Stockbit Targetkan Akuisisi Mahakarya Sekuritas Rampung Sebelum Akhir 2021

Stockbit telah mendapatkan persetujuan dari OJK untuk melakukan akuisisi terhadap perusahaan sekuritas PT Mahakarya Artha Sekuritas, setelah kabar pertama diumumkan sejak Agustus 2021. Proses akuisisi akan dirampungkan sebelum tutup tahun 2021.

Selanjutnya nama Mahakarya Artha Sekuritas akan berubah menjadi Stockbit Sekuritas. Ini adalah akuisisi kedua Stockbit setelah Bibit pada 2019.

Co-founder Stockbit Wellson Lo menuturkan, pihaknya meyakini kombinasi antara pengalaman Mahakarya dan keahlian Stockbit di ranah digital akan menawarkan solusi investasi yang mudah, aman, dan terpercaya bagi investor.

“Terima kasih kepada OJK yang telah mendampingi kami dalam keseluruhan proses ini. Terima kasih karena telah mendukung komitmen Stockbit dalam menghadirkan platform investasi online yang mudah, aman, dan terpercaya kepada seluruh rakyat Indonesia,” tutur Wellson dalam keterangan resmi.

Direktur Utama PT Mahakarya Artha Sekuritas Megawati Soewardi menambahkan, akuisisi ini juga akan dibarengi dengan penguatan tim dalam rangka menjawab tantangan di dalam industri. Sementara itu, para nasabah yang telah berinvestasi di Mahakarya sebelumnya tetap dapat bertransaksi seperti biasa, malah lebih diuntungkan dengan kapasitas Stockbit di bidang teknologi.

Secara terpisah saat dihubungi DailySocial.id, Wellson menuturkan perusahaan akan menyelesaikan proses akuisisi secepat mungkin pasca memperoleh izin dari OJK. Mahakarya akan mengumumkan adanya pergantian saham pengendali, pergantian nama, dan alamat domisili. “Untuk manajemen, kami mempertahankan manajemen yang ada sekarang, serta memperkuat tim lagi untuk menjawab tantangan di industri.”

Mahakarya saat ini memiliki aplikasi tersendiri, nantinya saat akuisisi telah rampung, seluruh aktivitas trading akan dialihkan ke Stockbit.

Menurutnya, aksi korporasi ini dapat membawa keuntungan yang besar bagi perusahaan, juga para pengguna Stockbit. Yang pasti, pengguna bisa berinvestasi saham di Stockbit Sekuritas yang sebelumnya sempat terhenti saat kongsi bisnis perusahaan sebelumnya dengan Sinarmas Sekuritas berhenti. “Kemudian, pengguna bisa berinvestasi dengan nyaman tanpa khawatir oleh kemungkinan pergantian kerja sama dengan sekuritas lagi di masa mendatang.”

Disebutkan juga, dampak dari pengumuman masuknya Mahakarya pada 26 Agustus 2021, mampu meningkatkan antusiasme pengguna yang sempat turun selama beberapa pekan karena tidak bisa melakukan aktivitas trading online. “Tapi dari segi kunjungan masih aman karena mereka bisa menggunakan Stockbit Stream (platform sosial) dan Stockbit Pro untuk tool analisis yang lebih komprehensif. Nanti setelah selesai akuisisi dan ganti nama, semoga confidence user bertambah.”

Mengenai rencana berikutnya untuk masuk ke kelas aset investasi lainnya, misalnya aset kripto, Wellson menuturkan pihaknya berusaha relevan dengan menjawab pain point yang dialami pengguna. Namun untuk bisa menambah kelas aset lain, perlu riset lebih lanjut. “Tetapi, kami berkomitmen untuk terus berinovasi dalam memberikan layanan terbaik bagi para pengguna. Seandainya ini menjadi sesuatu yang real, akan kami kabari segera.”

Disebutkan, saat ini Stockbit memiliki satu juta pengguna, dengan 90% dari mereka berusia di bawah 35 tahun. Di Indonesia, jumlah investor saham mencatatkan peningkatan yang signifikan dari waktu ke waktu. Di awal tahun 2016, jumlah investor saham tercatat sebanyak 434 ribu orang. Sementara di akhir Oktober 2021, jumlahnya sebesar 3,1 juta.

“Layanan perdagangan saham online yang modern, namun dihadirkan secara sederhana, kami harapkan dapat meningkatkan minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal. Stockbit ingin berkontribusi dalam meningkatkan jumlah investor di pasar modal serta mendukung perekonomian nasional. Untuk meningkatkan pengetahuan para investor, khususnya investor pemula, kami juga telah meluncurkan Stockbit Academy sebagai sarana belajar saham dari nol dari para profesional secara gratis,” tutup Wellson.

Percepat proses akuisisi

Langkah akuisisi perusahaan sekuritas ini sebelumnya juga sudah dilakukan Ajaib terhadap PT Primasia Unggul Sekuritas (kini bernama Ajaib Sekuritas) pada Maret 2020. Kehadiran perusahaan sekuritas yang langsung terintegrasi dengan platform, tentunya mempermudah perusahaan saat mengakuisisi pengguna baru.

Misalnya, dalam hal pembukaan Rekening Dana Nasabah, transaksi jual-beli, hingga penarikan dana secara online, sepenuhnya bisa dilakukan secara digital tanpa dokumen fisik apapun. Langkah tersebut mampu membuat Ajaib tumbuh melesat baik secara volume transaksi maupun jumlah pengguna.

Data terakhir menyebut, dalam kurun dua tahun, Ajaib berhasil mengakuisisi lebih dari satu juta investor ritel. Bahkan dalam tiga bulan terakhir, telah meraih 400 ribu pengguna baru. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia periode 1-5 November 2021, Ajaib masuk pada urutan ketiga sebagai broker teraktif sebanyak 1,04 juta kali dengan nilai transaksi Rp1,46 triliun.

Ruang pertumbuhan investor, terutama ritel di Indonesia berpotensi akan lebih menggeliat karena saat ini jumlah investor masih belum mencapai 1% dari total penduduk Indonesia. Alhasil, aksi merger dan akuisisi yang didorong oleh startup digital sangat memungkinkan bakal lebih ramai lagi ke depannya karena mampu mendorong pertumbuhan yang terakselerasi dengan platform digital.

Application Information Will Show Up Here

BNI to Enter the Digital Bank Through Mini Bank Acquisition

Another top tier bank is to enter the digital business by acquireing a mini bank. Rumor has it, PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI) is to acquire Bank Mayora, a BUKU II bank with less than IDR 2 trillion core capital.

On CNBC, BNI’s President Director, Royke Tumilaar has confirmed the company’s plan to acquire a bank. He said the company had finalized the initial process, but the bank name is still undisclosed.

“We have reached an initial agreement for a bank acquisition with a strong business ecosystem to be transformed into a digital bank,” Royke said at a press conference.

He said, the digital bank is to target the MSME segment and collaborate with experienced strategic partners to develop financial technology. Royke said that technology plays an important role in digital bank management, and capable to drive more efficient operational costs than conventional banks.

In general note, Bank Mayora is a retail and consumer bank that offers a variety of financial products, ranging from loans and deposits. Some of the loan products offered include Vehicle Loans (KKB), Multi-Use Loans (KMG), and Home Ownership Loans (KPR).

Meanwhile, BNI engaged in the consumer and business segments, both through savings, deposit and credit products. The bank with a “46” logo has a strong association as a widely used banking product by students/universities.

Quoting from Investor.id, Royke had given a sign that the company would not be transformed 100% into a digital bank without branch offices, instead will develop in terms of services, business processes, and products.

He said, apart from having fairly strong legacy in Indonesia, the Government as BNI’s majority shareholder demand the bank to focus on strengthening its position further as an international bank or global bank

The battle over SME market

Throughout this year, the Indonesian banking sector has been crowded with the launch of digital banking services to corporate actions, seeking for strategic partners. Bank Jago, BCA Digital, and Bank Neo Commerce have implemented the business in this first semester.

While several other banks are looking for strategic investors to raise capital, the media conglomerate PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (IDX: EMTK) recently acquired 93% of Bank Fama‘s shares. Moreover, Kredivo has gradually acquired the shares of Bank Bisnis Internasional until eventually dominating with 40% ownership.

The corporate action is being pursued to meet the core capital obligation of IDR 2 trillion by the end of this year as stated in POJK No. 12.

Almost all of the banks are busy targeting the MSME segment amidst a surge in digital acceleration during the Covid-19 pandemic. Apart from being the foundation of the Indonesian economy, MSME is a segment with certain difficulties to capital access and has not been fully digitized.

Bank

Parent/Individual Acquisition/Subsidiary Transformation
BCA Bank Royal Indonesia BCA Digital
Jerry Ng and Patrick Walujo Bank Artos Bank Jago
BRI BRI Agro Bank Raya

Non-bank

Parent Acquisition/Subsidiary Transformation
Sea Group Bank Kesejahteraan Ekonomi Seabank
CT Group Bank Harda Internasional Allo Bank
EMTEK Bank Fama N/A
Kredivo Bank Bisnis Internasional N/A

This is a reason for digital banks to cooperate with platforms with a broad customer base and service ecosystem. That way, they can easily distribute financing products and loans using this leverage.

Based on data from the Central Statistics Agency (BPS), there were 65.5 million MSMEs in 2019, an increase of 1.98% from 64.2 million in 2018. Meanwhile, only about 8 million or 13% of MSMEs are integrated or utilize digital technology.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bertambah Lagi, BNI Akan Masuk ke Bank Digital Lewat Akuisisi Bank Mini

Bertambah lagi jumlah bank besar yang akan mencaplok bank mini untuk masuk ke bisnis digital. Kali ini PT Bank Negara Indonesia Tbk (IDX: BBNI) dikabarkan akan mencaplok Bank Mayora yang merupakan bank BUKU II dengan modal inti tidak sampai Rp2 triliun.

Mengutip CNBC, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar telah mengonfirmasi rencana perusahaan untuk mengakuisisi sebuah bank. Ia mengatakan perusahaan telah menyelesaikan proses tahap awal, tetapi ia masih merahasiakan nama banknya.

“Kami telah mencapai kesepakatan awal untuk akuisisi bank yang memiliki ekosistem bisnis kuat untuk dikembangkan menjadi bank digital,” ungkap Royke dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.

Menurutnya, bank digital ini akan membidik segmen UMKM dan menggandeng mitra strategis berpengalaman untuk mengembangkan teknologi keuangan. Royke menilai teknologi memainkan peran penting dalam mengelola bank digital, serta dapat menekan biaya operasional lebih efisien dibandingkan bank konvensional.

Sebagai informasi, Bank Mayora merupakan bank di bidang ritel dan consumer yang menawarkan berbagai produk keuangan, mulai dari pinjaman (lending) dan simpanan (funding). Beberapa produk pinjaman yang ditawarkan di antaranya Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), Kredit Multi Guna (KMG), dan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).

Sementara, BNI bermain di segmen consumer dan bisnis, baik lewat produk tabungan, deposit, hingga kredit. Bank berlogo 46 ini memiliki asosiasi kuat sebagai produk perbankan yang banyak digunakan oleh kalangan mahasiswa/universitas.

Mengutip Investor.id, Royke sebelumnya pernah memberi sinyal bahwa perusahaan tidak akan 100% berubah menjadi bank digital yang tidak memiliki kantor cabang, tetapi bertransformasi dari sisi layanan, proses bisnis, dan produk.

Selain BNI telah memiliki legacy yang cukup kuat di Indonesia, ia menyebut Pemerintah selaku mayoritas pemegang saham mengamanatkan BNI untuk fokus memperkuat posisinya ke depan sebagai bank internasional atau bank global.

Berebut pasar UMKM

Sepanjang tahun ini, sektor perbankan Indonesia telah diramaikan dengan peluncuran layanan bank digital hingga aksi korporasi untuk mencari mitra strategis. Bank Jago, BCA Digital, dan Bank Neo Commerce sudah melakukan ini di semester I ini.

Sementara beberapa bank lain tengah mencari investor strategis untuk menghimpun modal. Baru-baru ini konglomerasi media PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (IDX: EMTK) mencaplok 93% saham Bank Fama. Kemudian, ada Kredivo yang secara bertahap mengakuisisi saham Bank Bisnis Internasional hingga kemudian menjadi pengendali dengan kepemilikan sebesar 40%.

Aksi korporasi tersebut tengah dikejar untuk memenuhi kewajiban modal inti Rp2 triliun sampai akhir tahun ini sebagaimana tertuang dalam aturan POJK Nomor 12.

Hampir semuanya ramai-ramai membidik segmen UMKM di tengah lonjakan akselerasi digital selama pandemi Covid-19. Selain merupakan fondasi perekonomian Indonesia, UMKM termasuk segmen yang cukup sulit mendapat akses modal dan rata-rata belum sepenuhnya terdigitalisasi.

Perbankan

Induk/Individu Akuisisi/Anak Usaha Transformasi
BCA Bank Royal Indonesia BCA Digital
Jerry Ng dan Patrick Walujo Bank Artos Bank Jago
BRI BRI Agro Bank Raya

Nonbank

Induk Akuisisi/Anak Usaha Transformasi
Sea Group Bank Kesejahteraan Ekonomi Seabank
CT Group Bank Harda Internasional Allo Bank
EMTEK Bank Fama N/A
Kredivo Bank Bisnis Internasional N/A

Ini salah satu alasan bank digital menggandeng platform-platform yang punya basis pelanggan dan ekosistem layanan yang luas. Dengan begitu, mereka dapat mudah menyalurkan produk pembiayaan maupun pinjaman dengan leverage tersebut.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat sebesar 65,5 juta UMKM di 2019 atau naik 1,98% dari 64,2 juta di 2018. Sementara, baru sekitar 8 juta atau 13% UMKM yang terintegrasi atau memanfaatkan teknologi digital.

Grup Konglomerasi Media EMTEK Caplok 93% Saham Bank Fama

Teka-teki kabar pendirian bank digital oleh EMTEK dan Grab mulai muncul satu-persatu. Perusahaan konglomerasi media dan teknologi PT Elang Mahkota Teknologi (IDX: EMTK) akan mengakuisisi PT Bank Fama International. Melalui anak usahanya PT Elang Media Visitama (EMV), EMTEK akan mengambil alih sebanyak 93% atau setara 9.089.503.800 lembar saham milik Bank Fama.

Rencana tersebut disampaikan dalam prospektus akuisisi yang diterbitkan Bank Fama pada surat kabar. Bank Fama mencari investor baru demi memenuhi kewajiban modal inti minimum Rp2 triliun per akhir 2021 sebagaimana diatur dalam POJK Nomor 12.

Dalam pernyataannya, aksi korporasi ini menjadi jalan masuk taipan milik Sariaatmadja tersebut untuk meningkatkan literasi keuangan dan perbankan ke sektor UMKM. Selain itu, Bank Fama juga dapat memanfaatkan kekuatan finansial, jaringan bisnis, produk, dan keahlian sektoral EMV.

“EMV juga berencana mempertahankan tim manajemen Bank Fama yang ada saat ini. EMV berencana mendukung dan meningkatkan kegiatan pengembangan karyawan untuk membangun keahlian dan kemampuan karyawan dalam mendukung kegiatan utama Bank Fama,” demikian pernyataan manajemen Bank Fama.

Untuk merampungkan proses akuisisi, Bank Fama akan melaksanakan RUPSLB pada 5 September 2021, sedangkan EMV pada 6 Desember 2021. Adapun pengajuan permohonan pengambilalihan ke OJK akan dilakukan pada 8 Desember. Pihaknya memperkirakan akuisisi ini rampung pada 28 Desember usai mengantongi restu dari OJK dan Kemenkumham.

Sedikit informasi, Bank Fama berkantor pusat di Bandung dan berdiri sejak 1993 sebagai bank umum dengan modal awal disetor Rp10 miliar. Bank Fama memiliki beberapa jaringan kantor secara online di Bandung, Jakarta, dan Tangerang dengan fokus pasar pada segmen ritel, khususnya UKM. Saat ini, Bank Fama memiliki modal inti utama senilai Rp1,001 triliun per Desember 2020.

Eks petinggi CIMB Niaga pimpin Bank Fama

Sebelum berita ini diturunkan, EMTEK dikabarkan akan mendirikan bank digital bersama platform super app Grab. Menyusul setelahnya, Tigor M Siahaan diberitakan resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Direktur dan CEO PT Bank CIMB Niaga Tbk.

Menurut pemberitaan Katadata, Tigor akan memimpin bank digital hasil patungan (joint venture) EMTEK dan Grab tersebut. Bank ini dikabarkan akan terintegrasi dengan berbagai ekosistem digital, mulai dari commerce, online-to-offline (O2O), dan pembayaran digital.

Bertambahnya jumlah bank yang bertransisi ke digital dan kolaborasinya dengan platform digital akan semakin memperkuat prospek dan peta persaingannya di tahun depan. Terlebih, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah merilis aturan baru yang memberikan batasan yang jelas terkait pendirian bank.

Berdasarkan catatan kami, Bank Jago bersinergi dengan Gojek, Bank Neo Commerce dengan Akulaku, BCA Digital dengan Blibli, hingga Seabank oleh Sea Group. Jumlah ini diproyeksi akan bertambah seiring dengan meningkatkan akselerasi digital di Indonesia.

Menyoroti hal ini, Advisor Pengembangan Bisnis Bursa Efek Indonesia Poltak Hotradero sempat mengungkap bahwa sektor keuangan begitu besar di Indonesia. Maka itu, jangan sampai perannya diberikan kepada sektor perbankan saja. Selain potensi bisnisnya besar, ia meyakini masih ada segmen pasar yang belum tergarap dengan baik di Indonesia dan hanya bisa terlayani lewat kanal digital

“Platform digital akan memudahkan sinergi dengan layanan keuangan digital lainnya, misalnya layanan investasi dan asuransi. Namun perlu dicatat, biaya dan risiko terbesar dari transisi digital adalah kegagalan mempertahankan pangsa dan segmen pasar. Faktor tersebut dapat membuat bank menjadi tidak relevan,” tambahnya.

Blibli Aquires Ranch Market’s Majority Stake, Enhancing Online Grocery Vertical

PT Global Digital Niaga, also known as Blibli is to acquire a majority stake in PT Supra Boga Lestari, the company that operates Ranch Market. Based on the disclosure on the IDX, both parties have signed a Share Purchase Binding Agreement (PPPS) with a plan to take over 797,888,628 shares or equivalent to 51% of the total issued and fully paid capital.

The strategic action is interpreted as Blibli’s effort to strengthen the value proposition of its grocery service, BlibliMart. In a media conference in late 2020, the company said the daily staple category was among the best-selling throughout the year. Without mentioning detail numbers, it is described that the number of purchases at BlibliMart increased by 3 times during the pandemic.

Similar to a supermarket, BlibliMart’s main products are basic necessities such as rice, sugar, cooking oil, etc. For business process efficiency, they have certain branch offices (including warehouses) in several cities covering Jabodetabek and several areas in East Java. Expansion effort has been generated, in terms of groceries, it is mostly same day delivery; In addition, there are several types of products that cannot last long in shipping, such as meat or fresh ingredients.

As of 2020, Blibli has operated 20 warehouses and 32 hub points in 15 major cities. He said, the presence of this logistics infrastructure allows the company to serve consumers at the national level.

They also continue to strengthen features, its latest innovation is a subscription option, therefore consumers can cut cost on every shopping for daily necessities in the BlibliMart category. This option provides two advantages. First, it is a fixed price, customers will be charged the same price even if there is a price change during the subscription period.

Moreover, it is a fixed discount, customers will be charged the same percent or nominal discount even if there is a price change during the subscription period. Both can be selected with a subscription period of up to 54 weeks for a weekly frequency subscription and 12 months with a monthly frequency option.

Blibli’s VP Trade Partnership ,Stephanie Santoso said, the current market trend in Indonesia is the company’s reason to release the Subscription feature.

Ranch Market property

Since its establishment in 1997, the company currently operates 48 stores, consisting of 16 Ranch Markets, 29 Farmers Markets, 1 The Gourmet by Ranch Market and 2 Day2Day by Farmers Market. The modern retail stores are located across several cities in Greater Jakarta, Surabaya, Malang, Balikpapan, Samarinda, Pekanbaru, Ambon, Dumai, and Palembang.

To begin with, Ranch Market was a franchise format from Ranch Market USA. However, along with its development, there have been many improvements made regarding adjustments to the local market and consumer characteristics. Until 2010, the company terminated the license agreement with Ranch Market USA, and since then the company has obtained permission to use the Ranch Market brand in Indonesia.

There are several advantages, indeed, that BlibliMart can get from the following synergies. In addition to the grocery retail store properties owned and its coverage, the practice of supply-chain fresh products for daily needs can also be applied to provide better service. Online to offline scenarios can also be applied to bring new experiences to customers.

Online grocery valuation

Minister of Trade’s, Muhammad Lutfi mentioned, fresh food product sales in the online marketplace will generate a value of more than 21 trillion Rupiah in 2021, an increase of 18 trillion Rupiah compared to the previous year period. When this achievement successfully inscribed by the ecosystem, he is also steady with a projected achievement of 108 trillion Rupiah in the next five years. Obviously this is no small number for a relatively new line of industry.

This potential is certainly improtant to local innovators. Various startups are competing to become market leaders in the sector, including full effort to gain fund injecton from investors. Based on DailySocial.id’s report, there have been 10 investments since Q2 2020 [the early period of the pandemic], including:

Periode Startup Investasi
Agustus 2021 Pasarnow Pendanaan Awal
Agustus 2021 Segari Seri A
Juli 2021 HappyFresh Seri D
Apri 2021 Sayurbox Seri B
Maret 2021 Dropezy Pendanaan Awal
Maret 2021 Segari Pendanaan Awal
Maret 2021 Eden Farm Pendanaan Awal
Agustus 2020 Wahyoo (meluncurkan Langganan.co.id) Seri A
Juli 2020 BorongBareng Pra-Seri A
Maret 2020 Chilibeli Seri A
In addition to digital platforms that specifically provide fresh product ordering services, local unicorns are also flocking to strengthen their online grocery vertical.

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Application Information Will Show Up Here

Indosat and Tri Officially Announces 85.6 Trillion Rupiah Merger

PT Indosat Ooredoo Tbk (IDX:ISAT) officially announced a merger with PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) with an agreed value of $6 billion or 85.6 trillion Rupiah. Through its parent company Ooredoo Group and CK Hutchison, both companies will merge into “Indosat Ooredoo Hutchison”.

Currently, Ooredoo Group owns 65% of Indosat Ooredoo shares through Ooredoo Asia. Through this merger, CK Hutchison will acquire 21.8% of Indosat Ooredoo Hutchison. CK Hutchison will also acquire 50% of Ooredoo Asia by exchanging its 21.8% shares in Indosat Ooredoo Hutchison for 33% in Ooredoo Asia.

The Hong Kong-based telecommunications conglomerate will grab an additional 16.7% in the Ooredoo Group for $387 million or IDR 5.5 trillion. Both parties will have a 50% ownership interest in Ooredoo Asia, which will be named Ooredoo Hutchison Asia, and own 65.6% shares and control over Indosat Ooredoo Hutchison.

In terms of post-merger, Indosat Ooredoo Hutchison will remain listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX), with the Indonesian government holding 9.6% of the shares, PT Tiga Telekomunikasi Indonesia 10.8% of the shares, and the public about 14% of the shares.

Indosat Ooredoo shareholders recommended Vikram Sinha and Nicky Lee as Chief Executive Officer (CEO) and Chief Financial Officer (CFO) at Indosat Ooredoo Hutchison, respectively. Moreover, Ahmad Al-Neama and Cliff Woo will remain the President Director & CEO of Indosat Ooredoo and CEO of H3I until the merger process is complete.

Aiming for the second place

Considering its scale, financial capabilities, expertise, and network development, Ooredoo Group’s Managing Director, Aziz Aluthman Fakhroo targets this consolidation to bring Indosat Ooredoo Hutchison as the second largest telecommunications operator in Indonesia with projected annual revenues of up to $3 billion.

In addition, the merger of the two company assets will directly provide benefits to cost efficiency and capital expenditure. The company estimates that the synergies’ annual run rate before tax will reach $300-400 million in the next three to five years.

With the giant business scale owned by the two parent companies, Indosat Ooredoo Hutchison can take advantage of the technology, network, and services owned by the Ooredoo Group and CK Hutchison in the European, Middle East, North Africa and Asia Pacific markets.

“The merger will provide benefits for various functions, including procurement activities. After this consolidation, the Indonesian mobile market is expected to maintain healthy competition. This situation will attract long-term investment for the telecommunications industry,” Aziz said in his official statement.

CK Hutchison Holdings’ Group Co-Managing Director, Canning Fok also said his team can also expand the network and improve service quality in line with the merger of a larger spectrum that will provide cost efficiency.

“Furthermore, we are looking forward to bring the most innovative 5G service to Indonesia at the right time. Currently, CK Hutchison has available in 12 countries, many of which have successfully deployed 5G networks,” he said.

Currently, H3I has 10MHz in the 1800MHz band and 15MHz in 2100MHz to serve 39 million subscribers. Meanwhile, Indosat has a spectrum of 2.5MHz (850MHz), 10MHz (900MHz), 20MHz (1800MHz), and 15MHz (2100MHz) to serve 60 million subscribers with 66,313 4G BTS.

Consolidation for efficiency

The corporate action by Indosat Ooredoo and Hutchison adds to the long list of Indonesian telecommunications operators with M&A history within this decade. Previously, the M&A action was taken by PT Mobile-8 Tbk (FREN) annexing PT Smart Telecom and merging into Smartfren. Then, it was followed by PT XL Axiata Tbk (EXCL) which acquired Axis for IDR 8.6 trillion.

The Ministry of Communication and Information (Kominfo) has made attempts to encourage the telecommunications industry to consolidate, both through M&A and network cooperation. It is due to the very tight competition in the telecommunications industry involving many players.

Meanwhile, the telecommunications business is considered investment-intensive as it has to build network infrastructure. In fact, the growth of the telecommunications industry is increasingly stagnant when cellular penetration is above 100%. The Central Statistics Agency (BPS) recorded that cellular card users reached 341.28 million in 2019, or already surpassed the total population of 269.6 million.

According to the Secretary General of the Center for Telecommunication Policy and Regulatory Studies at the Bandung Institute of Technology (ITB) Muhammad Ridwan Effendi, the merger by Indosat Ooredoo and Hutchison 3 Indonesia will provide significant benefits for the telecommunications industry. One thing is because operators can now encourage business efficiency, especially in network development.

“Although we have to wait for the post-audit results by the Business Competition Supervisory Commission (KPPU), this merger is appropriate as the operator’s capital and assets will increase. Hopefully, the community will get even greater benefits from this business merger.” He said in a discussion with DailySocial.id team.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Blibli Akuisisi Mayoritas Saham Ranch Market, Upaya Penguatan Lini Online Grocery

PT Global Digital Niaga atau dikenal dengan brand Blibli akan segera mengakuisisi saham mayoritas PT Supra Boga Lestari, perusahaan yang mengoperasikan Ranch Market. Berdasarkan keterbukaan yang disampaikan di BEI, kedua pihak telah melakukan penandatanganan Perjanjian Pengikat Pembelian Saham (PPPS) dengan rencana pengambilalihan 797.888.628 saham atau setara 51% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh.

Aksi strategis ini diinterpretasikan sebagai upaya Blibli untuk memperkuat proposisi nilai layanan grocery mereka BlibliMart. Dalam kesempatan temu media akhir 2020 lalu, perusahaan mengatakan kategori bahan pokok harian termasuk yang paling laku sepanjang tahun. Meski tidak dirinci dalam angka, digambarkan jumlah pembelian di BlibliMart meningkat hingga 3 kali lipat saat pandemi.

Layaknya sebuah supermarket, produk utama di BlibliMart adalah sembako seperti beras, gula, minyak goreng, dll. Untuk efisiensi proses bisnis, secara khusus mereka memiliki kantor cabang (termasuk di dalamnya warehouse) di beberapa kota meliputi Jabodetabek dan beberapa wilayah di Jawa Timur. Upaya perluasan terus dilakukan, mengingat untuk kebutuhan groceries umumnya opsi pengiriman yang dipilih adalah same day delivery; selain itu ada beberapa tipe produk yang tidak bisa bertahan lama di pengiriman, seperti daging atau bahan segar.

Per tahun 2020, Blibli telah mengoperasikan 20 gudang dan 32 titik hub di 15 kota besar. Menurutnya kehadiran infrastruktur logistik ini memungkinkan perusahaan untuk melayani konsumen di tingkat nasional.

Penguatan fitur juga terus dilakukan, terbaru mereka menghadirkan opsi berlangganan agar konsumen dapat berhemat setiap belanja kebutuhan harian di kategori BlibliMart. Opsi ini memberikan dua keuntungan. Pertama adalah harga tetap, pelanggan akan dikenakan harga yang sama walaupun terjadi perubahan harga selama periode berlangganan.

Kedua ialah diskon tetap, pelanggan akan dikenakan persen atau nominal diskon yang sama walaupun terjadi perubahan harga selama periode berlangganan. Keduanya dapat dipilih dengan periode langganan hingga 54 minggu untuk langganan frekuensi mingguan dan 12 bulan apabila memilih frekuensi bulanan.

Disampaikan VP Trade Partnership Blibli Stephanie Santoso, tren pasar di Indonesia saat ini yang melatarbelakangi perusahaan untuk merilis fitur Langganan.

Properti Ranch Market

Sejak didirikan pada tahun 1997, saat ini perusahaan telah mengoperasikan 48 toko, yang terdiri dari 16 Ranch Markets, 29 Farmers Markets, 1 The Gourmet by Ranch Market dan 2 Day2Day oleh Farmers Market. Toko ritel modern tersebut tersebar di beberapa kota di Jabodetabek, Surabaya, Malang, Balikpapan, Samarinda, Pekanbaru, Ambon, Dumai, dan Palembang.

Awalnya Ranch Market berformat waralaba dari Ranch Market USA. Namun seiring perkembangannya, ada banyak pembenahan yang dilakukan terkait penyesuaian dengan pasar lokal dan karakteristik konsumen di sini. Hingga pada 2010, perusahaan pemutusan perjanjian lisensi dengan Ranch Market USA, dan sejak saat itu perusahaan memperoleh izin untuk menggunakan merek Ranch Market di Indonesia.

Tentu ada beberapa keuntungan yang bisa didapat oleh BlibliMart dari sinergi yang nantinya dibangun. Selain properti toko ritel grocery yang dimiliki dengan jangkauannya, praktik supply-chain produk segar untuk kebutuhan sehari-hari yang dijajakan juga dapat diterapkan untuk menghadirkan pelayanan yang lebih baik. Skenario online to offline juga dapat diterapkan untuk menghadirkan pengalaman baru kepada pelanggan.

Nilai penjualan online grocery

Menurut Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, penjualan produk pangan segar di online marketplace akan menghasilkan nilai lebih dari 21 triliun Rupiah pada tahun 2021, meningkat 18 triliun Rupiah dibanding periode tahun sebelumnya. Jika capaian tersebut berhasil ditorehkan ekosistem, ia pun mantap dengan proyeksi capaian 108 triliun Rupiah pada lima tahun mendatang. Jelas ini bukan angka yang kecil untuk lini industri yang relatif baru.

Potensi tersebut tentu tidak dilewatkan begitu saja oleh inovator lokal. Berbagai startup berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin pasar di sektor tersebut, termasuk dalam upaya mendapatkan suntikan dana dari investor. Dari catatan DailySocial.id, sejak Q2 2020 [masa awal pandemi] hingga sekarang, ada 10 investasi yang dibukukan, meliputi:

Periode Startup Investasi
Agustus 2021 Pasarnow Pendanaan Awal
Agustus 2021 Segari Seri A
Juli 2021 HappyFresh Seri D
Apri 2021 Sayurbox Seri B
Maret 2021 Dropezy Pendanaan Awal
Maret 2021 Segari Pendanaan Awal
Maret 2021 Eden Farm Pendanaan Awal
Agustus 2020 Wahyoo (meluncurkan Langganan.co.id) Seri A
Juli 2020 BorongBareng Pra-Seri A
Maret 2020 Chilibeli Seri A

Selain platform digital yang spesifik menghadirkan layanan pemesanan produk segar, para unicorn lokal juga berondong-bondong memperkuat divisi online grocery-nya.

Application Information Will Show Up Here

Indosat dan Tri Resmi Merger dengan Nilai Transaksi 85,6 Triliun Rupiah

PT Indosat Ooredoo Tbk (IDX:ISAT) resmi mengumumkan merger dengan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) dengan nilai yang disepakati sebesar $6 miliar atau 85,6 triliun Rupiah. Melalui induk usahanya Ooredoo Group dan CK Hutchison, kedua perusahaan akan menggabungkan bisnisnya menjadi “Indosat Ooredoo Hutchison”.

Saat ini, Ooredoo Group menguasai kepemilikan saham Indosat Ooredoo melalui Ooredoo Asia sebesar 65%. Lewat aksi merger ini, CK Hutchison akan memperoleh saham baru sebanyak 21,8% di Indosat Ooredoo Hutchison. CK Hutchison juga akan mendapatkan 50% saham milik Ooredoo Asia dengan menukar 21,8% sahamnya di Indosat Ooredoo Hutchison untuk 33% saham di Ooredoo Asia.

Konglomerasi telekomunikasi asal Hong Kong tersebut juga akan mengambil kepemilikan tambahan 16,7% saham di Ooredoo Group senilai $387 juta atau 5,5 triliun Rupiah. Kedua belah pihak akan mengantongi 50% porsi kepemilikan dari Ooredoo Asia yang akan diberi nama Ooredoo Hutchison Asia, serta memiliki 65,6% saham dan kendali atas Indosat Ooredoo Hutchison.

Pasca-merger, Indosat Ooredoo Hutchison akan tetap terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan pemerintah Indonesia memegang 9,6% saham, PT Tiga Telekomunikasi Indonesia 10,8% saham, dan publik sekitar 14% saham.

Pemegang saham Indosat Ooredoo mencalonkan Vikram Sinha dan Nicky Lee masing-masing sebagai Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO) di Indosat Ooredoo Hutchison. Adapun, Ahmad Al-Neama dan Cliff Woo masih akan menjalankan tugasnya sebagai Presiden Direktur & CEO Indosat Ooredoo serta CEO H3I sampai proses merger selesai.

Bidik posisi kedua terbesar

Dengan memperhitungkan skala, kemampuan keuangan, keahlian, hingga pengembangan jaringan, Managing Director of Ooredoo Group Aziz Aluthman Fakhroo menargetkan konsolidasi ini dapat membawa Indosat Ooredoo Hutchison sebagai operator telekomunikasi kedua terbesar di Indonesia dengan proyeksi pendapatan tahunan hingga $3 miliar.

Selain itu, penggabungan kedua aset perusahaan secara langsung akan memberikan keuntungan terhadap efisiensi biaya dan belanja modal. Perusahaan memperkirakan rasio proses (run rate) tahunan sinergi sebelum pajak akan mencapai $300-400 juta dalam tiga hingga lima tahun ke depan.

Dengan skala bisnis raksasa yang dimiliki kedua induk usaha, Indosat Ooredoo Hutchison dapat memanfaatkan teknologi, jaringan, hingga layanan yang dimiliki Ooredoo Group dan CK Hutchison di pasar Eropa, Timur Tengah, Afrika  Utara, dan Asia Pasifik.

“Penggabungan perusahaan ini akan memberikan keuntungan pada berbagai fungsi, misalnya kegiatan pengadaan. Usai konsolidasi ini, pasar mobile Indonesia diperkirakan dapat mempertahankan persaingan yang sehat. Situasi ini akan menjadi daya tarik investasi jangka panjang bagi industri telekomunikasi,” ujar Aziz dalam keterangan resminya.

Group Co-Managing Director of CK Hutchison Holdings Canning Fok menambahkan, pihaknya juga dapat memperluas jaringan dan menyempurnakan kualitas layanan sejalan dengan penggabungan spektrum yang lebih besar yang akan memberikan efisiensi biaya.

“Apalagi kami sangat menantikan kesempatan untuk membawa layanan 5G paling inovatif ke Indonesia di waktu yang tepat. Saat ini, CK Hutchison telah mengoperasikan bisnis di 12 negara di mana banyak di antaranya telah sukses menggelar jaringan 5G,” tuturnya.

Saat ini, H3I memiliki 10MHz di pita 1800MHz dan 15MHz di 2100MHz untuk melayani 39 juta pelanggan. Sementara, Indosat memiliki spektrum selebar 2,5MHz (850MHz), 10MHz (900MHz), 20MHz (1800MHz), dan 15MHz (2100MHz) untuk melayani sebanyak 60 juta pelanggan dengan 66.313 BTS 4G. 

Konsolidasi untuk efisiensi

Aksi korporasi yang dilakukan Indosat Ooredoo dan Hutchison menambah deretan panjang operator telekomunikasi Indonesia yang melakukan M&A selama lebih dari satu dekade ini. Sebelumnya, aksi M&A sudah lebih dulu dilakukan oleh PT Mobile-8 Tbk (FREN) mencaplok PT Smart Telecom dan melebur menjadi Smartfren. Kemudian aksi ini diikuti oleh PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang mengakuisisi Axis senilai Rp8,6 triliun.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sebetulnya sudah jauh-jauh hari berupaya mendorong industri telekomunikasi untuk berkonsolidasi, baik lewat M&A maupun kerja sama jaringan. Pasalnya, persaingan industri telekomunikasi terbilang sangat ketat akibat terlalu banyaknya pemain.

Sementara, bisnis telekomunikasi identik dengan padat investasi karena harus membangun infrastruktur jaringan. Dengan kondisi ini, pertumbuhan industri telekomunikasi semakin stagnan manakala penetrasi seluler sudah di atas 100%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengguna kartu seluler mencapai 341,28 juta di 2019, atau sudah melampaui jumlah penduduk dengan 269,6 juta jiwa.

Menurut Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Muhammad Ridwan Effendi, aksi merger yang dilakukan Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia akan memberikan keuntungan signifikan bagi industri telekomunikasi. Pasalnya, operator kini dapat mendorong efisiensi bisnis, terutama pada pembangunan jaringan.

“Meski harus menunggu hasil post-audit oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), aksi merger ini sudah tepat karena modal dan aset operator akan semakin besar. Mudah-mudahan masyarakat mendapatkan manfaat lebih besar lagi dari penggabungan bisnis ini.” Ujarnya dihubungi DailySocial.id.

Amartha Accelerates Product Innovation, Acqui-hiring Surabaya Based Software House

P2p lending startup Amartha announced an acquisition of a Surabaya based software company, Twiscode (PT Dapur Rumah Sejahtera) with an undisclosed value. Twiscode talents will join Amartha’s engineer team to accelerate product and technology development plans.

Amartha‘s Chief Commercial Officer, Hadi Wenas explained to DailySocial, the company is currently in need for engineer talent to proceed with innovation and expansion plans after securing the latest fund. Twiscode is considered a perfect fit for the business’ demand.

Moreover, both companies maintain adequate relationship through several collaborations, therefore, Twiscode’s talents have proven reputation and quality. “As we’ve already work together, the chemistry is there, they also want to be part of Amartha to realize the mission,” Wenas said.

Amartha’s Senior Vice President of Engineering, William Notowidagdo added, the pandemic and the work from home (WFH) policy have proven the fact that digital talent demand can be fulfilled without having to rely only to Jakarta’s supply.

“Today’s local talents throughout Indonesia have the same opportunity to contribute to startups like Amartha,” he said. After the acquisition, the entire Twiscode team of 47 people became part of Amartha’s R&D office, named “Amartha Development Center Surabaya”.

Technology development plans

Wenas also mentioned a lot of technological scope at Amartha that could be improved. They are currently focusing on three segments from lender, internal and borrower.

For example, in terms of lender, every one lender will be possible to fund each project in Amartha starting from Rp100 thousand from the previous minimum rate of Rp5 million. “Furthermore, there are some things can be accelerated from the lender registration and verification in the future.”

Moreover, in the internal side, as 1/3 of the borrowers do not have a smartphone, Amartha requires a field officer for the verification process and fund disbursement through a separate application. The company is to launch the latest technology for cashless loan disbursement.

“We want to increase our coverage field officers, therefore, increase their productivity.”

William mentioned another technology to assist borrower verification and attendance is to provide a face recognition feature, enough with the manual process using signature. This solution is to overcome the field conditions, where most of these borrowers are illiterate and whose fingerprints unrecognized using a biometric machine.

To comply with TKB, aside from field officers and absenteeism, Amartha applies four groups with 92 parameters for credit scoring, including business parameters, demographics, ability to pay, and willingness to pay. All of these parameters are made specifically for the underserved segment, it will be different from most p2p players.

“Our survey is not whether he can pay or not, but a survey based by looking at the house condition, for example whether they’re using LPG or kerosene, the presence of refrigerator, dirt or tile based floor, and so on. In the future, we will definitely evolve.”

One of the popular scoring parameters is borrowers’ awareness towards smartphone. The one supporting factor is for the children to study. This should gradually made the increase of social media awarness to borrowers.

“When social media usage increases, we will attit with 92 parameters considering that digital adoption in the village will increase in the future,” Wenas said.

The company released Amartha Plus with three features, Warung Loan Non Mitra, Warung Loan Mitra, and Amartha Pulsa/PPOB. In the first feature, the company becomes a financial partner for paylater products for stall partners registered in the Sampoerna Retail Community (SRC) network. This collaboration allows SRC’s stall partners to pay the due date for each stock purchase.

Next, for the Warung Loan Mitra, it allows stall partners in the Amartha network to purchase FMCG product stocks wholesale through Tanihub, company’s agritech partner. Currently, it has available at 11 points in East Java, there are more than 100 partners shop regularly, and offering more than 4 thousand SKUs .

Last, Amartha Pulsa, whose service is more straight forward for balance top-up and PPOB. This service has been used in 93 points out of 497 Amartha network points.

The growth of fintech lending

Indonesia’s fintech lending statistic per May 2021 / OJK

Throughout 2021, the fintech lending industry continues to growth rapidly. Based on OJK’s statistics as of May 2021, there are 118 conventional and 9 sharia fintech lending providers. The total assets owned reach 4.1 trillion Rupiah. The platforms also managed to accommodate around 8.7 million lender accounts (p2p) channeling 13.8 trillion Rupiah of funds.

In order to maximize this momentum, the company has taken a number of strategic actions. Most recently, they appointed former Minister of Communication and Information Rudiantara as Commissioner. In June 2021, they received 107 billion Rupiah investment from Norfund which is an institution owned by the Norwegian government. It follows the previous round of IDR 405 billion led by WWB Capital Partners II and MDI Ventures.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here