Lenovo Luncurkan Legion Slim 7i, Laptop Gaming dengan GeForce RTX Teringan di Dunia

Lenovo membuka kuartal pertama tahun 2021 dengan meluncurkan sebuah laptop gaming. Laptop yang satu ini ternyata memiliki dimensi yang tipis dan merupakan yang paling ramping dengan membawa kartu grafis GeForce RTX. Lenovo Legion Slim 7i saat ini sudah bisa didapatkan di Indonesia karena sudah diluncurkan semenjak tanggal 5 Februari 2021 pada kanal Youtube resmi dari Lenovo.

Media Briefing Legion Slim 7i (2)

“Lenovo Legion selalu memberikan solusi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang bekerja dan aktivitas gaming mereka, baik dari sisi performa yang luar biasa serta desain yang stylish. Lenovo Legion Slim 7i hadir tidak hanya bagi para gamers tetapi juga content creator dan mereka yang bekerja di dunia kreatif yang membutuhkan spesifikasi tertinggi, serta mereka yang membutuhkan mobilitas tinggi. Oleh karena itu, kami memberikan sebuah laptop gaming yang tidak hanya memberikan performa kencang, tetapi juga profil yang tipis dan ringan untuk segala keperluan saat bepergian. Hal ini juga wujud bagian komitmen Lenovo yang selalu menyediakan teknologi yang lebih cerdas bagi seluruh masyarakat di Indonesia—smarter technology for all,” ujar Hendra Wijaya, Gaming Business Development Manager Lenovo Indonesia.

Legion Slim 7i yang hadir di Indonesia memiliki spesifikasi seperti di bawah ini:

  • Hingga Prosesor 8 Core Intel® Core™ i7 10870H series Generasi ke-10
  • Hingga NIVIDA GeForce RTX 2060 dengan Max-Q Design
  • Hingga memori 32GB 3200MHz DDR4
  • Hingga pengimpanan 1TB PCIe SSD
  • Layar 15,6 inci FULL HD IPS, 144Hz, 300nits, 100% sRGB dengan Dolby Vision
  • Legion Coldfront 2.0 dan TrueStrike Keyboard dengan pilihan backlighting RGB
  • Fingerprint reader yang terintegrasi di tombol power
  • Webcam dengan physical shutter
  • Software Lenovo Vantage dan Fn + Q untuk manajemen daya

Legion Slim 7i menggunakan teknologi TrueStrike Keyboard yang diklaim sangat responsif untuk bermain game. Papan ketik ini juga memiliki teknologi soft landing switches dan 1,3mm key travel untuk meningkatkan kenyamanan serta feel tactile. Desain keyboard-nya full sized gaming termasuk anti-ghosting 100%, numpad khusus, tombol panah, dan glass trackpad besar. LEnovo juga memberikan pilihan Corsair iCUE RGB untuk pencahayaan masing-masing tombol.

Legion Slim 7i

Selain laptop gaming, Lenovo juga menghadirkan Lenovo Legion H500 Pro 7.1 Surround Gaming Headset yang diklaim memiliki desain ear cup yang ergonomis. Lalu dua gaming mouse Lenovo Legion M600 RGB Wireless dan M500 RGB yang juga hadir pada acara peluncuran tersebut dan memiliki desain yang dibuat untuk seorang gamer. Untuk keyboard, Lenovo memperkenalkan Lenovo Legion K500 Mechanical serta paket Legion KM300 keyboard dengan M300 RGB mouse untuk kelas gamer yang lebih bawah.

Lenovo Legion Slim 7i dijual mulai dengan harga Rp27.999.000. Legion H500 Pro 7.1 memiliki harga Rp. 1.099.000. Lalu untuk M600 RGB wireless ada pada harga Rp. 999.000. Legion K500 Mechanical keyboard dijual pada harga Rp. 1.199.000. Terakhir, paket KM300 dijual pada harga Rp. 949.000.

Panas?

Lenovo Legion Slim 7i memang memiliki dimensi yang ramping. Namun, dimensi yang ramping kerap menyebabkan sirkulasi udara dan sistem pendingin menjadi lebih kecil pula. Hal tersebut tentu akan menyebabkan panas yang cukup berlebih. Apalagi, didalam laptop ini terdapat sebuah prosesor 10 nm serta GPU NVIDIA RTX yang keduanya memiliki kinerja yang tinggi.

Legion Slim 7i - 3

Hendra mengatakan bahwa walaupun laptop yang satu ini tipis, tidak akan menyebabkan panas yang berlebih. Hal tersebut dikarenakan Coldfront 2.0 didesain untuk meredam panas yang dihasilkan oleh prosesor serta kartu grafis. Hal ini sudah dicoba oleh Hendra sendiri dan mampu menjalankan game dengan nyaman hingga 8 jam. Hendra juga mengatakan bahwa panas yang dia dapatkan pada mode balanced hanya berkisar 70-80 derajat celcius saja.

Laptop ini juga diklaim cukup kuat. Saya juga bertanya apakah Lenovo membekali laptop ini dengan sertifikasi militer yang saat ini masih dirasa perlu agar dapat meyakinkan konsumen bahwa perangkat ini kuat atau tidak. Lenovo tidak memiliki sertifikasi militer tersebut pada Legion Slim 7i ini. Akan tetapi, Hendra meyakinkan bahwa hal tersebut bukan masalah karena laptop ini terbuat dari bahan yang sangat durable.

Nvidia Perkenalkan RTX 3060 dan RTX 30 Series untuk Laptop

Nvidia belum selesai melengkapi keluarga kartu grafis berarsitektur Ampere besutannya. Di CES 2021, mereka secara resmi memperkenalkan RTX 3060, model yang paling terjangkau di seluruh lini RTX 30 Series, dengan banderol harga yang dimulai di angka $329.

Banderol tersebut menempatkan 3060 lebih murah lagi ketimbang 3060 Ti yang dipatok seharga $399. Pertanyaannya, apa saja yang dipangkas di 3060? Yang pertama adalah jumlah CUDA core; 3060 dibekali 3.584 CUDA core, sedangkan 3060 Ti dibekali 4.864 CUDA core. Memory bus width-nya juga lebih kecil, 192-bit dibanding 256-bit pada 3060 Ti.

Menariknya, 3060 justru punya VRAM yang lebih besar, persisnya 12 GB tipe GDDR6. Ini penting mengingat Nvidia baru saja mengumumkan teknologi Resizable BAR, yang memungkinkan prosesor untuk mengakses memory milik GPU secara keseluruhan demi semakin mendongkrak performa, dengan catatan motherboard-nya mendukung teknologi tersebut.

Resizable BAR pada dasarnya adalah jawaban Nvidia terhadap fitur Smart Access Memory yang dihadirkan oleh AMD Radeon RX 6000 Series. Yang istimewa, Nvidia merancang Resizable BAR supaya kompatibel dengan prosesor bikinan Intel maupun AMD.

Masih soal spesifikasi, 3060 memiliki base clock 1,32 GHz dan boost clock 1,78 GHz. Di atas kertas, 3060 semestinya bakal menyuguhkan sekitar tiga perempat dari performa 3060 Ti kalau hanya memperhatikan selisih jumlah CUDA core-nya tadi. Itu artinya performanya mungkin belum bisa menyaingi 2080 Super secara ketat seperti 3060 Ti.

Pada kenyataannya, Nvidia justru menyiapkan 3060 sebagai opsi upgrade yang rasional bagi mereka yang masih menggunakan GTX 1060. Berdasarkan survei Steam, 1060 masih merupakan GPU yang paling banyak digunakan, tapi belakangan usianya sudah mulai kelihatan ketika dipakai untuk menjalankan deretan game terbaru.

Nvidia sendiri mencontohkan bagaimana 1060 mampu menjalankan Watch Dogs 2 (game tahun 2016) di 60 fps menggunakan setting high, tapi hanya kuat menjalankan Watch Dogs: Legion di 24 fps. Menggunakan 3060, performa yang dihasilkan diperkirakan mencapai dua kali lipat performa 1060, dan itu belum termasuk fakta bahwa 3060 mendukung fitur-fitur seperti ray tracing dan DLSS – dua fitur yang sepenuhnya absen di GTX 1060.

Berbeda dari kakak-kakaknya, 3060 tidak akan hadir dalam versi Founders Edition. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai akhir Februari, meski mungkin stoknya juga bakal cukup langka seperti sederet GPU baru lainnya. $329 sendiri merupakan banderol yang sangat menarik, sebab RTX 2060 dihargai $349 pada awal peluncurannya dua tahun silam.

RTX 30 Series untuk laptop

GeForce RTX 30 Series laptops

Di samping memperkenalkan RTX 3060, Nvidia juga mengumumkan ketersediaan GPU RTX 30 Series untuk laptop. Sejauh ini Nvidia bilang sudah ada lebih dari 70 model laptop dari beragam merek yang hadir mengusung GPU RTX 30 Series, dan lebih dari separuhnya dilengkapi dengan layar yang memiliki refresh rate 240 Hz atau lebih.

Dukungan refresh rate setinggi itu mengindikasikan performa bengis RTX 30 Series versi laptop. Kalau dijabarkan, Nvidia menawarkan tiga model sebagai berikut:

RTX 3060, dengan kemampuan menjalankan game di 90 fps menggunakan setting ultra pada resolusi 1080p. Laptop yang dibekali RTX 3060 dimulai di harga $999, istimewa mengingat performanya diklaim lebih kencang daripada laptoplaptop yang dibekali RTX 2080 Super yang biasanya dihargai $2.500 atau lebih. Kalau dibandingkan dengan PS5, Nvidia optimis performa yang dihasilkan RTX 3060 di laptop bisa 1,3 kali lebih cepat.

RTX 3070, yang sanggup menyajikan 90 fps pada resolusi 1440p dengan setting ultra. Harga jual laptop yang menggunakan RTX 3070 dimulai di angka $1.299, dan kinerjanya dipastikan 50% lebih gegas daripada laptop yang ditenagai RTX 2070.

RTX 3080, dengan memory GDDR6 16 GB untuk memenuhi kebutuhan gamer sekaligus kreator yang paling menuntut. Game dengan setting ultra pada resolusi 1440p dapat dijalankan dengan sangat mulus di lebih dari 100 fps, atau di kisaran 240 fps untuk gamegame esport macam Overwatch atau Valorant. Harga laptop yang mengusung RTX 3080 kabarnya dimulai di angka $1.999.

Sumber: Nvidia 1, 2.

ASUS Umumkan 5 Model Kartu Grafis Berbasis NVIDIA GeForce RTX 3060 Ti

Belum lama ini, ASUS telah mengumumkan rangkaian kartu grafis yang dilengkapi dengan GPU NVIDIA GeForce RTX 3060 Ti. Seri ini mencangkup lima model baru, dari ROG Strix, TUF Gaming, ASUS Dual, ASUS Dual MINI, dan ASUS KO GeForce RTX 3060 Ti. Kartu grafis baru ini menghadirkan pendinginan yang ditingkatkan, PCB dan desain daya untuk melengkapi arsitektur NVIDIA Ampere baru dan NVIDIA RTX generasi kedua untuk menyuguhkan performa game 3D terbaik.

RTX 3060 Ti juga mendukung trifecta, termasuk teknologi NVIDIA DLSS yang mempercepat kinerja dan IQ-enhancing yang kini telah tersedia di lebih dari 25 game, serta NVIDIA Reflex yang mengurangi latensi sistem (input lag). RTX 3060 Ti akan memberikan pengalaman terbaik di kelasnya, baik mereka memainkan PC title tradisional, menjalankan alur kerja produktivitas dan kreator, atau mengagumi ray-traced title terkini seperti Cyberpunk 2077, Call of Duty: Black Ops Cold War, Watch Dogs: Legion, dan banyak lainnya.

ROG Strix

ROG-STRIX-RTX-3060-Ti-O8G-GAMING

Dari atas ke bawah, kartu grafis ROG Strix GeForce RTX 3060 Ti menghadirkan desain termal yang kuat dan dioptimalkan untuk arsitektur NVIDIA Ampere yang dinamis. Dilapisi dengan aksen logam mencakup trio kipas Axial-tech yang telah disetel untuk memenuhi peran khusus.

Selain rangkaian pendingin yang disempurnakan, komponen Super Alloy Power II termasuk kapasitor rak paling atas, choke dan power stage, dengan mudah menghasilkan ratusan watt dalam sekejap. Komponen-komponen kartu disolder ke PCB menggunakan teknologi ekslusif ASUS Auto-Extreme.

Sisi depan kartu grafis menampilkan elemen RGB yang dapat disesuaikan dengan software Armoury Crate dan memiliki bingkai logam yang diperkuat dengan lapisan pelindung untuk meningkatkan daya tahan. Membalik kartu akan menunjukkan pelat belakang logam dengan ventilasi lebar. Ventilasi ini memungkinkan udara panas keluar menuju kipas knalpot sasis alih-alih didaur ulang kembali ke pendingin GPU.

Dibawah GPU, braket menyediakan tekanan mounting yang konsisten antara plat dan heat spreader. Baja tahan karat digunakan pada braket I/O untuk melindungi port dan menyediakan dudukan yang lebih aman.

TUF Gaming

TUF-RTX-3060-Ti-O8G-GAMING

Beralih ke TUF Gaming GeForce RTX 3060 Ti, kartu grafis ini menawarkan daya dan pendinginan yang kuat. Dengan lapisan logam menampung tiga kipas Axial-tech yang kuat dan menggunakan bantalan kipas bola ganda yang tahan lama. Rotasi kipas telah dioptimalkan untuk mengurangi turbulensi dan mode berhenti akan menghentikan ketiga kipas pada suhu rendah.

Sejalan dengan warisan TUF Gaming, komponen-komponen dipilih berdasarkan daya tahan dan kinerjanya. Selain choke dan MOSFET rak paling atas, kapasitornya juga dilengkapi sertifikasi tingkat militer. Dengan proses manufaktur otomatis, menggunakan teknologi Auto-Extreme, memastikan komponen ditempatkan dan dipasang dengan presisi tinggi.

Sebagian besar bagian belakang dibalut pelat belakang logam pelindung yang secara mencolok memiliki ventilasi lebar untuk mencegah penumpukan panas. Dibawah GPU, sebuah braket memberikan tekanan mounting yang konsisten antara plat dan heat spreader.

Baja tahan karat digunakan pada braket I/O untuk melindungi port dan menyediakan dudukan yang lebih aman. Sakelar Dual BIOS yang ditempatkan dengan nyaman memungkinkan penyesuaian profil kinerja default kartu tanpa software.

ASUS Dual

DUAL-RTX-3060-Ti-O8G

ASUS Dual GeForce RTX 3060 Ti memanfaatkan teknologi pendinginan canggih. Tampilan yang bersih cocok dengan estetika workstation dan rig gaming yang serupa. Dengan dua kipas Axial-tech yang dirancang untuk memberikan aliran udara yang cukup ke heatsink dan kipas berhenti secara otomatis pada suhu rendah.

Teknologi Auto-Extreme otomatis mengurangi tekanan termal pada komponen selama proses produksi dan menghindari penggunaan bahan kimia pembersih yang keras. Pelat belakang aluminium dan braket I/O stainless steel membantu melindungi PCB dari flek yang tidak diinginkan. Kartu grafis ASUS Dual GeForce RTX 3060 Ti siap untuk para gamer, conten creator dan enthusiast yang mencari pengalaman plug-and-play yang tangguh.

ASUS Dual MINI

Kartu grafis ASUS Dual GeForce RTX 3060 Ti MINI terbaru dirancang khusus untuk sistem small-form-factor dan Intel NUC 9 Extreme Kit serta Intel NUC 9 Pro Kit. Dengan panjang dibawah 20 cm, Dual MINI memberikan kompatibilitas yang luas dari desain yang ringkas.

Produk ini memiliki fitur pendingin dua slot khusus yang terdiri dari heatsink besar dan dua kipas Axial-tech yang memberikan tekanan statis tinggi untuk menjaga suhu tetap terkendali. Pendinginan yang kuat didukung oleh teknologi Auto-Extreme, menjadikan Dual MINI pilihan yang jelas untuk penggunaan jangka panjang pada sasis dengan small-form-factor.

ASUS KO

KO-RTX-3060-Ti-O8G

Kartu grafis ASUS KO GeForce RTX 3060 Ti diletakkan dalam rangka ASUS Dual melalui lapisan yang dimodifikasi, pelumas bantalan kipas space-grade, kapasitor tahan lama, dan pelat belakang berventilasi. Tampilannya menunjukkan pelat muka emas dan perak yang dilapisi dengan pencahayaan ARGB yang dapat disesuaikan untuk memberikan KO estetika unik yang dapat disesuaikan dengan software Aura.

Pendinginan dilakukan dengan heatsink besar yang memenuhi sebagian besar footprint kartu 2,7 slot, bekerjasama dengan pelat belakang berventilasi untuk mencegah penumpukan panas. Dua kipas Axial-tech berputar pada bantalan selongsong yang dibenamkan dalam pelumas space-grade, yang meningkatkan daya tahan dan menghasilkan profil akustik yang lebih senyap daripada desain bantalan bola ganda.

Komponen kartu dipasang menggunakan teknologi Auto-Extreme, dan ini termasuk kapasitor yang tahan hingga 2,5 kali lebih lama dari standar industri. Kombinasi yang kuat antara estetika, pendinginan dan daya tahan menjadikan kartu grafis KO GeForce RTX 3060 Ti pilihan yang sempurna bagi kalangan gamer yang lebih suka memamerkan rig gaming mereka pada desktop.

Lima model kartu grafis terbaru ASUS meliputi ROG Strix, TUF Gaming, ASUS Dual, dan ASUS Dual MINI GeForce RTX 3060 Ti akan tersedia di seluruh dunia mulai bulan Desember 2020. Kartu grafis ASUS KO GeForce RTX 3060 Ti akan tersedia mulai bulan Desember 2020 di Amerika, Brasil, Jepang, Korea, Taiwan dan Australia.

Nvidia Luncurkan RTX 3060 Ti, Cuma $399 tapi Performanya Sekelas RTX 2080 Super

Menyusul kedatangan kartu grafis RTX 3070, RTX 3080, dan RTX 3090 di bulan September lalu, sekarang giliran RTX 3060 Ti yang hadir menyapa gamer kelas mainstream, terlepas dari minimnya stok barang yang ada di pasaran.

Sepintas, premis yang diusung RTX 3060 Ti terdengar amat sangat menarik. Dengan bermodalkan $399, konsumen bisa meminang kartu grafis yang performanya setara atau tidak jarang malah melampaui RTX 2080 Super, yang sendirinya dihargai $699 ketika diluncurkan.

Ya, ini merupakan kartu grafis kelas mainstream yang kinerjanya sekelas kartu grafis high-end dari generasi sebelumnya. Lalu kalau dibandingkan dengan pendahulunya secara langsung, yakni RTX 2060 Super yang juga meluncur dengan banderol $399 tahun kemarin, Nvidia bilang kinerja RTX 3060 Ti rata-rata 40% lebih kencang.

Dari sudut pandang teknis, RTX 3060 Ti merupakan RTX 3070 yang sedikit dipangkas di beberapa bagian. Unit GPU berarsitektur Ampere yang digunakan sama persis, yakni model GA104, hanya saja jumlah CUDA core yang tertanam yang lebih sedikit: 4.864 dibanding 5.888 pada RTX 3070.

Terkait clock speed, RTX 3060 Ti memiliki base clock 1.410 MHz dan boost clock 1.665 MHz, lagi-lagi sedikit lebih rendah daripada kakaknya yang dihargai $100 lebih mahal tersebut. Untuk memory-nya, RTX 3060 Ti dan RTX 3070 identik: GDDR6 8 GB dengan total bandwith 448 GB per detik.

Sebagai bagian dari seri RTX, tentu saja 3060 Ti kapabel dalam hal penyajian efek ray tracing maupun teknik super sampling berbasis AI yang Nvidia sebut dengan istilah DLSS. Singkat cerita, segala fitur yang ada pada keluarga RTX 30 Series juga tersedia sebagai standar di sini.

Nvidia merekomendasikan penggunaan power supply unit (PSU) dengan kapasitas minimal 600 W, dan RTX 3060 Ti sendiri diprediksi mampu menyedot hingga 200 W pada performa puncaknya (20 W lebih rendah daripada RTX 3070). Secara fisik, model RTX 3060 Ti Founders Edition ini sama persis seperti RTX 3070, hanya saja dengan balutan warna yang berbeda.

Seperti yang saya bilang, Nvidia GeForce RTX 3060 Ti bakal dijual dengan SRP (suggested retail price) $399, dan pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai 2 Desember ini juga, termasuk penawaran dari pihak ketiga. Nvidia secara spesifik bilang bahwa ini merupakan anggota pertama dari keluarga RTX 3060, yang berarti ke depannya mereka juga akan merilis RTX 3060 versi non-Ti.

Sumber: Nvidia.

GeForce Now Hadir di iOS via Browser, Stadia dan xCloud Bakal Menyusul

Premis di balik layanan cloud gaming sebenarnya cukup simpel: dengan hanya bermodalkan koneksi internet yang cepat dan stabil, pelanggan dapat memainkan berbagai game AAA yang dibuat untuk PC maupun console melalui bermacam perangkat, termasuk halnya smartphone dan tablet.

Namun kalau kita mampir ke situs milik tiga layanan cloud gaming terbesar yang ada sekarang – GeForce Now, Stadia, dan xCloud (Xbox Game Pass) – ternyata yang dimaksud smartphone dan tablet tidak mencakup platform iOS sama sekali. Bukan, ini bukan berarti ketiganya pro-Android, tapi justru karena kebijakan yang Apple tetapkan untuk App Store, yang pada dasarnya tidak mengizinkan eksistensi aplikasi cloud gaming.

Agar bisa merambah pengguna iOS, penyedia layanan cloud gaming sejatinya cuma punya dua opsi: 1) mencantumkan satu per satu game yang ditawarkan ke App Store, yang berarti masing-masing game harus melalui prosedur review standar App Store, atau 2) menawarkan layanannya dalam bentuk web app yang dapat diakses lewat browser (Safari).

xCloud / Microsoft
xCloud / Microsoft

Ketiga layanan tadi rupanya memutuskan untuk mengambil opsi yang kedua, terlepas dari perbedaan model bisnis yang diterapkan oleh masing-masing layanan. Nvidia jadi pertama yang memulai; per 19 November 2020 kemarin, pengguna iPhone dan iPad (di negara-negara yang didukung) dapat mengakses GeForce Now dengan mengunjungi situs play.geforcenow.com di Safari.

Ini sebenarnya bukan pertama kali GeForce Now tersedia sebagai web app, sebab sebelumnya layanan ini sudah tersedia buat Chromebook dengan memanfaatkan teknologi serupa.

Kalau memang bisa diakses dari browser, lalu kenapa harus ada aplikasi terpisah? Well, web app ini bukanlah tanpa kekurangan. Kelemahan terbesarnya sejauh ini adalah tidak adanya dukungan untuk menyambungkan mouse dan keyboard dikarenakan keterbatasan framework WebRTC yang digunakan. Alhasil, sejumlah game yang dirancang secara spesifik untuk dimainkan dengan mouse dan keyboard harus dihapus dari katalog GeForce Now untuk iOS.

Menariknya, kehadiran GeForce Now di Safari ini juga berarti Fornite akan kembali hadir di iOS melalui layanan tersebut setelah resmi didepak sejak Agustus lalu. Nvidia bahkan sedang menyiapkan versi khusus agar pengguna GeForce Now dapat memainkan Fortnite di perangkat iOS tanpa bantuan controller maupun gamepad.

Controller Stadia / Unsplash
Controller Stadia / Unsplash

Dari kubu Google, mereka mengonfirmasi bahwa mereka sedang sibuk menggodok Stadia versi web app untuk dinikmati oleh para pengguna perangkat iOS. Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, Google berniat merilisnya beberapa minggu dari sekarang.

Beralih ke Microsoft, mereka sejauh ini belum punya pernyataan resmi terkait ketersediaan xCloud di iOS, akan tetapi di bulan Oktober lalu, Business Insider melaporkan bahwa Microsoft sudah punya niatan untuk menawarkan xCloud juga dalam wujud web app. Bahkan pendatang baru Amazon Luna pun dari jauh-jauh hari sudah memastikan bahwa layanannya bakal tersedia di iOS via browser.

Luna / Amazon
Luna / Amazon

Apakah ini berarti pengguna perangkat iOS bakal mendapat pengalaman cloud gaming yang berbeda dari pengguna Android? Sepertinya begitu, sebab secara kinerja aplikasi native sering kali lebih unggul daripada web app, belum lagi soal keterbatasan-keterbatasan seperti misalnya absennya kompatibilitas mouse dan keyboard itu tadi.

Kesannya memang seperti memaksakan, akan tetapi kenyataannya memang pangsa pasar perangkat iOS cukup besar, terutama di negara-negara tempat layanan-layanan ini tersedia. Apakah seterusnya bakal seperti ini? Akankah ke depannya Apple berubah pikiran dan mengizinkan aplikasi cloud gaming di App Store? Kita lihat saja perkembangannya nanti.

Sumber: Engadget dan Nvidia.

Aplikasi Nvidia Broadcast Kini Sudah Tersedia untuk Semua Pengguna GPU Seri RTX

Usai diumumkan bersama Nvidia Reflex di acara peluncuran GeForce RTX 30 Series beberapa waktu lalu, aplikasi Nvidia Broadcast kini sudah tersedia dan dapat diunduh secara cuma-cuma oleh semua pengguna. Bukan cuma untuk kalangan streamer, aplikasi ini juga menawarkan banyak kegunaan selagi tren WFH masih terus berlanjut di masa pandemi.

Sederet fitur yang Nvidia Broadcast tawarkan pada dasarnya mampu menyulap webcam dan mikrofon standar menjadi perangkat pintar yang ditenagai oleh kecerdasan buatan (AI). Fitur-fiturnya pun cukup beragam, mulai dari yang simpel seperti Virtual Background untuk mengubah latar belakang dengan gambar atau video apapun – atau mungkin sekadar dibuat blur – sampai fitur yang lebih kompleks seperti Noise Removal.

Saya yakin sebagian besar dari kita pasti pernah mengalaminya dalam beberapa bulan terakhir ini; saat sedang berbicara di hadapan orang banyak dalam suatu sesi video conference, tiba-tiba semua dibuat kaget oleh teriakan atau tangisan anak kecil, atau mungkin malah suara seseorang membanting pintu.

Gangguan-gangguan seperti ini sangat sulit dihindari karena, seperti yang kita tahu, hampir semua anggota keluarga kita menghabiskan lebih banyak waktunya di rumah. Itulah mengapa fitur seperti Noise Removal ini jadi sangat menarik, sebab fungsi utamanya memang untuk menghilangkan suara-suara di sekitar yang mengganggu.

Fitur ini tentu juga sangat berguna buat para streamer, dan yang sangat menarik adalah, Noise Removal juga dapat mengeliminasi suara pengganggu yang berasal dari pengguna lain yang tergabung dalam percakapan. Jadi misalnya seorang streamer sedang bermain bersama temannya, dan teman tersebut lupa menyalakan fitur push-to-talk sehingga suara keyboard mekanisnya terdengar jelas di siaran langsung sang streamer, Noise Removal siap menanganinya.

Terakhir, ada fitur Auto Frame yang bisa mengatur framing webcam secara otomatis, memanfaatkan AI untuk mendeteksi pergerakan kepala pengguna. Kalau diibaratkan, memakai fitur Auto Frame ibarat mempunyai seorang kru kamera pribadi.

Seperti yang saya bilang, Nvidia Broadcast bisa didapatkan tanpa dipungut biaya satu sen pun. Namun syaratnya Anda harus punya kartu grafis seri RTX, minimal RTX 2060, sebab kinerja-kinerja berbasis AI-nya akan diproses oleh komponen Tensor Core, dan komponen ini tidak tersedia di GPU seri GTX.

Nvidia Bakal Akuisisi ARM Senilai Rp598 Triliun

Nvidia mengumumkan bahwa mereka akan mengakuisisi ARM dari SoftBank dengan nilai US$40 miliar (sekitar Rp598 triliun). Dengan akuisisi ini, ARM akan melebur dengan Nvidia sebagai salah satu divisi mereka. Meskipun begitu, ARM akan tetap bermarkas di Cambridge, Inggris.

Selain itu, Nvidia juga meyakinkan, mereka tidak akan memonopoli teknologi ARM. Perusahaan desainer chip itu masih akan menggunakan model lisensi terbuka yang mereka gunakan saat ini. Tak hanya itu, mereka juga akan menjaga netralitas mereka, menerima klien tanpa pandang bulu.

Dalam pernytaan resmi, Nvidia berkata, mereka akan membangun fasilitas R&D baru di markas ARM. Fasilitas R&D tersebut akan fokus pada pengembangan AI. Memang, tampaknya, AI menjadi salah satu alasan utama mengapa Nvidia tertarik mengakuisisi ARM.

nvidia akuisisi arm
ARM akan tetap bermarkas di Cambridge, Inggris. | Sumber: Office Snapshots

“Dalam beberapa tahun ke depan, triliunan komputer yang dilengkapi dengan AI akan menciptakan ekosistem internet-of-things yang ribuan kali lebih besar daripada ekosistem internet-of-people yang ada saat ini. Menggabungkan Nvidia dengan ARM akan membuat kami menjadi perusahaan yang sangat cocok untuk menyambut era AI,” kata CEO Nvidia, Jensen Huang, seperti dikutip dari PCGamer.

ARM merupakan perusahaan yang mengkhususkan diri dalam membuat chip untuk smartphone, tablet, konsol handheld, dan berbagai perangkat lainnya. Produk buatan ARM digunakan oleh berbagai perusahaan besar, termasuk Apple dan Nintendo di Switch. Sementara Nvidia dikenal sebagai pembuat GPU high-end. Memang, ARM juga membuat GPU. Namun, Nvidia biasanya tidak berkutat dengan pembuatan CPU atau mobile hardware. Satu-satunya mobile chipset milik Nvidia adalah lini Tegra.

Nvidia memang sempat berambisi untuk membuat CPU untuk smartphone. Hanya saja, mereka gagal merealisasikan ambisi tersebut. Dengan mengakuisisi ARM, mereka bisa kembali mencoba  untuk membuat CPU smartphone. Meskipun begitu, tampaknya saat ini, Nvidia lebih tertarik dengan data center dan bukannya smartphone. Kepada Forbes, Huang berkata bahwa mereka akan mengubah roadmap mereka. “Kita tahu bahwa data center dan cloud berlomba-lomba untuk menggunakan mikroprosesor ARM, CPU ARM,” ujarnya.

Belakangan, bisnis Nvidia memang sangat baik. Mereka baru saja meluncurkan GeForce RTX 30 Series. Tak hanya itu, laporan keuangan mereka untuk Q2 2020 juga melampaui perkiraan analis.

Sumber: PC Gamer, The Verge, Engadget

ASUS dan ZOTAC Luncurkan Varian GeForce RTX 30 Series

Pada tanggal 1 September 2020 kemarin, NVIDIA GeForce meluncurkan seri kartu grafis terbaru, yaitu GeForce RTX 30 Series. Seri kartu grafis terbaru tersebut berhasil membuat publik tercengang, salah satunya karena arsitektur Ampere baru besutan NVIDIA, yang diklaim memberikan performa dua kali lebih kencang dari generasi sebelumnya.

Setelah perilisan NVIDIA GeForce RTX 30 Series, vendor teknologi lain pun tak butuh waktu lama untuk merilis varian versi mereka. Salah satunya ada ASUS dan ZOTAC. ASUS termasuk yang gerak cepat, dan segera merilis 3 jenis varian GeForce RTX 30 Series, yaitu ROG Strix, TUF Gaming, dan ASUS Dual.

Semua varian tersebut berbasis pada GeForce RTX 30 series yang sudah ada, yaitu GeForce RTX 3090, 3080, dan 3070. ROG Strix GeForce RTX 3070 akan memiliki memori sebesar 8 GB GDDR6, ROG Strix GeForce RTX 3080 akan memiliki memori sebesar 10 GB GDDR6, dan ROG GeForce Strix RTX 3090 akan memiliki memori sebesar 24 GB GDDR6.

Seri ROG Strix memiliki fitur bernama FanConnect II, yang memungkinkan kipas PWM diatur sesuai dengan temperatur CPU dan GPU. Varian ROG Strix juga datang dengan fitur Dual BIOS, yang memungkinkan pengguna untuk menggunakan mode “performance” atau “quite” dengan menggunakan saklar fisik.

Sumber: ASUS Official
Sumber: ASUS Official

Sementara itu varian TUF Gaming hanya ada untuk GeForce RTX 3080 dengan memori sebesar 10 GB GDDR6, dan GeForce RTX 3090 dengan memori sebesar 24 GB GDDR6. Seperti seri TUF Gaming pada lini lain, TUF Gaming GeForce RTX 30 Series juga mengutamakan daya tahan. Maka dari itu, kebanyakan bahan pembangun dari TUF Gaming GeForce RTX 30 Series terbuat dari besi, mulai dari bilah kipas, hingga bagian belakang dari masing-masing kartu grafis. TUF Gaming juga menyertakan Dual BIOS switch, seperti varian ROG Strix.

Terakhir ada ASUS Dual GeForce RTX 3070 dengan memori sebesar 8 GB GDDR6. ASUS Dual GeForce RTX 3070 terbilang memiliki rancangan yang paling murni dibanding yang lain. Dengan rancangan tersebut, ASUS berharap para gamers, content creator ataupun enthusiast bisa mendapatkan pengalaman plug-and-play yang ringkas lewat ASUS Dual GeForce RTX 3070.

Sumber: ZOTAC Official
Sumber: ZOTAC Official

Sementara itu ZOTAC juga merilis varian GeForce RTX 30 termasuk GeForce RTX 3070, GeForce RTX 3080, GeForce RTX 3090. ZOTAC sendiri memiliki rancangan Twin Edge dengan dua kipas untuk seri 3070, serta rancangan Trinity dengan tiga kipas untuk 3080 dan 3090. ZOTAC menawarkan sistem pendingin yang lebih baik pada GeForce RTX 30 Series dengan teknologi yang mereka sebut sebagai IceStorm 2.0. Tak hanya itu, ZOTAC juga akan melengkapi kartu grafis tersebut dengan software FireStorm.

Terkait ketersediaan, baik ASUS maupun ZOTAC mengatakan bahwa varian GeForce RTX 30 Series besutan mereka akan hadir bulan September 2020 ini. Bagaimana? Sudah tidak sabar untuk upgrade PC lama Anda?

Nvidia Reflex Janjikan Pengurangan Latency yang Signifikan Bagi Para Gamer Kompetitif

Dalam pengumuman keluarga keluarga kartu grafis GeForce RTX 30 Series, Nvidia juga memperkenalkan sejumlah teknologi inovatif yang dirancang untuk memanjakan para gamer. Salah satu yang cukup menarik adalah Nvidia Reflex, yang dipercaya bisa membawa dampak langsung di kancah esport maupun competitive gaming secara umum.

Reflex sejatinya merupakan kumpulan teknologi berbasis hardware dan software, dan Nvidia membuatnya dengan satu tujuan, yakni mengukur sekaligus mengurangi latency sistem, atau yang biasa dikenal juga dengan istilah input lag. Harapannya tentu saja adalah, dengan semakin minimnya latency, skill bermain kita bisa lebih ditingkatkan lagi.

Reflex terdiri dari setidaknya dua komponen utama. Yang pertama adalah Nvidia Reflex SDK, kumpulan API (application programming interface) baru yang dapat dimanfaatkan oleh para developer game. Jadi ketika sudah diintegrasikan ke dalam game, bakal ada satu opsi tambahan berlabel “Nvidia Reflex Low Latency” yang dapat diaktifkan dari menu pengaturan grafis masing-masing game.

Saat diaktifkan, fitur ini diyakini sanggup meningkatkan responsivitas secara keseluruhan, membantu meningkatkan akurasi bidikan para pemain, serta menyajikan informasi lokasi musuh yang lebih up-to-date. Efeknya dipercaya lebih signifikan daripada menggunakan fitur Ultra Low Latency Mode yang dapat diaktifkan melalui Nvidia Control Panel.

Sejauh ini sudah ada tiga game yang mendukung Reflex SDK – Fortnite, Apex Legends, Valorant – dan ke depannya bakal ada lebih banyak lagi. Untuk bisa menikmatinya, kita juga tidak wajib menggunakan kartu grafis RTX 30 Series. Menurut Nvidia, di kartu kelas menengah seperti GTX 1660 Super pun Reflex sudah bisa memberikan peningkatan responsivitas hingga sebesar 33%.

Namun kalau kita memakai RTX 3080 plus monitor G-Sync 360 Hz, efek pengurangan latency-nya bakal jauh lebih terasa. Ini dikarenakan Nvidia telah menanamkan chip Reflex Latency Analyzer pada monitor-monitor 360 Hz yang siap menyerbu pasaran dalam waktu dekat, yang berfungsi untuk mengukur latency secara mendetail.

Menggunakan monitor-monitor tersebut, pengguna dapat menyambungkan mouse yang kompatibel langsung ke monitor, dan dari situ sistem akan mendeteksi setiap klik mouse, lalu mengukur waktu yang dibutuhkan oleh setiap perubahan pixel pada layar, semisal saat klik kiri ditekan dan tampilan laras senjata di layar menyala.

Nvidia bilang pengukuran semacam ini sebelumnya membutuhkan kamera khusus beserta perlengkapan lain yang kalau ditotal bisa melebihi $7.000. Nvidia berharap kehadiran Reflex Latency Analyzer bisa membantu gamer lebih percaya diri dalam setiap sesi ranked match.

Reflex mungkin terdengar kurang begitu esensial di telinga gamer secara umum. Namun buat yang memang menggeluti bidang kompetitif, baik secara profesional maupun non-profesional, peningkatan responsivitas sekecil apapun pastinya bakal selalu disambut dengan senang hati.

Sumber: Nvidia.

Industri Cloud Gaming Berkembang Pesat, Bernilai Rp8,6 Triliun Pada 2020

Pasar cloud gaming akan tumbuh pesat pada tahun ini, menurut studi terbaru dari Newzoo. Mereka memperkirakan, pada akhir tahun 2020, total pemasukan industri cloud gaming akan mencapai US$585 juta (sekitar Rp8,6 triliun).

Dalam studi tersebut, Newzoo mewawancarai beberapa perusahaan penting dalam cloud gaming. Perusahaan-perusahaan tersebut mengatakan, jumlah pengguna cloud gaming naik pesat pada semester pertama 2020. Mereka mengungkap, hal itu terjadi karena pandemi COVID-19 yang membuat banyak orang harus tetap di rumah.

Nilai industri cloud gaming pada 2020 naik pesat. Sebagai perbandingan, pada 2019, nilai industri cloud gaming hanya mencapai US$170 juta (sekitar Rp2,5 triliun). Ke depan, industri cloud gaming masih akan terus tumbuh. Diperkirakan, pemasukan industri cloud gaming masih akan terus naik, mencapai US$4,8 miliar (sekitar Rp71 triliun) pada 2023.

Tahun ini, kebanyakan pengguna cloud gaming masih berasal dari Amerika Utara dan Eropa. Buktinya, Amerika Utara memberikan kontribusi sebesar 39% pada total pemasukan industri cloud gaming pada 2020, dan Eropa menyumbangkan kontribusi 29%.

industri cloud gaming 2020
Perusahaan-perusahaan yang bermain di industri cloud gaming. | Sumber: Newzoo

Microsoft merupakan salah satu perusahaan yang tertarik dengan cloud gaming. Mereka akan meluncurkan layanan game streaming Project xCloud di Xbox Game Pass per 15 September 2020. Newzoo menyebutkan, keputusan Microsoft untuk bermain di cloud gaming akan mendorong pertumbuhan pasar cloud gaming, menurut laporan GamesIndustry.

Selain Microsoft, ada beberapa perusahaan besar lain yang tertarik cloud gaming. Dalam sembilan bulan belakangan, NetEase, Tencent, dan Facebook menunjukkan ketertarikan dengan platform cloud Gaming. Nvidia juga telah meluncurkan platform cloud gaming GeForce Now. Sementara Ubisoft menjalin kerja sama dengan perusahaan penyedia platform cloud gaming, Parsec.

Ke depan, pasar cloud gaming tampaknya akan semakin ramai. Pasalnya, semakin banyak perusahaan cloud gaming yang tak terlalu besar yang berusaha untuk meningkatkan jumlah pengguna mereka. Belum lama ini, perusahaan cloud gaming Gamestream mendapatkan €3,5 juta (sekitar Rp61,3 miliar). Mereka akan menggunakan dana tersebut untuk mengembangkan platform cloud gaming B2B mereka. Sementara startup RemoteMyApp telah mendapatkan pendanaan sebesar €2 juta (sekitar Rp3 miliar) pada Juli 2020.

Di Indonesia, salah satu perusahaan yang tertarik untuk menyediakan platform cloud gaming adalah Skyegrid. Mereka percaya, pasar cloud gaming di Indonesia sangat menjanjikan.

Sumber header: VentureBeat