Empat Hal Perlu Diketahui Perusahaan dalam Mengadopsi Teknologi

Di era masa kini, teknologi semakin relevan dan berpengaruh terhadap pertumbuhan bisnis perusahaan. Teknologi terkadang membantu perusahaan dalam mengambil keputusan.

Kendati begitu, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga perusahaan juga harus cepat beradaptasi terhadap perubahan. Bagaimana seharusnya perusahaan beradaptasi di era kecanggihan teknologi?

Hal ini dijawab sejumlah pembicara di salah satu sesi IdeaFest 2018 bertajuk The Rise of Industry-Grown Technology: Automation, AI, and Data Innovations.

Implementasi tak sebatas piloting

Teknologi cepat sekali berkembang. Baru muncul satu, kemudian muncul lagi teknologi baru. Padahal butuh waktu untuk benar-benar paham implementasinya.

Prasetya Dwicahya, Head of Data Science Indonesia, melalui contohnya menyebutkan ada banyak perusahaan yang ingin mengimplementasi big data, tetapi tidak tahu datanya.

Ia juga melihat sejumlah perusahaan belum sepenuhnya memanfaatkan teknologi dan malah justru menggunakannya untuk sekadar proyek percobaan (piloting).

“Ini juga menjadi masalah karena teknologi hanya dimanfaatkan untuk piloting dan tidak diterapkan sampai benar-benar pemanfaatannya,” tutur pria yang karib disapa Pras ini.

Decision board perlu paham teknologi

Ketidaktahuan perusahaan terhadap teknologi baru dianggap menjadi peluang bagi vendor menawarkan produknya. Hal ini justru dianggap dapat menimbulkan misinformasi. Mengapa?

”Misinformasi [teknologi] justru datang dari vendor, mereka menawarkan ke klien padahal belum tentu butuh,” tutur Endiyan Rakhmanda, Co-founder & Chief of Product IYKRA.

Alhasil, perusahaan merasa perlu untuk mengimplementasi teknologi karena “ikut-ikutan”. Untuk itu, Pras menambahkan kembali tentang pentingnya keberadaan decision board yang setidaknya punya pengetahuan teknologi.

“Contoh kasus di atas kan membuat terjadinya asimetric information yang dimanfaatkan vendor untuk berjualan. Investasi jadi sekadar hambur-hambur uang,” tutur Pras.

Pahami kebutuhan perusahaan

Sementara Djap Tet Fa, CEO Astra Digital yang juga mengisi sesi ini menanggapi sisi lain dari perkembangan teknologi di Indonesia. Ia menilai perusahaan di Indonesia memanfaatkan teknologi bukan karena kebutuhannya.

“Ada peer pressure seolah-olah kita harus keep up dengan teknologi. Jadi perusahaan merasa tidak mau ketinggalan. Padahal perlu lihat model bisnisnya, apakah customer-nya perlu, belum lagi ada biaya riset dan pengembangan. Bagaimanapun juga somebody has to pay, ini menjadi tidak efisien lagi,” jelasnya.

Menurutnya, digitalisasi memang menciptakan efisiensi. Akan tetapi kalau teknologinya tidak sesuai kebutuhan bisnis, hal ini justru tidak akan memberikan nilai lebih kepada perusahaan dan justru malah menghabiskan investasi secara percuma.

Edukasi

Terkait hal-hal di atas, Pras berujar perlunya edukasi terhadap perusahaan agar tidak asal dalam beradaptasi di perkembangan teknologi.

Contoh edukasi mudah yang bisa dilakukan adalah membuat analogi atau membuat case sesuai dengan isu relevan. Dengan begini, perusahaan mendapat gambaran tentang perlunya mengimplementasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan bisnisnya.

Telkomsel Luncurkan MSIGHT, Layanan “Telco Big Data” untuk Bisnis

Bertujuan mendukung transformasi digital bisnis di Indonesia, Telkomsel meluncurkan Mobile Consumer Insight (MSIGHT). Sebagai salah satu operator seluler terbesar berpelanggan 178 juta, Telkomsel mengklaim telah memiliki data komprehensif yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintah hingga perusahaan untuk mengembangkan bisnis.

“MSIGHT beroperasi secara business to business (B2B) hadir untuk memberikan nilai tambah bagi lembaga pemerintah dan sektor industri seperti keuangan, transportasi, e-commerce, dan sebagainya,” kata VP Data Insight and Interface Services Development Telkomsel, Mia Melinda.

Nantinya MSIGHT akan menghadirkan sejumlah produk yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi seperti big data, IoT, robotik, artificial intelligence (AI), blockchain, dan lainnya.

“Produk-produk MSIGHT meliputi Risk insight, Mobility Insight, Lifestyle Insight, dan API marketplace; menawarkan berbagai manfaat bagi pelaku usaha mulai untuk marketing communication, business intelligence, maupun risk assessment,” tambah Mia.

Informasi dari platform tersebut bisa juga digunakan untuk melakukan monitoring perubahan jumlah trafik pengunjung, segmentasi konsumen berdasarkan profil tertentu, mengetahui perilaku digital konsumen, pola pergerakan konsumen antar lokasi, dan perilaku konsumen terhadap produk/servis.

Beberapa layanan MSIGHT tahun ini telah dimanfaatkan instansi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk melakukan studi secara lebih efisien dan mendapatkan sudut pandang yang lebih kaya. Aplikasinya diterapkan pada studi dampak makro-ekonomi dari penyelenggaraan Asian Games 2018.

“Informasi big data yang kami peroleh akan dikelola secara anonim, agregat, dan efisien menjadi insight, serta diperbarui secara berkala. Kekuatan Telkomsel dalam menyelenggarakan big data adalah pada basis 178 juta pengguna atau mewakili sebagian besar pengguna data internet di Indonesia,” kata Mia.

Telkom Digs for Acquisition of Gaming, E-Commerce, and Big Data Startups

PT Multimedia Nusantara or Metranet, Telkom’s subsidiary, intends to place an investment through major shares acquisition of startups engaged in gaming, e-commerce, and big data. The company is currently amidst the exploration stage in those three businesses.

Widi Nugroho, Metranet’s CEO, said those three are local and global companies but refuse to give further details.

“Yes, [we are to acquire] major shares in Startups [gaming, e-commerce, and big data]. Startups [to acquire] have shown a good financial performance in the past three years. Currently on progress [due diligence],” he told DailySocial in a short message.

Telkom already has Blanja.com in its e-commerce line as a joint venture with eBay. Still, he admitted this acquisition will extend Blanja.com position in Indonesia’s e-commerce industry.

“There are many E-commerce business models, such as Business-to-Consumer (B2C), Business-to-Business (B2B), and Business-to-Government (B2G). It can be a marketplace, vertical commerce, online store. In various forms, including back-end, platform, and so on. The ones we’ll purchase are to support Blanja.com,” he explained.

Chiefly, Metranet has finalized its first acquisition last August by taking over 30.4 percent shares in Cellum Global Zrt, a Hungary-based fintech company. Quoted from BeritaSatu, Telkom pours $6 million funding (around IDR 90 billion) in two stage of equity participation.

Metranet is currently focused on digital content business (gaming, music, and video), advertising, smart platform, and financial service (fintech). It goes along with Telkom’s commitment to dominate the digital business industry in Indonesia and Southeast Asia, in addition to connectivity business.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Telkom Jajaki Akuisisi Startup Games, E-commerce, dan Big Data

PT Multimedia Nusantara atau Metranet, anak usaha Telkom, berniat menyuntik investasi lewat pembelian mayoritas saham startup di bidang games, e-commerce, dan big data. Saat ini, perusahaan tengah melakukan penjajakan di ketiga kategori bisnis tersebut.

CEO Metranet Widi Nugroho mengatakan ketiga startup ini berasal dari dalam dan luar negeri, namun ia enggan menyebutkan detailnya.

“Ya, [kami ingin caplok] mayoritas saham startup [games, e-commerce, dan big data). Startup [yang akan diakuisisi] sudah menunjukkan performa finansial yang bagus dalam tiga tahun terakhir. Saat ini dalam proses [due diligence],” ungkap Widi dalam pesan singkat kepada DailySocial.

Sebetulnya, di lini e-commerce, Telkom sudah memiliki Blanja.com yang merupakan bentuk perusahaan patungan (joint venture) antara Telkom dengan eBay. Namun, Widi mengaku akuisisi ini akan memperkuat posisi Blanja.com di industri e-commerce Indonesia.

“Model bisnis e-commerce bermacam-macam, seperti Business-to-Consumer (B2C), Business-to-Business (B2B), dan Business-to-Goverment (B2G). Bisa marketplace, vertical commerce, online store. Ada yang bentuknya back-end, platform, dan sebagainya. Yang akan kami beli akan memperkuat Blanja.com,” jelas Widi.

Sebelumnya Metranet sudah lebih dulu merampungkan akuisisi pertama pada Agustus lalu dengam mengambil alih 30,4 persen saham Cellum Global Zrt, perusahaan fintech asal Hungaria. Dikutip dari BeritaSatu, Telkom mengucurkan dana sebesar $6 juta (sekitar 90 miliar Rupiah) dalam dua tahap penyertaan saham.

Saat ini Metranet fokus terhadap pilar bisnis digital content (games, musik, dan video), advertising, smart platform, dan layanan jasa keuangan (fintech). Fokus bisnis ini sejalan dengan komitmen Telkom untuk menguasai bisnis digital di Indonesia dan Asia Tenggara, tak cuma melalui bisnis konektivitas.

Sudah Saatnya Pemerintah Mendorong Perbaikan Menyeluruh Melalui Transformasi Digital

Hari ini (20/7) saya melakukan perpanjangan SIM di kantor Samsat Polres Purworejo, Jawa Tengah. Setelah menjalani serangkaian proses –dari cek kesehatan, pemberkasan, pengambilan sidik jari dan foto—nama saya dipanggil oleh petugas untuk mengambil hasilnya. Bukan kartu SIM berwarna putih yang saya dapatkan, melainkan secarik kertas berwarna oranye sebagai SIM sementara. Petugas mengatakan bahwa kartu SIM belum bisa diterbitkan lantaran bahan material habis, konon di level nasional.

Saya pun menanyakan, estimasi waktu kartu SIM bisa jadi dan diambil. Petugas hanya menyarankan saya untuk datang dan memeriksa ke kantor Satlantas secara rutin untuk menanyakan – kemungkinan besar akan lebih dari sebulan. Dalam formulir pengajuan perpanjangan SIM, saya mengisikan alamat email dan kontak ponsel.

Hal menarik berikutnya ialah saat proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) beberapa waktu lalu. Prosesnya menyita perhatian hampir masyarakat seantero nusantara. Pasalnya sistem zonasi (mewajibkan calon siswa SMP dan SMA sederajat bersekolah di wilayah terdekat) kecolongan dengan adanya kecurangan, yang paling memprihatinkan disebabkan karena penyalahgunaan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).

Aturan pemerintah memberikan porsi 20% untuk siswa ber-SKTM di tiap sekolah. Layaknya menjadi sebuah kesempatan emas, banyak peserta didik yang nilainya kurang baik diakali dengan mengajukan SKTM ke Kantor Desa untuk mendongkrak nilai.

Terkait SKTM bodong, beberapa wilayah seperti Jawa Tengah sudah melakukan langlah represif dengan melakukan cross-check dan survei ke rumah untuk peserta didik ber-SKTM. Di Jawa Tengah 78.065 SKTM dibatalkan.

***

Lalu mari kita amati dua kasus di atas untuk menemukan variabel yang dapat ditarik menjadi solusi. Pertama soal ketersediaan material pembuatan kartu SIM yang habis secara massal. Dalam setiap kartu SIM terdapat tanggal kedaluwarsa, berdurasi 5 tahun dan disesuaikan dengan tanggal lahir. Ini menjadi salah satu data yang sebenarnya dapat diolah untuk menghasilkan analisis dan proyeksi soal kebutuhan material kartu SIM dan arus pembuatannya.

Ilustrasi tentang visualisasi data / Pexels
Ilustrasi tentang visualisasi data / Pexels

Melalui teknik pengolahan kualitatif, data dapat digunakan untuk menemukan tren terkait dengan peak time pembuatan atau perpanjangan SIM — sehingga dapat dijadikan rujukan untuk pemesanan bahan-bahan dalam kerangka waktu tersebut. Untuk memudahkan pembacaan data, dapat dibuat juga sebuah visualisasi sederhana yang dibagi per sektor.

Tantangannya mungkin pada infrastruktur data yang harus dibangun, mengingat data tersebut tergolong yang harus ditempatkan di server lokal. Namun jika masalahnya memang pada keterbatasan anggaran untuk itu, saat ini banyak skema penerapan teknologi yang memudahkan implementasi di tahap awal, misalnya menggunakan solusi berbasis hybrid-cloud.

Solusi tersebut bisa menempatkan sebagian data krusial ke dalam server yang dikelola secara on-premise, sisanya memanfaatkan Platform as a Services (PaaS) dan IaaS (Infrastructure as a Services) yang disediakan oleh vendor komputasi awan – khususnya untuk penyebaran dan akses layanan.

Memulai dengan integrasi data

Kemudian soal isu SKTM dalam proses PPDB. Langkah represif yang dilakukan Pemerintah Daerah setempat melakukan check & re-check SKTM dengan data kependudukan setempat. Idealnya pengecekan tersebut menjadi solusi preventif yang dilakukan saat proses pendaftaran. Sehingga tidak terlebih dulu mendapatkan tempat. Ada beberapa solusi berbasis digital yang dapat diterapkan.

Salah satunya dengan mengembangkan aplikasi sederhana yang dapat memvalidasi keabsahan SKTM. Trigger-nya bisa berupa NPWP atau NIK orang tua, sehingga diketahui jenis pekerjaan dan besaran pendapatan yang didapat. Atau jika hendak lebih mendalam, bisa juga menambahkan validasi yang didasarkan data pertanahan, untuk mengetahui aset yang dimiliki orang tua. SKTM sendiri diterbitkan secara manual oleh perangkat di Balai Desa.

Sayangnya langkah tersebut saat ini terlihat sulit terealisasi, pasalnya masing-masing badan di pemerintahan belum punya (setidaknya sejauh pengamatan saya) standardisasi dalam pengelolaan struktur data. Serta adanya model integrasi yang dapat saling dikaitkan, misalnya dalam bentuk Application Programming Interface (API) untuk kebutuhan query data.

Menjadikan transformasi digital sebagai visi

Dasar pemikiran yang harus ditanamkan bahwa transformasi digital tidak sekadar memanfaatkan komputer untuk membantu kegiatan operasional. Lebih dari itu, di dalamnya terdapat serangkaian tindakan yang mengarahkan pada efektivitas proses bisnis. Teknologi hanya satu dari banyak aspek yang harus dipenuhi, didukung aspek lain seperti inovasi berkelanjutan, kolaborasi antar pihak, pengelolaan dan analisis data, hingga mengedepankan kultur data-driven (memastikan setiap tindakan terukur dan didasarkan data).

The building blocks of digital transformation / Ionology
The building blocks of digital transformation / Ionology

Regulasi menjadi penting untuk menyusun ulang atau setidaknya menjadi pedoman restrukturisasi fondasi data antar lembaga. Prosesnya tidak dapat dipusatkan di awal, namun bergerak eksponensial seiring dengan peningkatan platform. Ini adalah investasi besar, namun banyak hal yang nantinya bisa dituai. Termasuk untuk bidang-bidang lain, misalnya dalam mengurangi kesenjangan sosial.

Data Bank Dunia menempatkan “Kesempatan Kerja” menjadi salah satu kesenjangan terbesar di Indonesia, dengan persentase mencapai 62,6 persen. Masyarakat dianggap sulit untuk menemukan lapangan kerja yang sesuai. Namun di lain sisi, industri juga kesulitan untuk menemukan talenta guna memenuhi tenaga kerja di perusahaannya. Mudahnya, lihat situs lowongan seperti LinkedIn, setiap hari ada jutaan kesempatan kerja ditawarkan. Masalahnya, mengapa kesempatan itu tidak berbanding lurus dengan ketersediaan di masyarakat?

Lantas sekarang kita bayangkan jika pemangku kebijakan (dalam hal ini Kemendikbud dan Kemenristekdikti) mulai menyusun strategi berbasis data. Dari kondisi riil yang ada saat ini, mereka dapat memetakan sebaran lulusan beserta kompetensi yang menjadi spesialisasi. Kemudian bekerja sama dengan Kemenaker untuk memetakan data kebutuhan tenaga kerja dari berbagai perusahaan di seluruh penjuru Indonesia.

Dari konsolidasi data tersebut maka akan didapatkan kesimpulan, kompetensi apa yang surplus dan defisit dihasilkan oleh universitas beserta sebarannya. Dibandingkan dengan kesempatan kerja apa yang surplus dan defisit dibutuhkan industri beserta sebarannya.

Disadari betul, tidak mudah melakukan perombakan ketika ada sangkut pautnya dengan kepentingan politik. Namun justru di tahun politik seperti masa-masa yang akan kita hadapi sebentar lagi menjadi kesempatan untuk me-refresh ulang calon-calon pengisi kursi pemangku kebijakan, didasarkan pada pandangan strategis nan visioner yang ditawarkan. Sulit memang untuk merealisasikan hal-hal di atas, tapi akan lebih sulit lagi saat kita mendapati ketertinggalan negara kita di jaman yang semakin kompetitif.

Xquisite Informatics Berharap Jadi Penyedia Layanan Komplet untuk Pengelolaan Data

Data kini menjadi hal yang sangat penting. Menggunakan teknologi, proses pengumpulan, pengelolaan, dan analisis data bisa lebih optimal. Hal tersebut ditawarkan Xquisite Informatics (selanjutnya disebut XQ), sebuah perusahaan yang menawarkan solusi implementasi analitik dan integrasi data secara menyeluruh .

Implementasi menyeluruh yang ditawarkan XQ ini mulai dari data engineering (data offloading dan transformasi), data science (data preparation dan data modeling), visualisasi hingga integrasi dengan sitem yang sudah ada. XQ juga meluncurkan beberapa produk untuk melengkapi sistem implementasinya.

Di antaranya adalah Oxide (layanan data orchestration and cleansing), Vaia (layanan API Gateway and Management), Ara (sistem untuk social media listening dan online media crawling), dan yang terakhir adalah Terra (layanan untuk territory management dan visualisasi).

XQ sendiri sudah beroperasi sejak November 2016 silam. Co-Founder XQ Fikri Akbar menjelaskan, “Layanan unggulan kami berkisar pada implementasi big data, implementasi machine learning dan implementasi analytics use case lainnya, seperti 360-degree customer view, customer profiling, cross/up-selling recommendation, preventive maintenance, healthcare analytics, ROI analysis, performance analysis, dan lain-lain.”

Optimis bisa diterima target pengguna

Lebih jauh menjelaskan, dengan solusi yang mereka miliki XQ menyasar perusahaan hingga organisasi yang memiliki data dengan ukuran yng cukup besar dan atau mereka yang memiliki kebutuhan untuk pengelolaan data untuk bisa mengambil insight yang bisa dimanfaatkan untuk membantu bisnisnya.

XQ cukup optimis bisa diterima pengguna karena solusi yang ditawarkan cukup lengkap untuk pemanfaatan data, termasuk untuk cleansing atau pembersihan data.

“Kami ingin membantu perusahaan-perusahaan untuk bisa mengintegrasikan dan membersihkan data-data tersebut dengan baik, sebelum memulai proses implementasi data analytics yang termasuk data modelling dan visualisasi data. Selain itu, kami memiliki sumber daya manusia yang memiliki kompetensi di bidang terkait (big data, analytics, machine learning) dan beberapa success story di client enterprise kami,” imbuh co-founder XQ Galih Permadi.

Hampir berumur dua tahun, Galih juga menjelaskan tahun ini XQ sudah berhasil mencapat target utamanya, yakni melakukan implementasi teknologi big data dan machine learning use case di salah satu klien mereka. Mereka juga berhasil menjadi official partner untuk MapR dan Microsoft. Terakhir mereka terpilih mewakili Indonesia di Echelon Top 100 Fight Club.

 

Konferensi Big Data Kembali Diselenggarakan, Angkat Tema Potensi “Artificial Intelligence”

Komunitas Big Data Indonesia (idBigData) akan kembali menyelenggarakan konferensi tahunannya untuk kali keempat. Konferensi Big Data Indonesia 2018 (KBI2018) akan dilaksanakan di Balai Kartini Jakarta pada 12-13 Mei mendatang. Secara eksklusif acara ini didukung oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI).

Tema konferensi tahun ini adalah “Big Data dan Artificial Intelligence: Menggali Potensi, Memperkuat Inovasi”. Tujuannya untuk memberikan gambaran dan pemahaman yang menyeluruh kepada masyarakat mengenai kondisi terkini, peluang dan tantangan big data di berbagai sektor.

Topik-topik yang akan disajikan mulai dari perkembangan teknologi Big Data dan AI secara praktis maupun ilmiah, berbagai inisiatif data nasional seperti Satu Data Indonesia dan Satu Peta Indonesia, pemanfaatannya dalam bisnis perbankan, e-commerce dan transportasi, dan lain sebagainya.

Keynote speaker KBI2018 hari pertama akan dibawakan oleh Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, Ricky Joseph Pesik dan Prof. J. Sutanto dari Lancaster University. Keynote hari kedua adalah walikota Surabaya, Tri Rismaharini dan Prof. S. Bressan dari National University of Singapore.

Beberapa pembicara dari unsur bisnis yang dijadwalkan hadir adalah dari Bukalapak, GO-JEK, BCA, Labs247, Bang Joni/BJTech, Media Kernels Indonesia, dan lain-lain. Sedangkan dari pemerintahan adalah Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Biro Pusat Statistik (BPS).

Pentingnya pemahaman tentang data dan pengolahan

Dunia sedang bergerak ke arah revolusi industri keempat yang dicirikan oleh perpaduan teknologi yang mengaburkan batas antara fisik, digital, dan biologis. Hal ini ditandai dengan munculnya terobosan teknologi di sejumlah bidang, termasuk robotika, kecerdasan buatan, blockchain, IoT, dan lain sebagainya. Salah satu hal penting yang melandasi terobosan teknologi tersebut adalah pengolahan dan pemanfaatan data yang masif.

Data bukan lagi sekedar faktor pelengkap, namun telah menjadi sebuah senjata yang ampuh. Persaingan di berbagai bidang dimenangkan dengan data. Kita menyaksikan perubahan peta bisnis di banyak sektor, misalnya gonjang-ganjingnya bisnis ritel di tengah semakin maraknya penyedia layanan belanja online, beralihnya pengguna transportasi tradisional ke layanan online, merupakan contoh keunggulan kompetitif teknologi dan data. Bahkan sebuah skandal besar yang melibatkan Facebook baru-baru ini menunjukkan bahwa pertarungan politik pun ternyata dimenangkan dengan data.

Indonesia sebagai negara yang besar memiliki potensi sebagai penghasil dan pengguna data yang sangat besar pula. Dari sisi wilayah dan sumber daya alam, pengawasan dan pengelolaan yang efektif memerlukan dukungan teknologi dan pengelolaan data yang kuat. Dari sisi ekonomi, penduduk Indonesia yang besar menjadi pasar strategis bagi berbagai produk dunia, maupun produk dalam negeri sendiri. Di samping itu banyak industri baru atau startup yang berbasis data maupun teknologi big data serta artificial intelligence yang bermunculan.

Informasi lebih lanjut dan pendaftaran dapat dilakukan di situs resmi KBI2018: https://kbi2018.idbigdata.com/


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Konferensi Big Data Indonesia 2018

Mengupas Perspektif Teknik Artificial Intelligence dari Berbagai Industri di kumparan Academy

Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menjadi salah satu konsep yang dinilai akan mendorong efek bola salju pada tren produk teknologi ke depannya. AI pada dasarnya, menurut Richard E. Bellman, merupakan sistem automasi dari proses yang memerlukan pemikiran yang direfleksikan dalam teknologi. Penerapannya dapat terjadi di berbagai sektor dan serangkaian proses bisnis, mulai dari penentuan keputusan hingga pemecahan masalah.

kumparan Academy membahas mengupas tuntas Aplikasi AI di berbagai industri ini dikupas tuntas dalam kegiatan kumparan Academy pada hari Senin (23/04) di Yogyakarta, bekerja sama dengan Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gajah Mada (UGM) dan didukung oleh DailySocial.id.

Setelah membawa pembahasan “Deep Learning vs Conventional Machine Learning from Technical Perspective” di Jakarta, kumparan Academy kembali berbagi wawasan yang masih beririsan dengan algoritma deep learning dan machine learning dalam skala yang lebih makro, yakni Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan.

Pemahaman secara umum dijelaskan oleh Dessi Puji Letari, Ph.D sebagai Chief Speech Scientist Prosa.ai—sebuah startup yang mengembangkan teknologi text dan speech recognition. “Salah satu parameter AI adalah komunikasi, sehingga speech recognition menjadi sangat signifikan,” ujar Dessi.

AI di industri dibahas dari sudut pandang praktikal dan teknis oleh Chief Data & Product kumparan Thomas Diong dalam perspektif media, Kepala Lab Sistem Cerdas FMIP UGM dari perspektif bioinformatika, dan Co-Founder Konvergen.ai Lintang Sutawika yang mewakili pengembang produk AI.

Di bidang media, salah satu yang telah diterapkan di kumparan saat ini adalah big data. Hal ini dikarenakan banyaknya informasi yang harus dikelola dan diproses sebagai sebuah industri media. Terlebih kumparan juga menerapkan konsep User Generated Content (UGC). “Pondasi big data di kumparan terdiri dari beberapa komponen. Mulai dari sistem untuk tracking, data warehouse, lalu dilanjutkan otomasi proses yang dilakukan oleh algoritma pintar yang diterapkan dalam sistem,” jelas Thomas.

Berbeda dengan bioinformatika yang pada dasarnya gabungan antara ilmu biologi dan informatika. Biologi menyediakan data dan dari informatika memprosesnya. “Bioinformatic data obtained from DNA to Cell Function, terdiri dari DNA Squencer, Animo Acid Squence, Protein, 3D Structure, Protein Function, Protein Function sampai Cell Activity,” ujar Afi.

Disclosure: DailySocial adalah media partner dari kumparan Academy Yogyakarta.

Peran Besar Data Science bagi Industri Penerbangan

Data science atau dikenal pula sebagai data-driven science saat ini merupakan hal yang cukup “seksi” dan sedang ramai diperbincangkan, terutama di kalangan pelaku bisnis teknologi. Penggunaan data science memberikan dampak dan manfaat yang sangat besar bagi sebuah perusahaan, terutama dalam upaya melaksanakan pengambilan keputusan yang lebih baik dan lebih tepat. Jadi bukan hanya menggunakan intuisi semata, tetapi juga berdasarkan data yang ada.

Big data memang merupakan hal yang menjadi booming sejak adanya internet. Dahulu, kita terbiasa bekerja dengan data yang terstruktur rapi dan dengan jumlah yang tidak terlalu besar. Namun sejak era dot com dimulai, masyarakat dapat semakin mudah mengakses dan mengirimkan informasi, sehingga jumlah dan ukuran data yang tersedia pun semakin besar.

Sayangnya, data tersebut belum tersusun dan terstruktur secara rapi. Padahal, di dalam kumpulan data sebesar itu terdapat banyak sekali informasi yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi yang mampu menggali, menganalisis, menyusun, dan mengolah data tersebut sehingga dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Dalam kondisi inilah data science memiliki peran yang besar.

Pemanfaatan data science juga dapat dilakukan oleh banyak perusahaan dengan berbagai bidang. Salah satunya adalah dalam dunia penerbangan atau aviasi. Dengan data analytics, sebuah maskapai dapat meningkatkan kualitas pelayanannya menjadi lebih baik. Selain itu, perusahaan penerbangan saat ini dihadapkan pada tantangan untuk mengoptimalkan upaya mereka dalam menjaga lingkungan hidup. Salah satu maskapai yang telah memanfaatkan data science untuk kedua hal tersebut adalah Qantas dari Australia.

Kualitas pelayanan dengan aplikasi

Dalam peningkatkan kualitas pelayanan, Qantas telah menggunakan aplikasi canggih bernama FlightPulse. Aplikasi ini digunakan oleh pilot untuk mengetahui data pesawat dan data penerbangan secara lengkap dan akurat. Mulai dari mengakses metrik, tren efisiensi, sampai keamanan terkait operasional penerbangan dapat dilakukan dengan cara yang praktis, hanya lewat iPad. Sehingga pilot dapat menyusun perencanaan dan eksekusi penerbangan yang efisien, aman, dan irit bahan bakar.

Qantas berkolaborasi dengan General Electric (GE) untuk mengembangkan aplikasi FlightPulse sejak akhir tahun 2016 lalu. Aplikasi ini dikembangkan untuk layanan mobile dari platform Predix, yang telah lebih dulu dibuat oleh GE. Aplikasi ini menggunakan data pesawat yang direkam dan dianalisa secara ringkas, sehingga pilot dapat mengakses data digital terkait operasional penerbangan. Kini, aplikasi FlightPulse telah digunakan oleh lebih dari 1.500 pilot Qantas.

Data dan keberlanjutan lingkungan hidup

Kolaborasi antara GE dan Qantas juga dilakukan dalam upaya menjaga lingkungan hidup. GE ikut berperan serta dalam program bernama Qantas Future Planet Partnership sejak tahun 2007. Tujuan program ini adalah mengurangi emisi gas buang dari perjalanan maskapai tersebut, dengan mengembangkan teknologi pesawat hemat bahan bakar dan rendah emisi gas karbon.

Selain lewat proyek lingkungan, kolaborasi antara GE dan Qantas juga menghasilkan GE Required Navigation Performance (RNP) untuk efisiensi bahan bakar dan optimalisasi jalur operasi penerbangan. Seperti halnya FlightPulse, sistem ini juga dikembangkan dari platform Predix milik GE. Predix sendiri merupakan Paas (Platform as a Software) yang diluncurkan GE sebagai Operating System (OS) berbasis cloud untuk implementasi di sektor industri. Predix mampu menghasilkan analisis dan membuat operasional industri menjadi lebih efisien.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh General Electric.

Peran “Big Data” dalam Membangun Ekosistem Pembayaran Digital

Menurut laporan yang dirilis oleh MDI Ventures  dan Mandiri Sekuritas tentang “Mobile Payments in Indonesia: Race to Big Data Dominaton”, estimasi pangsa pasar mobile payment di Indonesia akan mencapai 549 triliun Rupiah pada tahun 2020 mendatang. Banyak faktor yang mendorong pertumbuhan tersebut baik dari sisi konsumen, merchant ataupun pengusung platform, salah satunya dukungan teknologi. Perkembangan fintech yang ada saat ini memang mulai disokong oleh banyak kapabilitas teknologi, salah satunya big data.

Secara khusus laporan MDI Ventures dan Mandiri Sekuritas turut menyoroti bagaimana big data memegang peranan kunci dalam operasional mobile payment. Konsep utama yang ditawarkan big data ialah untuk menciptakan proses penyimpanan yang aman dan analisis data untuk menghasilkan insight. Sejauh ini big data juga sudah dimanfaatkan untuk melakukan banyak hal, visinya perusahaan pada kultur data-driven guna menghasilkan keputusan bisnis yang didasarkan pada data.

Mendeteksi potensi penipuan

Manfaat big data pertama yang disoroti dalam laporan untuk mendeteksi adanya kecurangan atau penipuan dalam transaksi. Model analisis dibangun berdasarkan data transaksi historis dan algoritma deep learning, untuk membuat sistem bekerja terus-menerus secara proaktif mengidentifikasi risiko. Fase seperti sekarang, saat fintech tengah gencar membangun kepercayaan pengguna, menjadi urgensi tersendiri untuk penyedia layanan memastikan kredibilitas terbangun dengan baik, bahkan konsumen selalu mengharapkan zero mistakes untuk sebuah sistem finansial.

Mengalkulasi tingkat risiko

Kedua terkait dengan perhitungan tingkat risiko di suatu transaksi. Sebagai sebuah bisnis dengan misi kritis, penyedia layanan pembayaran harus mampu melakukan analisis mendalam tentang tingkar risiko dari suatu transaksi. Pendekatannya dapat didasarkan pada berbagai atribut, misalnya data konsumen dan transaksi historis. Big data dengan metode statistik tingkat lanjut yang dimiliki memungkinkan hal tadi bisa terjadi, misalnya membandingkan atribut yang sudah didata dengan perilaku pola beli konsumen.

Analisis data untuk merchant

Kondisi yang ada saat ini, penyedia layanan pembayaran sudah memiliki data konsumen dengan kapasitas yang sangat besar, tidak menutup kemungkinan data tersebut dapat dimonetisasi. Dalam artian data tersebut dapat dikonversi sebagai sebuah nilai yang dapat membantu bisnis, misalnya untuk menemukan dan memahami segmentasi penggunanya. Analisis tersebut dapat membantu merchant (sebagai pengguna platform pembayaran) untuk mengeksplorasi tentang konsumen secara lebih dalam, termasuk membuat strategi peningkatan traksi misalnya melalui program loyalitas.

Membantu penilaian kredit

Pemanfaatan big data yang juga menjadi sorotoan adalah untuk penilaian kredit. Data transaksi dari mobile payment juga memungkinkan perusahaan fintech untuk mengembangkan teknologi menciptakan sistem penilaian kredit yang lebih akurat, terutama untuk mengakomodasi masyarakat di kategori unbankable. Studi kasusnya sudah dipraktikkan di Tiongkok, salah satunya oleh China Rapid Finance (CRF) dengan mengembangkan algoritma penilaian kredit untuk mencocokkan kreditur dan segmentasi peminjam yang disebut dengan EMMAs (Emerging Middle-Class, Mobile-Active Consumers). Adanya teknologi AI (Artificial Intelligence) turut mendukung aplikasi risk-management dapat berkembang lebih baik.