Umumkan Pendanaan Seri F, Valuasi Bukalapak Kini Senilai 35 Triliun Rupiah

Hari ini (04/10) Shinhan GIB mengumumkan keterlibatan dalam pendanaan seri F Bukapalak. Dalam rilis yang dikirimkan tidak disebutkan nilai partisipasi korporasi perbankan asal Korea Selatan tersebut. Namun demikian disampaikan bahwa dengan penutupan putaran ini valuasi Bukalapak telah mencapai lebih dari $2,5 miliar (setara 35 triliun Rupiah). Investor sebelumnya, yakni Emtek, dikatakan turut terlibat dalam pendanaan tersebut.

Capaian valuasi ini cukup menarik dibahas, terlebih jika dibandingkan dengan rekan-rekan unicorn lokal lainnya. Sebut saja Ovo, pengembang aplikasi e-wallet tersebut dikabarkan telah mencapai status unicorn dengan valuasi mencapai $2,9 miliar. Sementara rival terdekatnya, Tokopedia, sudah menembus valuasi $7 miliar pasca perolehan di pengujung tahun 2018 dari Alibaba dan Softbank.

Investasi baru akan dimanfaatkan Bukalapak untuk menjalankan rencana dan strategi bisnis jangka panjangnya untuk inklusi keuangan dan transformasi bisnis ritel di Indonesia. Kabar ini pun sekaligus menjadi angin segar dari perusahaan yang dipimpin Achmad Zaky tersebut, pasca diterpa beberapa kabar termasuk soal perampingan karyawan.

Perusahaan turut menyampaikan, saat ini layanan Bukalapak telah digunakan lebih dari 70 juta pengguna. Di dalamnya ada lebih dari 4 juta pelapak dan 2 juta mitra warung/agen dari berbagai wilayah di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Grab is Said to be In Talk to Merge Ovo and Dana

Reuters reports that Grab, one of Ovo’s backers, intends to spur the merger of Ovo and Dana. It is said to take part in Grab and Gojek’s competition for the payment platform. GoPay and Ovo are known as the two leading platforms of digital payment in Indonesia, followed by Dana as the closest competitor.

No official statement has been confirmed by the related parties.

Ovo was founded by Lippo Group and supported with Grab and Tokopedia. Ovo’s current CEO, Jason Thompson, was previously the Head of GrabPay.

Reuters also mentioned that the plan has been discussed with Softbank’s CEO, Masayoshi Son during his visit in Jakarta.

Softbank has been one of Grab’s significant investors. Alibaba, Softbank’s biggest porttfolio, created Dana through joint ventures with Emtek–which recently closed down BBM.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Grab Disebut Dorong Ovo dan Dana untuk Merger

Reuters menyebutkan bahwa Grab, salah satu pendukung platform pembayaran digital Ovo, sedang mendorong terjadinya merger antara Ovo dan Dana. Disebutkan langkah ini merupakan bagian persaingan Grab dan Gojek, termasuk di platform pembayaran. GoPay dan Ovo kita kenal sebagai dua platform terpopuler untuk pembayaran digital di Indonesia, sementara Dana membuntuti sebagai pesaing terdekat keduanya.

Belum ada konfirmasi resmi dari semua pihak yang terlibat.

Ovo awalnya didirikan oleh Lippo Group dan telah memperoleh dukungan Grab dan Tokopedia. CEO Ovo saat ini, Jason Thompson, sebelumnya adalah Head of GrabPay.

Sumber Reuters menyebutkan rencana ini sudah didiskusikan dengan CEO Softbank Masayoshi Son saat kedatangannya ke Jakarta beberapa waktu lalu dan ia sudah memberikan persetujuannya.

Softbank adalah investor signifikan bagi Grab, sedangkan Alibaba, juga portofolio terbesar Softbank, memiliki separuh kepemilikan Dana melalui Ant Financial (Alipay)–separuhnya dimiliki oleh Emtek yang baru saja menutup BBM.

Merger Ovo dan Dana, jika terwujud, bakal menjadi amunisi yang luar biasa di sektor pembayaran, mengingat Dana digunakan oleh platform marketplace besar lainnya, Bukalapak, dan kini sedang menggencar melancarkan promosi di merchant offline.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

East Ventures Bukukan Dana Investasi 1 Triliun Rupiah, Diprioritaskan untuk Pendanaan Startup Indonesia

East Ventures kemarin (21/8) mengumumkan penutupan dana investasi keenam mereka sejumlah $75 juta atau setara dengan 1 triliun Rupiah. Dana ini didukung oleh berbagai elemen, mulai dari kalangan individual (high net workth individuals) seperti Wan Xing (CEO Meituan-Dianping), Eduardo Saverin (Co-Founder Facebook), dan Kaling Li (Co-Founder Razer).

Selain itu pemberi dana juga datang dari kalangan institusi investasi mulai dari Pavilion Capital, Adams Street Partners dan Temasek. Beberapa perusahaan keluarga dari Indonesia juga tergabung dalam pendanaan ini, meliputi Sinarmas Group, Triputra Group dan Emtek Group.

Perolehan East Ventures meningkat 2,5x lipat dari yang ditargetkan, yakni $30 juta. Nantinya dana investasi yang diperoleh akan digunakan untuk meningkatkan dukungan kepada ekosistem startup di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia. Trennya untuk diberikan dalam pendanaan tahap awal hingga seri A di berbagai sektor.

Kendati demikian ada vertikal baru yang akan menjadi fokus dengan dana investasi keenam ini, yakni inklusi UKM, new retail, fintech, berita dan media, healthtech, supply chain dan transformasi digital.

“Kami sebenarnya bisa menambah lebih banyak lagi, namun kami ingin mempertahankan disiplin tertentu di era euforia ini. Penting bagi ekosistem ini untuk mempertahankan kecepatan value creation agar dapat sesuai dengan valuation expectation. Dan hal ini akan berdampak pada performa dana investasi kami bagi para pemangku kepentingan, yaitu para pendiri startup, mitra bisnis, dan para investor (LP),” ujar Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Salah satu “model bisnis” yang ditawarkan oleh venture capital kepada pemberi dana ialah melalui exit — bisa dalam bentuk akuisisi atau go-public. Menurut pihak East Ventures, kesuksesannya dengan 30 exit meningkatkan kepercayaan investor kepada mereka. Groupon, Kudo, Loket, Jurnal, Bridestory, dan Talenta adalah beberapa nama startup yang berhasil terakuisisi.

Emtek Shuts Down BBM Per May 31st 2019

Emtek officially announces BBM shutdown per May 31st, 2019. The incapability to increase active users might be the main reason. Emtek team we’ve reached has not given any information regarding the future of Emtek and Blackberry.

Partnership between Emtek and Blackberry was started in 2016 when Blackberry Limited gave up the BBM Consumer’s license to Emtek through Creative Media Works Pte. Ltd (CMW) worth $207.5 million for long term. Emtek intends to develop BBM as super app, like WeChat in China, that becomes the central of consumer’s activity for smartphone use.

Less than three years later, BBM for consumer should’ve ended.

In the official release, Emtek said, “Three years ago, we started a journey to reinvent BBM. [..] Nevertheless, tech industry has always been dynamic. We’ve tried our best, many users prefer the other platform, while new user is hard to acquire. It’s tough and we’ve got to be stronger.”

Based on 2018 financial report, Emtek loss was worth Rp2.62 trillion due to the Rp1.97 trillion cut of CMW’s goodwill. Previously, in March, BBM confirms the office shutdown in Canada and Singapore.

Introducing BBMe

Currently, users are being redirected to download BBM Enterprise (BBMe) app in Google Play. The App Store version is to be followed. It’ll be available for free in the first year, later, there will be subscription fee of US$2.49 (almost Rp35 thousand).

The concept is similar to BBM, end-to-end encrypted message with enterprise standard.

“We respect Emtek’s decision, though, unfortunately the platform didn’t work as expected. Through careful consideration, we decided that BBM active users still need a safety and trusted messaging platform,” Blackberry’s CMO, Mark Wilson said.

He ensures, the team won’t monetize user’s data, therefore, the service won’t require phone number, recommend user contact, and located user.

In terms of feature, BBMe is not as rich as Emtek’s BBM. There’s no feature for channel, enhanced group, sticker, or shop. BBMe is for those paying attention to data safety and user’s privacy. “This service requires email to register, unlike the other app,” Wilson said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Emtek Tutup Layanan BBM Per 31 Mei 2019

Emtek resmi mengumumkan penghentian operasional aplikasi BBM per 31 Mei 2019. Ketidakmampuan meningkatkan jumlah pengguna aktif disinyalir menjadi penyebab utamanya. Pihak Emtek yang kami hubungi menolak menginformasikan bagaimana klausul antara Emtek dan BlackBerry selanjutnya.

Kemitraan Emtek dan BlackBerry dimulai tahun 2016 ketika BlackBerry Limited memberikan lisensi BBM Consumer kepada Emtek melalui Creative Media Works Pte. Ltd (CMW) dengan nilai awal $207,5 juta untuk jangka panjang. Emtek ingin mendorong BBM menjadi sebuah super app, seperti WeChat di Tiongkok, yang menjadi sentral kegiatan konsumen untuk penggunaan smartphone.

Kurang dari tiga tahun kemudian, layanan BBM untuk konsumen harus diakhiri.

Dalam pernyataan resminya, Emtek menyebutkan, “Tiga tahun lalu, kami mengawali perjalanan untuk memperbaharui BBM. [..] Namun tidak dapat dipungkiri, industri teknologi begitu dinamis. Walau kami telah mengerahkan berbagai upaya, banyak pengguna memilih untuk beranjak ke platform lain, sementara pengguna baru sulit didapat. Walaupun berat, kini telah tiba waktunya untuk kami pun beranjak.”

Menurut laporan keuangan tahun 2018, Emtek mengalami rugi bersih sebesar Rp2,62 triliun akibat penghapusan goodwill CMW senilai Rp1,97 triliun. Sebelumnya, di bulan Maret, BBM memastikan penutupan kantor di Kanada dan Singapura.

Perkenalkan BBMe

Pengguna kini diarahkan untuk mengunduh aplikasi BBM Enterprise (BBMe) yang telah tersedia di Google Play. Versi App Store-nya segera menyusul. Aplikasi ini akan tersedia gratis untuk satu tahun pertama, kemudian dikenakan biaya berlangganan selama enam bulan sebesar US$2,49 (hampir Rp35 ribu).

BBMe memiliki konsep yang kurang lebih sama dengan BBM, pengiriman pesan terenkripsi secara end-to-end dengan standar enterprise.

“Meskipun kami menghormati keputusan Emtek, kami sangat menyayangkan karena platform tidak berjalan dan berkembang seperti yang kami harapkan. Setelah melalui banyak pertimbangan, kami memutuskan bahwa pengguna setia BBM harus tetap memiliki platform pengiriman pesanan yang aman dan dapat dipercaya,” kata CMO BlackBerry Mark Wilson dalam keterangan resmi.

Wilson menjamin pihaknya tidak akan memonetisasi data pengguna sehingga layanan tidak akan meminta nomor telepon, menyarankan kontak ke pengguna, dan tidak melacak lokasi pengguna.

Secara fitur, BBMe tidak sekaya BBM yang dikembangkan Emtek. Tidak ada fitur channel, enhanced group, sticker, atau shop. BBMe cenderung ditujukan kepada mereka yang peduli pada keamanan data dan privasi pengguna.

“Layanan ini hanya memerlukan alamat email untuk mendaftar, tidak seperti aplikasi lain,” terang Wilson.

Application Information Will Show Up Here

Dana Kejar Pengembangan Produk, Gaet Samsung Pay dan Pegadaian

Aplikasi e-wallet Dana makin memperdalam penetrasi produknya dengan kemitraan bersama berbagai mitra seiring memasuki tahun pertamanya. Beberapa rencana kemitraan tersebut adalah integrasi dengan Samsung Pay, penyaluran untuk Pembiayaan ultra mikro (UMi) bersama Pegadaian, dan perluasan merchant baik offline maupun online.

Dalam waktu dekat Dana akan merilis layanan self on boarding untuk merchant UMK yang berminat menyediakan Dana sebagai alternatif pembayaran di toko mereka.

“Kita ini payment platform, jadinya kita launch self on boarding ini untuk merchant offline dan offline yang ingin bergabung ke Dana dalam hitungan menit saja. Ini masih dalam pilot, nanti bakal hadir di desa-desa,” terang CEO Dana Vincent Iswara, Senin (25/3).

Layanan self on boarding ini, lanjutnya, akan permudah merchant yang ingin bergabung. Proses pendaftarannya cukup lewat aplikasi Dana dan mengisi beberapa data pribadi dan usaha mereka. Nanti pihak Dana akan mengirimkan sticker kode QR yang bisa dipakai merchant.

Terkait kemitraan dengan Samsung Pay, Vincent belum bersedia mengungkapkan lebih jauh. Menurutnya, akan ada pengumuman resmi yang bakal diumumkan dalam waktu dekat.

Samsung Pay bermitra dengan Dana sebagai sumber dompet digital pengguna yang sudah pre-installed di perangkat Samsung. Uji coba ini masih bersifat tertutup atau closed beta testing di perangkat-perangkat tertentu, yakni Galaxy A30 dan Galaxy A50.

Vincent melanjutkan, terkait kemitraan dengan Pegadaian, Dana akan jadi aplikasi yang menyalurkan dana UMi dari mitra resmi yang ditunjuk pemerintah kepada para anggota. Ke depannya, aplikasi Dana bisa menerima pembayaran cicilan gadai di Pegadaian. Aplikasi Pegadaian pun akan terintegrasi dengan platform pembayaran Dana.

Pencapaian satu tahun Dana

Dana mulai beroperasi tepat pada 21 Maret 2018, yang dimulai dari pengumuman terintegrasinya dengan Bukalapak, Tix.id, dan BBM. Kemudian, pada Desember 2018, perusahaan meresmikan kehadirannya di merchant offline. Kini Dana tersedia di lebih dari 15 ribu titik lokasi sebagai platform pembayaran.

Beberapa merchant offline yang bermitra dengan Dana adalah Ramayana, KFC, Sour Sally, Kopi Kulo dan Kopi Kenangan. Dana juga bisa digunakan sebagai alat pembayaran di mesin kasir Moka POS.

Dari segi pengguna, Dana diklaim telah tembus lebih dari 10 juta pengguna aktif dengan rata-rata nilai transaksi mayoritas di angka Rp10.000-Rp500.000. Adapun volume transaksi yang diproses dalam sistem Dana per harinya tembus 1 juta transaksi dengan persentase yang merata datang dari merchant offline dan online.

“Kita enggak liat dari nominal tapi dari jumlah transaksinya, karena itu yang penting. Itulah mengapa kita enggak memperhatikan juga floating money. Sebisa mungkin harus nol karena kita ini kan payment platform, jadi harus sesering mungkin transaksi. Bisnis utama kita bukan di floating dana.”

Vincent juga menegaskan hingga kini sampai beberapa tahun mendatang, perusahaan belum memfokuskan pada strategi monetisasi. Dia beralasan, perusahaan masih fokus bangun infrastruktur, sehingga belum ditemukan skema monetisasi yang pas. Lagipula, pihaknya ingin memastikan Dana bisa dipakai ke seluruh lapisan masyarakat. Strategi monetisasi akan datang ketika saat tersebut sudah tiba.

“Kita sangat menonjolkan kualitas keamanan sistem yang benar-benar sekelas dunia. Segala jaminan transaksi di Dana kita jamin tidak ada dispute. Banyak user yang balik ke Dana secara organik, tanpa ada tarikan dari promosi. Ini penting sekali buat strategi long term,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Vidio Aims for 30 Million Monthly Active Users to Intensify Additional Content

A video streaming app, Vidio, aims for 30 million monthly active users / MAU during this year. The premium based additional content and partnership with telco become the current priorities to acquire new users.

“We’re sure to exceed 30 million this year, because we’ve reached the milestones when Asian Games at 25 million (MAU). The download rate is unstable, but we’re sure to achieve it when we expand to the new content,” Vidio’s CEO, Sutanto Hartono said, Friday (3/22).

Based on Sutanto’s data, Vidio content has been watched for over 2.1 billion with 12.5 billion minutes total duration during last year.

“Our users are organic, not subscribers. This year we’ll add more partnership with telco.”

Vidio’s Deputy CEO, Hermawan Sutanto added, Vidio’s sport content is considered complete than the other video streaming players. From 21 free to air channel, mostly are sports.

“We can get the first position for sports channel because of last year’s events which mostly exclusive. We can grow into 20 million MAU naturally without any partnership with other telco,” he added.

Vidio has three kinds of services for users. First, there are 21 free-to-air local tv channels accessible for users. They also create in-house TV program live to complete the category.

Second, video on demand (VOD) consists of sinetron, films and series, news, sports, entertainment, music, and others. During September 2018 – February 2019, the most played content is sinetron (26.7%), films and series (17.9%), news (10.9%), sports (10.5%), and entertainment (9.6%).

Last, the subscription content (Vidio Premier) consists of international channels, such as sports, live TV, series, and films. It was launched on November 3rd, 2018. Sutanto’s mouth still sealed regarding Vidio Premier’s achievement.

In order to start the monetizing, Vidio starts to invest much for original content production this year. It’s from the collaboration of two production houses, Sinemart and Screen Play Films.

In addition, he also said Vidio is on process to partner with telco for bundling with data plans. This strategy should acquire more subscriber at a time.

Currently, the subscription fees to enjoy all Vidio content costs Rp30 thousand to Rp50 thousand, or Rp10 thousand per day.

“The OTT challenge is to build the habit for subscribing a content, it doesn’t exist. In the developed countries, this habit is getting formed for the OTT players finally provide valuable content. The serial content is intended for those who want to watch in shorter duration.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Vidio Bidik 30 Juta Pengguna Aktif Bulanan, Gencarkan Penambahan Konten

Aplikasi video streaming Vidio menargetkan 30 juta pengguna aktif bulanan (monthly active user / MAU) sepanjang tahun ini. Penambahan konten berbasis premium dan kerja sama dengan operator telekomunikasi menjadi prioritas agar dapat menarik pengguna baru.

“Kami cukup yakin tahun ini bisa tembus di angka 30 juta karena kami sudah sentuh milestone saat Asian Games di angka 25 juta [MAU]. Unduhan aplikasi itu memang naik turun, tapi saat kami mulai ekspansi ke konten-konten baru yakin bisa tembus,” ujar CEO Vidio Sutanto Hartono, Jumat (22/3).

Berdasarkan data yang dipaparkan Sutanto, konten Vidio telah ditonton selama lebih dari 2,1 miliar kali dengan total durasi 12,5 miliar menit sepanjang tahun lalu.

Saat Asian Games 2018 lalu, aplikasi diunduh 60 ribu kali secara rerata tiap harinya.

User kita semua ini hasil dari organik, belum ada yang berbayar. Tahun ini kita mau mulai perbanyak kerja sama dengan telko [operator telekomunikasi -red].”

Deputy CEO Vidio Hermawan Sutanto menambahkan, konten olahraga di Vidio tergolong lengkap dibandingkan pemain video streaming lainnya. Dari 21 tayangan free to air channel, mayoritas adalah tayangan olahraga.

“Kita bisa mendapat posisi pertama untuk tayangan sport karena tahun lalu banyak event-nya dan biasanya ini eksklusif. Kita bisa tumbuh dengan 20 juta MAU itu organik tanpa ada kerja sama tanpa [operator] telko manapun,” kata Hermawan.

Vidio memiliki tiga jenis layanan yang bisa dipilih pengguna. Pertama, ada 21 channel tv lokal free-to-air yang bisa diakses secara gratis oleh pengguna. Vidio juga membuat program TV live secara in house untuk melengkapi kategori.

Kedua, video on demand (VOD) berisi konten sinetron, film dan series, berita, olahraga, entertainment, musik, dan lainnya. Sepanjang September 2018-Februari 2019, konten yang paling banyak ditonton adalah sinetron (26,7%), film dan serial (17,9%), berita (10,9%), olahraga (10,5%), dan hiburan (9,6%).

Terakhir adalah konten berlangganan (bernama Vidio Premier) yang berisi tayangan internasional, baik itu olahraga, live TV, serial, dan film. Layanan ini baru dirilis pada 3 November 2018. Hermawan masih belum mau membeberkan pencapaian Vidio Premier saat ini.

Dalam rangka memulai strategi monetisasi, tahun ini Vidio mulai berinvestasi cukup banyak untuk memproduksi konten serial original. Ini adalah hasil kerja sama dengan dua rumah produksi, yakni Sinemart dan Screen Play Films.

Selain produksi konten original, Hermawan menyebut Vidio tengah memproses kerja sama dengan seluruh operator telekomunikasi untuk bundling dengan paket data. Diharapkan lewat strategi ini dapat menjaring lebih banyak pengguna berbayar secara sekaligus.

Saat ini biaya berlangganan untuk menikmati semua konten di Vidio dibanderol mulai dari Rp30 ribu sampai Rp50 ribu per bulan, atau Rp10 ribu per harinya.

“Tantangan OTT itu adalah membentuk kebiasaan untuk berlangganan setiap menikmati suatu konten, itu yang belum ada. Di negara maju kebiasaan ini mulai terbentuk karena pemain OTT pada akhirnya menyajikan konten yang memberikan value. Konten serial ini kami sengaja sasar untuk menyasar orang yang ingin nonton tapi dengan durasi lebih pendek.”

Application Information Will Show Up Here

BBM Closes Down Headquarters in Singapore and Canada

Creative Media Works (CMW), BBM’s parent company, confirmed the closing of Singapore and Canada’s headquarters as an effort to improve efficiency. Although, the company make sure that the business will run as per usual.

Hermawan Sutanto, BBM’s COO said to DailySocial, the step taken is to affect all employees in Singapore and Canada as layoff. There are 120 employees affected by this.

There’s no plan to cut employees in Jakarta branch. However, based on a trusted source, there will be outsourcing employees to help other platform development in Emtek Group.

BBM is reportedly underachieved the expected growth throughout 2018. The restructuring should reduce the costs for operations, while exploring the right business model for the messaging platform managed by Emtek Group since 2016.

Emtek Group partnership with Blackberry for BBM is worth of $207.5 million (more than 2.7 trillion rupiah at the current rate) within six years – to 2022.

BBM is now positioned as super app with integration of payment (Dana), shopping (Bukalapak), and entertainment platform (Vidio, game, komik).

According to App Annie, BBM is not included in five best app, based on the average of monthly active users, in Social and Communication category throughout 2018.

We didn’t get the latest data of BBM’s active users, both global and in Indonesia. In 2016, when CMW took over BBM, it is said to have 60 million active users in Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here