Closer Look on Foreign VCs Interest in Indonesia

As one of the most promising country on economics and technology in Southeast Asia, Indonesia is globally being watched over by investors. In 2008-2010, when startup was still growing, only few foreign investors coming and Japan’s venture capital is dominating. In 2017, U.S.’s and Chinese’s VCs are coming to invest in Indonesia.

In a session of Wild Digital Indonesia, foreign VCs representatives, like Bluesky’s Investment Director Ben Dunphy, SBI’s CEO & Managing Director Ryosuke Hayashi, and OPT SEA’s COO & Partner Soonhe Kim, discussed about the enthusiasm towards Indonesia.

Indonesia’s huge market size

Out of many reasons regarding Indonesia’s superiority over Malaysia and equivalent to Singapore is the huge market size. Proven by the increasing use of smartphone and internet penetration in Indonesia.

“According to current data, Indonesia and Singapore are the most contributed
country of consumers to various profit in many industries, a proof for the huge
market size,” Dunphy Said.

Hayashi shares similar opinion, seeing the lack of financial services create
opportunity for startup development in Indonesia.

“Lots of ‘unbanked people’ is an opportunity for startup to develop solution for this problem,” Hayashi added.

Since 2011, Indonesia has started significant change in technology, led by local rising stars, like Tokopedia, GO-JEK, and Bukalapak. The dynamic puts Indonesia as one of the fastest growing economy in Southeast Asia.

“When local startup was non-existence, there is no clear opportunity for investment. Nowadays, many high-potential local startup are rising and attract foreign investment,” Kim said.

Ready to compete with Chinese VCs

The similarity in market and technology development between Indonesia and China becomes a reason of many foreign investors come and invest more in Indonesia. It does not complicate Bluesky, OPT SEA, and SIB to keep looking for opportunity in potential startup in Indonesia and to compete with Chinese VCs.

“With China VCs experience, they will get a head start. However, as Southeast
Asia-focus investor, like OPT SEA, it won’t be a problem,” Kim said.


Disclosure: DailySocial is a media partner of Wild Digital Indonesia.
Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Persoalan Minimnya Talenta dan Peranan Investor dalam Mendukung Ekosistem Startup

Masalah minimnya talenta berkualitas ternyata menjadi salah satu kendala utama yang dihadapi oleh dunia startup Indonesia saat ini. Rendahnya lulusan engineer berkompetensi belum bisa mengakomodasi kebutuhan startup lokal hingga asing yang melancarkan bisnisnya di Indonesia.

Dalam sesi diskusi yang digelar Google Indonesia hari ini (19/09), dibahas riset dan penelitian tentang investasi startup di Indonesia. Partner A.T. Kearney Alessandro Gazzini mengungkapkan dibandingkan India yang jumlah lulusan baru engineer luar biasa besar, Indonesia dinilai masih sangat minim baik dari jumlah dan pengetahuan.

“Karena masih rendahnya kualitas dari engineer Indonesia, idealnya pemerintah memberikan kemudahan untuk pekerja asing, dalam hal ini engineer, untuk bekerja di Indonesia.”

Hal senada diungkapkan Co-Founder & Group CEO C88 Financial Technologies JP Ellis yang selama ini telah cukup lama berkecimpung dalam dunia financial technology (fintech) di tanah air. Ia merasakan masih kesulitan untuk menemukan tenaga engineer yang berkualitas di Indonesia.

“Dari industri fintech tantangan bukan hanya soal talenta, namun juga dukungan dari pemerintah dalam hal ini regulator terkait dengan kebijakan untuk industri fintech di Indonesia,” kata Ellis.

Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengungkapkan ada atau tidak ada talenta, bisnis startup harus terus berjalan. Tidak bisa menunggu jumlah engineer lokal untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Untuk itu ia menyarankan pendekatan perekrutan talenta asing (sambil mendidik engineer lokal baru) atau men-switch tenaga dari korporasi untuk berpindah ke startup.

Perlunya local hero dari sisi startup dan investor

Meskipun saat ini sudah banyak venture capital  lokal yang mulai aktif berinvestasi kepada startup asal Indonesia, namun masih kalah banyak jumlahnya dengan investor asing. Menurut Willson masih sedikit, bahkan terbilang belum ada investor lokal yang sukses mencetak startup yang sukses atau exit, dibandingkan dengan investor asing.

“Bukan hanya startup saja yang perlu local hero untuk menjadi inspirasi, namun investor juga perlu adanya local hero yang sukses. Idealnya paling tidak ada quick winning yang dihasilkan dari investor lokal.”

Dengan makin banyaknya perusahaan besar asal Tiongkok yang mendanai startup di Indonesia, bisa dipastikan bakal mempersempit ruang bagi investor untuk mendanai startup di Indonesia. Menurut Principal Sequoia Capital Abheek Anand, hal tersebut harusnya bukan menjadi persoalan yang perlu dikhawatirkan oleh investor, justru menjadi peluang terbaik untuk startup dan ekosistem.

“Masuknya perusahaan Tiongkok berinvestasi artinya kapital makin banyak tersedia, saya juga melihat perlunya local hero dari venture capital di Indonesia untuk menjadi inspirasi.”

Anand menambahkan banyaknya peluang dan kapital yang masuk ke Indonesia memang bisa menjadi permasalahan tersendiri, namun pendiri startup yang cerdas tentunya bisa menghadapi situasi tersebut dengan baik.

Wave kedua industri startup di Indonesia

Setelah wave pertama industri startup di Indonesia banyak didominasi oleh layanan e-commerce hingga transportasi menurut para investor dan pakar yang hadir dalam acara tersebut, untuk wave kedua diprediksi bakal bermunculan startup baru yang menyasar kepada edutech, healthtech hingga fintech dengan layanan yang lebih kompleks.

“Saya melihat fintech masih menjadi pilihan para pelaku startup, namun bentuknya mungkin lebih advance dengan berbagai layanan dan pilihan lebih baru lagi,” kata Ellis.

Sementara, menurut Willson, idealnya untuk investor sudah mulai melihat lebih ke depan terkait dengan kategori startup yang berpotensi untuk didanai. Bukan hanya berpatokan kepada tren yang ada namun berpikir “ahead of the wave“.

“Investor harusnya sudah bisa melihat lebih jauh lagi kira-kira layanan apa yang bakal sukses untuk diinvestasikan. Jangan melihat tren yang ada saat ini saja.”

Beberapa Tipe Investor yang Perlu Dihindari Startup dalam Mengembangkan Bisnis

Tujuan utama investasi, selain untuk mendorong akselerasi startup, juga membangun hubungan antara investor dengan pebisnis sebagai bentuk kerja sama yang menguntungkan. Hal yang berkaitan ini menjadi kunci keberhasilan dunia bisnis. Pengusaha membutuhkan investor untuk meningkatkan pendanaan di sektor infrastruktur, dengan investor yang mengapresiasi dengan bentuk dukungan finansial dan bimbingan terhadap perusahaan rintisan tersebut.

Sebagai pendiri perusahaan sejatinya harus lebih mengenal jenis investor yang akan menaungi bisnisnya, agar tidak terjadi hal buruk pada bisnisnya kelak. Sehingga perusahaan dapat berkembang dengan merangkul investor terpercaya menjalin hubungan yang harmonis.

Namun, di era globalisasi yang sudah maju ini, ternyata masih menyisakan pilu terhadap ekspektasi perusahaan menghasilkan hubungan yang baik dengan investor dengan kendala yang tidak sesuai harapan. Adapun karakter investor yang segera dihindari pebisnis, antara lain:

Berniat memegang kendali bisnis sepenuhnya

Sebelum melakukan investasi para investor harus mengetahui dampak/risiko yang ditanggung dalam melakukan penanaman modal pada perusahaan. Namun, saat ini perusahaan masih dihadirkan oleh investasi yang mencari kesempatan saat bisnis mengalami kesulitan.

Awalnya investor ini berperilaku baik sebagai teman dekat Anda. Namun, begitu bisnis mengalami penurunan kualitas, mereka malah membuat klausa perjanjian sebagai pemegang kendali bisnis Anda.

Padahal, investor seharusnya menjadi roda perkembangan bisnis yang membantu mencapai kemajuan bisnis. Bukan dengan karakter investor seperti ini, mengambil alih bisnis melalui perjanjian yang menjebak.

Investor “predator”

Dari namanya sudah isyaratkan kurang baik, untuk  investor yang memberikan dampak buruk pada perkembangan bisnis Anda. Padahal sebelum menjalin kerja sama ada pembahasan yang saling menguntungkan bagi keduanya, ternyata berbalik merugikan perusahaan dengan menanggung kerugian investor.

Faktor ini harus segera di meminimalkan atau pun dijauhi oleh para pebisnis selaku penyedia wadah investor. Sehingga kejadian seperti ini yang terkait dengan dana, menjadi peringatan sendiri bagi investor predator dalam menanggung kerugiannya.

Memberi harapan tanpa kepastian

Hadirnya investor dalam usaha bisnis, sesungguhnya memiliki maksud dan tujuan yang jelas mengapa mereka investasi. Namun, sangat berbeda dengan investor yang cenderung muncul dengan banyak alasan pertanyaan yang kurang jelas arahnya. Mereka datang sekedar mengetahui prospek bisnis Anda, namun tidak satu pun arah kesepakatan dalam pembicaraan tersebut.

Perantara investor

Saat ini sangat banyak orang atau investor jadi-jadian di sekitar para pengusaha bisnis atau startup. Mereka akan sangat pintar menjadi pengacara maupun seorang akuntan, yang pada akhirnya membuat Anda mempercayai sebuah perjanjian pembayaran untuk ditandatangani sebelum bertemu investor sesungguhnya.

Perantara ini memang sering berguna untuk mengantarkan Anda pada investor besar yang menjanjikan. Akan tetapi, sebagai pengusaha baru tetap waspada mengantisipasi datangnya investor sejati atau hanya pura-pura.

Strategi Startup Ikuti Rekam Jejak Unicorn Memperoleh Valuasi Tinggi

Untuk menjadi startup unicorn, membutuhkan perhitungan yang matang sesuai kondisi pasar saat ini. Menjadi founder atau pemilik bisnis startup harus lebih aktif mengembangkan pelayanan bisnisnya agar mendapatkan tempat di hati pengguna. Dengan begitu, akan membawa ekspektasi investor mendukung kemajuan bisnis Anda.

Bila perlu trik ini bisa digunakan pelaku startup unicorn untuk memiliki valuasi senilai 1 miliar dolar.

Menemukan model bisnis yang menguntungkan

Untuk bersaing dalam startup unicorn, harus ada pendekatan tahap awal yang lebih unik dan menguntungkan dari sebelumnya. Sebab, investasi akan datang dari suatu ide baru yang muncul di industri bisnis startup nantinya.

Seperti status unicorn pertama di Indonesia yang terjadi pada pertengahan Agustus tahun lalu. Kala itu Go-Jek sebagai layanan pendatang baru dalam pengelolaan transportasi berbasis online. Mereka mendapatkan investasi besar dengan jumlah yang tak terbayangkan sebelumnya dari KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital serta Capital Group Private Markets.

Perhitungan kondisi dan waktu yang tepat

Meluncurkan startup dapat menjanjikan sebagai industri bisnis yang besar biasanya memanfaatkan momen yang tepat untuk meluncurkan layanan muktahir.

Dengan begitu gagasan dalam membentuk sebuah startup besar harus menemukan waktu kala mendistribusikan bisnisnya menjadi unicorn. Dengan kata lain, terciptanya pangsa pasar yang tepat sasaran dibantu pendanaan yang matang. Sama seperti unicorn lain, bisa meroket seperti sekarang ini membutuhkan timing yang baik.

Bisnis startup sesuai ekspektasi investor

Startup unicorn masih sangat menikmati struktur transaksi business-to-consumer (B2C), karena transaksi itu tidak memerlukan saham atau penyimpanan benda fisik apa pun. Namun, kondisi ini bisa saja menjadi pressure bila tak sesuai ekspektasi investor untuk menaungi bisnis startup.

Oleh karena itu adanya fase negosiasi dengan investor, dapat kita pahami dengan dua frase kunci, yaitu valuasi pra-investasi dan pasca investasi. Dengan adanya fase ini investor dapat  menentukan harga yang bersedia mereka bayar untuk sebuah investasi.

Dengan trik startup ini bisa jadi jawaban mengenai kondisi unicorn menjadi kenyataan, dengan pendanaan yang besar dan tujuan yang tepat, bisnis Anda jadi mudah di aplikasikan.

4 Hal Penting dalam Menghindari Perilaku Buruk Startup di Tahap Awal

Dalam melakukan sesuatu usaha, tak jarang ada yang menemukan hambatan, rintangan, bahkan kegagalan. Biasanya pelaku bisnis yang pernah mengalami hal seperti itu akan mengerti masalahnya dan mencoba bangkit kembali. Setelah mengetahui indikasi kegagalan, idealnya pelaku startup dapat menghasilkan bisnis yang lebih efektif.

Banyak kemungkinan yang terjadi dalam dinamika startup. Apalagi menyangkut karier atau impian Anda. Namun, tidak semua cara bisnis startup menjanjikan, ada beberapa cara yang salah dari startup yang harus dihindari, sehingga berpotensi gagal.

Terlalu dini memfokuskan pada peluang investasi besar

Dari sini Anda harus menggarisbawahi bahwa pendanaan besar terjadi karena ada peluang pasar yang besar. Padahal tidak semua bisnis startup identik dengan pasar yang tinggi. Melihat kondisi seperti ini bukan tidak mungkin beberapa startup harus mengubur impian dengan saingan bisnis yang lebih dulu besar.

Sering kali pengusaha yang percaya, bahwa mendapat investasi besar terfokus mengejar pangsa pasar yang lebih besar. Padahal, banyak startup besar tumbuh berkembang dari hal terkecil dengan tujuan mencapai keuntungan besar.

Sebagai alternatif, pangsa pasar yang dominanlah yang menarik investor datang. Karena startup dapat memahami dengan cepat pelanggan atau menciptakan keuntungan yang dapat dipertahankan. Melalui lingkup sederhana ini yang dinilai cukup menjadikan startup Anda berkembang pesat mendominasi pangsa pasar kemudian.

Modal besar dengan target tinggi

Fase ini sangat sensitif ketika dilakukan oleh pelaku startup yang baru memulai bisnisnya. Terlebih masih menggunakan pendanaan pribadi (bootstrap), memulai dengan dana besar sesuai target yang tinggi.

Padahal, target tinggi itu diraih ketika startup memiliki tonggak bisnis yang memikirkan perkembangan startup berikutnya. Seperti memperhatikan produk, manajemen yang terstruktur, dan terpenting adalah traksi/target pelanggan di awal pendapatan. Karena berhubungan langsung dengan valuasi dana yang tinggi.

Terpenting pencapaian dengan menetapkan nilai pertama startup untuk melihat target yang wajar, mengejar valuasi yang tinggi dan putaran yang besar setelah substansi tercapai.

Nilai Produk yang Terlalu Tinggi

Di sisi lain, kekayaan ide atau gagasan yang di aplikasikan terkait pengalaman teknologi atau produk Anda sangat menarik perhatian investor. Karena memiliki kualitas yang menjanjikan strategi mengarah ke persaingan bisnis.

Namun, sering kali produk yang memiliki hak cipta membuat marketvalue yang tidak masuk akal bagi para investor. Mungkin bagi startup menjunjung nilai paten akan sangat berarti, tetapi ada baiknya jalin investasi yang berhubungan erat dengan reputasi baik.

Dengan adanya pengalaman suatu ide dalam bisnis startup yang akan Anda jalani, akan percuma bila dilandasi dengan nilai terlalu berlebihan tanpa memikirkan perkembangan startup selanjutnya. Pelajari mengenal ruang bisnis Anda, maka jaminan investor akan lebih besar.

Menyimak Curhatan Para Investor Terhadap Startup di Indonesia

Dalam sesi diskusi yang digelar di JSC Hive Jakarta, enam investor yang cukup aktif berinvestasi kepada startup Indonesia yaitu Director Skystar Capital Abraham Hidayat, Investment Manager Venturra Capital Raditya Pramana, Head of Investment Mandiri Capital Aldi Adrian Hartanto, Associate East Ventures Agung Bezharie, Vice President CyberAgent Ventures Steven Vanada, dan Managing Partner Coffee Ventures Kevin Darmawan, menyampaikan “rasa frustrasinya” terhadap startup Indonesia yang belum signifikan berhasil menciptakan inovasi yang baru saat ini.

Sedikitnya jumlah investor yang memberikan pendanaan kepada startup baru tampaknya menjadi bukti nyata rasa frustrasi dan pesimis.

“East Ventures selama ini cukup aktif memberikan pendanaan untuk Indonesia dan Singapura. Namun akhir-akhir ini kami memutuskan untuk lebih fokus kepada startup di luar Indonesia dan Singapura,” kata Agung.

Sempitnya inovasi baru dari startup asal Indonesia serta minimnya pengetahuan dari para founder asal Indonesia terkait dengan bisnis secara umum dan teknologi pada khususnya, merupakan beberapa alasan mengapa pada akhirnya Kevin Darmawan dari Coffee Ventures menganjurkan kepada para Founders untuk menguasai pemahaman bisnis dan teknologi, terkait dengan ide dan inovasi yang bakal dibuat.

“Idealnya para pendiri startup tersebut harus melakukan uji coba terlebih dulu dan tentunya menguasai bisnis yang ada. Namun demikian saat ini cost dari uji coba tersebut sudah tergolong mahal biayanya, menyulitkan kami investor untuk meneruskan investasi.”

Kevin juga menambahkan masih banyak startup baru menerapkan pola yang sama, yaitu membangun bisnis yang sebelumnya sudah ada dan terbilang sukses seperti Tokopedia, GO-JEK dan Traveloka. Hal tersebut menyulitkan investor untuk memiliki minat dan tertarik untuk berinvestasi.

“Dibutuhkan waktu yang cukup lama bagi startup tersebut bisa besar seperti ini. Saat ini ketika teknologi, demand dan ekspektasi semakin tinggi menyulitkan startup untuk tumbuh jika masih menerapkan pola yang serupa.”

Investor semakin “picky” dan berhati-hati

Meskipun saat ini makin banyak investor yang hadir di Indonesia, namun tidak semua investor lokal dan asing tersebut memiliki keyakinan kepada startup baru. Belajar dari pengalaman sebelumnya memberikan investasi kepada startup dan berakhir tidak sukses, pada akhirnya membuat investor harus mengencangkan ikat pinggang dan memilih dengan baik startup yang bakal diinvestasikan.

“Jika kita lihat saat ini pendanaan tahap seed hingga seri B dan C makin sedikit diberikan oleh investor. Salah satu alasannya adalah extra picky dan extra filtering dari investor dalam hal pemberian dana,” kata Vice President CyberAgent Ventures Steven Vanada.

Pemilihan yang ketat tersebut juga dilakukan oleh Head of Investment Mandiri Capital Aldi Adrian Hartanto.

“Bukan hanya startup yang saat ini evolving tapi investor juga evolved. Investor semakin hati- hati saat melakukan investasi dengan mencari tahu terlebih dahulu rencana atau goals dari startup. Investor ingin melihat path dari startup 2-3 tahun ke depan,” kata Aldi.

Aldi juga menambahkan orisinalitas dan produk yang bisa memberikan solusi terbaik merupakan jenis startup yang memiliki potensi dan bakal di lirik oleh investor.

Kekurangan talenta dan dukungan dari pemerintah yang belum memberikan impact

Selama ini pemerintah dan pihak terkait lainnya sudah mulai cukup agresif menghadirkan wadah hingga platform yang bertujuan untuk membantu calon pelaku startup mengembangkan bisnisnya. Namun masih belum terlihat startup yang berkualitas hasil dari program tersebut. Hal ini terjadi menurut Investment Manager Venturra Capital Raditya Pramana adalah masih kurangnya talenta untuk engineer di Indonesia.

“Krisis talenta yang berkualitas mempengaruhi startup asal Indonesia menghasilkan layanan yang baik memanfaatkan teknologi, karena alasan itulah program yang dilancarkan oleh pemerintah belum memiliki impact yang cukup masif untuk ekosistem startup di Indonesia.”

Tren startup favorit investor

Di akhir sesi diskusi tersebut, Director Skystar Capital Abraham Hidayat memberikan beberapa masukan kepada calon pelaku startup yang ingin mendirikan bisnis startup, di antaranya mulai untuk mencoba layanan edutech, healthtech hingga peer-to-peer lending. Layanan lain yang masih bisa digali potensinya adalah logistik.

“Saya menganjurkan kepada calon pelaku startup untuk terus mencari ide-ide baru dan meningkatkan kreativitas yang ada, agar bisa menghadirkan inovasi baru memanfaatkan teknologi yang berguna untuk orang banyak.”

Intinya jangan membangun startup hanya untuk mendapatkan funding atau menarik perhatian media saja. Namun bangun startup yang memiliki layanan dan produk yang baru memanfaatkan teknologi dan tentunya dibutuhkan.

Pada akhirnya para investor tersebut masih memiliki perhatian dan optimis kepada startup Indonesia. Namun hal tersebut kembali lagi kepada ide serta kreativitas yang dimiliki oleh founder agar bisa tampil beda dan unik dengan layanan yang bakal dihadirkan.

“Bisnis kita adalah memberikan funding kepada startup, jika tidak ada startup yang memiliki potensi akan menjadi percuma bisnis kita sebagai investor,” tutup Kevin.

Tiga Hal yang Perlu Dicermati Startup saat Melakukan Penggalangan Dana

Kesuksesan yang telah diraih Aria Rajasa Masna dengan bisnis yang telah dibangun, yaitu gantibaju dan Tees, bisa dijadikan inspirasi kepada calon entrepreneur. Meskipun tidak selalu berjalan mulus sejak awal, dengan Tees Aria bersama mitra dan investor sudah menemukan produk yang tepat dan pasar yang sesuai untuk bisnis yang dijalankan.

Dalam sesi #SelasaStartup yang diselenggarakan DailySocial, Co-Founder dan CEO Tees Aria Rajasa Masna berbagi pengalaman, tips, dan trik yang wajib diketahui calon pelaku startup ketika tengah bersiap melakukan penggalangan dana.

Hindari melakukan penggalangan dana saat startup baru dibangun

Di masa awal startup dibangun, yang menjadi fokus utama adalah bagaimana ide yang dimiliki mampu diimplementasikan menjadi produk yang berfungsi dengan baik melalui percobaan hingga menentukan target pasar. Menjadi hal yang kurang ideal untuk melakukan penggalangan dana di masa itu, karena pada umumnya startup belum memiliki kesiapan dari sisi materi hingga mental untuk mengelola pendanaan tersebut.

Di masa awal ini, pendiri startup juga wajib untuk mempelajari manajemen hingga hal-hal teknis terkait dengan bisnis yang akan dijalankan. Jika pendiri tidak memiliki cukup pengalaman dan pengetahuan, ada baiknya untuk mengajak rekan bisnis yang memiliki kemampuan dan pengalaman tersebut.

“Menjadi hal yang penting bagi startup untuk membentuk tim terlebih dahulu ketika startup baru dibangun. Dengan demikian ketika nantinya produk sudah siap dan target pasar telah ditentukan, startup pun bisa menentukan langkah berikutnya yaitu pertumbuhan atau growth,” kata Aria.

Penting bagi startup untuk melakukan product market fit terlebih dahulu, sebelum kegiatan penggalangan dana dilakukan hingga meluncurkan produk. Proses Product Market Fit yang tidak dilakukan sejak awal, akan mempengaruhi jalannya bisnis ke depannya.

“Lakukan market research terlebih dahulu, dan pastikan Anda memahami bisnis serta siapa target pasar yang paling sesuai untuk produk atau layanan yang bakal Anda hadirkan.”

Hal lain yang menjadi pertimbangan untuk tidak melakukan penggalangan dana kepada investor di masa awal startup adalah pembagian atau kesepakatan yang dituntut investor yang biasanya akan lebih merugikan startup baru ketimbang saat startup mulai tumbuh dan mengalami peningkatan yang positif.

Lakukan penggalangan dana ketika kondisi keuangan masih aman

Pengalaman menarik lainnya yang dibagikan Aria dalam sesi tanya jawab #SelasaStartup adalah ketika akhirnya Tees mendapatkan investor yang tertarik untuk menanamkan modal, Aria dan tim tidak pernah secara langsung melakukan kegiatan penggalangan dana. Semua berjalan secara organik berdasarkan pertumbuhan dan pendapatan yang telah diraih.

“Ketika bisnis sudah mulai menunjukkan pendapatan yang stabil, biasanya akan datang penawaran dari investor untuk memberikan pendanaan kepada startup Anda. Intinya adalah tunjukkan terlebih dahulu potensi dari bisnis Anda, agar bisa menarik perhatian investor yang tepat untuk berinvestasi.”

Saat pendanaan pada akhirnya didapatkan, gunakan uang tersebut dengan bijak, jangan terlalu fokus kepada hal-hal yang tidak relevan namun prioritaskan rencana dan goal dari bisnis Anda ke depannya.

“Kebanyakan ketika startup telah mendapatkan funding lebih memikirkan untuk eksistensi. Idealnya pendanaan yang dimiliki bisa digunakan untuk mendorong pertumbuhan startup. Apakah itu menambah jumlah pengguna, unduhan aplikasi dan lainnya,” kata Aria.

Bina hubungan baik dengan investor

Melakukan pendekatan dengan investor terutama untuk Anda pemilik startup baru, memerlukan waktu yang lama dan pengenalan yang baik dengan investor dari VC hingga angel investor. Biasanya investor akan lebih mudah didekati ketika telah mengenal Anda pemilik startup sebelumnya, dibandingkan dengan pemilik startup baru yang belum dikenal. Untuk itu ada baiknya untuk memiliki kenalan atau rekomendasi dari pelaku startup lainnya kepada investor yang Anda incar untuk mulai melakukan pitching atau presentasi.

“Cara terbaik adalah membina hubungan baik terlebih dahulu, yaitu berkenalan antara Anda dan investor. Lebih baik lagi jika Anda memiliki teman atau rekomendasi dari kalangan investor, karena biasanya investor lebih nyaman melakukan bisnis dengan orang yang sudah dikenal sebelumnya,” kata Aria.

Untuk itu lakukan terus networking dan perluas jaringan pertemanan dikalangan pelaku startup, investor, dan komunitas yang relevan.

Application Information Will Show Up Here

Rencana ANGIN Meningkatkan Peran Perempuan di Dunia Teknologi

Permasalahan masih minimnya jumlah perempuan yang berkecimpung dalam dunia teknologi hingga saat ini ternyata mendapat sorotan dari para pelaku startup hingga jajaran eksekutif di perusahaan teknologi di Indonesia. Namun menjamurnya jumlah startup dan meningkatnya lowongan posisi untuk engineer, ternyata tidak disertai dengan meningkatnya jumlah perempuan yang bekerja sebagai engineer.

Dalam tulisan yang dimuat oleh JakartaPost, Head of Product Manager Digital of Tokopedia Devy Pranowo mengungkapkan, dunia teknologi tidak pernah melihat jenis kelamin, artinya semua orang bisa belajar dan mencoba untuk berprofesi sebagai engineer.

Namun demikian faktanya hingga kini dunia startup dan teknologi di tanah air, masih kekurangan peminat yang berasal dari kalangan perempuan untuk terjun menjadi engineer. Salah satu cara untuk bisa menarik perhatian para perempuan untuk tertarik mengisi posisi teknis adalah agar perusahaan lebih terbuka dalam hal perekrutan, bukan hanya fokus kepada engineer pria namun juga perempuan.

ANGIN dan Wonder Tech

Melihat persoalan yang ada Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) kemudian menginisiasi kegiatan Wonder Tech. acara yang bertujuan untuk memahami permasalahan dan mencoba mencari solusi terbaik agar lebih banyak lagi perempuan terjun ke dunia teknologi, didukung oleh para pelaku startup di Indonesia.

“Setelah melakukan pertemuan dengan Co-CEO Lazada Florian Holm, Khailee Ng dari 500 Startups dan beberapa teman-teman dari layanan e-commerce, kita memutuskan untuk melakukan sesuatu agar bisa membawa lebih banyak lagi perempuan dalam dunia teknologi terutama di kalangan eksekutif. Florian dari Lazada selalu mengeluhkan sedikitnya jumlah perempuan saat pertemuan eksekutif internal, sebagai langkah pertama kita akan melakukan kegiatan tersebut dalam waktu dekat,” kata Direktur ANGIN David Soukhasing kepada DailySocial.

Dalam kegiatan tersebut akan dihadirkan beberapa tokoh perempuan yang terbilang sukses dengan bisnisnya di Indonesia untuk membahas potensi serta solusi terbaik untuk perempuan di dunia teknologi.

“Kita akan mengundang sekitar 150 orang menghadiri acara sederhana yang nantinya sarat dengan interaksi dan pembahasan menarik tentang isu perempuan di dunia teknologi,” kata David.

Memperluas kerja sama dengan rekanan strategis

Sebagai salah satu jaringan angel investor di Indonesia, ANGIN makin gencar melakukan kerja sama dengan pihak terkait. Selain dengan Garena, Lazada, GO-Jek, dan Facebook, saat ini ANGIN dan 500 Startups telah melakukan kerja sama strategis, salah satunya adalah dengan menempatkan Venture Partner 500 Startups Ashraf Sinclair sebagai angel investor di ANGIN.

“Sebelumnya ANGIN telah melakukan co-invested dengan 500 Startups, berdasarkan rekomendasi dari Khailee Ng (Managing Partner 500 Startups) kami di ANGIN berharap Ashraf bisa menjadi mentor untuk industri fesyen, kuliner, selebriti hingga gaya hidup yang berbasis teknologi dan masuk dalam seed stage,” kata David.

Rencana ke depannya ANGIN dan 500 Startups akan melancarkan kerja samanya dengan mengadakan beberapa kegiatan, salah satunya adalah kegiatan Wonder Tech di Jakarta.

Laporan DailySocial: Pengenalan dan Ketertarikan Pasar Berinvestasi di Layanan P2P Lending

DailySocial bekerjasama dengan JakPat mengadakan riset mengenai layanan P2P Lending di Indonesia, dengan judul “Investor P2P Lending Survey 2017”. Survei dilakukan terhadap sampel populasi seluruh Indonesia secara acak, dengan jumlah responden 1020 sehingga secara agregat dapat menggambarkan keadaan pasar Indonesia secara keseluruhan.

Konsep layanan P2P Lending (Peer-to-Peer Lending) adalah sebuah bentuk layanan yang relatif baru, namun kini menghangat. Sejumlah badan usaha & aplikasi Internet dibentuk di Indonesia untuk mengaplikasikan layanan P2P Lending di pasar Indonesia. Sebagai bentuk layanan baru tentu dapat diduga belum banyak yang kenal, namun ternyata potensi antusiasme itu ada.

Beberapa temuan dari laporan kami:

  • 85.77% dari responden memang menabung, tapi sebagian besar yaitu 68.68% menabung dalam bentuk tabungan bank biasa
  • 85.47% dari responden belum pernah mendengar istilah “P2P Lending”, namun ada 4.15% yang sudah pernah berinvestasi dalam P2P Lending
  • 63.24% responden tertarik untuk mempelajari lebih lanjut mengenai “P2P Lending”

Bila ingin mengetahui lebih lanjut hasil riset “Investor P2P Lending Survey 2017”, Anda dapat mengunduhnya secara gratis setelah Anda terdaftar sebagai member DailySocial, melalui tautan berikut ini.

Tiga Kategori Penentu Keberhasilan Pitch Deck Startup

Sebelum Anda bersiap melakukan pitching kepada investor, baiknya cermati terlebih dahulu konten pitch deck yang Anda susun. Apakah sudah memuat penjelasan serta data pendukung untuk presentasi? Idealnya slide atau halaman untuk pitch deck maksimal 10 slide saja. Hindari untuk membuat terlalu banyak slide ketika sedang melakukan pitching kepada investor. Hal tersebut wajib diperhatikan untuk startup yang masih dalam early-stage.

Artikel berikut akan menjelaskan tiga hal yang wajib dicantumkan dalam pitch deck, yaitu informasi soal tim, produk dan traksi. Jika Anda pendiri startup bisa merangkum semua, akan melengkapi pitch deck Anda.

Anggota tim

Awali presentasi Anda dengan informasi singkat yang berisikan tentang, layanan atau produk apa yang ingin Anda hadirkan, kemudian tunjukkan kredibilitas tersebut dalam tampilan beberapa slide. Berikan informasi singkat tentang anggota tim, pengalaman bekerja di startup sebelumnya, latar belakang pendidikan, siapa saja mentor atau penasihat Anda selama ini.

Jika Anda tidak memiliki pengalaman atau kisah sukses yang cukup untuk diceritakan dalam pitch deck, tempatkan founder story tersebut di bagian akhir presentasi. Yang perlu dicermati adalah untuk selalu menuliskan pengalaman Anda sebagai pendiri dalam pitch deck.

Produk

Halaman berikut menjadi faktor penentu dari keberhasilan sebuah presentasi. Untuk itu jangan lupa memasukkan informasi di pitch deck berupa jenis produk atau layanan yang akan dibuat, apa yang membuat produk atau layanan tersebut menjadi inovasi terkini, apakah produk tersebut memiliki potensi untuk mengalami pertumbuhan (product/market fit), siapa target pasar Anda, estimasi atau ukuran dari target pasar, apakah Anda memiliki hak paten atau hak cipta.

Yang perlu diperhatikan adalah jika produk atau layanan yang bakal Anda hadirkan bergantung pada kemitraan, wajib untuk mempertimbangkan kembali. Karena pada umumnya kemitraan kebanyakan tidak berjalan dengan baik dan berakhir gagal. Untuk itu pastikan Anda telah memperoleh kredibilitas terkait dengan produk yang dimiliki, agar bisa memperkuat kemitraan.

Traksi

Hal berikut menjadi tujuan utama dari sebuah produk atau layanan yang bakal dihadirkan. Sebaik apa pun produk atau layanan yang dimiliki, tidak akan berhasil tanpa adanya traksi. Untuk itu tampilkan traksi serta keunggulan kompetitif, bukti yang menyatakan bahwa model bisnis bekerja dengan baik dan bisa untuk scale up.

Berikan pula rencana eksekusi level tertinggi, pastikan Anda mendapatkan data CAC (customer acquisition cost), tampilkan MRR (monthly recurring revenue), metrik pelanggan yang puas (seperti testimoni, ulasan di blog atau platform lainnya yang relevan) serta MoM (month over month), dan yang terakhir ROI (return on investment).

Investor tahap awal akan mencari pengenalan pola, lanskap kompetitif dan indikator lain dari keberhasilan atau kegagalan. Hal tersebut bisa membantu untuk menampilkan ekosistem tempat startup Anda tidak hanya bertahan, tapi mengalami pertumbuhan yang baik.

Saat ini masih banyak startup tahap awal yang belum bisa merangkum tiga kategori utama tersebut, untuk itu fokuskan salah satu dari ketiga kategori saja, apakah itu anggota tim, traksi dan produk. Pastikan pertemuan pertama serta kesempatan untuk presentasi dengan investor, menjadi pengalaman yang berkesan bagi Anda pendiri startup dan investor.