JD Logistics dan Misinya Terapkan Teknologi Terpadu secara Global

Sebagai perusahaan ritel yang terus berkembang, saat ini JD.com sudah memiliki departemen logistik khusus. Tidak hanya bertugas mengelola logistik untuk internal, namun juga digunakan oleh brand di luar ekosistem JD.com. Setelah berdiri secara independen, JD Logistics berusaha menggulirkan inovasi dengan menerapkan teknologi terkini.

Mulai dari “Same Day Delivery”, pengiriman 30 menit untuk produk bahan makanan segar, hingga pengiriman menggunakan drone; semua dikelola secara komprehensif oleh JD Logistic. Perusahaan juga telah melancarkan strategi Global Smart Supply Chain (GSSC) yang tujuannya mempermudah proses pengiriman barang untuk pembeli di luar Tiongkok.

“Jika berbicara tentang internasional, cara yang JD Logistics terapkan adalah menjalin kolaborasi dengan logistik pihak ketiga untuk menciptakan GSSC. Kami juga masih menggunakan sistem gudang agar bisa melakukan optimasi cross-border inventory, sekaligus memberikan prediksi dan masukan kepada mitra terkait dengan waktu pengiriman yang tepat dilakukan,” kata Director of Corporate Development International JD Logistics Zachary Gidwitz.

Fokus JD Logistics saat ini adalah untuk memungkinkan konsumen bisa dengan cepat melakukan proses pembelian sekaligus. Berbagai cara pun dilakukan, mulai dari memanfaatkan gudang sendiri yang kini jumlahnya 550 tersebar di Tiongkok hingga memanfaatkan gudang milik mitra JD.com yaitu Walmart.

“Retail as a Service”

Suasana sorting center JD.com / JD.com
Suasana sorting center JD.com / JD.com

Secara keseluruhan JD Logistics sudah mampu melayani sekitar 99% kawasan di Tiongkok. Sementara itu untuk pengiriman cepat yang saat ini menjadi andalan JD Logistics yaitu Same Day Delivery, mampu mengirimkan barang di hari yang sama dengan persentase kesuksesan hingga 90%.

“Berbeda dengan proses dan sistem yang diterapkan di Tiongkok (sepenuhnya dimiliki oleh JD Logistik), untuk produk di luar Tiongkok JD.com bekerja sama dengan mitra lokal,” kata Zachary.

JD Logistics juga akan mengembangkan Retail as a Service yang bertujuan untuk membuka peluang lebih kepada semua bisnis yang ingin memanfaatkan teknologi, infrastruktur hingga jaringan terpadu milik JD Logistics. Layanan ini termasuk di dalamnya kolaborasi penggunaan gudang, manajemen transportasi, dan pengiriman secara global.

“Dalam hal teknologi kami juga mulai menerapkan blockchain, tujuannya untuk mengetahui histori produk mulai dari awal hingga akhir, juga tracking system untuk memudahkan kami dan pembeli,” kata Zachary.

Penggunaan blockchain juga sudah diterapkan oleh JD.com untuk informasi produk di supermarket premium miliknya yaitu 7Fresh. Hanya dengan memanfaatkan mesin pemindai (scanner) pembeli sudah bisa mengetahui histori hingga detail produk dalam layar yang disiapkan di supermarket.

Rencana JD Logistics di Indonesia

Penggunaan drone untuk pengantaran barang ke daerah terpencil / JD.com
Penggunaan drone untuk pengantaran barang ke daerah terpencil / JD.com

Dengan teknologi yang dimiliki, JD Logistics juga memiliki rencana secara bertahap menerapkan teknologi yang serupa di Tiongkok ke negara lainnya, termasuk di Indonesia.

“Dengan kemitraan yang kami lakukan dengan mitra lokal, secara langsung kami sudah bisa memanfaatkan big data tersebut untuk mengolah kebiasaan dari pengguna, untuk memudahkan mitra kami mempercepat proses dan pekerjaan mereka,” kata Zachary.

Di Indonesia sendiri JD.com menjalin kemitraan strategis dalam bentuk joint venture pada JD.id dan J-Express (JX). JX merupakan layanan pengantaran logistik untuk e-commerce, nantinya akan turut memanfaatkan jaringan mitra Gojek.

Selain itu kerja sama juga akan mencakup hal lain, di antaranya terkait solusi pembayaran digital, pemasaran, dan katalog produk. Akan ada integrasi kedua layanan, salah satunya menghadirkan akses langsung produk JD.id di aplikasi Gojek.

“Kebanyakan logistik di JD sudah dioptimalkan inventory-nya dan mudah untuk diaplikasikan di negara lain. Di Indonesia joint venture dengan JX dan kerja sama strategis dengan Gojek memudahkan kami untuk memahami dengan benar bagaimana sistem logistik JD bisa diterapkan dan tentunya kemitraan tersebut juga membantu kami mempelajari kearifan lokal di Indonesia untuk bisa terintegrasi dengan supply chain JD,” kata Zachary.

JD.com bersama dengan Tencent dan Google merupakan investor yang masuk dalam pendanaan fase pertama putaran seri F Gojek pada awal tahun 2019 lalu. Beberapa investor lain termasuk Mitsubishi Corporation dan Provident Capital terlibat dalam pendanaan ini.

Application Information Will Show Up Here

Memetik Tiga Pelajaran dari Ekspansi Lalamove untuk Kuasai Logistik di Asia Tenggara

Industri e-commerce di Asia Tenggara telah tumbuh begitu pesat dengan tingkat transaksi yang selalu berlipat ganda tiap tahunnya. Inovasi di berbagai sisi dilakukan demi meningkatkan kepuasan konsumen, sekaligus untuk efisiensi.

Di satu sisi, inovasi yang dilakukan industri logistik belum bisa menyamai. Padahal industri ini adalah salah satu ekosistem pendukung e-commerce dengan peran yang vital karena berkaitan penuh dengan unsur efisiensi.

Lalamove mengambil peluang tersebut dengan menjadikan diri sebagai on demand logistik, mengangkat teknologi sebagai DNA. Alhasil, memosisikan Lalamove untuk mitra perusahaan yang ingin mengedepankan kecepatan layanan kepada konsumen tanpa harus berinvestasi di segmen yang mereka kurang mengerti.

Dalam diskusi singkat di Echelon Asia Summit 2019 pada akhir bulan lalu, Managing Director of International Lalamove Blake Larson memaparkan berbagai hal yang bisa dipetik lewat ekspansinya di Asia Tenggara. Bagaimana perusahaan menjembatani semua kebutuhan yang terfragmentasi di tiap negara.

“Kami sangat ingin memberdayakan usaha lokal yang sudah mereka kuasai. Lalamove menjadi mitra saat mereka ingin mengembangkan bisnisnya. Jadi saat musim puncak, mitra tidak ada armada yang mencukupi, kami bisa bantu,” terang Larson.

Lalamove memiliki armada terlatih yang bisa membantu mitra mengatur dan melakukan pengiriman sesuai kebutuhan dengan berbagai moda. Larson menyebut perusahaan sudah berdiri sejak 2013 di Hong Kong. Lalu ekspansi ke berbagai negara seperti Thailand, Vietnam, Filipina, Malaysia, Singapura, Taiwan, Cebu, India, dan Tiongkok.

Di Indonesia, Lalamove baru meresmikan kehadirannya pada akhir tahun lalu. Secara total Lalamove hadir di lebih dari 150 kota di Asia Pasifik, dengan total armada lebih dari 2 juta dan 15 juta konsumen terdaftar. Perusahaan telah menyandang status unicorn berkat pendanaan yang diterima Seri D senilai US$300 juta pada awal tahun ini.

Teknologi sebagai DNA perusahaan

Lalamove membedakan diri dengan perusahaan logistik pada umumnya karena sepenuhnya menggunakan teknologi. Larson menjelaskan sebagai perusahaan dengan pertumbuhan yang pesat, salah satu tantangan yang dihadapi adalah memastikan sisi permintaan armada selalu terpenuhi seiring bertambahnya jumlah konsumen.

Di saat yang sama, juga memastikan bagaimana Lalamove bisa tetap memberikan pengalaman terbaik untuk para pengguna dan pengemudinya. Oleh karena itu, perusahaan sangat bergantung pada data untuk mengintegrasikannya melalui API.

Dia mencontohkan, berdasarkan variasi rute perjalanan yang diambil pengemudi, perusahaan bisa memberikan rekomendasi rute terbaik untuk pengiriman tercepat. Atau merekomendasikan pengemudi yang tepat apabila ada kebutuhan khusus dari mitra.

“Teknologi memungkinkan kita untuk memberikan pengalaman seamless dan serba otomatis, pengguna dan pengemudi dapat mengirim dan menerima permintaan pengiriman yang nyaman, tahu persis berapa biayanya dan membayarnya melalui berbagai opsi pembayaran.”

Isu ini terjadi di India. Saat melakukan riset di lapangan, ternyata kompetisi logistik di sana begitu tinggi karena tidak ada pengemudi yang secara khusus melayani suatu perusahaan. Mereka berkumpul dan menunggu pesanan datang. Apabila hanya ada satu, bisa saling berebut. Sehingga bisa jadi seorang pengemudi tidak mendapat pesanan sama sekali sampai berhari-hari.

Sentuhan manusia selalu dibutuhkan dan paling utama

Larson menekankan perusahaan selalu membutuhkan sentuhan manusia, meski DNA perusahaan berbasis teknologi. Sentuhan manusia ini berdampak penuh pada retensi pengguna dan pengemudi itu sendiri.

“Meskipun teknologi membantu kami meningkatkan efisiensi operasional dan bisnis, sentuhan manusia masih penting ketika berbicara cara meningkatkan pengalaman pengguna.”

Pengalaman online baik melalui API, aplikasi atau lainnya hanya memiliki porsi 10%. Sementara 90% sisanya secara offline terletak di sisi pengemudi dan pengguna. Hal ini mengakibatkan dari sisi inovasi cukup kontras, perusahaan lebih banyak menggunakan pendekatan branding dengan menempelkan banyak stiker di armada mereka.

Strategi ini dianggap lebih jitu karena bisa menangkap konsumen yang dibidik, daripada beriklan di situs online. Strategi tersebut dilakukan perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya di Tiongkok. Disebutkan ada lebih dari 400 ribu armada yang memasang stiker Lalamove.

Penyesalan memilih Singapura daripada Indonesia

Larson ditanya mengenai penyesalan apa saja yang dia harapkan bisa diperbaiki untuk Lalamove, menariknya dia menjawab bahwa dirinya menyesal lebih memilih Singapura daripada Indonesia sebagai negara kedua ekspansinya.

Pada awal berdiri, perusahaan berupaya untuk ekspansi dengan cepat. Namun pemilihan negara lebih dikarenakan kompetitor dengan model bisnis yang sama menyasar negara-negara tersebut.

“Kami masuk ke Singapura sebagai negara kedua. Saya berharap [seharusnya] ke Indonesia lima tahun lalu, bukan Singapura karena di sini tidak ada [masalah] apa-apa. Ini seperti negara dengan pangsa pasar terbesar melawan yang kecil.”

Meskipun demikian, dari seluruh negara yang kini sudah dimasuki Lalamove, Manila menjadi kota yang paling menguntungkan. Pertumbuhan di sana berkali-kali lipat lebih cepat dari kota lainnya, malah diklaim perusahaan sudah meraup untung daripada di Singapura.

Pencapaian lainnya, seperti di Bangkok, Lalamove menjadi pemain terdepan untuk pengiriman kurir makanan. Dari pencapaian tersebut, perusahaan banyak memiliki mitra restoran yang mengandalkan armada Lalamove untuk mengirim pesanan ke konsumen.

Sebagai unicorn, Lalamove tentunya memiliki kesempatan yang lebih besar untuk monopoli pasar Asia Tenggara. Namun Larson lebih memilih untuk memberikan lebih banyak pilihan untuk konsumen. Kunci memenangkan pasar di sini bukan perang harga memberikan harga termurah, tapi dengan memberikan kualitas.

“Kuncinya adalah memberikan harga yang kompetitif dan menambahkan banyak value. Bagi pemilik bisnis, bukan hanya soal dapat diandalkan, transparan, dan aman. Kami memberikan tim yang khusus didedikasikan untuk mereka.”

Terlebih, dalam industri logistik ada banyak jenis pengiriman tersedia dan kompleks. Yang mana tidak semua jenis tersebut harus dikuasai oleh Lalamove. Seperti pengiriman makanan saja, penanganannya beda dengan mengirim furnitur. Monopoli menurutnya membuat pasar jadi tidak sehat karena konsumen tidak memiliki banyak pilihan untuk membandingkan.

Ritase Segera Bangun Pusat R&D dengan Pabrikan Truk Asal Jepang, Kembangkan “Autonomous Trucking”

Startup manajemen logistik Ritase mengungkapkan segera membangun kantor R&D untuk pengembangan teknologi autonomous trucking. Rencana ini bakal dilakukan tahun ini, pasca mengumumkan pendanaan seri A yang bakal diumumkan secara resmi pada akhir Mei 2019.

Founder & CEO Ritase Iman Kusnadi menerangkan, pihaknya belum menentukan lokasi kantor R&D tersebut, yang pasti perusahaan akan bekerja sama dengan pabrikan truk asal Jepang untuk membentuk tim gabungan.

“Kita akan kerja sama dengan pabrikan truk di Jepang untuk pengembangan teknologi autonomous trucking. Tapi ini adalah pengembangan jangka panjang,” terang Iman kepada DailySocial.

Pendanaan seri A yang segera diumumkan perusahaan, menurut Iman bakal serentak dilakukan di Jepang, Tiongkok, Singapura, dan Amerika Serikat. Dia enggan menyebut negara tersebut merepresentasikan asal investornya.

Dalam keterangan resmi, pendanaan ini datang dari sejumlah institusi finansial maupun partner strategis dari dalam maupun luar negeri. Kombinasi tersebut diharapkan akan mendukung pertumbuhan perusahaan dan mempermudah untuk go internasional.

Di awal 2018, perusahaan mengumumkan perolehan pendanaan pra Seri A dengan nilai tidak disebutkan dari Insignia Venture Partners, Skystar Capital, dan angel investor Tarun Gandhi.

Iman melanjutkan, untuk rencana jangka pendek perusahaan akan memperkuat produk yang sudah ada demi mendukung ekosistem trucking. Beberapa di antaranya yang sudah dirilis adalah Smart Shelter (garasi singgah) dan fitur Group Buy dalam platform Ritase untuk jual beli spare parts, truk baru atau bekas.

Garasi singgah ini baru tersedia untuk para mitra pengemudi yang bekerja sama dengan Ritase di daerah Lingkar Luar Timur, Sidoarjo. Penentuan lokasi ini merujuk pada temuan bahwa Surabaya merupakan titik backhaul (menemukan muatan untuk dibawa kembali) utama di Pulau Jawa.

Ditambah pula, garasi singgah ini adalah tempat yang penting untuk para pengemudi untuk beristirahat seraya menunggu backhaul, sekaligus wadah komunitas dengan antar pengemudi.

Sementara itu, fitur Group Buy menjadi jembatan untuk para mitra Ritase agar lebih mudah melakukan transaksi jual beli di dalam platform. Tidak hanya spareparts, bahkan transaksi pembelian unit truk baik baru maupun bekas. Namun untuk sementara baru bisa diakses oleh mitra yang sudah bergabung saja.

Saat ini perusahaan memfasilitasi puluhan ribu transaksi pengiriman per bulannya menjangkau seluruh Indonesia, dengan volume terbesar didominasi pada jalur Jawa dan Sumatera. Perusahaan telah mendapat dukungan lebih dari 6.500 truk, 500 perusahaan transportasi, dan 7 ribu mitra pengemudi yang telah terkoneksi dengan aplikasi Ritase.

Grab Announces Investment to Ninja Van, Strengthen GrabExpress Logistics System

Grab announces the latest investment with undisclosed amount for last mile logistics startup Ninja Van, starts from strategic partnership. Ninja Van as the first to be announced of the company’s commitment to partner with six startup during this year.

“We’re so glad to have this partnership [..] Looking at the amount of Grab’s users, we can offer the easiest way to enjoy our complete logistics services, and a reliable and easy delivery service supported by technology,” Ninja Van’s Co-Founder and CEO, Chang Wen said in the official release.

Head of GrabExpress, Adelene Foo added,”The partnership with Ninja Van enables us to offer a complete kinds of delivery services in Southeast Asia through Grab app. It facilitates sellers, buyers, and merchants to send and receive items.

Ninja Van is to be integrated in the Grab application through GrabExpress and to be available at the second quarter of 2019. It’ll gradually available in the Southeast Asia.

The partnership expands GrabExpress’ network coverage significantly outside the on-demand courier and same day services, therefore, shipping are scheduled throughout the region.

GrabExpress’ coverage is also affected, it’s now available in 150 cities around Singapore, Malaysia, Thailand, Philippines, and Indonesia. It’s claimed between March to December 2018, GrabExpress’ instant delivery and same day service grew over three times.

Ninja Van is said to be the fastest growing last mile logistics company in Southeast Asia, reaching more than 450 cities and connecting six countries. Grab, as a company, will be the vehicle to reach more users from SMEs and social seller community.

Customers can deliver items easier through one app and enjoy the best logistics experience on Ninja Van.

In the previous interview, NinjaExpress Indonesia’s Country Head, Eric Saputra revealed that the company’s overall business could grow three times. NinjaExpress couriers in Indonesia has reached 3 thousand units, 70% are two-wheelers.

The company has a special dashboard for its users. The app not only provide tracking order feature, but also has intelligence reporting to be used to help users in recaping the total delivery over the past year in order to increase business in the following year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pegadaian Manfaatkan Go-Send Hadirkan Layanan “Gadai On Demand”

Pegadaian meresmikan layanan Gadai on Demand dengan memanfaatkan Go-Send dari Gojek sebagai mitra logistiknya. Diharapkan layanan teranyar ini dapat membantu perseroan merealisasikan target 500 ribu nasabah baru dengan nilai transaksi Rp65 miliar di tahun ini.

Direktur Teknologi Informasi dan Digital Pegadaian Teguh Wahyono menjelaskan, kehadiran layanan ini bermula dari kesulitan para nasabah mengakses layanan Pegadaian Digital Service (PDS) saat ingin menggadaikan perhiasannya. Ada sekitar 88% pengguna memilih untuk batal transaksi karena masalah teknis di PDS.

“Memesan PDS lama karena mereka kira layanan ini tidak bisa online, makanya itu hanya 12% nasabah mengikuti layanan ini sampai selesai,” terang Teguh.

Kini dalam pembaruan sistem, nasabah dapat menggadaikan perhiasan atau logam cukup lewat aplikasi PDS. Ketika nasabah memilih layanan gadai, cukup memesan fitur pick up and delivery service. Berikutnya mengisi detail perhiasan atau logam mulia yang akan digadaikan, mulai dari jenis, kadar, dan berat.

Perseroan membatasi layanan ini, barang yang akan digadaikan nilainya tidak boleh melebihi Rp10 juta demi alasan keamanan. Setelah semua informasi diisi, nanti akan keluar perkiraan jumlah pinjaman yang bisa diajukan nasabah.

Berikutnya nasabah menentukan lokasi pengambilan dan pengiriman dan menyelesaikan proses pembayarannya. Nanti aplikasi PDS akan menghubungkan permintaan nasabah ke sistem Go-Send untuk dicarikan mitra kurirnya.

“Nasabah perlu mengikuti tata cara serah terima barang jaminan setelah mitra Go-Send datang. Caranya dengan foto barang jaminan dalam keadaan terbuka, foto barang jaminan tersebut dan dipegang oleh kurir, dan foto barang jaminan yang sudah terbukus dan dipegang oleh kurir. Lalu unggah semua foto tersebut.”

Setelah barang diterima oleh pihak Pegadaian dan diverifikasi ulang, apabila pengajuan nasabah diterima maka akan muncul notifikasi. Nasabah tinggal mengikuti verifikasi ulang dengan memasukkan OTP dan rekening penerima. Tahap terakhir, nasabah akan menerima e-paper kontrak gadai.

Teguh memastikan perseroan menjamin keamanan gadai on demand sudah ter-cover oleh asuransi. Dari seluruh proses verifikasi pun sudah dilakukan secara berlapis untuk tindakan preventifnya.

Untuk sementara layanan ini masih bersifat uji coba di beberapa lokasi di Jakarta. Pasalnya perseroan harus melakukan review berkala dan melihat respons masyarakat sebelum digulirkan ke seluruh area Jakarta dan kota besar lainnya.

“[Untuk review] tergantung respons, antusias nasabah, dan permasalahan yang ada. Namun paling tidak sebulan lah [review-nya].”

Sebagai catatan, gadai on demand baru bisa dinikmati oleh pengguna Android. Untuk versi iOS, menurut Teguh akan segera menyusul dalam waktu dekat.

Kehadiran produk ini dalam rangka upaya perseroan menjawab peran dan era memenuhi kebutuhan konsumen. Ada dua produk lainnya yang dirilis perseroan dalam waktu yang bersamaan, yakni redesign kantor cabang Pegadaian dan produk gadai syariah non emas.

Seluruh inisiatif tersebut diharapkan dapat menambah jumlah nasabah hingga 12 juta orang sampai akhir tahun ini.

Application Information Will Show Up Here

Grab Umumkan Investasi ke Ninja Van, Perkuat Sistem Logistik GrabExpress

Grab mengumumkan investasi terbaru dengan nilai yang tidak disebutkan untuk startup logistik last mile Ninja Van, dimulai lewat kemitraan strategis. Ninja Van menjadi startup pertama yang Grab umumkan dari komitmen perusahaan yang ingin gandeng enam startup sepanjang tahun ini.

“Kami sangat senang dengan kerja sama ini [..] Melihat jumlah pengguna Grab yang sangat banyak, kami dapat menawarkan mereka cara termudah untuk menikmati layanan logistik kami yang lengkap, serta menawarkan layanan pengiriman barang andal dan mudah yang didukung oleh teknologi,” terang Co-Founder dan CEO Ninja Van Lai Chang Wen dalam keterangan resmi.

Head of GrabExpress Adelene Foo menambahkan, “Kerja sama dengan Ninja Van memampukan kami untuk menawarkan berbagai pilihan pengantaran yang terlengkap di Asia Tenggara melalui aplikasi Grab. Memudahkan penjual, pembeli, serta merchant untuk mengirim dan menerima barang mereka.”

Layanan Ninja Van nantinya akan terintegrasi ke dalam aplikasi Grab melalui GrabExpress yang akan tersedia pada kuartal II/2019. Secara bertahap layanan akan tersedia di Asia Tenggara.

Kerja sama ini memperluas jangkauan layanan GrabExpress secara signifikan di luar jasa pengantaran menggunakan kurir on-demand dan same day, jadi pengiriman terjadwal ke seluruh penjuru daerah secara nasional.

Cakupan wilayah GrabExpress juta ikut terpengaruh, kini tersedia di 150 kota tersebar di Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Indonesia. Diklaim hingga Maret sampai Desember 2018, volume pengiriman barang instan dan same day GrabExpress tumbuh lebih dari tiga kali lipat.

Ninja Van disebutkan sebagai perusahaan logistik last mile dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara, menjangkau lebih dari 450 kota dan menghubungkan enam negara. Bagi perusahaan, Grab akan jadi kendaraan untuk menjangkau lebih banyak pengguna yang datang dari kalangan usaha kecil dan menengah, dan komunitas social seller.

Pelanggan dapat mengirim barang mereka dengan mudah melalui satu aplikasi dan menikmati pengalaman pengantaran terbaik di jaringan Ninja Van.

Dalam wawancara sebelumnya, Country Head Ninja Xpress Indonesia Eric Saputra mengungkapkan bisnis perusahaan secara keseluruhan dapat tumbuh tiga kali lipat. Armada Ninja Xpress di Indonesia saja ada 3 ribu unit, 70% di antaranya adalah kendaraan roda dua.

Perusahaan memiliki dasbor yang disediakan khusus untuk penggunanya. Di dalamnya, tidak hanya ada fitur tracking order, namun memiliki intelligence reporting yang dapat dimanfaatkan untuk membantu pengguna merekap total total pengiriman selama setahun ke belakang untuk peningkatan bisnis di tahun berikutnya.

Application Information Will Show Up Here

Pencapaian dan Target Startup Teknologi Logistik Waresix

Setelah mendapatkan pendanaan pra-seri A sebesar $1,6 juta (setara 24 miliar Rupiah) yang dipimpin East Ventures dan Monk’s Hill Ventures, startup teknologi logistik yang menyediakan solusi penyimpanan end-to-end Waresix mengklaim telah menangani transaksi bulanan dengan nilai lebih dari 100 ribu metrik ton, dengan tingkat pertumbuhan 25% setiap bulannya. Besarnya wilayah di Indonesia kerap menjadi kendala terkait dengan logistik untuk berbagai industri.

“Kami berhasil mengatasi tantangan ini karena kami berinvestasi pada orang-orang yang tepat. Kami juga selalu berinovasi dengan teknologi dan berfokus pada kebutuhan pelanggan. Sedari awal Waresix membangun tim yang kuat dengan pemahaman komprehensif terkait rantai pasokan di Indonesia,” kata Co-founder & CEO Waresix Andree Susanto.

Perusahaan ini mengembangkan platform khusus untuk menghubungkan operator gudang dan penyedia transportasi darat maupun laut yang siap menyewakan ruangan penyimpanan mereka. Sejauh ini Waresix telah menjangkau baik kota besar maupun area terpencil di Indonesia untuk menangani kebutuhan kargo, pengisian ritel, penyimpanan suhu dingin, transportasi, dan layanan pergudangan internasional untuk klien luar negeri.

Waresix telah beroperasi di 10 kota meliputi Jakarta, Semarang, Surabaya, Pekanbaru, Bali, Makassar, Balikpapan, Bandung, Palembang, dan Dumai.

Fleksibilitas untuk pelanggan

Hingga saat ini terdapat lebih dari 2000 supplier yang mencakup operator gudang, penyedia transportasi darat dan bisnis. Baik berbentuk perusahaan maupun usaha menengah yang menggunakan platform Waresix untuk mencari layanan logistik sesuai kebutuhan mereka. Dengan platform tersebut, pelanggan bisa memilih layanan logistik yang memiliki pengetahuan dan keahlian lokal di bidang masing-masing, sehingga pelanggan mendapatkan jaminan dan ketenangan untuk urusan logistik yang mereka butuhkan.

Pelanggan juga memiliki fleksibilitas dalam mengubah spesifikasi pengiriman. Mereka bisa menggunakan gudang Waresix untuk konsolidasi dan dekonsolidasi, sehingga akan menjadikan sistem distribusi lebih efisien. Pelanggan juga dapat memanfaatkan armada truk yang disediakan oleh perusahaan rintisan ini. Pengguna layanan Waresix dapat menentukan pilihan penyimpanan sesuai kebutuhan dan melakukan pemesanan dalam waktu kurang dari 24 jam melalui platform.

Ke depannya, Waresix berencana untuk mempertahankan pertumbuhan bisnis dan memberdayakan klien, agar bisa mengelola rantai pasokan yang lebih transparan, efisien, dan praktis untuk meningkatkan laba usaha.

“Dengan memusatkan perhatian pada pelanggan sebagai mitra akuntabel yang memiliki komitmen untuk mengembangkan bisnisnya masing-masing, Waresix telah bertumbuh 15 kali lipat saat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan level pertumbuhan seperti ini, kami memproyeksikan akan mendapatkan laba dalam waktu dekat, namun kami memutuskan untuk menginvestasikan pendapatan ini demi membangun tim, infrastruktur, dan layanan yang lebih kuat,” kata Andre.

Gojek and JD.com Announces “Joint Venture” for JD.id Integration and J-Express Logistics

After officially announcing first phase of series F funding, Gojek also announce a strategic partnership with JD.com in Indonesia. It’s in the form of a joint venture of JD.id and J-Express (JX).

JD.id is known as an e-commerce with original goods sales tagline. JX, a logistics for e-commerce, is said to integrate with Gojek’s network. JX is now accessible jn its official site.

In addition, the partnership will include some others, such as digital payment solution, marketing, and product catalog. There will be integration of both services, one is to provide direct access of JD.id product in Gojek’s app.

Jon Liao, JD com’s CSO said, the investment given to Gojek shows the company’s high trust on its business growth potential.

“Gojek’s domination in the market, excellent understanding of local demand, and the great number of loyal customers has made Gojek a reliable strategic partner for us in Indonesia. With the access to JD.id platform on Gojek’s mobile app, the 27 million monthly active users of Gojek will have direct access to the high-quality product offered on JD.id e-commerce platform,” he explained.

He added, “Gojek’s resources, from marketing, branding, and digital payment will help JD.id expand consumer network and provide the best e-commerce experience in Indonesia. Along with JD.com’s growth in the region, we aim to partner with Gojek to provide innovations in retail, logistics, and solutions for Southeast Asia’s consumers.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek dan JD.com Umumkan “Joint Venture”, Fokus pada Integrasi JD.id dan Layanan Logistik J-Express

Selain mengumumkan secara resmi perolehan fase pertama pendanaan seri F, Gojek turut mengumumkan kelanjutan kemitraan strategis bersama JD.com di Indonesia. Disebutkan realisasi kerja sama tersebut dalam bentuk joint venture pada JD.id dan J-Express (JX).

Seperti diketahui, JD.id merupakan layanan e-commerce yang mengangkat tagline penjualan barang-barang orisnil. Sementara JX merupakan layanan pengantaran logistik untuk e-commerce, nantinya akan turut memanfaatkan jaringan mitra Gojek. Saat ini JX sudah bisa diakses melalui situs resminya.

Selain itu kerja sama juga akan mencakup hal lain, di antaranya terkait solusi pembayaran digital, pemasaran, dan katalog produk. Akan ada integrasi kedua layanan, salah satunya menghadirkan akses langsung produk JD.id di aplikasi Gojek.

CSO JD.com Jon Liao mengatakan, investasi yang diberikan untuk Gojek menunjukkan kuatnya kepercayaan perusahaan terhadap potensi pertumbuhan bisnis.

“Kepemimpinan Gojek di pasar, pemahaman akan kebutuhan lokal yang tak tertandingi, serta besarnya jumlah pelanggan setianya yang sangat besar menjadikan Gojek mitra strategis terpercaya bagi kami di Indonesia. Dengan adanya akses ke platform JD.id di aplikasi mobile Gojek, sebanyak 27 juta pengguna aktif per bulan Gojek akan memiliki akses langsung ke produk-produk berkualitas yang ditawarkan oleh platform e-commerce JD.id,” ujar Liao.

Ia melanjutkan, “Sumber daya yang dimiliki Gojek mulai dari marketing, branding, hingga layanan pembayaran digital akan membantu JD.id untuk memperluas cakupan konsumennya serta terus menyediakan pengalaman e-commerce terbaik untuk konsumen Indonesia. Seiring dengan berkembangnya JD.com di kawasan ini, kami menantikan untuk bekerja sama dengan Gojek dalam menghadirkan inovasi-inovasi di bidang ritel, logistik, serta memberikan solusi bagi konsumen di Asia Tenggara.”

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Lacak.io Dukung Armada Logistik Skala UKM Tersistem secara Digital

Industri logistik masih memiliki banyak tantangan dalam menyambut percepatan industri 4.0. Lacak.io berusaha menjawab tantangan tersebut dengan produk yang mereka sediakan.

Co-Founder dan CCO Lacak.io Danny Chiang menjelaskan, bisnisnya menyediakan solusi bagi perusahaan logistik kecil menengah di Indonesia untuk bisa scale-up, mengubah armada tradisional tanpa sistem menjadi armada yang terkoneksi secara digital.

Lacak.io memungkinkan pihak manajemen mendapatkan visibilitas terbaik dari actionable data armada seperti data sensor suhu muatan, suhu mesin, level bahan bakar, dan gaya berkendara; data kinerja armada apakah sudah terutilisasi maksimal atau belum; data jumlah pengiriman apakah tepat waktu atau tidak.

Dikelola juga data perawatan armada yang dilakukan tepat waktu atau tidak. Data ini dianggap penting untuk menjaga armada dalam kondisi selalu prima mengingat armada kendaraan adalah mesin utama penghasil uang bagi perusahaan logistik.

“Selain mendapat visibility data terbaik dengan terkoneksinya armada mereka secara digital, maka kesempatan bisnis mereka untuk bekerja sama dengan korporasi besar juga akan terbuka lebih lebar,” terang Danny kepada DailySocial.

Model bisnis Lacak.io

Dalam menyajikan layanannya, Lacak.io menggunakan teknologi web interface untuk pemantauan dengan fitur seperti visibilitas data lokasi, laporan, notifikasi, utilitas armada, jumlah pengiriman, jadwal perawatan, dan evaluasi gaya berkendara.

Untuk menunjang tim lapangan yang lebih mengandalkan smartphone, pihaknya menyediakan pemantauan praktis dengan aplikasi Lacak Live. Pada dasarnya, aplikasi ini mengubah smartphone pengemudi menjadi GPS pelacak. Tim lapangan lainnya seperti kurir, sales, driver, atau engineer yang tidak memungkinkan untuk menggunakan perangkat GPS pelacak, Lacak.io menyediakan aplikasi Lacak Mobile.

Aplikasi tersebut memungkinkan lokasi tim lapangan dan status kerjanya terpantau oleh perusahaan. Tidak hanya itu, tim lapangan bisa berkirim pesan dengan tim perusahaan dari aplikasi tersebut.

“Contohnya, mereka bisa melihat tugas hari ini ke mana saja dan melaporkan hasil pekerjaan menggunakan formulir elektronik, tanda tangan digital dan upload gambar yang sudah tersedia semua di Lacak Mobile.”

Menurutnya, produk yang ditawarkan ini adalah jawaban dari solusi yang sebenarnya di butuhkan perusahaan logistik. Kebanyakan produk manajemen armada hanya menawarkan pemantauan lokasi tanpa ada data yang bisa diterjemahkan untuk mengambil suatu keputusan bisnis.

Dalam menjalankan bisnisnya, Lacak.io menetapkan sistem monetisasi berdasarkan keanggotaan per perangkat. Ada tiga jenis keanggotaan dari enterprise, professional, dan basic dengan biaya bervariasi mulai dari Rp6,1 juta untuk enterprise pada tahun pertama saja dan jadi Rp2 juta pada tahun berikutnya.

Rencana bisnis

Danny menerangkan pada tahun lalu perusahaan yang aktif menggunakan layanan ini mencapai 80 perusahaan. Di antaranya DHL Supply Chain Indonesia, Jasa Marga, KMDI, Malaba, dan lainnya. Dilihat dari jumlah armada yang terkoneksi aktif dengan sistem Lacak.io ada sekitar 1.700 unit dengan pertumbuhan 376%.

Perusahaan ingin meningkatkan pencapaian tersebut hingga berkali-kali lipat pada tahun ini. Armada yang terkoneksi bisa mencapai 4 ribu dan menghubungkan 25 ribu kendaraan barang atau setara dengan 0,32% dari total keseluruhan kendaraan barang terdaftar di Indonesia.

Untuk mencapai itu, Lacak.io sedang mengembangkan layanan yang lebih menyasar ke visualisasi gambar dan video sehingga tidak hanya data kendaraan yang dapat terlihat, melainkan situasi lingkungan sekitar dapat terlihat. Bakal ada juga Driver Status Monitoring System untuk mengirimkan notifikasi saat supir terdeteksi ter-distract oleh smartphone, merokok, menelepon, atau kelelahan.

Berikutnya tim sedang menyiapkan Advance Driver Assistance System yang memungkinkan pendeteksian dua detik lebih dini untuk driver sehingga meminimalisir tingkat kecelakaan dari tabrakan belakang.

Perusahaan tengah mencari pendanaan eksternal untuk mengembangkan bisnis Lacak.io sebesar Rp6 miliar di tahun ini. Danny mengaku saat ini masih dalam proses pitching ke investor.

“Putaran paling pertama sebenarnya sudah sejak 2016 waktu itu bentuknya convertible note dari teman. Kalau benar-benar dari eksternal ini baru pertama kalinya.”

Sebanyak 60% dari dana tersebut nantinya akan digunakan untuk mendorong pemasaran dan membuka kantor perwakilan di beberapa provinsi seperti Jawa, Bali, Makassar, dan Medan. Sisanya untuk pengembangan teknologi, layanan, serta pengembangan tim operasional.