Lebih Kecil dari Bola Ping Pong, NeoEye Siap Rekam Video 360 Derajat

Meski trennya sedang mencuat tinggi, virtual reality (VR) masih belum bisa dibilang benar-benar matang. Penghambat utamanya adalah soal konten yang masih tergolong terbatas. Namun coba bayangkan seandainya semua smartphone dibekali kamera 360 derajat, pastinya jumlah konten yang bisa dinikmati menggunakan VR headset akan meningkat pesat.

Well, itulah premis yang ditawarkan oleh perangkat mungil bernama NeoEye ini. Diameternya tidak sampai 3 cm, lebih kecil daripada bola ping pong. Pun begitu, ia siap mengubah hampir semua smartphone Android menjadi kamera 360 derajat.

Menurut pengembangnya, Etron Technology, NeoEye adalah kamera 360 derajat termungil sejauh ini. Cara penggunaannya sangatlah sederhana: cukup tancapkan ia ke port micro USB milik smartphone, buka aplikasi pendampingnya, dan video 360 derajat dengan efek stereoscopic pun siap direkam.

Selesai merekam, Anda pun bisa langsung menyimak hasilnya menggunakan Google Cardboard maupun VR headset lainnya. Atau kalau ingin pamer ke publik, pengguna tinggal mengunggahnya ke YouTube atau Facebook.

NeoEye rencananya akan mulai dipasarkan sebelum libur Natal tahun ini. Harganya masih belum dipastikan, namun Etron bertekad untuk membanderolnya di bawah $200. Awal tahun depan, Etron berencana untuk merilis NeoEye versi perangkat iOS.

Sumber: Pocket-lint dan Business Wire.

Galeri Model Computex Taipei 2016

Di acara-acara pameran, para model promosional memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi produk – via penjelasan langsung atau lewat brosur – serta membangun brand awareness di benak konsumen. Memang bukan tidak sengaja, model-model itu dipilih karena sangat menarik dipandang, dan Computex 2016 merupakan salah satu lokasi tempat Anda bisa menemukan mereka.

Tanpa berpanjang lebar, saya mengajak Anda untuk menikmati galeri foto model profesional alias booth babes Computex 2016. Silakan dinikmati (tap tanda > untuk menggeser foto).

Hands-On Asus ZenFone 3 Deluxe

Bagi perusahaan-perusahaan Taiwan, Computex yang rampung minggu lalu merupakan ajang paling bergengsi, tempat sempurna untuk memperkenalkan beragam produk anyar. Khusus buat Asus sendiri, konsumen kini menanti kelanjutan upaya produsen dalam berkiprah di ranah smartphone. Kita tahu, di sana, Asus secara resmi memperkenalkan ZenFone 3.

ZenFone 3 Deluxe
Tampilan depan ZenFone 3 Deluxe.
ZenFone 3 Deluxe 2
Bagian punggung ZenFone 3 Deluxe.

Buat sekarang, ZenFone 3 terdiri atas tiga varian: tipe standar, Ultra dan Deluxe sebagai model paling high-end. Dan di Computex 2016, saya berkesempatan mengunjungi booth Asus dan menjajal ZenFone 3 Deluxe secara leluasa. Silakan simak impresi hands-on-nya.

ZenFone 3 Deluxe 5
Meski diklaim memiliki frame layar hanya 1,3mm, tetap ada zona hitam membingkai panel 5,7-incinya.
ZenFone 3 Deluxe 6
Punggung ZenFone 3 Deluxe tidak lagi terlalu melengkung seperti ZenFone 2.

Dari sisi penampilan, Asus memutuskan untuk meninggalkan rancangan ZenFone 2. Lengkungan di punggung ZenFone 3 jauh lebih landai, namun tetap mempertahankan desain ergonomis. Terdapat layar super AMOLED full-HD seluas 5,7-inci – cukup untuk mengakses aplikasi-aplikasi mobile tapi mungkin resolusinya terbilang kurang tinggi buat menangani headset VR portable. Panel tersebut kabarnya memiliki rasio kontras 3 juta banding satu dan menghidangkan color gamut lebih dari 100 persen NTSC.

ZenFone 3 Deluxe 10
ZenFone 3 Deluxe memanfaatkan port USB type-C.
ZenFone 3 Deluxe 1
ZenFone 3 Deluxe mempunyai ketebalan 4,2- sampai 7,5-mm.

Frame di sisi kiri dan kanan layar hanya berketebalan 1,3mm sehingga mencetak rasio screen-to-body sebesar 79 persen, meskipun ada area hitam tipis membingkai panel. Tiga tombol navigasi kapasitif (home, back dan menu) diletakkan di luar display. Tubuh unibody ZenFone 3 Deluxe tersusun atas material aluminium; di area atas serta bawah, Anda bisa melihat pola brushed melingkar. Kabar baiknya, tombol volume dan power Asus kembalikan lagi ke samping, membuat pengoperasiannya tidak secanggung ZenFone 2.

ZenFone 3 Deluxe 3
Desain ZenFone 3 Deluxe terlihat anggun.
ZenFone 3 Deluxe 7
Fingerprint scanner bisa membaca jari Anda dari arah 360 derajat.

Tak mau ketinggalan dari kompetitornya, Asus juga mengusung sensor fingerprint, diletakkan di punggung ZenFone 3, di bawah modul kamera. Unit pemindai dapat mengenali lima jari, mampu membaca dari arah 360 derajat dan mendukung integrasi app. Produsen tidak lupa membekali Deluxe dengan teknologi fast charging Boost Master yang bisa mengisi 60 persen baterai non-removable 3.000mAh di sana hanya dalam 39 menit – via USB type-C.

ZenFone 3 Deluxe 12
Asus menyematkan teknologi PixelMaster 3.0 bersensor 23-Mp ke Deluxe.

Untuk fungsi fotografi, Asus membenamkan teknologi PixelMaster 3.0 bersensor 23-megapixel. Kamera menyuguhkan fitur Super Resolution 92-Mp, aperture f/2.0 dengan autofocus TriTech – diklaim mampu mengunci objek dalam waktu 0,03 detik, dibantu pula oleh OIS dan EIS. Dari sesi uji coba, kemera ZenFone 3 Deluxe memang gesit merespons shutter, tapi saya merasa ia sedikit kesulitan menjepret benda berjarak dekat yang sedang bergerak.

ZenFone 3 Deluxe 8
Kamera dibantu LED dual-tone dan laser.

Asus ZenFone 3 Deluxe dengan codename ZS570KL (produsen tetap menggunakan kode-kode yang sulit dihafal) berjalan di platform Android 6.0 Marshmallow dan menyimpan jeroan mumpuni, di antaranya SoC Qualcomm Snapdragon 820 dan RAM 6GB, serta tersedia memori internal dari mulai 64 sampai 256GB – spesifikasi lengkap dapat Anda lihat di situs resmi.

ZenFone 3 Deluxe 9
Spesifikasi ZenFone 3 Deluxe.

Boleh dikatakan, Asus ZenFone 3 terlihat sebagai usaha Asus mengejar produk-produk flagship rival, namun tentu saja langkah ini memberi dampak pada harganya. Zenfone 3 versi standar kini bukan lagi produk entry-level seperti ZenFone 4 dan 5 (first-gen), dan tipe Deluxe menuntut harga yang lebih tinggi lagi: US$ 500. Untuk sekarang, Asus belum memberi tahu tanggal pasti perilisan ZenFone 3.

ZenFone 3 Deluxe 11
Beberapa model flip cover ZenFone 3 yang sudah Asus siapkan.

Zenbo Ialah Asisten Digital Keluarga Berwujud Robot Lucu dari Asus

Saat ini sepertinya era dimana keberadaan perangkat smart home hub telah menunjukkan geliatnya. Amazon telah memperkenalkan perangkat asisten digital bernama Alexa, lalu kemudian Google memiliki perangkat serupa bertajuk Google Home yang baru saja diperkenalkan pada ajang Google IO 2016 lalu. Dan kini Asus punya produk setipe bernama Zenbo.

Menariknya, pendekatan yang dibuat Asus sangatlah berbeda, tidak seperti dua perusahaan teknologi Amazon dan Google yang mengemas perangkat smart home hub mereka dengan bentuk mirip sebuah pengeras suara, Asus telah mengemas perangkat asisten digital miliknya sedikit lebih humanoid.

Diperkenalkan Asus pada perhelatan pameran elektronik akbar Computex 2016 di Taiwan (Senin 30/5), selain mengumumkan trio smartphone Zenphone 3 besutannya, perusahaan asal Taiwan ini telah memperkenalkan Zenbo, sebuah perangkat asisten digital bagi keluarga berbentuk robot yang memiliki desain unik dan lucu.

Asus Zenbo

Alih-alih memiliki bentuk kaku yang ‘duduk terpaku’ di atas meja, Zenbo racikan Asus ini memiliki bentuk yang sekilas mirip Apple iMac G4 atau mungkin mengingatkan Anda pada tokoh Wall-E. Zenbo juga memiliki animasi mata dan roda di bagian bawah tubuhnya, membuatnya terkesan lebih interaktif dan atraktif karena bisa berjalan menggelinding ke semua isi ruangan layaknya binatang peliharaan.

Ia dapat merespon perintah suara dan memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga mulai dari menampilkan informasi resep masakan, mesin pengingat, berbelanja ke situs e-commerce, memutar musik, membacakan cerita, mengambil foto, melakukan panggilan video, serta menangkap video dan menginformasikan kejadian di rumah pemiliknya.

Lebih jauh mengenai kemampuan Zenbo, karena ia sejatinya merupakan sebuah perangkat smart home hub, maka ia bisa terhubung dengan semua perangkat rumah pintar lainnya. Ini menjadikan pemiliknya dapat memberikan perintah suara pada Zenbo untuk mengunci pintu, mematikan atau menyalakan perangkat elektronik lainnya seperti lampu, televisi maupun pendingin ruangan.

Seperti yang kami rangkum dari situs Engadget, Jonney Shih selaku chairman Asus mengatakan bahwa pihaknya memiliki ambisi untuk bisa menyediakan robot di setiap rumah tangga. Dan Zenbo telah dihadirkan untuk bisa menjadi asisten pribadi, perangat hiburan sekaligus juga teman bagi semua anggota keluarga mulai dari anak-anak hingga manula.

Dari pemaparan yang dilakukan Jonney Shih, disebutkan bahwa robot Zenbo yang memiliki jargon ‘Your Smart Little Companion’ ini akan dibanderol dengan harga $599 untuk tiap unitnya, namun ia tidak menyebutkan secara detail kapan dan di negara mana saja Zenbo ini akan tersedia.

Sementara untuk saat ini, pihak Asus juga telah menyediakan tool SDK (software development kit) bagi para pengembang yang ingin menjejalkan aplikasi dan fungsi tambahan pada Zenbo agar perangkat smart home hub berwujud robot ini bisa menjadi lebih ‘sakti’ dan dapat memenuhi semua kebutuhan pemiliknya.

Informasi detail mengenai Asus Zenbo dapat dilihat melalui situs resminya di Zenbo.ASUS.com.

Sumber: 1, 2 | Gambar Header: Asus Zenbo

Intel Core i7 Extreme Edition Terbaru Didesain untuk Mega-tasking, Bukan Lagi Multi-tasking

Dalam pegelaran komputer terakbar Computex 2016 di Taiwan, Intel mencuri perhatian semua orang dengan mengumumkan prosesor Intel Core i7 Extreme Edition versi terbaru. Intel mengklaimnya sebagai prosesor tercepat yang pernah mereka buat sejauh ini.

Di atas kertas spesifikasi yang diusung prosesor ini terdengar cukup ‘mengerikan’. Varian teratasnya, Core i7–6950X, mengemas 10 core dengan kecepatan 3,0 GHz – dan masih bisa digenjot lagi hingga 3,5 GHz dengan fitur Turbo Boost. Proses fabrikasinya juga telah mengandalkan transistor berukuran 14 nanometer, membuat konsumsi dayanya tetap efisien meski performanya lebih ngebut.

Memangnya sengebut apa? Jika dibandingkan dengan Core i7–5960X dari generasi sebelumnya, prosesor baru ini lebih cepat 35 persen untuk urusan 3D rendering, 25 persen untuk editing video 4K, dan 25 persen untuk gaming dalam resolusi 4K selagi menyiarkannya secara live ke Twitch dalam resolusi 1080p.

Itulah mengapa Intel menyebutnya sebagai prosesor untuk mega-tasking, bukan lagi multi-tasking. Sejumlah kegiatan intensif sekaligus bisa ia kerjakan secara bersamaan. Dan seandainya pengguna masih merasa performanya kurang menendang, penting diingat bahwa prosesor ini datang dalam wujud unlocked, yang artinya ia bisa di-overclock sesuai kebutuhan.

Varian teratasnya, Intel Core i7-6950X, mengemas 10 core dan 20 thread / Intel
Varian teratasnya, Intel Core i7-6950X, mengemas 10 core dan 20 thread / Intel

Bagaimana dengan VR? Apakah prosesor ini termasuk VR-ready? Well, jangankan bermain game VR menggunakan Oculus Rift atau HTC Vive, ia bahkan bisa memenuhi kebutuhan para pembuat konten VR yang lebih menuntut dibanding VR gaming itu sendiri.

Singkat cerita, prosesor tercepat Intel ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan semua kalangan, mulai dari gamer hardcore, pengembang konten VR, sampai studio profesional yang ahli di bidang efek visual untuk film-film blockbuster. Karena itulah harganya juga tidak kalah profesional, tepatnya $1.723, atau sekitar Rp 23,5 juta untuk satu prosesor saja.

Sumber: VentureBeat dan Engadget.

[Computex 2016] MSI Dukung Perkembangan Virtual Reality Lewat Berbagai Produk Unik

Seperti pengumuman minggu lalu, VR menjadi tema yang MSI angkat di Computex Taipei 2016. Sebelumnya, MSI sempat mengungkap notebook gaming pendukung VR pertama di dunia, disusul oleh mobile workstation VR ready. Di presentasinya, sang produsen ternyata telah mempersiapkan beragam pendekatan distingtif demi menopang perkembangan ekosistem VR.

Computex 2016 MSI 16
Booth MSI di Computex 2016.

Pada pameran ICT tahunan terbesar di dunia itu, perhatian besar terhadap VR MSI perlihatkan lewat tujuh booth yang mereka dedikasikan pada pengalaman virtual reality berbeda. Namun tidak hanya untuk hiburan, perusahaan gaming asal Taiwan tersebut sudah memikirkan berbagai kegunaan VR di ranah profesional serta bisnis, mereka ungkapkan dengan mendesain perangkat-perangkat unik.

Backpack PC

Kendala utama pada headset VR high-end yang ada sekarang adalah minimnya faktor mobilitas. Device seperti HTC Vive dan Oculus Rift harus selalu tertambat ke PC yang bertugas mentenagainya. Jalan keluar MSI adalah dengan mendesain sistem dalam wujud ransel. Teorinya, pengguna dapat menyambungkan headset ke PC, mengenakan device layaknya tas punggung, dan memperoleh satu set virtual reality portable.

Computex 2016 MSI 2
Backpack PC dirancang buat memperingkas penggunaan Vive dan Rift.

Konsumen biasa mungkin hanya mempunyai kesempatan kecil untuk memilikinya. Di sesi tanya jawab bersama tim MSI pusat, PC backpack tersebut diarahkan ke segmen enterprise. Buat sekarang, MSI masih belum berkenan mengungkap info tentangnya lebih rinci. Yang jelas ia mampu menampung GPU high-end (termasuk Nvidia GTX seri 1000), lalu hardware dikemas dalam desain casing yang padat, dan bobotnya tidak sampai 5-kilogram.

Computex 2016 MSI 1
Bobot backpack PC diklaim kurang dari 5kg.

Metode ini tidak serta-merta segera menyulap Vive dan Rift jadi seringkas Gear VR. Headset harus tersambung dengan kabel ke backpack PC, dan ia tetap mesti disertai baterai. MSI telah memikirkan skenario-skenario di mana backpack PC dapat dipakai: misalnya untuk mendukung pembuatan taman rekreasi seperti The Void.

Computex 2016 MSI 3
Seperti inilah contoh pemakaian backpack PC dan headset VR.

Backpack PC tampaknya bukanlah nama resmi device ini. Dari penjelasan mereka, ada kemungkinan MSI akan memberinya panggilan baru di waktu ke depan. Saat ditanya soal harga, MSI cuma bilang, mereka sama sekali belum memutuskannya.

Notebook VR Ready

Computex 2016 MSI 7
MSI GT83 Titan.

Di Computex 2016, MSI memamerkan dua notebook gaming ‘Titan’ anyar. Kini tak cuma GT80, Titan adalah titel yang produsen berikan pada sistem paling high-end; saat ini meliputi GT83 dan GT73. Kedua device masih mempunyai benang merah dengan versi terdahulu, tapi tentu saja MSI sudah menambahkan bermacam-macam upgrade, terutama di sisi solusi pendingin. Khusus buat GT73, ada pilihan layar 120Hz, sempurna untuk gamer profesional.

Computex 2016 MSI 6
MSI GT73 Titan.
Computex 2016 MSI 17
Regional marketing manager Green Lin sedang mendemokan pengalaman VR menggunakan gaming notebook MSI.

Vive dan Rift memerlukan spesifikasi yang tak jauh berbeda, menuntut setidaknya sebuah kartu grafis Nvidia GeForce GTX 970. Hardware di GT83 dan GT73 jauh melampaui standar minimal itu, ditenagai sepasang chip GeForce terbaru via teknologi SLI. Tak cuma VR, mereka siap sajikan 4K gaming tanpa kesulitan.

Computex 2016 MSI 13
Vive dan controller tersambung ke mobile workstation WT72.

Kehadiran WT72 juga merupakan pemandangan menarik. Ia boleh dibilang sebagai satu-satunya mobile workstation yang sanggup menopang VR. Tak hanya hiburan dan gaming, menurut MSI, VR juga akan berperan besar di ranah industri dan komersial, contohnya arsitektur, manufaktur, otomotif, kesehatan, edukasi dan lain-lain.

Computex 2016 MSI 14
MSI WT72.

MSI mendemonstrasikan salah satu kegunaannya di bidang desain interior dengan memanfaatkan Vive buat mengakses software Adobe Stingray. Di sana, Anda dapat mengustomisasi furnitur serta menjelajahi isi rumah secara virtual – bisa menjadi metode baru dalam mempresentasikan/mengiklankan tempat tinggal.

PC & hardware

Computex 2016 MSI 9
Aegis (depan) dan Aegis X (belakang).

HTC Vive tampak mendominasi booth MSI di Computex 2016. Dan untuk menopangnya, MSI mengandalkan Aegis X dan Vortex – menyimpan kartu grafis GTX 980 SLI serta GTX 1080. Aegis X adalah tipe Aegis yang dispesialisasikan ke fungsi VR, bisa Anda lihat dari port HDMI di area bawah-depan PC desktop berpenampilan pedang katana itu.

Computex 2016 MSI 15
MSI Aegis X.
Computex 2016 MSI 11
MSI Vortex.

Performanya dalam menangani Vive tidak perlu Anda ragukan. Saya berkesempatan menjajal Longbow di The Lab dan Audioshield; kedua aplikasi ini berjalan sangat mulus, gerakannya begitu responsif dan saya tidak merasakan sama sekali efek motion sickness. Kedua controller juga merespons gerakan real-time tanpa adanya keterlambatan, terasa ketika menarik tali busur virtual atau menangkis sinar di Audioshield.

Computex 2016 MSI 12
Seorang pengunjung sedang mencoba Audioshield.

Di segmen DIY, MSI turut menyiapkan X99A Godlike Gaming Carbon dan X99A Xpower Gaming Titanium, diklaim sebagai motherboard ‘VR ready’ serta ‘VR gaming‘. Khusus buat X99A Godlike Gaming Carbon, ia mendukung SLI empat-arah serta AMD Crossfire demi memaksimalkan kinerja olah grafis; dipadu DDR4 Boost dengan desain Steel Armor dan teknologi Killer DoubleShot-X3 Pro.

Computex 2016 MSI 8
Keluarga GeForce GTX 1080 MSI.
Computex 2016 MSI 20
Motherboard MSI X99A Gaming Pro Carbon.

Perlu diketahui, sejumlah produk di atas tidak bisa segera dimiliki, baru akan tersedia setelah Computex 2016 berakhir.

Asus Ungkap ROG Avalon, Konsep PC Modular Tanpa Kabel

Masih ingat dengan Project Christine, konsep PC modular rancangan Razer? Konsep tersebut memang masih belum terwujudkan hingga sekarang, dan Razer sendiri sepertinya merasa ragu untuk meneruskannya. Namun kita sebagai konsumen tidak perlu khawatir, karena Asus baru-baru ini juga mengumumkan konsep serupa.

Dipamerkan di ajang Computex 2016, perangkat bernama ROG Avalon ini bisa dibilang sebagai Project Christine dengan pendekatan yang lebih konvensional. Misinya sama, yakni mempermudah proses perakitan beragam komponen PC. Namun kalau Christine menempatkan semua komponen di luar, Avalon masih mengemas semua komponen yang dibutuhkan di dalamnya.

Lalu apa yang membuat Avalon lebih unik ketimbang casing PC pada umumnya? Yang paling utama, Anda tak akan menjumpai kabel-kabel yang mengular di dalamnya. Semua komponen tersambung ke motherboard lewat konektor khusus yang bisa dilepas-pasang dengan mudah – mungkin saja masih ada kabel di dalam Avalon, tapi nampaknya Asus berhasil menyembunyikan semuanya dengan baik.

Motherboard dijadikan satu bagian dengan casing dalam ROG Avalon / Asus
Motherboard dijadikan satu bagian dengan casing dalam ROG Avalon / Asus

Pada kenyataannya, rancangan seperti ini berhasil dicapai karena Asus merancang casing bersamaan dengan motherboard. Dengan kata lain, motherboard-nya merupakan satu bagian dengan casing. Hal ini pun membuat Asus bisa bereksperimen dengan rancangan modular secara lebih mudah.

Komponen seperti SSD atau HDD bisa diselipkan dengan mudah di sederet ‘laci’ yang ada pada bagian depan Avalon. Di bagian sisinya, terdapat ruang khusus untuk dihuni oleh kartu grafis. Penempatan seperti ini secara langsung berdampak pada aliran udara yang lebih lancar, yang berarti kartu grafis bisa bekerja dalam suhu yang lebih adem.

Terakhir, deretan port yang biasa kita jumpai di bagian belakang PC sangatlah berbeda di Avalon. Portport ini dikemas dalam satu modul yang bisa dilepas-pasang. Premisnya adalah, Anda bisa menggunakan modul I/O yang berbeda untuk kegiatan tertentu, seperti VR gaming atau mode home theater.

Modul I/O di bagian belakang ROG Avalon bisa diganti sesuai kebutuhan / Asus
Modul I/O di bagian belakang ROG Avalon bisa diganti sesuai kebutuhan / Asus

Secara keseluruhan, ROG Avalon mungkin terdengar kalah canggih dibanding Project Christine. Akan tetapi hal ini juga berarti kemungkinannya terealisasi lebih besar. Asus sendiri masih belum mengungkapkan kapan kira-kira Avalon bakal dirilis, namun sejauh ini mereka sudah punya prototipe yang fungsional – satu hal yang tak dimiliki Razer dengan Project Christine.

Tidak percaya? Simak video hands-on yang diunggah oleh akun 4Gamers TangBao di bawah ini.

Sumber: Asus.

Acer Luncurkan Switch V 10 dan Switch One 10, Laptop 2-in-1 Berharga Terjangkau

Premis yang ditawarkan laptop 2-in–1 sangat menarik karena konsumen pada dasarnya bisa memiliki laptop sekaligus tablet hanya dengan membayar satu kali saja. Konsep ekonomis ini bahkan semakin diperkuat dengan adanya laptop 2-in–1 berharga amat terjangkau, seperti yang Acer perkenalkan baru-baru ini.

Sebanyak dua laptop 2-in–1 sekaligus Acer ungkap menjelang hajatan tahunan Computex yang digelar di kampung halamannya sendiri. Keduanya adalah Acer Switch V 10 dan Switch One 10. Masing-masing ditujukan untuk kalangan siswa dan keluarga, serta menjalankan sistem operasi yang terbaru, yaitu Windows 10.

Acer Switch V 10 dilengkapi port USB-C untuk charging, transfer data dan output video / Microsoft
Acer Switch V 10 dilengkapi port USB-C untuk charging, transfer data dan output video / Microsoft

Baik Switch V 10 dan Switch One 10 sama-sama ditenagai oleh prosesor quad-core Intel Atom. Keduanya juga mengemas layar sentuh 10,1 inci dengan panel IPS beresolusi HD (1280 x 720 pixel). Tepat di atas layar tersebut adalah kamera untuk video call, dan kedua perangkat pun juga dilengkapi dengan kamera belakang.

Kesamaannya berlanjut pada desain engsel berbasis magnet yang memungkinkan keduanya untuk bertransformasi menjadi empat mode yang berbeda dengan mudah. Acer turut mengintegrasikan sensor sidik jari ke masing-masing perangkat sehingga pengguna nantinya bisa membuka perangkat secara instan dengan bantuan Windows Hello.

Sama seperti Switch V 10, Switch One 10 juga dibekali layar sentuh untuk dipakai sebagai tablet / Microsoft
Sama seperti Switch V 10, Switch One 10 juga dibekali layar sentuh untuk dipakai sebagai tablet / Microsoft

Perbedaan utamanya terletak pada konektivitas. Switch V 10 selangkah lebih maju karena telah mengemas port USB-C yang bisa digunakan untuk charging, transfer data sampai meneruskan output video. Switch V 10 juga punya daya tahan baterai yang sedikit lebih awet, berkisar 9 jam dibanding Switch One 10 yang hanya 8 jam. Lebih lanjut, Switch V 10 sepertinya juga punya bodi lebih tipis, serta hadir dalam beragam pilihan warna.

Terlepas dari itu, keduanya sama-sama sangat menarik perhatian kalau ditinjau dari segi harga. Switch V 10 akan dibanderol seharga $249, sedangkan Switch One 10 malah cuma $199 saja. Sayangnya sejauh ini belum ada informasi apakah Acer berencana membawanya ke Indonesia atau tidak.

Sumber: Windows Blog.

Casing PC Besutan Cryorig Ini Punya Desain Seperti Mac Pro

Salah satu nilai jual utama PC adalah konsep modularnya. Hal ini turut didukung juga oleh sederet pabrikan casing PC yang tidak henti-hentinya menumpahkan ide-ide inovatif ke dalam produk-produknya, seperti salah satunya brand asal Taiwan bernama Cryorig berikut.

Sekadar informasi, Cryorig merupakan produsen CPU cooler, akan tetapi mereka kini sudah siap memperluas bisnisnya dengan merambah kategori lain yakni casing. Dalam debutnya ini, Cryorig sudah menyiapkan dua casing PC unik bernama Ola dan Taku.

Cryorig Ola bisa menampung kartu grafis kelas atas macam Nvidia GTX 1080 / Cryorig
Cryorig Ola bisa menampung kartu grafis kelas atas macam Nvidia GTX 1080 / Cryorig

Melihat wujud Cryorig Ola, saya jamin Anda pasti teringat akan Mac Pro. Memang benar casing ini terinspirasi oleh komputer termahal Apple tersebut, akan tetapi Cryorig telah membubuhkan sentuhan unik berupa panel depan dan belakang yang bisa dilepas-pasang, serta tersedia dalam dua tekstur yang berbeda, yaitu Brushed Aluminium dan Wood Veneer.

Wujud silindrisnya sendiri bukan tanpa alasan. Cryorig telah merancang supaya aliran udara di dalam casing bisa mengalir dengan lancar, serta memastikan tidak ada satu pun sudut yang tidak terkena udara. Lebih lanjut, terdapat kompartemen terpisah untuk CPU, GPU dan PSU sehingga panas yang dihasilkan masing-masing komponen tidak berbaur.

Pada bagian atasnya, sebuah kipas berukuran 140 mm bertugas menyedot dan membuang udara panas dari dalam casing, mirip seperti mekanisme yang terdapat di Mac Pro. Ola sendiri punya ruang yang cukup untuk kartu grafis kelas atas macam Nvidia GeForce GTX 1080 plus sepasang SSD atau sebuah HDD.

Cryorig Taku juga berfungsi sebagai dudukan monitor / Cryorig
Cryorig Taku juga berfungsi sebagai dudukan monitor / Cryorig

Beralih ke Cryorig Taku, casing ini pun tidak kalah fungsional dari Ola. Selain menjadi rumah dari komponen PC, ia juga merangkap tugas sebagai dudukan untuk monitor. Anda tak perlu khawatir tubuhnya bakal bengkok, sebab sasis Taku terbuat dari aluminium setebal 3 mm.

Pada sisi depannya, terdapat sebuah laci dimana semua komponen akan tersimpan, mulai dari motherboard mini-ITX, PSU, GPU sepanjang 250 mm, serta sepasang SSD atau sebuah HDD. Semua ini ditopang oleh empat kaki kayu yang membuat penampilannya secara keseluruhan terlihat kontras.

Semua komponen tersimpan dalam laci milik Cryorig Taku / Cryorig
Semua komponen tersimpan dalam laci milik Cryorig Taku / Cryorig

Kedua casing ini bakal dipamerkan di ajang Computex 2016 pada bulan Juni mendatang. Cryorig rencananya baru akan merilis Ola pada kuartal kedua tahun 2017, sedangkan Taku pada akhir 2016 atau kuartal pertama 2017.

Sumber: Ars Technica dan Cryorig.

Di Computex 2016, MSI Akan Fokus Pada Virtual Reality dan Hardware Berperforma Tinggi

Computex Taipei akan kembali digelar pada tanggal 31 Mei minggu depan, dan bagi para tuan rumah seperti MSI dan kawan-kawan, mereka pasti tidak mau mengecewakan pengunjung. Berdasarkan informasi dari penyelenggara, event tahun ini difokuskan pada IoT dan solusi bisnis, tapi tentu Anda akan melihat pemandangan familier, khususnya di ranah gaming.

Melihat pertumbuhan eSport yang begitu pesat di seluruh dunia, buat pertama kalinya Computex turut mengangkat tema gaming. Di awal minggu ini, Micro-Star International menyingkap agenda mereka demi memeriahkan perhelatan besar tersebut dengan memamerkan beragam perangkat canggih, terbagi dalam beberapa kategori: notebook pendukung virtual reality, PC gaming desktop, serta kartu grafis dan motherboard canggih.

Notebook

Ada empat laptop gaming anyar MSI yang disiapkan sebagai primadona selama Computex 2016; mereka adalah GT83 dan GT73 Titan SLI, GS63 Stealth Pro, serta GS73.

GT83 dan GT73 terbilang menarik karena keduanya mengusung titel ‘Titan SLI’. Masing-masing model dipersenjatai sepasang kartu grafis Nvidia GeForce GTX 980 desktop, mampu tangani Rift ataupun Vive tanpa kesulitan serta menghidangkan 4K gaming.

MSI Computex 2016 3
MSI GS72 6QC Stealth.

GS63 Stealth Pro dan GS73 sendiri dibekali chip grafis serupa, yaitu GeForce GTX 970M. Dengan desain tubuh yang ramping, pada dasarnya mereka bukanlah device VR Ready, tetapi komponen bertenaga di dalam sanggup menyikat game-game blockbuster di setting maksimal.

System product

Aegis, Vortex dan Cubi 2 Plus memperkuat deretan device MSI dari lini system product. Mungkin Anda sudah tahu, Aegis ialah penjelmaan terkini PC desktop spesialis event LAN party yang desainnya terinspirasi dari pedang katana. Lalu jika Anda menginginkan perangkat super-canggih untuk penuhi seluruh kebutuhan gaming, sepertinya Computex 2016 akan jadi momentum penyingkapan ‘lebih resmi’ MSI Vortex.

MSI Computex 2016 2
MSI Aegis.

Cubi 2 Plus memang bukanlah device gaming, namun MSI tidak melupakannya karena mini PC serbaguna tersebut memenangkan Computex d&i award 2016.

Motherboard & graphics card

Tiga model motherboard dipersiapkan untuk tiga tingkatan user: X99A Xpower Gaming Titanium sang jawara overclokcing, X99A Gaming Pro Carbon yang turut dilengkapi Dynamic Mystic Light, serta motherboard terpopuler MSI, Z170A Mpower Gaming.

MSI Computex 2016 1
MSI X99A Godlike Gaming.

Lalu sebagai kelanjutan dari pengumuman kartu grafis GeForce GTX seri 1000 yang dilakukan Nvidia awal Mei silam, MSI turut menyingkap bundel GeForce GTX 1080 Founders Edition versi mereka. Dengan harga yang lebih ekonomis, GTX 1080 menyimpan performa dua kali lebih tinggi dari Titan X.

Sumber: MSI.com.