IDN Media Dapatkan Pendanaan Seri C yang Dipimpin EV Growth

IDN Media hari ini (08/1) mengumumkan perolehan pendanaan seri C yang dipimpin oleh EV Growth – perusahaan modal ventura patungan East Ventures, Sinar Mas dan Yahoo! Jepang; dikhususkan untuk pendanaan tahap lanjut. Turut berpartisipasi dalam putaran ini True Digital & Media Platform (bagian dari grup Charoen Pokphand, Thailand) dan LINE Ventures. Tidak diinfokan mengenai nominal dana yang berhasil dibukukan.

Modal tambahan ini akan difokuskan IDN Media untuk mempercepat pertumbuhan platform melalui strategi “nationwide hyperlocal“, memajukan penawaran produk/teknologi, dan mengeksplorasi kemitraan strategis/akuisisi. Soal kemitraan strategis, tahun 2018 IDN Media memberikan pendanaan awal kepada startup Cetaku dan menjalin kolaborasi dengan Rappler Indonesia.

Founder & CEO IDN Media Winston Utomo menyampaikan, pendanaan seri C yang didapat merupakan permulaan untuk memulai visi jangka panjang yang telah dimiliki.

“Pendanaan seri C ini merupakan tonggak penting dalam perjalanan kami. Misi untuk menjadi suara milenial dan gen Z menjadi pekerjaan yang sedang kami jalankan. Kami akan terus bekerja sangat keras untuk menjadi perusahaan yang membawa dampak positif bagi masyarakat,” ujar Winston.

Sementara itu pendiri lainnya yang juga merupakan COO IDN Media, William Utomo, menyampaikan bahwa pertumbuhan bisnis setahun terakhir cukup pesat, didorong oleh tim yang andal.

“Dalam hal bisnis, di 12 bulan terakhir kami telah bekerja sama dengan lebih dari 2000 brand untuk membantu menumbuhkan bisnis mereka dengan menghubungkan dengan audiens kami. Ke depan kami berupaya terus meningkatkan penawaran produk dan teknologi,” sambut William.

Founder IDN Media
Founder IDN Media, Winston dan William Utomo / IDN Media

IDN Media didirikan pada 8 Juni 2014 di Surabaya oleh Utomo bersaudara. Saat ini IDN Media mengoperasikan lima unit bisnis digital yang terdiri dari empat media digital (IDN Times, Popbela, Popmama, dan Yummy) serta tiga bisnis agensi (IDN Creative, IDN Event dan IDN Creator Network).

Managing Partner EV Growth Willson Cuaca menyampaikan, “Saya tahu IDN Media akan menjadi sangat besar sejak hari pertama bertemu dengan Winston dan William. Mereka tidak hanya visioner, tetapi juga sangat kuat dalam pelaksanaan dan operasional. Mereka memiliki basis pengguna besar dan loyal, dan yang terpenting mereka telah menciptakan bisnis yang sehat dan berkelanjutan.”

Kay Lim, Head of LINE Ventures turut menyampaikan sambutannya. Ia mengapresiasi pertumbuhan signifikan IDN Media dalam waktu yang relatif singkat. Ia meyakini, bersama LINE dan mitra lainnya, IDN Media dapat merevolusi industri media dan menjadi media digital terbesar di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Moka Terima Pendanaan Seri B Senilai 355 Miliar Rupiah

Startup SaaS Moka mengumumkan perolehan pendanaan seri B senilai US$24 juta (sekitar Rp355 miliar) yang dipimpin oleh Sequoia Capital India. Investor baru yang bergabung dalam putaran ini ada Softbank Korea, EDBI, dan EV Growth. Investor terdahulu yakni Mandiri Capital, Convergence, dan Fenox turut serta dalam putaran ini.

CEO dan Co-Founder Moka Haryanto Tanjo menuturkan, pendanaan tersebut mayoritas akan diarahkan ke pengembangan produk, seiring fokus Moka yang kini menempatkan diri sebagai platform one-stop-service untuk mitranya. Pasalnya tidak hanya bermain di Point of Sales (POS) saja, Moka telah merambah ke segmen pembayaran dan bantuan modal.

Di segmen pembayaran, Moka telah terintegrasi dengan OVO, TCASH, dan Akulaku. DANA dan Kredivo direncanakan menjadi partner berikutnya. Dengan kerja sama ini, seluruh merchant Moka dapat menerima pembayaran elektronik melalui aplikasi Moka.

Sementara untuk bantuan modal, Moka memiliki unit bisnis terbaru dinamai Moka Capital untuk memberikan kesempatan bagi merchant mendapatkan tambahan modal usaha. Moka Capital bertindak sebagai agregator yang menghubungkan merchant dengan pemain p2p lending yang sudah bermitra, yaitu KoinWorks, Taralite, dan Modalku.

Merchant bisa mengajukan pinjaman langsung dari dasbor dengan nominal pinjaman mulai dari 5 juta hingga 2 miliar Rupiah. Data penting soal kinerja usaha yang tersimpan dalam cloud Moka akan dipakai perusahaan p2p lending untuk mengukur risiko supaya tidak terjadi kredit macet.

“Kita baru memiliki 12 ribu merchant berlangganan di Moka, sementara ada jutaan pelaku usaha yang belum kita jangkau. Untuk short term kita mau fokus ke dalam negeri dulu, mungkin berikutnya ke arah regional bila ada peluang,” terang Haryanto, Rabu (12/9).

Ia melanjutkan, dana segar juga akan dipakai untuk merekrut talenta baru di bidang pemasaran dan teknologi. Saat ini Moka sudah memiliki 400 karyawan, ada kantor pemasaran tersebar di 25 kota, tim teknologi terpusat di Jakarta. Moka juga punya tim kecil untuk data dan teknologi di Singapura.

Perkembangan bisnis Moka

Moka Capital dan perluasan bisnis ke sistem pembayaran, sambung Haryanto, adalah cara Moka dalam menggaet merchant baru tidak hanya untuk skala UKM saja, namun kini sudah menyasar ke enterprise. Semakin tinggi skala bisnis suatu usaha, maka layanannya tentu akan lebih kompleks tidak sesederhana ketika masih jadi UKM.

Menurutnya, akan ada banyak produk yang akan diluncurkan Moka untuk melayani klien korporasi. Kendati demikian, ia enggan membeberkan lebih detail terkait hal tersebut, karena masih dalam tahap pengembangan.

Haryanto memastikan dari sekian banyak pengembangan produk yang sudah ada, tidak akan menggeser bisnis utama Moka sebagai pemain SaaS yang menyediakan mesin POS. Bisnis ini menjadi pintu masuk bagi para merchant sebelum menikmati seluruh pengembangan produk di luar POS.

“Jadi produk yang kita kembangkan itu hanya dikhususkan untuk para merchant yang sudah bergabung.”

Sejak Moka Capital di luncurkan dua bulan lalu, ia mengklaim telah memfasilitasi pinjaman ke 50 merchant tanpa menyebutkan nominal dana yang disalurkan. Moka akan terus menambah mitra p2p lending agar merchant bisa memiliki banyak opsi sebelum mengajukan pinjaman.

Soal kemungkinan Moka membangun badan usaha sendiri untuk Moka Capital, Haryanto menyebutkan untuk waktu dekat kemungkinan belum ada. Namun pada 2-3 tahun mendatang, ia terus membuka opsi apakah Moka Capital akan diseriusi lebih jauh.

“Untuk sekarang belum ke arah mau jadi perusahaan p2p tersendiri karena kita lihat sekarang bisa dilakukan lewat partner. Tapi dalam 2-3 tahun ke depan kami terus buka kemungkinan, apakah nantinya ada potensi yang bisa kita kerjakan di situ.”

Sejak awal berdiri tahun 2014, Moka mengawali bisnisnya dengan menghadirkan aplikasi POS dengan berbagai fitur yang memudahkan pelaku bisnis, meliputi loyalty program, ingredient inventory, serta fitur merchant intelligence yang dapat membantu menganalisis kinerja bisnis.

Moka tidak sendirian dalam menghadirkan layanannya, perusahaan bermitra dengan startup lainnya seperti Sleekr dan Jurnal untuk sistem akuntansi.

Terhitung Moka telah memiliki lebih dari 12 ribu merchant yang kebanyakan bergerak di bisnis kuliner, sisanya layanan jasa, dan ritel. Berhasil memproses lebih dari 100 juta transaksi dengan volume transaksi mencapai US$1 miliar (hampir 15 triliun Rupiah) per tahunnya.

Application Information Will Show Up Here

Grup Konglomerat Sinar Mas Siapkan Perusahaan Investasi Baru Latitude Venture Partners

Salah satu group konglomerat Indonesia Sinar Mas menyiapkan kendaraan baru investasi dalam bentuk Latitude Venture Partners (LVP). Menurut informasi yang dikutip dari Deal Street Asia, dana kelolaan LVP disebut mencapai $200 juta atau mendekati 3 triliun Rupiah.

Kami berbicara dengan Partner LVP YC Ng tentang informasi tersebut. YC sejauh ini tidak mengonfirmasi besaran dana yang dikelolanya.

“Kami tidak dapat berkomentar untuk ukuran dana kami saat ini, tetapi peluang sangat melimpah di Indonesia mengingat tahap awal infrastruktur di semua sektor dan industri. Selain itu, kami berkomitmen untuk menumbuhkan dan mengembangkan sektor-sektor ini dan berkomitmen menyalurkan pemodalan secara tepat,” terang YC.

LVP adalah usaha ketiga Sinar Mas berinvestasi di industri startup, setelah sebelumnya memiliki Sinar Mas Digital Ventures (SMDV) dan terlibat dalam pendirian EV Growth (bersama East Ventures dan Yahoo Japan) untuk berinvestasi di startup tahap lanjut.

LVP mengklaim sebagai perusahaan modal ventura yang tertarik dengan perusahan di sektor industri dan sektor tradisional yang bisa menjadi game changer di industrinya masing-masing. Di dalam tim LVP terdapat Managing Partner Linda Wijaya dan Partner YC Ng.

Menurut informasi yang kami terima, LVP dan SMDV dibuat terpisah karena struktur pendanaan yang berbeda. SMDV lebih bersifat corporate venture capital (CVC) dengan pendanaan sepenuhnya dari Sinar Mas. YC mengonfirmasi bahwa LVP bertindak sebagai venture builder dan venture capital, dengan komposisi 80:20.

Sebagai venture builder, LVP akan bermitra dan berinvestasi ke startup di tahap awal. Sedangkan untuk sisi investasi/VC, LVP mengincar startup di mid-late stage dengan dana yang disediakan per putaran adalah $1-10 juta.

YC menyebutkan fokus investasi LVP adalah startup di sektor healthtech dan fintech. Meskipun mengincar pasar global, LVP memastikan akan memberikan perhatian khusus bagi startup-startup yang fokus utama operasinya di Indonesia.


Amir Karimuddin berkontribusi untuk penulisan artikel ini

Sociolla Receives 169 Billion Rupiah Investment from EV Growth

Sociolla, an e-commerce platform for beauty products, announces investment worth of $12 million (about Rp169 billion) led by EV Growth, istyle Inc. (Japanese beauty platform), and Singapore’s big institution (undisclosed).

EV Growth is a new fund under East Ventures, Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), and Yahoo Japan Digital, focused on Series B funding and higher. This fund is actively operating in the second quarter of 2018.

Willson Cuaca, EV Growth partner, said in the official release that East Ventures has been supporting Sociolla since 2015 through seed funding. They already see its worth and readiness to win the beauty tech category in Indonesia.

“Through the additional funding, we want to tighten Sociolla’s position as the leading beauty tech company in Indonesia including the support of strategic partnership with a global player, istyle,” he said.

Shinichiro Hori, EV Growth partner, added, “From the market’s point of view, we’re optimist the beauty sector will be very promising. Beauty technology has been proved by istyle Japan, and their support will earn big for Sociolla in the future. We’re thrilled about this partnership.”

Investment utilization

Chrisanti Indiana, Sociolla’s Co-Founder, explained company will use fresh funding for the development of a new platform Soco (Sociolla Connect) which just launched earlier this year. It is a digital beauty platform, combined with e-commerce and media.

This platform completes the two existing beauty platform, Sociolla and Beauty Journal (media), using single sign on technology to facilitate users in accessing various contents from Beauty Journal and UGC (User Generated Content).

Therefore, users can manage their purchases in Sociolla and join digital beauty community, get the relevant product recommendations that match their profile and interest.

“Users that already registered in Soco can also contribute as content creators and interact or share with the other fellow beauty enthusiasts,” she said.

She thinks of Soco presence as to complete Sociolla’s mission of helping and building the future of beauty industry using technology.

In addition to Soco, the company will use the fresh funding for marketing plan distributed through Sociolla. The company will partners with global’s most popular beauty brands interested to enter Indonesia’s market.

Currently, there are more than 150 international brands sell its products through Sociolla, also seven brands from Asia and Australia have signed a direct distribution agreement with the company.

The company also partners with one of istyle shareholders and gives access to 14 million beauty product’s reviews from Cosme and Make Up Alley (US’s beauty site). The site has been acquired by istyle last year.

istyle enters Sociolla through Series B funding in January 2017, previously, the company had received Series A funding from Venturra Capital in November 2015.

Cumulatively, Sociolla managed to collect more than 12 million visitors to enter the site last year, it’s about 1 out of 9 women in the target market located in Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Sociolla Peroleh Investasi 169 Miliar Rupiah dari EV Growth

Layanan e-commerce produk kecantikan Sociolla mengumumkan perolehan investasi sebesar $12 juta (sekitar Rp169 miliar) dipimpin oleh EV Growth, platform kecantikan Jepang istyle Inc., dan institusi besar Singapura yang tidak disebutkan identitasnya.

EV Growth adalah sebuah fund baru yang dibentuk East Ventures, Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), dan Yahoo Japan Digital khusus untuk pendanaan Seri B dan lanjutan. Fund ini mulai aktif beroperasi di kuartal kedua tahun 2018.

Partner EV Growth Willson Cuaca dalam keterangan resmi menyebutkan East Ventures telah mendukung Sociolla sejak 2015 melalui seed funding. Pihaknya melihat kemampuan serta kesiapan Sociolla untuk memenangkan kategori beauty tech di Indonesia.

“Melalui pendanaan tambahan ini, kami ingin mengukuhkan posisi Sociolla sebagai leading beauty tech company di Indonesia dan ditambah dengan dukungan kerja sama strategis bersama pemain global istyle,” ujarnya.

Partner EV Growth Shinichiro Hori menambahkan, “Dari sudut pandang peluang pasar, kami percaya sektor kecantikan sangat menjanjikan. Teknologi kecantikan sudah dibuktikan oleh istyle di Jepang dan dukungan mereka akan membuahkan hasil yang besar di masa depan bagi Sociolla. Kami sangat menantikan kerja sama dengan Sociolla.”

Penggunaan dana investasi

Co-Founder Sociolla Chrisanti Indiana menerangkan perusahaan akan menggunakan dana segar tersebut untuk mengembangkan platform terbaru Soco (Sociolla Connect) yang baru diluncurkan pada awal tahun ini. Soco merupakan platform digital kecantikan yang menggabungkan e-commerce dengan media.

Platform ini melengkapi dua platform kecantikan yang sudah ada Sociolla itu sendiri dan Beauty Journal (situs media), dengan memanfaatkan teknologi single sign on sehingga memudahkan user dalam mengakses berbagai konten dari Beauty Journal dan UGC (User Generated Content).

Dengan demikian pengguna dapat mengatur belanjaan mereka di Sociolla dan bergabung dengan digital beauty community, mendapatkan rekomendasi produk yang relevan dengan profil dan minat mereka.

“Pengguna yang sudah memiliki akun di Soco juga dapat berkontribusi sebagai pembuat konten dan berinteraksi atau berbagi dengan sesama pecinta kecantikan lain di Soco,” ujar Chrisanti.

Menurutnya, keberadaaan Soco itu sendiri akan melengkapi misi Sociolla untuk membantu dan membentuk masa depan industri kecantikan lewat teknologi.

Tak hanya untuk Soco, perusahaan juga akan memakai dana segar tersebut untuk biaya pemasaran mereka yang didistribusikan lewat Sociolla. Perusahaan akan bekerja sama dengan merek kecantikan populer dari luar negari yang tertarik untuk masuk ke Indonesia.

Terhitung saat ini di luar lebih dari 150 merek yang telah di jual lewat Sociolla, ada tambahan tujuh merek kecantikan dari Asia dan Australia telah menandatangi perjanjian distribusi secara langsung dengan perusahaan.

Perusahaan juga berkolaborasi dengan salah satu pemegang sahamnya istyle dengan memberikan akses kepada 14 juta ulasan produk kecantikan dari Cosme dan situs kecantikan dari Amerika Serika Make Up Alley. Situs ini sebelumnya sudah diakuisisi oleh istyle pada tahun lalu.

istyle masuk ke Sociolla lewat pendanaan seri B pada Januari 2017, sebelumnya perusahaan mendapat pendanaan seri A dari Venturra Capital pada November 2015.

Secara kumulatif, pada tahun lalu Sociolla berhasil mengumpulkan lebih dari 12 juta pengunjung masuk ke situs Sociolla atau sekitar 1 dari 9 wanita di dalam target market perusahaan ada di Indonesia.

East Ventures, Yahoo Japan Capital, dan SMDV Dirikan EV Growth

Masih rendahnya jumlah startup lokal yang masuk dalam tahapan pendanaan Seri B ke atas menjadi salah satu alasan mengapa East Ventures, SMDV dan Yahoo Japan Capital melakukan kolaborasi dengan mendirikan venture capital bernama EV Growth.

Kepada media hari ini, Managing Partner dan Pendiri East Ventures Willson Cuaca mengungkapkan, dengan hadirnya EV Growth diharapkan startup lokal tidak harus keluar negeri saat melakukan fundraising tahapan B ke atas.

“Saya masih melihat adanya gap untuk startup lokal yang ingin masuk ke tahap pendanaan Seri B dan selanjutnya. Meskipun EV Growth terbuka untuk pasar di Asia Tenggara, namun fokus kami masih di Indonesia.”

Sebelum meluncurkan EV Growth, perwakilan East Ventures, Yahoo Japan Capital dan SMDV sudah melakukan pertemuan sejak bulan September 2017 lalu. Karena adanya kesamaan visi dan misi tersebut, akhirnya pendirian EV Growth diresmikan.

“Yahoo Japan Capital sendiri selama ini kesulitan untuk menemukan startup yang tepat untuk didanai. Sesuai dengan tujuan kami untuk menjalin kemitraan dengan partner lokal, kami memutuskan untuk melakukan kolaborasi dengan East Ventures dan SMDV sesuai dengan track record yang baik selama ini,” kata CEO Yahoo Japan Capital Shinichiro Hori.

Salah satu fokus EV Growth adalah startup yang sudah masuk dalam growth stage dan post-revenue. Pendanaan, networking, dan pengalaman yang telah dimiliki East Ventures, SMDV dan Yahoo Japan, bisa dimanfaatkan startup melalui EV Growth.

“Kami dari Yahoo Japan memiliki pengalaman di bidang layanan internet, C2C marketplace, bank online, layanan kartu kredit hingga mobile payment services. Bukan hanya memberikan pendanaan diharapkan pengalaman tersebut bisa dimanfaatkan oleh startup,” kata Shinichiro.

Implementasi pemberian dana untuk startup

EV Growth akan aktif beroperasi di kuartal kedua tahun 2018 dan menargetkan pengumpulan pendanaan sebesar $150 juta. Saat ini disebut sudah ada komitmen sebesar $100 juta oleh ketiga perusahaan modal ventura.

“Nantinya kita akan melakukan pendekatan yang berbeda dari East Ventures terkait dengan pemilihan hingga pemberian investasi kepada startup. Bukan hanya portofolio dari East Ventures, EV Growth membuka kesempatan untuk semua startup di Indonesia,” kata Wilson.

Di pendanaan tahap pertama, EV Growth diharapkan dapat berinvestasi di startup dengan nilai investasi awal di tiap perusahaan dimulai dari $5 juta. Target yang ingin dicapai adalah pendanaan untuk 20-30 startup.

“Perjanjian dengan pendiri startup nantinya berupa 10 tahun, yaitu 5 tahun pertama pemberian investasi dan 5 tahun terakhir fokus kepada return, menyesuaikan kondisi pasar,” kata Shinichiro.

Fokus EV Growth saat ini adalah mencari startup yang masuk dalam kategori incaran. Disinggung apakah sudah ada bocoran nama-nama startup yang bakal mendapatkan pendanaan, Managing Partner SMDV Roderick Purwana mengungkapkan sudah ada beberapa yang dalam proses eksekusi, namun enggan menyebutkan siapa saja.

“Baik East Ventures, SMDV, dan Yahoo Japan Capital masing-masing memiliki pengalaman dan investasi untuk menambahkan modal startup di Indonesia agar bisa mengembangkan bisnisnya, sesuai dengan tujuan EV Growth,” kata Penasihat Senior SMDV Franky O. Widjaja.