Startup Logistik Fr8Labs Tutup Pendanaan Awal 23 Miliar Rupiah

Startup logistik berbasis di Indonesia dan Singapura, Fr8Labs, menutup putaran pendanaan awal sebesar $1,5 juta (sekitar 23 miliar Rupiah) dari East Ventures, FEBE Ventures, Kaya Founders, Mulia Sky Capital, Seedstars International Ventures, Venturra, dan sejumlah angel investor.

Fr8Labs adalah penyedia jasa freight forwarding (pengangkutan barang/muatan) berbasis AI dengan cakupan di Asia Tenggara. Pendanaan ini akan digunakan untuk mendukung pengembangan produk dan ekspansi pasar Fr8Labs.

“Dukungan ini memungkinkan kami meningkatkan solusi teknologi logistik sehingga dapat memberikan nilai tambah di sepanjang rantai nilai. Solusi kami dirancang khusus dan inovatif agar pelaku bisnis menjadi lebih efisien dan kompetitif. Kami sangat antusias untuk merevolusi cara para freight forwarder beroperasi,” ujar Co-Founder & CEO Fr8Labs Glenn Lai.

Fr8Labs didirikan pada awal 2022 oleh Glenn Lai (eks COO Bizzy Indonesia) dan Felix Lu. Dengan latar belakang keluarga di freight forwarder, Lai menyadari adanya kesenjangan antara perkembangan industri kargo di Asia dengan di AS yang relatif telah terdigitalisasi.

Pasar logistik Asia Tenggara bernilai $389 miliar pada 2022 dengan CAGR 11.8% dalam 5 tahun ke depan berdasarkan studi OECD. Saat ini, Fr8Labs sudah beroperasi dengan pelanggan berbayar di Singapura, Malaysia, Indonesia, Taiwan, dan Australia.

“Penerapan teknologi sangat penting dalam industri logistik karena dapat meningkatkan efisiensi biaya dan produktivitas. Pelaku industri juga masih menghadapi tantangan mengembangkan logistik digital. Solusi teknologi inovatif Fr8Labs hadir untuk mengatasi tantangan yang dihadapi freight forwarder di Asia Tenggara,” kata Managing Partner East Ventures Roderick Purwana.

Digitalisasi jasa muatan

Disampaikan dalam keterangan resminya, freight forwarder punya peran penting dalam memfasilitasi perdagangan global. Menurut laporan DHL, perdagangan intra-Asia menyumbang terbesar dengan 30% dari total volume perdagangan TEU (unit ekuivalen dua puluh kaki) di dunia, dan dua kali lipat ukuran pasar AS. Namun, jasa ini masih beroperasi secara tradisional dan terfragmentasi,.

Adapun, kebanyakan pelaku freight forwarder internasional berskala besar telah terhubung secara digital demi meningkatkan efisiensi hingga ketahanan, yang disebut sebagai faktor penting menghadapi tantangan dan peluang abad ke-21.

Namun, situasi ini berbeda dengan pasar Asia yang didominasi oleh bisnis skala kecil dan menengah (UKM) di mana terdapat kesenjangan teknologi. Selain itu, proses backend secara offline mengakibatkan terjadinya banyak redudansi dan pengeluaran biaya yang dapat dihindari, misalnya denda demurrage. 

Fr8Labs mengembangkan berbagai solusi untuk freight forwarder di Asia, termasuk sistem operasional (OS) berbasis cloud dan bot asisten sebagai co-pilot AI. Solusi ini memungkinkan mereka mendigitalisasi industri kargo dengan menyederhanakan operasi.

Platform Fr8Labs juga memungkinkan pengiriman dan alur kerja secara otomatis, menghasilkan berbagai dokumen lengkap dalam satu langkah, dan mengurangi kesalahan manusia yang dapat menyebabkan keterlambatan seperti kesalahan dalam pengajuan ke pabean.

Fr8Labs akan memperluas pengalaman layanan dengan menawarkan beberapa produk pendukung yang relevan, seperti WMS, perdagangan FX, pembiayaan, asuransi kargo, visibilitas dan manajemen tarif, dan marketplace. Seluruhnya terintegrasi dalam satu platform agar dapat menawarkan pengalaman terpadu dalam satu interface.

ALAMI Kantongi Pendanaan Pra-Seri B, Dipimpin East Ventures

Startup platform p2p lending syariah ALAMI Group mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri B yang dipimpin oleh East Ventures, melalui growth fund. Tidak disebutkan nominal yang diterima perusahaan dalam putaran ini. Sejumlah investor dari putaran sebelumnya turut berpartisipasi, di antaranya AC Ventures, Quona Capital, dan FEBE Ventures.

Terdapat investor baru yang masuk, yakni Capria Ventures, VC berbasis Amerika Serikat. Investasi yang mereka kucurkan ini menandai debut perdananya untuk kawasan Asia Pasifik.

ALAMI akan menggunakan dana segar tersebut untuk memperkuat basis bisnisnya dengan memberikan akses layanan pembiayaan dan keuangan yang lebih baik dan mengikuti prinsip-prinsip Islam di Indonesia. Caranya dengan terus menciptakan teknologi keuangan berbasis syariah kelas dunia.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (10/10), Founder dan CEO ALAMI Group Dima Djani menyampaikan putaran pra-seri B ini menjadi validasi dan dukungan yang kuat dari para investor atas dampak positif yang diciptakan ALAMI di Indonesia. Terdapat potensi jangka panjang yang dilakukan ALAMI Group dengan membuka akses perbankan dan pembiayaan syariah, salah satunya melalui Bank Hijra untuk menghubungkan 230 juta umat Muslim dan UMKM di Indonesia.

“Kami akan berkomitmen dengan terus memberikan lebih banyak energi dan sumber daya ke depannya. Besar keyakinan kami akan potensi pasar yang dapat terlayani oleh produk dan layanan produk-produk kami,” kata Dima.

Managing Partner East Ventures Roderick Purwana turut mengatakan, keuangan syariah adalah salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat dalam industri keuangan dan perbankan. “Kami sangat percaya bahwa keahlian dan integritas yang kuat dari Dima dan tim, dibuktikan melalui pertumbuhan positif perusahaan dan target yang terlampaui, akan terus mengembangkan dan memberdayakan industri perbankan di Indonesia, menggerakkan laju inklusi keuangan menuju keberlanjutan,” ucapnnya.

Dima melanjutkan, UMKM Indonesia telah berangsur-angsur pulih dari pandemi, namun nyatanya masih terdapat kebutuhan pembiayaan dan akses pembiayaan bagi UMKM mencapai $108 miliar. P2P lending menawarkan solusi pinjaman keuangan yang cepat dan mudah sebagai solusi baru.

Pertumbuhan bisnis ALAMI

Sejak didirikan pada 2019, ALAMI telah menyalurkan Rp3,5 triliun dengan NPF sebesar 0% dan Tingkat Keberhasilan Bayar (TKB90) mencapai 100%. ALAMI memiliki lebih dari 111 ribu investor p2p lending yang terlibat pada 10 ribu proyek UMKM, yang berfokus pada pertumbuhan eksponensial bagi UMKM Indonesia.

Kinerja yang ciamik ini diklaim karena didukung oleh rangkaian produk pembiayaan di ALAMI yang mampu menekan laju NPF dan kerja sama dengan BPRS untuk pembiayaan channeling maupun referral.

Kolaborasi antara ALAMI dengan BPRS dapat menjadi peluang bagi BPRS untuk menyalurkan pembiayaan kepada pelaku UMKM ke berbagai sektor dengan metode account receivable (AR) financing, purchase order (PO) Financing, maupun ecosystem financing, tentunya menggunakan akad syariah. Menejkan laju NPF ini adalah salah satu tantangan di BPRS. Berdasarkan data statistik perbankan syariah OJK per Februari 2022, NPF BPRS berada di level 7,27%.

Dari 165 BPRS yang ada di Indonesia, perusahaan sudah bekerja sama dengan 11 BPRS untuk pembiayaan dengan skema channeling dan referral dengan total plafon sebesar Rp108 miliar. Pembiayaan tersebut disalurkan ke berbagai industri, seperti human resources, logistik, healthcare, halal food, dan IT.

ALAMI memiliki beberapa produk pembiayaan, di antaranya Account Receivable (AR) Financing, Account Payable (AP) Financing, dan Ecosystem Financing. Dalam metode AR Financing, pembiayaan ditujukan bagi UMKM yang menyelesaikan proyek/pekerjaan dan telah melakukan penagihan pada pemberi kerja (klien), namun belum dilakukan pembayaran. Melalui produk ini, UMKM tersebut tetap mampu memastikan cash flow dan dapat mengerjakan pekerjaan lainnya tanpa khawatir atas keterlambatan pembayaran.

Sedangkan dalam metode AP Financing, pembiayaan diberikan berdasarkan invoice financing yang diterbitkan oleh supplier kepada penerima pembiayaan. ALAMI juga menyalurkan pembiayaan dengan metode Ecosystem Financing, yaitu pembiayaan berbasis ekosistem kepada anggota dari suatu ekosistem.

Anggota ekosistem merupakan pihak perorangan yang menjalankan aktivitas usaha tertentu untuk kemandirian ekonomi. Proses pengajuan hingga pencairan pembiayaan secara end to end dilakukan melalui platform digital, sehingga proses yang dilalui oleh calon penerima pembiayaan menjadi lebih cepat dan mudah.

Tim ALAMI kini mencapai lebih dari 484 orang yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, juga di luar negeri, seperti Singapura, Inggris, dan Amerika Serikat yang seluruhnya berkebangsaan Indonesia. Pada awal berdiri tim ALAMI diisi oleh 38 orang.

SerMorpheus Raih Pendanaan 37 Miliar Rupiah, Jembatani Brand Lokal Masuk ke Ekosistem Web3

SerMorpheus, platform web3 enabler lokal, mengumumkan pendanaan tahap awal senilai $2,5 juta atau lebih dari 37 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin Intudo Ventures, diikuti oleh 500 Global, Febe Ventures, AlphaLab Capital, BRI Ventures, dan Caballeros Capital.

Dengan putaran pendanaan ini, SerMorpheus akan fokus pada pengembangan infrastruktur teknologi agar dapat menjembatani kesenjangan antara web3 dan kebutuhan merek/konsumen Indonesia; dan merekrut talenta terbaik di semua fungsi.

Diluncurkan pada Januari 2022, SerMorpheus adalah platform yang fokus menjembatani brand dan peritel ke ekonomi digital baru. Perusahaan mengembangkan NFT dan mengelola utilitas yang memungkinkan mereka terhubung langsung dengan pengguna dan komunitas. Serta menciptakan nilai melalui pengalaman belanja yang dipersonalisasi.

Melalui mekanisme onlinetooffline yang disediakan, pemegang NFT bisa menikmati keuntungan secara nyata melalui acara yang diadakan oleh brand dan peritel. Pengguna bisa mengklaim NFT bermerek tertentu untuk mengikuti berbagai aktivitas offline, seperti konser, permutaran film, dan acara lainnya.

Saat ini perusahaan tengah membangun infrastruktur untuk brand dan kreator konten  yang menghubungkan produk dan layanan web3 dengan pengguna web2, menghilangkan hambatan teknis dan mengurangi gesekan.

Co-Founder SerMorpheus Kenneth Tali mengungkapkan, “Kami membayangkan web3 akan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kami di masa depan dan NFT memiliki potensi besar untuk menjangkau audiens yang lebih besar daripada yang dimiliki kripto.”

Ia turut menambahkan bahwa Web3 telah memperoleh daya tarik yang signifikan di Indonesia. “Kami sangat antusias untuk membawa NFT ke pasar massal Indonesia sebagai pintu gerbang ke dunia web3 yang lebih besar.” tegasnya.

“Web3 menjadi wujud iterasi terbaru dari penggunaan internet yang menjanjikan—sebuah dunia di mana pengguna dapat menjadi kreator dan pemilik secara bersamaan. Namun, di antara lima miliar pengguna internet di dunia, hanya sekitar 400 juta orang yang merupakan pengguna kripto, dengan proyeksi miliaran lainnya akan online dalam beberapa tahun ke depan. Karena SerMorpheus melayani Indonesia, apa yang mereka bangun juga merupakan kunci untuk internet yang benar-benar inklusif, di luar Indonesia,” ungkap Managing Partner 500 Global Khailee Ng.

Tentang SerMorpheus

SerMorpheus didirikan oleh Kenneth Tali dan Budi Sukmana. Keduanya sudah cukup aktif di industri blockchain dan aset kripto sejak 2016; serta terlibat sebagai anggota pendiri dan pejabat Jaringan Blockchain Indonesia. Sebelumnya, Kenneth juga pernah mendirikan platform crowdfunding Likuid, yang telah rebranding menjadi ekuid. Saat ini ia menempati posisi komisaris di perusahaan.

Timnya menyadari bahwa ada permintaan cukup besar dari brand dan kreator untuk NFT dan aset digital lainnya, agar bisa terlibat langsung dengan pengguna dan basis penggemar mereka. Selain itu ada kebutuhan akan mitra lokal yang tidak hanya memahami aspek teknis web3, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam terkait preferensi dan kebiasaan konsumen Indonesia.

Salah satu proposisi nilai yang ditawarkan SerMorpheus adalah menghilangkan gesekan onboarding dengan menghubungkan kreator langsung dengan pasar NFT global atas nama mereka sendiri, serta memungkinkan transaksi dilakukan dalam Rupiah (IDR) hanya dengan alamat email dan nomor telepon. Hal ini dilakukan untuk menyederhanakan proses dalam memasuki ekonomi digital baru.

Perusahaan membangun permintaan yang kuat oleh brand untuk terlibat dengan pemirsa Indonesia, SerMorpheus akan mempercepat upaya untuk memasukkan lebih banyak merek ke dalam ekonomi digital baru, termasuk NFT yang menyertai pembelian tiket film, kehadiran acara, dan kampanye aktivasi online-ke-offline lainnya.

SerMorpheus debut dengan proyek penjualan tiket Jazz Goes to Campus (JGTC) bekerja sama dengan Tokocrypto. Dengan tiket berbasis NFT, pengguna bisa menikmati pengalaman yang meneluruh mulai dari sebelum, selama, hingga setelah acara berakhir. Tiket tersebut juga dapat diperdagangkan dengan transparan di pasar sekunder, yang memungkinkan promotor untuk tetap mendapatkan royalti.

Selain itu, beberapa klien yang sudah mempercayai SerMorpheus untuk mengembangkan dan mendistribusikan NFT yang disesuaikan seperti Indonesia Comic Con, klub sepak bola profesional PERSITA Tangerang, festival musik Jogjarockarta, aktris dan penyanyi Indonesia Prilly Latuconsina, serta film yang diproduksi Visinema Pictures Mencuri Raden Saleh.

Rencana ke depan

Saat ini, perusahaan tengah mengembangkan platform untuk kreator, termasuk penciptaan NFT mandiri, yang memungkinkan pengguna untuk mencetak dan mengeluarkan NFT dengan ringkas tanpa memerlukan pengetahuan teknis. SerMorpheus juga berencana menyediakan fitur analisis untuk membantu kreator konten melacak koleksi dan basis pengguna mereka.

Disinggung mengenai proses kurasi, Kenneth menjelaskan dalam wawancara terpisah dengan DailySocial.id bahwa tidak ada kriteria spesifik untuk kreator atau IP yang ingin meluncurkan NFT-nya. Namun, timnya menyaring secara kualitatif dan sangat selektif. “Harus benar-benar serius dan memiliki value,” tegasnya.

Olivier Raussin, Co-founder & Managing Partner Febe Ventures mengungkapkan, “Teknologi blockchain menciptakan cara baru bagi kreator dan brand untuk berinteraksi langsung dengan penggemar dan konsumen mereka, termasuk kasus di dunia nyata seperti menghargai loyalitas pelanggan. SerMorpheus adalah pilihan mitra teknis untuk bisnis Indonesia yang ingin mendorong keterlibatan dalam ekonomi digital baru.”

Di tengah maraknya kiprah NFT di Indonesia, terdapat beberapa platform yang menawarkan layanan serupa. Salah satunya adalah Bolafy yang fokus menawarkan koleksi digital resmi dari kolaborasinya dengan partner di bidang sepak bola lokal. Selain itu juga ada platform marketplace NFT seperti Kolektibel, Artpedia serta Tokomall milik Tokocrypto.

Application Information Will Show Up Here

Startup Pengembang Aplikasi Bukugaji Raih Pendanaan 69,5 Miliar Rupiah

Vara selaku pengembang SaaS untuk pengelolaan sumber daya manusia (SDM) di UMKM hari ini (13/7) mengumumkan perolehan pendanaan awal senilai $4,8 juta atau setara 69,5 miliar Rupiah. Investasi diperoleh dari sejumlah pemodal ventura, meliputi Go-Ventures, RTP Global, Alpha JWC Ventures, Surge dari Sequoia Capital India, FEBE Ventures, dan Taurus Ventures.

Bukugaji adalah aplikasi awal yang mereka kembangkan untuk pasar Indonesia. Di dalamnya meliputi layanan digital untuk daftar kehadiran hingga sistem penggajian. Solusi ini dilatar belakangi proses pengelolaan personalia di kalangan UMKM yang sebagian besar masih manual. Perangkat lunak SDM umumnya juga berharga yang relatif mahal bagi UMKM dan juga memiliki kompleksitas yang tinggi.

Kesulitan yang muncul dari pengelolaan SDM yang sporadis dan analog ini tak jarang mempengaruhi karyawan yang umumnya tidak pernah memiliki akses untuk mendapatkan riwayat pekerjaan formal. Salah satu masalah yang sering muncul adalah sulitnya akses bagi karyawan ini mendapatkan layanan finansial dari lembaga keuangan tradisional seperti bank.

Startup ini didirikan oleh Vidush Mahansaria dan Abhinav Karale sejak November 2020. Mereka juga sempat mengikuti program akselerasi Surge kohort kelima. Selanjutnya dana yang diperoleh akan difokuskan untuk mengembangkan produk dan meningkatkan kapabilitas fitur yang dimiliki Bukugaji. Sejauh ini aplikasi tersebut diklaim sudah digunakan untuk mengelola sekitar 100 ribu staf.

Untuk berbagai skala bisnis, sejauh ini ada berbagai startup yang menggarap layanan SaaS untuk pengelolaan SDM. Di antaranya Pegaw.ai, Catapa, Synergo, KaryaOne, Mekari, dan lain sebagainya.

Masuknya Bukugaji menambah panjang pemain digital di ekosistem yang menggarap segmen UMKM. Sebelumnya cukup ramai kehadiran pengembang aplikasi pencatatan arus kas bagi pelaku bisnis kecil oleh startup seperti BukuKas, BukuWarung, dan beberapa pemain lokal lainnya.

Application Information Will Show Up Here