Menyimak Adopsi “Enterprise Communication Platform” di Startup

Salah satu penunjang produktivitas bekerja di kantor adalah enterprise communication platform. Di Indonesia, platform seperti Slack, Google Meet, Workplace from Facebook, dan Microsoft Teams sudah familiar digunakan penggiat startup. Meskipun demikian, WhatsApp, yang tidak secara khusus ditujukan ke komunikasi korporat, juga sangat populer penggunaannya.

DailySocial mencoba merangkum enterprise communication platform apa yang paling familiar di kalangan startup dan apakah startup memiliki budget khusus untuk menikmati fitur premium. Di sisi lain, potensi ini mengundang pemain lokal untuk menunjukkan produknya dan bisa bersaing.

Platform esensial

Saat Covid-19 mulai merebak dan aturan bekerja di rumah mulai banyak diterapkan, penggunaan communication platform melonjak. Zoom adalah platform yang bisa dibilang paling populer, baik secara global maupun di Indonesia. Tercatat pengguna aktif bulanan Zoom mencapai 12,9 juta di bulan Febuari 2020. Hal tersebut menandakan esensialnya fungsi communication platform membantu kegiatan produktivitas.

“Penggunaan alat komunikasi jelas ditentukan oleh kebutuhan perusahaan itu sendiri dan kebiasaan atau saluran komunikasi utama digunakan oleh masing-masing negara,” kata Head of Operation of AnyMind Group Indonesia Yuwanda Fauzi.

Platform komunikasi ini membantu pegawai mengurai tugas dan mendiskusikan kendala dan beban kerja. Di sisi lain, para supervisor dan manager juga melakukan monitoring terhadap kinerja pegawai memanfaatkan platform ini.

“Di DANA, ide untuk berinovasi, problem solving, serta value creations harus bisa dikomunikasikan dan tersinergi dengan baik dalam skala operasional harian bagi para karyawan. Langkah ini perlu dilakukan untuk memastikan semua komunikasi anggota tim bisa berjalan dengan baik, mengingat banyak fungsi setiap departmen atau divisi serta individu yang berbeda di sebuah perusahaan. Pesan dan komunikasi menjadi kunci untuk memastikan tim dan individu yang berbeda bisa bekerja bersama dalam jalur yang terarah. Tujuannya adalah DANA bisa mencapai tujuan dan visinya bersama dengan cara yang paling efektif dan efisien,” kata CTO DANA Norman Sasono.

Mencapai tujuan yang selaras dan memastikan kolaborasi berjalan baik menjadi fokus utama startup untuk memanfaatkan beragam communication platform yang ada. Pemanfaatan aplikasi juga krusial saat memungkinkan pegawai melakukan hal-hal lain secara online, seperti rapat, memberikan presentasi, dan membuat survei.

“Tentunya memilih aplikasi yang dapat memfasilitasi kegiatan pegawai dengan aman juga tidak kalah pentingnya demi menjaga privasi seluruh pegawai serta keamanan informasi-informasi perusahaan yang bersifat rahasia,” kata Head of Corporate Communication Bukalapak Intan Wibisono.

Sebagai perusahaan pembayaran digital dan layanan finansial, OVO dituntut senantiasa berkembang dan beradaptasi agar layanan OVO dapat terus diterima dan mampu menunjang kehidupan sehari-hari para penggunanya. Agar tetap tangkas, perlu adanya komunikasi, koordinasi, dan relasi yang baik antar pegawai agar dapat bekerja sama dan berdiskusi dengan maksimal.

“Platform tersebut mudah untuk digunakan, cepat, dan praktis dalam menunjang aktivitas sehari-hari seperti berdiskusi dan berkoordinasi. Terlebih pada lingkungan startup di mana kecepatan dan kepraktisan merupakan hal yang substansial dalam bekerja,” kata Head of PR OVO Sinta Setyaningsih.

Slack dan WhatsApp paling populer

Berdasarkan survei yang dilakukan DailySocial ke 16 startup, kebanyakan  memilih platform asing untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Meskipun pilihannya cukup bervariasi, dua platform tampil lebih dominan di antara platform lainnya.

Platform pertama adalah Slack yang didirikan oleh Stewart Butterfield dan yang kedua adalah WhatsApp yang didirikan Brian Acton dan Jan Koum. WhatsApp kini berada di bawah naungan Facebook.

Secara global, Slack hingga bulan Maret 2020 memiliki lebih dari 12 juta pengguna aktif harian. WhatsApp, di sisi lain, dengan adopsi yang lebih luas, per bulan Febuari 2020 mengklaim telah memiliki dua miliar pengguna di seluruh dunia.

Hasil survei DailySocial
Hasil survei DailySocial tentang penggunaan enterprise communication platform di startup

Yang menarik, WhatsApp dan Slack, oleh penggunanya, dipersepsikan dengan peruntukkan yang berbeda.

“WhatsApp sebagai communication tools fokus kepada chat experience and its simplicity dan telah memiliki jumlah pengguna yang sangat besar dari berbagai industri. Sedangkan Slack sebagai communication tools fokus kepada productivity yang didukung oleh bot dan integration tools, membuatnya terlihat lebih kompleks dan mendapat dukungan yang besar, khususnya dari industri berbasis teknologi,” kata Chief of Innovation Officer DOKU Rudianto.

Tampilan UI/UX yang menarik dan pengalaman pengguna yang nyaman juga membuat DANA memilih Slack dan WhastApp sebagai platform penunjang aktivitas sehari-hari. Perusahaan pun bersedia mengalokasikan budget untuk memberikan fitur premium bagi pegawai.

“Ada sejumlah faktor yang menyebabkan platform pesan instan menjadi populer, seperti kebiasaan dalam menggunakannya, pengalaman pengguna (UI/UX) yang baik, memiliki banyak fitur yang membuat pengguna produktif dan efisien, dan juga memiliki aspek keamanan,” kata Norman.

Fitur unggulan Slack adalah membuat grup koordinasi secara terbuka (siapapun dapat bergabung untuk berdiskusi) dan tertutup (terbatas untuk beberapa orang saja), melakukan voice call, melakukan absen mulai dan selesai bekerja (clock in dan clock out), membuat dan mengisi form, dan membuat polling di satu platform yang sama. Selain itu, Slack juga dapat memberikan laporan hasil pengukuran efektivitas komunikasi yang dilakukan tim di platform tersebut.

Sedangkan WhatsApp memungkinkan karyawan berkomunikasi lewat chat, saling berkirim dokumen dan foto, serta melakukan group conference (dengan jumlah terbatas) dengan jaminan enkripsi data.

Kebanyakan startup bersedia membayar biaya berlangganan dan mengalokasikan dana khusus untuk mendukung produktivitas pegawai.

“Bekerja di tech company dan startup membutuhkan koordinasi yang cepat, efisien, dan aman dengan sesama karyawan sehingga dibutuhkan communication channel yang dapat memenuhi kebutuhan itu, seperti Slack dan WhatsApp,” kata Intan.

Melihat peluang platform lokal

Bagi platform lokal di sektor komunikasi, tantangan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana mereka bisa meyakinkan konsumen dan bisa bersaing dengan platform global. Meskipun sebagian besar startup di Indonesia menggunakan platform asing, jika produk lokal yang disediakan lebih kompetitif dari sisi fungsi dan harga, mereka bersedia untuk mencoba.

Communication tools lokal memiliki potensi untuk bersaing dengan platform asing, karena dari sisi teknologi, membuat communication tools bukanlah sesuatu yang rumit. Tantangan utamanya adalah platform lokal harus dapat menjawab pertanyaan dasar: ‘Mengapa saya harus berpindah dari WhatsApp ke platform lokal?’. Jika ada startup yang mampu menjawab pertanyaan ini, sudah dipastikan mereka akan jadi the next unicorn, Indonesia’s first national communication tools, seperti yang terjadi dengan WeChat, Kakao Talk, dan Line di negara mereka masing-masing,” kata Rudianto.

Mereka yang memiliki proposisi unik untuk menyelesaikan masalah pengguna juga dapat menarik pengguna tertentu. Selain fitur-fitur baru yang menarik, penyedia lokal juga harus benar-benar sangat memahami dengan baik dasar-dasar layanan B2B, seperti UX, SLA untuk kinerja dan ketersediaan (Performance and Availability) dan keandalan dan keamanan (Reliability and Security).

“Setiap penyedia instrumen / platform pesan instan bisa berkompetisi di industri, jika menyediakan solusi atau produk yang lebih baik daripada opsi yang sudah tersedia di pasar,” kata Norman.

Melihat perkembangan dan tren pada hal ini, mulai muncul beberapa platform lokal yang mencoba memberikan layanan enterprise communication ini.

“Semakin tinggi demand untuk communication tools dalam aktivitas kerja, para developer akan semakin kreatif dan inovatif juga dalam membuat produk yang dapat memenuhi kebutuhan pasar yang dinamis. Kami tentunya akan selalu mendukung para developer Indonesia untuk bersaing dengan developer-developer lainnya dari seluruh dunia dalam menciptakan tools dengan kualitas terbaik,” kata Intan.

Doku Umumkan Pembaruan “Doku Merchant”, Permudah Integrasi Layanan

Layanan pembayaran Doku memperbarui situs Doku Merchant untuk mempermudah proses integrasi merchant dalam mengakses seluruh layanan Doku sesuai kebutuhan masing-masing. Inovasi ini sebenarnya sudah dimulai sejak November 2017, namun ada proses yang membutuhkan tindakan manual seperti melalui e-mail.

VP of Payment Gateway Sandi Fajariadi menjelaskan, dengan pembaruan situs ini merchant dapat lebih mudah terhubung dengan layanan Doku tanpa biaya sama sekali. Biaya baru dikenakan apabila ada transaksi.

Sebenarnya, layanan Doku tidak hanya e-wallet, tapi juga payment gateway, remitansi, kode QR, dan lainnya. Keseluruhan layanan bisa terkoneksi tanpa merchant harus mengisi tambahan dokumen.

Dibandingkan versi sebelumnya, penyempurnaan situs ini mencakup sejumlah hal, di antaranya filter tambahan untuk mempermudah pencarian rekap transaksi, ekspor format dokumen, dan akomodasi pendaftaran untuk merchant dari luar negeri.

“Tujuan kami, siapapun merchant-nya, mereka dapat langsung fokus ke bisnisnya saja, sementara untuk seluruh transaksinya sudah ditangani oleh Doku,” terang Sandi di sela-sela Indonesia Fintech Summit & Expo 2019 di Jakarta, Senin (23/9).

Merchant yang disasar Doku, sambungnya, berasal dari semua skala bisnis, baik skala besar, UKM, maupun perorangan. Saat registrasi, mereka hanya cukup mengisi nama toko, identitas diri, nomor ponsel, dan alamat e-mail. Untuk KYC, apabila usaha perseorangan hanya mengunggah kartu identitas, sementara badan usaha cukup mencantumkan SIUP.

“Nanti dari sistem akan diverifikasi bila dokumen sudah dipenuhi, bila perlu tambahan secara manual, kemungkinan baru selesai dua hari lagi.”

Saat ini Doku memiliki lebih dari 150 ribu merchant yang berasal dari perusahaan ritel, properti, maskapai penerbangan, dan transportasi. Nama-nama perusahaannya adalah AirAsia, Garuda Indonesia, Citilink, Lazada, AliExpress, Tauzia Hotel, Alfamart, dan perusahaan asuransi seperti AXA, Cigna, dan Prudential.

Tanpa mendetailkan nominal transaksi, Sandi menyebut nilai transaksi dari merchant maskapai penerbangan dan hotel memegang persentase lebih besar ketimbang segmen usaha lainnya. Meskipun, secara persentase lebih banyak merchant yang bergerak di bisnis ritel.

Sandi enggan menyebut target spesifik terkait peluncuran kembali situs Doku Merchant ini. Dia hanya menyebut ke depannya perusahaan akan terus melengkapi fitur situs agar semakin menjawab kebutuhan merchant.

Bisnis payment gateway masih utama

Branding Doku di mata end user sering diasosiasikan sebagai pemain e-wallet, padahal kenyataannya bisnis utama Doku adalah payment gateway. Pangsa pasarnya bahkan mencapai 90% ketimbang lini bisnis Doku lainnya.

Pertumbuhan bisnisnya diklaim tumbuh double secara year on year untuk pencapaian di semester pertama 2019. “Kami malah optimis tahun ini bisa achieve target untuk bisnis payment gateway ini.”

Menurut Sandi, pihaknya punya alasan kuat untuk mendukung misi tersebut. Bisnis e-commerce masih memiliki jalan panjang untuk menyentuh seluruh aspek masyarakat Indonesia. Peluang tersebut secara domino berdampak pada bisnis payment gateway itu sendiri.

“Apalagi dengan kehadiran QRIS dan GPN tentunya ini bisa berdampak pada meningkatnya transaksi bisnis kita.”

Bisnis payment gateway fokus ke pasar B2B sehingga cara pemasarannya berbeda dengan cara memasarkannya ke end user.  Selain itu beberapa merchant mensyaratkan clean policy, artinya tidak boleh menaruh branding Doku saat konsumen bertransaksi di platform mereka.

“Dari sisi personal branding memang perlu karena orang-orang perlu awareness. Tapi dari sisi bisnis, itu kembali ke masing-masing merchant karena ada yang menerapkan clean policy,” tutupnya.

User’s Feedback on Using Popular E-money Amidst the Tight Business Competition

The payment-app (e-money) competition in Indonesia is entering a new chapter. The more players penetrate the market, the more interesting goes the war of strategy.

Nolimit, a company worked on online media analytics has recently released a report on social media perspective related to some payment apps. They highlighted the social media issue about each company in July 2019.

LinkAja is actively posting on Instagram, Facebook and Twitter with 120, 179 and 189 posts each during July 2019. Dana is quite active on Youtube with 4 videos. These include posting for promos, inspiration, education or any other interaction.

On Instagram, LinkAja with 584,300 followers has reached 118,220 engagement with 0.17 ratio per post. This is far behind Doku with only 11,035 followers but getting 49,929 total engagement with 4,16% ratio.

In terms of followers in July 2019, Dana is leading the table with 12.01% growth on Instagram, 13.23% on Facebook and 30.09% on Youtube. On Twitter, Go-Pay made the most of followers with 18.52% percent.

Negative feedback comes from technical issues

In terms of feedback, LinkAja (26,354 feedback with +85,03%) and Doku (1,068 feedback with +85.55%), followed by Dana (49,570 feedback with +76.67%), GoPay (54,172 feedback with +45.41%) and Ovo (137,556 feedback with +3,26%).

Positive feedbacks mostly comes from promotions, such as 30% cashback from Ovo, GoPay PayDay and discount for BTS Bring The Soul ticket on Book My Show from Doku. The additional feature has an impact on social media. It’s easier to buy game vouchers using LinkAja, transfer via Dana or making Google Play transaction through GoPay.

Previously, iPrice Group and App Annie mentioned in their report; Gojek, including GoPay, Ovo, Dana and LinkAja placed as the e-wallet with the highest user rate. Observing the activity and feedback on Nolimit’s report, it shows LinkAja’s effort to accelerate user growth using social media interaction. Posts related to promotion, education and other interactions are quite high on various platform.

A small distinction with Ovo as many were talking about. They gain more negative feedback due to customer complaints on decreasing balance and login issue. Other players as GoPay, Dana, LinkAja and Doku also face the same complaints on social media about technical issues, such as top-up and transaction failure. However, positive feedback covers it all.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mengamati Sentimen Pengguna E-money Populer di Tengah Kencangnya Persaingan Bisnis

Persaingan aplikasi pembayaran (e-money) di Indonesia memasuki babak baru. Semakin banyak pemain yang penetrasi di pasar, semakin menarik untuk mengamati perang strategi yang dilakukan.

Nolimit, perusahaan bergerak di bidang analisis media online belum lama ini mengeluarkan laporan mengenai sentimen media sosial terkait beberapa aplikasi pembayaran. Laporan ini menyoroti bagaimana sentimen media sosial masing-masing perusahaan di bulan Juli 2019.

LinkAja cukup aktif di Instagram, Facebook, dan Twitter dengan masing-masing 120, 179, dan 189  postingan selama bulan Juli 2019. Sementara Dana cukup aktif di Youtube dengan 4 video yang dikeluarkan. Postingan ini yang dimaksud termasuk postingan promo, inspirasi, edukasi, atau interaksi lainnya.

Di Instagram, LinkAja yang memiliki 584.300 followers berhasil mendapatkan total 118.220 engagement, dengan rasio engagement per post 0,17. Rasio ini masih jauh ketinggalan jika dibanding dengan Doku dengan followers 11.035 mereka mendapatkan engagement total sebesar 49.929, dengan rasio 4,16%.

Untuk pertumbuhan pengikut di bulan Juli 2019, Dana menjadi juaranya dengan pertumbuhan 12,01% Instagram, 13,23% Facebook, dan 30,09% Youtube. Sedangkan pertumbuhan pengikut paling banyak di Twitter didapatkan Go-Pay dengan persentase 18,52%.

Sentimen negatif banyak muncul dari kendala teknis

Dari segi sentimen, LinkAja (26.354 talk dengan sentimen +85.03%) dan Doku (1.068 talk dengan sentimen +85.55%) menempati peringkat pertama dan kedua, disusul Dana (49.570 talk dengan sentimen +76.67%) dan GoPay (54.172 talk dengan sentimen +45.41%), baru kemudian Ovo (137.556 talk dengan sentimen -3.26%).

Sentimen positif paling banyak datang dari penawaran promo. Seperti cashback 30% yang ditawarkan Ovo, promo GoPay PayDay, dan potongan untuk pembelian tiket BTS Bring The Soul di Book My Show yang dikeluarkan Doku. Penambahan fitur juga memiliki peran untuk sentimen di media sosial. Kemudahan pembelian voucher game menggunakan LinkAja, fitur transfer di aplikasi Dana, integrasi pembayaran Google Play dengan GoPay.

Sebelumnya, dari laporan yang dikeluarkan iPrice Group dan App Annie; Gojek, termasuk GoPay di dalamnya, Ovo, Dana dan LinkAja ditempatkan sebagai aplikasi e-wallet dengan pengguna tertinggi. Jika menilik keaktifan dan sentimen dari laporan Nolimit, terlihat upaya LinkAja menggenjot pertumbuhan pengguna memanfaatkan interaksi yang ada di media sosial. Postingan terkait informasi promo, edukasi, dan interaksi lainnya cukup tinggi di berbagai platform.

Sedikit berbeda, Ovo menjadi yang paling banyak diperbincangkan dibandingkan yang lainnya. Hanya saja mereka mendapatkan sentimen negatif, karena Juli silam banyak terjadi keluhan pelanggan karena terpotongnya saldo secara otomatis dan kesulitan login. Keluhan juga diterima pemain lainnya seperti GoPay, Dana, LinkAja, dan Doku, kaitannya dengan kendala teknis seperti kesulitan top up dan transaksi yang gagal. Hanya saja prosentase positif dibanding negatif masih lebih tinggi.

DStour #56: Memanfaatkan Ruangan Terbatas di Kantor Doku

Di edisi #DStour kali ini, DailySocial mengunjungi kantor layanan payment gateway Doku di kawasan bisnis SCBD Jakarta. Ruangan kerja sengaja didesain dengan konsep modern, sarat dengan mural dan ruangan santai. Untuk memaksimalkan ruangan, play room dan lounge room sengaja ditempatkan di dalam area kerja.

Dipandu VP Corporate Communication Doku Anistasya Kristina, berikut adalah liputan #DStour selengkapnya.

OY! Indonesia Resmi Meluncur, Hadirkan Layanan Fintech di Aplikasi Chatting

Bertujuan untuk memudahkan pengguna melakukan transfer uang dalam satu platform, PT Teknologi Harapan Bangsa memperkenalkan aplikasi chatroom OY! Indonesia hari ini (18/10) di Jakarta. Aplikasi yang didukung dengan teknologi DOKU ini mampu untuk mengirimkan uang secara real-time ke rekening bank pengguna.

Mengedepankan fitur chat yang diklaim sangat diminati oleh pengguna, platform OY! diklaim mampu memangkas kesulitan terkait dengan kegiatan transfer antar bank yang saat ini belum lengkap dan masih harus dilakukan secara terpisah.

“Sebelumnya OY! sudah hadir sejak tahun 2017 lalu, saat ini kami sudah memiliki 70 ribu pengguna aktif dan hadir di lebih 40 kota di Indonesia. Aplikasinya sendiri sudah diunduh lebih dari 500 ribu kali,” kata VP Product Business OY! Indonesia, Mario Nicolas.

Menjalin kemitraan dengan bank di Indonesia

Untuk menghadirkan proses seamless dan terjamin keamanannya, OY! Indonesia telah menggandeng berbagai bank yang beroperasi di Indonesia. Bank yang saat ini sudah terintegrasi dengan OY! di antaranya adalah Bank Mandiri, BNI, digibank by DBS, CIMB Niaga, serta Jenius (BTPN). Sementara BCA, Bank Permata, BRI, Bank Jawa Barat, Bank Jawa Timur, dan BTN juga sudah bisa menerima transfer dana.

“Fokus kita saat ini memang untuk melakukan transfer dana dari rekening bank, namun kita juga menyediakan top up pulsa dan pembayaran tagihan BPJS juga tagihan listrik,” kata Mario.

OY! memanfaatkan teknologi dari DOKU sebagai payment gateway. Memanfaatkan lisensi yang sudah dimiliki oleh DOKU, memudahkan aplikasi seperti OY! untuk melakukan transfer antar rekening bank milik pengguna. Teknologi yang diterapkan oleh DOKU adalah, infrastruktur yang telah memenuhi standar Payment Card Industry Data Security Standard (PCI DSS).

“Secara layanan DOKU sebagai penyedia, layanan utama kita adalah payment gateway. Artinya kita lebih memberikan layanan kepada merchant, selama hal tersebut berkaitan dengan payment,” kata VP of Business Expansion DOKU, Irfan Imran Burhan.

Platform tepat untuk bisnis

Saat ini OY! telah memiliki 2000 merchant bisnis yang terdaftar. Ke depannya OY! akan menambah jumlah tersebut untuk memberikan kesempatan kepada bisnis mempromosikan produk mereka dalam bentuk rewards atau voucher untuk merangkul lebih banyak konsumen.

OY! juga memberikan poin rewards yang bisa ditukarkan dengan penawaran dari partner bisnis. Rencana selanjutnya, OY! ingin menjadi platform yang bisa dimanfaatkan oleh pemerintahan dan instansi terkait lainnya untuk melancarkan proses pembayaran, misalnya pembayaran tilang.

“Selain bisnis yang besar kita juga menargetkan bisnis online di media sosial seperti di Instagram hingga Facebook untuk menggunakan aplikasi OY!. Setelah melakukan pendaftaran dan diverifikasi oleh tim OY!, pemilik bisnis sudah bisa langsung melakukan interaksi dengan memanfaatkan fitur chat OY!,’ kata Mario.

Di Indonesia juga ada Netzme sebagai aplikasi lokal yang mencoba menyajikan kapabilitas yang sama, menggabungkan fitur chatting dan fintech di satu platform.

Application Information Will Show Up Here

Doku Agresif Akuisisi Pengguna E-Wallet Lewat Payment Gateway

Doku mengumumkan langkah agresif dalam mengakuisisi pengguna baru untuk Doku E-Wallet lewat memperbanyak mitra payment gateway dan beriklan di transportasi publik. Ditargetkan setidaknya tahun ini dapat memiliki sekitar 3 juta pengguna. Adapun posisi per Agustus 2018 sudah mencapai 2,2 juta.

Bisnis payment gateway merupakan bisnis utama Doku sejak pertama kali berdiri 11 tahun lalu. Disebutkan terdapat lebih dari 50 ribu merchant yang dapat menerima sistem pembayaran dari Doku.

Sekitar 1.000 di antaranya adalah merchant besar bergerak di bisnis airlines, biller, asuransi, transportasi, dan sebagainya. Yang terbaru adalah hadirnya payment gateway untuk pembayaran kereta bandara di dalam aplikasi Railink.

Secara persentase, kontribusi bisnis payment gateway di Doku mencapai 95%. Sisanya dikontribusikan produk lainnya seperti e-money, e-wallet, dan remitansi.

Payment gateway di Doku karena sudah mature jadi termasuk bisnis yang sudah “hijau”, sedangkan untuk e-money masih “merah” karena butuh sosialisasi, edukasi, ditambah gimmick lainnya,” ucap CMO Doku Himelda Renuat, Senin (15/10).

Pendekatan yang berbeda diambil Doku ini, menurut Himelda, menandai babak baru kehadirannya sebagai perusahaan fintech. Produk payment gateway dianggap sebagai pintu awal yang dimasuki pengguna, sebelum akhirnya merambah ke produk e-money, e-wallet, dan remitansi.

Terlebih keseluruhan produk tersebut dibundling Doku untuk para merchant. Mereka dapat leluasa menghubungkan produk Doku sesuai kebutuhan masing-masing.

Sebelumnya saat lima tahun pertama beroperasi, Doku lebih dominan dengan nuansa korporat. Ketika mengantongi lisensi untuk e-money, e-wallet, dan remitansi sejak tiga tahun lalu, secara perlahan kini Doku berangsur jadi segar, interaktif, semakin luwes, dan lebih dekat dengan keseharian masyarakat.

Tagline perusahaan pun ikut diubah menjadi ‘Think Beyond Payment’ untuk mencerminkan keberadaan Doku yang bisa disebut matang di dunia e-commerce Indonesia.

“Doku ini termasuk konservatif. Kami ingin konsumen datang bukan dari promo gimmick tapi karena ada nilai tambah yang mereka terima saat menggunakan produk kami.”

Rencana bisnis

Himelda melanjutkan, ke depannya Doku akan terus memberikan berbagai inovasi untuk para merchant dan penggunanya. Salah satu yang sedang dipersiapkan adalah solusi untuk menghubungkan bank skala kecil agar kartu debit mereka bisa diterima sebagai pembayaran di situs e-commerce. Rencananya solusi tersebut akan hadir pada tahun depan.

“Ada satu solusi yang mudah-mudahan bisa kita gapai untuk menghubungkan bank kecil karena mereka itu kartunya belum bisa diterima secara online. Semoga nanti bisa kita sambungkan dengan sistem Doku.”

Saat ini Doku menerima 23 metode pembayaran, 18 di antaranya dari perbankan, sisanya non perbankan. Per Agustus 2018, Doku telah memproses sekitar 20 juta transaksi dengan pertumbuhan hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun 2017 sebesar 7 juta transaksi.

Pengguna Doku E-Wallet di kurun waktu yang sama juga tembus di angka 2,2 juta dari sebelumnya 1,9 juta. Angka tersebut belum termasuk hitungan dari co-branding Doku dengan mitra seperti Bank Danamon, dan lainnya. Ditargetkan sampai akhir tahun ini bisa tembus diangka 3 juta.

AXA General Insurance Resmikan Portal Asuransi Online “AXA MyPage”

AXA General Insurance (AXA GI) meresmikan portal asuransi online “AXA MyPage” untuk memudahkan calon nasabah dan agen distribusi dalam mengakses layanannya. Perusahaan menggandeng DOKU sebagai payment gateway untuk permudah nasabah saat bertransaksi online.

AXA MyPage merupakan salah satu wujud dari upaya kami mendukung akses digital dalam menjangkau masyarakat dan pelanggan di seluruh Indonesia. Namun kami pun tetap memberikan kenyamanan, dengan menawarkan pelayanan akses omni-channel terbaik dalam menghadirkan produk dan solusi kami,” ujar CCO AXA GI Kameswara Natakusumah, Kamis (30/8).

Dia melanjutkan, AXA MyPage juga berguna untuk para agen AXA GI sebab berfungsi sebagai platform digital yang menjual segala kebutuhan produknya. Sebab portal ini merupakan salah satu alat yang kuat untuk menjual dan memberikan penjelasan lebih mendalam mengenai produk AXA GI.

Para agen dapat memanfaatkan AXA MyPage dengan membuat halaman pribadi masing-masing, memungkinkan mereka untuk mempromosikan profil sekaligus menawarkan solusi secara online, langsung ke pelanggan. Agen dapat melacak status prospek mereka, transaksi pelanggan, status pembayaran maupun status polis, secara real time.

Kemitraan dengan DOKU, menurutnya, diharapkan dapat permudah jangkau calon nasabah dari berbagai kalangan dengan aman dan nyaman. Nasabah juga dapat memilih berbagai metode pembayaran sesuai pilihan, mulai dari akun DOKU, kartu kredit, internet banking, dan bank transfer.

Dalam portal ini, AXA GI menawarkan tiga produk asuransi, mulai dari asuransi perjalanan, kendaraan bermotor, dan kesehatan. Bisa langsung membeli polis dengan mengisi data diri KTP/Paspor, jadwal keberangkatan dan destinasi (untuk asuransi perjalanan), periode polis (untuk asuransi kesehatan), nomor mesin dan rangka mobil, foto kendaraan empat sisi (untuk asuransi kendaraan), dan detil lainnya.

Saat calon nasabah telah mengisi semua data yang diminta AXA GI, secara otomatis akan diarahkan ke laman DOKU untuk menyelesaikan pembayaran polis. Setelah itu, nasabah akan diinformasikan lebih lanjut oleh pihak AXA GI.

“Berbekal database fraud yang komprehensif, kami membangun Artificial Intelligence (AI) yang membentuk machine learning tersendiri. Hal ini membuat fraud monitoring berjalan lebih akurat dan tepat guna. Selain itu, kami juga memiliki tim pendeteksi khusus fraud untuk memastikan ketepatan dan kelancaran keamanan untuk setiap transaksi yang diproses melalui payment gateway DOKU,” tutup Vice President Merchant Business DOKU Dody Wijaya.

Setelah Doku, Halodoc Terus Perluas Kemitraan Dompet Digital

Startup teknologi kesehatan Halodoc terus menambah kemitraan untuk pengembangan dompet digital. Setelah menggandeng Doku, Halodoc segera menggandeng Go-Pay yang diusung Go-Jek.

Kepada DailySocial, CEO Halodoc Jonathan Sudharta mengungkapkan, kerja sama dalam hal pilihan pembayaran dengan Doku ini, sebelumnya sudah masuk dalam rencana Halodoc dan hanya masalah waktu yang tepat saja diumumkannya.

Pengguna Halodoc yang ingin melakukan pembayaran melalui Halodoc Wallet, selain menggunakan ATM Bersama, kartu kredit, dan internet banking, bisa memanfaatkan fasilitas top up menggunakan akun Doku.

Tentang rencana Halodoc menggandeng Go-Pay untuk pilihan pembayaran, Jonathan menyebutkan kemitraan tersebut tinggal menunggu waktu yang tepat.

“Saat ini kami dari Halodoc lagi tunggu waktu saja. Soal Go-Pay hanya karena ada masalah teknis saja,” kata Jonathan.

Go-Jek adalah salah satu investor Halodoc. Kemitraan ini diperluas dengan ketersediaan menu Go-Med di antarmuka Go-Jek yang akan mendorong konsumen untuk mengunduh aplikasi Halodoc.

Halodoc Hemat Store

Saat ini Halodoc tengah gencar mempromosikan Halodoc Hemat Store. Melalui program ini, pengguna bisa mendapatkan obat umum dengan harga khusus. Seperti biasa, pengantaran obat dilakukan secara gratis melalui mitra pengemudi Go-Jek.

“Program Halodoc Hemat Store, membuat harga obat di Halodoc mungkin yang paling terjangkau saat ini,” kata Jonathan.

Kemitraan dengan rumah sakit dan perusahaan asuransi juga menjadi prioritas Halodoc dan diharapkan dalam waktu dekat jumlahnya akan terus bertambah.

“Ke depannya akan ditambah lagi kemitraan dengan rumah sakit lainnya. Semua layanan tersebut dihadirkan oleh Halodoc untuk memenuhi kebutuhan pengguna seputar layanan kesehatan secara personal,” tutup Jonathan.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Layanan Pembelian Tiket Bosbis Tahun Ini

Saat ini hampir semua pembelian tiket transportasi umum bisa dilakukan dengan secara online. Salah satu yang ambil peran di dalamnya adalah Bosbis. Di tahun 2018 ini Bosbis ingin mengembangkan bisnisnya dalam bentuk e-ticketing solution dan membuka API Bus Integration System (B.I.S) untuk memudahkan masyarakat mendapatkan tiket bus.

Nucky Djatmiko, Founder dan CEO Bosbis, kepada DailySocial mengklaim bahwa pihaknya saat ini sudah menjadi online bus ticketing terbesar di Indonesia. Dari sisi jumlah, operator yang telah bergabung tercatat ada 300, lebih dari 140 kota keberangkatan, lebih dari 300 kota tujuan, dan lebih dari 5000 trayek. Bosbis saat ini juga dipercaya sebagai exclusive tech partner Organda untuk menerapkan e-ticketing system untuk 140 terminal bus tipe A di Indonesia.

“Sesuai dengan Instruksi Menteri Perhubungan No. 11 tahun 2017, Kemenhub memberikan mandat kepada Organda untuk segera melakukan implementasi e-ticketing solution untuk semua Terminal Bus Tipe A di Indonesia dan juga untuk seluruh operator. Bosbis adalah satu-satunya exclusive tech partner dari Organda. Peluang sekaligus tantangan yang kami hadapi untuk 5 tahun ke depan sangat luar biasa. B.I.S diposisikan sebagai ‘rumah besar’ e-ticketing solution untuk industri bus AKAP dan AKDP di Indonesia,” terang Nucky.

Ia melanjutkan tugas Bosbis, Organda, dan sejumlah partner lainnya adalah untuk memastikan bahwa e-ticketing harus selesai diimplementasikan dalam jangka waktu beberapa tahun mendatang.

“Target kami dalam tiga tahun sudah selesai. Kami juga berharap bahwa sebanyak mungkin operator juga akan menggunakan sistem B.I.S kami,” imbuhnya.

Inovasi di tahun 2018

Di awal tahun ini Bosbis bermitra dengan DOKU untuk menambah ragam solusi pembayaran dan Adira Insurance untuk penyediaan asuransi kecelakaan diri.

“DOKU memberikan opsi metode pembayaran beragam, sehingga calon penumpang dapat memilih metode pembayaran yang paling nyaman untuk mereka,” terang Chief Marketing Officer DOKU Himelda Renuat mengomentari kerja sama dengan Bosbis.

Sistem Bosbis saat ini sudah terkoneksi ke Bus Integration System (B.I.S) yang digunakan oleh Perusahaan Otobus (PO) untuk melakukan manajemen armada, harga, penjatahan kursi, keagenan tiket dan lain-lain. Kondisi ini memudahkan penumpang untuk bisa memesan tiket, memilih kursi dan membayar hanya dalam hitungan detik.

“Target utama [untuk tahun ini] adalah roll out eticketing solution untuk sekitar 10 terminal bus tipe A di Indonesia sesuai dengan rencana Kemenhub. Target yang kedua adalah untuk memastikan bahwa Open API B.I.S bisa tersebar seluas-luasnya sehingga nantinya penumpang bus akan semakin mudah untuk beli tiket bus di mana saja. Selain bisa beli dari website atau aplikasi Bosbis, juga bisa dibeli di Alfamart, jutaan agen PPOB, 300.000 lebih agen BRILink, dan marketplace atau e-commerce yang terkenal di Indonesia,” tutup Nucky

Application Information Will Show Up Here