Google Gratiskan Akses ke Stadia Pro Selama 2 Bulan

Disiapkan sebagai cara alternatif bermain game bagi mereka yang tak punya hardware khusus gaming, Google Stadia pada dasarnya bisa diakses tanpa perlu membayar. Namun jika Anda bersedia mengeluarkan uang US$ 10 per bulan dan jadi pelanggan level Pro, sejumlah fitur eksklusif di layanan on demand ini akan terbuka: laju stream lebih cepat, resolusi lebih tinggi, potongan harga, serta penawaran permainan-permainan gratis.

Stadia meluncur pada bulan November 2019 di 14 negara, dan memasuki kuartal kedua tahun ini, Google berencana untuk memperluas ketersediaannya – terutama di tengah ‘kondisi sulit’ seperti sekarang. Sebagai langkah awalnya, Google memberikan semua orang (yang berdomisili di 14 negara itu) kesempatan buat menikmati Stadia Pro gratis selama dua bulan. Kesempatan tersebut berlaku bagi seluruh pelanggan Stadia ataupun pengguna baru.

Mereka yang mendaftar akan mendapatkan akses langsung ke sekitar 10 permainan, yaitu Destiny 2: The Collection, Grid, Gylt, Metro Exodus, Steamworld Dig 2, Steamworld Quest: Hand of Gilgamech, Thumper, The Serious Sam Collection, Spitlings, dan Stacks on Stack. Di luar judul-judul tersebut, Anda tetap perlu membelinya. Namun tentu penawaran Google ini sama sekali tidak buruk, apalagi jika kita punya internet bekecepatan tinggi.

Jika Anda kebetulan sudah menjadi pengguna Stadia Pro, maka Anda tak perlu membayar selama dua bulan ke depan. Google juga memperkenankan siapa pun buat berhenti dari keanggotaan Pro, dan permainan-permainan yang telah dibeli akan tetap jadi milik mereka. Berdasarkan laporan PC Gamer, program Stadia Pro gratis ini diimplementasikan secara bertahap dalam waktu 48 jam sejak dimulai dan tak semua orang bisa langsung mengaksesnya.

Sayangnya untuk sekarang Stadia memang belum bisa digunakan oleh konsumen di tanah air, walaupun laman berbahasa Indonesia-nya mengindikasikan rencana Google buat menghadikannya di sini. Platform cloud gaming ini baru dapat dinikmati oleh konsumen dari Amerika Serikat, Belanda, Belgia, Denmark, Finlandia, Inggris Raya, Irlandia, Itali, Jerman, Kanada, Norwegia, Perancis, Spanyol, dan Swedia.

Jika kebetulan Anda tinggal di salah satu kawasan tersebut tapi belum familier dengan Stadia, Google tak lupa menyediakan panduan untuk bergabung ke layanannya. Pertama-tama, silakan daftarkan diri di Stadia.com, lalu unduh aplikasi mobile-nya (tersedia buat iOS maupun Android). Game-game Stadia juga bisa dimainkan dari PC desktop dan laptop via browser Chrome, serta tablet Chrome OS – menggunakan keyboard dan mouse atau controller.

Google menyadari dengan dilangsungkannya program ini, Stadia akan diserbu banyak orang. Dan demi mengurangi beban pada server, buat sementara resolusi 4K tidak bisa dipilih user Stadia Pro. Mereka hanya dapat bermain di 1080p. Meski begitu, developer menjamin gamer di PC tidak akan merasakan penurunan kualitas secara signifikan…

Sumber: Google.

Microsoft Mulai Menguji Fitur Game Stream xCloud di PC

Sebagai upaya menyediakan akses konten dari lebih banyak platform, Microsoft memulai sesi uji coba Project xCloud di bulan Oktober 2019. Tak lama, developer turut mengadirkan tak kurang dari 50 permainan serta memperkenankan tester untuk menggunakan controller Sony DualShock. Lalu di tanggal 12 Februari kemarin, tes akhirnya diekspansi ke iOS – dengan sejumlah keterbatasan fitur.

Dilaporkan oleh The Verge, Microsoft kabarnya telah memperluas sesi uji coba layanan cloud gaming itu ke PC minggu lalu. Lewat versi preview, user dipersilakan untuk men-stream permainan Xbox ke perangkat ber-OS Windows 10. Buat sekarang, kapabilitas ini baru bisa dinikmati oleh staf Microsoft. Rencana Microsoft ke depan ialah menyajikan fitur tersebut melalui aplikasi Xbox Game Streaming yang dapat diunduh dari Windows Store.

Sama seperti di Android dan iOS, agar bisa menggunakan Xbox Game Streaming, Anda membutuhkan controller Xbox One dengan sambungan Bluetooth aktif, akun Microsoft, serta koneksi internet yang memadai. Aplikasi ini mendukung dua metode streaming konten, yaitu cloud lewat blade server xCloud (ala Stadia atau GeForce Now) serta secara lokal atau remote – itu artinya Anda perlu memiliki game dan console Xbox One.

IMG_23032020_124145_(1000_x_650_pixel)

Pengalaman penggunaan game stream di PC hampir serupa di platform lain. Ia menyuguhkan interface serta cara mengakses permainan yang sama. Namun tingkat resolusi streaming di periode preview internal masih dibatasi di 720p. Target minimalnya tentu saja adalah full-HD 1080p, dan ini yang akan didapatkan oleh konsumen nanti. Ada indikasi cukup kuat bahwa Microsoft sebentar lagi akan melangsungkan pengujian secara lebih luas, diprioritaskan pada pemilik Xbox One.

Di periode tes dan pengembangan ini, Microsoft sudah memperbarui blade server xCloud, kini ditopang oleh delapan Xbox One S (sebelumnya hanya ditunjang empat unit console). Developer juga tengah bersiap-siap melakukan transisi untuk menggunakan prosesor Xbox Series X. CPU next-gen ini sangat bertenaga, dan di atas kertas, ia mampu menjalankan empat permainan Xbox One S sekaligus. Chip tersebut turut dibekali video encoder versi baru dengan kecepatan hingga enam kali lipat dari encoder yang digunakan oleh server xCloud.

IMG_23032020_123852_(1000_x_650_pixel)

Microsoft berencana untuk melepas xCloud di tahun ini dan mengintegrasikannya ke layanan Xbox Game Pass sehingga memungkinkan pelanggan premium memanfaatkan fitur stream (baik remote/local atau cloud). Dan tak lama setelah itu, developer akan menghadirkan dukungan DualShock serta streaming ke Windows 10.

Gambar: The Verge.

Permainan 2K Games Ditarik dari GeForce Now, Epic Games Umumkan Dukungan Penuh

Ketika banyak orang berharap agar platform cloud gaming lepas landas dengan mulus, keadaan malah kurang terlihat prospektif bagi dua layanan yang belum lama ini meluncur (atau melepas status beta): Google Stadia dan GeForce Now. Pelanggan Stadia mengeluhkan minimnya pilihan konten dan fitur, sedangkan GeForce Now terus menerus kehilangan dukungan publisher third-party ternama.

Setelah Activision Blizzard dan Bethesda, minggu lalu Nvidia mengumumkan ditariknya permainan-permainan 2K Games dari layanan gaming on demand mereka. Pihak 2K Games tidak menjelaskan alasan penarikan tersebut – saya menduga dasar argumennya hampir serupa Activision dan Bethesda – tapi tentu hal ini merupakan pukulan menyakitkan bagi Nvidia. Platform mereka kehilangan lagi 20 judul esensial, hampir semuanya adalah seri franchise terkenal.

Per hari Jumat tanggal 6 Maret minggu lalu, pelanggan GeForce Now tak lagi bisa menikmati seri BioShock, Borderlands, NBA, WWE, Sid Meier’s Civilization, termasuk pula game Mafia III, The Darkness II, The Golf Club 2019, Warriors Orochi 4 dan XCOM II. Daftar lengkapnya dapat Anda simak di page pengumuman GeForce Now. Di sana Nvidia juga menyampaikan, “Saat ini kami tengah bekerja sama dengan 2K Games buat menghadirkan lagi permainan-permainan mereka.”

Namun ada secercah harapan bagi GeForce Now (dan cloud gaming secara umum) di tengah awan mendung ini. Melalui Twitter, CEO Epic Games Tim Sweeney mengumumkan dukungan penuh perusahaannya terhadap layanan besutan Nvidia itu. Epic Games berencana untuk terus menghadirkan permainan-permainan ‘eksklusif’ mereka di sana dan akan menyempurnakan integrasi antara Epic Store dengan GeForce Now.

Menurut Sweeney, Nvidia GeForce Now ialah layanan streaming paling bersabahat bagi developer serta publisher, dan sama sekali tidak membebani penjualan game dengan potongan pajak. Perusahaan video game yang ingin memajukan industri ini dan membuatnya jadi lebih sehat disarankan untuk membantu menyuburkan pengembangan platform seperti GeForce Now.

Selain Epic Games, CD Projekt Red adalah nama lain yang vokal mendukung GeForce Now. Di tanggal peluncurannya nanti, permainan Cyberpunk 2077 yang Anda beli melalui Steam segera langsung dapat dinikmati via cloud. Dan saat artikel ini ditulis, saya juga melihat tingginya permintaan konsumen terhadap integrasi antara GOG dan GeForce Now. Dikelola sendiri oleh CD Projekt, GOG (dahulu dikenal sebagai Good Old Games) ialah satu dari sedikit platform distribusi digital bebas-DRM.

Lewat sesi pengujian, GeForce Now terbukti berjalan lebih baik dibanding Stadia di sambungan internet yang ‘pas-pasan’. Itu artinya – walaupun belum tersedia resmi di sini – ia lebih kompatibel dengan gamer di Indonesia dibandingkan penawaran dari Google.

Via The Verge & PC Gamer.

Google Stadia Akan Tersedia di Smartphone Samsung, Asus ROG dan Razer

Pelepasan status beta GeForce Now ialah sebuah isyarat jelas bagi Google untuk meningkatkan kualitas penyajian Stadia. Walaupun kedua layanan cloud gaming ini disuguhkan secara berbeda, khalayak tampak lebih menyukai GeForce Now karena integrasinya ke sejumlah platform distribusi – seperti Steam dan Epic Games Store. Dengan begini, pengguna tidak perlu membeli game lebih dari sekali agar bisa mengaksesnya via cloud.

Sementara itu, belum lama pelanggan Stadia mengeluhkan minimnya pilihan game dan belum adanya dukungan fitur-fitur esensial. Merespons hal tersebut (dan demi menepati janji ketersediaan 120 permainan di tahun 2020), Google mengumumkan agenda peluncuran lima game baru, dan tiga dari mereka merupakan judul eksklusif. Dan setelah hanya ditunjang smartphone Pixel, minggu ini Stadia akhirnya dapat dinikmati dari lebih banyak perangkat.

Di tanggal 20 Februari besok, layanan gaming on demand Google tersebut dapat diakses dari 18 varian smartphone, terutama yang bermerek Samsung, Asus ROG dan Razer. Mayoritas dari mereka adalah model flagship, dengan usia paling tua tiga tahun. Dan karena sejauh ini baru tersedia dua tipe Asus ROG dan Razer, Samsung memang terlihat mendominasi. Daftar lengkapnya bisa dilihat di bawah.

  • ASUS ROG Phone
  • ASUS ROG Phone II
  • Razer Phone
  • Razer Phone 2
  • Samsung Galaxy S8
  • Samsung Galaxy S8+
  • Samsung Galaxy S8 Active
  • Samsung Galaxy Note8
  • Samsung Galaxy S9
  • Samsung Galaxy S9+
  • Samsung Galaxy Note9
  • Samsung Galaxy S10
  • Samsung Galaxy S10+
  • Samsung Galaxy Note10
  • Samsung Galaxy Note10+
  • Samsung Galaxy S20
  • Samsung Galaxy S20+
  • Samsung Galaxy S20 Ultra

Itu berarti, Galaxy S8 merupakan smartphone non-Google tertua yang siap menghidangkan Stadia. Di momen peluncurannya, hanya Pixel 2, Pixel 3, Pixel 3a, dan Pixel 4 yang kompatibel dengan platform cloud gaming tersebut. Di luar smartphone, Stadia disediakan pula untuk PC serta TV dengan Chromecast Ultra. Sayangnya, hingga kini Google belum mengabarkan kapan pengguna iPhone dan iPad dapat menggunakannya.

Terkait janji 120 game di tahun ini, Google menargetkan buat melepas lebih dari 10 judul di paruh pertama 2020. Buat sekarang, Stadia sudah menyuguhkan sekitar 20 permainan. Rencananya, game-game besar seperti Cyberpunk 2077, Baldur’s Gate III, Doom Eternal, Marvel’s Avengers, Watch Dogs: Legion, Gods & Monsters, hingga Orcs Must Die! 3 akan hadir di sana. Namun saya berasumsi penundaan perilisan beberapa judul tersebut memengaruhi pendaratan mereka di Stadia.

Google Stadia meluncur di bulan November 2019, tetapi layanan ini baru dapat diakses dari 14 negara saja. Belum diketahui pasti kapan Stadia akan tiba di tanah air, namun laman store berbahasa Indonesia mengindikasikan agenda Google untuk turut merilisnya di sini. Anda bisa mendaftarkan email buat mendapatkan notifikasi langsung dari Google.

Via Eurogamer.

Microsoft xCloud Tiba di iOS, Dengan Sejumlah Keterbatasan

Sempat di-tease di E3 2018, Microsoft baru mengumumkan Project xCloud secara resmi di bulan Oktober 2018. Lima bulan setelahnya, perusahaan mendemonstrasikan kemampuan layanan cloud gaming mereka itu dengan menjalankan Forza Horizon 4 di smartphone Android sembari memanfaatkan controller Xbox One. Tahap uji coba publik dimulai tak lama sesudahnya – sebelum Stadia meluncur.

Dan di pertengahan minggu ini, raksasa teknologi asal Redmond itu akhirnya mengekspansi akses xCloud ke perangkat Apple. Versi beta xCloud dirilis melalui TestFlight, memperkenankan pengguna untuk menjajalnya dari iPhone ataupun iPad. Hal ini sangat menarik karena xCloud menjadi salah satu layanan cloud gaming pihak ketiga pertama yang tersedia di iOS, mendahului Stadia dan GeForce Now. Dahulu OnLive sempat dijadwalkan buat meluncur di iOS, tapi sayang Apple tak pernah menyetujuinya.

Pendaratan xCloud di iDevice merupakan kabar gembira bagi pengguna, namun peraturan Apple mengakibatkan adanya cukup banyak restriksi. Contohnya, program preview saat ini hanya bisa diikuti oleh user di kawasan Amerika Serikat, Inggris Raya dan Kanada saja. Lalu, cuma ada satu game yang dapat dijajal, yaitu Halo: The Master Chief Collection dan fitur Xbox Console Streaming belum bisa digunakan. Selanjutnya, Microsoft membatasi jumlah tester sebanyak maksimal 10.000 orang.

Director of programming Larry ‘Major Nelson’ Hryb menjelaskan bahwa karena Microsoft berusaha mematuhi kebijakan Apple, tampilan dan pengalaman penggunaan xCloud di iOS berbeda dari Android. Gerbang pendaftaran sudah dibuka, tapi pembagian tiket ke program ini sepenuhnya merupakan keputusan Microsoft, bergantung dari apakah masih ada slot tersedia. Jika developer menyetujuinya, pengguna iDevice akan diberi tahu lewat email.

Untuk berpartisipasi, ada sejumlah kebutuhan teknis yang mesti terpenuhi. Anda harus punya gamertag Xbox, unit controller wireless Xbox One, dukungan internet via Wi-Fi atau data seluler berkecepatan minimal 10Mbps. Jika menggunakan Wi-Fi, Anda disarankan untuk memakai frekuensi 5GHz. Dan terakhir, pastikan perangkat iOS Anda berjalan di iOS versi 13.0 atau yang lebih baru serta menunjang koneksi Bluetooth 4.0.

Walaupun cloud gaming merupakan hal yang cukup baru di iOS, Apple sebetulnya sudah memperkenankan sejumlah layanan game stream third-party  dirilis di platform-nya, misalnya aplikasi Steam Link, Remotr dan Rainway. Namun game stream tak sama seperti cloud gaming tulen, karena layanan ini tetap membutuhkan sistem gaming utama (seperti PC di rumah) buat menjalankan permainan.

Cara kerja Microsoft Project xCloud lebih menyerupai Shadow – yang juga telah tersaji di iOS. Tetapi seperti GeForce Now, Shadow mewajibkan kita buat mempunyai game-nya terlebih dulu, sedangkan xCloud menyuguhkan katalog permainan Xbox dan rencananya akan terintegrasi ke console next-gen Microsoft.

Via The Verge.

Activision Blizzard Tarik Semua Game-nya dari GeForce Now, Ada Apa?

Setelah masa uji coba yang begitu panjang, GeForce Now akhirnya meluncur resmi minggu lalu. Bukan lagi sebuah nama baru, ia merupakan layanan cloud gaming ciptaan Nvidia. Berbeda dari Stadia, platform milik sang raksasa teknologi grafis itu menawarkan kemudahan akses melalui integrasi ke Steam hingga Epic Games Store – sehingga pelanggan tak lagi perlu membeli game ketika ingin memainkannya via cloud.

Respons gamer terhadap GeForce Now memang lebih positif dibanding Stadia, yang ternyata tidak didukung sejumlah fitur esensial saat dirilis dan dianggap minim pilihan game. GeForce Now sendiri menyuguhkan kompatibilitas ke lebih dari 100 permainan dan sudah bisa dinikmati dari Windows, Mac, perangkat Android dan Shield TV. Tapi ketika kita berharap jumlahnya terus bertambah, layanan Nvidia itu malah kehilangan beberapa judul besar dari Blizzard dan Activision.

Secara tiba-tiba, Activision Blizzard memutuskan untuk menarik semua permainan mereka dari GeForce Now. Kabar ini diungkap oleh Nvidia melalui forumnya. Itu berarti, seluruh seri Call of Duty dan StarCraft, Overwatch, Diablo III, Crash Bandicoot N. Sane Trilogy sampai Spyro Reignited Trilogy tak lagi dapat diakses dari layanan ini. Dan karena Sekiro: Shadows Die Twice dipublikasikan oleh Activision, permainan juga menghilang dari GeForce Now.

Saat artikel ini ditulis, baik Nvidia maupun Activision Blizzard belum menjelaskan alasan penghapusan game-game tersebut. Juru bicara Nvidia hanya menyampaikan bahwa semuanya merupakan permintaan sang publisher. Ia juga bilang, “Walaupun hal ini sangat disayangkan, kami berharap untuk bisa bekerja sama lagi dengan Activision Blizzard dan kembali menyajikan permainan mereka [di GeForce Now] beserta judul-judul yang akan hadir di masa depan.”

Sebagai kompensasinya, Nvidia menjanjikan kehadiran lebih dari 1.500 permainan di GeForce Now. Para developer kabarnya ‘sudah mengantre’ buat memasukkan game mereka di platform on demand Nvidia itu. Judul-judul baru rencananya akan disingkap setiap minggu melalui update.

Hilangnya dukungan game-game Battle.net boleh dikatakan sebagai pukulan cukup telak bagi Nvidia. Dan keadaan ini sangat aneh, karena begitu GeForce Now melepas status beta, nama-nama seperti Capcom, EA, Konami, Remedy, Rockstar serta Square Enix juga menarik permainan mereka. Banyak pelanggan tampak menyalahkan Nvidia atas kejadian ini, namun perlu diingat bahwa keputusan tersebut datang dari pihak publisher.

Metode penyajian GeForce Now tidak sama seperti Google Stadia: Kita harus memiliki game-nya terlebih dulu agar dapat menikmati layanan cloud dengan membelinya dari distributor digital yang ada. Itu berarti, tersedianya permainan-permainan tersebut di GeForce Now pada dasarnya tidak merugikan publisher maupun developer – bahkan berpeluang menguntungkan karena memberikan kesempatan bagi orang-orang yang tak punya PC ber-hardware canggih untuk tetap bisa bermain.

Via The Verge & PC Gamer.

Lepas Status Beta, GeForce Now Resmi Meluncur dan Siap Menyaingi Stadia

Dahulu dikenal sebagai Nvidia Grid, GeForce Now merupakan upaya sang rakasasa teknologi grafis dalam menyediakan platform cloud gaming. Di masa uji coba beta yang dimulai pada tahun 2013, Nvidia telah melakukan berbagai eksperimen, misalnya lewat pengadaan fitur ‘buy and play‘ serta virtual desktop. Selama beta berlangsung, GeForce Now bisa diakses dari Windows, Mac serta perangkat Shield (Portable, Tablet dan Console).

Tujuh tahun berselang, pagi ini GeForce Now resmi melepaskankan status beta-nya dan meluncur secara lebih luas. Kehadirannya tentu saja akan meramaikan ranah gaming on demand, tapi perlu ditekankan bahwa metode penyajiannya cukup berbeda dari Stadia. GeForce Now tidak mencoba menawarkan pengalaman gaming ala console, namun menjanjikan kemudahan akses ke konten-konten di platform yang sudah ada – mirip Skyegrid atau Shadow.

GeForce Now 1

Nvidia menghidangkan GeForce Now dalam dua tingkatan, yaitu gratis dan berbayar bertajuk Founder. Untuk menggunakannya, kita harus mendaftar (tidak dipungut biaya) dan memiliki game-nya terlebih dulu, bisa dibeli dari Steam, Epic Games Store atau Battle.net. Opsi gratis cocok buat mencoba, sedangkan keanggotaan premium menyuguhkan teknologi eksklusif yang belum pernah ada di layanan cloud gaming sebelumnya.

Pengguna GeForce Now gratis dipersilakan menikmati video game via cloud selama satu jam. Setelah waktu tersebut habis, kita diharuskan buat memulai sesi dari awal. Anda bisa segera bermain lagi, namun jika ada banyak orang yang menggunakan layanan ini, Anda perlu mengantre. Tentu saja, sejumlah fitur premium tidak hadir di versi gratis tersebut.

GeForce Now 2

Dengan menjadi pelanggan Founder, Anda dihidangkan teknologi ray tracing tanpa perlu memiliki PC berkartu grafis GeForce RTX serta mendapatkan sesi bermain selama enam jam. Beberapa judul yang telah didukung ray tracing di GeForce Now meliputi Wolfenstein: Youngblood, Call of Duty: Modern Warfare, Metro Exodus, dan Deliver Us the Moon. Menariknya lagi, biaya berlangganan GeForce Now juga sangat terjangkau, hanya US$ 5 per bulan selama setahun plus gratis di tiga bulan pertama (ada kemungkinan Nvidia akan mengubah harganya di waktu ke depan).

Kapabilitas lain yang membuat GeForce Now lebih unggul dibanding Stadia adalah, kita tak perlu membeli game lagi jika sudah memilikinya. Pengguna hanya tinggal menyambungkan akun Steam atau Epic Store mereka. Saat ini, GeForce Now mendukung lebih dari 100 permainan, minus beberapa judul semisal Control dan Red Dead Redemption 2. Nvidia juga berencana untuk memperluas dukungan platform sehingga layanan dapat digunakan via Chromebook.

Satu hal yang perlu digarisbawahi ialah, GeForce Now belum tersedia merata di seluruh dunia. Pengguna harus bertempat tinggal di dekat data center agar layanan dapat tersaji lancar. Perusahaan kabarnya memiliki sembilan data center di Amerika Serikat, lima di Eropa, dua di Jepang dan satu di Korea Selatan. Selain itu, kita membutuhkan internet berkecepatan minimal 15Mbps, dengan rekomendasi 25Mbps dan jaringan wireless 5GHz.

Via PC Gamer & TechCrunch.

Pelanggan Stadia Mengeluhkan Minimnya Pilihan Game dan Absennya Fitur-Fitur Penting

Lebih dari dua bulan telah berlalu sejak Google resmi meluncurkan Stadia. Ia memang bukanlah layanan cloud gaming pertama di dunia, namun dengan begitu luasnya pengaruh Google, banyak orang berharap Stadia bisa jadi nama yang merakyatkan platform ini. Awalnya, penawaran sang raksasa internet terdengar menjanjikan, tapi hingga kini Stadia tampaknya masih belum beroperasi secara maksimal.

Belum lama ini, sejumlah pengguna menyampaikan keluhan mereka di thread Reddit resmi Stadia. Seorang pengguna (ber-username Gizoogle) bilang, belakangan tim Stadia terkesan membisu. Sudah 40 hari Google tidak mengumumkan sesuatu, mengungkap fitur anyar atau meluncurkan game baru. Karena alasan ini, pelanggan menuntut layanan yang lebih baik, dan via Reddit, sang user menjabarkan janji developer Stadia yang belum terpenuhi.

Lewat Stadia, Google menawarkan akses ke lebih dari 40 game. Namun dari daftar tersebut, beberapa masih belum dirilis atau mengalami penundaan peluncuran – contohnya Cyberpunk 2077, Watch Dogs: Legion, Doom Eternal, Baldur’s Gate 3, Orcs Must Die 3 dan Marvel’s Avengers. Diteliti lebih jauh, hanya ada sekitar 20-an permainan Stadia yang bisa dinikmati saat ini. Google kemarin akhirnya mengumumkan rencana buat menambahkan Metro Exodus dan GYLT di tanggal 1 Februari 2020 khusus untuk pelanggan Pro.

Sayangnya, penambahan dua judul ini dibarengi oleh hilangnya dua game dari daftar itu. Terhitung di tanggal 31 Januari besok, Rise of the Tomb Raider: 20 Year Celebration dan Samurai Shodown akan meninggalkan Stadia. Kabar baiknya, mereka berdua akan tetap ada di library jika Anda membelinya sebelum hari H tiba. Google tidak memberikan alasan jelas mengapa dua permainan tersebut dihilangkan.

Selain itu pelanggan menginginkan kejelasan soal ‘120 game‘ yang katanya akan dihadirkan oleh Stadia di 2020, sepuluh di antaranya merupakan judul eksklusif, namun Google sama sekali belum mengungkap detailnya sampai hari ini. Sejumlah fitur juga belum bisa ditemukan, contohnya family sharing, versi iOS, dukungan penuh controller wireless, opsi 4K di PC dan fungsi Google Assistant. Google kabarnya akan meluncurkan itu semua di kuartal pertama 2020.

Selanjutnya, pekerjaan rumah lain yang mesti Google selesaikan berkaitan dengan pengalaman penggunaan Stadia. Masih banyak pelanggan menemui masalah jaringan LTE dan kendala pada resolusi 4K.

Stadia sudah tersedia di 14 negara, tetapi Indonesia belum termasuk di sana. Meski demikian, laman store berbahasa Indonesia bisa jadi indikasi Google memiliki rencana buat meluncurkan platform gaming on demand-nya di tanah air.

Via DualShockers & PC Gamer.

Kabarnya Amazon Akan Luncurkan Layanan Cloud Gaming Dengan Integrasi Twitch Tahun Depan

Google Stadia akhirnya resmi meluncur minggu ini lewat Founder’s dan Premiere Edition. Ia memang bukan layanan cloud gaming pertama, namun mayoritas khalayak mempercayai pengalaman Google di ranah teknologi. Tapi meski Stadia beroperasi seperti yang Google inginkan, banyak pakar merasa bahwa platform ini belum sepenuhnya siap – apalagi sejumlah fitur penting belum ada di sana.

Ada banyak hal yang harus Google lakukan agar Stadia mampu merangkul lebih banyak pengguna, apalagi dalam waktu ke depan, kompetisi dipastikan akan jadi kian ketat. Ketika Stadia baru mampu menawarkan 22 game, Microsoft xCloud sudah didukung oleh 50 permainan di masa uji coba dan ia dijadwalkan untuk tiba di PC tahun depan. Dan Anda juga mungkin telah mendengar agenda Amazon buat menyediakan layanan gaming on demand serupa.

Berdasarkan laporan CNET, raksasa teknologi asal Seattle itu berencana untuk memperkenalkan platform cloud gaming-nya tahun depan. Langkah tersebut boleh katakan sebagai ekspansi bisnis mereka di ranah gaming. Lewat kanal eCommerce-nya, Amazon sudah lama menjual game, console/hardware resmi serta segala macam aksesori pendukung gaming. Dan kita tahu, Amazon telah mengambilalih Twitch di 2014 – salah satu layanan video streaming game terbesar di dunia.

Dalam pengembangan platform cloud gaming, Amazon sudah mulai merekrut talenta-talenta berpengalaman yang sempat bekerja di perusahan gaming besar, seperti Microsoft. Mereka juga membuka lowongan di tim Amazon Web Services untuk mengeksekusi ‘inisiatif baru’. Menurut pengakuan dua narasumber pada CNET, semua ini berkaitan dengan ekspansi layanan gaming Amazon di masa depan.

Dan tidak tanggung-tanggung, Amazon turut mengakui niatannya untuk mengintegrasikan Twitch dan layanan-layanan lain milik perusahaan ke platform gaming on demand mereka.

Di salah satu posting lowongan pekerjaan, Amazon sempat bilang, “Kami percaya evolusi yang dahulu dicetus oleh komunitas arcade telah berkembang menjadi tren live stream dan esports yang sangat populer sekarang. Industri gaming akan terus tumbuh hingga semua orang dapat jadi gamer, dan tiap gamer bisa berkreasi, bertanding, berkolaborasi dan saling berhubungan dengan sesamanya dalam skala masif.”

Sekali lagi, gaming bukanlah hal baru bagi Amazon. Di tahun 2012 mereka mendirikan tim developer first-party Amazon Game Studios. Saat ini mereka tengah menggodok Crucible (permainan last man standing berbasis kelas yang mengadu 12 pemain) dan New World (MMO sandbox bertema supernatural). Sayangnya dua permainan ini masih belum dirilis oleh Amazon Game Studio, dan bersamaan dengan ajang E3 2019 kemarin, studio malah diketahui merumahkan sejumlah karyawannya.

Via The Verge. Header: Amazon.

Game Google Stadia Bertambah 10, Kini Ada Metro Exodus dan Final Fantasy XV

Layanan cloud gaming Google Stadia dijadwalkan untuk meluncur minggu ini lewat opsi Founder’s atau Premiere Edition. Demi memeriahkan momen tersebut, Google telah menyiapkan 12 game blockbuster yang dapat segera dinikmati. Namun menelaah lebih jauh, Stadia ternyata tak dibekali sejumlah fitur esensial di hari pelepasannya, dan hal ini membuat banyak orang bertanya-tanya apakah betul Stadia siap dirlis…

Berdasarkan penjelasan Google, fitur-fitur penting tersebut (seperti Achievement, Family Sharing dan Stream Connect) baru akan hadir menyusul di tahun 2020. Tapi sepertinya Google menyadari terlepas dari dukungan judul-judul seperti trilogi reboot Tomb Raider, Red Dead Redemption 2, dan Asssassin’s Creed teranyar, 12 game masih terasa sangat sedikit. Keadaan ini mendorong mereka untuk menambah lagi jumlahnya.

Melalui akun Twitter-nya, general manager sekaligus vice president Google Phil Harrison mengumumkan penambahan 10 game di hari peluncuran Stadia, sehingga totalnya kini adalah 22 permainan. Sayangnya, hal itu kemungkinan besar mengubah agenda awal Google yang berniat buat membubuhkan dukungan 14 game sebelum tahun 2019 berakhir. 10 judul baru tersebut meliputi:

  • Attack on Titan: Final Battle 2
  • Farming Simulator 2019
  • Final Fantasy XV
  • Football Manager 2020
  • Grid (2019)
  • Metro Exodus
  • NBA 2K20
  • Rage 2
  • Trials Rising
  • Wolfenstein: Youngblood

Permainan-permainan di atas akan melengkapi 12 judul yang sempat diumumkan:

  • Assassin’s Creed Odyssey
  • Destiny 2: The Collection
  • GYLT
  • Just Dance 2020
  • Kine
  • Mortal Kombat 11
  • Red Dead Redemption 2
  • Thumper
  • Tomb Raider: Definitive Edition
  • Rise of the Tomb Raider
  • Shadow of the Tomb Raider: Definitive Edition
  • Samurai Shodown

Itu artinya, ‘hutang’ Google pada pengguna Stadia di tahun ini hanya tinggal merilis Borderlands 3, Darksiders Genesis, Dragon Ball Xenoverse 2, dan Ghost Recon Breakpoint. Pertanyaannya, apakah Goolge akan menambah lagi jumlahnya? Kita tahu ada banyak gameupcoming‘ yang dijadwalkan buat mendarat di Stadia dan sebagian dari mereka masih dalam proses pengembangan, misalnya Cyberpunk 2077, Baldur’s Gate 3, Watch Dogs: Legion, Doom Eternal, serta Marvel’s Avengers.

Perlu diketahui bahwa meski aplikasi Stadia tersaji gratis, Anda perlu membeli game-nya terlebih dulu agar bisa menikmati layanan on demand ini. Dan di hari perilisannya, Stadia baru dapat diakses oleh perangkat Pixel 2 hingga 4, tablet ber-Chrome OS atau via browser Chrome di PC Anda. Tanpa memesan Founder’s Edition, Anda perlu membeli Stadia Controller serta Chromecast Ultra agar bisa ber-cloud gaming di layar televisi. Namun Stadia versi ‘dasar’ sendiri baru tiba tahun depan.

Via PCGamer.