Induk Volta Umumkan Pendanaan dari Lengan Ventura Terafiliasi LG dan Perusahaan Otomotif Tiongkok

PT Energi Selalu Baru (ESB) atau dikenal sebagai induk perusahaan di balik produsen motor listrik Volta sekaligus anak perusahaan dari PT NFC Indonesia Tbk (IDX: NFCX), berhasil meraih pendanaan strategis dari LX Ventures dan SAIC Capital dalam putaran pra-seri A.

Investasi ini diharapkan dapat memperkuat pengembangan infrastruktur dan ekspansi pasar ESB, sejalan dengan visi bersama untuk masa depan yang berkelanjutan.

LX Ventures merupakan corporate VC dari LX Group yang terafiliasi perusahaan elektronik raksasa LG. Mandatnya fokus pada kemajuan dalam energi terbarukan, automasi manufaktur dan logistik, bahan ramah lingkungan, dan teknologi semikonduktor.

“Kami sangat antusias mendukung ESB dalam misinya untuk merevolusi pasar kendaraan listrik. Investasi kami sejalan dengan komitmen kami untuk membangun masa depan yang berkelanjutan melalui energi terbarukan, daur ulang sumber daya, dan teknologi pangan,” ujar Direktur Investasi LX Ventures Wanjoong Jun.

Sementara SAIC Capital, lengan investasi raksasa otomotif asal Tiongkok “SAIC”, berfokus pada inovasi di industri otomotif dan teknologi masa depan seperti kendaraan otonom dan energi baru (listrik dan hidrogen). Memanfaatkan keahlian dan sumber daya SAIC di industri otomotif, ESB siap menghadirkan solusi mobilitas yang berkelanjutan dan berteknologi canggih.

Pendanaan sebelumnya

ESB sebelumnya telah mendapatkan dana dari Rigel Capital dan Twin Towers Ventures, yang menjadi tonggak penting dalam perjalanan pertumbuhan mereka.

Dana segar yang didapat akan dimanfaatkan untuk mempercepat pengembangan produk, memperluas jangkauan pasar, dan meningkatkan kemampuan teknologi ESB. Rencananya, ESB akan memanfaatkan investasi ini untuk mengembangkan armada motor listrik Volta, memperluas infrastruktur pertukaran baterai, dan mengeksplorasi solusi inovatif dalam teknologi kendaraan listrik.

Kerja sama ini menegaskan komitmen LX Ventures dan SAIC Capital dalam mendukung ide-ide inovatif yang mendorong ekonomi berkelanjutan.

Direktur NFCX Okie Octavia Kurniawan mengatakan, “Investasi dari LX Ventures dan SAIC Capital adalah perubahan besar bagi kami. Ini akan secara signifikan mempercepat upaya kami dalam memperluas armada kendaraan listrik dan infrastruktur pertukaran baterai. Dengan dukungan mereka, kami siap memberikan solusi mobilitas yang lebih inovatif dan berkelanjutan kepada pelanggan kami, memperkuat komitmen kami untuk mengubah lanskap kendaraan listrik.”

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Dagangan Dapat Pendanaan dari Kejora-SBI Orbit Fund

Startup rural commerce Dagangan baru mendapatkan pendanaan tambahan dari Kejora-SBI Orbit Fund. Hal ini seperti yang disampaikan Billy Boen selaku salah satu Partner Kejora Capital. Turut disampaikan dalam pernyataannya bahwa ini adalah portofolio ke-10 sekaligus terakhir dari dana kelolaan tersebut.

Sejak diresmikan pada Juni 2020, Orbit Fund yang merupakan joint venture Kejora Capital dan SBI Holdings, telah berinvestasi ke sejumlah startup Indonesia, termasuk platform point of sales Olsera dan pengembang infrastruktur baterai motor listrik SWAP.

Setelah Orbit Fund tidak lagi berlanjut, menurut informasi yang kami dapat, tim Kejora akan memfokuskan dana kelolaan bersama SBI ke Maven Asia Capital. Selain SBI, dana kelolaan yang akan segera ditutup untuk tahap pertamanya ini turut didukung LP individu ternama seperti Toto Sugiri, Andy Zain, Dharsono Hartono, dan sejumlah lainnya. Dikabarkan mereka menargetkan dana $150 juta untuk diinvestasikan ke startup early dan growth stage.

Pendanaan Dagangan

Saat ini Dagangan memang tengah menggalang pendanaan lanjutan setelah sebelumnya menutup putaran pra-seri B didukung BPTN Syariah Ventura dan Monk’s Hill Ventures senilai $6,6 juta.

Dikonfirmasi terpisah, Co-Founder & CEO Dagangan Ryan Manafe menyampaikan bahwa pendanaan dari Orbit Fund ini masih di putaran yang sama dengan perolehan terakhir dari W Inc, pemodal asal Jepang.

Sebagai rural commerce, Dagangan berfokus melayani pengguna di kota tier-3 dan 4. Dagangan menyuplai berbagai bahan jualan untuk ritel kecil-menengah. Baru fokus di pulau Jawa, Dagangan saat ini telah melayani 75 ribu+ warung/toko dengan 5 ribu+ SKU produk.

Menawarkan supply-chain yang lebih efisien, Dagangan mengklaim harga jual mereka 20% lebih rendah dan menghasilkan revenue 2x lipat bagi para peritel.

Dengan model operasional berupa hub & spoke untuk last-mile delivery melalui 50+ micro-hub di lokasi strategis, Dagangan mengklaim berbeda dengan startup social commerce pada umumnya. Diketahui sejumlah pemain serupa saat ini kesulitan (bahkan tidak lagi beroperasi), termasuk di antaranya Ula dan RateS.

Application Information Will Show Up Here

Superbank Dapat Tambahan Investasi Rp1,2 Triliun dari Grab, Singtel, dan KakaoBank

Perusahaan pengembang layanan bank digital Superbank hari ini (03/7) mengumumkan tambahan investasi Rp1,2 triliun dari para pemegang saham sebelumnya, yakni Grab, Singtel, dan KakaoBank. Dana segar akan dimanfaatkan untuk mendukung upaya peningkatan layanan dan inovasi produk para nasabahnya.

Investasi ini sekaligus dinilai menegaskan keyakinan dan dukungan pemegang saham terhadap visi dan potensi Superbank.

Sebelum putaran investasi baru ini, EMTEK masih menjadi pemegang saham dengan persentase tertinggi, diikuti oleh Grab, Singtel, dan KakaoBank. Grab sendiri menggunakan PT Kudo Teknologi Indonesia (Kudo) sebagai kendaraan investasinya – seperti diketahui Kudo diakuisisi Grab sejak 2017 lalu.

Jajaran pemegang saham Superbank sebelum investasi baru ini / Superbank
Jajaran pemegang saham Superbank sebelum investasi baru ini / Superbank

“Kami sangat mengapresiasi kepercayaan para pemegang saham dalam mendukung upaya kami untuk terus membuat produk dan layanan perbankan digital yang inovatif dan relevan,” ujar Presiden Direktur Superbank Tigor M. Siahaan.

Ia melanjutkan, “Dukungan berkelanjutan dari Grab, Singtel, dan KakaoBank tidak hanya berupa investasi, tetapi juga teknologi terdepan, wawasan, dan aset jaringan untuk mempercepat pertumbuhan kami. Tambahan investasi ini akan memperkuat kami dalam memperluas layanan finansial inklusif dan pembiayaan yang mudah diakses oleh lebih banyak nasabah ritel dan UMKM underbanked di Indonesia.”

Superbank sebelumnya dikenal sebagai PT Bank Fama International. Berdiri di Bandung pada tahun 1993, Superbank memasuki era baru ketika menjadi bagian dari Emtek Group pada akhir 2021, diikuti oleh Grab dan Singtel pada awal 2022, dan KakaoBank pada tahun 2023 sebagai bagian dari konsorsium. Superbank memiliki misi untuk memperluas akses kredit bagi nasabah ritel dan UMKM, memberdayakan mereka dengan solusi inovatif, serta mengembangkan kolaborasi melalui salah satu ekosistem terluas di industri.

Pada Juni 2024 lalu, Superbank baru resmikan kerja sama strategis bersama Grab lewat layanan Banking as a Services. Pengguna dan mitra kini dapat membuka rekening, menabung, dan bertransaksi langsung dari aplikasi Grab. Selain fitur perbankan dasar, Superbank juga menawarkan Pinjaman Atur Sendiri (PAS) kepada pengguna Grab terpilih. PAS adalah pinjaman digital tanpa agunan yang mudah diajukan dengan limit kredit dan tenor fleksibel serta informasi bunga dan biaya yang transparan.

Superbank terus memperkenalkan produk tabungan inovatif seperti Celengan by Superbank yang menawarkan bunga tinggi 10% per tahun untuk menabung harian secara otomatis. Langkah ini mempertegas komitmen Superbank untuk inovasi dan inklusi keuangan di Indonesia.

“Grab memahami pentingnya menghadirkan teknologi bank digital dengan beragam fitur inovatif serta mudah diakses, dan dapat membantu pengelolaan keuangan yang lebih baik bagi konsumen. Dukungan Grab untuk Superbank menegaskan komitmen bersama kami untuk meningkatkan inklusi keuangan di seluruh Indonesia,” sambut Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi.

Application Information Will Show Up Here

Xurya Umumkan Pendanaan Rp900 Miliar Dipimpin Norwegian Climate Investment Fund

Xurya, startup pengembang layanan energi surya, mengumumkan perolehan pendanaan senilai $55 juta atau setara Rp900 miliar. Putaran ini dipimpin Norwegian Climate Investment Fund yang dikelola oleh Norfund, bersama dengan Swedfund, Clime Capital sebagai pengelola SEACEF II, British International Investment (BII), dan AC Ventures.

Dengan penambahan investasi ini, total pendanaan yang telah diterima Xurya sampai saat ini telah mencapai lebih dari $88 juta (Rp1,5 triliun).

Xurya menjadi perusahaan energi terbarukan pertama di Indonesia yang mendapatkan pendanaan dari Norwegian Climate Investment Fund dan Swedfund, yaitu Development Finance Institution (DFI) dari Swedia. Selain itu putaran ini juga menjadi investasi ekuitas perdana BII di Indonesia, yang merupakan DFI dan impact investor dari Inggris. Sedangkan Clime Capital dan AC Ventures adalah investor Xurya di putaran sebelumnya.

“Dengan dukungan para investor kelas dunia ini, kami tidak hanya akan terus menghasilkan inovasi guna mendukung transisi energi nasional yang berkelanjutan, namun juga berambisi untuk menjadi perusahaan kelas dunia dalam beberapa tahun mendatang,” ujar Managing Director Xurya Eka Himawan.

Sejak didirikan pada 2018, Xurya memiliki visi  mengatasi tantangan yang dihadapi oleh para pelaku bisnis dalam mengadopsi energi terbarukan, yaitu biaya pemasangan awal yang tinggi. Xurya memberikan solusi berupa model sewa PLTS atap tanpa biaya awal bagi para pelaku bisnis agar dapat beralih ke energi terbarukan dengan mudah.

Dengan model bisnisnya yang solid, pada tahun 2022 lalu Xurya mendapatkan pendanaan sebesar $33 juta dari East Ventures, Mitsui & Co., Saratoga, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), Schneider Electric, dan New Energy Nexus. Argor (Go-Ventures)juga termasuk sebagai investor tahap awal Xurya.

“Norfund antusias mendapatkan kesempatan untuk memimpin putaran investasi di Xurya kali ini. Kami memobilisasi modal swasta dan publik ke dalam perusahaan yang berkontribusi vital terhadap transisi energi di Indonesia. Investasi ini selaras dengan misi Climate Investment Fund, yaitu berkontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca melalui investasi dalam sektor energi terbarukan di negara berkembang,” SVP Renewable Energy Norfund Anders Blom.

Dengan dana kelolaan berbeda, sebelumnya Norfund juga telah berinvestasi ke AwanTunai, Amartha dan Modalku dalam bentuk debt funding.

Capaian Xurya

Hingga saat ini Xurya telah memiliki lebih dari 170 PLTS yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. PLTS Xurya diklaim telah berkontribusi dalam menghindari emisi karbon sebesar 152.000 ton CO2 per tahun dan menghasilkan lebih dari 1.600 lapangan kerja hijau.

Dengan dana dari putaran investasi saat ini, Xurya diproyeksikan dapat meningkatkan lagi kontribusinya dalam penghindaran emisi karbon sebesar 370.000 ton CO2 per tahun. Xurya juga aktif sebagai anggota Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), dan berpartisipasi sebagai pelatih dan pakar dalam pelbagai kegiatan “training of trainers” di bidang teknis PLTS.

Pada tahun 2024, Xurya mendapatkan Sertifikasi B Corp sebagai pengakuan bahwa perusahaan telah menerapkan prinsip lingkungan, sosial, dan governance (ESG) dalam operasional bisnisnya.

“Target NZE tahun 2060 yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia merupakan suatu target yang sangat ambisius, namun kami yakin bahwa dengan gotong-royong, kita akan dapat mencapainya. Xurya siap untuk bekerja sama dengan seluruh pihak dalam mencapai target ini,” imbuh Eka.

Di Indonesia, sejumlah startup mulai menawarkan solusi energi yang lebih ramah lingkungan. Selain Xurya, ada juga SUN Energy yang awal tahun ini juga baru membukukan pendanaan hijau dari Bank Permata senilai Rp500 miliar. Selain itu ada sejumlah nama lain seperti SolarKita, Warung Energi, Weston Energy, Forbetric, Erenesia, Khaira Energy, Syailendra Power, PowerBrain, dan beberapa lainnya.

Northstar Dikabarkan Berinvestasi Rp82 Miliar ke DACHIN, Pengembang Merek Gaya Hidup dan Elektronik

Northstar Ventures (NSV) dikabarkan baru memberikan pendanaan $5 juta atau setara Rp82 miliar ke DACHIN Group yang merupakan pengembang brand yang berfokus di pasar Indonesia. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam keterbukaan informasi di regulator, seperti dikutip dari Alternative.pe.

Ketika dihubungi, pihak NSV enggan memberikan komentar lebih lanjut mengenai pendanaan ini.

Salah satu proposisi nilai yang ditawarkan DACHIN adalah pemanfaatan data untuk menargetkan konsumen, serta untuk melakukan analisis terhadap pangsa pasar. Mereka meyakini dengan data pelanggan yang komprehensif bisa menghasilkan mereka berdaya jual tinggi di pasaran, di tengah pasar konsumen yang terus berkembang.

DACHIN fokus pada  pembuatan produk di area gaya hidup dan elektronik konsumer. Dengan pendanaan yang didapat, mereka juga membangun ekosistem distribusi yang kuat, termasuk fulfillment center di titik krusial. Berkonsep D2C, DACHIN melakukan distribusi produk di kanal online dan offline, baik untuk B2C maupun B2B.

Beberapa brand yang saat ini sudah dipasarkan DACHIN  meliputi produk gaya hidup dan elektronik seperti Ecentio, Freemir, Cooger, Aonez, dan Inbex.

Saat ini Northstar Group mengelola dua pendanaan, Private Equity Funds dan Venture Capital Fund. Lewat dana kelolaan yang kedua, Northstar Ventures memperluas cakupan investasinya ke startup tahap awal. Akhir tahun lalu, perusahaan baru menutup penggalangan akhir Northstar Ventures I, L.P (NSV I) sebesar $140 juta (sekitar Rp2,1 triliun).

Dana kelolaan tersebut akan diinvestasikan ke berbagai startup tahap awal di Asia Tenggara. Fokus utamanya di bidang konsumer, finansial, dan ekonomi digital. Teranyar dana kelolaan ini juga baru berinvestasi ke Gently, startup Indonesia yang fokus mengembangkan skincare untuk anak.

Startup Pertanian Agri Sparta Gandeng Bulog untuk Mitra Pembiayaan dan Penyerapan Panen

Agri Sparta mengumumkan kemitraan strategis dengan Badan Urusan Logistik Nasional Indonesia (Bulog), dalam upaya mendukung petani kecil dan meningkatkan ketahanan pangan nasional. Kerja sama ini diharapkan dapat secara signifikan meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani padi kecil di Indonesia.

Dalam kemitraan ini, Bulog akan menyediakan pembiayaan dan jaminan pembelian hasil panen. Pembiayaan tersebut akan dialokasikan untuk menyediakan input berkualitas tinggi dan layanan pertanian modern, seperti penggunaan transplanter, input presisi melalui drone pertanian, dan combine harvester. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap pendapatan petani.

Agri Sparta berperan menyediakan benih unggul tahan kekeringan serta input pertanian penting lainnya. Selain itu, Agri Sparta akan menerapkan AgriPlan, sistem Enterprise Resource Planning (ERP) yang dirancang khusus untuk kebutuhan petani padi. Penggunaan teknologi biologis dan digital ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas secara signifikan dan mencapai jutaan petani kecil di Indonesia.

Nganjuk, Jawa Timur dan Klaten, Jawa Tengah telah dipilih sebagai lokasi awal untuk implementasi program ini. Target jangka panjang dari kemitraan ini adalah mencapai cakupan lahan seluas 500.000 hektar pada tahun 2030, yang mencakup lebih dari 10% total luas lahan padi di Indonesia.

Co-founder dan CEO Galang Ramadhan Agri Sparta menyatakan antusiasmenya terhadap kemitraan ini. “Kami memiliki misi yang sama untuk menjaga ketahanan pangan di tengah perubahan iklim, sambil meningkatkan kesejahteraan petani kecil,” ujarnya.

Agri Sparta, sebagai startup agritech, berkomitmen untuk mendukung petani kecil melalui teknologi dan inovasi. Mereka telah mengembangkan benih unggul, input pertanian, dan alat digital yang dirancang untuk meningkatkan produktivitas, kualitas panen, dan ketahanan hasil. Dengan dukungan dari Bulog, Agri Sparta berharap dapat memperluas dampaknya dan memberikan kontribusi nyata terhadap ketahanan pangan dan kesejahteraan petani di Indonesia.

Co-Founder Agri Sparta CEO Galang, CTO Yasser, dan COO Barok / Agri Sparta
Co-Founder Agri Sparta CEO Galang, CTO Yasser, dan COO Barok / Agri Sparta

Kolaborasi ini juga diharapkan dapat menjadi model bagi inisiatif serupa di masa depan, baik di Indonesia maupun di negara lain yang menghadapi tantangan serupa. Dengan menggabungkan sumber daya dan keahlian dari kedua belah pihak, kemitraan ini diharapkan dapat menciptakan perubahan yang berkelanjutan dan signifikan dalam sektor pertanian Indonesia.

Dengan dukungan dari investor regional dan global terkemuka seperti Antler, WV, Seedstars, dan Hustle, Agri Sparta siap untuk menghadapi tantangan dan peluang yang ada di depan. Kemitraan dengan Bulog ini menandai langkah penting dalam perjalanan mereka untuk menciptakan pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutan.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Pawprints Mengumumkan Tambahan Pendanaan Seed dari Asia Fund X

Startup D2C pengembang pakan hewan peliharaan berbahan dasar serangga protein tinggi Pawprints mengumumkan pendanaan seed lanjutan dari Asia Fund X (AFX) yang didukung oleh MSW Ventures dan Pavilion Capital. Putaran pendanaan ini, yang jumlahnya tidak diungkapkan, bertujuan untuk memperkuat inovasi dan memperluas tim ahli hewan dan produk nutrisi perusahaan.

Investasi ini merupakan lanjutan dari putaran pendanaan awal senilai $1,7 juta pada November 2023 yang dipimpin Creative Gorilla Capital serta didukung Altrui (family office Japfa Comfeed) dan Tujuh Bersaudara Investindo (family office Tigaraksa Satria). Dana yang diterima dinilai dapat memperkuat kemampuan inovasi dan kapasitas operasional perusahaan melalui peningkatan tim dan perekrutan ahli hewan dan nutrisi.

Pawprints Group, yang menaungi merek Pawprints dan Heka, mengedepankan keberlanjutan dengan menggabungkan protein dari Black Soldier Fly (BSF) dalam makanan hewan peliharaan mereka. Metode ini secara signifikan mengurangi dampak lingkungan, karena budidaya protein serangga menghasilkan emisi gas rumah kaca 97% lebih sedikit dibandingkan dengan sumber daging tradisional.

Dengan menggabungkan nutrisi holistik dan inovasi kontemporer, Pawprints Group menargetkan hewan peliharaan yang memiliki alergi dan sensitivitas makanan dengan protein serangga yang dianggap superfood ini.

Founder & CEO Pawprints Group Jacqueline Sulistyo menyatakan, “Misi kami adalah mendefinisikan ulang nutrisi hewan peliharaan. Dari pengalaman saya sebagai pemilik hewan peliharaan dan latar belakang saya di perhotelan, saya selalu memahami pentingnya kualitas dan detail. Saat mencari makanan yang tepat untuk kucing saya yang pemilih, Leo, saya menyadari kebutuhan untuk memberikan pilihan yang superior dan berkelanjutan untuk semua hewan peliharaan, terutama yang pemilih dan sensitif.”

Sejak peluncuran merek Pawprints pada Juni 2023, perusahaan mengklaim telah menggandakan pendapatan bulanan mereka dan menjual lebih dari 120 ton makanan hewan peliharaan, menunjukkan permintaan yang kuat dan kesesuaian pasar yang luas untuk nutrisi hewan peliharaan yang berfokus pada kesehatan dan keberlanjutan.

Pawprints telah menyelesaikan lebih dari 35.000 pesanan dan tersedia di lebih dari 700 outlet offline, dengan tingkat retensi pelanggan yang tinggi, di mana lebih dari 33% pendapatan bulanan di Jepang berasal dari pelanggan setia.

Pawprints Group bekerja sama dengan ahli nutrisi hewan bersertifikasi internasional untuk merumuskan produknya, memastikan keamanan dan kualitas superior dalam nutrisi hewan peliharaan. Makanan hewan peliharaan mereka melampaui standar nutrisi dan pedoman pelabelan yang ditetapkan oleh Association of American Feed Control Officials (AAFCO), menjamin bahwa setiap produk disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan diet spesifik hewan peliharaan sesuai dengan ras, usia, dan gaya hidup mereka.

Dengan kehadiran yang kuat di pasar yang berkembang pesat, Pawprints Group siap memanfaatkan industri perawatan hewan peliharaan Asia yang sedang berkembang, yang kini bernilai $47 miliar dan tumbuh dengan CAGR 11%. Perusahaan berencana untuk memperkenalkan lebih dari sepuluh SKU produk baru pada akhir 2024.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Startup EWA Paywatch Raih Pendanaan Rp491 Miliar dalam Bentuk Ekuitas dan Debt

Paywatch, penyedia layanan akses gaji instan (earned-wage access/EWA) mengamankan pendanaan sebesar Rp491 miliar dalam bentuk debt dan ekuitas. Pendanaan ini akan digunakan untuk memperluas bisnis dan meningkatkan solusi kesejahteraan karyawan di Asia Tenggara.

Detail pendanaan mencakup investasi ekuitas seri A sebesar Rp229 miliar yang dipimpin Third Prime, bersama dengan Vanderbilt University dan University of Illinois Foundation. Investor baru seperti Octagon Venture Partners dan Wooshin Venture Investment Corp juga turut berpartisipasi.

Selain itu, Paywatch mendapatkan fasilitas kredit sebesar Rp261 miliar dari sejumlah perbankan global termasuk Citi.

Dalam putaran pendanaan ini, Vanderbilt University dan University of Illinois Foundation turut berinvestasi di Paywatch, menandai pertama kalinya universitas Amerika Serikat berinvestasi langsung pada startup teknologi berbasis di Asia. General Partner Third Prime Michael Kim mengatakan bahwa EWA telah menjadi program benefit karyawan utama di berbagai pasar industri dan budaya, menunjukkan optimisme tinggi terhadap potensi Paywatch.

Dengan pendanaan ini, Paywatch berkomitmen untuk terus meningkatkan layanan mereka dan memperluas jangkauan di Asia Tenggara, mendukung kesejahteraan finansial yang lebih baik bagi jutaan karyawan.

Paywatch menawarkan solusi EWA yang memungkinkan karyawan untuk mengakses sebagian dari gaji mereka secara real-time sebelum akhir siklus penggajian. Hal ini membantu mengurangi ketergantungan pada pinjaman dan meringankan beban utang rumah tangga, serta meningkatkan pengelolaan keuangan pribadi.

Teknologi automasi Paywatch diklaim telah terbukti meningkatkan retensi dan produktivitas karyawan, sehingga menghemat biaya rekrutmen dan pelatihan bagi perusahaan.

Capaian Paywatch

Paywatch telah memproses gaji lebih dari Rp949 miliar melalui sistem mereka dan mencairkan hampir Rp130 miliar per bulan, dengan pertumbuhan bulanan sebesar 15%. Akhir tahun ini diproyeksikan lebih dari Rp1,9 triliun gaji dibayarkan.

Didirikan pada tahun 2020 oleh dua bersaudara, Richard dan Alex Kim, Paywatch telah berkembang pesat di empat pasar utama: Malaysia, Filipina, Indonesia, dan Korea Selatan. Dengan pendanaan terbaru ini, Paywatch siap untuk berekspansi ke pasar baru dan mengembangkan metode inklusif secara finansial bagi pengguna.

Presiden dan Co-founder Paywatch Alex Kim menyatakan, “Kami sangat bangga dengan kepercayaan yang diberikan oleh para investor dan bank global terhadap visi kami. Meskipun perjalanan bisnis ini menantang, pertumbuhan pesat Paywatch dan portofolio klien berkaliber tinggi memvalidasi keberhasilan pendekatan kami.”

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Atome Dapat Fasilitas Debt Financing $100 Juta dari EvolutionX, Platform Pendanaan DBS dan Temasek

Atome Financial, unit fintech dari Advance Intelligence Group mengumumkan perolehan fasilitas debt financing berjangka tiga tahun senilai $100 juta atau sekitar Rp1,6 triliun dari EvolutionX Debt Capital. EvolutionX adalah platform debt financing yang memiliki dana kelolaan hingga $500 juta, didirikan DBS dan Temasek yang difokuskan untuk perusahaan di Asia, Tiongkok, dan India.

Dalam pernyataan resminya dikatakan, bersama mitra investornya Atome memanfaatkan fitur accordion untuk mendapatkan akses pendanaan tersebut. Fitur accordion ini memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan jumlah total fasilitas pinjaman mereka hingga $100 juta dengan bantuan mitra investor, memberikan mereka kemampuan untuk menambah modal lebih banyak saat mereka membutuhkannya untuk ekspansi atau peluncuran produk baru.

Dana segar ini akan mendorong ekspansi portofolio kredit regional serta mendukung peluncuran produk baru meliputi tabungan, pinjaman, asuransi, dan Atome Card di pasar utama mereka, termasuk di Singapura, Malaysia, Filipina, dan Indonesia.

Di Indonesia, Atome mengoperasikan dua lini fintech, meliputi aplikasi paylater Atome dan platform fintech cashloan KreditPintar. Terbaru Atome Card juga mulai digulirkan – kartu debit Visa co-branding yang diterbitkan bersama Bank Jago (di Indonesia).

Adapun induk perusahaan mereka Advance Intelligence Group berbasis di Singapura, didukung investor seperti SoftBank, Warburg Pincus, Northstar, EDBI, dan beberapa lainnya.

“Dengan Atome Financial yang telah mencapai profitabilitas awal tahun ini, kami sangat senang bermitra dengan EvolutionX untuk tahap pertumbuhan berikutnya. Fasilitas [pendanaan] baru ini mengakui keunggulan operasional dan nilai platform Atome Financial saat kami mempercepat momentum bisnis layanan keuangan digital, ekspansi kemitraan strategis regional seperti TikTok Shop dan Lazada serta peluncuran Atome Card, produk tabungan, dan pinjaman di Asia Tenggara,” ujar Co-founder & CEO Advance Intelligence Group Jefferson Chen.

Atome Financial sebelumnya mencatat kinerja bisnis FY2023 dengan pendapatan operasional hampir 2x lipat menjadi $170 juta dari tahun sebelumnya. Faktor kunci keberhasilan adalah profitabilitas bisnis paylater,  didorong lonjakan 40% yoy dalam GMV menjadi $1,5 miliar dan pertumbuhan pendapatan sebesar 130% y-o-y, meskipun FY2023 adalah periode kontraksi pasar modal dan tantangan makroekonomi.

Momentum positif berlanjut ke FY2024, dengan Atome Financial mengumumkan pada bulan April bahwa mereka telah mencapai profitabilitas pada kuartal pertama tahun 2024.

Partner EvolutionX Rahul Shah mengatakan, “Ini adalah investasi fintech pertama kami di Asia Tenggara, dan kami sangat senang mendukung Atome Financial dalam perjalanan mereka untuk meningkatkan inklusi keuangan dan akses ke layanan keuangan berbasis mobile di pasar besar yang kurang terlayani di Asia Tenggara.”

Peta persaingan bisnis paylater

Di Indonesia, Atome berhadapan langsung dengan sejumlah pemain. Dengan formasi bisnis yang sama, sebagian pemain paylater besar juga terafiliasi dengan bisnis fintech lending untuk layanan cashloan dan bank digital untuk layanan tabungan.

Berikut ini peta persaingannya:

Perusahaan Paylater Cashloan Bank Digital
Atome Finansial Atome KreditPintar Atome Card (Bank Jago)
Kredivo Holdings Kredivo Kredifazz Krom Bank
Akulaku Akulaku Paylater Akulaku Dana Cicil NeoCommerce
GoTo Finansial Gopaylater Findaya GopayTabungan (Bank Jago)
Sea Group ShopeepayLater SPinjam SeaBank
Application Information Will Show Up Here

Accion Umumkan Pendanaan Rp287 Miliar ke Amartha

Organisasi nirlaba global Accion mengumumkan pendanaan ekuitas senilai $17,5 juta atau setara Rp287 miliar ke Amartha. Investasi dikucurkan melalui Accion Digital Transformation Fund, bertujuan membantu Amartha membangun platform yang menyediakan rangkaian lengkap produk dan layanan keuangan bagi bisnis kecil yang dipimpin oleh perempuan di daerah pedesaan di seluruh Indonesia dengan memanfaatkan kekuatan data dan AI.

Amartha telah mengembangkan infrastruktur keuangan digital yang komprehensif yang menghubungkan bisnis mikro di kota-kota tingkat 2 dan 3 di luar Pulau Jawa. Dengan mengintegrasikan model pemberian dan pendanaan yang tersemat untuk investor institusi dan ritel, Amartha menyederhanakan solusi keuangan yang dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan pelanggan mereka.

Amartha juga menawarkan layanan pembayaran dan sistem penilaian kredit yang eksklusif, menyediakan opsi teknologi mikrofinansial yang sangat terintegrasi untuk mendigitalkan komunitas akar rumput di Indonesia.

Hingga saat ini, Amartha telah menyalurkan modal kerja lebih dari Rp25 triliun ($1,6 miliar) kepada lebih dari 2,5 juta bisnis yang dipimpin oleh perempuan di daerah pedesaan dan peri-urban di Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan.

Platform pendanaan Amartha memberikan akses ke modal bagi bisnis akar rumput, sekaligus mewakili bisnis kecil sebagai instrumen investasi alternatif bagi investor institusi yang menguntungkan dan berdampak. Selain modal investasi, Accion Digital Transformation Fund akan memberikan dukungan strategis untuk memperkuat keterlibatan pelanggan, efisiensi operasional, dan inovasi produk menggunakan teknologi digital.

Tentang Accion Digital Transformation Fund

Dikelola oleh Accion Impact Management, Accion Digital Transformation Fund didasarkan pada pengalaman Accion dalam mendukung bank dan perusahaan keuangan di seluruh dunia untuk menghubungkan jutaan orang dan bisnis kecil ke ekonomi digital. Investasi dari dana sebesar $152.5 juta ini fokus pada perusahaan yang melayani usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Asia Selatan dan Tenggara, Amerika Latin, dan Afrika, memberikan modal pertumbuhan dan dukungan strategis untuk transformasi digital.

Managing Partner Accion Transformation Capital Njord Andrewes, yanag kini menjadi anggota Dewan Komisaris Amartha mengatakan, “Melalui model bisnis unik dan platform pasar, kami percaya Amartha berada dalam posisi yang tepat untuk menghubungkan banyak bisnis kecil yang dipimpin oleh perempuan di seluruh Indonesia dengan layanan keuangan yang bertanggung jawab untuk pertama kalinya. Kami bermitra dengan Amartha untuk menyediakan dukungan strategis dan modal pertumbuhan, saat mereka bekerja untuk menjangkau pelanggan baru di daerah yang kurang terlayani menggunakan teknologi digital.”

Investasi terbaru ini memposisikan Amartha untuk meningkatkan penawaran produknya di sektor UMKM, memperkuat sistem analitik audiens yang canggih, dan mendorong adopsi layanan digitalnya, menghubungkan lebih banyak orang dan bisnis kecil ke layanan keuangan yang bertanggung jawab.

CFO Amartha Ramdhan Anggakaradibrata mengatakan “Amartha dan Accion memiliki tujuan yang sama — mengurangi ketidaksetaraan dalam akses ke layanan keuangan. Pendanaan terbaru dari Accion Digital Transformation Fund akan membantu memperkuat kemampuan kami untuk memanfaatkan kekuatan data dan AI. Kami tidak hanya akan memenuhi kebutuhan pelanggan saat ini, tetapi juga mengantisipasi tren dan tantangan di masa depan. Pendekatan ini akan membantu kami tetap berada di garis depan inovasi fintech, terus berkembang untuk menyediakan solusi keuangan mutakhir yang memberdayakan pelanggan kami dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.”

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten