East Ventures Bukukan Dana 8 Triliun Rupiah, Mayoritas untuk Pendanaan Tahap Lanjut

East Ventures mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $550 juta (8 triliun Rupiah) dari berbagai investor. Tidak dirinci lebih lanjut nama-nama investornya, satu-satunya yang disebut adalah Z Holding Group. Selain itu, didukung oleh para investor sebelumnya dengan tingkat re-up sebesar 120%.

Dalam keterangan resmi, Co-founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menuturkan pihaknya kini telah mengubah diri dari investor tahap awal menjadi investor multi-stage, sekaligus menjadi platform yang efisien dan kuat untuk mendukung kewirausahaan.

Dari keseluruhan total dana yang diperoleh, sebesar $150 juta akan dialokasikan untuk pendanaan tahap awal dan $400 juta untuk pendanaan tahap lanjutan.

“Kami sangat optimis dengan Indonesia, namun tetap memperhatikan kondisi pasar global. Kami telah membangun rekam jejak dengan return yang kuat selama lebih dari satu dekade dan kini flywheel effect dari ekosistem telah dimulai. East Ventures berada di posisi yang tepat untuk menungganginya,” katanya, Selasa (10/5).

Diterangkan lebih jauh, East Ventures telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam portofolionya, dengan lebih dari 200 startup dari tahap awal dan lanjutan. Kemudian, mengelola lebih dari $1 miliar AUM (Asset Under Management) dan mencatat dana lanjutan sebesar $6,7 miliar. Diklaim, perusahaan mencatat lebih dari $86 miliar untuk GMV secara agregat berdasarkan portofolionya.

Managing Partner East Ventures Koh Wai Kit turut menambahkan, “Kami berterima kasih atas dukungan kuat dari sovereign wealth, para investor institusi, perusahaan, family offices, dan berbagai mitra terbatas lainnya secara global. Saat kami melanjutkan perjalanan dari proses pelembagaan, kami akan melakukan yang terbaik untuk mendorong nilai-nilai berarti bagi para mitra kami di ekosistem teknologi Asia Tenggara.”

Salah satu perwakilan investor dari putaran ini, Z Holding Group, turut memberikan sambutannya yang diwakili oleh Shinichiro Hori. Dia bilang, “[..] Sebagai Z Holdings Group, kami merasa terhormat untuk melipatgandakan investasi kami di East Ventures melalui dana terbaru ini. Kami bersemangat untuk terus bekerja sama dalam membangun masa depan ekosistem teknologi Asia Tenggara.”

East Ventures telah meluncurkan berbagai inisiatif strategis dalam mendukung kemajuan dan perkembangan Indonesia secara keseluruhan, termasuk mendukung transformasi digital melalui laporan tahunan East Ventures – Digital Competitiveness Index; dan memastikan investasi dan praktik yang berkelanjutan dengan menjadi venture capital pertama di Indonesia yang menandatangani Principles of Responsible Investment (PRI), jaringan investor yang didukung oleh PBB, serta secara aktif terlibat dalam inisiatif strategis untuk mendukung para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, para pelaku bisnis, dan masyarakat.

Putaran dana ini berlipat ganda lebih besar dari sebelumnya yang diumumkan perusahaan pada awal pandemi, tepatnya Juni 2020. Saat itu, East Ventures bidik fund ke-8 tersebut dapat merengkuh dana sebesar $88 juta dari berbagai LP, di antaranya Pavilion Capital dan Adams Street Partners. Fokusnya adalah menyuntik tambahan modal untuk startup yang muncul pasca-lockdown setelah pandemi Covid-19.

Terapkan Inisiatif ESG

Sebelumnya, perusahaan meluncurkan “Sustainability Report 2022” untuk memaparkan dampak yang berhasil diciptakan -bersama ekosistemnya- dengan melibatkan kerangka kerja dan praktik Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST/ Environmental, Social, and Governance/ESG) dalam mencapai masa depan yang lebih berkelanjutan dan inklusif.

Laporan ini salah satunya berbekal kiprahnya lebih dari satu dekade bekerja sama dengan ratusan pengusaha dalam mencapai perbaikan masyarakat secara keseluruhan.

Managing Partner East Ventures Roderick Purwana menambahkan, dalam mengimplementasikan praktik dan kerangka kerja ESG dalam proses investasinya, pihaknya menyiapkan tim dengan pengalaman global dan regional di multi industri. Di bawah Komite Investasi, kelompok tersebut memperkuat kepemimpinan LST untuk mengawasi kepatuhan, kebijakan, proses investasi, dan standar LST.

Kemudian, mengembangkan Kerangka Kerja Investasi Berkelanjutan (Sustainable Investment Network) untuk mengukur, melacak, dan meningkatkan dampak portofolionya terhadap lingkungan, ekonomi, dan masyarakat. Untuk strategi investasi keberlanjutan, East Ventures menerapkan dua pendekatan – Berbuat Baik dan Menghindari Bahaya (Doing Good and Avoiding Harm).

Berbuat Baik berarti menyediakan dan memungkinkan investasinya tumbuh dalam proposisi pasar yang berkelanjutan untuk mengoptimalkan dampak pada penerima manfaat. Sedangkan, Menghindari Bahaya berarti mengantisipasi dan memitigasi risiko atau potensi dampak sosial dan lingkungan yang merugikan pada praktik bisnis portofolio.

Dia melanjutkan, dalam mengukur dan memantau perbuatan baik dan menghindari bahaya, pihaknya menerapkan pendekatan investasi yang bertanggung jawab dalam proses, standar, dan alat yang digunakan dalam siklus investasi.

“Ada lima fase investasi yang kami rancang: penyaringan, uji tuntas, keputusan investasi, pasca investasi, dan exit. Selain itu, sebagai penandatanganan PRI (Principles for Responsible Investment), East Ventures akan memasukkan keenam prinsip untuk investasi yang bertanggung jawab ke dalam proses investasi dan praktik sehari-hari kami,” ucapnya.

BRI Ventures and Fundnel to Form a 727 Billion Rupiah Fund

BRI Ventures (BVI) and Fundnel Group (Fundnel) signed an agreement to establish a new fund named the Fundnel Secondaries Fund. This managed fund will support the acceleration of startup growth in Southeast Asia, especially Indonesia.

In an official statement, BVI and Fundnel are to collect $50 million or equivalent to Rp727 billion in this managed fund. Meanwhile, the MoU signing between both entities took place on Monday (09/5).

BRI Ventures’ CEO, Nicko Widjaja revealed that the “exit” trend is very difficult to follow these days due to various macro factors. Therefore, BRI Ventures is very enthusiastic about investing in late-stage startups by helping to provide liquidity in the market. “This collaboration will be a refreshing entry point for foreign investors who want to invest heavily in Indonesia’s developing startups,” he said.

Meanwhile, Fundnel’s Co-Founder and CEO, Kelvin Lee said, this collaboration can create access to a global network of investors to invest in high-growth startups in Indonesia. With BVI and Fundnel track records, he believes to be able to form a strong investment deal.

“We are optimistic that we can achieve the desired growth potential, this also marks our commitment to provide access and liquidity to the startup ecosystem in Indonesia,” Kevin said.

In the e-Conomy SEA report by Google, Temasek, and Bain & Company, the value of the digital economy in Indonesia is projected to grow by 18.9% from $44 billion in 2020 to $124 billion in 2025. This growth is also driven by increased penetration of the internet, smartphones, and internet. and telecommunications infrastructure in rural areas.

In fact, the Fund targets a portfolio with high growth through non-traditional investment channels that are considered to be able to support shareholders, both early backers, founders, and employees.

This strategy is also considered to increase the enthusiasm of investors to develop startups. Meanwhile, existing investors can reinvest their capital into new business opportunities.

Expanding liquidity

On a general note, Fundnel Group is the largest alternative asset marketplace in Southeast Asia. In the last three years, the company has managed more than $12 billion in secondary deals (conditions in which an investor buys stock from an seed investor, founder, or employee in a company).

With Fundnel’s license and involvement in the fundraising ecosystem in Southeast Asia, they are in a strong position to open access and exert greater price influence in regionally acquiring unicorn shares.

Along with its mission, Fundnel is exploring tokenization options for Funds on the Hg Exchange (HGX) to provide liquidity for investors. This option can allow new investors to take advantage of the liquidity in HGX as well as invest in high growth companies with a ticket size of at least $10,000.

Through HGX, Fundnel Group can also support tokenization and digital ownership of alternative assets, such as private security, managed funds, and asset-backed security (ABS) as an end-to-end solution to trade them in small quantities at lower prices so that they can accommodate liquidity needs in the private market.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BRI Ventures dan Fundnel Bentuk Dana Kelolaan Bernilai 727 Miliar Rupiah

BRI Ventures (BVI) dan Fundnel Group (Fundnel) menandatangani kesepakatan untuk membentuk dana kelolaan baru, yakni Fundnel Secondaries Fund. Dana kelolaan ini akan mendukung akselerasi pertumbuhan startup di Asia Tenggara, terutama Indonesia.

Dalam keterangan resminya, BVI dan Fundnel menargetkan dapat mengumpulkan investasi sebesar $50 juta atau setara Rp727 miliar pada dana kelolaan ini. Adapun, penandatanganan MoU keduanya dilakukan pada Senin (09/5).

CEO BRI Ventures Nicko Widjaja mengungkap bahwa tren “exit sangat sulit dilakukan akhir-akhir ini dikarenakan berbagai faktor makro. Maka itu, BRI Ventures sangat antusias untuk berinvestasi di startup tahap akhir dengan membantu menyediakan likuiditas di pasar. “Kolaborasi ini akan menjadi entry point yang menarik bagi pemodal asing yang ingin berinvestasi besar ke startup yang tengah berkembang di Indonesia,” tuturnya.

Sementara itu, Co-Founder and CEO Fundnel Kelvin Lee mengatakan, kolaborasi ini dapat membuka akses ke jaringan investor global untuk berinvestasi ke startup yang memiliki pertumbuhan tinggi di Indonesia. Dengan rekam jejak BVI dan Fundnel, pihaknya meyakini dapat mendapatkan kesepakatan investasi yang kuat.

“Kami optimistis dapat mencapai potensi pertumbuhan yang diinginkan, sekaligus ini menandai komitmen kami untuk menyediakan akses dan likuiditas ke ekosistem startup di Indonesia,” ujar Kevin.

Dalam laporan e-Conomy SEA oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, nilai ekonomi digital di Indonesia diproyeksi tumbuh sebesar 18,9% dari $44 miliar di 2020 menjadi $124 miliar di 2025. Pertumbuhan ini turut dipicu oleh meningkatnya penetrasi internet, smartphone, dan infrastruktur telekomunikasi di area rural.

Adapun, Fund membidik portofolio dengan pertumbuhan tinggi melalui jalur investasi non-tradisional yang dinilai dapat mendukung pemegang saham, baik investor awal (early backer), founder, maupun karyawan.

Strategi ini juga dinilai dapat meningkatkan antusiasme para investor untuk mengembangkan startup. Sementara, investor existing dapat menginvestasikan kembali modalnya ke peluang bisnis baru.

Upaya perluas likuiditas

Sebagai informasi, Fundnel Group merupakan marketplace untuk aset alternatif terbesar di Asia Tenggara. Dalam tiga tahun terakhir, Fundnel telah mengelola lebih dari $12 miliar secondary deal (kondisi di mana investor membeli kepemilikan saham dari investor awal, founder, atau karyawan di sebuah perusahaan).

Dengan lisensi yang dimiliki Fundnel dan keterlibatannya terhadap ekosistem penggalangan dana di Asia Tenggara, mereka punya posisi kuat dalam membuka akses dan memberikan pengaruh harga yang lebih besar dalam mengakuisisi saham unicorn secara regional.

Sejalan dengan misinya, Fundnel tengah mengeksplorasi opsi tokenisasi untuk Fund di Hg Exchange (HGX) demi menyediakan likuiditas bagi investor. Opsi ini dapat memungkinkan investor baru untuk memanfaatkan likuiditas di HGX serta berinvestasi di perusahaan dengan pertumbuhan tinggi dengan ticket size minimal $10.000.

Melalui HGX, Fundnel Group juga dapat mendukung tokenisasi dan kepemilikan digital dari aset alternatif, seperti private security, dana kelolaan, dan asset-backed security (ABS) sebagai solusi end-to-end untuk memperdagangkannya dalam jumlah kecil dengan harga lebih murah sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan likuiditas di pasar swasta.

Gobi Partners dan Ozora Yatrapaktaja Luncurkan “Ratu Nusa Fund”, Bidik Startup Indonesia yang Dipimpin Perempuan

Gobi Partners dan Ozora Yatrapaktaja berkolaborasi meluncurkan dana kelolaan “Ratu Nusa Fund” sebesar $10 juta atau sekitar 143,6 miliar Rupiah. Mereka membidik startup tahap awal (seed) hingga pre-seri A yang dipimpin oleh perempuan di Indonesia.

Dalam keterangan resminya, Ratu Nusa Fund akan difokuskan pada investasi startup Indonesia di vertikal healthtech, e-commerce/social commerce, proptech, future of work/education, fintech, dan enterprise/SME tech.

Fokusnya adalah pemberdayaan usaha yang dapat meningkatkan kualitas hidup perempuan di Indonesia. Pihaknya juga membidik startup di kota-kota berkembang di Surabaya, Bali, Denpasar, Nusantara dan Medan yang selama kurang terekspos potensinya oleh para investor.

Co-founder Gobi Partners Thomas G. Tsao mengatakan, Indonesia menjadi pasar yang tepat untuk meningkatkan investasi yang berfokus pada pemberdayaan perempuan, mengingat saat ini terdapat sekitar 30 juta pengusaha perempuan memanfaatkan ekosistem startup yang tengah berkembang pesat.

“Selama ini pengusaha perempuan hanya mendapat porsi kecil dari investasi yang pernah dikucurkan VC, utamanya karena ada bias gender yang mengakar. Kondisi ini membuat ada banyak potensi yang belum digarap. Kami harap Ratu Nusa Fund dapat mengatasi kesenjangan ini,” tuturnya.

Founding Partner Ozora Margaret Srijaya menambahkan, pihaknya tak sabar menemukan startup-startup dengan potensi emas selanjutnya di Indonesia. Ia juga meyakini dana kelolaan ini dapat mendorong skala dampaknya di Indonesia dan pasar lain di kawasan Asia Pasifik.

“Ada banyak startup yang belum dan kurang mendapat dukungan dari VC dalam mendorong pengusaha perempuan dan bisnis berdampak yang melayani 133 juta populasi perempuan di Indonesia,” ucapnya.

Sebagai informasi, Gobi Partners membidik investasi di tahapan early hingga growth dengan fokus pada negara berkembang dan kurang terlayani (underserved). Hingga kini, Gobi telah memiliki 15 dana kelolaan dari 13 negara, berinvestasi di 310 startup di dunia, dengan beberapa portofolio seperti Crowdo, Deliveree, dan DOOgether.

Sementara, Ozora Yatrapaktaja merupakan VC yang memiliki keahlian lokal di Indonesia, jaringan, dan komunitas global dalam mengembangkan pemberdayaan usaha perempuan secara global. Margaret diketahui merupakan Founder dari komunitas online Womenpreneurs.id yang berdiri di 2018 dan Head of VC di BPP HIPMI Indonesia.

Investasi pada pemberdayaan perempuan

Pemberdayaan UMKM dan pengusaha perempuan cukup banyak mendapat sorotan di Indonesia. Tak sedikit pelaku startup yang mengembangkan produk atau layanan digital untuk melayani pengusaha perempuan di Indonesia.

Misalnya, Amartha menyalurkan pinjaman kepada pengusaha perempuan dengan model ‘tanggung renteng’. Ada pula startup baru Amaan yang memposisikan diri sebagai platform beyond financial services untuk melayani pengusaha perempuan.

Namun, ini saja dirasa tak cukup mengingat masih banyak startup yang dipimpin perempuan maupun yang melayani pengusaha perempuan yang belum terekspos oleh jaringan investor, baik dalam maupun luar negeri.

Jika melihat potensinya, data Kementerian Koperasi dan UKM mencatat terdapat lebih dari 50% dari total 64,19 juta UMKM dijalankan oleh perempuan. Sementara, laporan Kauffman Foundation menyebutkan perusahaan teknologi swasta yang dipimpin wanita, terbukti dapat lebih efisien menggunakan modal/investasi, mencapai Return of Investment (ROI) 35% lebih tinggi, dan–apabila didukung oleh VC–dapat mengantongi 12% pendapatan lebih tinggi daripada startup yang dipimpin oleh pria.

Dalam radar kami, ada pula kemitraan dana kelolaan serupa untuk perempuan, yakni YCAB Ventures bersama Moonshot Ventures melalui Indonesia Women Empowerment Fund (IWEF). Mereka punya misi untuk mendorong dampak terhadap pemberdayaan perempuan di industri startup Indonesia.

Dalam perbincangan dengan DailySocial.id, Head of Impact Investments YCAB Ventures Adelle Odelia Tanuri sempat menyebut bahwa IWEF dapat membantu mereka untuk menjangkau lebih banyak UMKM dengan berinvestasi di startup. Dengan begitu, pihaknya dapat mendorong impact lebih luas.

Better Bite Ventures Fokus Danai Startup di Segmen Protein Alternatif, Indonesia Masuk Target Pasar Utama

Dalam pembahasan mengenai degradasi lingkungan, ilmuwan PBB menyatakan bahwa memelihara hewan untuk dimakan adalah salah satu penyebab utama masalah lingkungan yang mendesak di dunia. Setara dengan pemanasan global, degradasi lahan, polusi udara dan air, serta hilangnya keanekaragaman hayati.

Analisis dari Universitas Johns Hopkins menunjukkan bahwa produk protein alternatif dapat menghemat hingga 93% emisi gas rumah kaca, 89% air, dan 98% penggunaan lahan, dibandingkan dengan protein hewani konvensional.

Atas dasar isu dan potensi tersebut, perusahaan modal ventura yang fokus mendukung startup tahap awal Asia Pasifik (APAC) di sektor protein alternatif “Better Bite Ventures” mengumumkan peluncuran dana kelolaan senilai $15 juta. Perusahaan memiliki misi untuk mendukung para pendiri tahap awal mengembangkan alternatif penting ramah iklim untuk protein hewani dalam apa yang digambarkan sebagai ‘pasar makanan terbesar di dunia’.

Perusahaan menargetkan investasi terhadap 20-30 perusahaan di Asia Pasifik. Investasi ini akan fokus menjangkau perusahaan tahap pre-seed dan seed dengan rentang nilai $200-$700 ribu. Dana kelolaan tersebut turut didukung oleh investor impact terkemuka, manajer dana kelolaan  untuk perusahaan tahap lanjut, perusahaan konglomerat, serta pengusaha makanan dan teknologi dari Asia, AS, dan Eropa. LP terbesar datang dari Asia Tenggara.

Better Bite Ventures didirikan oleh Michal Klar dan Simon Newstead, keduanya memiliki latar belakang yang kuat dalam industri protein alternatif dengan pengalaman lebih dari 20 tahun termasuk menjalankan media Future Food Now dan podcast Vegan Startup. Selain itu, mereka juga aktif sebagai angel investor di segmen terkait. Berawal dari kesamaan visi dan misi, mereka memutuskan bahwa sudah saatnya untuk mengambil langkah lebih maju dan fokus membangun ekosistem protein alternatif di Asia Pasifik.

“Kami di sini untuk berinvestasi pada pendiri yang berani membangun unicorn teknologi pangan masa depan Asia,” ujar Michal Klar sebagai General Partner. “Sekarang adalah momentum untuk Asia. Kami percaya perusahaan dengan wawasan lokal akan mengambil peran utama di pasar yang berkembang pesat ini”.

Dalam wawancara singkat bersama tim DailySocial.id, Michal juga mengungkapkan bahwa investasi ini sangat terkait dengan dampak secara keseluruhan, namun juga tetap melihat dari sisi potensi profitabilitas dan pertumbuhannya.

Hingga saat ini, Better Bite Ventures telah berinvestasi di 10 startup regional yang mencakup keseluruhan teknologi protein alternatif, dari pertanian berbasis tanaman hingga solusi rantai pasok. Sejauh ini, dana tersebut telah disalurkan pada para pengembang solusi yang memimpin pasar Green Rebel dari Indonesia.

Fokus di pasar Indonesia

Menurut studi Boston Consulting Group baru-baru ini, pasar protein alternatif global diproyeksikan mencapai lebih dari $290 miliar pada tahun 2035, sekitar 11 persen dari total pasar protein secara keseluruhan, yang dua pertiganya disinyalir adalah kontribusi dari wilayah APAC.

Lembaga nirlaba Good Food Institute menerbitkan data yang menunjukkan bahwa lebih dari $3 miliar telah diinvestasikan ke dalam perusahaan rintisan protein alternatif pada tahun 2020, dengan perusahaan rintisan APAC menyumbang lebih dari $230 juta. Angka 2021 diperkirakan menunjukkan pertumbuhan yang lebih besar lagi.

Melihat angka tersebut, Michal meyakini potensi pertumbuhan di segmen ini ke depannya. Michal juga menyebutkan bahwa jumlah tersebut hanya sebagian kecil dari total potensi keseluruhan. “Pada dasarnya kami percaya bahwa ini adalah saat yang tepat, momentumnya sudah ada, dan Asia akan tumbuh beriringan dengan seluruh dunia. Hal ini membuat kami sangat bersemangat,” ujarnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan salah satu pasar terbesar dan paling menarik di Asia. Selain karena pengalamannya yang pernah lima tahun tinggal di negara ini, co-founder yang lain, Simon, juga merupakan keturunan Indonesia. Maka dari itu, mereka merasa memiliki ikatan personal dengan area ini.

Selain itu, Michal juga mengakui bahwa masyarakat Indonesia, utamanya kaum urban, memiliki pikiran yang sudah sangat terbuka untuk adopsi tren baru. Sepuluh tahun yang lalu, ungkapnya, masih sulit untuk menemukan tempat makan vegetarian di area ini. Sekarang, banyak resto yang sudah menawarkan menu tersebut.

“Saya rasa, perlahan tapi pasti, konsumen semakin berkembang. Menurut saya ada dua hal yang akan jadi penggerak industri di segmen ini. Pertama, konsumen semakin menyadari manfaatnya dari sisi kesehatan personal dan juga potensi sustainability di segmen ini,” ujarnya

Salah satu pionir di segmen protein alternatif di Indonesia adalah Green Rebel. Rintisan karya anak bangsa ini didirikan oleh Max Mandias dan Helga Angelina – pasangan aktivis praktisi pola makan sehat dan ramah lingkungan untuk di Indonesia. Mereka menjadi startup teknologi pangan pertama di Indonesia yang memproduksi daging dan keju nabati “Michal dan Simon percaya pada kami dan potensi kami sejak awal, melalui semua pasang surut” ungkap Helga Angelina, salah satu pendiri Green Rebel.

“Satu hal yang paling penting yang kami lihat pada Green Rebel adalah konsep lokal yang ditawarkan. Di antara sekian banyak restoran yang menawarkan konsep protein alternatif dengan gaya western food, Green Rebel hadir dengan pendekatan yang lebih lokal, menggunakan menu-menu tradisional,” ungkap Michal.

IDN Media Plans to Invest 50 Billion Rupiah for Its Live Streamer Networks Appreciation Program

In order to give appreciation to streamers as well as motivate them to continuously being creative in creating live streaming content, IDN Media launched the IDN Live Streamer Fund program in April 2022. This program will provide capital of IDR 50 billion.

IDN Media‘s Co-Founder & CEO, Winston Utomo revealed to DailySocial, through this program, it is expected that this program will continue the development of live streaming content on IDN Live, both in terms of creators and the creativity of the content. At the same time, participate in building economic creators in Indonesia.

IDN Live is a live streaming platform that complements other existing popular content, such as news articles from media, quizzes, to movies under the auspices of the company.

The IDR 50 billion fund is not limited to anyone and will be distributed to selected streamers who already meet certain criteria. Other benefits are including media coverage, promotional strategies, and paid advertising in the IDN Media ecosystem. In addition, there is also access to use IDN’s professional studios located in Jakarta and Surabaya offices for content creation.

On the business side, creators can also get brand sponsorship opportunities facilitated by ICE (IDN Media’s creator marketing platform). There are also various training and mentoring programs from the IDN Media team and devices to support live streaming sessions, such as cameras, microphones, mixers, etc.

“We are very open to various types of live stream content according to their respective creativity. Starting from lifestyle, travel, culinary, horror, music, K-Pop, and many more. However, there are  community guidelines that must be followed,” Winston said.

Previously, Gojek’s streaming platform also launched the GoPlay Creator Fund for similar purpose. They prepare of Rp15 billion as a monthly bonus for creators who meet the program’s criteria.

Supporting economic creators

It is recorded that the current existence of content creators to influencers is increasingly being used by brands to carry out marketing activities. In order to support these content creators, this program is part of IDN Media’s strategy to support the growth of economic creators in Indonesia.

The existence of streamers and their diverse content is an important part in the development of IDN Live in the future. The IDN Live Streamer Fund program is expected to spur the creativity of streamers, encourage the emergence of new quality streamers, as well as support the content creator industry in Indonesia.

“Through this program, we also expect to continue to develop live streaming content on IDN Live, both in terms of creators and the creativity of the content presented. In addition, we also hope to be able to participate in building the creator economy in Indonesia,” Winston said.

Last February, IDN Media also launched the IDN Creator Network. Which is a marketing agency that aims to connect creators and brands to run campaigns more effectively.

The large number of requests for marketing with storytelling techniques became the first idea for launching the platform, to maximize strategy and deliver brand messages in the right way. In its early days, IDN Creative Network has collaborated with more than 130 top Indonesian influencers.

“At IDN Media, we really believe in the potential of economic creators. If you look at the existing trends, Gen Z is currently dominating the economic creators in Indonesia. That’s why we also want to support the younger generation to be able to work through useful and quality content. One step at a time, for a better Indonesia,” Winston said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

IDN Media Siapkan Dana 50 Miliar Rupiah untuk Program Apresiasi “Live Streamer” di Jaringannya

Bertujuan untuk memberikan apresiasi bagi para streamer sekaligus memotivasi
mereka untuk terus berkreasi dalam membuat konten live streaming, IDN Media meluncurkan program IDN Live Streamer Fund pada April 2022. Program ini akan menyediakan dana Rp50 miliar.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO IDN Media Winston Utomo mengungkapkan, melalui program ini diharapkan bisa terus mengembangkan konten live streaming di IDN Live, baik dari segi kreator maupun kreativitas konten yang dihadirkan. Sekaligus ikut membangun kreator ekonomi di Indonesia.

IDN Live merupakan platform live streaming yang melengkapi sajian konten populer lainnya yang lebih dulu ada, seperti artikel berita dari media-media di bawah naungan perusahaan, kuis, hingga film.

Dana Rp50 miliar yang disiapkan terbuka bagi siapa saja dan akan didistribusikan pada streamer terpilih yang dinilai memenuhi kriteria tertentu. Turut diberikan juga benefit lainnya seperti media coverage, strategi promosi, dan iklan berbayar di ekosistem IDN Media. Selain itu juga akses untuk menggunakan studio profesional IDN yang terletak di kantor Jakarta dan Surabaya untuk pembuatan konten.

Di sisi bisnis, para kreator juga bisa mendapatkan kesempatan brand sponsorship yang difasilitasi oleh ICE (platform creator marketing milik IDN Media). Juga memperoleh beragam program pelatihan dan mentoring dari tim IDN Media dan perangkat untuk mendukung sesi live streaming, seperti kamera, mikrofon, mixer, dll.

“Kami sangat terbuka dengan berbagai jenis konten live stream yang sesuai dengan kreativitas masing-masing. Mulai dari lifestyle, travel, kuliner, horor, musik, K-Pop, dan masih banyak lagi. Namun tentu tetap ada community guideline yang harus diikuti,” kata Winston.

Sebelumnya platform streaming milik Gojek juga meluncurkan GoPlay Creator Fund untuk tujuan yang sama. Mereka menyiapkan data Rp15 miliar sebagai bonus bulanan bagi kreator yang memenuhi kriteria program tersebut.

Dukung kreator ekonomi

Tercatat saat ini keberadaan konten kreator hingga influencer semakin banyak dimanfaatkan oleh brand untuk melakukan kegiatan pemasaran. Untuk mendukung para konten kreator tersebut, program ini menjadi bagian dari rencana IDN Media untuk mendukung pertumbuhan kreator ekonomi di Indonesia.

Keberadaan para streamer dan konten mereka yang beragam menjadi bagian penting dalam perkembangan IDN Live ke depannya. Program IDN Live Streamer Fund diharapkan bisa memacu kreativitas para streamer, mendorong munculnya streamer baru yang berkualitas, sekaligus mendukung industri content creator di Indonesia.

“Melalui program ini, tentu kami berharap bisa terus mengembangkan konten live streaming di IDN Live, baik dari segi kreator maupun kreativitas konten yang dihadirkan. Selain itu, kami juga berharap bisa ikut membangun kreator ekonomi di Indonesia,” kata Winston.

Bulan Februari lalu IDN Media juga telah meluncurkan IDN Creator Network. Yang merupakan sebuah agensi pemasaran yang bertujuan untuk menghubungkan kreator dan brand agar bisa menjalankan kampanye secara lebih efektif.

Banyaknya permintaan mengenai pemasaran dengan teknik storytelling menjadi ide awal peluncuran platform tersebut, untuk memaksimalkan strategi dan penyampaian brand message dengan cara yang tepat. Di awal debutnya, IDN Creative Network tercatat telah menggandeng lebih dari 130 top influencer Indonesia.

“Kami di IDN Media sangat percaya dengan potensi dari kreator ekonomi. Jika melihat dari tren yang ada, saat ini Gen Z juga sangat mendominasi kreator ekonomi di Indonesia. Karena itu kita juga mau mendukung generasi muda untuk bisa berkarya melalui konten yang bermanfaat dan berkualitas. One step at at time, for a better Indonesia,” kata Winston.

**
Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.

Application Information Will Show Up Here

“Indonesia Impact Fund” Debut, Beri Pendanaan ke Cakap

Setelah menerima pendanaan tahapan seri B tahun 2021 lalu senilai $10 juta (lebih dari Rp140 miliar Rupiah), platform edutech Cakap kembali mengantongi pendanaan tahapan lanjutan dari Indonesia Impact Fund (IIF). IIF resmi mengumumkan penutupan pertama untuk dana kelolaannya yang telah berlangsung di awal kuartal keempat 2021.

Tidak disebutkan lebih lanjut berapa nilai investasi yang diterima oleh Cakap kali ini. Dana segar ini selanjutnya akan dimanfaatkan oleh Cakap untuk memperkuat tujuan ekspansi perusahaan dalam upaya meningkatkan akses terhadap pendidikan berkualitas tinggi di tanah air secara menyeluruh, terutama wilayah di luar kota-kota besar.

“Kami bangga menyambut investasi dan kerja sama baru dengan Indonesia Impact Fund bersama Mandiri Capital Indonesia dan UNDP,” kata Co-founder & CEO Cakap Tomy Yunus.

Dana kelolaan berbasis nilai ESG

Dikelola oleh Mandiri Capital Indonesia, IIF merupakan dana kelolaan social impact swasta pertama di Indonesia yang berbasis pada nilai ESG (Environmental, Social, and Governance) dengan tujuan menciptakan kerja sama antar sektor publik dan swasta di dalam industri modal ventura. Dana kelolaan ini diikuti oleh sejumlah family offices, institusi swasta, serta bekerja sama dengan UNDP (United Nations Development Programme) dalam implementasi dan pengukuran dampak yang tepat dengan portofolio perusahaan.

“Kami percaya dengan inisiatif baru ini, IIF akan berperan sebagai katalisator di industri modal ventura dan pengelola pendanaan di Indonesia terhadap dampak sosial dan investasi berkelanjutan. IIF tidak hanya akan membawa keuntungan finansial namun juga menciptakan dampak pada masyarakat Indonesia secara keseluruhan,” ungkap CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro.

Mandiri Capital telah menunjuk Joshua Agusta, Direktur Pendanaan Ventura, untuk menjadi Fund Manager dan Partner di IIF. Pendanaan pertamanya dijalankan bersama Cakap, salah satu platform edukasi teknologi nonformal terbesar di Indonesia.

“Edukasi nonformal merupakan pasar dengan potensi besar yang belum sepenuhnya tergarap di Indonesia. Kami percaya dengan berinvestasi kepada perusahaan seperti Cakap, pendanaan kami akan berkontribusi menjembatani kesenjangan masyarakat Indonesia dalam kemampuan berbahasa asing dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara jangka panjang,” kata Joshua.

Menambah layanan dan fitur

Cakap mengembangkan aplikasi pembelajaran online dengan interaksi dua arah antara siswa dan guru melalui panggilan video dan percakapan teks. Konsep ini memungkinkan interaksi pembelajaran dua arah untuk pembelajaran life skill di seluruh Asia Pasifik. ​

Akhir tahun 2021 lalu Cakap telah meluncurkan Teacher Academy. Layanan tersebut berisi program pelatihan mengajar melalui platform online, dimulai untuk guru bahasa Inggris. Di dalamnya merangkum teknik mengajar komunikatif dan pemanfaatan teknologi. Solusi pembelajaran yang disediakan oleh Cakap memungkinkan personalisasi.

Selain layanan pembelajaran yang sudah ada, Cakap UpSkill juga diklaim mendapatkan respons baik dari masyarakat untuk mengurangi gap of competency di angkatan kerja Indonesia. Tercatat sudah lebih dari 100 ribu alumni dihasilkan dari program pelatihan yang menyasar beragam profesi mulai dari digital marketer, engineers, SMEs owner, sampai tenaga pariwisata.

“Kami masih akan fokus untuk memberikan dampak sosial bagi masyarakat di Indonesia lewat solusi-solusi yang sudah luncurkan sebelumnya, mulai dari pembelajaran bahasa lewat Cakap Language, peningkatan kemampuan di bidang vokasi lewat Cakap UpSkill, maupun program pemberdayaan pengajar lewat Cakap Teacher Academy,” kata Tomy.

Application Information Will Show Up Here

Luno Kenalkan Unit Ventura yang Fokus Mendanai Proyek Kripto dan Web3

Bertujuan untuk memberikan investasi kepada startup yang fokus kepada fintech, kripto, dan Web3, Luno anak perusahaan Digital Currency Group mengumumkan peluncuran Luno Expeditions.

Luno Expeditions merupakan unit investasi (corporate venture capital) global khusus bagi startup tahap pendanaan awal. Lebih luas, dana kelolaannya akan menyasar pengembang layanan finansial, metaverse, infrastruktur blockchain, dan Web3.

Seperti diketahui, Luno sendiri merupakan salah satu pemain kripto di Indonesia. Mereka sudah memiliki perusahaan lokal di Indonesia yang terdaftar di Bappebti. Sejumlah agenda strategis juga sudah dilakukan, salah satunya mereka kolaborasi dengan Lippo Group akan segera bangun joint venture garap bisnis di seputar aset kripto.

CEO Luno Expeditions Jocelyn Cheng, dilansir dari Tech Crunch, mengatakan bahwa unit ventura ini akan menjadi ujung tombak proyek baru. Cheng sebelumnya telah berinvestasi di pendiri startup global selama enam tahun terakhir sebagai direktur pelaksana di Global Innovation Fund, yang merupakan impact investment.

“Saya senang bisa bergabung dengan Luno Expeditions. Saat ini merupakan momentum yang sangat menarik untuk terjun ke sektor kripto dan ekosistem fintech yang lebih luas. Kami memiliki rencana ambisius untuk membangun modal ventura yang dirancang sesuai dengan kebutuhan para pendiri startup. Merupakan sebuah kehormatan tersendiri untuk bisa bekerja dengan para pengusaha berdedikasi dari seluruh dunia, yang memiliki kesamaan visi untuk memecahkan masalah dan membangun perusahaan jasa keuangan yang lebih baik.”

Tim Luno Expedition lainnya di antaranya adalah Mira Christanto (Director of Investments) Aditi Khimasia (Head of Legal), Katharine Suy (Chief Marketing Officer), dan Margaux Dutertre (Investment Analyst). Sebagian besar dari mereka sudah familiar dengan layanan fintech dan telah terjun ke industri kripto.

Tim Luno Expeditions akan berfokus meningkatkan jumlah investasi (dengan target 200-300 investasi per tahun) dan memperluas portofolionya di luar kripto hingga ke bidang fintech yang lebih luas.

Hari ini, inisiatif serupa juga diluncurkan oleh Indogen Capital, Finch Capital, dan Tokocrypto dengan membentuk Cydonia Fund. Dana kelolaan ini akan fokus ke ekosistem Web3 lokal yang dinilai akan menjadi sesuatu yang signifikan di kemudian hari. Mereka menargetkan hingga 40 startup untuk didanai.

Indogen, Finch Capital, dan Tokocrypto Kolaborasi Bentuk “Cydonia Fund” untuk Ekosistem Web3

Indogen Capital dan Finch Capital meresmikan kendaraan investasi baru “Cydonia Fund” menggandeng Tokocrypto, fokus mendanai ekosistem Web3 di Indonesia. Sebagai Web3 fund dengan mandat global pertama di Indonesia, Cydonia akan berinvestasi dalam pengembangan ekosistem Web3 berskala global dan menjadi enabler bagi para pelaku industri.

Langkah strategis ini sejalan dengan visi Tokocrypto untuk terus menjadi builder sekaligus leader di ekosistem kripto, blockchain, dan Web3 di tanah air, selaligus membawa Indonesia menjadi barometer di kancah global.

Dalam konferensi pers yang diadakan di T-Hub Tokocrypto di area Patal Senayan (17/3), CSO Tokocrypto Chung Ying Lai juga mengungkapkan, “Tokocrypto dan Cydonia Fund diharapkan bisa menjadi support system terbaik untuk membawa ekosistem Web3 di Indonesia naik tingkat di kancah global.

“Dengan perkembangan ekosistem aset digital, investasi kini tidak hanya berbentuk equity shares, namun juga bisa berbentuk token atau coin. Sebagai modal ventura, kami memiliki investment tesis sendiri. Inilah mengapa kami membentuk satu fund baru khusus melakukan investasi ke perusahaan dalam bentuk token atau coin,” ujar Managing Partner Indogen Capital Chandra Firmanto.

Managing Partner Finch Asia Hans De Back melihat seiring dengan semakin maraknya adopsi aset kripto secara global, banyak perusahaan modal ventura baru yang berfokus pada investasi di aset digital bermunculan. Namun masih sedikit sekali perusahaan modal ventura yang memiliki hubungan strategis dengan platform perdagangan aset kripto berskala besar sebagai domain expert.

“Berkaca pada kolaborasi antara FTX, Solana Ventures, dan Lightspeed Venture Partners di Amerika Serikat pada penghujung tahun 2021, kami yakin merupakan langkah yang tepat bagi Cydonia Fund untuk turut bermitra dengan platform kenamaan serupa, dan kami sangat senang telah menemukan sosok mitra tersebut di jajaran eksekutif Tokocrypto,” tambahnya.

Disinggung mengenai nilai dana kelolaan yang akan disalurkan, baik pihak Indogen maupun Finch belum berani buka suara. Namun, Hans sempat mengutarakan bahwa jumlahnya cukup signifikan, “Cukup untuk menyokong 40-50 portfolio perusahaan,” bebernya.

Terkait sumber dana, Chandra juga membocorkan bahwa terdapat sekitar 20 LP yang siap mendukung setiap inisiatif yang akan dilancarkan oleh Cydonia. “Selengkapnya akan dikabarkan lagi paling lambat di bulan Juni 2022,” papar Chandra.

Indogen Capital sebagai modal ventura telah berpengalaman sejak 2016. Saat ini menjalankan 2 fund dengan 25 portofolio kelolaan, 2 unicorns, dan 5 exits. Sementara, Finch Asia adalah perusahaan modal ventura dengan rekam jejak fintech yang sudah aktif berinvestasi di Asia sejak 2014 dengan Indonesia sebagai fokus pasar. Sebelumnya Finch juga merilis dana kelolaan Arise Fund bersama MDI Ventures.

Ekosistem Web3 di Indonesia

Mengutip sejumlah sumber, Web3 memungkinkan pengguna dan mesin dapat berinteraksi dengan data, nilai, dan rekanan lainnya melalui substrat jaringan bersifat peer-to-peer. Dengan begitu, interaksi tidak lagi memerlukan pihak ketiga. Web3 memungkinkan pengguna mengontrol data mereka sendiri. Mereka akan berpindah dari media sosial ke email atau belanja dengan satu akun dipersonalisasi, membuat catatan di blockchain dari seluruh aktivitas.

Dengan adanya desentralisasi, nyatanya pengaruh Web3 terhadap perkembangan ekosistem aset kripto cukup besar. Mengingat bahwa desentralisasi kemungkinan akan menjadi salah satu bagian utama dari internet konsep baru ini, dapat disimpulkan bahwa aset kripto dan blockchain juga akan memainkan peran penting yang juga sama besarnya.

Di Indonesia sendiri, web3 tengah menjadi primadona di industri digital. Konsep desentralisasi ini bukan hanya merambah sektor finansial, namun juga semakin luas menjangkau industri seni dan musik. Beberapa proyek Web3 yang sudah diluncurkan tahun ini termasuk Superlative Secret Society yang belum lama ini meluncurkan galeri NFT pertama Indonesia. Selain itu juga ada Netra, platform NFT musik berbagi royalti untuk musisi dan para penikmat musik.

Namun, satu hal yang masih menjadi tantangan terbesar dalam industri Web3 adalah literasi. Layaknya masa awal pengembangan Web1 dan Web2, masyarakat tidak serta merta mengerti konsep dan utilitas dari fenomena baru yang terjadi. Maka dari itu, edukasi terhadap para stakeholder harusnya masih menjadi prioritas dalam pengembangan ekosistem web3 di tanah air.