LinkAja E-money Service Officially Launches, Available for Cross-Country Transaction

After being delayed for several months, LinkAja officially launched on Sunday (6/30). Participated also in the event, the Vice President of Republic Indonesia Jusuf Kalla, BUMN Minister Rini Soemarno, and Minister of Communication and Information Rudiantara at Gelora Bung Karno, Jakarta.

In his remarks, LinkAja’s CEO, Danu Wicaksana said that the product has created opportunities to improve the low rate of financial inclusion services in Indonesia. As of 2018, 76 percent of transactions in the country are still in cash.

LinkAja should be the national development agent in helping the government to improve Indonesia’s financial inclusion to 75 percent by the end of this year.

In this event, Wicaksana helped introduce LinkAja’s newest feature, the cross-country transaction. Currently, it’s only available in Singapore and having collaboration with Singtel telecommunications operators.

“There are two things related to LinkAja cross-country service. First, remittances from abroad. Second, cross-country merchant payments using the app,” he said to DailySocial.

Regarding remittance services, the company claimed to be the only e-money that provides it from Indonesia’s Migrant Workers (PMI) in Singapore.

He said no further details on the expansion strategy. However, LinkAja has good potential in acquiring the international market, particularly for Telkom remittance and Telkomsel users working abroad, also Indonesia’s Migrant Workers.

Another new feature is drawing money using smartphones. It allows users to draw money without debit card at more than 40 thousand ATM Link outlets of the red-plate banks.

As the previous information, LinkAja is a transformation from Telkomsel’s Tcash. The QR Code-based service has been announced since February and available since early March.

LinkAja was managed by PT Fintek Karya Nusantara or Finarya as the joint venture of four state-owned banks (Mandiri, BNI, BRI, and BTN), Telkomsel, Pertamina, Jasa Marga, and Jiwasraya. It’s a strategy against Go-Pay and OVO domination in the e-money market.

Currently, LinkAja has acquired 22 million users. In terms of the partnership, they’ve worked with more than 15,000 merchants, 400 payments, and  20 e-commerce in Indonesia. In addition, there’s also Cash in Cash Out (CICO) in over 100 thousand spots.

“We’re focused on the public’s essential affairs. One is to digitize SPBU with Pertamina, cashless payment for tolls with Jasa Marga, and digital payment for all public transportations like trains,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Layanan E-money LinkAja Resmi Meluncur, Dapat Dipakai Bertransaksi di Luar Negeri

Setelah sempat tertunda selama beberapa bulan, layanan fintech LinkAja akhirnya resmi meluncur pada Minggu (30/6). Peluncuran ini turut disaksikan langsung Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Menkominfo Rudiantara di Gelora Bung Karno, Jakarta.

Dalam sambutannya, CEO LinkAja Danu Wicaksana mengatakan bahwa kehadiran LinkAja membuka peluang untuk meningkatkan layanan inklusi keuangan di Indonesia yang saat ini terbilang rendah. Per 2018 tercatat 76 persen transaksi di Tanah Air masih didominasi uang tunai.

LinkAja diharapkan dapat menjadi agen pembangunan nasional dan membantu visi pemerintah untuk mendorong inklusi keuangan Indonesia menjadi 75 persen pada akhir tahun ini.

Pada peluncuran ini, Danu turut memperkenalkan fitur terbaru LinkAja, yakni bertransaksi di luar negeri. Saat ini LinkAja baru tersedia di Singapura dan telah bekerja sama dengan operator telekomunikasi Singtel.

“Jadi ada dua hal terkait layanan LinkAja di luar negeri. Pertama, remitansi dari luar ke dalam negeri. Kedua, membayar merchant di luar negeri dengan aplikasi LinkAja,” ungkap Danu kepada DailySocial.

Terkait layanan remitansi, perusahaan mengklaim menjadi satu-satunya layanan uang elektronik yang melayani remitansi dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Singapura.

Danu belum dapat memaparkan lebih lanjut mengenai strategi ekspansinya di luar negeri. Akan tetapi, LinkAja memiliki peluang untuk mencaplok pangsa pasar internasional, terutama basis pengguna remintasi Telkom dan layanan seluler Telkomsel yang bekerja di luar negeri atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Fitur unggulan lainnya adalah tarik tunai dengan menggunakan smartphone. Fitur ini memungkinkan pengguna menarik uang tunai tanpa harus membawa kartu debit di lebih dari 40 ribu ATM Link milik bank-bank pelat merah.

Seperti diketahui, LinkAja merupakan transformasi layanan pembayaran elektronik dari Tcash milik Telkomsel. Layanan berbasis Quick Response (QR) Code ini diumumkan pada Februari lalu dan sudah dapat dipakai untuk bertransaksi oleh pengguna sejak awal Maret.

LinkAja dikelola oleh PT Fintek Karya Nusantara atau Finarya yang merupakan perusahaan kongsi dari empat bank BUMN (Mandiri, BNI, BRI, dan BTN), Telkomsel, Pertamina, Jasa Marga, dan Jiwasraya. LinkAja menjadi strategi untuk melawan dominasi Go-Pay dan OVO di pasar uang elektronik saat ini.

Sekarang LinkAja telah mengantongi 22 juta pengguna. Dari sisi kemitraan, LinkAja telah bekerja sama dengan lebih dari 15.000 merchant, pembayaran di 400 tagihan, dan 20 e-commerce di Indonesia. Selain itu, LinkAja juga memiliki fitur Cash in Cash Out (CICO) di lebih dari 100 ribu titik.

“Kami berfokus pada pemenuhan kebutuhan esensial masyarakat. Salah satunya dengan digitalisasi SPBU bersama Pertamina, pembayaran nirsentuh di jalan tol dengan Jasa Marga, dan pembayaran digital di berbagai moda transportasi publik, seperti kereta,” papar Danu.

Application Information Will Show Up Here

RemitPro Coba Hadirkan Layanan Remitansi Berbasis Teknologi

RemitPro adalah layanan terbaru dari grup Digiasia Bios yang menyasar pengiriman dan pengiriman uang dalam hitungan menit ke seluruh dunia bermitra dengan Western Union. Layanan tersebut kini tersedia di 60 negara.

Kepada DailySocial, Head of Money Transfer RemitPro Arman Bhariadi mengungkapkan, RemitPro menyediakan platform transfer uang bersertifikasi yang memungkinkan perpindahan uang, baik domestik maupun internasional, menggandeng mitra lokal dan internasional.

“Jumlah pengguna yang aktif menggunakan layanan RemitPro saat ini adalah sekitar 3000 pengguna. Di tahun 2019 ini RemitPro juga berambisi bisa menyediakan layanan Wallet to Cash dan Wallet to Account di seluruh dunia,” kata Arman.

RemitPro mengklaim saat ini telah memiliki 200 agen pembayaran, atau disebut cash out point, yang tersebar di Lampung, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.

“RemitPro membangun platform transfer uang untuk memenuhi kebutuhan konsumen, memindahkan uang mereka dengan aman, dan pada saat yang bersamaan mematuhi peraturan. [Kami] juga berkomitmen kepada pelanggan kami untuk terus berinovasi, dan selalu mencari cara baru untuk memindahkan uang melalui ponsel dan digital, juga sebagai saluran ritel tradisional.”

Menggandeng EBAYS

Untuk memberikan pilihan lebih beragam, RemitPro mengumumkan kerja sama dengan penyelenggara transfer dana PT. Eka Bakti Amerta Yoga Sejahtera (EBAYS). Melalui kerja sama ini, pengguna layanan transfer dana dapat melakukan pencairan kiriman dananya di 4800 kantor pos dan di lebih dari 10.000 cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) di seluruh Indonesia.

Hal ini diharapkan dapat memberikan kemudahan akses dan efisiensi waktu serta biaya bagi masyarakat yang ingin mencairkan dana kiriman, baik dari dalam maupun luar negeri, yang dikirimkan melalui operator pengiriman uang dunia seperti Western Union.

“Kami akan terus melakukan terobosan demi kenyamanan para pengguna jasa RemitPro dengan tetap mengutamakan keamanan dan disaat yang bersamaan akan mengembangkan jaringan pencairan kiriman dana agar keluarga Buruh Migran Indonesia (BMI), serta keluarga para pekerja dalam negeri yang mengirimkan dananya dari kota tempat mereka bekerja ke desa dimana keluarga mereka tinggal dapat dengan mudah menerima uang kiriman mereka”, tutup Arman.

Pos Indonesia to Introduce Three Fintech Services

PT Pos Indonesia, through its subsidiary PT Bhakti Wasantara Net (BWN), plans to launch fintech services. The objective is to expand business using the current access and network. BWN is an internet provider company in Indonesia, previously known as Wasantara Net.

BWN’s to-be-launched fintech services include payment, remittance, and peer-to-peer (p2p) lending scheme. BWN to target the mid to low class, particularly stall owners and migrant workers in need for a trusted platform to transfer fund across the country.

“There are 7 million Indonesian migrant workers. There is almost $ 10 billion getting into this country’s pocket per year. Some through expensive and insecure financial protocols by agents. Well, Pos must provide this remittance. Since we are more relevant to the villages,” Gilarsi Wahyu Setijono, PT Pos Indonesia’s President Director, said as quoted from Liputan6.

PosPay as starter

Previously, PT Pos Indonesia has launched PosPay, an app for all payments, such as electricity, water, and shopping bills at some online stores. PosPay has more than 4800 network of Pos Indonesia and 40 thousand agents in all around the country.

In term of business, Pos Indonesia now depends merely as e-commerce support, although still requires some restructuring and rate adjustment to be a profitable logistics company. According to McKinsey, the Indonesian e-commerce sector is predicted to be worth $ 65 billion in 2025, with the online package delivery reaching 4.4 million per days.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pos Indonesia Siapkan Tiga Layanan Fintech

PT Pos Indonesia, melalui anak usaha PT Bhakti Wasantara Net (BWN), berencana meluncurkan layanan fintech. Langkah ini diambil Pos Indonesia untuk memperluas bisnis dengan memanfaatkan akses dan jaringan yang dimiliki. BWN sendiri adalah perusahaan yang menyediakan internet di Indonesia, dulu sempat kita kenal sebagai Wasantara Net.

Nantinya layanan fintech yang akan dihadirkan melalui BWN adalah layanan pembayaran, remitansi, dan pembiayaan dengan skema peer-to-peer (p2p) lending. Secara khusus BWN akan menyasar kalangan menengah ke bawah, khususnya pedagang kaki lima dan pekerja migran, yang membutuhkan platform terpercaya dalam hal pengiriman uang antar negara.

“Ada 7 juta pekerja migran Indonesia. Uangnya yang masuk ke Indonesia hampir $10 miliar per tahun. Dan mereka melalui protokol keuangan yang mahal dan tidak aman kalau lewat agency. Nah remittance ini juga Pos harus hadir melakukan ini. Karena kita relevan dengan ke kampung-kampung,” kata Direktur Utama PT Pos Indonesia Gilarsi Wahyu Setijono, seperti dilansir dari Liputan6.

Sudah punya PosPay

Sebelumnya PT Pos Indonesia juga telah meluncurkan PosPay,  aplikasi yang dapat digunakan untuk membayar tagihan listrik, air, hingga belanja di beberapa toko online. PosPay memiliki jaringan di lebih dari 4800 jaringan Pos Indonesia dan 40 ribu agen pos di seluruh Indonesia. BWN sendiri telah menjadi platform perekrutan agen PosPay di seluruh Indonesia.

Secara bisnis, Pos Indonesia kini sangat menggantungkan diri sebagai pendukung layanan e-commerce, meskipun masih membutuhkan restrukturisasi dan penyesuaian tarif untuk menjadi perusahaan logistik yang menguntungkan. Menurut data McKinsey, di tahun 2025 diprediksi sektor e-commerce Indonesia bernilai $65 miliar, dengan dengan pengiriman paket online mencapai 4,4 juta buah setiap harinya.

TrueMoney Indonesia Fokus Tambah Kemitraan dan Peningkatan Jumlah Agen Toko

Menyesuaikan rencana yang sudah disusun sejak awal tahun 2018, TrueMoney Indonesia, salah satu perusahaan penyedia layanan uang elektronik, menambah sejumlah kemitraan dengan institusi finansial di Indonesia.

Kepada DailySocial, Direktur Operasional True Money Indonesia Rio da Cunha mengungkapkan, saat ini TrueMoney Indonesia sudah menjalin kerja sama dengan empat institusi finansial. Mereka adalah BFI Finance, Kreditplus, Pusat Gadai Indonesia dan BPRS Al Salaam.

Untuk BPRS Al Salaam, nantinya anggota yang tertarik bisa melakukan cicilan biaya umroh. Untuk membedakan TrueMoney Indonesia dengan layanan lainnya, DP atau uang muka adalah 10% dari nilai biaya umroh. Pembayaran cicilan bisa dilakukan usai pengguna melakukan perjalan umroh, penawaran yang cukup menarik untuk pengguna di Indonesia.

“Fokus kita saat ini ingin menjalin lebih banyak lagi dengan institusi keuangan, apa pun itu guna membantu anggota dan agen TrueMoney.”

Sebelumnya TrueMoney Indonesia juga telah menjalin kemitraan dengan kiosk digital Mcash dan asuransi mikro, Allianz.

16 ribu agen

Saat ini TrueMoney Indonesia telah memiliki 16 ribu agen, yang kebanyakan adalah toko kelontong. Agen ini yang bergerilya menawarkan berbagai produk TrueMoney ke konsumen umum.

Tahun ini sebenarnya TrueMoney menargetkan 17 ribu agen baru, namun persoalan edukasi kepada calon agen dan anggota yang memberatkan TrueMoney Indonesia untuk mencapai target tersebut.

“Kami mencatat masih banyak masyarakat Indonesia yang menyukai pertemuan langsung dengan agen kami dibandingkan melakukan transaksi secara online. Untuk itu kami fokus kepada agen yang memiliki toko kelontong di seluruh Indonesia,” kata Rio.

Kerja sama dengan EmasDigi, Orori, dan Alfamart

Selain menambah kemitraan strategis dengan institusi keuangan, dalam waktu dekat TrueMoney Indonesia juga akan menambah kemitraan dengan EmasDigi dan Orori. Masih dalam proses penjajakan, kerja sama ini nantinya memungkinkan TrueMoney Indonesia bukan hanya sebagai alat pembayaran, namun juga platform untuk pembelian emas dan tabungan emas.

“Investasi ini menurut saya sangat menguntungkan, melihat tren pembelian emas secara online, diharapkan bisa menambah layanan baru untuk pengguna,” kata Rio.

TrueMoney Indonesia juga akan memberikan keuntungan kepada anggota dan agen TrueMoney Indonesia untuk menjual produk dalam e-katalog, yang disiapkan Alfamart. Dengan demikian memungkinkan agen dan anggota menambah penghasilan tambahan.

Perusahaan mencatat, kerja sama dengan Alfamart melalui “TrueMoney Pengiriman Uang” untuk pengiriman uang domestik saat ini sudah mengakomodasi 26 ribu transaksi per harinya. Kontribusi dari Alfamart diklaim paling banyak, dibanding layanan lainnya.

“Harapannya TrueMoney Indonesia bisa menjadi layanan remitansi nomor satu di Indonesia, baik domestik maupun internasional,” tutup Rio.

Application Information Will Show Up Here

TCASH Hadirkan Fitur Remitansi Berbentuk “Wallet-to-Wallet”

TCASH kembali memperkenalkan inovasi layanan. Kali ini berbentuk wallet-to-wallet untuk memudahkan transaksi uang dari luar negeri. Saat ini layanan tersebut baru menjangkau Singapura, bekerja sama langsung dengan provider terbesar di sana, Singtel. Harapannya fitur ini dapat memudahkan para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dalam memenuhi layanan remitansi.

Di fase awal ini (hingga akhir tahun), TCASH menggratiskan biaya pengiriman dana remitansi. Hal yang ditonjolkan TCASH sebagai layanan uang elektronik non-bank adalah tidak ada batasan minimal untuk nominal transaksi. Hal ini memberikan fleksibilitas lebih untuk berkirim dana dari Singapura ke kerabat di dalam negeri.

Hanya saja ada batasan maksimal untuk satu kali pengiriman, yakni SG$999 atau setara hampir Rp10 juta. Sedangkan untuk maksimal dana yang dapat ditampung pengguna remitansi TCASH dalam satu bulan adalah Rp20 juta. Untuk memberikan rasa nyaman, TCASH juga telah menerima perizinan resmi Bank Indonesia untuk layanan remitansi.

“TKI dan anggota keluarganya di Indonesia merupakan salah satu segmentasi pelanggan utama yang disasar oleh TCASH dalam merealisasikan komitmen mendorong lebih banyak masyarakat mikro untuk memiliki akses ke layanan keuangan,” sambut CEO TCASH Danu Wicaksana.

Danu melanjutkan, “Hadirnya layanan remitansi wallet-to-wallet ini diharapkan dapat membantu mereka untuk mengirimkan dana secara real-time, kapan pun, di mana pun, dan oleh siapa pun, khususnya karena saat ini TCASH telah dapat digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia lintas operator telekomunikasi.”

Cara melakukan transaksi

Untuk memanfaatkan layanan remitansi wallet-to-wallet, pengguna di Singapura dapat mengunduh aplikasi Singtel Dash. Di dalamnya ada fitur layanan kirim yang terintegrasi, yakni m-Remit. Kemudian bagi penerima di Indonesia dapat mengunduh TCASH Wallet dan melengkapi informasi untuk mendapatkan layanan penuh.

Selanjutnya pengguna di Singtel Dash cukup mengirimkan dana sesuai dengan preferensi, ditujukan ke nomor akun TCASH milik kerabatnya di Indonesia. Dana yang masuk ke akun TCASH dapat dicairkan melalui toko ritel seperti Indomaret, Alfamart, konter pembayaran resmi TCASH atau Grapari terdekat.

Simplifikasi layanan menggunakan teknologi

Sebelumnya TCASH pernah merilis layanan remitansi bersama Singtel dan PT Pos Indonesia untuk TKI di Singapura. Melalui layanan ini, kerabat di Indonesia dapat mencairkan pengiriman dana melalui Wesel Pos Instan di kantor cabang Pos terdekat. Kini dengan melekatkan layanan remitansi di TCASH, diharapkan prosesnya menjadi lebih efisien.

“Ke depannya kami berharap dapat terus memperluas cakupan wilayah layanan remitansi guna memudahkan TKI di negara-negara lainnya, termasuk Malaysia dan Hong Kong. Dengan layanan ini, kami optimis dapat terus mendukung usaha pemerintah dalam mencapai keuangan yang inklusif untuk seluruh masyarakat Indonesia,” tutup Danu.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

BNI is Ready to Use Blockchain for Business Development

BNI is to implement blockchain technology to boost the corporate’s performance at the end of this year. Post-signing the agreement with PT Adamobile Solutions Network, trade finance and remittance will be BNI’s first business unit to use the technology.

The agreement was signed by Rico Rizal Budidarmo, BNI’s International and Treasury Director and Adam Suherman, CEO of Adamobile Solutions Networks, last week (5/11). In the agreement, both parties will review its business related to the blockchain implementation for the next three to six months.

“Blockchain implementation for trade finance transaction will ease the document access and validation that can be done in real time using integrated system among its members,” Budidarmo explained, as quoted from Bisnis.

In terms of remittance transaction, blockchain is very useful and safe for data trading in real time because it has been encrypted to all members. This technology is expected to boost transaction and revenue significantly in trade finance business and remittance.

Adam Suherman, CEO of Adamobile Solution Networks, said the blockchain technology that is going to be implemented by BNI can make the remittance and trade finance business more efficient in terms of time and cost.

“The cost for efficiency will be reviewed with BNI, but seeing overseas banking that already implemented blockchain, the cost efficiency can reach 20%-40%,” he mentioned.

Henry Panjaitan, BNI’s International Business General Manager added, after the business review done in three months, six BNI branches overseas will be using the latest technology. The performance is supposed to be more efficient in cost or time.

Based on performance, BNI’s trade finance business volume last year has reached $40 billion or 25% up from last year. Meanwhile, the remittance has reached $74 billion or 10% growth.

As per April 2018, BNI’s trade finance business volume has reached $15 billion or 23% growth. The destination countries that have the biggest contribution in trade finance are Singapore, China, and Japan. Corporates are targeting realization in trade finance transaction volume to reach $45 billion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BNI Segera Manfaatkan Blockchain untuk Pacu Bisnis

BNI mengungkapkan segera mengimplementasi teknologi blockchain untuk memacu kinerja perseroan pada akhir tahun ini. Pasca menandatangani nota kesepahaman dengan PT Adamobile Solutions Networks, trade finance dan remitansi akan jadi unit bisnisBNI yang pertama kali menggunakan teknologi tersebut.

Nota kesepahaman ini ditandatangani Direktur Treasury dan International BNI Rico Rizal Budidarmo dan CEO Adamobile Solutions Networks Adam Suherman pekan lalu, Jumat (11/5). Dalam nota kesepakatan ini, kedua belah pihak akan melakukan tinjauan bisnis terkait implementasi blockchain selama tiga sampai enam bulan ke depan.

“Penggunaan blockchain pada transaksi trade finance dapat memberikan kemudahan berupa akses dan validasi dokumen yang bisa dilakukan secara real time melalui sistem yang terintegrasi antar anggotanya,” terang Rico seperti dikutip dari Bisnis.

Untuk transaksi remitansi, blockchain bermanfaat untuk pertukaran data secara real time dan aman karena data telah terenkripsi ke seluruh anggota blockchain. Perseroan berharap teknologi ini bisa mendongkrak transaksi dan pendapatan BNI secara signifikan dalam bisnis trade finance dan remitansi.

CEO Adamobile Solutions Networks Adam Suherman menuturkan, teknologi blockchain yang akan diterapkan BNI dapat mengefisienkan bisnis trade finance dan remitansi pada masa mendatang. Efisiensi yang dimaksud tidak hanya dari segi waktu, tetapi juga biaya.

“Biaya yang bisa diefisienkan masih akan dikaji kami dengan BNI, tetapi kalau melihat bank di luar negeri yang terapkan blockchain efisiensi biayanya bisa antara 20%-40%,” katanya.

General Manager Bisnis Internasional BNI Henry Panjaitan menambahkan setelah kajian bisnis selesai dalam tiga bulan mendatang, nanti enam cabang BNI di luar negeri akan pakai teknologi baru tersebut. Sehingga diharapkan kinerjanya akan jadi lebih efisien secara biaya maupun waktu.

Berdasarkan kinerja, volume bisnis trade finance BNI pada tahun lalu mencapai $40 miliar atau tumbuh 25% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan remitansi sebesar $74 miliar atau tumbuh 10%.

Bila dilihat per April 2018, volume transaksi trade finance BNI mencapai $15 miliar atau tumbuh 23%. Negara tujuan ekspor penyumbang porsi trade finance terbesar adalah Singapura, Tiongkok, dan Jepang. Tahun ini perseroan menargetkan realisasi volume transaksi trade finance bisa mencapai $45 miliar.

Startup Fintech DuitHape dan Ambisinya Dorong Akses Finansial untuk Kalangan “Unbanked”

Kemudahan akses keuangan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, terutama kalangan ekonomi menengah ke bawah. Atas dasar semangat itulah, startyp fintech DuitHape didirikan. DuitHape adalah aplikasi yang bergerak melayani sistem pembayaran online dan bisnis remitansi, diusung oleh PT Virtual Online Exchange (VOX).

Managing Director DuitHape Sara Dhewanto menuturkan, perusahaan ini lahir karena kesulitan mengirimkan dana hibah untuk masyarakat kalangan ke bawah saat masih bekerja untuk lembaga G2G. Bahkan, bank pelat merah dengan jaringan mikro terbesar di Indonesia pun dinilai belum bisa menjangkau penerima dana hibah.

“Berbagai macam cara telah kami coba, tetapi tidak bisa. Akhirnya solusi yang dipilih adalah membawa uang tunai di dalam koper, memasukkan ke dalam ratusan amplop dan membagikan satu persatu. Itu sudah tahun 2015, tidak mungkin ini jadi satu-satunya cara. Akhirnya saya putuskan untuk keluar dan membangun DuitHape di akhir 2015,” terang Sara kepada DailySocial.

Karena pengalaman tersebut, DuitHape menjadi perusahaan yang bersifat “social for profit” dengan tujuan akhir ingin melancarkan arus keuangan hingga daerah terpencil sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat kalangan bawah.

Secara model bisnis, DuitHape beroperasi di multiplatform dengan menjalankan menu dial UMB, aplikasi, dan situs desktop. Jadi setiap orang yang punya ponsel, baik itu smartphone atau feature phone dapat memiliki “rekening” dan melakukan aktivitas jasa keuangan. Aktivitas tersebut termasuk menabung, tarik uang, dan belanja di toko atau warung milik agen DuitHape.

Di sana, masyarakat dapat membeli pulsa, token listrik dengan harga murah, serta membayar tagihan menggunakan ponsel. Masyarakat juga bisa menggunakan DuitHape sebagai sarana mentransfer dana (melalui agen). Bagi pemilik toko, menjadi agen adalah salah satu cara menambah pemasukan.

Sejauh ini, DuitHape sudah memiliki 1700 agen dan menjaring 4 ribu pengguna dengan lokasi mayoritas di daerah Jawa Barat. DuitHape juga memiliki beberapa agen di Aceh, Makassar, hingga Maluku. Produk yang dijual adalah pulsa, paket data, token, dan berbagai pembayaran tagihan maupun belanja dan tarik setor di toko agen.

“Kami terus bekerja untuk semakin memperluas jaringan kami dan menambah produk kami.”

Untuk monetisasinya, lanjut Sara, pihaknya mengutip komisi. Meskipun demikian, DuitHape tidak mengenakan biaya bulanan maupun minimum deposit. Jika pengguna memiliki saldo sebesar Rp100 ribu, jumlah itu tidak akan berkurang hingga mereka menggunakannya untuk transaksi.

Ditargetkan sampai akhir tahun ini, DuitHape ingin memperluas jaringannya ke seluruh Pulau Jawa dan beberapa daerah terpilih di luar pulau lain.

“Dalam jangka panjang kami menargetkan bisa melayani secara nasional, bisa melayani bisnis remitansi untuk TKI di luar negeri yang ingin mengirim uang ke keluarga mereka di pelosok Indonesia,” pungkas Sara.

Saat ini DuitHape menjadi satu dari 13 startup terpilih yang berhak mengikuti program akselerator Plug and Play Indonesia batch kedua.

Application Information Will Show Up Here