Bank Danamon dan Doku Rilis Aplikasi E-Wallet “D-Wallet”

Bank Danamon meluncurkan aplikasi dompet digital D-Wallet sebagai upaya mendekatkan diri ke nasabah dari berbagai segmen. Aplikasi tersebut adalah hasil co-branding dengan Doku sebagai mitra teknologinya.

“D-Wallet menjadi bagian dari komitmen kami untuk meningkatkan kualitas layanan sekaligus memberikan nilai tambah bagi nasabah maupun masyarakat luas. Inisiatif jini juga mendukung gerakan non tunai yang ditetapkan pemerintah,” terang Direktur SME, Consumer Banking, dan Branch Network Bank Danamon Michellina Triwardhany, Selasa (13/3).

Tampilan D-Wallet secara UI/UX-nya serupa dengan Doku. Begitu pun fitur-fitur yang bisa dimanfaatkan nasabah, mulai dari pembelian voucher, produk investasi, pembelian di seluruh merchant online yang telah bekerja sama dengan Doku, pembelian secara offline, serta tarik tunai di gerai minimarket.

Meski costumer experience yang dihadirkan sama, menurut Consumer Lending and E-Channel Head Bank Danamon Djamin Nainggolan, hal ini baru sekadar langkah awal perbankan sebelum meluncurkan fitur-fitur khusus yang nantinya hanya akan tersedia dalam D-Wallet. Fitur tersebut bakal menggiring pengguna baru, yang pada akhirnya akan menjadi nasabah Bank Danamon.

Tampilan UI/UX dari D-Wallet

“Tidak apa tumpang tindih [fitur D-Wallet dan Doku] karena ini maksudnya ingin memberikan banyak pintu yang bisa dimasuki pengguna baru. Mereka lebih nyaman masuk lewat mana. Buat Doku, ini jadi alternatif akusisi nasabah lewat channel baru. Sedangkan bagi kami, jadi pengembangan ke arah satu akses dengan layanan lebih seamless,” terangnya.

Sama seperti mengakses Doku, nasabah D-Wallet dapat memilih dua jenis pengguna entah itu reguler atau premium. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pengguna reguler hanya membutuhkan alamat e-mail untuk terdaftar, namun batas maksimal saldonya sebesar Rp1 juta.

Sedangkan pengguna premium batas maksimal saldonya sebesar Rp10 juta, namun harus melakukan e-KYC dengan mencantumkan KTP. Selain itu, pengguna premium dapat transfer dana ke rekening Bank Danamon atau bank lainnya.

Ke depannya, pihak Bank Danamon akan membawa aplikasi D-Wallet dengan fitur-fitur yang lebih dikhususkan dapat menarik nasabah baru. Beberapa fitur yang tengah dipersiapkan adalah pembukaan rekening, penawaran KTA, dan lainnya.

Djamin menargetkan dalam target jangka panjangnya, D-Wallet dapat menarik satu juga pengguna baru dalam lima tahun mendatang.

Segera umumkan kerja sama lainnya

Bagi Doku, co-branding dengan Bank Danamon adalah langkah perdana yang dipilih perusahaan dalam rangka akusisi pengguna baru. SVP of Consumer Product Doku Ricky Richmond menuturkan pihaknya akan mengumumkan kerja sama serupa dengan dua bank lainnya dalam tahun ini.

“Untuk co-branding Doku dengan bank ini baru pertama kalinya. Berikutnya ada dua bank lagi yang akan seperti ini,” terang Ricky.

Untuk model bisnis co-branding seperti ini, pengelolaan teknologi di balik aplikasi akan dipegang Doku, namun penyimpanan dana dan pelayanan konsumennya dikelola Bank Danamon. Doku akan mendapat komisi yang dihasilkan Bank Danamon dari perolehan pendapatan non bunga (fee based).

Sejauh ini, total pengguna aktif Doku mencapai 1,9 juta orang dengan rekanan merchant besar sekitar 800 perusahaan, ditambah 20 ribu pelaku UKM bergerak dari segala industri. Doku kini terhubung langsung dengan 15 bank besar di Indonesia untuk top up dan penarikan dana.

Laporan DailySocial: Perkembangan Layanan Teknologi Finansial (Fintech) Indonesia 2017

Di penghujung 2017 ini DailySocial.id bekerja sama dengan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) dan JAKPAT Mobile Survey Platform, kembali menyajikan sebuah laporan kondisi Industri Teknologi Finansial (Fintech) Indonesia. Sebagai pembaruan perkembangan Fintech Report 2016, Fintech Report 2017 ini membandingkan beberapa perubahan dan dinamika teknologi keuangan berbasis digital mobile Internet di Indonesia.

Beberapa fokus laporan ini antara lain dalam dinamika pasar Fintech Indonesia (termasuk pertumbuhan jumlah startups/pemain Fintech), perkembangan peraturan perundangan serta regulasi oleh BI & OJK, pemahaman masyarakat konsumen Indonesia terhadap layanan Fintech, serta perkembangan investasi oleh para funders terhadap startup-startup Fintech.

Beberapa temuan yang kita paparkan dalam laporan ini antara lain:

  • Pertumbuhan jumlah startup fintech mulai melamban. Ini ditunjukkan bahwa persentasi pertumbuhannya di tahun 2016 sebesar 78%, sedangkan di tahun 2017 ini menurun menjadi 39%.
  • Konsumen Indonesia sudah semakin mengenal istilah fintech. Ini ditunjukkan dengan respon survei, bahwa tahun 2017 ini 67.20% responden pernah mendengar istilah fintech, dibanding tahun 2016 hanya 28.34% responden.
  • Di antara berbagai perusahaan fintech yang kami telusuri, segmen terbesar tercakup dalam sub-kategori Online Lending (termasuk P2P-Lending), yaitu sebesar 26.2%.

Untuk laporan selengkapnya, silakan unduh Fintech Report 2017 secara gratis.

UOB Indonesia Umumkan Kemitraan dengan Doku, Hadirkan Solusi E-Payroll

Bank UOB Indonesia umumkan kemitraan dengan Doku untuk penyediaan solusi e-payroll yang diperuntukkan nasabah UKM dari UOB. Harapannya solusi ini dapat mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk proses pembayaran gaji, reimburse, dam pemberian insentif bagi karyawan.

Kerja sama ini diklaim sebagai pertama kalinya bank bermitra dengan perusahaan fintech lokal untuk menawarkan solusi e-payroll bagi perusahaan UKM.

Dari segi bisnis, pihak UOB berharap dapat memperoleh tambahan pendapatan non bunga (fee based income), sementara bagi Doku dapat memperoleh tambahan pengguna aktif yang berasal dari nasabah UOB.

Aplikasi e-payroll ini sebenarnya adalah bagian dari aplikasi Doku yang dapat diunduh di App Store dan Google Play Store. Melalui aplikasi tersebut, karyawan UKM dapat mengakses gaji mereka dan menggunakan fitur-fitur dari Doku untuk transaksi finansial secara digital, seperti transfer dana, tabungan, dan pembayaran tagihan.

“Dengan solusi e-Payroll, UKM dapat menikmati proses yang lebih sederhana dan efisien untuk membayar gaji karyawannya. Sementara bagi karyawan, mereka dapat menikmati manfaat lebih dari akses yang lebih cepat,” terang Head of Business Banking UOB Indonesia Denny Setiawan Hanubrata, Selasa (28/11).

Untuk mekanisme e-payroll, nasabah UKM UOB Indonesia harus memiliki dana yang mencukupi di Doku e-wallet korporasi, sesuai dengan dana yang akan ditransfer ke para karyawan. Kemudian, nasabah harus memasukkan data karyawan dan gaji mereka dalam portal Doku sebelum melakukan transfer ke karyawan.

Setelah itu, nasabah akan memperoleh notifikasi dari status transfer mereka. Gaji akan masuk dalam e-wallet karyawan dalam satu hari kerja. Bagi karyawan UKM, sebelumnya mereka harus terdaftar menjadi pengguna Doku dan mengunduh aplikasinya dalam smartphone. Karyawan akan menerima notifikasi setelah gaji diterima dalam rekening e-wallet mereka.

E-payroll ini masuk dalam lini business banking UOB Indonesia yang diperuntukkan untuk nasabah korporat. Adapun, total nasabah dalam lini bisnis tersebut mencapai 34 ribu orang, terdiri dari nasabah individu dan korporat.

Danny menargetkan sampai akhir tahun 2019, perusahaan dapat mengumpulkan setidaknya 20% dari total nasabah yang menggunakan layanan e-payroll. Untuk capai angka tersebut, pihaknya akan gencar melakukan edukasi misalnya ke tenaga HRD.

Tak hanya dengan Doku saja, sambung Danny, dalam beberapa waktu mendatang UOB Indonesia akan memperluas kemitraan strategis lainnya dengan perusahaan fintec lainnya. Sebagai upaya untuk menawarkan berbagai solusi digital yang memberikan tingkat kenyamanan lebih tinggi bagi UKM dan mendukung efisiensi bisnis mereka.

Doku peroleh lisensi dompet elektronik

Selain mengumumkan kemitraan terbaru, pihak Doku juga mengungkapkan perolehan lisensi baru dari Bank Indonesia sebagai penyedia layanan dompet elektronik. Izin usaha tersebut terbit pada 8 November 2017. Sebelumnya, Doku baru mengantongi izin usaha sebagai penerbit uang elektronik dan lisensi layanan kirim uang (remitansi).

Dengan adanya peningkatan lisensi, kini pengguna Doku dapat memakai sumber dana dari kartu debit, kartu kredit, atau sumber dana lainnya untuk dipakai transaksi pembayaran dalam aplikasi.

Senior Vice President Consumer Product Doku Richmond Aldien menuturkan pihaknya sedang merumuskan strategi untuk bisnis barunya ini, begitupun rekan yang akan digandeng sebagai sumber dana (source of fund). Yang pasti, Doku akan makin menyeriusi bisnis ini pada tahun depan.

“Dengan perluasan izin dari e-money jadi e-wallet, jadi dalam aplikasi kita bisa masukkan sumber dana lainnya dari debit atau kredit untuk pembayaran transaksi di Doku. Itu masih kita rumuskan mau bagaimana, masih pelajari. Prinsipnya kita bisa kerja sama dengan perusahaan keuangan, termasuk penyedia e-money untuk perbanyak kantong-kantong sebagai sumber dana,” terang Richmond.

Sementara ini, pengisian dana dalam aplikasi Doku bersumber dari transfer bank dan pengisian secara offline dari jaringan Alfa Group. Aplikasi Doku sendiri sebenarnya sudah hadir secara publik pada 2013. Hingga kini, Doku mengklaim telah memiliki 1,8 juta pengguna dan melayani lebih dari 26 ribu merchant dengan berbagai skala usaha dari segala industri.

Application Information Will Show Up Here

Targetkan Bisnis Online, Doku Luncurkan Portal Web Terintegrasi Doku Merchant

Setelah meluncurkan PinjamDoku, layanan e-wallet Doku yang berfungsi memudahkan para pengguna berbelanja online tanpa perlu memiliki kartu kredit atau rekening bank, kembali meluncurkan layanan terbaru bernama Doku Merchant. Layanan terbaru ini dihadirkan untuk pelaku usaha yang gencar berjualan di media sosial, startup ,dan UKM yang sudah memiliki toko online maupun yang belum, sampai dengan perusahaan besar yang sudah memiliki sistem internal sendiri.

“Doku Merchant adalah cara tercepat bagi para pemilik usaha untuk segera memulai bisnis dan menerima pembayaran secara online. Portal ini dapat memangkas proses on-boarding yang sebelumnya semi-manual menjadi lebih ringkas dan sistematis,” kata COO DOKU Nabilah Alsagoff.

Fitur yang bisa diakses di web portal ini diklaim masih dalam tahap penyempurnaan. Namun demikian bagi merchant atau pemilik usaha yang tertarik untuk mengakses bisa langsung membuka situs tersebut.

Terintegrasi dengan dua fitur unggulan

Dua fitur unggulan Doku Merchant ini adalah fitur reporting dan market analytics baru yang terintegrasi dalam web portal DOKU Merchant. Diharapkan dapat membantu para merchant untuk lebih dekat memantau pergerakan penjualan, menganalisa kebiasaan pelanggan, serta memberikan proyeksi tren penjualan di toko online mereka.

“Web portal Doku Merchant yang dilengkapi dengan fitur reporting & market analytics baru ini siap mendukung bisnis jenis apa saja, intinya satu akses untuk mendukung semua jenis bisnis. Fitur reporting & market analytics kami sangat membantu para merchant untuk mengontrol, menganalisa, memproyeksikan serta merencanakan strategi bisnis yang sedang dijalankan,“ kata Nabilah.

Selain dua fitur tersebut, Doku juga memberikan akses cepat bagi para merchant yang ingin mengembangkan bisnis dan memerlukan modal usaha tambahan. Akses cepat ke P2P lending ini DOKU berikan untuk para merchant yang bergabung dengan DOKU setidaknya 6 bulan dengan history transaksi yang baik.

Untuk memudahkan pengguna memonitor semua aktivitas, Doku Merchant dapat dioperasikan di lokasi yang berbeda (remote management) memberikan kemudahan bagi pemilik usaha menjalankan bisnisnya secara mobile.

Application Information Will Show Up Here

PinjamDoku Hubungkan Merchant dengan Layanan P2P Lending

Selama ini Doku dikenal sebagai layanan e-wallet yang berfungsi memudahkan para pengguna berbelanja online tanpa perlu memiliki kartu kredit atau rekening bank. Para pengguna akan dibuatkan semacam akun virtual untuk mengakomodir proses transaksi. Seiring dengan perkembangan cashless society dan industri teknologi finansial, Doku mulai mengenalkan PinjamDoku. Sebuah layanan teknologi finansial yang memfasilitasi masyarakat untuk terhubung dengan layanan peer-to-peer lending. Untuk saat ini, layanan ini terbatas dinikmati oleh merchant yang bekerja sama dengan Doku.

Di bulan Juni ini, Doku melakukan soft launching untuk layanan PinjamDoku ini. Tercatat saat ini sudah ada beberapa penyedia layanan p2p lending yang bekerja sama dengan Doku, mereka adalah Koinworks, Investree, dan Taralite. Kehadiran PinjamDoku di tahap awal ini disiapkan untuk membantu pemilik merchant mendapatkan suntikan dana atau modal melalui layanan peer to peer lending yang tersedia.

“Selain memperluas penciptaan pasar, yang terbaru DOKU juga memberikan fasilitas peer to peer lending kepada para merchant, konsumen pengguna e-Wallet DOKU dan bahkan staff DOKU, melalui program #PinjamDOKU. Program hasil kerja sama dengan Koinworks (dll) ini bertujuan memudahkan merchant, konsumen dan staff DOKU dalam mendapatkan pinjaman modal untuk pendanaan bisnis maupun untuk kebutuhan pribadi,” ujar Chief Marketing Officer DOKU Himelda Renuat.

Lebih lanjut Himelda menjelaskan layanan PinjamDoku ini sudah disiapkan sebelumnya. Sudah ada beberapa kontrak yang disepakati dengan mitra layanan peer to peer landing. Saat ini menu Pinjam Doku dapat ditemukan di Back Office Doku di masing-masing merchant. Para merchant tinggal memilih menu terbut dan memilih mitra peer to peer lending yang dikehendaki kemudian melakukan request. Mitra peer to peer lending Doku selanjutnya akan melakukan verifikasi, jika valid maka pinjaman akan segera dikeluarkan.

Layanan PinjamDoku ini akan menandai perjalanan selanjutnya Doku dalam industri pembayaran digital di Indonesia. Di saat pasar semakin matang, masyarakat semakin berpengalaman inovasi dan terobosan seperti ini yang diperlukan untuk terus berada dalam jalur persaingan.

“Fitur ini baru saja kami luncurkan awal Juni (soft launch). Ke depannya bukan hanya merchant, tapi pengguna e-wallet dan bahkan staf DOKU dapat menikmati fasilitas ini, tentunya sejalan dengan semakin banyak partner peer to peer lending yang bergabung. Kami berharap fasilitas ini dapat meningkatkan manfaat dan kualitas layanan DOKU bagi setiap merchant,” pungkas Himelda.

EMTEK Diam-Diam Konfirmasi Akuisisi 2 Penyedia Layanan E-Money, DOKU dan Espay

Konglomerat media EMTEK diam-diam telah mengkonfirmasi akuisisi terhadap dua layanan penyedia e-money, DOKU dan Espay. Dalam laporan keuangan Q1 2017 (dan sebelumnya Annual Report 2016), EMTEK melaporkan melalui anak-anak perusahaannya telah menguasai 50% saham PT Nusa Satu Inti Artha, pengelola DOKU, pada bulan Oktober 2016. EMTEK juga menguasai 90% saham PT Espay Debit Indonesia Koe (Espay) per bulan Januari 2017. DOKU dan Espay memiliki lisensi e-money dari Bank Indonesia.

DailySocial pertama melaporkan akuisisi DOKU pada tanggal 10 Oktober 2016. Pihak DOKU saat itu tidak menyangkal, tetapi tidak juga mengakuinya. Sejauh ini DOKU tetap beroperasi sebagai sebuah perusahaan tersendiri. Tidak disebutkan nilai akuisisi 50% saham DOKU tersebut. Selain lisensi e-money, DOKU adalah pengelola layanan payment gateway terkemuka di Indonesia.

Espay bisa menjadi jembatan platform e-money BBM

Espay adalah pemilik produk uNIK yang mendapatkan lisensi e-money di tahun 2016 lalu. Setelah akuisisi Go-Jek terhadap MV Commerce, pemain besar meyakini langkah ini adalah yang tercepat (untuk memiliki lisensi) ketimbang mendaftar langsung ke Bank Indonesia. Kami belum memiliki informasi apakah sebuah perusahaan (dan anak-anak perusahaannya) bisa memiliki dua buah lisensi e-money.

Meskipun kami belum memperoleh titik terang tentang apa yang EMTEK bakal lakukan dengan Espay, besar kemungkinan lisensi e-money yang dimilikinya diterapkan di platform BlackBerry Messenger (BBM) yang dikelola sejak tahun lalu.

Sebelumnya EMTEK telah mengumumkan pembentukan joint venture dengan raksasa fintech Tiongkok Ant Financial, anak perusahaan Alibaba, untuk membangun platform sistem pembayaran di BBM. BBM telah berevolusi menjadi sebuah “platform di dalam platform” dengan menggandeng Bukalapak dan sejumlah layanan lainnya, serta membangun platform berita dan game. Kehadiran platform pembayaran bakal melengkapi evolusi ini.

Laporan kuartal pertama 2017 ini belum memuat informasi tentang pembentukan JV ini dan informasi akuisisi Kudo oleh Grab. EMTEK memiliki 25% saham Kudo.

Bareksa Peroleh Investasi Tahap Awal dari Pemegang Saham DOKU

Marketplace finansial Bareksa mengumumkan perolehan dana segar dengan nilai yang tidak disebutkan dari salah satu pemegang saham DOKU yakni PT Gemilang Dana Sentosa lewat skema rights issue. Investor tersebut kini menguasai 20% saham Bareksa dari total keseluruhan saham.

Dana segar yang diperoleh Bareksa akan dipergunakan untuk membangun dan meluncurkan unit bisnis baru, mengembangkan platform, menambah jumlah talenta, seiring targetnya yang ingin menjadi marketplace finansial terintegrasi terbesar di Indonesia.

Perolehan dana segar ini merupakan pertama kalinya diperoleh Bareksa sejak dua tahun berdiri. Selama ini perusahaan masih menggunakan dana sendiri atau bootstrap untuk proses bisnisnya.

“Kami merasa Bareksa adalah platform yang tepat untuk mendekati kalangan orang-orang yang belum tersentuh layanan finansial, terutama reksa dana. Segmen tersebut masih jauh dari perbankan karena pengetahuan masyarakat yang masih terbatas. Bareksa kami yakini dapat menjembatani hal tersebut dengan memberikan layanan yang user friendly,” terang CEO DOKU Thong Sennelius, Kamis (6/4).

Co-Founder dan Presiden Direktur Bareksa Karaniya Dharmasaputra menambahkan pihaknya memilih investor dari DOKU dikarenakan perusahaan tersebut adalah salah satu pemain mobile wallet dan payment gateway terbesar di Indonesia, sehingga dinilai memiliki prospek yang strategis ke depannya.

Sebelum investor dari DOKU masuk ke Bareksa, sebelumnya kedua perusahaan telah menjalin kemitraan dalam menyediakan fitur reksa dana online dalam platform mobile wallet DOKU.

“Sebetulnya kami telah mengadakan pembahasan serius dengan tiga calon investor, di antaranya terdapat dari asing yang serius mengajukan minat. Akhirnya setelah pembicaraan intensif dan due dilligence, pilihan jatuh ke DOKU. Masuknya DOKU memiliki nilai strategis bagi perkembangan Bareksa ke depan,” kata Karaniya.

Hadirnya DOKU, diharapkan akan membuat sinergi antar kedua perusahaan jadi makin erat. Salah satu realisasi kerja sama yang kemungkinan bakal dilakukan yakni mengintegrasikan proses transaksi di Bareksa akan jadi lebih sederhana dan mudah dengan teknologi mobile payment DOKU. Biaya transaksi nasabah juga dapat ditekan dibandingkan dengan biaya bank.

Selain mendapat suntikan dana segar, Bareksa juga mengumumkan bergabungnya Mahendra Siregar di perusahaan dengan jabatan Presiden Komisaris. Sebelumnya, Mahendra menjabat sebagai mantan Kepala BKPM dan Wakil Menteri Keuangan. Saat ini Beliau aktif berperan dalam mendorong perkembangan ekonomi digital dan fintech di Tanah Air.

Target bisnis Bareksa

Sepanjang tahun ini, Karaniya menargetkan pihaknya dapat menghimpun lebih dari 100 ribu nasabah reksa dana dengan total dana yang diinvestasikan sekitar Rp500 miliar. Adapun saat ini, Bareksa tercatat telah memiliki lebih dari 32 ribu nasabah dengan total dana yang telah diinvestasikan hampir Rp200 miliar.

Untuk mencapai target, perusahaan berencana untuk terus menambah portfolio produk reksa dana dengan menggaet lebih banyak perusahaan aset manajemen. Dalam platform Bareksa kini baru menampung 111 produk reksa dana yang diterbitkan oleh 24 perusahaan aset manajemen.

“Produk reksa dana di Indonesia jumlahnya sekitar 1.000 lebih. Tidak semua produk bisa masuk ke kami karena harus melalui filter, kami hanya melihat produk yang memiliki kinerja yang baik sebab tujuan akhirnya adalah membantu masyarakat berinvestasi.”

Selain itu, pihaknya juga akan meluncurkan unit bisnis keuangan baru yang akan berdiri di bawah nama Bareksa. Produk tersebut diharapkan dapat segera dirilis dalam kurun waktu setahun mendatang, saat ini perusahaan masih membangun versi beta.

Sayangnya, Karaniya enggan membeberkan lebih detil mengenai rencana tersebut. Dia hanya menegaskan kehadiran bisnis baru tersebut bakal melengkapi strategi Bareksa menjadi marketplace finansial.

“Saat awal kami berdiri, inisiatif awal memang sengaja masuk dengan produk reksa dana. Langkah berikutnya menghadirkan produk keuangan lainnya di bawah bendera Bareksa.”

Perusahaan juga akan terus memperkuat penetrasi mereknya ke tengah masyarakat dengan menggandeng perusahaan teknologi lainnya. Dalam pipeline Bareksa, bakal ada lima hingga enam kerja sama baru sepanjang tahun ini.

Seiring dengan target tersebut, Karaniya juga akan mempersiapkan penggalangan dana tahap kedua untuk mendukung bisnis Bareksa. Dia berharap dana segar akan diperoleh kembali paling lama 1,5 tahun dari sekarang.

Mengintip Gurihnya Uang Elektronik di Indonesia

Gita, Adi, dan Agnes adalah salah satu dari sekian juta pengguna aktif uang elektronik atau lebih dikenal dengan e-money di Indonesia. Gita mengungkapkan e-money sudah menjadi alat bayar yang cukup praktis ketika harus menggunakan Commuter Line.

Penumpang tidak harus bersusah payah untuk mengantre saat membayar ongkos. Di dalam dompet Gita, ada dua kartu e-money yakni Flazz dari BCA dan Tap Cash dari BNI. Gita juga terdaftar sebagai pengguna Mandiri e-cash.

Hanya saja, dia memiliki pengalaman yang tidak baik saat menggunakan Tap Cash. Setelah sukses melakukan isi ulang dari ATM, rupanya uangnya tidak masuk ke kartu e-money miliknya. “Padahal saya sudah pastikan nomor kartunya dua kali sebelum transfer dilakukan di ATM,” tuturnya.

Setelah kejadian itu, akhirnya Gita lebih memilih untuk top up saldo di petugas Trans Jakarta demi jaminan dananya. Selain menggunakan untuk transportasi, terkadang Gita juga memakainya saat berbelanja di gerai minimarket dan cafe. Sementara itu, untuk Mandiri e-cash lebih banyak dipakai ketika membeli pulsa.

Senada, Adi sering menggunakan e-money untuk membayar sarana transportasi publik. Secara spesifik Adi mengungkapkan dirinya adalah pengguna setia Flazz. Menurutnya, dari segi umur Flazz adalah pemain pertama e-money di Indonesia. Hal inilah yang membuat dirinya terasa lebih familiar dengan Flazz.

“Dari segi desainnya, Flazz sangat bervariasi. Saya rela bayar mahal demi dapat kartu Flazz yang sesuai selera.”

Beda halnya dengan Agnes, dirinya termasuk jarang menggunakan e-money. Untuk memakainya pun, hanya saat dia menggunakan Transjakarta. Agnes kebanyakan pakai Flazz untuk mendapatkan diskon dari toko buku ternama di Indonesia.

“Kebetulan beli Flazz cuma buat dapat diskon saja saat beli buku. Itupun tidak perlu top up saldo, makanya saya tertarik.”

Salah satu bentuk promosi yang dilakukan oleh pemain e-money bekerja sama dengan gerai ritel / Pexels
Salah satu bentuk promosi yang dilakukan oleh pemain e-money bekerja sama dengan gerai ritel / Pexels

Ketiga konsumen di atas merupakan salah satu dari sekian juta pengguna e-money di Indonesia. Data dari Bank Indonesia menyebut, hingga September 2016 volume transaksi sebesar 476,56 juta dengan nilai transaksi 4,89 triliun Rupiah dan jumlah e-money beredar sebanyak 352,07 juta.

[Baca juga: E-money Mungkin adalah Kunci Pembayaran di Masa Depan]

Di 2014, volume transaksi mencapai 203,38 juta atau naik 47,48% secara year-on-year (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Kemudian, 535,57 juta transaksi di 2015 atau setara dengan kenaikan 163,35%. Dari segi nominal transaksi, di 2014 sebanyak 3,31 triliun Rupiah, naik 14,17%. Di tahun berikutnya menjadi 5,28 triliun Rupiah, naik 59,17%.

Perlahan tapi pasti, e-money mulai menggeser penggunaan transaksi ritel di Tanah Air yang kini masih didominasi oleh uang tunai.

Susiati Dewi, Asisten Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, menerangkan jumlah uang elektronik yang dipegang oleh masyarakat mencapai 37,3 juta. Secara ekosistemnya, penggunaan uang elektronik tidak hanya dipakai untuk pembayaran di gerai ritel offline maupun online.

Kini e-money juga bisa digunakan untuk penyaluran bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan dari Kementerian Sosial kepada 600 ribu orang penerima bansos. “Penggunaan uang elektronik jadi kian pesat karena banyak sektor transaksi ritel yang bisa dimanfaatkan,” terangnya kepada DailySocial.

Bentuk dukungan BI terhadap dorongan terciptanya ekosistem e-money yang kondusif, salah satunya dengan meningkatkan plafon maksimal instrumen Layanan Keuangan Digital (LKD) untuk pengguna terdaftar menjadi 10 juta Rupiah dari sebelumnya 5 juta Rupiah.

Berikutnya, sambung Susi, BI akan kembali mengeluarkan ketentuan lainnya terkait dengan penyelenggaraan transaksi pembayaran yang lebih difokuskan untuk mengatur layanan pembayaran e-commerce. E-money merupakan salah satu instrumennya. “Untuk penerbitan regulasinya belum bisa dipastikan waktunya, namun dalam waktu dekat.”

Adopsi e-money card based terbanyak dari sarana transportasi

Ilustrasi penggunaan Flazz sebagai alat pembayaran Trans Jakarta / BCA
Ilustrasi penggunaan Flazz sebagai alat pembayaran Trans Jakarta / BCA

Beberapa tahun belakangan, pemerintah dengan semangat Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) mulai menerapkan sejumlah aturan untuk mempercepat adopsi penggunaan e-money. Salah satu yang paling gencar adalah menerapkan e-money card based untuk sarana transportasi publik, mulai dari Transjakarta, Commuter Line, dan pembayaran tol.

Terbukti, dari langkah ini menjadi kontributor utama bagi sejumlah pemain e-money. Beberapa di antaranya adalah Flazz BCA dan Mandiri E-money.

Bank Mandiri merupakan pemain dominan untuk pembayaran tol. Hal ini diungkapkan Rico Usthavia Frans, Direktur Bank Mandiri. Menurutnya, dari total kartu uang elektronik yang sudah beredar mayoritas dikontribusikan dari pembayaran tol, kemudian disusul sarana transportasi lainnya seperti Transjakarta dan Commuter Line. Sisanya, pembelian barang di gerai minimarket.

Saat ini total kartu beredar e-money milik Bank Mandiri sudah mencapai 8 juta sejak pertama kali diluncurkan pada 2009. Kini volume transaksinya per bulan mencapai 30 juta transaksi.

Rico mengatakan perusahaan menargetkan volume transaksi uang elektronik pada tahun ini dapat meningkat 30% dari 251 juta transaksi menjadi 37 juta transaksi. Nilai transaksi yang diharapkan bisa mencapai 3,5 triliun Rupiah, naik 40% dari pencapaian sebelumnya 2,5 triliun Rupiah di tahun sebelumnya.

Flazz BCA adalah pemain tertua untuk uang elektronik, pertama kali diluncurkan pada 2007. Mira Wibowo, General Manager Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Transaksi Perbankan BCA menerangkan frekeuensi penggunaan Flazz banyak diarahkan untuk pembayaran sarana transportasi publik, tol, parkir, juga di restoran dan minimarket.

Kini Flazz BCA sudah beredar lebih dari 9,5 juta kartu. Pertumbuhan kartu beredar dalam lima tahun terakhir, menurut Mira, sudah lebih dari 20% begitupula untuk volume transaksinya. Untuk nominal transaksinya, pada tahun lalu Flazz menembus kisaran 1 triliun Rupiah.

Bagaimana dengan adopsi e-money server based?

Secara desain, e-money server based nampaknya sangat tepat untuk digunakan sebagai alat pembayaran belanja online. Baik BCA maupun Mandiri keduanya memiliki e-money berbasis server based. Dari segi umur, keduanya masih merupakan produk baru dan membutuhkan waktu untuk edukasi ke masyarakat.

Santoso Liem, Direktur BCA, menerangkan Sakuku baru menginjak usia satu tahun sejak pertama kali diluncurkan pada tahun lalu. Menurutnya, jumlah pengguna Sakuku mencapai lebih dari 135 ribu orang dengan volume transaksi rata-rata per bulan sekitar 80 ribu sampai 90 ribu transaksi. Penggunaan terbesarnya dipakai untuk pembelian pulsa, berbelanja di merchant offline, dan banyak juga yang tarik tunai.

“Sakuku tergolong masih baru, sehingga pertumbuhannya belum secepat Flazz. Kami lebih mengutamakan pertumbuhan natural, sehingga masih difokuskan untuk meningkatkan jumlah pengguna untuk menikmati fitur Sakuku.”

LINE Pay e-Cash adalah kolaborasi LINE dan Bank Mandiri memanfaatkan platform e-money Mandiri e-Cash / DailySocial
LINE Pay e-Cash adalah kolaborasi LINE dan Bank Mandiri memanfaatkan platform e-money Mandiri e-Cash / DailySocial

Rahmat Broto Triaji, SVP Transaction Banking Retail Bank Mandiri, menjelaskan perusahaan akan menggenjot transaksi Mandiri e-cash untuk bertransaksi di layanan e-commerce. Untuk itu perusahaan akan memperbanyak jumlah merchant. Diharapkan tahun depan dapat bertambah 300 merchant dari posisi tahun ini sebanyak 1.000 merchant.

“Pada September 2016 produk e-money dan e-cash dari Bank Mandiri telah menguasai 65% pangsa pasar industri e-money,” ujar Rahmat seperti dikutip dari Kontan.

Dalam upayanya ini, Bank Mandiri baru-baru ini meresmikan kemitraan strategis dengan Line sebagai platform untuk menjembatani transaksi online yang terjadi antara pengguna Line dengan 300 ribu offline dan online shop yang terdaftar di social messaging tersebut.

Mengukur segi keamanan e-money bagi pengguna

Kejadian yang menimpa Gita umum dialami pengguna e-money card based yang tergolong sebagai pengguna tidak terdaftar. Keamanan pengguna e-money card based tidak dijamin siapapun, termasuk oleh pihak penerbit kartu.

Untuk itu Bank Indonesia membuat sistem pengamanan yang berbeda untuk e-money mulai dari penetapan plafon nominal. Untuk card based, nominal maksimalnya adalah 1 juta, sementara server based adalah 10 juta Rupiah.

“Sejak awal e-money card based memang didesain tidak diberi perlindungan konsumen, maka dari itu BI menerapkan untuk melakukan limitasi nominal uang yang bisa disimpan hanya sampai 1 juta Rupiah. Sementara, untuk pengguna terdaftar terhitung lebih aman dan nyaman bila kehilangan smartphone-nya mereka bisa klaim ke pihak penerbit,” terang Budi Armanto, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Masih lemahnya adopsi e-money di segmen e-commerce

Pemanfaatan e-money sebagai alat pembayaran di e-commerce masih kecil / Shutterstock
Pemanfaatan e-money sebagai alat pembayaran di e-commerce masih kecil / Shutterstock

Dari hasil survei yang dipaparkan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), terungkap bahwa saat ini pilihan pembayaran untuk transaksi di layanan e-commerce sebagian besar masih banyak yang menggunakan ATM secara langsung sebanyak 36,7% disusul dengan pembayaran dengan cara Cash on Delivery sebanyak 14,2% dan terakhir pembayaran dengan menggunakan internet banking hanya 1,5% saja.

Data tersebut membuktikan masih rendahnya kepercayaan pengguna yang melakukan pembayaran dengan memanfaatkan internet dalam hal ini e-money. Di sisi lain golongan masyarakat yang unbankable juga merupakan salah satu alasan mengapa penggunaan uang elektronik masih minim jumlahnya.

Kami pun, pada pertengahan tahun lalu, juga merilis survei kecil-kecilan. Dari 1.002 responden yang menjawab, 763 responden mengaku berbelanja secara online dalam tiga bulan terakhir.

Mereka mengaku metode pembayaran transfer bank adalah metode terbaik dan paling dipercaya oleh mayoritas responden. Komposisinya, 75% responden memilih transfer bank, 13% untuk Cash on Delivery (CoD), dan 7% memilih kartu kredit.

Pihak e-commerce sendiri hingga kini masih enggan untuk memberikan informasi berapa banyak pembayaran dengan menggunakan e-money yang kemudian dipilih oleh pengguna, namun bisa diperkirakan adopsi e-money masih kecil.

Meskipun pemerintah dan Bank Indonesia telah mendukung kelancaran aturan penyelenggara uang elektronik, yang diharapkan bisa memberikan manfaat lebih untuk industri e-commerce dalam hal pilihan pembayaran, jika pemanfaatan uang elektronik oleh konsumen masih rendah.

Untuk itu edukasi tentunya perlu untuk dilakukan baik dari pelaku e-commerce, operator, perusahaan keuangan, juga dari pemerintah untuk meningkatkan minat penggunaan uang elektronik di Indonesia.


Yenny Yusra berkontribusi untuk penulisan artikel ini

DOKU dan Bareksa Luncurkan Tabungan Reksa Dana

Masyarakat Indonesia masih sangat awam terhadap investasi di pasar modal. Untuk kembali menggalakkan misi edukasi investasi pemerintah melalui micro investing, kini DOKU dan Bareksa, financial marketplace lokal, meluncurkan tabungan reksa dana untuk pengguna DOKU.

Kedua pihak memutuskan untuk memilih produk Cipta Dana Cash yang dimiliki oleh Cipta Dana Asset Management. Produk ini khusus bermain di instrumen pasar uang, dengan karakteristik risiko yang minim, khusus untuk memperoleh pertumbuhan modal jangka pendek dan tingkat likuditas yang tinggi.

Karakteristik instrumen ini cocok sebagai langkah awal edukasi ke masyarakat Indonesia yang masih sangat awam terhadap investasi di pasar modal.

“Kami pilih Cipta Dana Cash untuk menyesuaikan dengan profil masyarakat Indonesia yang cenderung masih takut berinvestasi. Produk ini merupakan best product di Bareksa dan memiliki kinerja tahunan yang cukup baik dengan tingkat imbal hasil 8,5% per tahun,” terang Karaniya Dharmasaputra, Co-founder dan Chairman Bareksa, Kamis (3/11).

Menurut Karaniya, bila membandingkan dengan imbal hasil yang diberikan ketika menabung atau membeli deposito di bank, tingkat pengembalian hasilnya tidak akan sebesar reksa dana. Salah satu bank, sambungnya, memberikan return untuk nasabah yang menabung di tempatnya sebesar 0,7% per tahun dan deposito sebesar 4,25%. Besaran imbal hasil ini masih terhitung kotor, artinya belum dipotong dengan pajak penghasilan sebesar 20%.

“Berarti nasabah tidak mendapat untung sama sekali, beda halnya dengan reksa dana. Untuk menggalakkan jumlah rekening reksa dana di Indonesia, pemerintah membebaskan pemotong pajak untuk ini.”

Dia menambahkan, besaran nominal untuk berinvestasi lewat DOKU sebesar 100 ribu Rupiah. Menurutnya, ini sangat cocok untuk pengguna yang ingin belajar dan mencoba berinvestasi. Fitur ini juga memberikan manfaat lebih bagi pengguna yang memiliki endapan dana di DOKU.

Menurut Karaniya, dalam peraturan Bank Indonesia pemain uang elektronik tidak boleh memberikan bunga kepada uang yang mengendap di e-wallet. “Bekerja sama dengan Bareksa, pengguna DOKU bisa sekaligus menabung di reksa dana pasar uang sehingga mereka dapat memperoleh imbal hasil dari dana endapan di DOKU.”

Thong Sennelius, CEO DOKU, menambahkan terhitung saat ini pengguna DOKU mencapai 1,3 juta orang dengan mayoritas adalah laki-laki usia produktif antara 18-35 tahun. Kelompok orang tersebut yang akan disasar oleh DOKU untuk menjadi pemilik rekening reksa dana.

Adapun dari rata-rata dana endapan pengguna DOKU kini menunjukkan peningkatan. Dari awalnya hanya top up saldo ketika dibutuhkan saja kini sudah bergeser, rata-rata dana endapan sudah mencapai ratusan ribu per penggunanya.

“Dengan tingkat imbal hasil 8,5% yang ditawarkan Cipta Dana Cash, diharapkan bisa encourage pengguna DOKU untuk mengalihkan dananya untuk di simpan di instrumen investasi ini.”

Siap luncurkan instrumen pasar uang untuk syariah

Troy Hambali, Business Development DOKU, melanjutkan DOKU dan Bareksa saling berkomitmen untuk meluncurkan produk investasi dari instrumen reksa dana lainnya yang tingkat risiko sejenis dengan pasar uang hingga dua tahun mendatang. Menurutnya, instrumen investasi lainnya yang bakal ditawarkan ke pengguna DOKU adalah obligasi.

Pihaknya juga akan menambah variasi investasi reksa dana untuk syariah, tidak hanya konvensionalnya saja. Sebab tujuan akhirnya adalah semua orang Indonesia bisa melek investasi di pasar modal.

“Kerja sama antara DOKU dan Bareksa adalah eksklusif. Kami akan pilih perusahaan aset manajemen lainnya dengan produk reksa dana dari pasar uang dan obligasi, baik syariah maupun konvensional karena mau jangkau seluruh masyarakat Indonesia. Rencananya, kami akan meluncurkan kembali instrumen pasar uang untuk produk syariahnya pada tahun depan,” pungkasnya.

Saat ini pengguna DOKU mencapai 1,3 juta orang, dengan jumlah merchant lebih dari 22 ribu dan 15 mitra perbankan. Akhir tahun lalu, DOKU mengelola total transaksi online sebesar 8,5 triliun Rupiah. Diharapkan pada tahun ini bisnis bisa tumbuh antara 30%-40%.

DOKU Resmikan Kemitraan dengan Dimo

Bertujuan agar bisa lebih fokus menciptakan inovasi dan fitur-fitur terkini, DOKU sebagai penyedia solusi pembayaran elektronik menggandeng Dimo untuk menghadirkan pilihan pembayaran non tunai menggunakan layanan Pay By QR.

Dalam acara peresmian kerja sama tersebut hari ini di Jakarta, Senior VP Consumer Product DOKU Ricky Richmond Aldien mengungkapkan proses kerja sama telah berlangsung selama 6 bulan, dari development sistem dan uji coba sebelum akhirnya diluncurkan hari ini kepada publik.

“Kami melihat partnership ini merupakan kemitraan strategis yang dilancarkan oleh DOKU dengan Dimo untuk memberikan pilihan pembayaran secara offline terbaru kepada pengguna. Dengan demikian kami bisa fokus menciptakan inovasi dengan fitur-fitur terkini ke depannya,” kata Ricky.

Salah satu kemudahan yang bakal dinikmati pengguna Doku dan Pay By QR dari Dimo adalah uang elektronik Doku (DOKU Wallet) kini dapat digunakan di ribuan merchant offline bertanda khusus Pay By QR. Pengguna uang elektronik Doku kini punya lebih banyak pilihan untuk melakukan transaksi di merchant offline setelah sebelumnya dapat digunakan untuk belanja di gerai Alfa Group seluruh Indonesia menggunakan metode online token.

“Kami ingin memanfaatkan teknologi yang saat ini sudah dimiliki oleh Dimo dengan Pay By QR dan diharapkan bisa memberikan alternatif baru kepada pengguna Doku untuk melakukan pembayaran transaksi offline melalui pemindaian kode QR,” kata Senior VP Public Relation & Marketing Yolanda Nainggolan.

Di sisi lain Dimo yang saat ini telah memiliki sekitar 2 ribu merchant bisa memberikan layanan lebih kepada pengguna Doku untuk berbelanja di merchant milik Dimo dan menggunakan transaksi pembayaran dengan kode QR.

“Bagi kami di Dimo menjadi kebanggaan tersendiri dengan kemitraan dengan Doku sebagai salah satu fintech pertama di Indonesia, bagi kami di Dimo diharapkan kerja sama ini bisa mempromosikan layanan PayByQR kepada semua pengguna Doku di seluruh Indonesia,” kata CEO Doku Brata Rafly.

Layanan Pay By QR yang ada di aplikasi Doku sudah bisa digunakan di merchant berlogo Pay By QR yang telah terdaftar.

Tampik informasi soal akuisisi DOKU oleh EMTEK

Disinggung tentang berita telah diakuisisinya Doku oleh EMTEK, Ricky menyebutkan masih belum menerima kabar terkait akuisisi tersebut.

“Selama ini kami memang kerap bertemu dengan pihak merchant, investor dan pihak terkait lainnya, namun belum ada rencana untuk diakuisisinya bisnis kami di Doku. Semua masih berjalan seperti biasa,” kata Ricky.

DOKU yang disebutkan telah memiliki 1 juta pengguna mengklaim telah berhasil mengumpulkan total transaksi sebanyak Rp 8,5 triliun hingga akhir tahun 2015 dan menargetkan pertumbuhan sebesar 30-40 persen setiap tahunnya. Selain itu DOKU telah memiliki 22 ribu merchant dan 15 mitra perbankan.