Ajaib Receives Additional Series A Funding, Securing 1.3 Trillion Rupiah

Ajaib Group today (29/3) announced additional funding in Series A round worth $65 million, led by Ribbit Capital. Combined with the previously announced series A, Ajaib has managed to book a total of $90 million or equivalent to 1.3 trillion Rupiah in this round – and is said to be the largest Series A funding round in Southeast Asia.

This is Ribbit Capital’s debut in Southeast Asia. They previously invested in global players such as Coinbase, Affirm, Revolut and Robinhood. In addition, several investors involved in Ajaib’s funding, including Y Combinator Continuity, ICONIQ Capital, and Bangkok Bank PLC; as well as several angel investors from fintech founders such as David Velez from Nubank and SG Lee from Toss.

Previous investors such as Horizons Ventures, Softbank Ventures Asia, Alpha JWC Ventures, and Insignia Ventures were also involved in this round. Previously, he said, the company will use the fresh funding to improve technology infrastructure, recruit technical teams, and expand product offerings.

“We are witnessing an unprecedented revolution in retail investment. Ajaib is at the forefront and they are building the most trusted brand in Indonesia. Its commitment to providing transparency and serving Indonesian millennial investors with the best products matched the world class company ,” Ribbit Capital’s Managing Partner, Micky Malka said.

Was founded in 2018, Ajaib Group currently accommodates two investment arms on its digital platform, including Ajaib Sekuritas (PT Ajaib Sekuritas Asia – acquisition of Primasia Unggul Sekuritas) for shares and Ajaib Reksadana (PT Takjub Tekonologi Indonesia) for mutual fund products.

Even though there are several existing players in the retail investment segment, Ajaib considers the potential is remain large. To date, less than 1% of Indonesia’s total population has invested in stocks. Therefore, they intensified educational acts amidst various business expansion agendas.

Ajaib Sekuritas currently positioned in the 4th largest stock broker  based on trading quantity. In four months, Ajaib’s share investment platform has accommodated around 10 million transactions.

Founder Ajaib Group Yada Piyajomkwan dan Anderson Sumarli / Ajaib
Ajaib Group Founder, Yada Piyajomkwan with Anderson Sumarli / Ajaib

“Our mission is to welcome new generation of investors to modern financial services. We believe in the power of young Indonesian retail investors. We also believe that the best products and education will win. Ajaib is growing rapidly organically and we will continue to invest in product development and our educational campaign,” Ajaib Group’s Co-Founder & CEO, Anderson Sumarli said.

Apart from Ajaib Group, there is also Stockbit as a stock investment application. It has secured series A funding led by East Ventures in 2019. Later in the same year they also acquired Bibit mutual fund investment platform to expand their business scope. Earlier this year, Bibit announced a $30 million funding led by Sequoia Capital India with the participation of East Ventures, EV Growth, and 500 Startups.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Ajaib Dapat Tambahan Pendanaan Seri A, Bukukan Total Dana 1,3 Triliun Rupiah

Ajaib Group hari ini (29/3) mengumumkan perolehan tambahan investasi di putaran seri A senilai $65 juta, dipimpin oleh Ribbit Capital. Digabungkan dengan seri A yang diumumkan sebelumnya, secara total Ajaib berhasil membukukan $90 juta atau setara 1,3 triliun Rupiah dalam putaran ini — diklaim menjadi pendanaan seri A terbesar di Asia Tenggara.

Ini merupakan debut Ribbit Capital di Asia Tenggara. Sebelumnya mereka telah berinvestasi pada pemain global seperti Coinbase, Affirm, Revolut,dan Robinhood. Selain itu beberapa investor yang terlibat di pendanaan Ajaib juga meliputi Y Combinator Continuity, ICONIQ Capital, dan Bangkok Bank PLC; juga beberapa angel investor dari kalangan fintech founder seperti David Velez dari Nubank dan SG Lee dari Toss.

Para investor sebelumnya seperti Horizons Ventures, Softbank Ventures Asia, Alpha JWC Ventures, dan Insignia Ventures juga terlibat dalam investasi di babak ini. Sebelumnya disampaikan, dana segar yang didapat akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan infrastruktur teknologi, merekrut tim teknis, dan memperluas penawaran produk.

“Kita sedang menyaksikan revolusi investasi ritel yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ajaib berada di garis paling depan dalam revolusi ini dan mereka sedang membangun brand paling terpercaya di Indonesia. Komitmen mereka untuk menyediakan transparansi dan melayani investor milenial Indonesia dengan produk terbaik dapat disandingkan dengan perusahaan kelas dunia,” sambut Managing Partner Ribbit Capital Micky Malka.

Sejak berdiri di tahun 2018, saat ini Ajaib Group mengakomodasi dua instrumen investasi di platform digitalnya, meliputi Ajaib Sekuritas (PT Ajaib Sekuritas Asia – hasil akuisisinya terhadap Primasia Unggul Sekuritas) untuk saham dan Ajaib Reksadana (PT Takjub Tekonologi Indonesia) untuk produk reksa dana.

Kendati sudah ada beberapa pemain di segmen investasi ritel, Ajaib menilai potensinya masih sangat besar. Sejauh ini tercatat, baru ada kurang dari 1% dari total penduduk Indonesia yang berinvestasi saham. Untuk itu upaya edukasi juga terus digencarkan di tengah berbagai agenda perluasan bisnis.

Ajaib Sekuritas sendiri saat ini menduduki posisi ke-4 broker saham terbesar jika didasarkan pada kuantitas perdagangan. Sejak empat bulan diluncurkan, platform investasi saham milik Ajaib sudah mengakomodasi sekitar 10 juta transaksi.

Founder Ajaib Group Yada Piyajomkwan dan Anderson Sumarli / Ajaib
Founder Ajaib Group Yada Piyajomkwan dan Anderson Sumarli / Ajaib

“Misi kami adalah untuk menyambut investor generasi baru menuju layanan keuangan yang modern. Kami percaya pada kekuatan investor-investor muda ritel Indonesia. Kami juga percaya bahwa produk dan edukasi terbaiklah yang akan menang. Ajaib tumbuh dengan pesat secara organik dan kami akan terus berinvestasi pada pengembangan produk serta kampanye edukasi kami,” ujar Co-Founder & CEO Ajaib Group Anderson Sumarli.

Selain Ajaib Group, ada juga Stockbit sebagai aplikasi investasi saham. Mereka telah membukukan pendanaan seri A yang dipimpin East Ventures sejak tahun 2019 lalu. Kemudian di tahun yang sama mereka juga mengakuisisi platform investasi reksa dana Bibit untuk memperluas cakupan bisnisnya. Awal tahun ini, Bibit baru mengumumkan pendanaan $30 juta yang dipimpin Sequoia Capital India dengan partisipasi East Ventures, EV Growth, dan 500 Startups.

Application Information Will Show Up Here

OVO Gandeng Bareksa dan Manulife Luncurkan Fitur Investasi

Platform pembayaran dan dompet digital OVO hari ini (26/1) meluncurkan fitur terbarunya “Invest” bekerja sama dengan Bareksa dan Manulife. Reksa dana pasar uang menjadi produk pertama dari sinergi ini, menargetkan kaum milennials yang baru mulai menjajaki dunia investasi.

Presiden Direktur OVO sekaligus Co-Founder/CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra mengungkapkan, “Peluncuran fitur Invest adalah bagian dari komitmen kami untuk membuka akses yang terjangkau, terpercaya, dan nyaman dalam pengelolaan investasi, khususnya bagi investor pemula. Produk yang kami sediakan secara eksklusif di platform OVO adalah reksa dana pasar uang Manulife OVO Bareksa Likuid (MOBLI) yang dikelola oleh Manulife Aset Manajemen Indonesia, salah satu perusahaan manajemen investasi terbesar di dunia.”

Mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Indeks Inklusi Keuangan di Indonesia saat ini mencapai 76,2 persen. Sementara tingkat literasi keuangan menunjukkan angka yang masih rendah yaitu sebesar 38,0 persen dengan hanya 1,7 persen yang masuk ke area pasar modal. Untuk menjawab tantangan dan permasalahan tersebut, OVO didukung Bareksa sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) menciptakan terobosan baru dengan melakukan integrasi e-money dan e-investment.

Sebelum ini, beberapa platform investasi juga lakukan integrasi dengan berbagai layanan digital konsumer. Misalnya yang dilakukan Pluang dengan masuk ke ekosistem Dana dan Gojek. Bahkan saking tingginya minat pasar terhadap investasi reksa dana, Bukalapak juga telah membentuk unit usaha tersendiri yang fokus ke segmen tersebut.

“Sebagaimana halnya kita lihat pada integrasi Alipay dan Yu’e Bao di China, yang telah mencatatkan sukses besar dalam mengenalkan investasi reksa dana secara masif di kalangan milenial. Dalam mengembangkan terobosan ini, kami telah berkonsultasi dengan Bank Indonesia (BI) dan OJK. Untuk itu, kami berterima kasih atas dukungan BI dan OJK yang pro-inovasi dan visioner dalam pemanfaatan tekfin bagi peningkatan inklusi keuangan dan pendalaman pasar keuangan kita,” jelas Karaniya.

Reksa dana pasar uang MOBLI tersedia secara eksklusif di aplikasi OVO. Para pengguna yang sudah memperbarui layanan akan menemukan fitur “Invest” di halaman utama OVO. Setelah masuk ke dalam fitur “Invest”, pengguna hanya perlu mengisi profil resiko serta menunggu proses verifikasi dan bisa langsung mematok nominal yang ingin di-invest mulai dari Rp10 ribu.

Selain menawarkan kemudahan dan kenyamanan bertransaksi [belanja, membayar tagihan, dll] dan berinvestasi dalam satu platform, keunggulan lainnya adalah proses pencairan instan, yang memungkinkan investor dapat mencairkan investasi mereka langsung ke saldo OVO Cash.

Salah satu Financial coach yang ikut hadir dalam acara peluncuran OVO “Invest”, Philip Mulyana turut menyatakan bahwa investasi reksa dana juga dapat menjadi salah satu opsi tabungan dana darurat yang baik untuk investor pemula. Pertimbangannya adalah reksa dana pasar uang merupakan salah satu instrumen investasi yang paling aman namun memberikan retur yang lumayan.

Application Information Will Show Up Here

Bibit Secures 418 Billion Rupiah Funding Led by Sequoia Capital India

The online mutual fund platform Bibit announced further funding of $ 30 million or the equivalent of more than 418 billion Rupiah led by Sequoia Capital India. East Ventures, EV Growth, and 500 Startups participated in this round.

In the official statement, fresh funds will be used to develop services to encourage more novice investors in Indonesia.

Bibit’s President Director, Sigit Kouwagam mentioned that user growth has increased significantly to over one million new participants during the past year. “This is due to the increased awareness and education are given to novice investors to save every month consistently and the importance of having good personal financial management principles,” he said, Tuesday (1/5).

Based on IDX and KSEI data, the number of retail investors in Indonesia grew 56% YOY last year. This was partly because of the number of millennials with a growth of 92% new investors, from 21-40 years old. Although it has increased significantly, the participation of the Indonesian people in the capital market is still less than 2% at this time.

“We believe that all people deserve a better future. It helps to increase financial inclusion and driving investment practice in the right way is one way to do this. We are very proud to have Sequoia Capital India’s support to pursue this mission.”

On the same occasion, Sequoia Capital India’s VP, Rohit Agarwal also said, “Globally, we see consumers starting to shift their savings from low-yield products, such as gold and property, to financial products with higher yields. In Indonesia, we see Bibit as a trusted investment platform that can help millions of Indonesians invest optimally.”

East Ventures’ Co-Founder and Managing Partner, Willson Cuaca added, “Stockbit and Bibit have shown very high growth in the retail investor segment where transaction value growth will increase more than 10 times in 2020. We believe this funding will boost Stockbit’s growth and strengthen. their position as a leading investment platform.”

In addition, Stockbit released Bibit in January 2019, through the acquisition of a majority stake in Bibit with an undisclosed value. Stockbit alone was originally started as an investment community platform to exchange ideas and stock news in real-time.

As part of the Stockbit Group, Bibit is the company’s channel to reach novice investors with easy investments. Bibit utilizes Robo Advisor technology that adjusts products according to the user’s risk profile and investment goals. It is claimed that 90% of Seed users come from millennials.

According to the survey results summarized in the 2020 Fintech Report, currently there are several investment applications targeting consumers. Seeds themselves are the investment application that gets the highest total awareness from survey respondents.

Investment Platform in Indonesia

In terms of mutual funds, Bibit is currently in competition with other players, including Bareksa, Ajaib, and Bukalapak which will soon launch a subsidiary focused on investment products.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bibit Umumkan Pendanaan 418 Miliar Rupiah yang Dipimpin Sequoia Capital India

Aplikasi reksa dana online Bibit mengumumkan pendanaan lanjutan senilai $30 juta atau setara lebih dari 418 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Sequoia Capital India. East Ventures, EV Growth, dan 500 Startups turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Dalam keterangan resminya, dana segar akan digunakan untuk mengembangkan layanan untuk mendongkrak lebih banyak investor pemula di Indonesia untuk terjun berinvestasi.

Direktur Utama Bibit Sigit Kouwagam menjelaskan, jumlah pengguna Bibit naik drastis menjadi lebih dari satu juta investor baru selama satu tahun terakhir. “Hal ini disebabkan meningkatnya kesadaran dan edukasi yang diberikan kepada investor pemula untuk menabung rutin setiap bulan secara konsisten dan pentingnya memiliki prinsip manajemen keuangan pribadi yang baik,” ujarnya, Selasa (5/1).

Berdasarkan data IDX dan KSEI, jumlah investor ritel di Indonesia tumbuh 56% secara YOY pada tahun lalu. Peningkatan ini disumbang oleh kalangan milenial dengan pertumbuhan 92% investor baru, dari kalangan umur 21-40 tahun. Meski naik signifikan, partisipasi masyarakat Indonesia di pasar modal masih kurang dari 2% pada saat ini.

“Kami percaya semua masyarakat berhak mendapatkan masa depan yang lebih baik. Membantu meningkatkan inklusi keuangan dan mendorong kebiasaan berinvestasi dengan cara yang benar adalah salah satu cara untuk mewujudkannya. Kami sangat bangga bisa mendapatkan dukungan dari Sequoia Capital India untuk mengejar misi tersebut.”

Dalam kesempatan yang sama, VP Sequioa Capital India Rohit Agarwal turut menyampaikan, “Secara global kami melihat konsumer mulai memindahkan tabungan mereka dari produk dengan yield rendah, seperti emas dan properti beralih kepada produk finansial dengan yield yang lebih tinggi. Di Indonesia, kami melihat Bibit sebagai platform investasi terpercaya yang dapat membantu jutaan masyarakat Indonesia berinvestasi secara optimal.”

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menambahkan, “Stockbit dan Bibit menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi di segmen retail investor di mana pertumbuhan nilai transaksi naik lebih dari 10 kali lipat pada tahun 2020. Kami yakin pendanaan ini akan mendorong pertumbuhan Stockbit dan memperkuat posisi mereka sebagai platform investasi terdepan.”

Sebagai informasi, Stockbit merilis Bibit pada Januari 2019, melalui akuisisi saham mayoritas di Bibit dengan nilai tidak disebutkan. Stockbit sendiri awalnya dimulai dari platform komunitas investasi untuk saling bertukar ide dan berita saham secara real time.

Sebagai bagian dari Stockbit Group, Bibit menjadi channel perusahaan untuk menjangkau investor pemula dengan investasi yang mudah. Bibit memanfaatkan teknologi Robo Advisor yang menyesuaikan produk sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi pengguna. Diklaim 90% pengguna Bibit datang dari kalangan milenial.

Menurut hasil survei yang dirangkum dalam Fintech Report 2020, saat ini ada beberapa aplikasi investasi yang menyasar kalangan konsumer. Bibit sendiri menjadi aplikasi investasi yang mendapatkan total awareness paling tinggi dari responden survei.

Investment Platform in Indonesia

Di sisi lain, untuk reksa dana, saat ini Bibit berkompetisi dengan pemain lain seperti Bareksa, Ajaib, sampai Bukalapak yang saat ini sedang menyiapkan anak perusahaan yang khusus menangani produk investasi.

Application Information Will Show Up Here

Kerja Sama Strategis Bukalapak dan Asmore akan Hadirkan Produk Investasi di Segmen “Underserved”

Buka Investasi Bersama (BIB), unit usaha dari Bukalapak, akan tancap gas pada tahun depan pasca mengantongi pendanaan eksternal perdana senilai Rp50 miliar dari perusahaan manajer investasi Asmore Asset Management Indonesia untuk 20% kepemilikan saham. Kedua perusahaan akan bermitra untuk mengombinasikan aspek terkuat yang dimiliki, yakni pengetahuan pasar modal dan teknologi.

Dalam keterangan resmi yang disebarkan pada Selasa (8/12), Presiden Direktur Ashmore Ronaldus Gandahusada mengatakan, Ashmore ingin meningkatkan kemampuan digitalnya melalui investasi di BIB. Pasalnya, era digitalisasi untuk industri aset manajemen merupakan hal yang tidak dapat terhindari, sekaligus menjadi peluang untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah secara langsung lewat kanal digital.

“Kami melihat ada potensi yang cukup besar di Bukareksa, gerai reksa dana Bukalapak, dalam menargetkan populasi yang secara tradisional belum menerima pelayanan keuangan dan mencari kemudahan investasi menggunakan teknologi,” ujarnya.

Presiden Bukalapak dan Presiden Direktur BIB Teddy Oetomo menambahkan kehadiran Ashmore dapat mempercepat misi perusahaan untuk meningkatkan aksesibilitas bagi semua orang terhadap produk dan layanan investasi, terutama underserved segment.

“Kemitraan strategis ini termasuk kesepakatan distribusi yang memberikan akses kepada pelanggan BukaReksa pada berbagai produk reksa dana Ashmore. Asmore akan mendapatkan akses terhadap pengguna Bukalapak yang masih tumbuh pesat, dengan lebih dari 100 juta pengguna di seluruh Indonesia.”

Dihubungi secara terpisah oleh DailySocial, Teddy menuturkan BIB akan terus melakukan peningkatan terhadap layanan dari infrastruktur teknologi dan proses operasional yang lebih tertata, agar BIB menjadi APERD yang reliable untuk bertransaksi reksa dana dengan pengembangan produk, layanan, serta ketersediaan produk investasi lainnya yang beragam.

DailySocial juga turut menanyakan bagaimana perkembangan BIB dan tren investasi sejauh ini. Teddy hanya menuturkan BIB baru mendapat lisensi sebagai APERD pada Oktober 2020, sehingga baru efektif beroperasi pada November 2020. Saat ini prioritas bisnis berpusat pada standarisasi operasional, uji kelayakan dari manajer investasi yang akan bermitra dengan BIB, serta pengembangan produk.

“Dengan pengalaman kami yang panjang di bidang ini, kami percaya sudah berada di jalur yang tepat dan optimis dapat mencapai fokus dan target yang telah kami tetapkan.”

Ketertarikan terhadap platform reksa dana online

Ketertarikan Ashmore terhadap BIB sebenarnya akibat masih besarnya ruang pertumbuhan untuk investasi online yang secara rasio dari populasi penduduk masih kalah jauh. Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) jumlah SID investor mencapai 3,28 juta pada akhir September 2020. Sementara 2,58 juta di antaranya datang dari investor reksa dana.

Angka tersebut tumbuh 45,76% dibandingkan 2019. Meski demikian, pertumbuhan ini kalah dibandingkan antara 2018 ke 2019 yang tembus 78,25%, sedikit terkoreksi akibat pandemi. Di sisi lain, ada sisi positif yang berhasil ditunjukkan. Pada 2017, jumlah investor belum tembus angka 1 juta investor, namun pada 2019 berhasil tembus 1,5 juta.

Sebelumnya, beberapa aksi korporasi antara perusahaan keuangan dengan fintech kerap terjadi. Misalnya, Ajaib Group yang mengakuisisi Primasia Unggul Sekuritas (kini rebranding Ajaib Sekuritas), FUNDtastic mengakuisisi Invisee senilai $6,5 juta demi memiliki izin tambahan sebagai APERD dan mitra distribusi surat hutang negara, Stockbit yang mengakuisisi Bibit, dan OVO berinvestasi di Bareksa.

Gambar header: Depositphotos.com

Mendiskusikan Minat Masyarakat Indonesia Berinvestasi Lewat Platform Online

Keunikan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia banyak menciptakan peluang baru bagi platform fintech lokal hingga asing. Mulai dari peer-to-peer lending, investasi reksa dana, hingga emas. Sampai saat ini masih besar peminatnya. Tercatat saat pandemi, investasi emas makin digandrungi oleh masyarakat. karena sifatnya yang stabil dan tentunya mudah untuk diakses hingga di jual-belikan.

Pandemi juga mendorong lebih banyak masyarakat untuk menabung. Dalam hal ini menurut Co-Founder Pluang Claudia Kolonas, di Indonesia persentasenya hanya 10% saja masyarakat Indonesia yang menyimpan uang mereka dalam tabungan. Dalam sesi #Selasastartup kali ini, DailySocial mengupas lebih jauh tentang risiko dan peluang untuk berinvestasi memanfaatkan platform fintech.

Fleksibilitas dan kemudahan

Sebagai platform yang menawarkan kemudahan untuk berinvestasi, Pluang sejak awal telah mengamati keunikan yang hanya ada di Indonesia. Yaitu pentingnya bagi masyarakat Indonesia untuk memiliki kepercayaan, saat mereka berniat untuk berinvestasi. Salah satu produk investasi yang tidak pernah ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini adalah emas.

“Kenapa toko emas menjadi pilihan kebanyakan masyarakat Indonesia untuk menabung, yaitu menurut mereka, pemilik toko emas sudah dikenal dan tidak berubah banyak dari dulu hingga sekarang. Rasa kekeluargaan dan kepercayaan yang erat menjadi alasan utama mengapa mereka lebih senang berinvestasi di emas dan membeli langsung di toko emas,” kata Claudia.

Mengedepankan teknologi, Pluang ingin menjadi sumber yang terpercaya bagi semua kalangan, yang ingin berinvestasi di emas dengan mudah dan fleksibel. Dalam hal ini mereka berupaya untuk mendengarkan semua feedback dari pelanggan dan memiliki pilihan harga yang stabil. Berbeda jika membeli emas secara konvensional.

“Selama ini kita menawarkan investasi emas karena ingin menawarkan produk investasi yang mudah dipahami. Namun ke depannya kami mau menambah produk lain, seperti reksa dana dan kripto tapi masih menunggu izin dari regulator terkait,” pungkas Claudia kepada DailySocial.

Kolaborasi membantu edukasi

Salah satu kunci sukses Pluang melakukan edukasi adalah, dengan memanfaatkan kolaborasi strategis dengan berbagai mitra ternama di Indonesia. Mulai dari Gojek melalui GoInvetasi, Dana, Lazada dan Bukalapak, dimanfaatkan benar oleh Pluang untuk menjangkau lebih banyak target pengguna yang dimiliki oleh masing-masing mitra.

Selama pandemi, Pluang juga mengklaim mengalami pertumbuhan yang positif. Gaya hidup yang mulai shifting ke online selama pandemi, semakin memudahkan lebih banyak pengguna untuk mengakses dan pada akhirnya berinvestasi dalam platform.

“Jika sebelumnya mereka sudah terbiasa melakukan transaksi di dompet digital seperti Gopay, Dana, dan Ovo, hal tersebut sudah membuka mata mereka tentang teknologi. Dan harapannya bukan hanya pengguna yang melek teknologi yang memiliki minat untuk berinvestasi secara online, namun juga semua kalangan,” kata Claudia.

Secara umum kebanyakan pengguna yang mendaftarkan diri untuk berinvestasi di Pluang adalah mereka para pemula. Meskipun secara jumlah 30% pengguna berasal dari gabungan kalangan milenial dan gen-Z, namun 70% pengguna Pluang adalah mereka usia matang, yang sudah terbiasa untuk berinvestasi dan sangat familiar dengan emas hingga produk investasi lainnya.

“Dengan produk dan pilihan yang ada, kami juga memiliki target untuk bisa menjangkau lebih banyak kalangan milenial berinvestasi emas. Yang selalu kami tekankan adalah, investasi emas merupakan kebiasaan yang sudah banyak diterapkan bukan hanya di Indonesia, namun juga secara global,” kata Claudia.

Dirinya menambahkan, para hedge fund di Amerika Serikat contohnya, banyak yang menyisihkan uangnya untuk berinvestasi dalam emas. Komitmen itulah yang dicoba untuk disampaikan oleh Pluang kepada berbagai kalangan, khususnya generasi muda.

“Pada akhirnya platform fintech seperti Pluang dan lainnya ingin memudahkan dan tentunya meringankan biaya yang harus dikeluarkan pengguna saat berinvestasi. Dengan demikian akan lebih banyak lagi masyarakat yang tertarik untuk menabung dan berinvestasi, bukan hanya kepada emas, namun juga reksa dana dan produk lainnya,” kata Claudia.

Application Information Will Show Up Here

Katalisator Tren Investasi di Platform Digital

Berdasarkan hasil survei nasional tentang literasi keuangan yang dilakukan OJK pada tahun 2019, indeks literasi keuangan dan inklusi keuangan semakin meningkat dibanding survei serupa tiga tahun yang lalu.

Diakui OJK, peningkatan tersebut disokong banyak faktor, termasuk hadirnya platform digital yang memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan keuangan.

Salah satu yang menarik perhatian adalah peningkatan awareness layanan investasi, sesuatu yang kurang membumi jika dibandingkan dengan layanan pembayaran dan pembiayaan. Di konsep ini, masyarakat harus menyisihkan sebagian pendapatan untuk tujuan-tujuan finansial di kemudian hari.

Emas digital sebagai katalisator

Platform investasi digital sendiri sebenarnya sudah ada sejak awal dekade. Layanan komunitas dan jual beli saham Stockbit, misalnya, sudah hadir sejak tahun 2013. Meski demikian, konsep investasi saham masih cukup asing dibanding konsep investasi tradisional yang lebih dikenal masyarakat, seperti properti dan emas batangan.

Memasuki tahun 2017, beberapa startup menghadirkan aplikasi investasi emas yang dihadirkan secara digital. Konsumen tidak harus memiliki emas secara fisik dan memungkinkan investasi dengan nominal yang sangat kecil, dari 0,0001 gram. Situs jual-beli perhiasan Orori memperkenalkan aplikasi e-mas pada September 2017. Enam bulan kemudian, Tokopedia mengintegrasikan layanan investasi emas di platformnya.

Hadir di lokapasar populer sontak meningkatkan traksi penjualan emas digital. Beberapa layanan lain pun bondong-bondong adopsi model serupa sampai saat ini. Misalnya Bukalapak dan Koinworks menggandeng Indogold, Gojek dan Dana menggandeng Pluang, Grab menggandeng Tamasia, dan Tokopedia yang kini memilih bermitra dengan Pegadaian. Di luar layanan tersebut ada juga aplikasi seperti Treasury, Tanamduit,  Sehatigold, dan Lakuemas.

Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures Exchange/JFX) kemudian meresmikan komite khusus pemain emas digital.

Para founder melihat adanya potensi pasar yang menjanjikan, termasuk dalam kondisi pandemi saat ini. CEO Dana Vincent Iswara mengatakan, “Kami melihat masyarakat mulai mengurangi pengeluaran yang tidak perlu dan memilih untuk berinvestasi jangka panjang dengan membeli emas. Melalui fitur DANA eMAS, pengguna dapat memulai investasi emas secara online dengan praktis [..]  Kehadiran fitur ini juga merupakan upaya berkelanjutan untuk ikut mengedukasi masyarakat mengenai investasi dan mempercepat inklusi keuangan.”

Platform Minimal Investasi
e-mas Rp100
Indogold Rp500
Lakuemas Rp50.000
Pegadaian Rp5.000
Pluang Rp10.000
Sehatigold Rp20.000
Tamasia Rp10.000
Tanamduit Rp10.000
Treasury Rp5.000

Potensi pangsa pasar

Menurut data proyeksi yang dihimpun Statista, tahun ini setidaknya akan ada 191,6 juta pengguna ponsel pintar di Indonesia. Jelas itu menjadi target penting para pengembang platform investasi emas digital.

Sepanjang tahun 2019, menurut data yang dihimpun Treasury.id dan China Gold Association, permintaan emas mencapai 54 ton, yang berarti 0,2 gram permintaan per kapita dengan nilai $3,5 miliar. Masih jauh jika dibandingkan India dan Tiongkok. Namun berdasarkan tren yang ada, pasar cukup optimis terjadi peningkatan hingga 0,72 gram per kapita di tahun mendatang dengan potensi nilai $12,6 miliar.

Terkait potensi pasar ke depan, Co-Founder Pluang Claudia Kolonas saat meresmikan kerja sama strategisnya dengan Gojek berujar, “Kami melihat bahwa ada kesadaran dan minat masyarakat untuk mulai berinvestasi demi masa depan; dan emas dengan profil risiko yang minim dan menguntungkan masih menjadi pilihan favorit investasi masyarakat. Melalui GoInvestasi kami memberikan solusi finansial untuk semua masyarakat Indonesia. Kemitraan dengan GoPay membuka peluang semua orang kini dapat berinvestasi.”

Sebagai raksasa digital di Indonesia, decacorn Gojek bersemangat turut memperebutkan kue pasar emas digital. September lalu, melalui unit venturanya Go-Ventures, Gojek memimpin pendanaan Seri A Pluang senilai 42 miliar Rupiah. Selain integrasi yang diperdalam, pendanaan tersebut diharapkan dapat melahirkan instrumen investasi lain lewat platform Pluang.

Terlepas dari aspek kultural, emas dipilih karena dipandang sebagai instrumen yang memiliki stabilitas dan relatif lebih kecil risikonya. Hal itu juga yang menjadi pertimbangan Managing Director GoPay Budi Gandasoebrata dalam meluncurkan GoInvestasi. Data internal perusahaan juga menunjukkan tren potensial di sektor ini.

“Berdasarkan data GoPay, investasi adalah salah satu tren penggunaan yang meningkat saat ini. Oleh karena itu, kami yakin fitur investasi yang transparan dapat dilakukan kapan saja, di mana saja akan memenuhi kebutuhan pengguna.”

Tampilan fitur GoInvestasi yang dirilis Gopay dan Pluang / Pluang
Tampilan fitur GoInvestasi yang dirilis Gopay dan Pluang / Pluang

Mendorong investasi lainnya

Literasi finansial yang terus meningkat mendorong minat investasi. Masyarakat pun makin antusias mengeksplorasi berbagai instrumen lain. Juli 2020 lalu, DailySocial dan Populix mengadakan sebuah survei dengan responden pengguna aplikasi investasi, sebagian besar kalangan muda (22-38 tahun). Hasilnya reksa dana (67%) menjadi instrumen yang saat ini paling diminati. Di bawahnya ada emas (62,7%) dan saham (44,5%). Sebanyak 43,5% responden mengalokasikan 1-10% pendapatannya untuk investasi dan 35,9% sebanyak 10-20%.

Tren di platform reksa dana juga bisa dikatakan mirip dengan emas. Banyak platform yang hadir secara standalone, seperti Ajaib, Bareksa, Bibit, Moduit, Tanamduit, dan Raiz Invest. Para unicorn juga menghadirkan layanan reksa dana di platformnya dengan menggandeng beberapa mitra. Awalnya Bukalapak menggunakan mekanisme yang sama, tapi awal Oktober 2020 ini mereka menunjukkan keseriusan dengan mendirikan PT Buka Investasi Bersama yang udah mengantongi lisensi APERD.

“BukaReksa merupakan platform awal kami untuk memahami pendekatan terbaik dalam menghadirkan solusi investasi mikro berbasis teknologi. Dalam perjalanannya, ada beberapa aspek penting yang menjadi prioritas kami untuk terus berinovasi dan memperluas akses, yaitu independensi, peningkatan dari segi operasional, keamanan dan pengawasan regulator yang menjadi sangat penting untuk meningkatkan kepuasan dan kenyamanan investor,” jelas AVP Investment Solution and Financing Bukalapak Dhinda Arisyiya.

Reksa dana juga cenderung bisa dimulai siapa saja, karena minimal investasi yang lebih terjangkau. Hampir semua produk bisa diperoleh dengan investasi minimum Rp10.000. Proses pencairannya juga mudah, seperti menjual emas. Secara lebih teknis, reksa dana yang terdiri dari kumpulan banyak investor memungkinkan diversifikasi portofolio secara efektif, sehingga menghasilkan risiko yang cenderung lebih minim. Ini menjadi cara penjajakan bagi investor pemula untuk mengenal pasar modal.

Perbandingan reksa dana dengan instrumen investasi perbankan / Tanamduit
Perbandingan reksa dana dengan instrumen investasi perbankan / Tanamduit

Gelombang berikutnya

Rata-rata platform investasi yang bermunculan akhir-akhir ini memang menargetkan kalangan investor muda (pemula). Hal tersebut diakui Co-Founder & CEO Ajaib Group Anderson Sumarli. Selain reksa dana, mereka baru saja mematangkan layanan investasi saham. “Pada dua bulan pertama sejak diluncurkannya layanan saham di Ajaib, kami sudah mencatatkan puluhan ribu pengguna baru, yang kebanyakan di antaranya merupakan generasi milenial.”

Geliat investasi yang makin menguat di kalangan itu juga mendorong pemain lain menyuguhkan produk-produk baru. Pluang tergolong cukup berani dengan meluncurkan produk investasi berjangka Micro E-mini S&P 500 Index Futures untuk memperluas akses kaum milenial dalam menjangkau produk investasi di indeks saham perusahaan publik Amerika Serikat dengan terjangkau, praktis, dan aman.

Claudia menjelaskan, perusahaan melirik instrumen investasi ini karena ingin memberikan perluas kesempatan investor Indonesia untuk mendiversifikasi portofolio investasinya, mengingat alternatif ini masih awam buat sebagian besar orang Indonesia. ia dia mengaku belum memiliki gambaran secara industri berapa banyak investor yang berminat berinvestasi secara offshore (di luar negeri).

Produk indeks berjangka yang ditawarkan Pluang ini ditransaksikan di bursa derivatif terbesar di dunia, Chicago Mercantile Exchange. Perusahaan tertarik memilih Indeks S&P 500 karena indeks ini memiliki kinerja yang unggul dengan pertumbuhan 325,54% dalam 10 tahun terakhir per 31 Desember 2019.


Gambar Header: Depositphotos.com

Lewat Unit Bisnis Tersendiri, Bukalapak Semakin Lincah Berjualan Reksa Dana

Kemarin (5/9), Bukalapak membuktikan keseriusannya bermain di reksa dana dengan mendirikan unit bisnis terpisah PT Buka Investasi Bersama (BIB) dan sudah mengantongi lisensi sebagai APERD. Ini adalah unit bisnis kedua yang didirikan Bukalapak setelah PT Buka Pengadaan Indonesia.

Dalam keterangan resminya, BIB didirikan atas hasil kolaborasi para petinggi Bukalapak yang memiliki latar belakang di dunia finansial. Mereka ialah Rachmat Kaimuddin (CEO Bukalapak), Teddy Oetomo (President Bukalapak), dan Dhinda Arisyiya (AVP of Investment Solution and Financing Bukalapak).

CEO BIB Teddy Oetomo mengatakan, dalam perjalanan perusahaan menghadirkan layanan investasi pada 2016 yang lalu melalui BukaReksa, ada benang merah yang dapat ditarik bahwa investasi dan layanan keuangan sangat berperan penting untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi setiap individu.

“Untuk itu, berbekal latar belakang dan dukungan kuat dari para talenta yang sudah berpengalaman di bidang investasi dan manajemen keuangan, kami meluncurkan BIB tahun ini. Harapan kami, ini semakin memberikan solusi investasi yang dapat diakses semua kalangan, sehingga akan mengubah stigma yang beranggapan bahwa investasi hanya diperuntukkan bagi sebagian kalangan masyarakat tertentu saja,” kata Teddy.

BukaReksa telah melakukan beragam transformasi untuk menyasar target penggunanya, yakni dari luar kota besar dan berlatar belakang sosial ekonomi status (SES) C dan D yang bisa disebut dengan segmen underserved. Tidak disebutkan berapa banyak dana kelolaan dan jumlah investor di BukaReksa. Hanya disebutkan ada lebih ratusan ribu investor pemula yang dapat memulai investasi dengan nominal yang terjangkau.

Dhinda sebagai COO BIB menambahkan, BukaReksa adalah platform awal BIB untuk memahami pendekatan terbaik dalam menghadirkan solusi investasi mikro berbasis teknologi. Dalam perjalanannya, ada beberapa aspek penting yang menjadi prioritas, yakni independensi, peningkatan dari segi operasional, keamanan dan pengawasan regulator yang menjadi sangat penting untuk meningkatkan kepuasan dan kenyamanan konsumen.

“Dengan memiliki APERD yang terdaftar dan diawasi OJK, artinya pemenuhan kepatuhan juga telah dilakukan dengan sangat baik dengan operasional yang diawasi penuh oleh OJK,” tandasnya.

Secara terpisah kepada DailySocial, Teddy melanjutkan, sebagai marketplace pertama yang memiliki APERD, BIB berkomitmen untuk mengambil peran besar dalam membantu pemerintah melakukan inklusi keuangan dengan berfokus pada pemanfaatan teknologi dalam meningkatkan akses untuk berinvestasi.

“Terutama bagi investor potensial yang belum memiliki eksposur tinggi terhadap produk finansial disertai penyediaan skema produk investasi dari nominal yang semakin terjangkau.”

Memiliki lisensi APERD, BIB akan lebih leluasa dalam mengembangkan produk reksa dana menyesuaikan target konsumennya dan meracik produk bersama dengan Manajer Investasi (MI) untuk menyediakan produk reksa dana pasar uang (RDPU), pendapatan tetap (RDPT), dan beberapa produk reksa dana lainnya di bawah bendar BIB.

“Selain itu, kami juga senantiasa melakukan pengembangan fitur investasi mikro berbasis teknologi yang sesuai dengan target pasar kami.”

Ambisi BIB cukup tinggi, perusahaan ini memasang target dapat mengakuisisi investor baru dari pengguna Bukalapak sebanyak 500 ribu orang pada 2021 mendatang. Sebelumnya BukaReksa menggandeng Bareksa dan tanamduit sebagai mitra APERD yang menjual produk-produk reksa dana melalui BukaReksa. Teddy memastikan bahwa kemitraan tersebut akan tetap berjalan.

”BIB adalah pelengkap APERD yang sudah tersedia pada aplikasi Bukalapak, terutama dalam hal pemilihan produk yang sesuai dengan kebutuhan nasabah,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Ajaib Mantapkan Diri Jadi Platform Investasi Reksa Dana dan Saham

Akhir Mei 2020 lalu, Ajaib Group resmi mengumumkan akuisisinya terhadap Primasia Unggul Sekuritas (Primasia Sekuritas). Saat ini, pialang saham tersebut rebranding menjadi Ajaib Sekuritas. Meskipun layanannya kini dielaborasi secara daring melalui aplikasi dan situs web milik Ajaib, keduanya tetap berjalan dalam dua unit perusahaan terpisah.

Dalam naungan Ajaib Group ada dua perusahaan, yakni PT Ajaib Sekuritas Asia dan PT Takjub Teknologi Indonesia. Takjub Teknologi Indonesia fokus pada penyediaan reksa dana, sebagai produk awal dari Ajaib. Sementara Ajaib Sekuritas sajikan layanan terkait saham.

“Setelah diakuisisi, kegiatan operasional Ajaib Sekuritas tetap berjalan secara mandiri. Ini memastikan bahwa pengalaman dan pengetahuan Ajaib Sekuritas sebagai pialang andal selama puluhan tahun (sejak 1989) tetap dapat dirasakan oleh pengguna. Sementara itu, Ajaib Group memastikan seluruh pengguna dapat bertransaksi saham/reksa dana lewat platform yang tidak hanya unggul secara teknologi, tapi juga layanan,” ujar Co-Founder & CEO Ajaib Group Anderson Sumarli.

Buka pintu investasi

Ajaib menempatkan dirinya sebagai platform investasi yang memberikan rekomendasi berdasarkan profil risiko. Di awal berdirinya, para founder melihat tren adanya peningkatan keinginan untuk berinvestasi di kalangan “middle class”. Selain menyediakan instrumen investasi yang lebih bersahabat, dinilai penting untuk menyediakan kanal pengetahuan dan referensi. Karena untuk memiliki manajer keuangan pribadi, dibutuhkan biaya yang tidak murah.

Sebelumnya Co-Founder & COO Ajaib Yada Piyajomkwan pernah menyampaikan, “Kami memberikan sebuah rekomendasi portofolio yang dipersonifikasi sesuai dengan tujuan masing-masing individu. Ajaib membantu memberikan rekomendasi profil risiko investasi yang berbeda.”

Platformnya memungkinkan pembukaan akun untuk tabungan dan investasi, memanfaatkan manajer keuangan yang memiliki lisensi. Secara otomatis semua portofolio tersebut diawasi Ajaib.

“Keunggulan Ajaib adalah kami menggabungkan teknologi dan keahlian manusia. Saya adalah salah satu dari orang-orang yang ingin berinvestasi tetapi tidak memiliki waktu untuk mengikuti perubahan pasar. Hal ini dialami juga oleh teman-teman saya, sehingga Ajaib adalah solusi bagi kita semua,” ujar Anderson pada wawancara bersama DailySocial di tahun 2019.

Ajaib sebelumnya sempat tergabung ke dalam program Y Combinator tahun 2018, sekaligus membuka seed round-nya. Pendanaan berlanjut di tahun berikutnya, membukukan dana $2,1 juta dari Y Combinator, SoftBank Ventures, Alpha JWC Ventures, dan Insignia Ventures.

Mantapkan produk saham

Ajaib Group mulai mengumumkan peluncuran layanan perdagangan saham online per 24 Mei 2020. Potensinya tentu menggiurkan, data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia per 30 Juli 2020, total investor pasar modal saat ini sebanyak 3,02 juta SID (Single Investor Identification), meningkat 21,66% dibandingkan akhir 2019. Sebanyak 1,28 juta SID di antaranya merupakan investor saham, yang mengalami peningkatan 15,88% pada periode waktu yang sama.

“Di Ajaib sendiri, kami memandang bahwa pandemi Covid-19 terbukti tidak mampu memadamkan semangat investor individu Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal. Pada dua bulan pertama sejak diluncurkannya layanan saham di Ajaib, kami sudah mencatatkan puluhan ribu pengguna baru, yang kebanyakan di antaranya merupakan generasi milenial. Saat ini, posisi pasar juga belum pulih seutuhnya, sehingga peluang bagi pengguna untuk meraup keuntungan di pasar modal, masih besar,” ujarnya.

Sebagai komplemen, beberapa fitur kini ditambahkan ke aplikasi seperti Ajaib Alert, Competitive Ranking, News Highlight, dan Comprehensive Chart.

Aplikasi Ajaib
Tampilan beberapa fitur di aplikasi Ajaib / Ajaib

“Melihat betapa besarnya peluang untuk pulih (rebound) pada setiap krisis di pasar modal, kami fokus untuk terus meningkatkan layanan saham maupun reksa dana kami. Kami ingin membantu meningkatkan financial deepening di Indonesia, terutama untuk kaum milenial. Oleh karena itu, bila pengguna memiliki saran akan fitur/layanan untuk membuat mereka bisa berinvestasi lebih baik dan lebih cerdas, kami pasti akan menerimanya dengan senang hati,” ujar Anderson mengutarakan target bisnisnya tahun ini.

Tips investasi Ajaib

Untuk pembaca DailySocial, Ajaib turut memberikan beberapa tips dasar untuk siapa saja yang ingin memulai investasi reksa dana atau saham. Selalu ingat profil risiko dan tujuan investasi. Kedua hal ini penting untuk diperhatikan baik dalam situasi pandemi maupun tidak. Profil risiko maksudnya besar toleransi pengguna terhadap pengurangan nilai investasi. Tujuan investasi biasanya dibagi untuk jangka panjang, menengah, dan pendek. Penting untuk mengetahui kapan kita akan memerlukan pokok dan pengembalian investasi.

“Kami menyarankan investor untuk mencoba berinvestasi sedini mungkin, karena ada beberapa hal yang kita tidak akan pernah tahu kalau tidak merasakan langsung. Ini juga yang mendorong Ajaib untuk meniadakan setoran awal investasi saham alias Rp0,” terang Anderson.

Ia melanjutkan, “Bagi pengguna aplikasi Ajaib, bila belum mau terjun langsung ke saham, cobalah untuk memasukkan beberapa saham pilihan ke Watchlist. Pengguna akan menerima notifikasi pergerakan harga yang signifikan setiap harinya. Dari situ bisa mengira-ngira, apakah pergerakannya membuatmu nyaman? Bila belum dapat menganalisis secara teknikal maupun fundamental, cobalah membuat catatan harga saham pilihanmu itu, titik tertinggi dan terendahnya berapa selama seminggu terakhir? Sehari-harinya bisa bergerak seberapa hebat? Cek laman News dan Corporate Action, apa yang terjadi pada emiten ini? Setelah mengetahui hal-hal tersebut, barulah prediksi sebaiknya masuk ke saham tersebut di harga berapa.”

“Itupun sedikit demi sedikit saja, sambil terus dipantau. Jangan habiskan modal sekaligus. Bila tidak ingin memantau, gunakan metode Dollar Cost Averaging. Konsisten menabung rutin pada suatu saham/reksa dana pada periode tertentu. Misalnya ketimbang berinvestasi Rp12.000.000 secara langsung, bisa menabung rutin Rp1.000.000 per bulan. Kami harapkan agar pengguna dapat mengambil keputusan berinvestasi berdasarkan data, dan kami sediakan fasilitasnya. Tidak perlu terburu-buru. Pengguna juga bisa berkonsultasi langsung dengan financial expert Ajaib, baik mengenai pilihan investasi maupun perencanaan keuangan. Semua pengguna Ajaib bisa berkonsultasi gratis melalui aplikasi,” tutup Anderson.

Application Information Will Show Up Here