menjadi angel investor di ANGIN.

Menambah jumlah angel investor di berbagai kota

Selama ini ANGIN cukup aktif menambah jumlah angel investor bukan hanya di Jakarta namun di kota-kota besar lainnya. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh ANGIN beberapa waktu yang lalu adalah mengumumkan rencana ekspansi perdananya ke Medan. Untuk mendukung strategi tersebut, ANGIN menempatkan Edy Tan sebagai partner regional dengan posisi Managing Head.

Edy Tan bergabung di ANGIN sejak tahun lalu sebagai investor, bersama beberapa nama lainnya. Edy juga masih tercatat sebagai Managing Director di Medan Inovasi Bersama, sebuah inkubator startup digital di Medan yang menyediakan keterampilan kewirausahaan, pelatihan, pendampingan, dan pendanaan. Edy juga tercatat sebagai Strategic Regional Head di Go-Jek.

Setelah Medan, pihak ANGIN berencana untuk melakukan ekspansi berikutnya di kota lainnya, seiring upaya ANGIN dalam rangka memperkuat eksistensinya sebagai jaringan angel investor di Indonesia.

Rencana ANGIN Meningkatkan Peran Perempuan di Dunia Teknologi

Permasalahan masih minimnya jumlah perempuan yang berkecimpung dalam dunia teknologi hingga saat ini ternyata mendapat sorotan dari para pelaku startup hingga jajaran eksekutif di perusahaan teknologi di Indonesia. Namun menjamurnya jumlah startup dan meningkatnya lowongan posisi untuk engineer, ternyata tidak disertai dengan meningkatnya jumlah perempuan yang bekerja sebagai engineer.

Dalam tulisan yang dimuat oleh JakartaPost, Head of Product Manager Digital of Tokopedia Devy Pranowo mengungkapkan, dunia teknologi tidak pernah melihat jenis kelamin, artinya semua orang bisa belajar dan mencoba untuk berprofesi sebagai engineer.

Namun demikian faktanya hingga kini dunia startup dan teknologi di tanah air, masih kekurangan peminat yang berasal dari kalangan perempuan untuk terjun menjadi engineer. Salah satu cara untuk bisa menarik perhatian para perempuan untuk tertarik mengisi posisi teknis adalah agar perusahaan lebih terbuka dalam hal perekrutan, bukan hanya fokus kepada engineer pria namun juga perempuan.

ANGIN dan Wonder Tech

Melihat persoalan yang ada Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) kemudian menginisiasi kegiatan Wonder Tech. acara yang bertujuan untuk memahami permasalahan dan mencoba mencari solusi terbaik agar lebih banyak lagi perempuan terjun ke dunia teknologi, didukung oleh para pelaku startup di Indonesia.

“Setelah melakukan pertemuan dengan Co-CEO Lazada Florian Holm, Khailee Ng dari 500 Startups dan beberapa teman-teman dari layanan e-commerce, kita memutuskan untuk melakukan sesuatu agar bisa membawa lebih banyak lagi perempuan dalam dunia teknologi terutama di kalangan eksekutif. Florian dari Lazada selalu mengeluhkan sedikitnya jumlah perempuan saat pertemuan eksekutif internal, sebagai langkah pertama kita akan melakukan kegiatan tersebut dalam waktu dekat,” kata Direktur ANGIN David Soukhasing kepada DailySocial.

Dalam kegiatan tersebut akan dihadirkan beberapa tokoh perempuan yang terbilang sukses dengan bisnisnya di Indonesia untuk membahas potensi serta solusi terbaik untuk perempuan di dunia teknologi.

“Kita akan mengundang sekitar 150 orang menghadiri acara sederhana yang nantinya sarat dengan interaksi dan pembahasan menarik tentang isu perempuan di dunia teknologi,” kata David.

Memperluas kerja sama dengan rekanan strategis

Sebagai salah satu jaringan angel investor di Indonesia, ANGIN makin gencar melakukan kerja sama dengan pihak terkait. Selain dengan Garena, Lazada, GO-Jek, dan Facebook, saat ini ANGIN dan 500 Startups telah melakukan kerja sama strategis, salah satunya adalah dengan menempatkan Venture Partner 500 Startups Ashraf Sinclair sebagai angel investor di ANGIN.

“Sebelumnya ANGIN telah melakukan co-invested dengan 500 Startups, berdasarkan rekomendasi dari Khailee Ng (Managing Partner 500 Startups) kami di ANGIN berharap Ashraf bisa menjadi mentor untuk industri fesyen, kuliner, selebriti hingga gaya hidup yang berbasis teknologi dan masuk dalam seed stage,” kata David.

Rencana ke depannya ANGIN dan 500 Startups akan melancarkan kerja samanya dengan mengadakan beberapa kegiatan, salah satunya adalah kegiatan Wonder Tech di Jakarta.

Melihat Potensi Social Entrepreneurship di Indonesia

Dalam risetnya Asian Venture Philanthropy Network melakukan kajian terhadap tren serta potensi ekonomi sosial di Indonesia, yang mulai didomonasi oleh platform crowdfunding serta sumber dana dari investor. Berikut adalah rangkuman tren social entrepreneurship, kontribusi pengusaha lokal dan maraknya investor lokal hingga asing, yang ingin memberikan kontribusi dalam hal ekonomi sosial di Indonesia.

Bangkitnya tren crowdfunding dan crowdlending

Sejak dua tahun terakhir Indonesia mulai diramaikan dengan crowdfunding platform yang berfungsi untuk menampung dan mengumpulkan dana untuk pengguna yang membutuhkan. Salah satu crowdfunding lokal yang cukup populer di tanah air adalah Kitabisa yang menyasar program sosial dan berinvestasi kepada ekonomi sosial.

Pada akhir tahun 2016 yang lalu Kitabisa mengumumkan telah berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 61 miliar, naik tujuh kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp 7,2 miliar. Adapun rincian pengelolaan dana tersebut Kitabisa mewadahi 3.227 kampanye dan menghubungkan 192 ribu donatur, dengan rata-rata donasi per orang sebesar Rp 289 ribu.

Penggalangan dana terbesar yang berhasil dihimpun oleh Kitabisa adalah masjid Chiba Jepang dengan nilai mencapai Rp 3,2 miliar. Untuk kampanye populer lainnya, seperti bencana dan kemanusiaan di Garut ketika banjir bandang sebesar Rp 883 juta dan banjir Sumedang Rp 203 juta. Ada juga untuk bantuan medis perjuangan tumor otak di perantauan sebesar Rp 471 juta.

Kemudian terkait isu nasional misalnya donasi untuk dukungan Rio Haryanto sebesar Rp 273 juta, dan kegiatan lain seperti Shelter Garda Satwa Indonesia sebesar Rp 285 juta.

Platform lain yang juga cukup aktif di Indonesia adalah GandengTangan. GandengTangan menawarkan alternatif solusi untuk membantu pelaku usaha dan gerakan-gerakan sosial untuk menggalang dana pinjaman tanpa bunga (crowdlending) melalui situs mereka GandengTangan.org.

Berbeda dengan crowdfunding, konsep crowdlending yang diusung oleh GandengTangan memberikan lebih banyak kesempatan setiap orang yang ingin berperan dan meminjamkan dana mereka, minimal Rp 50 ribu, dengan bunga 0%.

Selain Kitabisa dan Gandengtangan, iGrow juga hadir sebagai platform untuk agrikultur, yang bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan pendanaan untuk pertanian dari investor. iGrow didirikan oleh Muhaimin Iqbal, Andreas Sanjaya, dan Jim Oklahoma untuk menghubungkan sponsor/investor, petani, pemilik lahan, dan pembeli hasil pertanian secara bersamaan. iGrow adalah jebolan program akselerasi 500 Startups Batch 16.

Sebagai platform yang merangkul banyak pihak, iGrow mengedukasi pasar dengan memberikan bukti nyata keuntungan yang bisa dibuat dengan menanam. iGrow juga membentuk komunitas yang memperoleh asupan info-info terbaru soal program yang dilakukan.

Investor lokal dan asing mendukung social enterprise

Sepanjang tahun 2015-2016 sudah banyak investor asing dan lokal yang turut memberikan pendanaan kepada startup social enterprise. Mulai dari pertanian, kesehatan hingga UMKM, para investor tersebut cukup agresif menanamkan modalnya di tanah air. Beberapa social enterprise yang sempat mendapatkan pendanaan tersebut adalah, m-clinica dari investor Unitus Impact serta Amartha dari BEENEXT dan Mandiri Capital.

Keberadaan ekonomi sosial juga saat ini sudah banyak didukung oleh jaringan angel investor seperti ANGIN hingga organisasi internasional seperti Omidyar, Kinara, dan YCAB Ventures yang bisa membantu ekosistem untuk social impact di Indonesia.

Di akhir riset tersebut disebutkan, tantangan selanjutnya yang bakal dihadapi oleh investor dan entrepreneur adalah terkait dengan aturan dari regulator dalam hal ini pemerintah, dan bagaimana para pengusaha, investor bisa bekerja sama dengan pemerintah. Tantangan lain adalah, bagaimana para pengusaha dan investor bisa memperluas jangkauan wilayah layanan bukan hanya di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, namun juga di pelosok kota di Indonesia.

ANGIN Luncurkan Connector.id, Mudahkan Pelaku Startup Temukan Investor yang Tepat

Salah satu jaringan angel investor yang cukup aktif dalam menanamkan investasinya ke startup lokal, ANGIN, hari ini mengumumkan platform terbaru untuk pelaku startup di Indonesia. Connector.id dapat dimanfaatkan entrepreneur yang berencana untuk melakukan penggalangan dana dan belajar lebih jauh memilih investor yang tepat serta jenis pendanaan yang sesuai.

Didukung Bekraf, UNDP dan kedutaan Kanada, situs Connector.id dihadirkan setelah pertemuan ANGIN kepada 1000 entrepreneur di Indonesia. ANGIN kemudian berinisiatif untuk meluncurkan platform terpadu yang bisa memberikan transparansi, efisiensi, dan solusi yang lebih cepat dalam membantu entrepreneur mengakses pendanaan yang relevan.

Situs ini menawarkan 5 manfaat kepada entrepreneur, yaitu menghemat waktu, menemukan investor yang tepat, mengenali lebih jauh investor yang ingin didekati, fokus untuk melakukan penggalangan dana dan tentunya menghemat uang.

Di situs Connector.id, entrepreneur memiliki kesempatan untuk menemukan penyedian pendanaan mulai dari, bank, venture capital, angel investor, impact investor, hingga pemerintah. Semua pilihan tersebut memanfaatkan jaringan ANGIN.

Untuk tahap awal, Connector.id hanya berisikan pertanyaan yang nantinya bisa membantu entrepreneur menemukan investor yang sesuai. Selanjutnya Connector.id juga akan dilengkapi dengan fitur yang lebih lengkap, tidak hanya kategori VC yang sesuai namun juga profil institusi yang tepat. Beberapa fitur tersebut masih dalam tahap beta dan rencananya akan diluncurkan pada bulan Juli mendatang.

Ashraf Sinclair bergabung menjadi Angel Investor ANGIN

Sebelumnya ANGIN juga telah mengumumkan bergabungnya Ashraf Sinclair sebagai salah satu angel investor ANGIN. Ashraf sendiri  baru-baru ini bergabung dengan 500 Startups sebagai Venture Partner.

Pengalaman dan latar belakang yang dimiliki Ashraf diharapkan bisa membantu ANGIN untuk mendapatkan dukungan dan akses kepada selebriti Indonesia. Selama ini ANGIN juga telah menjalin kemitraan dengan 500 Startups sebagai dukungan membangun ekosistem startup yang positif di tanah air.

ANGIN Ekspansi ke Medan, Tempatkan Edy Tan Sebagai Partner Regional

Dalam rangka memperluas peluang startup dan menggaet angel investor baru, ANGIN, jaringan angel investor Indonesia, mengumumkan rencana ekspansi perdananya ke Medan. Untuk dukung strategi tersebut, ANGIN menempatkan Edy Tan sebagai partner regional dengan posisi Managing Head.

Edy Tan bergabung di ANGIN sejak tahun lalu sebagai investor, bersama beberapa nama lainnya. Edy juga masih tercatat sebagai Managing Director di Medan Inovasi Bersama, sebuah inkubator startup digital di Medan yang menyediakan keterampilan kewirausahaan, pelatihan, pendampingan, dan pendanaan. Edy juga tercatat sebagai Strategic Regional Head di Go-Jek.

ANGIN Medan diharapkan dapat membantu jaringan angel investor dapat lebih aktif dalam mengakses pasar yang belum tersentuh seperti di Medan. Kota ini menyimpan potensi calon investor dan startup untuk tumbuh berkembang.

Nantinya kantor ANGIN Medan berada di coworking space Clapham Collective dan akan mulai beroperasi pada Juni 2017 mendatang.

“Kami berharap dapat meraih lebih banyak peluang investasi dan memberikan bantuan investasi end-to-end yang lebih efektif untuk startup dan investor di luar Jakarta,” terang pihak ANGIN dikutip dari situs resminya, Senin (8/5).

Pihak ANGIN menerangkan bahwa Medan adalah rumah bagi banyak pengusaha sukses. Secara geografis, letaknya juga strategis dekat dengan Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok. Dengan menggabung seluruh wilayah tersebut, kurang lebih ada 30 juta orang yang terus bergerak sebagai roda ekonomi.

Menurut ANGIN, Medan sebagai kota terbesar keempat di Indonesia sedikit tertinggal dibandingkan kota lainnya ketika berbicara mengenai dunia startup digital. Terlihat dari kondisi banyak talenta lokal yang “lari” ke Jakarta.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Medan Tech Valley dibentuk. Medan Tech Valley membawa semangat untuk pengusaha muda agar dapat berkembang di era digital dengan pembekalan ilmu, bimbingan, jaringan, dan pendanaan.

“Kami sangat tertarik dari tingginya animo pengusaha startup muda untuk kembali menetap di Medan dan berusaha membuat perubahan untuk rumah mereka. ANGIN Medan akan memainkan peran penting dalam mendukung pengembangan ke arah positif,” ucap Edy.

Setelah Medan, pihak ANGIN berencana untuk melakukan ekspansi berikutnya di kota lainnya, seiring upaya ANGIN dalam rangka memperkuat eksistensinya sebagai jaringan angel investor di Indonesia.

ANGIN termasuk salah satu jaringan angel investor yang cukup aktif dalam menanamkan investasinya ke startup lokal. Beberapa nama startup yang baru mendapatkan dana segar di antaranya Gandeng Tangan, Worktrees, Kargo, Landmapp, Qontak, dan Summit Healthcare

GandengTangan Terima Pendanaan dari Angel Investor

Layanan crowdlending GandengTangan hari dikabarkan menerima pendanaan dari Mariko Asmara yang didukung oleh ANGIN (Angel Investment Network Indonesia) dengan jumlah yang tidak disebutkan. Mariko Asmara Yoshihara sendiri sejauh ini dikenal sebagai salah satu angel investor yang aktif menyuntikkan dana investasi untuk perusahaan rintisan di Indonesia.

Dari manuvernya, GandengTangan mengklaim telah mengumpulkan kurang lebih 700 pemberi pinjaman dan membantu pendanaan 20an bisnis dengan menciptakan dampak sosial bagi lebih dari 3500 orang. Inisiatif tersebut disebutkan untuk membawa visi pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dengan membantu akses keuangan bisnis UMKM.

“Kami sangat senang dengan terjalinnya kolaborasi ini. Dengan Ibu Mariko sebagai bagian dari keluarga GandengTangan kami berharap untuk bisa meningkatkan kualitas layanan GandengTangan serta dampak yang ingin dicapai perusahaan di masa depan,” ungkap Chief Community Officer GandengTangan Darul.

Sejak didirikan tahun 2015 silam GandengTangan mulai fokus mengatasi masalah UMKM, terutama untuk masalah modal. GandengTangan mendorong investor untuk memberikan pinjaman ringan, atau dengan kata lain pinjaman tanpa bunga.

GandengTangan sejauh ini juga telah menjalin kerja sama dengan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) untuk bisa menjangkau lebih banyak pengguna. GandengTangan juga tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan lembaga keuangan lainnya untuk bersama-sama mengembangkan UMKM di Indonesia.

“Sebagai angel investor dan pengusaha di Indonesia saya melihat hambatan besar bagi startup atau pemain baru untuk meminjam uang untuk ekspansi ke Indonesia dari lembaga keuangan formal. Namun saya melihat begitu banyak dampak dan kontribusi yang bisa mereka lakukan untuk bangsa dan masyarakat. Saya percaya bahwa GandengTangan dapat meningkatkan kinerja UKM di masa depan. Seiring dengan program pemerintah, kita harus mampu meningkatkan persentase pengusaha di Indonesia dari 1% menjadi 5%,” terang Mariko.

Perkembangan lain yang dialami GandengTangan adalah dengan diperkenalkannya program GT-Trust. Sebuah program yang akan menjadi cara GandengTangan untuk mencari dan mendidik UMKM untuk mendapatkan pinjaman yang lebih baik dan mengoptimalkan modal mereka.

“Dengan memperkenalkan peran GT-Trust kami percaya bahwa platform ini tidak hanya menyediakan mereka dengan agen lokal terpercaya yang akan membantu bisnis kecil dan menengah dengan strategi pertumbuhan dan peningkatan mata pencaharian pribadi,” terang CEO GandengTangan Jezzie Setiawan.