Langkah Mudah Cara Menyambungkan Cashlez Reader ke Smartphone dengan Bluetooth

Bagi Anda yang telah memutuskan untuk menggunakan Cashlez sebagai aplikasi kasir online dan telah membeli Cashlez reader, berikut cara menyambungkan Cashlez reader ke smartphone dengan Bluetooth.

Cashlez sendiri adalah aplikasi kasir online yang diperuntukkan bagi pelaku usaha mikro dan kecil dan memiliki produk unggulan berupa CashlezOne dan Cashlez Reader.

CashlezOne adalah produk dimana seluruh fitur mulai dari card reader, printer, dan aplikasi menyatu dalam satu gadget tanpa harus membutuhkan smartphone lain.

Sedangkan Cashlez reader adalah perangkat terpisah yang memiliki fungsi sebagai pembaca kartu yang dapat Anda sambungkan ke perangkat smartphone Anda.

Seperti yang telah disinggung di awal, kali ini Kami akan membahas bagaimana cara menyambung Cashlez reader ke smartphone Anda dengan koneksi Bluetooth.

Langkah Mudah Cara Menyambungkan Cashlez Reader ke Smartphone dengan Bluetooth di Android

Berikut langkah-langkah cara menyambungkan Cashlez Reader ke Smartphone dengan Bluetooth.

Namun sebelum itu, pastikan Anda sudah memilih dan membeli Cashlez reader yang spesifikasi dan harganya bisa Anda lihat di sini.

Pertama, nyalakan Cashlez reader terlebih dahulu dengan menekan tombol power hingga menyala dan buka aplikasi Cashlez yang sudah terinstall, kemudian login sesuai dengan username dan PIN yang sudah Anda buat.

Kedua, aktifkan Bluetooth di pengaturan atau setting perangkat Android Anda. Jika perangkat Android Anda belum tersambung dengan Cashlez reader, maka klik Pair new device pada perangkat Android.

Sebagai catatan, nama perangkat Bluetooth Cashlez reader Anda adalah berupa serial number yang terdiri dari huruf dan angka. Jika sudah terbaca oleh Bluetooth klik untuk pairing.

Ketika sudah pairing, layar pada perangkat Cashlez reader Anda akan menyala, Pada saat itu klik tombol ok (tombol warna hijau di pojok kanan bawah).

Ketiga, buka pengaturan/setting dengan cara klik logo garis tiga di pojok kiri atas, kemudian klik setting/pengaturan, dan klik Card reader.

Langkah Mudah Cara Menyambungkan Cashlez Reader ke Smartphone dengan Bluetooth

Setelah diklik akan muncul notifikasi reader connected. Kemudian klik select. Setelah itu, akan muncul pop up confirmation yang bertuliskan You will be connected with card reader. Klik Yes.

Screenshot

Setelah itu, perangkat Android Anda akan meminta kembali proses pairing. Klik pair, kemudian klik tombol hijau pada Cashlez reader.

Terakhir, Anda sudah bisa menggunakan Cashlez reader sebagai perangkat kasir yang bisa Anda akses melalui aplikasi Cashlez.

Bagaimana dengan perangkat iOS dan perangkat Cashlez printer?

Untuk perangkat iOS, langkah yang digunakan kurang-lebih sama. Langkah yang berbeda mungkin ketika proses pairing di menu setting iOS Anda.

Sedangkan untuk menyambungkan perangkat Cashlez printer melalui Bluetooth sama langkahnya dengan penyambungan Cashlez reader. Bedanya, pada menu setting, Anda pilih Printer.

Itulah langkah mudah cara menyambungkan Cashlez reader ke perangkat smartphone Anda. Temukan artikel lainnya tentang tips UMKM, digital marketing, dan keuangan lainnya hanya di DailySocial.

 

Cek video lengkapnya cara koneksi bluetooth smartphone ke Cashlez Reader di sini

 

 

Cashlez vs Mokapos, Mana yang Cocok bagi Bisnis Anda?

Cashlez dan Moka POS adalah dua dari beberapa perusahaan penyedia aplikasi kasir online atau point of sale yang ada di Indonesia. Keduanya menawarkan berbagai layanan yang memudahkan pelaku usaha dalam menghimpun transaksi bisnisnya.

Baik Moka POS maupun Cashlez memiliki perbedaan baik dari segi layanan maupun produk. Bahkan melalui sebuah press release, Cashlez hadir bukan untuk menyaingi layanan POS lainnya namun memaksimalkan layanan POS yang sudah ada.

Meski begitu, keduanya tetap dikenal oleh masyarakat sebagai dua produk yang berbeda pada pasar yang sama. Lantas, mana aplikasi kasir online atau POS yang sesuai dengan bisnis Anda? Ikuti ulasannya.

Sekilas Tentang Cashlez dan Moka POS

Cashlez

Cashlez dan moka POS

Didirikan tahun 2015, Cashlez mulanya adalah perusahaan yang berfokus sebagai aggregator pembayaran melalui e-Wallet atau pembayaran digital lainnya.

Pada tahun 2018, Cashlez belakangan ikut meramaikan pasar aplikasi kasir online di Indonesia dengan meluncurkan layanan Point of Sale (POS) atau aplikasi kasir online.

Selain sebagai penyedia layanan POS, Cashlez juga mengembangkan fitur lain seperti inventory management, laporan transaksi, hingga cash flow.

Moka POS

px Logo mokapos svg

Moka POS didirikan pada tahun 2014 oleh Haryanto Tanjo dan Grady Laksmono. Moka sendiri merupakan singkatan dari Mobile Kasir.

Pada tahun 2020, Moka POS diakuisisi oleh Gojek dengan nilai Rp2,02 triliun. Hingga tahun 2021, Moka mengakui telah memberdayakan ribuan pelaku usaha kecil dan menengah di 37 kota di Indonesia.

Perbedaan dari Sisi Fitur dan Layanan

Cashlez

Cashlez & Mokapos, Mana yang Cocok bagi Bisnis Anda?

Sebagai aplikasi kasir online atau mobile Point of Sales (POS), Cashlez memiliki fitur standar kasir online. Anda bisa menambahkan produk, kategori, hingga Universal Product Code.

Uniknya, Cashlez juga punya fitur kasir manual yang biasanya diperuntukkan untuk usaha-usaha ultra mikro atau produk yang harganya disesuaikan dengan permintaan konsumen. Misal, nasi uduk.

Anda juga bisa merekam dan menghimpun data konsumen yang telah melakukan transaksi yang bisa digunakan untuk mengadakan program loyalti.

Pada fitur pembayaran, Anda juga bisa memasukkan diskon serta berbagai metode pembayaran baik cash, e-Wallet, kartu kredit, kartu debit, maupun virtual account.

Cashlez juga memiliki fitur perhitungan pajak apabila produk yang Anda jual memiliki unsur Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Selain itu ada juga fitur service charge hingga rounding status.

Selain memiliki aplikasi standar kasir online, Cashlez menyematkan fitur inventory management, transaction report, dan Cash flow. Namun fitur tersebut hanya bisa diakses apabila Anda berlangganan.

Moka POS

Cashlez & Mokapos, Mana yang Cocok bagi Bisnis Anda?

Berbeda dengan Cashlez yang bisa Anda gunakan secara gratis, Moka POS hanya bisa digunakan secara gratis selama 14 hari. Setelah itu, bisa menggunakannya kembali apabila Anda berlangganan.

Karena aksesnya terbatas, Moka POS memiliki fitur yang lebih komprehensif dibanding Cashlez. Dari segi fitur aplikasi kasir online misalnya.

Moka POS memiliki fitur shift yang mempermudah Anda melakukan rekonsiliasi atau pencocokan data transaksi pada akhir shift dengan shift-shift sebelumnya.

Moka POS juga memiliki fitur split bill yang berguna apabila konsumen Anda ingin membayar terpisah pada satu pesanan.

Fitur lainnya yang tidak kalah penting adalah fitur billing list. Fitur ini berguna apabila Anda menerapkan sistem bayar belakangan.

Dari sisi sistem pembayaran, Moka POS juga memiliki berbagai metode pembayaran. Mulai EDC, cash, e-Wallet, hingga kartu kredit.

Fitur tambahan lainnya, Moka POS juga disematkan dengan manajemen inventory, pelanggan, meja, karyawan, dan laporan transaksi.

Fitur yang tidak kalah menarik adalah Moka POS memiliki program Moka POS Connect dan Capital.

Moka POS connect adalah fitur layanan integrasi dengan berbagai layanan di bidang lain. Misal, Anda bisa menghubungkan Moka POS dengan aplikasi akuntansi Jurnal.id.

Moka POS connect juga memiliki sistem integrasi API yang dapat dihubungkan dengan API perusahaan Anda. Sehingga proses pengolahan data dapat dilakukan dengan aman, real-time, dan lean.

Moka POS juga memiliki program capital yang memberikan Anda kesempatan untuk mendapatkan pendanaan dari partner pembiayaan. Seperti Modalku dan Koinworks.

Metode Pembayaran & Merchant

Cashlez

Screenshot com cashlez android garuda

Karena memang pada dasarnya Cashlez merupakan payment aggregator, aplikasi kasir satu ini memiliki metode pembayaran yang cukup beragam.

Metode pembayaran standar seperti cash, e-Wallet, e-Money, contactless VIsa and Mastercard, kartu kredit, Virtual Account, hingga installment bank.

Bahkan Cashlez juga menyediakan pembayaran Cashlez link yang bisa digunakan untuk kebutuhan transaksi online.

Untuk merchant discount rate (MDR) Cashlez, Anda bisa cek di sini.

Moka POS

Mobile payment POS

Sama dengan Cashlez, Moka POS juga memiliki opsi pembayaran yang cukup beragam mulai dari cash, e-Wallet, hingga fitur EDC atau Electronic Data Capture.

Perbedaan dari Sisi Produk Hardware

Cashlez

Ada tiga produk hardware yang dimiliki oleh Cashlez yaitu CashlezOne, Cashlez reader with printer, dan Cashlez reader without printer.

CashlezOne adalah perangkat smartphone yang sudah terhubung dengan sistem pembaca kartu dan printer dalam satu perangkat. Alat ini dibanderol dengan harga Rp3.800.000.

Kemudian ada Cashlez reader printer yaitu alat pembaca kartu dengan pencetakan struk yang bisa dihubungkan dengan smartphone Anda melalui Bluetooth.

Kemudian ada Cashlez reader non printer yang memiliki fungsi sama namun tidak bisa melakukan pencetakan struk.

Moka POS

Sedikit berbeda dengan Cashlez, Moka POS memiliki berbagai hardware yang bisa Anda beli. Mulai dari tablet, printer, Barcode scanner, pencetak struk, hingga laci kasir.

Masing-masing hardware tersebut dihargai mulai dari Rp550.000 hingga Rp7.000.000. Anda juga bisa membeli stand untuk tablet yang dibanderol dengan harga Rp200.000

Perbedaan Harga Langganan

Cashlez

Cashlez pada dasarnya adalah aplikasi kasir online freemium yaitu Anda bisa menggunakannya secara gratis namun perlu berlangganan untuk mengakses fitur secara penuh.

Skema langganan Cashlez yaitu 1 bulan, 3 bulan, hingga 6 bulan dengan rincian sebagai berikut: Untuk paket satu bulan, harga langganan sebesar Rp25.000. Sedangkan paket 3 bulan Rp67.500, dan paket 6 bulan Rp120.000.

Moka POS

Berbeda dengan Cashlez, Moka POS memiliki harga langganan yang jauh lebih besar dibanding Cashlez yaitu Rp299 ribu per bulan per outlet.

Bahkan dengan berlangganan Anda bisa mengakses fitur layanan pelanggan atau CRM, akses ke pinjaman modal, hingga akses ke layanan GoStore.

Kesimpulan

Dari segi harga, Cashlez lebih terjangkau dibanding Moka POS. Namun, dari segi fitur, Moka POS memiliki fungsi yang lebih profesional.

Oleh karena itu, bagi Anda yang memiliki usaha mikro, ultra mikro, atau baru merintis sebuah usaha Cashlez bisa menjadi pilihan yang tepat.

Sedangkan Moka POS bisa digunakan oleh usaha yang memiliki diversifikasi produk dan konsumen yang lebih kompleks serta nilai usaha yang lebih besar.

Namun, keduanya tidak membatasi kelas-kelas usaha tertentu. Semua kembali lagi pada kebutuhan dan kemampuan bisnis Anda.

4 Langkah Mudah Cara Daftar dan Menggunakan Aplikasi Cashlez

Cashlez adalah perusahaan financial technology (fintech) yang berfokus pada payment aggregator yang memberikan solusi bagi pelaku usaha untuk mengatur dan menumbuhkan bisnisnya dengan lebih baik.

Saat ini Cashlez memiliki sistem layanan mobile Point of sale (mPOS) yang memungkinkan Anda merekam penjualan secara otomatis langsung melalui smartphone.

Aplikasi kasir Cashlez juga bisa Anda unduh secara gratis di Appstore dan Google Play. Lalu bagaimana cara daftar dan menggunakan aplikasi Cashlez? Simak artikel berikut ini.

Cara Daftar Aplikasi Kasir Cashlez

Langkah awal untuk menggunakan aplikasi kasir online Cashlez adalah dengan mengunduh aplikasi melalui Google Playstore dan Appstore.

Setelah terinstall, buka aplikasi kasir online Cashlez dan kemudian muncul halaman log-in. Pada halaman tersebut, klik Sign Up.

cara daftar cashlez

Setelah melakukan Sign Up, kemudian akan muncul page Syarat dan Ketentuan. Di tahap ini, sebaiknya Anda perhatikan dan baca seluruh syarat dan ketentuan yang diberikan.

Screenshot com cashlez android garuda

Jika sudah dibaca dengan seksama dan menyetujui syarat-syarat yang diberikan, centang I have read and agree to the terms and condition. kemudian klik tombol NEXT.

Selanjutnya, Anda akan diminta mengisi data usaha. Mulai dari Nama lengkap, email, nomor telepon, jenis kelamin, username, nama usaha, alamat usaha, kota, dan referral code jika ada. Kemudian klik submit.

cashlez

Setelah itu akan muncul laman verification. Di sini Anda diminta untuk melakukan verifikasi akun melalui nomor telepon yang Anda cantumkan sebelumnya. Sistem nantinya akan mengirim kode OTP melalui Whatsapp maupun SMS.

Setelah Anda menerima kode OTP, masukkan 6 digit kode OTP yang Anda terima. Setelah berhasil, sistem akan mengirim informasi akun ke email terdaftar.

Di saat yang bersamaan akan muncul  pop up dialogue yang bertuliskanI have received my email with PIN”. Jika email diterima, klik tulisan I have received my email with PIN tersebut.

cara daftar cashlez

Selanjutnya, Anda diminta untuk mengganti PIN dengan PIN yang Anda tentukan sendiri. Selesai, Anda kini telah terdaftar untuk bisa menggunakan aplikasi kasir Cashlez.

cara daftar cashlez

Selain itu, Anda juga bisa mengganti password yang tertera pada email dengan password sendiri.

Cara Menggunakan Aplikasi Cashlez

Setelah terdaftar, saatnya Anda siap menggunakan aplikasi kasir Cashlez. Lantas, bagaimana cara menggunakan aplikasi Cashlez?

Cara Menambahkan Produk

Untuk menambahkan produk, Anda klik Management pada menu toolbar. Kemudian klik product apabila Anda ingin langsung menambahkan produk atau klik Category apabila Anda ingin membuat Category terlebih dahulu.

tutorial

Setelah itu, klik ikon (+) yang ada di pojok kanan bawah.

tutorial

Kemudian akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini. Di bagian ini, Anda diminta untuk mengunggah foto produk, Unique Production Code (UPC) jika ada, nama produk, kategori, harga, dan deskripsi, juka sudah klik Save.

cara daftar cashlez

Cara Merekam Transaksi pada Aplikasi Cashlez

Setelah Anda menambahkan produk, secara otomatis di dashboard Payment akan muncul beberapa produk tadi. 

Apabila terdapat transaksi, Anda tinggal klik produk yang dibeli dan secara otomatis akan terhitung  ke dalam perhitungan. Untuk produk yang dibeli dua kali, Anda tinggal klik dua kali. Dibeli tiga kali, klik tiga kali, dan seterusnya.

Anda juga bisa melakukannya dengan cara scan kode QR yang tertera pada produk apabila Anda menggunakan UPC kodebar atau kode QR.

Di sini Anda juga bisa menambahkan data konsumen yang membeli produk itu untuk merekam data-data konsumen.

tutorial
Dashboard Cashlez

Jika produk yang dibeli konsumen sudah dipilih, klik tombol biru yang berisi informasi item yang dibeli dan jumlah harga.

tutorial

Selanjutnya akan muncul, informasi pembelian atau checkout information. Di bagian ini, Anda bisa menambahkan potongan diskon dan catatan. Jika sudah dicek kesesuaian produk yang dibeli, klik PAY.

Sebagai catatan, untuk versi lite Anda hanya memiliki media pembayaran QRIS e-Wallet, Cashlez Link, dan cash.

cashlez payment

Sedangkan untuk fitur pembayaran lain seperti debit and credit card, OVO, Kredivo, Virtual Account, ShopeePay, Installment bank, Atome, Indodana, dan VOSPAY, Anda harus melakukan upgrade akun dengan cara melakukan verifikasi data melalui KTP, NPWP, dan selfie.

Daftar Fitur Lainnya dari Cashlez

Cashlez merupakan aplikasi kasir online freemium. itu artinya Anda bisa mengakses fungsi utama kasir secara gratis dan harus membayar untuk mengakses fitur tambahan.

Fitur tambahan dari Cashlez berupa inventory management untuk memantau stok barang yang masuk dan keluar. Kemudian ada fitur report  dan cash flow  untuk melihat laporan kinerja transaksi.

Selain itu, pada fitur berbayar, Anda bisa menggunakan metode pembayaran lain selain dari layanan yang disediakan oleh Cashlez.

Cashlez juga memiliki mesin pembayaran yaitu CashlezONE untuk menerima pembayaran dari kartu. Seperti kartu kredit atau debit atau e-Money. Lalu ada Cashlez Reader Printer yang berfungsi juga untuk mencetak struk.

Itulah cara mudah daftar aplikasi pembayaran Cashlez. Saatnya Anda kembangkan bisnis Anda saat ini dengan aplikasi kasir online yang kini sudah banyak tersedia di Indonesia.

Cashlez Aims for Business Growth Through Online Merchant and Company Acquisition

PT Cashlez Worldwide Tbk (IDX: CASH) plans to acquire a company to encourage inorganic business growth in 2022. To support this plan, Cashlez is to held a fundraising through the Pre-emptive Rights (HMETD) scheme or rights issue in the first quarter of 2022.

Cashlez brought up the news during a virtual media visit with DailySocial.id’s editorial team. The Chief Revenue Officer, Djayanto Suseno and Corporate Secretary Hendrik Adrianto also attended this session.

His team said that Cashlez is to hold the first phase of the rights issue with a value of $10 million or around Rp143.8 billion to be used as working capital and product development. Furthermore, Cashlez will conduct a second phase of rights issue for acquisition inquiry.

Djayanto mentioned, the company is currently preparing a five-year roadmap which includes an organic and inorganic business strategy. Regarding inorganic strategy, Cashlez to create option for company acquisition. However, Djayanto could not provide further details on the business categories and lists of companies.

“That is why we fundraise through a rights issue. We are currently looking for investors who are prepared to be standby buyers. There are foreign investors want to chip in, also the local investors. We have submitted everything to our financial advisor, Bahana [Sekuritas],” he said.

He said, the company will continue to empower existing resources to encourage organic business development. However, that is considered insufficient considering that Cashlez wants to develop a larger digital payment ecosystem.

“For us, what is more important now is not about what to acquire, but how much funds to be raised. That way, we’ll know what to buy,” he added.

Cashlez was founded by Teddy Setiawan Tee in 2015 which offers financial solutions, payment gateways, payment aggregators, and mPOS solutions. In 2017, Cashlez obtained investments from Mandiri Capital Indonesia (MCI), and Sumitomo Corporation in 2019.

Targeting online merchants

On the general note, Cashlez has proceed 18 billion total transactions from 436 merchants in 2016. By the end of 2021, the company had served 13,000 merchants in six cities connected to 7,000 EDC devices. In further details by merchant category, 30% of users come from the retail segment, 18% from restaurants, and 12% from fashion.

Cashlez recorded Rp5.9 trillion total Gross Transaction Value (GTV) in 2020. Djayanto said that there will be a decline in GTV in 2021 at Rp4.3 trillion to Rp4.4 trillion. It is occurred due to the mall shutdown in a number of areas. The situation makes it difficult for merchants to sell out.

In order to anticipate the decline, Djayanto added, Cashlez will continue to increase the number of merchants, but will focus on MSME merchants that serve online transactions. As a comparison, the composition of offline merchants at Cashlez is 90%, and the remaining 10% is online. This year, Cashlez will significantly increase the online [transactions from merchants].

“To date, there has been no fintech with the ability [to serve transactions] on an O2O basis. Usually, it is solely has strong online presence. Therefore, we are the only ones with the O2O capabilities todau,” he said.

Social commerce

The trend of buying and selling products through social media, aka social commerce, is growing significantly in Indonesia. Apart from the large population of social media users, the Covid-19 pandemic situation in Indonesia has actually triggered the emergence of small business players selling online.

A number of reports project that social commerce trends will continue to grow given the high potential in tier 2 and 3 cities that are starting to shift into online transactions. According to McKinsey research, social commerce transactions in Indonesia are estimated to account for $25 billion of the projected total GMV of e-commerce of $65 billion in 2022.

 

In reference to the Momentum Works report, social commerce is an attractive area for MSME players with cheaper cost for customer acquisition and more flexible users in exploring or finding the product they are looking for.

In the sampling, this trend is also predicted to provide a great opportunity for payment system considering that MSME players are yet to have access or the ability to provide it.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Cashlez Bidik Pertumbuhan Bisnis Lewat Akuisisi Perusahaan dan Tambah Merchant Online

PT Cashlez Worldwide Tbk (IDX: CASH) berencana melakukan akuisisi perusahaan untuk mendorong pertumbuhan bisnis secara anorganik di 2022. Demi mendukung rencana ini, Cashlez akan menggalang dana lewat skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue di kuartal I 2022.

Hal ini disampaikan Cashlez saat sesi media visit ke tim editorial DailySocial.id secara virtual. Dalam sesi ini turut hadir Chief Revenue Officer Djayanto Suseno dan Corporate Secretary Hendrik Adrianto.

Pihaknya mengungkap bahwa Cashlez akan menggelar right issue tahap pertama dengan nilai $10 juta atau sekitar Rp143,8 miliar yang akan digunakan sebagai modal kerja dan pengembangan produk. Kemudian, Cashlez akan melakukan right issue tahap kedua untuk kebutuhan akuisisi.

Menurut Djayanto, saat ini perusahaan tengah menyusun roadmap selama lima tahun ke depan yang mencakup strategi bisnis secara organik dan anorganik. Mengenai strategi anorganik, Cashlez membuka opsi untuk mengakuisisi perusahaan. Namun, Djayanto belum dapat merincikan lebih lanjut tentang kategori bisnis dan perusahaan yang akan diakuisisi.

“Itulah mengapa kami mau fundraise lewat right issue. Kami sedang sedang mencari investor yang siap menjadi standby buyer. Ada investor luar tertarik, ada juga investor internal. Semua sudah kami serahkan ke financial advisor kami, yaitu Bahana [Sekuritas],” ungkapnya.

Menurutnya, perusahaan akan tetap memberdayakan sumber daya yang ada untuk mendorong pengembangan bisnis secara organik. Akan tetapi, itu saja dinilai tidak cukup mengingat Cashlez ingin mengembangkan ekosistem pembayaran digital yang lebih besar.

“Bagi kami saat ini yang lebih tepat bukanlah apa yang akan kami akuisisi, melainkan berapa jumlah dana yang terkumpul. Dengan begitu, kami bisa tahu apa yang dapat kami beli,” tambahnya.

Cashlez didirikan oleh Teddy Setiawan Tee pada 2015 yang menawarkan solusi keuangan, yakni payment gateway, payment aggregator, dan solusi mPOS. Di 2017, Cashlez memperoleh investasi dari Mandiri Capital Indonesia (MCI), dan Sumitomo Corporation di 2019.

Bidik merchant online

Sebagai informasi, Cashlez mengantongi 18 miliar transaksi total dari 436 merchant di 2016. Per akhir 2021, perusahaan telah melayani 13.000 merchant di enam kota yang terhubung ke 7.000 perangkat EDC. Dirinci berdasarkan kategori merchant, sebanyak 30% pengguna berasal dari segmen ritel, 18% restoran, dan fesyen 12%.

Cashlez mencatat total Gross Transaction Value (GTV) di 2020 sebesar Rp5,9 triliun. Djayanto menyebut ada penurunan GTV di 2021, yakni berkisar Rp4,3 triliun-Rp4,4 triliun. Penurunan ini terjadi karena penutupan mal di sejumlah area. Situasi ini membuat para merchant sulit untuk berjualan.

Untuk mengantisipasi penurunan, ucap Djayanto, Cashlez akan terus menambah jumlah merchant, tapi difokuskan pada merchant UMKM yang melayani transaksi online. Sebagai pembanding, komposisi merchant offline di Cashlez sebesar 90%, dan sisanya 10% online. Tahun ini, Cashlez akan meningkatkan porsi [transaksi dari merchant] online secara signifikan.

“Sampai saat ini belum ada fintech yang memiliki kemampuan untuk [melayani transaksi] secara O2O. Biasanya hanya kuat di online saja. Jadi kami satu-satunya yang memiliki kemampuan O2O saat ini,” tuturnya.

Social commerce

Tren jual-beli produk melalui media sosial alias social commerce berkembang signifikan di Indonesia. Selain karena populasi pengguna media sosial yang besar, situasi pandemi Covid-19 di Indonesia justru memicu kemunculan pelaku usaha kecil yang berjualan secara online.

Sejumlah laporan memproyeksi tren social commerce akan terus berlanjut mengingat ada potensi di kota tier 2 dan 3 yang mulai mencicipi transaksi online.  Menurut riset McKinsey, transaksi social commerce di Indonesia diestimasi menyumbang $25 miliar dari total proyeksi GMV e-commerce sebesar $65 miliar di 2022.

Sementara mengacu laporan Momentum Workssocial commerce menjadi salah satu opsi menarik bagi pelaku UMKM karena biaya akuisisi pelanggan lebih murah, dan pengguna lebih leluasa dalam mengeksplorasi atau menemukan produk yang dicari.

Di sampling itu, tren ini juga diprediksi memberikan peluang besar terhadap kebutuhan sistem pembayaran mengingat pelaku UMKM tidak punya akses maupun kemampuan untuk menyediakan hal tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Potensi “Exit” di Tahun 2021 di Mata Pendiri Startup dan Investor

Di Indonesia, strategi exit yang memungkinkan investor dan founder untuk mencairkan kapitalnya cenderung belum umum menjadi pemikiran sentral. Meskipun demikian, untuk mendorong iklim bisnis yang lebih sehat, setiap startup yang sudah matang sebaiknya memikirkan strategi yang memungkinkan kapital dari dana ventura diputar kembali di ekosistem.

Strategi exit yang efektif idealnya harus direncanakan untuk setiap kemungkinan positif dan negatif. Positif jika bisnis berjalan sesuai dengan yang direncanakan, sementara negatif jika bisnis tidak sesuai dengan harapan.

CEO Prasetia Dwidharma dan Venture Partner MDI Ventures Arya Setiadharma mengatakan, “Ketika Anda memulai sebuah startup, Anda sudah harus memiliki exit strategy, baik melalui IPO atau trade sale. Inilah yang dibutuhkan perusahaan modal ventura. Anda harus dapat mengkomunikasikannya dengan baik, karena dana perusahaan modal ventura harus keluar pada akhirnya.”

DailySocial mencoba memahami kapan dan bagaimana seharusnya startup melakukan exit, baik melalui go public atau melalui merger dan akuisisi (M&A), dengan berdiskusi dengan beberapa pendiri dan investor.

Kesiapan startup

Belum banyak startup Indonesia yang exit melalui IPO. Masih bisa dihitung dengan jari. Kebanyakan exit terjadi melalui kendaraan M&A. BEI sendiri telah memberikan opsi papan akselerasi dan papan pengembangan untuk mendorong lebih banyak startup mencari kapital di pasar modal.

Tahun 2020 lalu, startup fintech Cashlez melantai di Bursa Efek Indonesia dan tercatat di papan akselerasi.

Reynold Wijaya, CEO Modalku, salah satu startup p2p lending terdepan di Indonesia, mengungkapkan, mereka belum memiliki rencana dan enggan membicarakan lebih jauh tentang strategi exit.

“Menurut kami, IPO belum memiliki urgensi untuk saat ini. IPO merupakan satu hal yang tidak kita pikirkan secara konstan karena dinamika industri startup bergerak sangat cepat. Prioritas utama adalah fokus terhadap perkembangan perusahaan itu sendiri dan menjaga agar bisnis tetap stabil.”

Ditambahkan Reynold, waktu ideal IPO untuk setiap perusahaan pasti berbeda. Tidak ada satu opsi yang mutlak, karena harus disesuaikan dengan kondisi bisnis dan pertumbuhan startup bersangkutan. Tantangan yang mungkin ditemui adalah pemenuhan persyaratan regulator.

“Bagi saya, fokus utama ketika menjalankan sebuah startup harus selalu untuk mengembangkan fundamental dan bisnis. Exit maupun IPO merupakan byproduct dari hal tersebut. Di Modalku sendiri, kami selalu fokus untuk terus berinovasi dan mengembangkan produk layanan kami agar bisa memberikan akses pendanaan dan menjangkau lebih banyak UKM yang berpotensi,” kata Reynold.

Hal senada diungkapkan CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin. Ia mengatakan perusahaan belum akan merealisasikan IPO dalam waktu dekat. Dengan target bisnis yang dimiliki tahun ini, pihaknya masih berkomitmen untuk tumbuh dan mengejar profitabilitas.

“Kami masih ingin berdikari dan menjalankan Bukalapak sebagai standalone company,” paparnya.

Kendati demikian, Rachmat menyebut bahwa pihaknya terbuka terhadap opsi IPO. “IPO adalah salah satu opsi untuk bisa mendapatkan dana dan memang perusahaan teknologi di masa tertentu ingin IPO. Kami terbuka dengan opsi itu dan sekarang sedang siapkan infrastrukturnya.”

Dukungan perusahaan modal ventura

Sebagai corporate venture capital (CVC) kelolaan Bank Mandiri yang fokus berinvestasi ke startup fintech dan pendukungnya, Mandiri Capital Indonesia (MCI) memiliki total kelolaan Rp1 triliun sejak berdiri pada tahun 2015.

CEO MCI Eddi Danusaputro menuturkan, pihaknya sudah beberapa kali melakukan exit. Di tahun 2020 lalu, mereka exit melalui IPO di Cashlez dan melalui M&A untuk Moka (yang diakuisisi Gojek). Exit di Moka berbentuk tunai dan saham minoritas di Gojek.

“Menurut saya, waktu terbaik bagi startup untuk mulai [memikirkan] exit strategy adalah [sejak awal] [..]. Startup sudah harus segera memikirkan rencana roadmap mereka, terutama jalan untuk menuju profitabilitas,” kata Eddi.

Menurut Eddi, IPO tidak selalu menjadi pilihan utama bagi startup. Jalur lain yang bisa dipilih adalah melalui penjualan perusahaan. Setiap perusahaan modal ventura memiliki pilihan waktu yang beragam, bisa 5 hingga 8 tahun ke depan.

“Pada akhirnya ketika IPO, M&A, atau jalur lainnya yang telah dipilih, akan terjadi perubahan dinamika dalam manajemen di perusahaan. Startup yang dibeli oleh perusahaan besar atau unicorn akan fokus ke integrasi. Sedangkan startup yang memilih jalur IPO akan menambah fokus ke short term results, karena ada tujuan agar harga saham bisa terus naik,” ujar Eddi.

Sementara menurut Kevin Wijaya dari CyberAgent Capital, Inc, waktu yang tepat bagi startup untuk bisa melantai di bursa adalah, ketika startup berhasil meraih pertumbuhan year-on-year (YoY) yang positif dalam waktu 5 tahun terakhir dan telah memperoleh pendapatan hingga $50 juta.

Sebagai perusahaan modal ventura, CyberAgent berupaya mendorong startup yang tergabung dalam portofolio mereka untuk berada pada pertumbuhan yang stabil dan sustainable. Portofolio CyberAgent yang santer diberitakan melantai di bursa saham dalam waktu dekat adalah Tokopedia.

“Hal tersebut karena IPO merupakan jalur yang paling ideal untuk bisa menjadi perusahaan yang besar hingga 3 atau 4 kali lipat dari ukuran perusahaan sebelumnya. Oleh karena itu, kami selalu mendorong perusahaan portofolio kami untuk memahami sepenuhnya game plan mereka, tidak hanya untuk 1 atau 2 tahun ke depan tetapi juga untuk 10 tahun ke depan,” kata Kevin.

SPAC sebagai jalur go public alternatif

Selain IPO secara konvensional, jalur go public yang setahun terakhir sangat populer di kalangan startup adalah Special Purpose Acquisition Company (SPAC). Proses IPO konvensional yang terbilang rumit, mahal, dan memakan waktu membuat SPAC menjadi jalur alternatif ideal, termasuk startup Asia Tenggara. Lebih dari 200 SPAC telah go public dan mengumpulkan dana sekitar $70 miliar. Tentu saja SPAC bukan tanpa risiko.

“SPAC pada dasarnya adalah blank check vehicle. Meskipun ini dapat menjadi cara mudah bagi investor untuk mencari likuiditas, hal ini dapat menyebabkan perilaku yang tidak baik yang berpotensi menyebabkan persoalan lebih lanjut ke depannya. Di sisi lain, IPO membutuhkan persyaratan yang lebih ketat. Ini adalah cara yang telah teruji selama beberapa dekade, untuk membawa perusahaan ke publik,” kata Tania Shanny Lestari dari OpenSpace Ventures.

SPAC menawarkan rute yang lebih cepat bagi perusahaan agar bisa tumbuh untuk bisa memasuki pasar lebih cepat dan memiliki transparansi harga yang lebih baik. Namun, hal tersebut sangat bergantung pada siapa orang/sponsor yang menjalankan SPAC.

“Sebagai perusahaan modal ventura yang berfokus pada startup tahap awal, SPAC tentunya akan menjadi pilihan yang lebih disukai bagi kami, karena dapat memberikan potensi exit yang jauh lebih cepat tetapi dengan harga yang masih cukup baik.”

Menurut Managing Partner IndoGen Capital Chandra Firmanto, jalur exit mandiri adalah yang terbaik. Namun jika mereka tidak bisa melakukan proses tersebut, jalur SPAC yang dilakukan secara bersama dengan perusahaan lain, lebih memungkinkan untuk dilakukan.

“[..] Pada akhirnya menciptakan sinergi dan ekosistem baru untuk bisa bertahan dan bersaing dengan perusahaan yang jauh lebih besar,” kata Chandra.

Mendiskusi Strategi Keberlangsungan Bisnis Bersama Pelaku Startup dan Pemodal Ventura

Banyak tantangan yang dihadapi startup saat pandemi, mulai dari menurunnya jumlah klien hingga pemasukan bisnis yang tersendat. Meskipun tantangan terberat dirasakan benar oleh startup di masa awal pandemi, namun dalam beberapa bulan terakhir, situasi diklaim sudah jauh lebih baik dan berangsur-angsur pulih kembali.

Dalam webinar yang diinisiasi oleh Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (AMVESINDO), tiga penggiat startup yang diwakilkan oleh Co-Founder & CEO Cashlez Tee Teddy Setiawan, Founder ProSehat & Chairman Healthtech.id Gregorius Bimantoro, dan CMO SiCepat Wiwin Dewi Herawati, berbagi pengalaman mereka tentang bagaimana cara tepat menyiasati tantangan bisnis saat pandemi.

Menyiasati langkah yang tepat

Ada beberapa catatan menarik yang kemudian disampaikan oleh perwakilan komunitas startup saat sesi webinar. Meskipun tidak dapat dimungkiri penurunan pendapatan sempat terjadi, namun melihat perubahan pola konsumen saat pandemi yang memanfaatkan sepenuhnya layanan digital, kemudian menjadi fokus utama dari startup seperti SiCepat dan Cashlez.

Sebagai layanan finansial berbasis teknologi, Cashlez memiliki jumlah merchant yang cukup beragam, dari layanan entertainment hingga p2p lending. Meskipun mengakui untuk beberapa layanan sempat mengalami penurunan secara drastis, namun di sisi lain layanan yang kemudian dimanfaatkan oleh platform e-commerce justru mengalami peningkatan.

“Di kuartal ketiga dan memasuki keempat kami melihat adanya peningkatan dari bisnis Cashlez. Momentum ini kemudian menjadi baik bagi kami untuk bisa fokus meng-capture target pasar yang ada,” kata Teddy.

Sementara itu, bagi layanan logistik yang dihadrikan oleh SiCepat, pandemi justru memberikan kesempatan yang lebih baik bagi perusahaan untuk merangkul lebih banyak pelanggan. Tidak hanya fokus kepada pemgiriman barang dalam volume dan kapasitas yang besar, namun SiCepat juga menawarkan pilihan pengiriman barang berharga dengan volume dan ukuran yang lebih kecil.

“Saat ini kami tengah berada pada masa-masa survive” saat awal pandemi kami sempat mengalami penurunan hingga 30% lebih untuk logistik darat dan udara hampir 80%,” kata Wiwin.

Dengan menerapkan diversifikasi, SiCepat mengklaim mampu untuk menjalankan bisnis dan tentunya bisa tetap bertahan saat pandemi hingga memasuki kondisi new normal.

Salah satu layanan yang kemudian menjadi primadona saat pandemi adalah layanan healthtech. Bukan hanya mampu mengakselerasi layanan konsultasi dokter secara online, dengan berbagai produk yang makin bervarias seperti menyematkan teknologi artificial intelligence hingga genetics, kini platform healthtech semakin banyak jumlah pemainnya.

“Selama pandemi layanan yang menyasar kepada segmen B2B memang mengalami penurunan. Namun di sisi lain untuk layanan yang menyasar B2C justru mengalami peningkatan. Meskipun belum maksimal namun dari pemain healthtech sendiri memang masih memiliki keterbatasan untuk menghadirkan layanan yang lebih menyeluruh karena adanya peraturan dan regulasi yang ditetapkan,” kata Gregorius.

Kinerja PMV selama pandemi

Meskipun ada beberapa perusahaan modal ventura (PMV) yang melakukan penundaan investasi ke startup selama pandemi, namun tidak menjadikan beberapa kegiatan penggalangan dana menurun jumlahnya. Amvesiondo mencatat ada 52 transaksi pendanaan yang dilakukan oleh PMV untuk startup, dengan jumlah pendanaan mencapai $1,9 miliar.

Hal tersebut bukan hanya memperlihatkan kepercayaan dari pihak investor kepada startup, namun juga kolaborasi yang senantiasa berjalan antara PMV dan startup di masa-masa krisis ini menandakan optimisme dan kepercayaan PMV terhadap potensi pertumbuhan pelaku startup nasional.

AMVESINDO memandang, para perusahaan tersebut mampu menunjukkan kemampuannya dalam mengubah lanskap industri (new normal), memberikan nilai tambah, dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pelanggan dan konsumen.

“Pandemi bukan berarti startup harus berdiam diri, kondisi seperti ini justru menjadi momentum bagi startup untuk memaksimalkan upaya mereka untuk menjalankan bisnis agar bisa bertahan,” kata Anggota Dewan Kehormatan AMVESINDO Nicko Widjaja.

Nicko juga menambahkan, mewakili BRI Ventures hingga saat ini telah berinvestasi kepada 8 startup. BRI Ventures juga telah meluncurkan kelolaan baru bernama “Dana Ventura Sembrani Nusantara”. Fund tersebut menjadi kendaraan baru bagi BRI Ventures untuk mendanai startup early stage yang bermain di segmen non-fintech, seperti pendidikan, agro-maritim, ritel, transportasi, dan kesehatan.

Sementara itu menurut Sekjen AMVESINDO Eddi Danusaputro, tidak hanya fokus berinvestasi kepada startup baru, PMV juga harus tetap memperhatikan existing portofolio mereka. Meskipun tidak semuanya berniat untuk melakukan penggalangan dana saat ini, namun perlu juga diberikan dukungan yang relevan, memanfaatkan ekosistem yang ada.

“Saya juga melihat saat pandemi ada beberapa sektor yang menarik untuk dijajaki dan tentunya bermanfaat bukan hanya untuk PMV tapi juga masyarakat umum. Yaitu sektor agritech, mereka yang menyasar pertanian dan hal terkait lainnya menjadi perhatian bagi kami di MCI.” kata Eddi.

Startup turut berperan dalam pemulihan ekonomi nasional lewat kolaborasi dengan program pemerintah, seperti layanan startup agritech yang membantu menyalurkan pembiayaan dari pemerintah untuk petani, dan kolaborasi antar startup penyedia digital signature dan digital identity dengan lembaga perbankan untuk kemudahan proses restrukturisasi kredit.

“Untuk itu ke depannya perlu adanya peraturan dan regulasi yang mendukung bisnis startup terutama dari regulator,” kata Bendahara AMVESINDO Edward Ismawan Chamdani.

Tren Belanja Berubah, Cashlez Fokus Perbanyak Integrasi Penerimaan Transaksi Nontunai

Startup payment gateway dan penyedia point of sales Cashlez fokus mengejar integrasi dengan beragam perusahaan untuk memperluas akses penerimaan transaksi nontunai di Indonesia, seiring tren belanja saat ini bergeser ke online karena pandemi.

CEO Cashlez Teddy Tee menerangkan, transaksi nontunai kini semakin masif penggunaannya selama pandemi. Perusahaan melihat tren tersebut dengan mengejar kemitraan dengan berbagai perusahaan agar semakin banyak konsumen yang mendapat pengalaman kemudahan transaksi nontunai dengan nyaman dan aman.

Kali ini kemitraan teranyar yang diumumkan adalah bersama startup fintech lending Vospay. Ada lebih dari 7 ribu merchant Cashlez kini dapat memberikan pilihan pembayaran kartu kredit digital Vospay kepada konsumernya lewat aplikasi Cashlez.

“Caranya cukup mudah, merchant Cashlez cukup mengaktifkan Vospay di Cashlez App supaya customer dapat melakukan cicilan hingga 12 bulan hanya dengan memasukkan nomor HP,” terangnya dalam keterangan resmi, Rabu (23/9).

Secara terpisah, kepada DailySocial, Teddy menjelaskan alasan perusahaan menggandeng Vospay karena punya model bisnis yang menarik. Mereka menyediakan fasilitas limit kredit bagi konsumen-konsumen terpilih dari perusahaan pembiayaan (multifinance) yang bermitra dengan Vospay.

“Salah satu komitmen Cashlez adalah menjadi solusi bisnis terintegrasi terbaik bagi para pelaku usaha, serta mitra terbaik bagi bank dan nonbank partner. Dalam mewujudkan komitmen ini, Cashlez selalu melakukan inovasi untuk memberikan yang terbaik bagi merchant, salah satunya dengan memperluas pilihan pembayaran.”

Sebagai catatan, Vospay memiliki model bisnis yang berbeda dengan pemain fintech lending kebanyakan. Dalam menyalurkan pinjaman, mereka melakukan mitigasi risiko dengan menggandeng perusahaan pembiayaan untuk menyortir siapa saja nasabah dengan punya histori kredit yang baik dan layak mendapat limit kredit.

Perusahaan pembiayaan akan mengirim SMS berisi tautan link aktivasi untuk nasabah terpilih yang menerima limit kredit dari Vospay. Setelah registrasi, limit tersebut dapat digunakan untuk berbelanja di merchant rekanan Vospay dan memilih opsi pembayaran cicilan mulai dari 3 bulan hingga 12 bulan.

Merchant ini datang dari berbagai industri. Ada situs e-commerce kecantikan dan fesyen, elektronik, furnitur, investasi emas, travel, dan sebagainya. Adapun mitra multifinance di Vospay ada Maybank Finance, Mega Finance, MPM Finance, JTO Finance, Adira Finance, Indosurya Finance, Mandala Finance, dan BFI Finance.

CEO Vospay Tito Tambayong mengungkapkan, untuk memperluas basis pengguna Vospay, rencananya perusahaan akan membuka kesempatan bagi debitur untuk mendapatkan fasilitas cicilan dengan mengajukan secara online melalui merchant Cashlez.

Rencana Cashlez berikutnya

Teddy mengungkapkan, pandemi ini turut memengaruhi kinerja perusahaan, kendati ia tidak merinci lebih jauh seperti apa dampaknya. Kondisi tersebut membuat perusahaan beradaptasi untuk melihat layanan apa saja yang dapat dimaksimalkan.

“Kami pun terus mencari merchant baru, saat ini merchant kami sudah berjumlah lebih dari 7 ribu dan target kami di akhir tahun ini dapat mencapai 10 ribu merchant.”

Beberapa pencapaian tersebut terlihat sejak semester pertama tahun ini, di antaranya inovasi layanan Cashlez-on-Delivery untuk Fabelio; ShopeePay; Artajasa menerima pembayaran virtual account di ATM Bersama; VISA untuk layanan Visa Business Payment Solution Providers (BPSP) untuk memfasilitasi pembayaran B2B.

Berikutnya, POST untuk integrasi pembayaran; dan Bank Commonwealth, menyediakan CommBank BizLoan di aplikasi Cashlez. “Akan ada kerja sama lainnya dengan beberapa bank dan non bank lain dalam menghadirkan layanan baru pada semester ini. Dalam waktu dekat Cashlez akan menghadirkan layanan syariah.”

Lewat anak usahanya PT Softorb Technology Indonesia (STI), yang diakuisisi lewat dana hasil IPO, akan menjadi jalur Cashlez untuk masuk ke industri transportasi, parkiran, dan sebagainya. Teddy bilang, STI berpengalaman di kereta, readers untuk beberapa ruas tol, dan solusi parkir.

“Dalam waktu dekat kami juga akan masuk ke Taman Impian Jaya Ancol dalam pembayaran nontunai. Jadi, ke depan kesinambungan STI dan Cashlez akan baik sekali.”

Bersama dengan STI pula, keduanya akan bekerja sama untuk menerima kartu uang elektronik di aplikasi POS CashlezOne. Dengan demikian, semua bank yang telah mendapatkan lisensi dari regulator sebagai bank penerbit prepaid card dapat menerima pembayaran yang dilakukan konsumen melalui merchant Cashlez.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Produk POS dari Payfazz Kini Terintegrasi dengan Sistem Pembayaran Cashlez

Aplikasi kasir POST, bagian dari Fazz Financial Group (Payfazz), mengumumkan telah terintegrasi dengan sistem pembayaran digital yang dimiliki oleh Cashlez. Merchant POST kini dapat menerima pembayaran non-tunai, mulai dari kartu debit/kredit hingga dompet digital yang telah bekerja sama dengan Cashlez.

VP of Business POST Reza Rizky Darmawan menjelaskan, pengembangan fitur ini diharapkan dapat memanjakan para penggunanya yang kini mencapai lebih 30 ribu merchant agar dapat memberikan solusi pembayaran yang lengkap dan aman dan dapat diakses melalui smartphone konsumen.

“Keuntungan lainnya, pelanggan dapat mengajukan aktivasi pembayaran digital melalui Cashlez tanpa perlu mengajukan ke berbagai payment provider yang ada. [..] Semoga kerja sama ini berjalan dengan baik dan dapat membantu para pebisnis dalam mengembangkan bisnisnya,” terang Reza dalam keterangan resmi, Senin (31/8).

CEO Cashlezz Tee Teddy Setiawan turut menambahkan, perusahaan ingin bekerja sama dengan pemain fintech lainnya agar para pelaku usaha dapat beralih ke digital dengan mudah. “Saat ini pengguna Cahslez sudah mencapai lebih dari 7 ribu merchant. Ke depannya kami akan terus berinovasi dan memberikan layanan yang terbaik bagi merchant Cashlez maupun merchant POST,” katanya.

Rebrand dari Sellfazz

Sebagai catatan, POST merupakan produk hasil rebrand dari Sellfazz di bawah bendera PT Fazzmart Teknologi Indonesia yang diresmikan pada Februari 2020. Dibandingkan sebelumnya yang fokus pada pengusaha UKM, kini POST mengalihkan targetnya untuk pengusaha F&B, jasa, dan ritel.

Pengembangan fitur yang telah dirlis, di antaranya halaman utama yang lebih mudah digunakan, dapat digunakan online dan offline, manajemen diskon dan pajak, laporan lengkap, kelola outlet dan karyawan dengan mudah, dan lainnya. Perusahaan menggunakan model berlangganan secara bulanan sebagai monetisasinya.

Reza mengungkapkan, POST adalah salah satu produk awal yang dirilis oleh Payfzz. Sebelum dibangun, para founder Payfazz melihat mayoritas pebisnis di Indonesia belum memiliki pencatatan bisnis yang baik, sehingga mengakibatkan kerugian di lima tahun pertama bisnis mereka dimulai.

Maka dari itu, POST berkomitmen untuk membantu memajukan bisnis dalam negeri meskipun tidak mudah, apalagi mengubah kebiasaan yang dahulu serba manual menggunakan teknologi digital.

“Target market dari POST adalah pemilik usaha di bidang makanan dan minuman, jasa seperti salon, pangkas rambut, dan ritel. Oleh karena itu, di aplikasi POST hadir untuk memenuhi berbagai kebutuhan para pebisnis dalam mengelola bisnis yang lebih mudah,” pungkasnya.

Lanskap di bisnis mPOS memiliki ceruk yang masih luas di Indonesia. Selain Cashlez dan POST, ada Moka, Pawoon, Majoo, Qasir, YouTap, Olsera, dan masih banyak lagi. Mereka semua menyasar pengusaha dari beragam skala usaha agar segmen tersebut dapat merasakan dampak dari digitalisasi bisnis. Contohnya Moka, saat ini juga memungkinkan merchant untuk menerima pembayaran dari berbagai sumber, termasuk dompet digital.

Untuk pengusaha mikro misalnya, mereka bisa mendapatkan catatan penjualan yang lebih rapi dan dapat digunakan untuk mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan. Sementara, dari sisi konsumen tentunya akan dimudahkan saat membayar transaksi dengan aplikasi uang elektronik, atau debit dan kredit, tidak perlu lagi menggunakan uang tunai.

Application Information Will Show Up Here

[Weekly Updates] Airy Shuts Down; Cashlez Goes Public; and More

Another casualty of Covid-19 in Indonesia is Airy, a budget accommodation platform. It decides to shut down by the end of May. In contrary, payment platform Cashlez is making headlines by going public and opens for acquisition.

In other news, GudangAda raises Series A funding, while Donald Wihardja, former AC Ventures’ partner, is appointed as the new CEO of MDI Ventures, Telkom’s CVC.

Airy to Shut Down Business Permanently, Putting other OTAs in Jeopardy

Airy or Airy Rooms will terminate its operations permanently by the end of May 2020. DailySocial has been trying to reach the management since Wednesday (5/6), yet the information still sealed – although they didn’t deny the rumor. A reliable source has confirmed the layoff of the employees. As we observed, Airy is currently not displaying any property listings beyond May 31st, 2020.

Cashlez Officially IPO, Creating Opportunities for Other Acquisitions

The payment gateway and mPOS startup, Cashlez, officially going IPO at the Indonesia Stock Exchange (4/5) using “CASH” as the stock code. Cashlez is listed on the acceleration board, as well as being the 27th company to be trading on the stock exchange this year.

The company releases 250 million new shares at Rp350 per share. This capital amount covers around 17.5 percent of the agreed capital and is placed in Cashlez. Simultaneously, the company issued Series I Warrants at a ratio of 1:1.

Cashlez’ President Director, Tee Teddy Setiawan, said the company successfully obtained funding worth of Rp87.5 billion on this occasion. As planned, 61.31% of the funds were used for the acquisition of PT Softorb Technology Indonesia (STI), with the remaining 38.69% for working capital.

GudangAda Notches 372 Billion Rupiah Worth of Series A Funding

After securing seed funding last February 2020, GudangAda, B2B marketplace platform for FMCG products, (5/5) has successfully secured Series A funding round. In this round, the firm managed to bag funding worth of US$25.4 million, or around 372 billion Rupiah. This round was led by Sequoia India and Alpha JWC Ventures, with the participation of Wavemaker Partners. The company is to develop a new line of business and build up the internal team.

GudangAda is said to be successfully connecting around 50,000 traders in 500 cities, and covering almost 100 percent of FMCG wholesalers in Indonesia, through an enabler approach.

Donald Wihardja Serves as The New CEO of MDI Ventures

Recently manage fund for AC Ventures (a merger between Agaeti Ventures and Convergence Ventures), Donald Wihardja has officially appointed as the CEO of MDI Ventures. The position is vacant for 9 months after Nicko Widjaja left to lead BRI Ventures. Along with this appointment, Aldi Adrian Hartanto is promoted to be MDI’s VP of Investments.

Hartanto said Donald Wihardja’s experience, in terms of investment and running a business, should bring more colors to the investment style and culture of the next-generation MDI Ventures. The main objective of MDI Ventures is to remain the same, which is in line with the vision of being a VC that focuses on top multi-stage funding in Southeast Asia.

It is hoped that Wihardja and his team can help to accelerate fundraising activities, to create an independent fund, as well as to support and strengthen the organization. In 2019 MDI Ventures successfully made 5 exits, with 3 acquisitions and 2 IPOs.