Kredit Pintar Ekspansi ke Filipina dengan Merek Dagang Atome

Startup fintech lending Kredit Pintar rambah pasar Filipina dengan merek dagang (brand) Atome untuk mereplikasi solusi atas isu yang sama dengan kondisi di Indonesia.

Kepada DailySocial, CEO Kredit Pintar Wisely Wijaya belum bersedia memberikan komentarnya terkait ini. Kendati, mengutip dari Kontan, Wisely sempat sesumbar soal ekspansinya ini.

Menurutnya, Filipina memiliki karakteristik yang sama dengan Indonesia, baik dari sisi inklusi keuangan hingga risiko yang dihadapi. Alhasil, melihat dari situsnya, produk yang ditawarkan tidak jauh berbeda, memberikan payday loan dan paylater.

Nominal pinjaman untuk payday loan yang diberikan antara PHP1.000-PHP10.000 (setara Rp270 ribu-Rp2,7 juta). Pilihan tenor yang disediakan 90-120 hari dengan bunga mulai dari 0,14%-0,8% per harinya.

Seluruh prosedurnya dilakukan secara online, melalui aplikasi. Persyaratan untuk calon nasabah adalah pekerja tetap dengan rentang usia 18-55 tahun, memiliki identitas resmi, menggunakan smartphone Android, dan memiliki rekening bank atau GCash (pemain e-wallet terbesar di Filipina).

Mengutip dari situs resminya, Atome adalah brand dari Neuroncredit Financing Company Inc., didirikan pada akhir 2018 di Filipina. Dia adalah anak usaha dari Neuroncredit Pte. Ltd. yang beroperasi di Singapura sejak 2015.

Seluruh perusahaan di bawah Neuroncredit, termasuk Kredit Pintar, menggunakan teknologi yang dibangun oleh perusahaan fintech asal Tiongkok Advance.ai untuk mempercepat pemrosesan pinjaman yang lebih cepat dan lebih baik.

Awalnya, Neuroncredit memakai brand Kredit Pintar PH saat masuk ke Filipina. Namun pada awal 2019 diubah menjadi Atome, brand yang sama dipakai Neuroncredit untuk operasionalnya di Singapura.

Atome Filipina terintegrasi dengan biro kredit milik pemerintah Filipina, Credit Information Corporation (CIC) dan masuk ke dalam asosiasi fintech di sana.

Mengutip dari platform global marketplace loan Mintos, tidak hanya Filipina, Kredit Pintar juga mengincar pasar Vietnam dan India untuk diversifikasi produk dan geografis yang jauh lebih besar.

Beberapa jajaran investor dari Kredit Pintar diantaranya GSR Ventures, Vision Plus Capital, Provident Capital, dan Northstar Group.

Bisnis Kredit Pintar di Indonesia

Saat ini perusahaan mulai menggarap pinjaman produktif, selain pinjaman konsumtif, dengan perpanjang tenor dari awal perilisan 2 bulan menjadi 12 bulan. “Kami ingin pengguna kami upgrade layanan keuangan yang lebih baik, dari sisi bunga, plafon, dan dari sisi tenor pinjaman,” terang Wisely, pekan lalu (7/11).

Dia mengakui, produk dengan tenor panjang cenderung berisiko lebih tinggi, tapi dia yakin perusahaan dapat terus menekan risikonya. Pasalnya, dengan total peminjam di Kredit Pintar berjumlah 1,8 juta orang, menjadi bank data untuk memilah profil risiko dari rendah sampai tertinggi.

Dari situ perusahaan bisa menerapkan risk based pricing sehingga risikonya bisa minimalisir. “Kami hanya memberikan pinjaman ke risiko yang terendah.”

Pinjaman produktif saat ini porsinya 20% terhadap total portofolio di Kredit Pintar. Perusahaan akan terus mendorong kontribusi dari bisnis ini, namun dengan catatan seleksi yang ketat.

“Yang mengajukan ke kami lebih banyak, tetapi setelah melalui proses underwriting dan analisis risiko, kami hanya menerima sebagian. Kebanyakan yang kami tolak adalah percobaan fraud.”

Diklaim total pinjaman yang sudah disalurkan Kredit Pintar dari Januari hingga November 2019 mencapai Rp7 triliun. Perusahaan meyakini dapat mencapai target Rp10 triliun pada akhir tahun 2019.

Application Information Will Show Up Here

Ovo Mulai Perkenalkan Produk Turunan Lainnya Bersama Taralite

Ovo mulai memperkenalkan dua produk fintech baru ke publik, ialah Ovo Talangan Siaga dan Ovo Dana Tara. Keduanya merupakan produk turunan yang dirilis bersama Taralite dan belum diluncurkan secara resmi.

Director of Enterprise Payment Ovo Harianto Gunawan menerangkan, kedua produk ini punya segmen yang berbeda dibandingkan Ovo PayLater yang lebih diarahkan untuk kebutuhan konsumtif perorangan. Dia masih enggan membeberkan detail terkait produk ini karena masih berupa teaser dan belum memastikan kapan akan diresmikan secara resmi.

“Kami kerja sama dengan Taralite untuk merilis produk pinjaman karena Ovo ini sebagai channel penjual. Jadi setiap kerja sama [dengan perusahaan lain] pasti akan kasih tahu dengan siapa. Kami berikan platform [Ovo] kepada partner sehingga bisa lakukan transaksi,” terang dia di sela-sela Indonesia Fintech Summit & Expo 2019, kemarin (23/9).

DailySocial melakukan penelusuran terhadap kedua produk ini. Ovo Talangan Siaga merupakan pinjaman jangka pendek khusus untuk mitra pengemudi GrabCar. Pinjaman ini ditujukan untuk keperluan mendadak biaya operasional sehari-hari dan kebutuhan pribadi mitra.

Persyaratannya, mitra pengemudi minimal telah bergabung di GrabCar selama minimal tiga bulan dan aktif mengemudi selama tiga bulan terakhir. Mereka juga diharuskan memiliki penghasilan mengemudi di luar insentif minimal 1 juta Rupiah per minggu.

Ada aplikasi khusus bernama DAX App yang dirilis Grab untuk memproses pengajuan pinjaman. Uji coba produk ini baru dilakukan untuk mitra yang berdomisili di Jabodetabek dan Medan. Hanya mitra yang mendapat notifikasi dari Grab yang bisa memanfaatkan layanan ini.

Nominal dana yang bisa mereka ajukan mulai dari Rp500 ribu sampai 1 juta, dengan pilihan tenor 15 hari atau 30 hari. Biaya keterlambatan per harinya Rp2.500.

Sementara, Ovo Dana Tara adalah pinjaman modal usaha kecil dan menengah yang disediakan khusus untuk merchant yang berjualan di Tokopedia. Besar nominal yang bisa mereka ajukan mulai dari Rp2 juta sampai Rp1 miliar, tergantung kebutuhan usaha.

Tenor pinjaman yang dapat dipilih adalah 3, 6, atau 12 bulan dan bunga mulai dari 0,99%-1,59% per bulannya. Merchant hanya cukup mengunggah KTP dan KK bila tertarik untuk mengajukannya. Bila proses verifikasi lancar, dalam 1-5 hari merchant akan diberitahu disetujui atau tidak.

Tanggapi rumor

Di saat yang sama, Harianto juga ditanyai berbagai rumor entah itu mengenai dorongan merger dengan Dana, menjadi unicorn kelima di Indonesia, dan akuisisi terhadap Bareksa.

“Kami tidak bicara soal rumor,” kata dia saat ditanya soal Dana.

Ia mengatakan perusahaannya hanya fokus pada kebutuhan konsumen, apa yang konsumen gunakan sejak bangun tidur hingga kembali ke rumah. “Itu kami petakan satu-satu dan kami generate.”

Dia juga menanggapi pertanyaan soal konsolidasi fintech pembayaran ke depannya. Menurut dia, industri ini masih terlalu muda, beda dengan perbankan yang sudah beroperasi sejak puluhan tahun lalu. Oleh karenanya, dia ingin melihat ke depannya fintech pembayaran ke depannya akan seperti apa.

Setelah itu, Harianto juga menanggapi kabar akuisisi Bareksa pasca diumumkannya CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra yang kini rangkap jabatan sebagai Presiden Direktur Ovo. Dia menegaskan bahwa hubungan Ovo dan Bareksa adalah kerja sama strategis.

“Bukan berarti jadi bagian dari Ovo family [harus] diakuisisi.”

Lagipula, Ovo di dalam aplikasinya sudah memiliki layanan investasi Ovo Invest, meskipun masih beta. Kehadiran Bareksa diharapkan bisa membawa inovasi produk jauh lebih berkembang, seiring upaya Ovo dalam mengedukasi masyarakat dalam mengenal produk keuangan lebih jauh.

Harianto juga menanggapi kabar status Ovo yang kini menyandang sebagai unicorn. Ia menyatakan bahwa ini adalah isu spekulasi.

Disebutkan saat ini Ovo memiliki 500 ribu merhcant per Agustus 2019 di 354 kota di seluruh Indonesia. Dari angka merchant ini, sekitar 300 ribu di antaranya adalah UKM. Layanan Ovo telah dipasang di 115 juta perangkat smartphone dan bisa digunakan untuk akses pembayaran, transfer, top up, tarik dana, manajemen aset dan investasi.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia dan Modalku Rilis Produk Fintech “Modal Toko”

Tokopedia dan Modalku merilis produk fintech Modal Toko yang didesain untuk mempermudah merchant online memperoleh pinjaman modal usaha dalam waktu yang singkat dan memiliki fleksibilitas tinggi.

Pengumuman ini sekaligus melengkapi rangkaian produk fintech yang sudah diluncurkan perusahaan, yaitu Pinjaman Modal dan Modal Toko. Modalku termasuk salah satu fintech yang berpartisipasi di dalamnya.

“Di Tokopedia ada enam juta merchant, 70% di antaranya adalah first time entrepreneur. Artinya, mereka tidak punya latar belakang finansial yang cukup dan tidak banyak institusi yang bisa bantu mereka,” terang AVP Fintech Tokopedia Samuel Sentana, Senin (22/7).

Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya menambahkan, kemitraan dengan Tokopedia adalah cara untuk memperluas akses ke pinjaman usaha yang terjangkau bagi sektor underserved.

“Penting bagi kami agar usaha-usaha kecil yang berpotensi, layak, serta bertanggung jawab dapat mengembangkan kapasitas dan berekspansi.”

Inisiatif ini diapresiasi Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Hendrikus Passagi. Menurutnya secara statistik usaha mikro dan kredit butuh banyak institusi yang bisa membantu mereka menyalurkan pinjaman modal.

Ada 60 juta usaha kecil dan mikro beroperasi di Indonesia. Kontribusinya terhadap GDP sangat besar — mencapai 70%. Penyerapan tenaga kerja aktif juga tergolong besar, hingga 95% dari seluruh usaha.

“Tetapi mirisnya, hanya ada 16 juta rekening usaha kecil dan menengah yang ada di bank. Yang lainnya kemana? Artinya butuh banyak institusi yang bisa menyalurkan pinjaman ke mereka,” kata Hendrikus.

Samuel menjelaskan, Modal Toko menyediakan pinjaman modal hingga Rp300 juta yang dapat ditarik kapan saja dan berapa saja sesuai kebutuhan, sampai batas kredit limit tercepat. Pengajuannya cukup mudah, hanya mencantumkan KTP tanpa agunan.

Merchant yang ingin mengajukan pinjaman dapat berupa yang baru bergabung ataupun sudah lama memanfaatkan Tokopedia. Perbedaannya terletak di sisi penawaran — jika sudah lama akan lebih menarik penawarannya.

Proses persetujuan pinjaman akan memakan waktu rata-rata satu hari. Jika sudah disetujui, pinjaman modal akan masuk ke Saldo Tokopedia secara real time dan bisa langsung ditarik tunai. Tenornya mulai dari 3 sampai 12 bulan dengan bunga yang diklaim rendah dan flat, tanpa biaya admin atau provisi lainnya.

Tanpa menyebut secara detil, Samuel mengklaim telah ada puluhan ribu penjual yang memanfaatkannya sejak pertama kali diperkenalkan di bulan April 2019. Secara rerata, kenaikan pendapatan penjual diklaim hingga 50% dan jumlah order naik hingga 2,5 kali lipat.

Ke depannya, perusahaan akan menggaet perusahaan fintech lainnya agar semakin banyak pilihan buat para merchant online-nya.

“Kita ini marketplace yang selalu open dengan siapapun, asal punya visi dan misi yang sama, teknologi mencukupi, dan sudah diregulasi oleh OJK,” pungkas Samuel.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Akulaku to Release Productive Credit Scheme

Akulaku is entering the productive credit industry by targeting online SME merchants. The company also provide loans for car installment. Both products are to be released by the end of this year.

Akulaku Indonesia’s Director of Corporate Affairs and Public Relations, Anggie Setia Ariningsih said, this segment has great potential. In addition to the bigger ticket size, also the paid-off rate is highly guaranteed.

The company has a bigger potential to acquire more potential borrowers.
“We want to support [the government’s plan]. The plan is to release SME and car loans by the end of this year.” She said, Mon (7/1)

Both products are to distribute loans starts from Rp50 million. In terms of interest and tenor, she has no further details on it. The tenor might starts from 6 months to 1 year.

They set an ambitious target for the contribution of the productive segment, up to 20% of the total distribution. In average, Akulaku has distributed loans of Rp1.5 trillion per month.

In terms of SME, they shouldn’t have to be active merchants in Akulaku. They should at least one of the active merchants in an e-commerce platform, for Akulaku can have a calculation of the track record.

The company is to acquire e-commerce platform to get potential buyers. While the car installment only requires pink slip pledging. If it includes collateral, the loans can get bigger.

“It’s not the same with a consumer loan, there’s a transaction history in our system. Without track records, it’s going to be hard for the productive credit. Therefore, the merchant should at least active in one e-commerce.”

Talking about risk, he said it’s kind of similar to the consumer loan. Once the borrower is approved or not. It applies to the productive credit, it only requires business eligibility and domicile.

“The challenge is there, but also massive data [online] we can get to explore, whether the business is legit or not. I can’t tell how big the risk is. But this [productive] has a longer tenor and bigger value ”

Akulaku is said to distribute Rp9.8 trillion loans by last year. Anggie believes the business can grow two to three times better than the previous year.

For the download rate, Akulaku has been downloaded over 20 million, increased from the previous year of 15 million. Before Akulaku, Kredit Pintar has first announced the business shifting to the productive industry.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Segera Rambah Penyaluran Kredit Produktif

Akulaku segera merambah penyaluran kredit produktif dengan menyasar merchant UKM yang berjualan di platform online. Perusahaan juga menyiapkan produk pinjaman untuk cicilan mobil. Kedua produk ini akan segera dirilis pada akhir tahun 2019.

Director of Corporate Affairs and Public Relations Akulaku Indonesia Anggie Setia Ariningsih menerangkan, segmen ini punya prospek yang menarik. Selain karena memiliki ticket size yang lebih besar, tingkat pengembaliannya jauh lebih terjamin. Perusahaan pun punya peluang lebih besar untuk menggaet lebih calon peminjam.

“Kami juga ingin dukung [rencana pemerintah]. Rencananya pinjaman UKM dan mobil akan dirilis akhir tahun ini.” katanya, Senin (1/7).

Kedua produk ini nantinya bisa menyalurkan pinjaman mulai dari Rp50 juta. Untuk bunga dan tenor yang ditawarkan, Anggie belum bersedia untuk merincinya. Kemungkinan besar tenornya mulai dari 6 bulan sampai 1 tahun.

Pihaknya memasang target awal yang cukup ambisius untuk kontribusi dari segmen produktif ini hingga 20% dari total penyaluran. Secara rerata, Akulaku telah menyalurkan pinjaman sekitar Rp1,5 triliun setiap bulannya.

Untuk pinjaman UKM, merchant tidak harus yang sudah berjualan di platform e-commerce Akulaku. Minimal mereka sudah tergolong sebagai merchant aktif di berbagai platform e-commerce, sehingga ada rekam jejak transaksi yang bisa dipakai Akulaku untuk mengukur kemampuan bayar.

Perusahaan akan menggaet platform e-commerce untuk mendapatkan calon peminjam. Sementara untuk cicilan mobil, persyaratannya bisa cukup dengan menjaminkan BPKB. Apabila ada jaminan, nilai pinjaman yang bisa didapat jauh lebih besar.

“Beda halnya saat consumer loan, ada catatan transaksi terjadi di sistem kami. Sementara untuk produktif, agak berat ya karena kami tidak punya track record-nya. Jadi tahap awalnya perlu mulai dari merchant yang sudah jualan di situs e-commerce.”

Dari segi risiko, menurutnya, tidak jauh berbeda dengan pinjaman consumer. Apabila di consumer loan cukup memeriksa apakah peminjam adalah orang yang benar-benar ingin meminjam atau bukan. Sama halnya untuk pinjaman produktif, cukup memerika keaslian usahanya dan domisilinya.

Challenge-nya pasti ada tapi banyak data [online] yang bisa kita ambil untuk memeriksa, bisnis merchant itu legit atau tidak. Tapi saya enggak bisa bilang risikonya seberapa besar. Turn over memang lebih cepat di consumer. Tapi ini [produktif] lebih panjang tenor dan nilai pinjamannya.”

Akulaku mengklaim telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp9,8 triliun sepanjang tahun lalu. Anggie optimis bisnis tumbuh dua sampai tiga kali lipat dibandingkan sebelumnya.

Dari segi unduhan, aplikasi Akulaku telah diunduh lebih dari 20 juta kali dibandingkan tahun sebelumnya 15 juta. Sebelum Akulaku, ada Kredit Pintar yang lebih dahulu mengumumkan pergeseran fokus bisnisnya ke produktif.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Manajemen SDM “GreatDay HR” Rilis Layanan Pinjaman dan Asuransi untuk Karyawan

GreatDay HR, aplikasi SaaS manajemen SDM, merilis layanan finansial “Benefit” mulai dari pinjaman bank, lending, dan asuransi untuk karyawan. Layanan tersebut hadir berkat kemitraan yang dijalin pada tahap awal dengan Bank Permata, KoinWorks, Mercer Marsh Benefit, dan Jagain.com.

Founder dan CEO GreatDay HR Gordon Enns menjelaskan, keterlibatan karyawan telah menjadi perhatian dan tantangan besar bagi tim SDM di seluruh wilayah. Akses layanan finansial yang terbatas menjadi faktor penghambat kesejahteraan dan kesehatan karyawan. Karyawan mungkin membutuhkan pinjaman untuk alasan pendidikan, kebutuhan medis darurat, dan sebagainya.

Namun, karena keterbatasan perusahaan dalam mendukung karyawannya akhirnya banyak yang beralih ke pemberi pinjaman dengan suku bunga yang tinggi. Atau sumber pinjaman lain yang malah menyebabkan tekanan besar bagi mereka. Hal yang sama terjadi pada akses asuransi yang terbatas diperoleh karyawan, menimbulkan asumsi tingkat risiko dan stres yang tidak terkendali.

Menurut survei dari Gallup Worldwide, dari 73 ribu karyawan hanya 8% karyawan di seluruh Indonesia memiliki keterlibatan, komitmen, dan motivasi yang kuat dalam melaksanakan pekerjaan mereka. 92% lainnya hanya melihat pekerjaan sebagai sebuah rutinitas yang dilakukan berulang setiap harinya.

“Karena adanya hubungan yang semakin kuat antara kinerja dan produktivitas karyawan, keterlibatan, dan pemberdayaan karyawan jadi alasan utama yang mendorong strategi pengembangan fitur Benefit untuk bisnis saat ini,” terang Enns dalam keterangan resmi.

Fitur Benefit ini memberi solusi kepada karyawan yang mendaftarkan diri dalam perencanaan pinjaman atau pun asuransi melalui aplikasi GreatDay HR tanpa dikenakan biaya tambahan. Karyawan tidak perlu lagi mengunjungi bank atau kantor asuransi di sela-sela waktu kerjanya untuk mengajukan aplikasinya.

Untuk mengajukan fasilitas pinjaman, karyawan hanya perlu mengajukan permintaan nilai dana yang diinginkan. Lalu memilih opsi penyedia layanan mana yang ingin digunakan dan terakhir, mengisi data yang diperlukan.

Apabila ingin mengajukan asuransi, sementara ini karyawan baru bisa memilih dua produk yakni asuransi properti dan kendaraan. Mengikuti kebijakan yang ada, karyawan hanya perlu mengisi beberapa data terkait properti atau kendaraan yang dimiliki. Kemudian pilih asuransi yang diinginkan seperti asuransi untuk gempa, bencana alam, atau lainnya. Terakhir, mengisi data diri serta melampirkan foto terkait data tersebut.

“Fitur ini memberikan keuntungan berlimpah dengan murahnya proses pendaftaran sebagai hasil kerja sama langsung antara GreatDay HR dengan penyedia layanan, tanpa perlu adanya perantara.”

Enns memandang kemitraan dengan Mercer Marsh Benefit memiliki peranan penting untuk para pengguna GreatDay HR. Lantaran perusahaan ini telah berpengalaman lebih dari 100 tahun sebagai penyedia jasa konsultasi yang ahli mengenai produk benefits yang semakin kompleks. Kliennya telah tersebar di lebih dari 150 negara.

“Ke depannya kami akan secara aktif menambahkan fitur dan integrasi dalam aplikasi dengan penyedia layanan terbaik untuk membantu memenuhi dukungan perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan secara efisien,” pungkasnya.

Aplikasi GreatDay HR mengakomodasi fitur karyawan untuk pengajuan reimburse, melaporkan kehadiran atau cuti, penggajian, pelaporan PPh 21, pengurusan BPJS, dan penjadwalan kerja.

Disamping itu, aplikasi ini juga menerapkan konsep media sossial untuk dukung komunikasi dengan antar tim perusahaan. Ada “Like” untuk poin penilaian profil karyawan terbaik dan ada reward yang diberikan perusahaan atas kontribusi mereka.

Fitur layanan finansial menjadi hal yang ditekankan GreatDay HR agar dapat memberikan nilai lebih kepada para pengguna. Aplikasi menghubungkan pengguna dengan berbagai pemain di industri jasa keuangan seperti multi finance, asuransi, investasi, bank, wallet, dan online payment.

Enns menyebutkan GreatDay HR pertama kali dirilis sejak awal tahun 2018, telah memiliki 120 pengguna dari kalangan UKM dengan total 140 ribu karyawan. Aplikasi secara harian dikunjungi hingga 80 ribu kali oleh para karyawan. Pengguna tersebar di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Grab Improves the Fintech Service and “GrabClub” Subscription

Grab, through Grab Financial Group, getting deeper on fintech service followed by strategic partnership which has been announced since last year. However, most services are available in Singapore and to be distributed to other countries where Grab business run, including Indonesia.

The leading fintech service is included in a roadmap titled “Grow with Grab”. There’s also the latest online payment method called “Pay with GrabPay” for online merchants. The online website receiving this code are Qoo10 and 11Street, both are the biggest e-commerce players in Singapore and Malaysia.

Next, the integration of “Pay with GrabPay” with cashier machine (POS) of offline merchant without having to change their old devices. The Coffee Bean & Tea Leaf and Paris Baguette are to be the pilot project.

In terms of fintech lending, the result of JV with Credit Saison, Grab is now provide “Pay Later” with two main function. First, the service allows consumers to pay Grab at the end of the month without additional cost. Second, as the virtual credit card that allows consumers to have installments with certain tenor and 0% interest.

“Both products are given to Grab users who deserve the historical credit. Grab Financial Group set the credit risk based on a series of criteria, including the duration of using Grab, its frequency, and spending pattern,” Grab Financial Group’s Senior Managing Director, Reuben Lai in the official release.

In addition, Grab also presents micro insurance marketplace, a JV with Zhong An. Medical insurance is available for driver partners and personal accident insurance when partners demand for more cover. This service is accessible directly through Grab.

In the future, automotive insurance product will be available with the concept of “Pay-as-you-drive” premium payment. It allows driver partners to pay insurance only when they drive, as well as micro life insurance, and critical illness insurance.

Regarding the launching of this fintech service in Indonesia, there’s no official statement.

In Indonesia, Grab’s fintech services still related to the payment system. The new app provides payment options with a QR code scanner for Ovo at offline merchants.

Ovo Balance that already connected to Grab can pay for all services from transportation, food & package delivery, and grocery. It also used for electricity purchasing and payment, postpaid and credit bills.

GrabClub is still beta version

On the other hand, Grab hasn’t released the upgrade version of subscription package (formerly known as “GrabClub”). In December 2018, DailySocial had reported the presence of this feature in Indonesia. It is then disappeared and finally re-emerged since mid-March 2019.

Grab subscription feature
Grab subscription feature

Grab Indonesia’s representative said the subscription feature can be found in GrabRewards. Users can choose GrabFood promo package starts from Rp75 thousand and Rp125 thousand to subscribe for a month.

It was explained that this package contains voucher worth of Rp35 thousand valid for GrabFood purchases and a shipping fee of Rp5 thousand. If you choose a package that costs Rp 75 thousand, users will get a discount voucher for five transactions and 10 times for the shipping.

Then, there’s GrabExpress starts from Rp40 thousand valid for two weeks. In this package, users will get up to 50% discount of delivery and to be used for 20 transactions.

Previously, Grab said this subscription feature is a company’s weapon to overcome price wars with Gojek. The long-term strategy is believed to have a good retention rate in maintaining user loyalty.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Grab Perlengkap Layanan Fintech dan Fitur Langganan “GrabClub”

Grab, lewat Grab Financial Group, makin memperdalam layanan fintech sebagai kelanjutan dengan berbagai kemitraan strategis yang sudah diumumkan sejak tahun lalu. Namun sebagian besar layanan ini baru tersedia di Singapura dan akan dilanjutkan ke negara lainnya di mana Grab beroperasi, termasuk Indonesia.

Layanan fintech teranyar yang dirilis ini terangkum dalam roadmap bertajuk “Grow with Grab”. Di dalamnya terdapat metode pembayaran online terbaru dengan “Pay with GrabPay” yang diperuntukkan pemilik toko online. Situs online yang telah menerima metode ini adalah Qoo10 dan 11Street, keduanya termasuk pemain e-commerce terbesar di Singapura dan Malaysia.

Berikutnya adalah terintegrasinya “Pay with GrabPay” dengan mesin kasir (POS) milik merchant offline, tanpa harus mengganti perangkat lama mereka. Gerai Coffee Bean & Tea Leaf dan Paris Baguette akan menjadi pilot perdananya.

Dari sisi fintech lending, hasil dari pembentukan JV dengan Credit Saison, Grab kini menyediakan “Pay Later” dengan dua fungsi. Pertama, layanan ini memungkinkan konsumen untuk membayar layanan Grab pada akhir bulan, tanpa biaya tambahan. Kedua, sebagai kartu kredit virtual yang memungkinkan konsumen untuk mencicil barang dengan tenor tertentu dan bunga 0%.

“Kedua produk ini hanya akan diberikan kepada pengguna Grab yang layak kredit historinya. Grab Financial Group menentukan risiko kredit berdasarkan serangkaian kriteria yang ketat, mencakup berapa lama memakai Grab, frekuensi penggunaannya, dan pola pengeluaran,” terang Senior Managing Director Grab Financial Group Reuben Lai dalam keterangan resmi.

Selain itu, Grab juga menyajikan marketplace asuransi mikro, hasil JV dengan Zhong An. Tersedia asuransi medis untuk mitra pengemudi dan asuransi kecelakaan pribadi apabila mitra ingin mendapat cakupan perlindungan lebih banyak. Secara langsung layanan ini bisa diakses lewat aplikasi Grab.

Ke depannya, akan tersedia produk asuransi otomotif dengan konsep pembayaran premi “Pay-as-you-Drive”. Memungkinkan mitra pengemudi hanya membayar asuransi saat mereka mengemudi, serta asuransi jiwa mikro, dan asuransi penyakit kritis.

Terkait kapan layanan fintech ini hadir di Indonesia, belum ada keterangan resmi yang diberikan pihak Grab.

Di Indonesia, layanan fintech Grab masih menyangkut seputar sistem pembayaran. Aplikasi Grab baru menyediakan opsi pembayaran dengan pemindai kode QR untuk pembayaran Ovo di merchant offline.

Saldo Ovo yang terhubung dengan Grab, bisa untuk membayar seluruh layanan Grab mulai dari transportasi, kurir makanan, pengiriman paket, dan grocery. Juga digunakan untuk pembelian dan pembayaran tagihan listrik, pasca bayar, dan pulsa.

Belum lepas GrabClub versi beta

Di satu sisi, hingga kini Grab belum melepas paket langganan (sebelumnya bernama “GrabClub”) dari versi beta. Pada Desember 2018, DailySocial sempat memberitakan soal kehadiran fitur ini di Indonesia. Kemudian sempat menghilang dan akhirnya kembali muncul sejak pertengahan Maret 2019.

Juru bicara Grab Indonesia mengatakan fitur berlangganan tersebut masih dalam tahap uji coba. Sehingga besar kemungkinan apabila di-take out hanya bersifat sementara demi penyempurnaan layanan.

“Ketersediaan fitur ini nantinya akan diperuntukkan ke seluruh pengguna Grab, untuk itu secara lebih lanjut akan diumumkan lebih lanjut,” terangnya kepada DailySocial.

Fitur berlangganan dari Grab
Fitur berlangganan dari Grab

Fitur berlangganan saat ini dapat ditemukan dalam GrabRewards. Pengguna bisa memilih paket promo GrabFood mulai dari Rp75 ribu dan Rp125 ribu untuk berlangganan selama sebulan.

Dijelaskan bahwa paket ini berisi voucher potongan belanja senilai Rp35 ribu ini berlaku untuk pembelian GrabFood dan ongkos kirim Rp5 ribu. Apabila memilih paket seharga Rp75 ribu, pengguna akan mendapat voucher potongan untuk lima kali transaksi dan 10 kali potongan ongkos kirim.

Lalu, ada paket promo GrabExpress mulai dari Rp40 ribu berlaku selama dua minggu. Dalam paket ini pengguna mendapat potongan hingga 50% dari ongkos dan bisa dipakai hingga 20 kali transaksi.

Sebelumnya pihak Grab menyebut fitur berlangganan ini adalah senjata perusahaan dalam mengatasi perang harga dengan Gojek. Strategi jangka panjang panjang ini dipercaya memiliki tingkat retensi yang baik dalam menjaga loyalitas pengguna.

Application Information Will Show Up Here

Ovo is Rumored to Acquire P2P Lending Platform Taralite

Ovo, one of the leading players in the digital payment sector, is rumored to acquire a peer-to-peer lending service Taralite. The acquisition is set to help Ovo provide various payment products for buyers and merchants in the Ovo ecosystem.

Taralite CEO, Abraham Viktor, is still the CEO as quoted from KrAsia. Although, he also involved in Ovo’s operational as the Head of Strategy & Innovation Lab.

Taralite is a fintech company founded in 2015. They offer solution that focuses on capital lending for online sellers/merchants without banking access.

The last time Taralite received a funding is in 2017 from SBI Group of Rp84 billion rupiah. They also formed partnerships with some online platforms, such as Tokopedia, Lazada, Doku, Hacktiv8, and Jurnal.

Earlier this year, Ovo and Taralite partnered up to introduce Ovo PayLater for Tokopedia platform. According to our source, there will be more payment products delivered from these collaboration.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Pours 500 Billion Rupiah to Bank Yudha Bakti

Bank Yudha Bakti (BBYB), registered in IDX, announces advanced funding of 500 billion rupiah from digital payment platform, Akulaku. At the prior stage, Akulaku took over 8,9% shares previously owned by Gozko Capital at 158 billion rupiah. Akulaku becomes the ready buyer to acquire BBYB’s right issue in May.

Quoted from Kontan, BBYB’s President Director, Denny Novisar Mahmuradi said, “Akulaku is a fintech with expertise in technology. We’ll have a synergy with a support of our technology and to add a new line of business.”

BBYB’s digital transformation is expected to support other entity to level up from Book I to Book II with core value from Rp1 trillion up to Rp5 trillion. Besides Akulaku, BBYB also partners with Telkom Group for infrastructure development.

Akulaku, per Startup Report 2018, has more than $500 million valuation (more than 7 trillion rupiah) after series D rumor from Alibaba in early 2019. The support for banking institutions can help the company to acquire new consumers, including opportunity for product synergy.

They recently launch an affiliated peer-to-peer lending called Asetku.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here