Laporan DailySocial: eSports di Indonesia

Sudah beberapa tahun permainan video game komputer mulai dikelola sebagai olahraga kompetisi profesional. Beberapa atlet dan klub eSports pun telah muncul di Indonesia, berkompetisi dan berprestasi di tingkat mancanegara. eSports pun adalah salah satu aplikasi yang sangat membutuhkan koneksi Internet yang handal.

DailySocial bekerja sama dengan JakPat mengadakan survei untuk memetakan tanggapan masyarakat Indonesia terhadap fenomena eSports. Survei mendapatkan partisipasi dari 1041 responden dari antara pengguna smartphone se-Indonesia.

Beberapa temuan survei antara lain:

  • Sebanyak 76.55% responden setuju bahwa eSports memang layak diperlakukan sebagai olahraga ketangkasan profesional.
  • Sebanyak 64.55% responden mengaku sering bermain videogame, baik di PC, di TV console, di handheld console, maupun di mobile gadget
  • Sebanyak 53.70% responden pernah menyaksikan pertandingan eSports, baik siaran langsung maupun siaran rekaman.
  • Sebagian besar responden (87.90%) setuju bahwa prestasi atlet-atlet & tim-tim Indonesia di kancah internasional dapat meningkatkan kebanggaan nasional dan mengharumkan nama Indonesia.

Untuk detil laporan yang lebih lengkap, dapatkan laporan eSports in Indonesia Survey 2017 dari DailySocial.id.

Keyboard Mekanik Logitech G Pro Diramu Secara Cermat Untuk Para Atlet eSport

Di bulan Agustus silam, perusahaan spesialis periferal Logitech memperkenalkan G Pro, mouse gaming favorit pemain CS:GO Tyler ‘Skadoodle’ Latham yang mengusung aspek-aspek terbaik dari G100s dan G303. Tapi kehadirannya belum terasa lengkap tanpa dukungan papan ketik, dan belakangan Logitech memang sedang sibuk menggodok keyboard gaming baru.

Dan pada tanggal 7 Maret 2017 kemarin, Logitech mengumumkan anggota baru keluarga G Pro, kali ini sebuah keyboard mekanik yang dipersenjatai switch Romer-G buatan sang produsen sendiri. Seperti varian mouse-nya, papan ketik G Pro tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Logitech dengan para gamer profesional. Kerja sama itu dilakukan demi memastikan device betul-betul memenuhi kebutuhan konsumen.

Logitech G Pro Mechanical Keyboard

Logitech G Pro Mechanical Gaming Keyboard adalah papan ketik tenkeyless dengan desain yang menitikberatkan aspek portabilitas. Absennya tombol numpad membuat ukuran keyboard jadi lebih kecil sehingga ia mudah dibawa-bawa, serta memberikan ruang lebih banyak untuk mouse, sangat cocok buat menemani para gamer dalam turnamen. Keyboard ini mempunyai dimensi 153×34,3×14,19mm dan bobot 980-gram.

Logitech G Pro Mechanical Keyboard 1

Mendukung faktor mobilitas tersebut, keyboard juga memiliki kabel USB yang bisa dilepas. Fitur ini juga meminimalisir peluang kerusakan kabel dan connector akibat tak sengaja tertarik dan terkocok ketika keyboard sedang disimpan dalam tas. Menyempurnaan sisi daya tahannya, Logitech memperkuat tubuh keyboard dengan pelat baja di belakang.

Logitech G Pro Mechanical Keyboard 3

Switch mekanik Romer-G yang menjadi jantung dari kapabilitas keyboard G Pro dijanjikan mampu menyuguhkan keakuratan, kecepatan serta responsitivitas tinggi. Dengan titik ‘actuation‘ pendek di 1,5-milimeter, switch ini dapat membaca input 25 persen lebih cepat dibanding garapan kompetitor, sengaja difokuskan untuk mendongkrak performa gaming. Dan Anda tidak perlu mencemaskan ketangguhannya, tuts di keyboad G Pro bisa menerima input hingga 70 juta kali.

Logitech G Pro Mechanical Keyboard 5

Papan ketik Logitech G Pro juga dibekali pencahayaan RGB dan ditunjang oleh lebih dari 300 profile di Logitech Gaming Software. Artinya, keyboard ini mampu mengenali ratusan game dan bisa menyesuaikan setting dengan judul tersebut. Via aplikasi yang sama, Anda juga dipersilakan mengustomisasi warna LED (ada pilihan 16,8 juta warna) serta mengakses fitur Custom Game Mod – dapat dipakai untuk menonaktifkan tombol Windows dan lain-lain.

Mengingat keyboard Logitech G Pro dirancang untuk para ‘gamer serius’, harganya memang tidak murah. Gaming gear ini dibanderol di kisaran US$ 130, kabarnya akan tersedia di bulan Maret 2017.

Sumber: Logitech.

Gandeng ESL dan DreamHack, Twitter Bakal Suguhkan Live Streaming Turnamen eSport

Semenjak mengakuisisi Periscope, Twitter terkesan jadi lebih berfokus pada live streaming. Tidak ada yang salah dengan hal ini, malahan Twitter bisa menyuguhkan konten yang lebih bervariasi, sekaligus mendapatkan penghasilan ekstra. Tidak lama lagi, variasi konten tersebut bakal semakin diperkaya lagi berkat kemitraan Twitter dengan ESL dan DreamHack.

Sebagai wujud dari kerja sama ini, Twitter akan diberi hak untuk menyiarkan live streaming turnamen-turnamen esport di sepanjang tahun 2017. Setidaknya ada lebih dari 15 event yang bakal disiarkan dari seri ESL One, Intel Extreme Masters (IEM) dan DreamHack, dan semua ini nantinya bisa dinikmati oleh semua pengguna Twitter, baik dari web maupun perangkat mobile.

Selain kompetisi-kompetisi gaming bergengsi tersebut, Twitter rupanya juga akan menyiarkan konten orisinil produksi ESL yang mencakup acara berdurasi 30 menit yang berisikan ulasan maupun adegan-adegan behind-the-scene selama event berlangsung. Tentu saja, konten-konten ini juga bakal disiarkan secara live.

Kerja sama ini menurut saya sama-sama menguntungkannya bagi Twitter maupun ESL. Buat Twitter, mereka bisa menawarkan spotspot iklan yang berujung pada pendapatan ekstra, sedangkan buat ESL, mereka dapat menjangkau lebih banyak penonton berkat user base Twitter yang amat besar.

Turnamen pertama yang akan disiarkan secara langsung oleh Twitter adalah Intel Extreme Masters Katowice, dimulai pada tanggal 4 Maret besok. Live streaming-nya bisa disaksikan secara global melalui aplikasi Twitter, atau dengan mengunjungi situs-situs berikut: esl.twitter.com, iem.twitter.com dan dreamhack.twitter.com.

Sumber: TechCrunch dan PR Newswire.

Blizzard Kembali Undang Para Mahasiswa Untuk Mengikuti Kejuaraan Heroes of the Dorm

Di awal 2015, Tespa dan Blizzard mengumumkan program kejuaraan yang mempertandingkan game Heroes of the Storm dengan hadiah uang kuliah senilai ratusan ribu dolar. Kejuaraan bernama Heroes of the Dorm itu merupakan event eSport pertama yang ditayangkan di channel TV nasional, dan sang developer kabarnya sudah siap melangsungkan acara terbarunya.

Lewat situs resmi, Blizzard Entertainment membuka pendaftaran kejuaraan Heroes of the Dorm 2017. Acara ini dikhususkan bagi para mahasiswa, di sana peserta akan memperebutkan hadiah total sebesar lebih dari US$ 500 ribu – berupa beasiswa dan juga bonus lain. Event kali ini tak lagi disiarkan di ESPN, dan sebagai gantinya, penyelenggara menggandeng Facebook sebagai partner, sehingga event bisa dinikmati lewat Facebook Live.

Gerbang registrasi telah dibuka dari tanggal 25 Januari kemarin, akan berlangsung hingga tanggal 11 Februari nanti. Anda dipersilakan menciptakan tim baru atau bergabung dengan grup yang sudah ada. Syaratnya? Anda harus jadi penduduk legal serta berkuliah di  universitas di kawasan Amerika Serikat atau Kanada sebagai siswa full-time (dua sampai empat tahun). Syarat lain adalah Anda harus berumur 13 tahun atau lebih. Jika kurang, Anda mesti memperoleh persetujuan dari orang tua. Selain itu, tim harus berasal dari satu sekolah.

Kompetisi sendiri akan dimulai tepat pada tanggal 15 Februari 2017, dilangsungkan di empat wilayah, dan berakhir 5 Maret. Match menggunakan mode ‘Custom’ di Tournament Draft, mengadu dua tim dalam pertandingan best of three, kecuali final: mengusung sistem best of five, setidaknya tim memenangkan match tiga kali.

Membahas hadiah lebih detail, Blizzard menyiapkan uang kuliah sebesar US$ 75 ribu selama tiga tahun buat tiap pemenang, dan beasiswa US$ 25 ribu selama satu tahun untuk para pemain cadangan. Masing-masing peserta juga akan mendapatkan PC gaming kustom senilai US$ 1.000, lalu 64 tim terbaik akan memperoleh Battle.net Balance US$ 40. Selain beasiswa, tim jawara berhak membawa pulang gelar Heroes of the Dorm National Champion.

Setelah terseleksi lewat babak kualifikasi dan group stage, ke 64 tim akan dibawa ke sesi bracket play untuk disaring lebih jauh hingga tersisa empat grup. Selanjutnya, mereka diundang buat mengikuti event Heroic Four, berisi dua semifinal dan satu babak final epik. Semua pertandingan ditayangkan secara langsung di Facebook Live.

Heroes of the Storm bisa Anda unduh dan mainkan gratis, tersedia di PC via Battle.net.

PC dan Mobile Pimpin Pertumbuhan Pasar Gaming di 2016

Dalam industri hiburan, gaming ialah segmen yang secara konsisten menunjukkan pertumbuhan. Tiap tahun angkanya terus meningkat, dan 2016 terbukti melampaui pencapaian di 2015. Tak sulit diterka, mobile lagi-lagi menjadi penyumbang terbesar kenaikan tersebut, tapi semakin mainstream-nya eSport ternyata juga berdampak pada pertumbuhan pasar gaming.

Beberapa hari sebelum 2017 tiba, firma riset SuperData memublikasikan ulasan singkat mengenai pasar gaming di 2016. Mereka membukanya dengan satu kalimat: 2016 merupakan tahun terbesar untuk video game, pemasukannya menyentuh US$ 91 miliar. SuperData melihat, aktivitas gaming sudah melewati ‘dinamika gamer‘ tradisional, hal inilah yang membuat brand-brand ternama mulai memerhatikannya.

Superdata 2

Beberapa tahun silam, Anda mungkin pernah mendengar argumen yang menyatakan kegiatan gaming di PC akan tergantikan oleh console dan mobile. Kenyataannya tak seperti itu. PC baik-baik saja, bahkan laporan SuperData memperlihatkan bahwa PC menempati urutan pasar gaming terbesar kedua setelah mobile, masing-masing senilai US$ 34 miliar dan US$ 41 miliar.

Sebagai perbandingan, keuntungan penjualan game di console adalah US$ 6,6 miliar. Pemilik console kini lebih banyak melakukan transaksi digital dibandingkan membeli versi fisik game. Berkat perubahan itu, meningkat pula kesempatan bagi publisher buat mendapatkan lebih banyak keuntungan dari transaksi add-on, expansion pack serta monetisasi micro-transaction.

Superdata 1

Profit dari judul-judul free-to-play memang mendominasi segmen PC, mencapai US$ 18,6 miliar di 2016, dan kontributor terbesarnya adalah para gamer Asia (US$ 12,5 miliar). Judul-judul di sana juga merupakan game familier: League of Legends, Dungeon Fighter Challenge, Crossfire, World of Tanks dan Dota 2. Penjualan permainan ‘premium’ di PC sendiri sama sekali tidak buruk, yaitu US$ 5,4 miliar (coba komparasi dengan total di console), diujungtombaki oleh Overwatch.

Superdata 3

Meskipun jumlahnya terbilang kecil jika dibandingkan dengan kategori lainnya (tepatnya US$ 892 juta), SuperData melihat perusahaan TV, publisher, perusahaan iklan, hingga tim olahraga berbondong-bondong mulai melakukan investasi di ranah eSport: Philadelphia 76ers mengakuisisi Team Dignitas dan Team Apex; Axiomatic sebagai pemilik L.A. Dodgers dan Washington Wizards membeli mayoritas saham Team Liquid; lalu tim-tim sepakbola semisal Paris Saint-Germain, Manchester City, Ajax serta Schalke FC turut mendirikan divisi eSport mereka sendiri.

Menariknya lagi, menurut analisis SuperData, pasar game mobile juga semakin matang, pelan-pelan ‘mulai menyerupai publikasi video game tradisional’. Developer mengeluarkan modal lebih tinggi untuk proses produksi serta marketing.

Sumber: SuperData.

Microsoft Gandeng Intel Untuk Memprakarsai Project Evo, Apa Itu?

Intel serta Microsoft adalah dua nama yang tidak bisa dipisahkan  dari perkembangan teknologi, dan kita telah menyaksikan sendiri pesatnya perubahan dan bagaimana transisi tersebut berkaitan erat dengan perilaku konsumen. Ambil contohnya RealSense. Awalnya teknologi ini dirancang untuk PC, tapi kini ia juga diimplementasikan ke drone agar mereka bisa melihat secara 3D.

Melihat potensi pencapaian besar yang menanti di masa depan, kedua raksasa teknologi itu memutuskan untuk bergandengan tangan. Dalam ajang Windows Hardware Engineering Community di kota Shenzhen, Microsoft mengumumkan program kolaborasi bersama Intel untuk ‘mengawinkan’ inovasi paling esensial di bidang hadware, software dan layanan kedua perusahaan demi menciptakan terobosan-terobosan besar selanjutnya. Prakarsa ini mereka namai Project Evo.

Microsoft dan Intel berharap, dengan melangkah bersama, mereka bisa membuat lompatan di segmen gaming, mixed reality, asisten pribadi digital Cortana dan Windows Hello. Project Evo sendiri merupakan bagian dari upaya Microsoft bersama para partner mengevolusi kapabilitas PC ke tingkatan selanjutnya – dengan sistem keamanan yang lebih canggih, selalu terkoneksi, efisien dalam penggunaan listrik, serta usaha me-mainstream-kan kecerdasan buatan.

Ada empat hal yang jadi target Microsoft dan Intel:

  • Menyempurnakan sistem komunikasi jarak jauh di Cortana sehingga Anda bisa bertanya ataupun memintanya menyanyikan lagu dari seberang ruangan.
  • Melakukan inovasi di ranah eSport, broadcasting, memantapkan dukungan resolusi 4K, HDR, wide color gamut, audio spasial, dan membubuhkan koneksi Bluetooth native di controller Xbox.
  • Menyediakan solusi pengaman untuk memproteksi perangkat dari malware dan ancaman hacking, serta meningkatkan kecanggihan sistem pengesahan biometrik dengan Windows Hello, ditambah dukungan Microsoft Intelligent Security Graph serta analisis dari Intel.
  • Merakyatkan pengalaman mixed reality lewat produk head-mounted display serta PC yang terjangkau, dalam upaya menyatukan konten virtual dengan objek di dunia nyata.

Untuk poin terakhir di atas, Microsoft dan Intel sudah menyusun langkah-langkahnya. Pertama-tama mereka meminta persetujuan pemerintah Tiongkok agar developer dan konsumen di China bisa mulai menggunakan HoloLens di paruh pertama tahun 2017. Kedua perusahaan juga telah membagikan spesifikasi headset mixed reality ke para partner seperti Asus, Dell, HP serta Lenovo.

Project Evo 1

Selanjutnya, ada puluhan ribu app yang siap digunakan (termasuk juga video 360 derajat), lalu headset kabarnya akan tersedia bagi para developer di ajang Game Developers Conference 2017.

Sumber: Blog Windows.

BenQ Luncurkan Monitor Khusus eSport

Pesatnya perkembangan tren esport memaksa produsen untuk mengembangkan perangkat yang sanggup memenuhi tuntutan tinggi para gamer profesional. Belakangan ini Anda bisa menjumpai sejumlah gaming mouse atau keyboard yang dirancang secara spesifik untuk atlet esport. Di saat yang sama, BenQ menilai fokus serupa juga dibutuhkan pada kategori monitor.

Alhasil, lahirlah BenQ ZOWIE XL2450, monitor yang diklaim dirancang secara khusus untuk esport. Fitur utama monitor ini adalah dukungan refresh rate hingga 240 Hz, sangat ideal untuk dipakai bermain game dengan tempo cepat, seperti CS:GO misalnya.

Monitor ini memiliki panel TN 24,5 inci dengan resolusi 1920 x 1080 pixel – sayang bukan 1440p. Spesifikasi lainnya mencakup rasio kontras 1000:1 dan tingkat kecerahan maksimum 400 nit, lebih tinggi dari monitor lain yang menggunakan panel TN.

BenQ Zowie XL2450 datang bersama controller untuk mengatur profil display dengan cepat / BenQ
BenQ Zowie XL2450 datang bersama controller untuk mengatur profil display dengan cepat / BenQ

Fitur pendukung lain yang tersedia meliputi Black eQualizer yang pada dasarnya dapat meningkatkan tingkat kecerahan pada area gelap tanpa membuat area yang sudah terang jadi terlalu silau. Kemudian ada juga opsi untuk meningkatkan kepekatan warna dengan cepat. Semua ini bisa diatur dengan controller eksternal yang termasuk dalam paket penjualan monitor.

Perihal konektivitas, ZOWIE XL2540 mengemas port HDMI, DVI-DL, DisplayPort 1.2, plus tiga port USB. Hal lain yang tak kalah menarik terdapat di sisi kiri dan kanan monitor. BenQ mengklaim komponen ini bisa membantu para gamer jadi lebih fokus dengan apa yang ada di hadapannya.

Sayangnya sejauh ini BenQ belum mengungkapkan informasi soal harga maupun ketersediaannya. Semoga harganya cukup terjangkau, mengingat monitor ini tidak mengemas teknologi Nvidia G-Sync maupun AMD FreeSync yang semakin populer belakangan ini.

Sumber: AnandTech.

Fokus pada eSport, Sliver.tv Berambisi Menjadi Twitch-nya Virtual Reality

Sebelum Justin Kan mendirikan Justin.tv yang kemudian berevolusi menjadi Twitch, tidak pernah terpikirkan kalau menonton orang lain bermain game itu tidak kalah seru dibanding memainkannya sendiri. Sekarang, didukung oleh pesatnya perkembangan tren esport, kegiatan ini sudah menjadi selingan umum buat mayoritas gamer.

Kesuksesan Twitch memicu lahirnya platform baru seperti YouTube Gaming atau yang disisipi elemen interaktif seperti Beam, yang belum lama ini diakuisisi oleh Microsoft. Kini ada pula yang mencoba mengawinkan tren streaming game dengan virtual reality.

Namanya Sliver.tv, dan misi mereka adalah menjadi Twitch-nya virtual reality. Meski sepintas terdengar terlalu ambisius, mereka sudah siap dengan teknologi yang cukup inovatif guna menyulap live stream standar menjadi format 360 derajat yang bisa dinikmati menggunakan VR headset atau perangkat mobile.

Sliver.tv bisa dinikmati langsung di smartphone atau menggunakan Google Cardboard / Engadget
Sliver.tv bisa dinikmati langsung di smartphone atau menggunakan Google Cardboard / Engadget

Secara teknis, apa yang Sliver.tv lakukan adalah memaksimalkan mode spectator yang biasa kita jumpai dalam game seperti CS:GO atau Dota 2. Sliver.tv pada dasarnya akan memanfaatkan ‘kamera-kamera virtual‘ dalam game yang mengambil dari beberapa sudut, lalu menyusunnya menjadi satu video 360 derajat yang immersive.

Untuk sekarang, Sliver.tv masih belum sanggup menyajikan konten VR secara live mengingat proses penyusunan video dan rendering-nya cukup memakan waktu. Namun ke depannya, bukan tidak mungkin hal ini bisa terwujud seiring berkembangnya teknologi.

Sliver.tv sebenarnya bukan satu-satunya yang punya ambisi menjadi Twitch-nya VR, sebab masih ada startup lain seperti VReal. Pun demikian, Sliver.tv bisa dibilang lebih berpotensi karena fokus mereka adalah esport, utamanya CS:GO, Dota 2 dan LoL. Ketiganya merupakan game yang sangat populer, dimana berdasarkan data yang didapat Sliver.tv, mempunyai setidaknya 140 juta penonton.

Saat ini Sliver.tv sudah merilis versi beta dari aplikasi Android dan iOS-nya. Dalam waktu dekat, mereka juga akan meluncurkan aplikasi untuk platform lain yang mencakup Gear VR, Oculus Rift, HTC Vive dan PSVR.

Application Information Will Show Up Here

Sumber: TechCrunch.

Perjalanan Tekken Dari Game Arcade Menjadi eSport

Seri Tekken sangat populer di kawasan Asia. Sudah lama fans menyebutnya sebagai permainan fighting paling teknis, dipuji karena menyajikan gameplay yang detail, solid dan seimbang. Bermula dari arcade lebih dari dua dekade silam, game milik Namco ini sering dipertandingkan di kompetisi-kompetisi bergengsi, dan kini beridiri setara dengan judul-judul eSport lain.

Sejak 2013, Tekken menjadi bagian permanen dari ajang Evo Championship, bahkan jadi game eksklusif di banyak channel-channel eSport. Melegendanya Tekken ialah buah dari kerja keras Katsuhiro Harada, producer, sutradara dan juga pengisi suara karakter permainan. Dan di TGS kemarin, Venture Beat memperoleh kesempatan buat berbincang-bincang langsung dengan Harada dan desainer Michael Murray, membahas mengenai perjalanan panjang Tekken dan statusnya saat ini sebagai judul kompetitif.

Tekken 7 2

Berdasarkan penjelasan sang producer, evolusi Tekken dari arcade ke eSport merupakan hal yang alami. Sejak awal, kreasi timnya itu sangat mendukung acara-acara turnamen, elemen tersebut sudah ada sebelum meroketnya kepopularitasan eSport. Namun dengan naik daunnya ranah kompetitif, terekspos pula banyak selebriti-selebriti online. Lalu tersedianya versi console memudahkan orang mengadakan ajang latihan, kualifikasi hingga turnamen dari jarak jauh.

Pendekatan ini turut diusung dalam judul terbaru permainan mereka, Tekken 7. Game telah didukung fitur online play, sehingga memungkinkan diadakannya kejuaraan arcade di lokasi berbeda, pertama kali tersedia di franchise ini. Kata Murray, mode online juga akan dihadirkan pada versi console Tekken 7, rencananya segera meluncur pada triwulan pertama atau kedua 2017.

Di inkarnasi terkini, struktur Tekken betul-betul ‘eSport ready‘. Harada menggunakan implementasi Rage Art sebagai sampelnya. Fitur ini membuat karakter Anda lebih berbahaya saat health mereka jatuh di bawah level kritis. Rage Art mendongkrak tingkat keampuhan serangan, bisa digunakan dalam beberapa cara, salah satunya ialah mengeluarkan teknik mematikan yang juga mengaktifkan efek sinematik di mana kamera jadi berpindah-pindah. Dengan begini, pertandingan bukan cuma terasa seru bagi pemain, tapi asik untuk ditonton.

Tekken 7 1

Bandai Namco mengungkapkan rasa hutang budi mereka pada arcade dan tidak berniat melupakan jasa platform ini. Harada mengerti rasa frustasi para gamer di luar Jepang yang harus menunggu versi console dirilis untuk bisa menikmati Tekken 7. Namun ia menyampaikan, tanpa meluncurkannya di arcade terlebih dulu, timnya tidak dapat meneruskan seri permainan melewati Tekken 5. Meski begitu ia mengaku, penyesuaikan akan terus dilakukan, dan terlalu fokus ke arcade juga bukanlah keputusan bijaksana.

Dan dalam menyajikan game ke platform berbeda, tantangan terbesar bagi developer ialah menemukan titik keseimbangan. Jika dirancang sebagai permainan arcade, maka durasi, narasi dan momentum harus disajikan lebih cepat; berbeda dari console.

Kabar gembiranya, filosofi desain Tekken pelan-pelan berubah, Namco kini tak lupa fokus pada kualitas dan kuantitas konten demi memuaskan khalayak eSport.

Tekken 7 3

Sony Perkenalkan Dua Gamepad Baru Untuk Pro Gamer di PlayStation 4

Di waktu ke depan, kata eSport akan lebih sering lagi kita dengar. Meski sangat lekat dengan platform PC, ranah gaming kompetitif juga bukanlah hal baru di console. Di sana, game-game ber-genre fighting dan olahraga jadi favorit. Dan demi mendukung pengembangan ekosistemnya, satu console maker raksasa asal Jepang menggandeng dua perusahaan spesialis periferal gaming ternama.

Lewat blog PlayStation, Sony menyingkap dua controller berlisensi resmi khusus para gamer profesional, yaitu Razer Raiju dan Nacon Revolution. Sang produsen tidak sekedar ‘menunjuk’ perangkat yang pas untuk dipasangkan ke PlayStation 4. Proses pengembangannya dilakukan secara kolaboratif oleh Sony dan kedua perusahaan tersebut, di mana mereka mencoba membenamkan elemen DualShock 4 serta memastikan gamepad beroperasi optimal dengan console.

Nacon Revolution

Dengan layout yang mirip, sadar atau tidak, Nacon Revolution terlihat seperti upaya menghadirkan controller Xbox ke PlayStation 4. Para gamer di platform ‘sebelah’ akan segera familier dengan penempatan thumb stick yang menyilang, bahkan wujud grip-nya hampir serupa. Bedanya, Revolution dibekali touchpad di area atas, lalu Nacon turut membubuhkan empat tombol shortcut ekstra.

Nacon Revolution 2

D-pad Revolution mampu membaca delapan arah, lalu stik analognya mempunyai amplitudo 46 derajat, didukung oleh firmware agar menyajikan jangkauan dan keakuratan maksimal saat dipakai dalam permainan-permainan eSport. Nacon tersambung ke PlayStation 4 melalui kabel USB detachable sepanjang 3m, dan ia juga menyimpan kompartemen internal buat menyimpan pemberat – bisa ditambah atau dikurangi sesuai keinginan Anda.

Nacon Revolution 1

Uniknya lagi, Anda dipersilakan mengkonfigurasi gamepad – dari mulai mengubah fungsi tombol sampai mengaktifkan fungsi macro – dapat dilakukan via aplikasi companion di PC.

Razer Raiju

Lewat Raiju, Razer mencoba memanjakan gamer profesional di console PS4. Layout-nya mirip DualShock 4, tapi tubuhnya sedikit lebih tebal dan mengusung desain dramatis. Selain thumb stick dan rangkaian tombol familer, ada akan menemukan tidak kurang dari tiga pasang trigger button – dua di depan dapat dilepas dan satu pasang mirip pelatuk pistol. Cap stick analog juga bisa diganti dengan material karet sehingga cengkraman jari lebih mantap.

Razer Raiju 2

Raiju dilengkapi switch trigger-stop dan mode hair trigger, menjanjikan respons ‘ultra-cepat’. Terdapat control panel build-in di depan gamepad; kemudian Anda dipersilahkan memodifikasi dua profile, mengutak-atik fungsi tombol, serta dibebaskan beralih ke profile lain kapanpun diperlukan. Seperti Nacon Revolution, Raiju memanfaatkan kabel USB detachable sepanjang 3m untuk tersambung ke PlayStation 4.

Razer Raiju 1

Di situs mereka, baik Razer dan Nacon Gaming belum menyingkap rincian fitur dan info harga gamepad Raiju serta Revolution. Pihak Sony sendiri menyebutkan bahwa kedua controller akan mulai dijual pada ‘musim liburan’ tahun ini.