Astell & Kern XB10 Ubah Headphone Apapun Menjadi Wireless

Salah satu kalangan pengguna yang paling terpukul dengan hilangnya jack headphone pada iPhone 7 mungkin adalah para audiophile. Bagaimana tidak, headphone kesayangan mereka yang umumnya berharga mahal tak lagi bisa digunakan dengan smartphone terbaru Apple tersebut.

Tentunya mereka akan merasa keberatan kalau diminta untuk membeli headphone baru yang berkonektor Lightning. Mungkin bukan masalah dana, tetapi mereka sudah terlanjur jatuh cinta dengan kualitas suara dan kenyamanan yang ditawarkan headphone andalannya. Lalu apa solusinya?

Salah satunya datang dari Astell & Kern, nama yang sudah tidak asing lagi di telinga para audiophile. Produsen perangkat pemutar musik kelas atas tersebut belum lama ini mengumumkan perangkat unik bernama XB10 yang merupakan perpaduan dari DAC, headphone amp dan Bluetooth transmitter.

Tancapkan headphone pada XB10, seketika juga headphone menjadi wireless / Astell & Kern
Tancapkan headphone pada XB10, seketika juga headphone menjadi wireless / Astell & Kern

Premis yang ditawarkan cukup sederhana, dimana Anda nantinya bisa mengubah headphone apa saja menjadi headphone Bluetooth. Cukup sambungkan kabel headphone ke XB10, lalu perangkat tersebut akan menyambung ke smartphone lewat Bluetooth 4.2. XB10 memanfaatkan codec aptX HD dan DAC berkualitas yang akan memastikan kualitas suara terbaik dari konektivitas nirkabel serta sanggup mengolah file audio beresolusi 24-bit/128kHz.

Kehadiran sebuah amplifier dalam XB10 menjadikannya sebagai perantara headphone dan smartphone yang bisa diandalkan. Sederhananya, pengguna tetap bisa menggunakan headphone yang mempunyai impedansi tinggi dan membutuhkan amplifier terpisah untuk bisa mereproduksi suara dalam volume yang optimal.

XB10 mengemas dua macam jack headphone: 3,5 mm dan 2,5 mm. Kontrol volume dan playback bisa diakses lewat tombol-tombol fisik di sekujur permukaan atas XB10. Menariknya, XB10 akan menghentikan musik secara otomatis ketika ada panggilan telepon masuk, dan pengguna bisa berbicara melalui mikrofon terintegrasinya.

Kontrol volume dan playback bisa diakses lewat XB10 / Astell & Kern
Kontrol volume dan playback bisa diakses lewat XB10 / Astell & Kern

XB10 datang bersama sebuah klip yang bisa dijepitkan di celana atau di mana pun pengguna mau demi memudahkan akses. Soal kompatibilitas, XB10 sejatinya bisa digunakan bersama perangkat apapun yang mendukung codec aptX. Masalahnya, banyak orang tidak tahu kalau iPhone tak pernah mendukung codec ini, dan Apple juga tidak mengungkap detail untuk iPhone 7 terkait hal ini.

Mungkin saja iPhone 7 akhirnya membawa dukungan aptX, mengingat Apple juga baru saja mengumumkan AirPods. Terlepas dari itu, Astell & Kern sendiri mencantumkan label iPhone pada artikel blog mengenai XB10, dan smartphone lain seperti Moto Z yang juga tidak memiliki jack headphone masih kompatibel.

Astell & Kern XB10 saat ini sudah mulai dipasarkan dengan banderol $189 – seharga sebuah headphone kelas menengah ke atas, tapi masih jauh lebih murah dibanding produk-produk super-premium besutan Astell & Kern lainnya.

Sumber: Digital Trends dan Astell & Kern.

Dirancang Khusus untuk iPhone 7, Earphone Tronsmart Encore Andalkan DAC Sendiri untuk Mengolah File Audio Lossless

Absennya jack headphone pada iPhone 7 memaksa industri untuk ikut mengamini tren tersebut. Pabrikan perangkat audio kini harus menawarkan headphone berkonektor Lightning di samping wireless guna menarik perhatian para pengguna iPhone 7.

Bahkan sebelum iPhone 7 dirilis dan semua ini baru sebatas rumor pun sudah ada sejumlah brand yang mengumumkan headphone atau earphone berkonektor Lightning, seperti misalnya Audeze iSine dan BeSound Thunder. Kini sudah resmi, siap-siap saja melihat deretan pabrikan audio mengumumkan masing-masing headphone Lightning-nya, salah satunya adalah Tronsmart.

Brand asal Tiongkok tersebut memperkenalkan Encore, diklaim sebagai in-ear headphone berkonektor Lightning pertama yang mengemas DAC (digital-to-analog converter) dan LAM (Lightning audio module). Dua komponen ini memungkinkan Encore untuk mengolah file audio lossless dengan resolusi 24-bit/48 kHz.

Tronsmart Encore sepintas kelihatan seperti produk dari Beats / Tronsmart
Tronsmart Encore sepintas kelihatan seperti produk dari Beats / Tronsmart

Di sinilah memang letak kelebihan Lightning ketimbang jack headphone standar. Mengingat sinyal yang diteruskan masih berupa sinyal digital, headphone dapat mengolahnya menggunakan komponen DAC-nya sendiri ketimbang harus mengandalkan milik iPhone. Hasilnya secara teori adalah kualitas suara yang lebih baik.

Soal desain, perpaduan warna merah dan hitam menjadikan Encore sepintas kelihatan seperti produk dari Beats. Eartip-nya diklaim bisa memblokir suara luar hingga 15 dB, sedangkan kabelnya menggunakan material Kevlar demi faktor durabilitas.

Sejauh ini belum ada informasi soal banderol harga dari Tronsmart Encore. Mereka masih sedang dalam proses untuk mendapatkan sertifikasi MFi (Made for iPhone) dari Apple dan berharap bisa mulai memasarkan Encore bulan ini juga.

Sumber: The Verge.

Temani AirPods, Beats Luncurkan Tiga Headphone Nirkabel Baru

Diungkapnya Apple AirPods dalam acara peluncuran iPhone 7 membuat kita bertanya-tanya mengenai nasib Beats. Seperti yang kita tahu, pabrikan headphone yang didirikan oleh rapper Dr. Dre tersebut diakuisisi oleh Apple pada tahun 2014 kemarin. Pertanyaannya gampang: bagaimana cara Apple memanfaatkan absennya jack headphone pada iPhone 7 dengan produk berlabel Beats?

Well, Apple rupanya sudah menyiapkan tiga headphone nirkabel baru di bawah brand Beats. Mereka adalah Beats Solo 3 Wireless, Powerbeats 3 Wireless dan Beats X. Solo dan PowerBeats merupakan suksesor dari pendahulunya, sedangkan Beats X adalah produk yang benar-benar fresh.

Beats X mengusung model in-ear dengan kabel menjuntai yang dimaksudkan untuk menggantung di leher, mirip seperti mayoritas earphone nirkabel yang ada di pasaran. Yang cukup menarik, masing-masing eartip-nya dibekali magnet sehingga bisa ditempelkan satu sama lain ketika sedang tidak digunakan dan perangkat pun membentuk seperti kalung.

Baterainya bisa bertahan selama 8 jam pemakaian, tapi yang unik adalah fitur bernama Fast Fuel, dimana Beats X bisa di-charge menggunakan kabel Lightning dalam waktu yang amat cepat. Secepat apa? Menurut klaim Apple, 5 menit charging sama dengan 2 jam pemakaian, dan charging hingga penuh hanya membutuhkan waktu 45 menit saja.

Untuk Solo 3 dan Powerbeats 3, pembaruan yang dibawa tidak menyeluruh tetapi lebih ke sisi teknis. Khusus untuk Powerbeats, desainnya telah direvisi supaya bisa lebih nyaman dikenakan di telinga. Hal ini krusial mengingat skenario penggunaan PowerBeats yang paling ideal adalah ketika sedang berolahraga.

Keduanya turut dilengkapi dengan fitur Fast Fuel seperti Beats X, namun mereka memanfaatkan kabel micro USB ketimbang Lightning. Untuk Powerbeats 3, 5 menit charging bisa memberikan satu jam pemakaian, dan baterainya sendiri bisa bertahan selama 12 jam dalam kondisi penuh. Solo 3 di sisi lain bisa memberikan tiga jam pemakaian setelah di-charge hanya selama 5 menit.

Ketiga headphone anyar Beats ini juga ditenagai oleh chip Apple W1 yang ada pada AirPods. Kehadiran chip ini dimaksudkan untuk mempermudah proses pairing. Ketiganya akan dipasarkan mulai musim semi tahun ini; Solo 3 Wireless dihargai $300, Powerbeats 3 Wireless $200 dan Beats X $150.

Sumber: Pocket-lint dan Beats.

Apple Perkenalkan AirPods, Earphone Tanpa Kabel Perdananya

Apa yang dirumorkan tidak meleset, iPhone 7 benar-benar hadir tanpa jack headphone. Sebagai gantinya, Apple akan membundel EarPods dengan konektor Lightning dalam paket penjualan, lengkap beserta sebuah adapter Lightning ke 3,5 mm untuk digunakan bersama headphone lain.

Absennya jack headphone ini dilihat Apple sebagai peluang untuk memperkenalkan produk baru. Dijuluki AirPods, ia merupakan sepasang earphone wireless dengan desain terpisah, alias tanpa kabel seperti yang sudah kita jumpai sebelumnya lewat Samsung Gear IconX maupun Bragi Headphone.

Desainnya kelihatan seperti EarPods yang dipotong kabelnya. Pun demikian, Apple telah menyematkan sejumlah komponen canggih di dalamnya, termasuk halnya chip Apple W1 yang bertugas untuk mengendalikan bermacam sensor di dalam AirPods serta menyajikan konektivitas nirkabel yang irit daya.

Tidak mengejutkan dari Apple, mereka benar-benar bungkam terkait konektivitas yang dipakai oleh AirPods. iMore menyebutkan bahwa AirPods juga tetap memanfaatkan koneksi Bluetooth LE di samping yang disuguhkan chip Apple W1 tadi. Singkat cerita, kalau perangkat Anda menjalankan iOS 10, watchOS 3 atau macOS Sierra, AirPods bisa digunakan bersamanya.

Selipkan AirPods ke dalam case-nya selama 15 menit, Anda pun bisa memakainya hingga tiga jam / Apple
Selipkan AirPods ke dalam case-nya selama 15 menit, Anda pun bisa memakainya hingga tiga jam / Apple

AirPods datang bersama sebuah case yang bertindak sebagai charger. Baterainya sendiri bisa bertahan selama 5 jam, dan case ini akan memberikan suplai daya yang cukup hingga lebih dari 24 jam. Menariknya, Apple mengklaim waktu charging selama 15 menit saja sudah bisa memberikan daya yang cukup untuk pemakaian selama 3 jam.

Untuk menggunakan AirPods, pengguna tinggal membuka case-nya di dekat iPhone lalu perangkat akan otomatis terdeteksi dan siap disambungkan. Kendalinya mengandalkan Siri, yang bisa dipanggil dengan menyentuh AirPods dua kali. Saat AirPods Anda lepas dari telinga, musik pun akan dihentikan secara otomatis.

AirPods rencananya akan mulai dipasarkan pada akhir bulan Oktober seharga $159.

Sumber: Apple.

Headphone Sony MDR-1000X Tawarkan Noise Cancelling Terpersonalisasi

Lewat QuietComfort 35, Bose kian membuktikan bahwa mereka adalah pemimpin di bidang headphone noise cancelling. Akan tetapi hal tersebut tentunya tidak membuat pabrikan lain jadi gentar. Lihat saja Sony, yang baru-baru ini memperkenalkan headphone noise cancelling tercanggihnya di ajang IFA 2016.

Dijuluki MDR-1000X, Sony sepertinya telah menyelesaikan banyak pekerjaan rumah dalam proses pengembangannya. Desainnya masih sangat khas dengan earcup berukuran besar dan bantalan yang tebal. Di saat yang sama, Sony mengaku telah merancang ulang earpad-nya ini guna meningkatkan kinerja noise cancelling.

Entah klaim Sony benar atau tidak, namun yang pasti mereka telah menyempurnakan segala aspek yang berperan untuk noise cancelling, mulai dari sound filtering, signal processing sampai sepasang sensor suara yang tersematkan. Hal ini turut didukung oleh fitur Personal NC Optimizer yang inovatif.

Sederhananya, fitur ini akan mencoba mengoptimalkan kinerja noise cancelling MDR-1000X, menganalisa beberapa faktor seperti bentuk kepala, model rambut, apakah pengguna berkacamata atau tidak dan bagaimana cara pengguna memakai headphone itu sendiri.

Ilustrasi pengguna fitur Quick Attention Mode pada Sony MDR-1000X / Sony
Ilustrasi penggunaan fitur Quick Attention Mode pada Sony MDR-1000X / Sony

Tidak ketinggalan juga adalah fitur Quick Attention Mode, dimana pengguna hanya perlu menempatkan telapak tangannya di sisi luar earcup untuk mendengarkan suara dari luar tanpa perlu melepas headphone. Fitur ini tentunya sangat ideal ketika Anda sedang bersama seseorang.

MDR-1000X bisa dioperasikan dengan atau tanpa kabel. Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama 20 jam nonstop dalam posisi noise cancelling menyala. Penggemar Hi-Res Audio boleh tersenyum mengetahui bahwa MDR-1000X telah mengusung fitur upscaling DSEE HX guna meningkatkan kualitas file audio yang terkompresi.

Sony MDR-1000X akan dipasarkan per bulan Oktober mendatang seharga $400. Pilihan warna yang tersedia adalah hitam dan grey beige.

Sumber: New Atlas dan Sony.

Audeze iSine Adalah Earphone Berteknologi Planar Magnetic Pertama di Dunia

Nama Audeze mungkin terdengar agak asing di telinga konsumen awam, tapi di kalangan audiophile, pabrikan asal Amerika Serikat ini memiliki reputasi cukup tinggi. Utamanya, Audeze dikenal sebagai salah satu brand yang memopulerkan headphone berteknologi planar magnetic.

Menjelaskan cara kerja teknologi planar magnetic tentunya butuh satu artikel sendiri, tapi yang pasti teknologi ini punya kelebihan dan kekurangan dibanding dynamic driver yang sangat umum. Yang paling gampang, headphone planar magnetic biasanya mampu mereproduksi suara tanpa distorsi, tapi di saat yang sama ukurannya bongsor-bongsor mengingat di dalamnya tersebar magnet di seluruh penjuru.

Namun itu semua adalah fakta lawas. Audeze ingin membuktikan bahwa mereka bisa menyuguhkan kelebihan teknologi planar magnetic dalam kemasan yang lebih kecil, sekecil earphone lebih tepatnya. Dari situ lahirlah Audeze iSine, diklaim sebagai headphone planar magnetic paling ringan sejagat.

Apa yang Audeze capai lewat iSine tentunya melibatkan proses miniaturisasi kelas berat. Baru beberapa tahun yang lalu, headphone planar magnetic buatan mereka punya ukuran jauh lebih besar daripada headphone standar. Sekarang, semua komponen esensialnya, termasuk diaphragm seukuran 30 mm berhasil dikemas dalam wujud yang ringkas sekaligus tipis, dengan bobot tak lebih dari 20 gram.

Audeze iSine dirancang oleh tim DesignworksUSA yang bertanggung jawab atas mobil eksotis macam BMW i8 / Audeze
Audeze iSine dirancang oleh tim DesignworksUSA yang bertanggung jawab atas mobil eksotis macam BMW i8 / Audeze

Jika dibandingkan dengan earphone lain pada umumnya, ukuran iSine memang jauh lebih besar, tapi setidaknya tidak sampai menutupi daun telinga. Desainnya sendiri tampak seperti hasil kolaborasi Spider-Man dan alien, meski pada kenyataannya yang membuat rancangannya adalah tim desainer mobil futuristis BMW i8.

Tiap unit iSine akan datang bersama dua macam kabel: standar dan kabel Lightning. Khusus kabel Lightning ini, Audeze telah menambatkan amplifier sekaligus DAC demi menyajikan kualitas suara yang lebih optimal, serta sanggup mengolah file audio Hi-Res.

Audeze rencananya akan memasarkan iSine mulai bulan Oktober dalam dua model: iSine 10 dan iSine 20. iSine 10 dihargai $399, sedangkan iSine 20 seharga $599 karena mengemas voice coil yang lebih panjang serta menjanjikan kualitas suara yang lebih baik lagi.

Sumber: The Verge dan Audeze.

Pakai Konektor Lightning, Earphone Ini Suguhkan Noise Cancelling Tanpa Perlu Di-charge

Kalau belum mencoba, Anda mungkin tidak tertarik dengan headphone atau earphone berteknologi noise cancelling. Namun sekali mencoba, dijamin Anda akan langsung kepincut dan tidak bisa melupakannya.

Akan tetapi yang kerap menjadi masalah, headphone noise cancelling harus diganti atau diisi ulang baterainya waktu demi waktu, bahkan termasuk yang menggunakan kabel sekalipun. Belum lagi harganya yang mahal juga menjadi alasan lain mengapa konsumen lebih memilih headphone biasa.

Hal ini tidak berlaku buat Thunder. Thunder merupakan earphone noise cancelling yang cukup istimewa. Pasalnya, ia sama sekali tidak perlu Anda ganti atau isi ulang baterainya. Kok bisa? Well, ia tidak menggunakan konektor 3,5 mm seperti biasanya, melainkan konektor Lightning milik perangkat iOS.

Hal ini berarti iPhone atau iPad penggunalah yang menjadi penyuplai daya untuk Thunder. Pun demikian, pengembang Thunder memastikan konsumsi dayanya tidak lebih dari 0,9 persen per jam dengan posisi noise cancelling menyala.

Penggunaan konektor Lightning juga berperan terhadap kualitas suaranya. Hal ini disebabkan sinyal yang diteruskan dari iPhone atau iPad masih berupa sinyal digital, dan chip khusus milik Thunder kemudian akan mengambil alih tugas untuk mengolahnya menjadi sinyal analog yang bisa didengar oleh telinga pengguna.

Thunder dilengkapi dua remote; satu untuk volume, satu lagi untuk mengaktifkan noise cancelling atau Aware Mode / BeSound
Thunder dilengkapi dua remote; satu untuk volume, satu lagi untuk mengaktifkan noise cancelling atau Aware Mode / BeSound

Seberapa efektif teknologi noise cancelling yang diusung Thunder? Menurut pengembangnya, Thunder siap meredam suara luar antara 22 – 43 desibel di frekuensi 100 – 3.000 Hz. Di saat yang sama, Thunder turut mengemas fitur bernama Aware Mode yang memungkinkan pengguna untuk menikmati musik sekaligus mendengar suara-suara di sekitarnya. Fitur ini bisa diaktifkan dengan satu sentuhan pada remote milik Thunder.

Tentunya alasan lain yang membuat Thunder terdengar menarik adalah rumor bahwa iPhone 7 bakal hadir tanpa jack audio 3,5 mm. Seandainya benar, headphone atau earphone berkonektor Lightning seperti Thunder ini pasti akan menjadi alternatif pilihan di samping yang berteknologi wireless, apalagi didukung oleh teknologi noise cancelling.

Buat yang tertarik, Thunder saat ini ditawarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo seharga $149, separuh dari harga retail-nya. Pilihan warna yang tersedia adalah silver dan hitam, sama-sama dengan aksen krom.

LG Perkenalkan Empat Speaker Bluetooth Baru

2 – 7 September nanti, mata dunia akan tertuju pada event teknologi akbar IFA 2016 yang dihelat di kota Berlin. Maka dari itu, tidak heran kalau pabrikan teknologi selalu menyiapkan sederet produk sekaligus untuk dipamerkan kebolehannya.

Menjelang acara tersebut, LG mencoba mencuri start dengan memperkenalkan empat speaker Bluetooth baru: PH1, PH2, PH3 dan PH4. Keempatnya punya desain yang berbeda-beda, tapi semuanya menawarkan cakupan suara 360 derajat.

Berdimensi cukup ringkas, model PH1 unik karena juga bisa digunakan sebagai mood lighting maupun lampu tidur. Speaker ini juga dibekali mikrofon untuk melakukan panggilan telepon, dan baterainya bisa bertahan sampai lima jam pemakaian.

PH2 merupakan model yang terkecil, dengan wujud menyerupai sebuah hockey puck. LG turut membekalinya dengan sebuah strap, membuatnya semakin ideal untuk dibawa bepergian. Lebih lanjut, bodi speaker ini tahan terhadap cipratan air meski ukurannya terbilang ringkas.

Soal kualitas suara, sebuah amplifier berdaya 2,5 watt bertugas menyuplai daya guna menghasilkan dentuman bass yang cukup oke. Dalam satu kali charge, PH2 bisa digunakan untuk memutar musik selama enam jam nonstop.

Dari kiri ke kanan: LG PH2, PH3 dan PH4 / LG
Dari kiri ke kanan: LG PH2, PH3 dan PH4 / LG

Khusus untuk PH3, desainnya tergolong tidak umum. Sepintas ia lebih pantas dijadikan dekorasi ruangan berkat wujudnya yang terinspirasi lilin, lengkap beserta lampu di bagian atas yang bisa menyala dalam lima warna, tapi di saat yang sama juga bisa mengalunkan musik yang merdu.

Pada kenyataannya, speaker ini telah dipersenjatai amplifier 3 watt beserta sebuah passive radiator, yang secara teori lebih bisa diandalkan soal reproduksi bass ketimbang PH2. Baterainya juga lebih awet, dengan estimasi daya tahan selama 10 jam pemakaian.

Terakhir, PH4 punya bentuk silinder yang sangat umum kita jumpai pada speaker Bluetooth lain. Berbekal sepasang passive radiator dan amplifier 16 watt, model ini merupakan yang paling bertenaga. LG turut tidak lupa melengkapinya dengan fitur Bass Boost, yang juga terdapat pada PH2.

Sejauh ini belum ada informasi banderol harga dari masing-masing speaker. Kemungkinan besar LG baru akan mengumumkannya saat IFA dimulai nanti.

Sumber: LG dan Digital Trends.

Linner Diklaim Sebagai Earphone Berteknologi Active Noise Cancelling Paling Ringan

Dibandingkan headphone, earphone punya isolasi suara yang lebih baik karena benar-benar masuk ke dalam kanal telinga. Namun itu masih tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan yang mengusung fitur active noise cancelling (ANC). Fitur ini sangat efektif dalam memblokir suara luar, entah itu di sebuah kafe, di gerbong kereta api, atau di dalam pesawat.

Sayangnya seringkali kehadiran fitur ANC berakibat meningkatnya bobot headphone atau earphone, yang pada akhirnya berujung pada tingkat kenyamanan perangkat itu sendiri. Di saat yang sama, harga yang harus ditebus umumnya juga tidak murah.

Dari situ sebuah startup bernama Linner melihat sebuah peluang. Lewat produk perdananya, mereka ingin membuktikan bahwa earphone berfitur ANC dengan bobot yang ringan dan banderol harga murah itu bukanlah suatu hal yang mustahil untuk dicapai.

Sejauh ini belum ada angka pasti terkait bobot earphone besutan Linner, namun mereka cukup percaya diri mengklaimnya sebagai yang teringan sejagat. Terkait efektivitasnya, fitur ANC ini siap meredam suara luar hingga 26 desibel pada frekuensi 45 – 3.000 Hz.

Linner juga dibekali fitur Awareness Mode demi urusan keselamatan / Linner
Linner juga dibekali fitur Awareness Mode demi urusan keselamatan / Linner

Mengingat ukurannya ringkas dan ringan, pastinya konsumen ingin menggunakan Linner selagi mobile, milsanya ketika bersepeda menuju kantor. Untuk itu, pihak pengembangnya telah menyiapkan fitur bernama Awareness Mode, yang pada dasarnya merupakan lawan dari fitur ANC.

Saat fitur ini diaktifkan, suara di sekitar malah akan diperkuat. Tujuannya adalah supaya pengguna bisa tetap menyadari akan apa saja yang ada di sekitarnya tanpa perlu melepas earphone. Jadi saat berjalan menuju halte bus, aktifkan Awareness Mode; begitu masuk ke dalam bus, giliran ANC yang dinyalakan.

Linner rencananya akan menggelar kampanye crowdfunding di Kickstarter mulai bulan September mendatang. Sejauh ini mereka sudah punya prototipe earphone-nya, dan harga retail-nya diperkirakan berkisar $110 – cukup terjangkau untuk ukuran earphone berteknologi noise cancelling.

Sumber: Digital Trends dan Linner.

Berdesain Keren, Speaker Multi-Room Whyd Bisa Dikendalikan dengan Perintah Suara

Apa jadinya ketika speaker multi-room Sonos Anda kawinkan dengan Amazon Echo? Di satu sisi, Sonos sudah sangat dikenal sebagai pionir sistem multi-room. Di sisi lain, Amazon Echo memopulerkan tren baru dimana speaker bisa dikendalikan via perintah suara yang terdengar alami.

Whyd bisa Anda anggap sebagai buah perkawinan kedua speaker tersebut. Multi-room dan voice command merupakan dua atribut utama dari Whyd; Anda bisa menyambungkan dua speaker menjadi konfigurasi stereo, dan Anda bisa mengontrolnya dengan instruksi seperti “play my morning playlist“.

Pada kenyataannya, Whyd dibekali oleh total 5 mikrofon plus teknologi noise cancelling, memastikan bahwa suara Anda akan terdengar jelas di mana pun Anda berada di dalam ruangan. Seandainya Anda tidak terbiasa dengan perintah suara, sisi atas Whyd merupakan panel sentuh yang bisa membaca beragam gesture.

Kualitas suaranya sendiri tidak bisa dianggap sepele. Empat buah speaker 40 mm bertugas menyebarkan suara ke semua sudut ruangan (360 derajat), dan sebuah subwoofer berukuran 100 mm bertanggung jawab atas dentuman bass yang mantap. Daya disuplai oleh amplifier Class-D, sedangkan respon frekuensinya berkisar 35 – 20.000 Hz.

Bagian atas Whyd merupakan panel sentuh yang bisa membaca beragam gesture / Whyd
Bagian atas Whyd merupakan panel sentuh yang bisa membaca beragam gesture / Whyd

Semuanya dikemas dalam wujud seperti telur yang kelihatan imut sekaligus elegan. Pada bagian sisinya yamg berlapis kain rajutan, tertanam layar LCD yang berperan sebagai indikator. Dimensinya tidak terlalu besar, dengan tinggi sekitar 30 cm, diameter 19 cm dan bobot 3,8 kg.

Perihal konektivitas, Whyd telah dibekali Wi-Fi, Bluetooth, serta kompatibel dengan AirPlay. Ia juga bisa memutar musik dari layanan streaming seperti Spotify, Apple Music, SoundCloud, Deezer, Tidal dan Google Play Music.

Harga juga merupakan faktor menarik lain dari Whyd. Banderol $500 membuatnya bersaing langsung dengan Sonos Play:5. Kendati demikian, konsumen yang tertarik bisa melakukan pre-order dan mendapat potongan harga senilai $200.

Sumber: Engadget dan Whyd.