Microsoft Perkenalkan Pluton: Prosesor untuk Keamanan PC

Sistem operasi Windows memang tidak dipungkiri masih menjadi salah satu yang paling populer. Oleh karena itu, banyak sekali serangan dan malware terhadap komputer yang menggunakan sistem operasi tersebut. Oleh karena itu, Microsoft pun membangun sebuah sistem keamanan yang nantinya bakal dipasang pada prosesor AMD dan Intel.

Prosesor keamanan tersebut dinamakan Pluton. Pluton merupakan prosesor khusus yang digunakan pada konsol game XBOX. Pluton juga memanfaatkan fitur standar yang ditemukan pada prosesor EPYC dari AMD. Nantinya Intel juga bakal mengadopsi standar tersebut pada prosesor mereka untuk mengamankan sebuah komputer.

Tidak hanya dengan AMD dan Intel saja, Microsoft juga bekerja sama dengan Qualcomm untuk membuat keamanan yang lebih kuat dalam mencegah serangan sampai ke tingkat serangan pada firmware. Microsoft juga akan menggunakan teknologi ini untuk merampingkan pembaruan firmware melalui Pembaruan Windows.

Chip-to-cloud-security

Pluton secara tidak langsung hadir karena banyak serangan yang saat ini ditujukan pada TPM atau Trusted Platform Module. TPM menyimpan segala bentuk enkripsi pada Windows seperti Bitlocker dan Windows Hello. Namun, saat ini banyak sekali hacker yang ingin menembus enkripsi TPM sehingga cukup membahayakan sistem.

Teknologi ini pernah digunakan oleh AMD dengan ASP (AMD Security Processor) pada konsol XBOX di tahun 2013. AMD menggunakan prosesor ARM Cortex A5 sehingga dapat terlindungi dari serangan seperti Spectre. Prosesor ARM ini bertugas untuk menyediakan manajemen kunci enkripsi yang aman. Pendekatan ini juga dilakukan oleh AMD pada prosesor terbarunya seperti EPYC.

Intel juga berencana menghadirkan Pluton kepada para pelanggan mereka dalam skala yang besar. Akan tetapi, Intel belum memberitahukan kapan mereka bakal mengadopsi Pluton pada prosesor mereka. Namun untuk sementara itu, Intel akan terus menggunakan fitur vPro mereka yang sudah hadri pada SKU-SKU tertentu.

Pluton menggunakan teknologi Secure Hardware Cryptography Key (SHACK) yang bakal mencegah kemungkinan kunci kriptografi terpapar, bahkan ke firmware Pluton itu sendiri, yang pada akhirnya akan melindungi informasi pengguna dari serangan fisik. Prosesor Pluton akan meniru TPM untuk menjaga kompatibilitas luas dengan API seperti BitLocker dan System Guard. Prosesor Pluton mengamankan proses pembaruan firmware, merampingkan proses Pembaruan Windows untuk menyediakan metode yang lebih terpadu dan konsisten untuk memperbarui firmware sistem.

Sumber: MicrosoftTomshardware

Usable Storage Milik PS5 dan Xbox Series X Jauh di Bawah yang Diiklankan

Beberapa hari menjelang dimulainya pemasaran PlayStation 5 dan Xbox Series X/S, sejumlah detail penting terkait kedua console next-gen tersebut mulai terkuak. Yang ingin saya bahas kali ini adalah, seberapa besar kapasitas penyimpanan yang dimiliki masing-masing console, sebab informasi resmi yang beredar belum mengungkap cerita lengkapnya.

Seperti yang kita tahu, PlayStation 5, baik versi standar maupun versi Digital Edition yang tidak dilengkapi optical drive, datang membawa SSD berkecepatan tinggi dengan kapasitas 825 GB. Namun pada praktiknya, kapasitas yang tersedia yang bisa kita isi dengan game jauh di bawah itu.

Bocoran dari seorang leaker ternama menunjukkan bahwa unit review PS5 yang ia terima cuma mempunyai ruang penyimpanan kosong sebesar 667 GB. Ke mana sisa 158 GB-nya? Kemungkinan besar dipakai untuk sistem operasi, serta fungsi caching guna mewujudkan semacam fitur quick resume seperti yang ditawarkan oleh Xbox Series X/S.

Opsi untuk mengekspansi storage-nya tentu tersedia, tapi tidak semudah menancapkan hard disk eksternal begitu saja seperti kasusnya pada PS4. Pasalnya, seperti yang saya katakan tadi, PS5 menggunakan SSD berkecepatan tinggi, spesifiknya yang memanfaatkan teknologi PCIe 4.0 dengan kecepatan transfer data maksimum 5,5 GB per detik.

Singkat cerita, konsumen PS5 memerlukan storage tambahan yang setidaknya sama cepatnya, dan video bongkar jeroan PS5 yang Sony unggah sendiri beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa PS5 dilengkapi satu slot SSD M.2 NVMe. Kalau boleh menebak, ke depannya kita bakal melihat SSD M.2 NVMe dari sejumlah pabrikan yang telah mendapatkan validasi resmi dari Sony demi menjamin kompatibilitasnya dengan PS5.

Xbox Series S dan Xbox Series X

Lalu bagaimana dengan Xbox Series X? Well, kasusnya rupanya kurang lebih sama. Dari kapasitas 1 TB yang diiklankan, pengguna hanya mempunyai akses ke 802 GB kalau berdasarkan pengalaman hands-on IGN. Sisa hampir 200 GB itu pun juga dipakai untuk sistem operasi sekaligus fungsi caching, sehingga beberapa game benar-benar bisa dilanjutkan secara instan meski pengguna sempat keluar ke menu utama, atau malah sempat membuka game lain.

Xbox Series S pun juga demikian. Dari kapasitas total 512 GB, yang dapat dipakai untuk menyimpan game cuma sekitar 364 GB berdasarkan informasi yang tersebar di Reddit. Kedengarannya terlampau kecil memang, tapi perlu dicatat bahwa ukuran game untuk Series S diperkirakan 30% lebih kecil daripada game yang sama di Series X karena hanya berjalan di resolusi 1440p.

Untuk ekspansinya, baik Xbox Series X dan Series S sama-sama mengandalkan semacam cartridge khusus yang bisa dijejalkan melalui panel belakangnya. Cartridge tersebut tidak murah, dan sejauh ini baru tersedia dari Seagate dengan harga $220 untuk kapasitas 1 TB, hampir seharga Xbox Series S itu sendiri.

Xbox Series X storage expansion card

Satu hal yang cukup unik dari Xbox Series X/S adalah bagaimana pengguna nantinya punya opsi untuk menghapus hanya sejumlah porsi dari suatu game, semisal porsi single-player ketika mereka hanya mau memainkan mode multiplayer-nya saja. Syaratnya tentu saja adalah harus ada dukungan dari masing-masing developer game terlebih dulu.

Opsi seperti ini pastinya bakal sangat ideal untuk game seperti Call of Duty: Black Ops Cold War, yang menurut Activision sendiri membutuhkan lebih dari 130 GB di console next-gen. Kalau benar pengguna Xbox Series X/S bisa menghapus sejumlah porsi dari game tersebut, mereka tentu dapat menghemat banyak ruang penyimpanan dengan menghapus porsi single-player usai menamatkan campaign-nya.

Topik seputar kapasitas penyimpanan ini penting mengingat masing-masing console next-gen punya opsi ekspansi yang cenderung terbatas. Terbatas dalam artian pengguna tak bisa lagi menjalankan game yang tersimpan di hard disk eksternal secara langsung. Well, sebenarnya masih bisa tapi khusus untuk gamegame generasi sebelumnya saja, bukan yang versi next-gen yang siap disajikan dalam resolusi 4K 120 fps.

Ukuran game versi next-gen itu sendiri juga diperkirakan bakal lebih besar daripada gamegame current-gen, sebab untuk menyajikan kualitas visual yang lebih baik, tentu dibutuhkan aset grafik yang lebih kompleks dan mendetail, dan itu semua jelas memakan storage.

Via: Games Radar.

Microsoft akan Berinvestasi ke Bukalapak

Hari ini (03/11), startup unicorn Bukalapak mengumumkan peresmian kemitraan strategisnya dengan raksasa teknologi Microsoft. Ada dua agenda utama yang akan dilakukan, pertama rencana adopsi layanan komputasi awan Microsoft Azure di lingkungan pengembangan Bukalapak. Kemudian yang kedua, Microsoft akan melakukan investasi strategis di Bukalapak.

Sejak pertengahan tahun, Bukalapak memang dirumorkan tengah menggalang dana baru hingga $100 juta atau sekitar 1,4 triliun Rupiah. Bahkan menurut sumber, investor terdahulunya yakni Emtek dan GIC telah memulai menyuntikkan dana di putaran baru ini sejak Maret 2020. Belum diketahui pasti agenda yang dicanangkan perusahaan dengan dana baru ini. Pihak Bukalapak pun masih enggan memberikan komentar soal rumor yang beredar.

Valuasi Bukalapak saat ini ditaksirkan bernilai $2,5 s/d $3 miliar. Masuknya Microsoft dalam putaran terbaru membuat perusahaan cukup optimis. Karena sempat dikabarkan juga total dana yang ditargetkan sampai $200 juta untuk mendukung ekspansi.

Sebagai perusahaan global, Microsoft memang cukup aktif terlibat dalam putaran pendanaan startup digital dengan agenda serupa. Menjelang akhir 2018 lalu, Microsoft mengumumkan kerja sama strategis dengan Grab; memberikan pendanaan dan membantu Grab untuk mengadopsi layanan komputasi awan mereka.

Dan model seperti ini bukanlah hal baru, ambil contoh gelontoran investasi Alibaba ke Tokopedia tahun 2017 membuat online marketplace yang dipimpin William Tanuwijaya tersebut mengadopsi layanan komputasi awan Alibaba Cloud untuk menunjang infrastruktur server mereka.

Sebelumnya perusahaan global lain yang juga berinvestasi di startup lokal adalah Google. Dikabarkan mereka tengah berinvestasi ke Tokopedia dan merencanakan sejumlah kolaborasi strategis.

Rencana-rencana lainnya

Selain dua hal di atas, Bukalapak dan Microsoft akan berkolaborasi untuk beberapa inisiatif lain. Di antaranya menjembatani kesenjangan digital dan meningkatkan kompetensi (literasi digital) bagi karyawan dan para mitra Bukalapak.

“Sebagai pemimpin teknologi global, kepercayaan Microsoft terhadap Bukalapak menunjukkan posisi kami sebagai pemain teknologi lokal terkemuka di Indonesia dan tujuan berkelanjutan kami untuk menciptakan dampak positif bagi negara dan pelanggan kami,” sambut CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin.

Dari data yang disampaikan, saat ini Bukalapak mengklaim telah merangkul 12 juta UKM di Indonesia, melayani 100 juta pelanggan yang tersebar di berbagai kota. Namun demikian, menurut data yang dihimpun iPrice sepanjang Q2 2020 posisi Bukalapak masih ada di peringkat ketiga, di bawah Shopee dan Tokopedia. Persaingan di layanan e-commerce di Indonesia memang cukup sengit dewasa ini.

“Bukalapak dan layanannya memiliki dampak nyata jangka panjang bagi masyarakat Indonesia, dan pola pikir inovasi mereka di pasar yang berubah cepat akan menciptakan peluang baru bagi pelapak, bisnis, dan konsumen […] Melalui kerja sama ini, pelapak dan konsumen akan mendapatkan pengalaman jual beli yang lebih efisien dan andal, yang pada akhirnya menciptakan ketahanan bisnis dan membantu mempercepat pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia,” ujar Presiden Direktur Microsoft Indonesia Haris Izmee.

Application Information Will Show Up Here

Microsoft tak Bakal Buat Game Bethesda Eksklusif Xbox, Ajax Rilis Aplikasi Akademi Gaming

Dalam satu minggu terakhir, ada beberapa kejadian menarik dalam industri gaming. Salah satunya, Bos Xbox menjelaskan bahwa Microsoft tak berencana untuk membuat game-game Bethesda menjadi eksklusif Xbox. Selain itu, InnoGames, developer asal Jerman, juga mengumumkan kerja samanya dengan merek kosmetik, MAC.

Ajax Luncurkan Aplikasi Ajax Gaming Academy

Klub sepak bola asal Belanda, Ajax, meluncurkan Ajax Gaming Academy. Aplikasi mobile tersebut dibuat dengan tujuan untuk membantu para pemain FIFA yang ingin berkompetisi dalam turnamen game sepak bola itu. Melalui aplikasi ini, para pemain akan bisa bertanding untuk memenangkan hadiah eksklusif. dari Ajax Tak hanya itu, aplikasi tersebut juga dilengkapi dengan tutorial terkait FIFA 21.

Ajax tidak sendiri dalam meluncurkan aplikasi tersebut. Mereka menggandeng perusahaan TV kabel Belanda, Ziggo, perusahaan sportswear adidas, dan perusahaan teknologi Azerion. Selain itu, Goal juga menjadi rekan media Ajax. Mereka akan membantu Ajax untuk mempromosikan aplikasi ini secara global.

Ajax meluncurkan aplikasi Ajax Gaming Academy di iOS dan Android.
Ajax meluncurkan aplikasi Ajax Gaming Academy di iOS dan Android.

“Bersama dengan Ziggo, kami akan mengadakan Ziggo eBattle untuk para fans kami setiap minggunya. Di sini, para peserta akan bisa memenangkan berbagai hadiah unik,” kata Menno Geelen, Commercial Director, Ajax, menurut laporan Esports Insider. “Kami juga akan menyediakan tutorial FIFA 21 yang bisa digunakan oleh para pengguna aplikasi untuk meningkatkan performa permainan mereka.”

Bos Xbox: Microsoft tak Ingin Buat Game Bethesda Jadi Eksklusif Xbox

Microsoft mengakuisisi ZeniMax, perusahaan induk Bethesda, pada bulan lalu. Hal ini berarti, mereka bisa membuat sejumlah franchise milik Bethesda, seperti The Elder Scrolls, Doom, dan Fallout, menjadi eksklusif untuk Xbox. Namun, tampaknya Microsoft tak berencana untuk melakukan hal itu.

Dalam wawancara dengan Kotaku, Head of Xbox, Phil Spencer mengungkap, tujuan Microsoft mengakuisisi Bethesda bukanlah untuk membuat franchise buatan mereka tidak bisa dimainkan oleh gamer dari platform lain. “Kami tidak pernah menyebutkan bahwa kami ingin membatasi jumlah orang yang bisa memainkan game-game Bethesda. Kami justru ingin agar jumlah orang yang memainkan game-game tersebut bertambah,” ujarnya, lapor GamesIndustry.

Pada saat yang sama, Spencer mengungkap, Microsoft tetap bisa mendapatkan untung dari akuisisi Bethesda meskipun mereka hanya menjual game-game Bethesda di Xbox, PC, dan platform yang mendukung Game Pass.

FaZe Clan Buat Turnamen Among Us dengan Sistem Poin

FaZe Clan mengadakan turnamen Among Us In-Vent-ational pada 15 Oktober 2020. Kompetisi tersebut disiarkan di Twitch. Mengingat gameplay Among Us tidak mendukung permainan kompetitif, maka FaZe Clan menciptakan sistem poin untuk menentukan pemenang dari turnamen ini.

Dalam Among Us, para pemain akan terbagi ke dua kubu: Crewmates dan Impostors. Setiap tim Crewmates menang, maka semua pemain yang menjadi kru akan mendapatkan empat poin. Sementara jika Impostors menang, maka mereka akan mendapatkan lima poin. Poin untuk Impostors lebih besar karena menang sebagai Impostor lebih sulit daripada sebagai kru. Selain itu, setiap seorang Impostor membunuh seorang kru, dia akan mendapatkan satu poin. Sementara setiap tim Crewmates berhasil menemukan seorang Impostors dalam pemungutan suara, maka semua kru akan mendapatkan dua poin.

Semua pemain dalam tim akan mendapatkan poin ketika timnya menang, bahkan jika dia telah mati. Namun, pemain yang terbunuh lebih dulu tetap akan dirugikan. Pasalnya, sebagai kru, mereka tidak bisa mendapatkan poin dari pemungutan suara. Sementara sebagai Impostor, mereka juga tidak bisa membunuh pemain lain untuk mendapatkan ekstra poin.

Menurut PC Gamer, pertandingan Among Us ini terkadang berjalan membosankan karena para kru biasanya berkumpul bersama, sehingga para Impostor akan kesulitan untuk bertindak. Meskipun begitu, sesekali, para pemain profesional menunjukkan keahliannya. Contohnya, ketika menjadi Impostor, Jellypeanut berhasil memisahkan diri untuk membunuh seorang kru dan kembali ke kelompok Crewmates dengan cepat sehingga dia tidak dicurigai.

VENN Dapat Investasi Sebesar US$26 Juta

Dua bulan setelah startup streaming VENN meluncurkan produknya, mereka mengumumkan bahwa mereka mendapatkan pendanaan seri A sebesar US$26 juta. Ronde pendanaan kali ini dipimpin oleh perusahaan media Nexstar Media Group. Berkat investasi ini, Nexstar dapat menunjuk satu anggota dewan direktur dari VENN.

BITKRAFT, yang ikut serta dalam pendanaan tahan awal dari VENN, juga ikut serta dalam ronde pendanaan untuk VENN kali ini. Beberapa investor lain yang ikut serta dalam pendanaan seri A ini antara lain Eldridge Industries, WISE Ventures, Alumni Ventures Group, dan Josh Kroenke, Vice Chairman dari Kroenke Sports and Entertainment.

“Sektor gaming dan esports kini tengah berkembang pesat. Melalui investasi kami ke VENN, kami ingin mendistribuskan konten dari VENN di platform siaran kami dengan tujuan menjangkau para penonton muda,” ujar President, COO, dan CFO dari Nexstar, Tom Carter, seperti dikutip dari Variety.

VENN merupakan singkatan dari Video Game Entertainment & News Network. Perusahaan ini didirikan oleh Ben Kusin dan Ariel Horn. Mereka ingin membuat channel televisi yang khusus menampilkan konten esports dan gaming. Pasalnya, selama ini, kebanyakan konten gaming dan esports hanya disiarkan di platform digital seperti YouTube dan Twitch.

InnoGames Kolaborasi dengan MAC Cosmetics untuk Sambut Halloween

Developer asal Jerman, InnoGames, bekerja sama dengan MAC Cosmetics untuk menampilkan makeup art ke game buatan mereka, Elvenar. Kali ini adalah pertama kalinya InnoGames memasukkan sebuah merek ke dalam game mereka. Melalui kerja sama ini, para pemain Elvenar akan bisa menggunakan makeup virtual pada karakter mereka. Kerja sama antara InnoGames dan MAC akan dimulai pada 22 Oktober sampai 11 November 2020. Selama periode ini, para pemain Elvenar juga akan bisa melihat gaya makeup yang terinspirasi dari game tersebut.

Contoh makeup yang terinspirasi dari Elvenar.
Contoh makeup yang terinspirasi dari Elvenar. | Sumber: GamesBeat

Chief Product Officer InnoGames, Christian Reshöft mengungkap, mereka ingin agar para pemain Elvenar merasa nyaman untuk mengekspresikan dirinya di dunia virtual. Salah satu caranya dengan menggunakan makeup pada karakter merkea. Melalui kerja sama dengan MAC, para pemain Elvenar akan bisa menggunakan makeup pada karakter mereka sesuai dengan keinginan mereka. Baik InnoGames dan MAC mengungkap, kolaborasi mereka ditujukan untuk mendorong inklusivitas di industri game.

“InnoGames dan MAC Cosmetics terus berusaha untuk membuat industri game dan kecantikan menjadi semakin inklusif. Kami juga memiliki prinsip yang sama terkait keberagaman, inklusivitas, dan kreativitas,” ujar Funda Yakin, Director of Media and Market Development, InnoGames pada GamesBeat. “Baik InnoGames maupun MAC tengah menyiapkan kegiatan untuk menyambut Halloween. Jadi, kami memutuskan untuk berkolaborasi.”

Versi Terbaru Microsoft Edge Dilengkapi Fitur Screenshot Bawaan dan Video Conference Gratis Selama 24 Jam

Browser Microsoft Edge versi Chromium terus mendapatkan sederet pembaruan yang signifikan. Kali ini, update terbarunya mendatangkan akses cepat ke fitur Meet Now milik Skype. Jadi cukup dengan mengklik tombol Meet Now pada versi terbaru Edge, pengguna bisa langsung memulai sesi video conference, dan tautannya bisa dibagikan ke 49 orang lain.

Yang cukup istimewa dari Skype Meet Now adalah, 49 orang itu sama sekali tidak diwajibkan untuk mendaftarkan akun atau mengunduh aplikasi, dan sesi video conference-nya dapat berlangsung tanpa jeda sampai 24 jam. Bandingkan dengan versi gratis Zoom dan Google Meet yang membatasi penggunaan selama 40 dan 60 menit.

Mungkin dengan adanya tombol khusus untuk mengakses Meet Now di Edge, Microsoft berharap akan ada lebih banyak pengguna yang memanfaatkan fitur milik Skype tersebut dalam menjalani rutinitasnya selama masa pandemi. Langkah ini cukup rasional mengingat Microsoft Edge sekarang merupakan browser terpopuler kedua setelah Chrome. Selain di Edge, Microsoft juga sudah punya rencana untuk menghadirkan tombol Meet Now pada Outlook versi web maupun taskbar Windows 10.

Pembaruan selanjutnya yang tidak kalah menarik adalah, Edge sekarang punya fitur screenshot bawaan. Cara menggunakannya sangat mudah, dan pengguna juga dapat mengambil screenshot panjang sampai halaman yang paling bawah. Ke depannya, Microsoft berjanji akan menambahkan toolbar untuk mencorat-coret langsung di atas hasil screenshot, serta satu tombol untuk langsung mengambil screenshot satu halaman penuh.

Menavigasikan file PDF pada Edge versi terbaru kini juga lebih mudah karena pengguna dapat mengklik tautan-tautan pada daftar isi (jika ada). Fitur ini sebenarnya sudah tersedia pada Edge versi lama, dan akhirnya Microsoft berhasil menyediakannya pada Edge yang berbasis Chromium.

Juga unik adalah fitur bernama Teleparty, yang memungkinkan beberapa pengguna untuk menonton film yang sama dari suatu layanan streaming meski masing-masing menggunakan laptop atau PC yang berbeda. Tayangannya akan tersinkronisasi secara otomatis di setiap perangkat, dan pengguna juga bisa chatting selama tayangan berlangsung.

Kalau fitur ini kedengaran familier, itu karena Anda pernah menggunakan atau sekadar mendengar kabar tentang extension Chrome bernama Netflix Party. Extension yang sama itu kini sudah diintegrasikan ke Edge, dan namanya diganti menjadi Teleparty karena sudah mendukung banyak layanan streaming lain macam HBO GO maupun Disney+. Bicara soal Chrome, Edge sekarang juga kompatibel dengan segudang theme yang tersedia di Chrome Web Store.

Khusus untuk pengguna di Amerika Serikat, Edge sekarang dibekali fitur untuk membandingkan harga produk dari berbagai situs belanja online. Timing-nya jelas sengaja disesuaikan dengan musim liburan yang bakal segera tiba. Terakhir, buat para pengguna Pinterest, layanan tersebut sekarang sudah terintegrasi ke Edge melalui fitur Collections.

Sumber: VentureBeat dan Microsoft.

Microsoft Ungkap Surface Laptop Go dan Surface Pro X Versi Baru

Rumor mengenai laptop kelas budget baru dari Microsoft yang beredar bulan lalu rupanya tidak meleset. Perangkat bernama resmi Surface Laptop Go tersebut baru saja diperkenalkan bersamaan dengan generasi baru Surface Pro X.

Seperti yang sudah diprediksi, desain Surface Laptop Go hampir mirip seperti Surface Laptop 3. Bedanya, selain ukuran layarnya lebih kecil, bodi Surface Laptop Go terbuat dari kombinasi aluminium dan polycarbonate, bukan sepenuhnya aluminium seperti milik kakaknya.

Kompromi semacam ini cukup rasional mengingat tujuan Microsoft memang adalah memangkas harga jualnya semaksimal mungkin. Dengan banderol mulai $549, alias hampir separuh harga Surface Laptop 3, Surface Laptop Go tentu bisa menjadi alternatif yang sangat menarik di kalangan para pelajar, apalagi mengingat bobotnya cuma berkisar 1,1 kg.

Bagaimana dengan spesifikasinya, apakah juga ikut dipangkas? Tentu saja. Lihat saja layar 12,4 incinya, yang punya resolusi lebih rendah di angka 1536 x 1024 pixel. Bahkan kamera yang mendukung teknologi pengenal wajah Windows Hello pun juga harus absen di sini, digantikan oleh sensor sidik jari yang tertanam pada tombol power.

Bicara soal sensor sidik jari, rupanya tidak semua varian Surface Laptop Go bakal kebagian. Varian yang dihargai $550, yang mengemas RAM 4 GB dan storage tipe eMMC 64 GB, hanya dilengkapi tombol power biasa. Jadi untuk bisa menikmati kemudahan dari sisi biometrik tersebut, konsumen harus memilih varian yang mengusung RAM 8 GB dan SSD 128 atau 256 GB, yang tentu saja dijual lebih mahal.

Beruntung semua variannya ditenagai oleh prosesor Intel Core i5-1035G1, sehingga gap performa antara satu sama lain tidak akan terlalu jauh. Sebagai sebuah Surface, perangkat ini tentu turut dilengkapi port khusus Surface Connect di samping satu port USB-C dan USB-A.

Surface Pro X generasi kedua

Beralih ke Surface Pro X, secara fisik perangkat ini identik dengan yang dirilis tahun lalu. Premis yang ditawarkan pun sama: Surface Pro X adalah perangkat yang always on, always connected, dan itu dapat terwujud berkat pemakaian chipset berarsitektur ARM yang merupakan hasil kolaborasi Microsoft dengan Qualcomm.

Untuk generasi keduanya, Surface Pro X ditenagai oleh chipset Microsoft SQ 2 yang diklaim punya kinerja CPU sekaligus GPU yang lebih baik, dan di saat yang sama masih mempertahankan daya tahan baterai hingga 15 jam pemakaian seperti generasi sebelumnya. Mendampingi prosesornya adalah pilihan RAM 8 atau 16 GB, serta SSD berkapasitas 128, 256, atau 512 GB.

Semua itu dikemas dalam bodi yang tebalnya tidak lebih dari 7,3 mm, dengan bobot 774 gram. Layar 13 incinya punya resolusi 2880 x 1920 pixel, dan perangkat turut dilengkapi dengan sepasang port USB-C serta tentu saja port Surface Connect.

Namun problem Surface Pro X sebenarnya bukanlah perkara hardware. Seperti yang kita tahu, Windows adalah sistem operasi yang diciptakan untuk perangkat berarsitektur x86, demikian pula aplikasi-aplikasi di dalamnya. Sebelum ini, Surface Pro X hanya bisa menjalankan aplikasi x86 32-bit, namun ke depannya Microsoft berjanji menghadirkan fitur emulasi yang sama untuk aplikasi 64-bit.

Rencananya, Microsoft bakal memasarkan Surface Pro X baru ini dengan harga mulai $1.500. Menariknya, versi lama yang ditenagai chipset Microsoft SQ1 tetap dijual tapi dengan harga yang jauh lebih murah ($1.000).

Sumber: Microsoft.

Bantu Percepat Transformasi Digital di Dunia Pendidikan, Lenovo Umumkan Program Lenovo EdVision

Tahukah Anda bahwa pandemi COVID-19 memaksa sekitar 1,37 miliar siswa untuk belajar dari rumah? Angka tersebut didapat dari laporan UNESCO pada bulan Maret lalu, serta dapat mewakili setidaknya 3 dari 4 populasi anak di seluruh dunia.

Ini berarti ada minimal 1,37 miliar orang yang memanfaatkan teknologi dalam pembelajarannya. Namun sayangnya, 77% dari mereka merasa kesulitan mengikuti kegiatan pembelajaran dikarenakan proses yang kurang engaging.

Sedikit banyak akar masalahnya terdapat pada fakta bahwa sekitar 60% tenaga pengajar mengaku belum siap menghadapi perubahan drastis di bidang pendidikan ini. Sebagian mungkin tidak memiliki akses ke perangkat yang mencukupi, sedangkan sebagian lain mungkin malah belum begitu terampil memanfaatkan teknologi yang tersedia.

Di Indonesia sendiri, kita sudah melihat bagaimana kalangan murid banyak terbantu oleh munculnya deretan startup edtech yang menyediakan akses mudah ke beragam konten pembelajaran. Kalangan guru pun sebenarnya juga butuh platform serupa demi meningkatkan kualifikasinya menjadi tenaga pengajar di era pembelajaran digital.

Menanggapi adanya kebutuhan semacam itu, Lenovo Indonesia, bekerja sama dengan Microsoft, meluncurkan program baru bernama Lenovo EdVision. Secara sederhana, EdVision dideskripsikan sebagai program untuk memberdayakan tenaga pengajar dan institusi pendidikan agar mereka dapat memanfaatkan teknologi secara cerdas.

Hasil akhir yang ingin dituju adalah supaya transformasi digital di suatu sekolah atau institusi pendidikan bisa dipercepat. Guna mewujudkannya, Lenovo EdVision menawarkan setidaknya tiga langkah konkret:

  • Menyediakan akses gratis ke beragam tips dan trik terkait pemanfaatan teknologi melalui situs dan newsletter Lenovo EdVision
  • Memberi pelatihan produk atau webinar untuk tenaga pengajar oleh Lenovo, Microsoft dan mitra-mitra di sektor pendidikan
  • Membangun platform supaya tenaga pengajar dapat saling berbagi ide tentang teknologi yang mendorong transformasi digital (Lenovo EdVision Summit)

Selanjutnya, apabila pihak institusi pendidikan tertarik untuk melanjutkan kerja samanya dengan Lenovo ke jenjang yang lebih tinggi, EdVision juga menawarkan program keanggotaan dengan beragam manfaat yang dibagi menjadi tiga tier. Masing-masing tier punya kelebihannya masing-masing, tapi yang pasti semua bakal mendapat penawaran harga khusus untuk produk Lenovo, baik untuk guru maupun murid.

Bagi para pelaku pendidikan yang tertarik, Anda bisa mempelajari lebih lanjut sekaligus langsung mendaftar pada situs resmi Lenovo EdVision.

Satu poin menarik yang mungkin bisa menjadi pertimbangan disampaikan oleh Prof. Richardus Eko Indrajit, yang juga ikut menghadiri konferensi pers virtual Lenovo EdVision. Beliau pada dasarnya percaya bahwa transformasi digital di bidang pendidikan ini merupakan irreversible change. Ke depannya, setelah pandemi berakhir, sekolah yang sepenuhnya kembali ke model pembelajaran sebelumnya akan ditinggalkan sendiri oleh peserta didik.

Gambaran yang cukup menarik tentang masa depan dunia pendidikan, dan kalau kita kaitkan dengan dunia pekerjaan, kurang lebih situasinya akan sama seperti ketika nantinya kita diminta untuk menghadiri rapat secara tatap muka, dan ada sebagian dari kita yang lebih memilih untuk mengikutinya secara online saja.

Ketika kita sudah terlanjur dimudahkan oleh teknologi, akan sulit untuk kembali ke cara lama yang mungkin tidak membawa manfaat lebih. Bidang pendidikan pun semestinya juga akan mengarah ke sana.

Gamber header: Depositphotos.

Microsoft Akuisisi Bethesda Senilai 110 Triliun Rupiah

Pasca peluncuran Xbox Series X dan Xbox Series S, kini Microsoft umumkan akuisisinya terhadap ZeniMax Media, perusahaan induk dari Bethesda Softworks. Nilai akuisisi terhadap perusahaan studio game di balik Doom dan Fallout tersebut adalah sejumlah 7,5 miliar dollar AS atau sekitar 110 triliun rupiah, mengutip laporan dari The Verge.

Akuisisi tersebut berarti Microsoft akan memiliki kontrol terhadap games yang dibuat oleh Bethesda Softworks, termasuk game baru yang belatar dunia luar angkasa berjudul Starfield. Terlepas dari itu, sebelum pengumuman ini Bethesda sebenarnya sudah mengumumkan dua game eksklusif PlayStation 5 dan PC, yaitu Deathloop dan Ghostwire: Tokyo. Melihat akuisisi yang dilakukan, lalu bagaimana dengan nasib kedua game tersebut?

Lebih lanjut, Satya Nadella CEO Microsoft mengatakan dalam rilis. “Gaming adalah kategori paling ekspansif di industri hiburan, seiring orang-orang di berbagai belahan dunia menggunakan game untuk saling terhubung, bersosialisasi, dan bermain bersama teman-temannya. Konten berkualitas yang bervariasi adalah mesin di balik perkembangan, serta nilai dari Xbox Game Pass. Sebagai developer dan publisher game yang sudah terbukti, Bethesda telah sukses di berbagai kategori game. Bersama-sama, kami akan mencapai ambisi kami untuk memberdayakan tiga miliar gamers di seluruh dunia.”

Sumber: Forbes
Seri Fallout, salah satu game besutan dari Bethesda. Sumber: Forbes

Robert A. Altman selaku Chairman and CEO ZeniMax Media mengatakan. “Ini adalah hari yang sangat menggembirakan bagi perusahaan, pegawai, dan penggemar kami. Kami telah menikmati kemitraan yang dekat dengan Microsoft selama berdekade lamanya, dan kesepakatan ini adalah kelanjutan alami dari kerja sama yang telah kami lakukan. Hari ini, pemenang terbesarnya adalah para fans kami. Kami akan tetap melanjutkan pengembangan game AAA, namun kini dengan bantuan Microsoft, yang tentunya akan membuat game-game Bethesda akan jadi lebih baik lagi.”

Microsoft sendiri akan meluncurkan konsol mereka pada 10 November mendatang. Dengan akuisisi ini, maka kemungkinan besar 23 game yang dibesut Bethesda Softworks sub-studio lainnya akan hadir secara eksklusif di Xbox. 23 game tersebut termasuk nama-nama seperti Dishonored yang dibuat oleh Arkane, Wolfenstein yang dibuat MachineGames, Doom yang dibuat maker id Softwares, dan The Evil Within yang dibuat oleh Tango Gameworks.

Xbox Series X dan Series S Jadi Console Pertama yang Mendukung Dolby Vision dan Dolby Atmos

Xbox Series X dan Xbox Series S akan dipasarkan secara luas mulai 10 November 2020. Selain memulai era console next-gen secara resmi, keduanya bakal jadi game console pertama yang membawa dukungan teknologi Dolby Vision sekaligus Dolby Atmos untuk keperluan gaming.

Kabar ini dikonfirmasi langsung oleh Dolby sendiri. Dukungan terhadap Dolby Atmos akan hadir lebih awal, sedangkan Dolby Vision baru akan menyusul di tahun 2021. Atmos dirancang untuk menyuguhkan suara surround yang sangat optimal, sedangkan Vision didesain sebagai alternatif yang lebih superior ketimbang format HDR yang lebih umum seperti HDR10.

Dibandingkan dengan tampilan standar, Dolby Vision diklaim mampu menyajikan highlight 40x lebih terang, shadow 10x lebih gelap, dan color depth hingga 12-bit. Dari kacamata sederhana, bagian yang terang akan kelihatan lebih terang dengan teknologi Dolby Vision, dan bagian yang gelap kelihatan lebih gelap, semuanya tanpa mengorbankan tingkat detail pada gambar.

Ilustrasi perbedaan tampilan menggunakan Dolby Vision dan tidak / Dolby
Ilustrasi perbedaan tampilan menggunakan Dolby Vision dan tidak / Dolby

Tentu saja ini tidak berlaku untuk semua game. Sejauh ini baik Dolby maupun Microsoft belum punya daftar resminya, tapi setidaknya game seperti Mass Effect Andromeda maupun Battlefield 1 sudah sejak lama menawarkan dukungan Dolby Vision di PC. Andai koleksi game yang mendukung ternyata cuma sedikit, hal itu bisa dibilang wajar mengingat Dolby memang menarik biaya lisensi untuk Vision.

Ini juga bukan pertama kalinya kita mendengar nama Dolby Vision disebut-sebut bersama console Xbox. Sebelum ini, Xbox One X sebenarnya juga sudah mendukung teknologi Dolby Vision, akan tetapi implementasinya tidak pernah melebihi fase beta testing.

Untuk Dolby Atmos, beberapa judul game yang sudah dikonfirmasi bakal mendukung teknologi audio 3D tersebut mencakup Cyberpunk 2077, Gears 5, Call of Duty Warzone, Ori and the Will of the Wisps, dan F1 2020.

Di kubu lawan, sejauh ini belum ada kabar apakah PlayStation 5 juga bakal menawarkan dukungan yang sama. Untuk Dolby Atmos, sepertinya tidak mengingat Sony merancang teknologi audio 3D-nya sendiri yang bernama Tempest; sedangkan untuk Dolby Atmos, keputusan Sony untuk tidak mengadopsi teknologi yang bukan standar (seperti HDR10+ besutan Samsung) pada lini TV-nya bisa menjadi indikasi bahwa PS5 hanya akan mendukung HDR10 standar ketimbang Dolby Vision.

Sumber: TechRadar.