Bosch FreshUp Adalah Gadget Portabel untuk Menghilangkan Bau Tak Sedap di Pakaian

Pernah mendengar slang chairdrobe? Gabungan kata “chair” dan “wardrobe” ini merujuk pada kursi yang kerap dipakai untuk menggantung pakaian, khususnya pakaian yang masih terlalu bersih untuk dicuci (baru dipakai sebentar), tapi yang juga terlalu lusuh untuk dimasukkan kembali ke dalam lemari.

Meski sepintas kelihatan bersih, terkadang ada bau tidak sedap yang menempel di pakaian-pakaian yang disimpan di chairdrobe itu tadi. Daripada ujung-ujungnya tetap masuk ke mesin cuci, semestinya ada cara lain yang lebih praktis untuk membuat pakaian-pakaian tersebut jadi segar kembali. Kira-kira seperti itulah pemikiran Bosch kala mengembangkan gadget bernama FreshUp berikut ini.

Sebelum Anda jadi salah tangkap, perlu saya tekankan bahwa FreshUp tidak dirancang untuk membersihkan pakaian. Fungsinya murni untuk menghilangkan bau tak sedap yang menempel pada berbagai jenis pakaian, entah itu bau keringat, bau asap rokok, ataupun bau-bau lainnya.

Istimewanya, FreshUp bisa melakukan ini tanpa melibatkan zat kimia apapun. Sebagai gantinya, teknologi yang tertanam pada FreshUp dirancang untuk melepaskan partikel-partikel plasma, yang kemudian dapat melunturkan molekul-molekul bau.

Cara menggunakannya pun terkesan simpel: nyalakan perangkat, tempelkan pada pakaian yang hendak ‘dirawat’, lalu gosok seluruh permukaannya. Setelah didiamkan beberapa saat, bau tak sedap yang menempel di pakaian diyakini bakal sirna.

FreshUp dapat digunakan untuk berbagai jenis kain, termasuk halnya sutra, wol, atau kasmir, asalkan pakaiannya dalam posisi benar-benar kering. Bosch sama sekali tidak menyarankan penggunaan pada pakaian dengan bahan kulit atau yang permukaannya penuh bulu-bulu.

Sebagai gadget portabel, FreshUp cocok untuk pengguna yang kerap bepergian. Dalam posisi baterai terisi penuh, ia dapat digunakan selama sekitar satu jam sebelum akhirnya perlu dicas menggunakan kabel micro USB. Bentuknya mirip wadah kacamata dengan dimensi 16 x 6,5 x 3,7 cm, sementara bobotnya berada di kisaran 200 gram.

Bosch FreshUp pertama diumumkan sebagai proyek crowdfunding pada bulan Maret 2021, akan tetapi Bosch sekarang sudah memproduksi dan memasarkannya di beberapa negara. Di Inggris, FreshUp dijual seharga £250, atau sekitar 4,9 jutaan rupiah.

Sumber: Engadget.

Bosch Umumkan Layanan Informasi Kondisi Jalan untuk Mobil Kemudi Otomatis

Tahun 2015 lalu, Bosch sempat menjabarkan visinya terkait mobilitas masa depan yang sarat teknologi baru. Sebagai supplier besar di industri otomotif, Bosch tentu tidak hanya pintar berwacana saja. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan asal Jerman itu sibuk menyiapkan teknologi-teknologi pendukung untuk menyambut era baru di dunia otomotif.

Salah satunya baru saja mereka umumkan, yakni sebuah layanan informasi yang dikhususkan untuk membantu mengamankan kendaraan self-driving, terutama yang melaju di atas jalanan dengan kondisi kurang ideal (licin misalnya). Sistem ini mengandalkan data ramalan cuaca dari perusahaan asal Finlandia, Foreca, untuk meracik berbagai skenario yang bisa terjadi, sehingga mobil dapat mengantisipasi.

Layanan ini pada dasarnya bakal menjadi sumber peringatan bagi mobil kemudi otomatis terkait potensi bahaya jauh sebelum insiden terjadi. Dengan begitu, mobil tak perlu menyerahkan kemudinya kembali ke seseorang yang berada di balik setir ketika menjumpai tanda-tanda kondisi jalanan yang kurang baik, tapi bisa langsung mengantisipasi dengan berbagai cara, tergantung kondisinya.

Rencananya, layanan ini bakal mulai beroperasi pada tahun 2020. Ke depannya, Bosch juga akan memanfaatkan data dari mobil-mobil self-driving yang melaju di jalanan, bukan sebatas data ramalan cuaca dari Foreca itu saja.

Datanya cukup bervariasi, mulai dari yang simpel seperti informasi suhu di dalam dan luar mobil, sampai yang lebih rumit dan krusial seperti frekuensi aktivasi wiper dan rem mobil. Sistem bikinan Bosch ini sederhananya bakal menjadi perantara komunikasi antar mobil self-driving, dan kinerjanya tentu bakal semakin bisa diandalkan seiring bertambah banyaknya mobil kemudi otomatis yang turun ke jalan.

Sumber: Engadget.

Daimler dan Bosch Percayakan Platform Nvidia untuk Kembangkan Taksi Tanpa Sopirnya

Ajang CES 2018 lalu menjadi saksi atas komitmen dan keseriusan Nvidia di bidang otomotif. Miliaran dolar telah mereka habiskan dalam beberapa tahun belakangan guna mengembangkan sistem kemudi otomatis, dan ini tentu didasari oleh keyakinan mereka akan prospek bisnis ke depannya.

Tidak sedikit nama besar industri otomotif yang memercayakan Nvidia sebagai mitra utamanya dalam mengembangkan mobil kemudi otomatis. Salah satu yang terbaru adalah Daimler dan Bosch, yang sendirinya menjalin kerja sama untuk mengembangkan taksi otonom sejak tahun lalu. Keduanya berharap bisa melepas buah kolaborasinya dalam waktu lima tahun.

Lima tahun adalah waktu yang tergolong singkat, apalagi jika yang dibicarakan adalah mobil kemudi otomatis yang masuk di kategori Level 4 dan 5, di mana Level 5 merepresentasikan teknologi paling mutakhir dan kesiapan untuk mengaspal tanpa sentuhan tangan manusia sedikit pun. Itulah mengapa Daimler dan Bosch melirik ke Nvidia, yang sejauh ini bisa dibilang paling teruji platform kemudi otomatisnya di samping Waymo (Google).

Daimler sebagai induk perusahaan Mercedes-Benz bakal menyematkan sistem Nvidia Drive Pegasus ke sedan mewah S-Class dan van V-Class. Keduanya bakal menjalani uji coba di kawasan Silicon Valley mulai babak kedua 2019. Selain itu, pekerjaan rumah lain yang harus diselesaikan adalah merancang sistem layanan yang nantinya bakal menatap konsumen secara langsung.

Namun mungkin yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa harus taksi? Mengapa tidak kendaraan pribadi saja? Alasannya simpel: di saat awal mobil kemudi otomatis Level 4 dan Level 5 terealisasikan nanti, harganya bisa dipastikan sangat mahal dan kurang masuk akal untuk konsumen secara luas.

Jadi mungkin akan lebih bijak kalau dalam beberapa tahun pertama mobil-mobil tersebut dijadikan transportasi umum saja. Selanjutnya ketika teknologi di baliknya semakin terjangkau untuk diproduksi secara massal, barulah mobil-mobil ini dapat menyasar konsumen secara langsung.

Sumber: Engadget dan Daimler.

Bosch Kembangkan Pedal Gas Pintar yang Dapat Memperingatkan Pengemudi

Di masa yang akan datang, sudah bisa dipastikan mobil dapat mengemudi dengan sendirinya sekaligus berkomunikasi via internet. Namun sebelum era itu datang, perkembangan harus dijalani tahap demi tahap. Dan menurut Bosch selaku salah satu pemasok komponen otomotif terbesar, itu bisa dimulai dari hal sekecil pedal gas.

Perusahaan asal Jerman tersebut memperkenalkan solusi terbarunya di bidang otomotif dalam wujud Bosch Active Gas Pedal. Pedal gas ini cukup istimewa karena kemampuannya terhubung dengan sejumlah sistem dalam mobil. Misi yang hendak dituju adalah meningkatkan efisiensi bahan bakar sekaligus menjauhkan pengemudi dari marabahaya.

Bosch mengklaim inovasinya ini sanggup mengurangi konsumsi bahan bakar hingga sebesar 7 persen. Memang kedengarannya tidak banyak, namun perlu diingat juga bahwa emisi karbon pun akan ikut dipangkas.

Bosch Active Gas Pedal

Salah satu cara pedal gas pintar ini dalam mewujudkan misi tersebut adalah dengan mengirim pesan ke pengemudi berupa getaran. Dengan terhubung ke sistem transmisi mobil, pedal gas ini akan bergetar dengan pola tertentu ketika sudah saatnya menaikkan atau menurunkan gigi. Semuanya kembali ke tujuan meningkatkan efisiensi bahan bakar tadi.

Selain sistem transmisi, pedal gas ini juga bisa menarik data dari sistem navigasi mobil. Jadi semisal Anda mendekati tikungan dalam kecepatan tinggi, pedal gas akan bergetar dengan maksud mengingatkan Anda untuk tidak terus-terusan mengebut. Dalam kasus tertentu dimana sang pengemudi terlalu keras kepala, pedal gas akan mengeras sehingga laju mobil bisa sedikit terkendali.

Bosch Active Gas Pedal

Namun yang lebih menarik lagi adalah kemampuannya terhubung dengan jaringan cloud, menarik data dari berbagai infrastruktur terhubung seperti lampu lalu lintas atau bahkan mobil lain. Hal ini tentu saja membuka potensinya menjadi lebih luas lagi. Melalui getaran-getaran tadi, pengemudi bisa menerima informasi terkait jalan ditutup, titik-titik macet dan lain sebagainya.

Sejauh ini Bosch memang belum mengutarakan kapan dan di mobil apa teknologi pedal gas pintar ini akan mendapat tempat. Terlepas dari itu, paling tidak kita bisa mendapat gambaran bahwa hal sesepele pedal gas saja bisa membawa dampak yang besar pada pengalaman mengemudi di masa depan.

Sumber: SlashGear dan Bosch. Gambar header: Car pedals via Shutterstock.

Bosch Pamerkan Teknologi Interior Mobil Futuristis di CES 2016

Lebih dikenal sebagai brand perkakas elektronik dan power tool di Indonesia, sebetulnya 60 persen pemasukan Bosch tiap tahun dihasilkan dari teknologi otomotif. Bagi produsen di bidang itu, ajang Consumer Electronics Show 2016 akan menjadi medium tepat untuk memamerkan produk mutakhir. Buat Bosch sendiri, inovasi difokuskan pada sistem infotainment kendaraan.

Sang perusahaan asal Jerman itu sengaja datang jauh-jauh dari markas besarnya di Gerlingen ke Las Vegas buat memperkenalkan konsep konektivitas mobil generasi selanjutnya. Mereka belum memberinya nama, tapi penemuan ini begitu canggih, dan kemungkinan mampu mengubah cara pengemudi mengendalikan serta berinteraksi pada kendaraan yang mereka bawa.

Bosch Car Infotainment System 02

Konsep Bosch dimaksudkan untuk memperlihatkan seperti apa ‘user interface masa depan’. Sistem berupa touchscreen beresolusi tinggi ditaruh di kendaraan convertible dua kursi. Ia memenuhi bagian console utama, juga ditempatkan pada kedua pintu. Interface memungkinkan pengendara dan penumpang mengakses fungsi-fungsi dasar semisal internet, melihat agenda, serta navigasi.

Konektivitas turut tersambung ke tempat tinggal, sehingga kita bisa mengaktifkan/mematikan AC dari jauh, menyalakan sistem keamanan, bahkan sampai membuka kunci pagar rumah. Bosch tak lupa mengembangkan software berbasis cloud di mana komputer memanfaatkan sinyal GPS buat mengkalkulasi posisi mobil, demi menentukan apakah Anda berjalan ke arah yang benar atau tidak.

Bosch Car Infotainment System 03

Sistem infotainment tersebut segera mengeluarkan tanda waspada berupa cahaya lampu dan suara ketika penyeberang melintasi jalan. Hal serupa diterapkan pada mobil yang datang dari arah berlawanan. Menurut Bosch, solusi ini akan jadi kunci penting dalam menghindari kecelakaan. Buat menyempurnakannya, tim pengembang berniat untuk membubuhkan asisten pribadi, mirip Siri atau Cortana.

Bagian paling unik dari teknologi Bosch ini ada pada touchscreen. Kabarnya, komponen tersebut sanggup mensimulasikan sensasi mirip sewaktu kita menekan tombol atau memutar dial sungguhan. Ia membuat berkendara lebih aman karena pengemudi dapat meraba, tak lagi harus melihat layar sentuh. Lalu jika Anda sedang merasa malas, kendara bisa diperintahkan agar parkir dengan sendirinya.

Bosch menggunakan mobil Tesla Model S sebagai basis untuk membenamkan sistem infotainment canggih itu. Kreasi mereka itu sudah diuji di Jerman, Jepang serta Amerika Serikat, dan rencananya akan mulai tersedia di tahun 2020.

Bosch Car Infotainment System 04

Via Digital Trends. Sumber: Bosch.

Bermitra dengan Bosch, TomTom Garap Peta Khusus untuk Mobil Tanpa Sopir

Menanggapi tren teknologi kemudi otomatis, rupanya bukan cuma pabrikan otomotif saja yang mengerahkan seluruh tenaganya dalam berinovasi. Belum lama ini, TomTom dan Bosch secara resmi mengumumkan kolaborasinya guna menyempurnakan mobil kemudi otomatis, sekaligus membantu mempercepat realisasinya. Continue reading Bermitra dengan Bosch, TomTom Garap Peta Khusus untuk Mobil Tanpa Sopir

Bosch Perlihatkan Seperti Apa Rasanya Berkendara di Masa Depan

Sungguh menarik menyimak bagaimana interpretasi para pemain besar di industri teknologi terhadap kehidupan manusia di era selanjutnya. Visi mereka turut mendorong penemuan baru. Melihat perkembangannya saat ini, salah satu hal yang mungkin sedikit lagi akan tersedia secara umum adalah sistem transportasi otomatis tanpa pengemudi. Continue reading Bosch Perlihatkan Seperti Apa Rasanya Berkendara di Masa Depan