Gojek Resmi Akuisisi Moka, Dikabarkan Nilainya Capai 2 Triliun Rupiah

Kabar akuisisi startup point-of-sales Moka oleh Gojek akhirnya mencapai titik terang, setelah sebelumnya menjadi rumor sejak Agustus 2019 lalu. Pertama, perusahaan telah melaporkan aksi korporasi tersebut ke regulator, dalam hal ini Komisi Pengawas Persaingan Usaha – kini juga bisa dibaca melalui laman resmi KPPU tertanggal 9 April 2020.

Keterangan akuisisi Moka oleh Gojek di laman KPPU
Keterangan akuisisi Moka oleh Gojek di laman KPPU

Lalu kedua, hari ini (23/4) Bloomberg turut memberitakan, sumber yang dekat dengan kesepakatan itu mengatakan akuisisi Moka telah dirampungkan Gojek senilai US$130 juta atau setara 2 triliun Rupiah. Angka ini sedikit meningkat dari yang sebelumnya banyak beredar US$120 juta. Transaksi telah dirundingkan sejak tahun lalu dan baru mencapai sepakat beberapa bulan lalu.

Langkah strategis ini dilakukan Gojek memanfaatkan perolehan pendanaan seri F yang telah berlangsung sejak Oktober 2018 lalu. Pertengahan Maret 2020 diberitakan, perusahaan mendapatkan tambahan dana US$1,2 miliar atau setara 18 triliun Rupiah untuk putaran tersebut, melengkapi target perolehan US$3 miliar atau setara 42,2 triliun Rupiah.

Peran Moka bisa jadi sangat signifikan. Berbasis di Jakarta, saat ini perusahaan yang didirikan Grady Laksmono dan Haryanto Tanjo sejak tahun 2014 ini telah menjangkau pengguna di 100 kota di Indonesia. Lebih dari 35 ribu restoran, cafe, dan gerai ritel lainnya manfaatkan aplikasi mobile POS yang dimilikinya.

Catatan capaian Moka sepanjang tahun 2019 / Moka
Catatan capaian Moka sepanjang tahun 2019 / Moka

Sadar persaingan di vertikal bisnis ini sangat banyak, Moka terus lakukan inovasi termasuk dengan menghadirkan platform Moka Fresh (pembelian bahan baku) dan Moka Capital (pinjaman dana merchant) – dalam keterangannya Tanjo mengatakan bahwa visi Moka menjadi “merchant supper app”, bermaksud mengakomodasi berbagai kebutuhan peritel secara terpadu melalui platform digital.

Selain mencatatkan transaksi tunai, sistem kasir Moka memungkinkan pemilik bisnis untuk menerima pembayaran dengan platform digital seperti Gopay, Ovo, LinkAja, bahkan Kredivo dan Akulaku. Sementara skenario kolaborasi yang lebih mendalam antara Gojek dan Moka belum disampaikan.

Ini jadi proses akuisisi kesekian yang dilakukan Gojek terhadap startup Indonesia. Sebelumnya decacorn lokal tersebut juga caplok beberapa startup termasuk Loket, Kartuku, Midtrans, Mapan, hingga Promogo.

Beberapa hasil akuisisi berhasil memperluas ekosistem layanan Gojek, misalnya konsolidasi dengan tim Loket yang menghasilkan layanan GoTix. Founder Loket Edy Sulistyo didapuk untuk memimpin divisi hiburan yang dimiliki Gojek.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Adu Kelengkapan “Super App” Gojek dan Grab Terus Berlanjut

Di tengah pandemi Covid-19, Gojek dan Grab terus berinovasi agar menjadi super app terdepan. Dimulai dari Gojek, perusahaan menambah kemitraan dengan pihak ketiga untuk fitur edutech (bersama Zenius) dan investasi emas online GoInvestasi (bersama Pluang).

Kedua layanan ini sudah resmi hadir dalam aplikasi Gojek dalam bentuk shuffle card.

Perlu dicatat, kedua perusahaan ini punya keterikatan dengan Gojek. Zenius kini dipimpin oleh Rohan Monga, sebelumnya menjabat sebagai COO Gojek. Dia berpartisipasi saat merintis Gojek pada fase awal hingga mendapat status decacorn.

Adapun, Pluang adalah salah satu portofolio dari Go-Ventures, unit modal ventura milik Gojek. Startup yang dulu bernama EmasDigi ini memperoleh investasi Seri A senilai $3 juta pada September 2019.

Dalam keterangan resmi, Head of Third Party Platform Gojek Sony Radhityo mengatakan, “Solusi tepat sasaran yang Gojek berikan selalu berangkat dari permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari pengguna. […] Hadirnya layanan teledukasi merupakan salah satu upaya kami untuk memastikan agar anak bangsa tetap produktif dan dapat belajar mandiri dengan nyaman di rumah.”

Zenius membuka aksesnya untuk 80 ribu video pembelajaran dan latihan soal untuk materi kelas 1-12, live teaching dan live chat dipandu para tutor, dan rencana belajar harian.

Berikutnya, GoInvestasi menyediakan transaksi jual beli investasi emas online. Harga pembelian dimulai dari 0,01 gram atau setara Rp8 ribu-an. Metode pembayaran yang tersedia untuk sementara ini GoPay.

Pluang menjamin, seluruh transaksi dijamin sesuai regulasi yang berlaku. Perusahaan sudah mendapat lisensi dari Bappebti, emas disalurkan oleh PT PG Berjangka dan disimpan di PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI). Serta, sudah disertifikasi oleh MUI untuk menjamin transaksi sesuai akad syariah.

GoInvestasi juga menyediakan grafik harga jual dan beli emas secara real time untuk memberikan gambaran yang lebih jual kepada para pengguna.

Sebelum merilis kedua fitur, Gojek telah memperkenalkan GoSure (PasarPolis), GoGive (Kitabisa), GoGames (divisi eksperimental milik Google ‘Area 120’), GoNews (Google News dan Kumparan), GoMall (Blibli dan JD.id), GoMed (Halodoc), dan GoFitness (Doogether).

Secara terpisah, dalam wawancara sebelumnya, Sony memberi contoh GoSure tak lain hadir karena indeks literasi produk asuransi di Indonesia hanya 12,1% menurut hasil survei dari OJK. Artinya, hampir 90% masyarakat Indonesia belum terjangkau oleh asuransi.

Padahal, proteksi terhadap suatu potensi kerugian perlu ditanamkan untuk melindungi masyarakat dari risiko terhadap dirinya, harta benda, maupun kegiatan usaha.

Grab justru pilih fokus pada vertikal yang sudah ada

Di tengah landainya jasa transportasi akibat diberlakukannya physical distancing, Grab justru melihat itu adalah kesempatan untuk meningkatkan permintaan pengiriman makanan, barang, dan kebutuhan harian. Mereka merilis GrabMart dan GrabAssistant dan akan diperluas ke lebih banyak negara dalam beberapa minggu mendatang.

“Covid-19 telah memberikan dampak ketidakpastian finansial yang besar bagi mitra pengemudi, mitra pengiriman, dan merchant. Prioritas utama kami adalah memastikan keselamatan dan keberlangsungan hidup setiap individu yang tergabung dalam platform Grab,” ujar Co-Founder dan Group CEO Grab Anthony Tan dalam keterangan resmi, Senin (30/3).

GrabMart melayani pembelian kebutuhan barang kebutuhan baik itu makanan kemasan, minuman, barang perawatan pribadi dan rumah yang dijual oleh mitra merchant. Layanan ini sedikit berbeda dengan GrabFresh yang menyediakan pembelian produk segar seperti sayuran, buah, dan lainnya di supermarket.

GrabMart adalah layanan pengiriman kebutuhan harian. Pelanggan dapat membeli makanan kemasan, minuman, barang perawatan pribadi, dan banyak lagi dari swalayan, toko serba ada, dan apotek melalui aplikasi Grab dan mengirimkannya kepada pelanggan.

Sementara itu, GrabAssistant adalah layanan concierge-on-demand, pelanggan dapat meminta bantuan mitra pengantaran untuk menangani kebutuhan mendesak atau membeli produk di toko-toko yang tidak terdaftar di GrabMart.

GrabMart sendiri sudah tersedia di Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand. Akan dikembangkan ke lebih banyak kota dan negara termasuk Filipina, Myanmar, dan Kamboja. Begitupun untuk GrabAssistant, akan segera hadir di Filipina, Indonesia, Thailand, dan Vietnam.

Dalam perjalanannya menjadi super app, Grab memperkaya vertikalnya dengan menggaet berbagai mitra. Ada HappyFresh (GrabFresh), GoodDoctor (GrabHealth), Sejasa (Clean & Fix), Agoda, Booking.com, dan Oyo (Hotels), Hooq (Video), dan BookMyShow (Tickets).

Mitra-mitra tersebut ada yang datang karena diinvestasi oleh dan/atau investor dari Grab, serta masuk ke dalam program akselerator Grab yakni Grab Velocity Ventures.

Mempertahankan konsumen loyal

Seperti yang sering dijelaskan, sejatinya ambisi yang ingin dicapai dari strategi super app adalah bagaimana membuat pelanggan tetap kembali memakai layanan dari suatu aplikasi karena sesuai dengan kebutuhan mereka.

Peta persaingan bisnis digital, apalagi dengan produk berbasis aplikasi, kini semakin ketat dan rentan dengan risiko churn. Dalam laporan MoEngage termutakhir, mengungkapkan sebanyak 56% pengguna meng-uninstall dalam kurun waktu tujuh hari setelah mengunduhnya. Sisanya, sebanyak 23% aplikasi di-uninstall dalam kurun waktu 24 jam.

Analisis lebih dalam oleh Day Zero memperlihatkan sebanyak 23% pengguna tidak membuka aplikasi sejak hari pertama mereka mengunduhnya. Serta, 15% pengguna lainnya meng-uninstall aplikasi dalam hari yang sama tanpa membuka sama sekali aplikasi tersebut.

Analisis tersebut dilakukan di India terhadap lebih dari tiga juta pengguna aplikasi e-commerce yang telah mengunduh aplikasi lebih dari 90 hari. Diterangkan juga persaingan aplikasi e-commerce dengan media sosial seperti WhatsApp dan Facebook cukup sengit.

Meski aplikasi media sosial cukup menyita kapasitas smartphone, tapi umumnya punya tingkat churn yang rendah karena punya fungsionalnya yang tinggi ketimbang aplikasi e-commerce.

“Cukup sering orang menemukan bahwa aplikasi tidak memenuhi ekspektasi pelanggan. Bagi beberapa orang kemudahan itu penting, tapi ada juga yang lebih suka aplikasi stabil, tidak crash atau macet,” terang Founder dan CEO MoEngage Raviteja Dodda.

“Konsumen sangat selektif tentang data yang mereka bagikan dengan aplikasi. Jika aplikasi terus menerus minta akses ke akun sosial mereka atau mengirimkan undangan atas nama pengguna tanpa persetujuan, unistall akan jauh lebih tinggi,” sambungnya.

Menurut laporan App Annie State of 2020, menunjukkan pengguna rata-rata menghabiskan waktu 3 jam 40 menit setiap harinya pada tahun lalu. Rata-rata tersebut naik 35% dibandingkan 2017.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek Secures New Funding Worth of 18 Trillion Rupiah

Gojek is reportedly secure new funding in the Series F round, it is said to reach US$1.2 billion or 18 trillion Rupiah. According to a source by Bloomberg, based on the memo from Gojek’s C0-CEO, Andre Soelistyo and Kevin Aluwi, this round was closed per last week. There’s no further details on the participant investors. The latest news said the giant retail Amazon to join by initiating a strategic partnership.

This round targets funds of up to US$ 3 billion or equivalent to 42.2 trillion Rupiah. It has been ongoing since October 2018, with a closing target in early 2020. Therefore, the latest fund is likely to be the closing at this stage.

Unfortunately, the amount of every fundraising announcement weren’t always off to the public as the one from AIA Indonesia in last September. However, a reliable source says the total amount obtained is currently below the target of US$ 3 billion.

Consistent with the same mission, the series F fund will be focused on expansion while tightening competition with the main rival in Southeast Asia, Grab Holdings. Visa, Mitsubishi, Astra, Google, JD.com, Tencent Holdings are the ranks of investors who were previously involved in this round.

This has become the biggest fund of a tech player in the first quarter of 2020. Amidst the pessimistic for the digital business ecosystem due to some cases, including the Covid-19 pandemic that captures global attention, including Indonesia.

In addition, analyzes have predicted a slowdown in investment flows in the technology business the previous year. It includes the SoftBank portfolio issues, WeWork and Oyo; it makes investors turn vigilant in conducting business technology assessments.

Rumors about the Gojek and Grab mergers also arise, after the meeting between Grab’s President Ming Maa and Gojek’s Co-CEO Andre Soelistyo. A merger can be happened partially, involving only business in certain countries. In fact, reportedly there has been no silver lining of the two companies valuations and who will be the dominant one.

Also, there is a signal of rejection, particularly from regulators in Indonesia and Singapore, which are important market places for both companies. Moreover, if there is a market monopoly, consumers will be theones who lose the most due to their dependence on services from both companies.

Get team, Gojek's expansion business in Thailand
Get team, Gojek’s expansion business in Thailand

Aside from transportation, competition between Gojek and Grab has covered a variety of other on-demand aspects. The most obvious is currently the food delivery service and digital payments. Both continue to “burn money” in order to achieve the most optimized growth, therefore the investment cycle continues to climb.

Grab alone has begun to open the series I round. The latest is Mitsubishi UFJ Financial Group, the investor involved in Gojek funding, also involved in the US$ 856 million funding.

Gojek has performed market penetration in several countries in Southeast Asia, including Thailand, Vietnam and Singapore; in Malaysia and the Philippines are in the maturity stage. Meanwhile, besides Indonesia, Grab has already been established in Singapore, Cambodia, Malaysia, Myanmar, the Philippines, Thailand, Vietnam, and Japan.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

 

 

Gojek Terima Pendanaan 18 Triliun Rupiah

Gojek dikabarkan kembali membukukan pendanaan baru di putaran seri F, kali ini nilainya mencapai US$1,2 miliar atau setara 18 triliun Rupiah. Menurut sumber Bloomberg, berdasarkan memo dari Co-CEO Gojek Andre Soelistyo dan Kevin Aluwi, transaksi baru diselesaikan minggu lalu. Tidak disebutkan detail investor yang terlibat. Terakhir yang dirumorkan akan bergabung adalah raksasa ritel Amazon yang dimulai dengan jalinan kemitraan strategis.

Putaran ini menargetkan dana hingga US$3 miliar atau setara 42,2 triliun Rupiah. Telah berlangsung sejak Oktober 2018, dengan target penutupan di awal tahun 2020. Sehingga besar kemungkinan dana baru yang didapat memang menjadi penutup di tahap ini.

Sayangnya tidak semua pengumuman perolehan dana nilainya diumumkan ke publik, seperti yang didapat September lalu dari AIA Indonesia. Namun sumber mengatakan nilai total yang telah didapat sejauh ini di bawah target US$3 miliar.

Masih menggenggam misi yang sama, seri F yang digalang akan difokuskan untuk melakukan ekspansi, sekaligus meningkatkan persaingan dengan rival utama di Asia Tenggara, yakni Grab Holdings. Visa, Mitsubishi, Astra, Google, JD.com, Tencent Holdings merupakan jajaran investor yang sebelumnya turut terlibat di putaran ini.

Pendanaan ini menjadi yang terbesar didapat pebisnis teknologi dalam kuartal pertama 2020. Di tengah pesimisme ekosistem bisnis digital akibat beberapa kasus, termasuk pandemi Covid-19 yang sedang menjadi perhatian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Selain itu tahun sebelumnya banyak analisis yang memprediksi bahwa ada kemungkinan terjadi perlambatan arus investasi di bisnis teknologi. Termasuk disebabkan karena kasus portofolio SoftBank yakni WeWork dan Oyo; membuat investor semakin waspada dalam melakukan penilaian bisnis teknologi.

Rumor mengenai meger Gojek dan Grab juga sempat kembali mengemuka, pasca kabar pertemuan antara President Grab Ming Maa dan Co-CEO Gojek Andre Soelistyo. Merger yang dilakukan bisa saja terjadi secara parsial, misalnya hanya melibatkan bisnis di negara tertentu. Namun sejauh ini dikabarkan belum ada titik temu antara valuasi kedua perusahaan dan siapa yang bakal menjadi pihak yang dominan.

Selain itu ada sinyal penolakan, khususnya dari regulator di Indonesia dan Singapura yang merupakan tempat pangsa pasar penting bagi kedua perusahaan. Pasalnya jika terjadi monopoli pasar, kemungkinan konsumen yang paling banyak dirugikan akibat ketergantungannya dengan layanan dari kedua perusahaan.

Get Gojek
Tim Get, sebagai bisnis ekspansi Gojek di Thailand / Gojek

Tidak hanya di transportasi, persaingan Gojek dan Grab telah meliputi beragam aspek on-demand lainnya. Yang kini paling kentara adalah pesan antar makanan dan pembayaran digital. Keduanya terus “membakar uang” demi mencapai pertumbuhan paling optimal, sehingga putaran investasi pun terus digalang.

Grab sendiri sudah mulai membuka putaran seri I. Terakhir Mitsubishi UFJ Financial Group, investor yang juga terlibat dalam pendanaan Gojek, terlibat dalam pendanaan US$856 juta.

Gojek sudah memasuki pasar di beberapa negara di Asia Tenggara, meliputi Thailand, Vietnam dan Singapura; di Malaysia dan Filipina tengah dalam tahap pematangan. Sementara selain di Indonesia, Grab sudah melenggang di Singapura, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, Vietnam dan Jepang.

Application Information Will Show Up Here

Anak Usaha MNC Group “IATA” Tengah Rampungkan Proses Akuisisi Anterin

PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA) telah resmi menandatangani term sheet untuk mengakuisisi mayoritas saham PT Anterin Digital Nusantara (Anterin). Uji kelayakan tengah dilakukan pihak IATA, jika berjalan lancar targetnya transaksi akan ditutup pada akhir Februari 2020.

IATA sendiri merupakan emiten dari MNC Group. Sehingga bukan tidak mungkin langkah akuisisi ini juga menjadi bagian dari rencana korporasi untuk masuk lebih dalam ke ekosistem digital.

Sebelumnya, MNC Group sudah memiliki beberapa lini bisnis digital seperti platform pembayaran digital SPIN dan layanan video on demand MNC Now. Mereka juga terlibat dalam pendanaan startup regional RedDoorz dan iflix.

“IATA memilih Anterin terutama karena visi yang dianutnya. Anterin diciptakan untuk mengubah konsep operasi ojek online yang ada saat ini,” terang Wakil Presiden Direktur Wishnu Handoyo.

Meski baru diluncurkan pada tahun 2018, Anterin sudah memasuki tahap beta sejak 2016. Kehadiran Anterin di industri ride sharing terbilang cukup unik. Di tengah dominasi cukup kuat oleh Grab dan Gojek, mereka hadir dengan memberikan penawaran yang cukup berbeda.

Secara model bisnis, Anterin sejak awal memang tidak berniat untuk bersaing dengan kedua raksasa tersebut. Mereka menerapkan sistem berlangganan bulanan untuk pengemudi, tidak menggunakan sistem potongan komisi tiap transaksi. Pendekatan tersebut diambil karena dirasa lebih adil dan menguntungkan bagi para mitra pengemudi.

Selain itu juga menerapkan sistem lelang dalam pemilihan pengemudi oleh pengguna. Ada mekanisme lelang otomatis yang diberikan ke mitra pengemudi dalam menentukan tarif sendiri, kendati demikian masih sesuai dengan tarif batas atas dan bawah yang sebelumnya sudah ditentukan.

Anterin telah mulai melebarkan sayapnya dengan mulai memperkenalkan layanan pengiriman barang. Tahun ini turut dikabarkan tengah kembangkan fitur pemesanan taksi, layanan pengiriman makanan, hingga penyewaan mobil sampai helikopter.

CEO Anterin Imron Hamzah dan Presiden Direktur TVS Motor Company Indonesia V Thiyagarajan saat peresmian kerja sama
CEO Anterin Imron Hamzah dan Presiden Direktur TVS Motor Company Indonesia V Thiyagarajan saat peresmian kerja sama

Dalam rilis yang kami terima, Anterin mengklaim sudah memiliki lebih dari 300 ribu pengemudi terdaftar dengan 530 ribu pelanggan yang tersebar di 51 kota di seluruh Indonesia.

IATA sejauh ini dikenal sebagai perusahaan penyedia jasa aviasi. Perusahaan yang sudah memulai bisnisnya sejak tahun 1968 ini mengoperasikan pesawat udara seperti helikopter, pesawat turbo proppeler dan jet; sebagian besar melayani perusahaan minyak dan pertambangan.

Di Indonesia sendiri bisnis transportasi berbasis aplikasi sudah masuk ke tahap selanjutnya. Sejak keluarnya Uber dari persaingan regional Asia Tenggara, Grab dan Gojek jadi dua raksasa utama. Keduanya kemudian berlomba-lomba untuk berinovasi tidak hanya untuk transportasi, tetapi juga masuk ke gaya hidup. Baik itu jasa pengantaran makanan, alat pembayaran, hingga hiburan.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Reportedly Nearing a Deal to Acquire 5% of Blue Bird Worth of 420 Billion Rupiah

Gojek is to acquire 5% shares of PT Blue Bird Tbk (Blue Bird). They’re to spend about $30 million or 420 billion Rupiah, it goes higher considering the company’s market capitalization in the closing stock exchange per Monday (12/16) at 6.8 trillion Rupiah.

The news was first published by Bloomberg. According to a source, the deal was built on the previous partnership, since 2016. As publicly known, the taxi operator Blue Bird is also available to order via Gojek application, through the Go-Blue Bird feature.

The company’s move is believed to be in line with the business strategy to continue leading the market amid intense competition with its rival, Grab. Gojek has also applied the strategic partnerships with local transportation companies in Singapore. In November 2019 they announced a strategic partnership with Trans-Cab Services, to accommodate orders for more than 3000 taxi fleets through the application. This service is said to be effective per December 2019.

On the other hand, Gojek is keeping the door for new participants open to the Series F funding round. Targeting $3 billion, it is reported to have reached $2 billion and to be closed in January 2020. Gojek’s Commissioner, Boy Thohir also mentioned the company’s plan to run IPO.

Having the ambition to be a super app, Gojek keeps expanding its services. It is through the acquisition of some digital startups. The latest one is Moka’s point of sales service, in the finalizing stage acquisition worth of 1.6 trillion Rupiah.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek Dikabarkan Segera Beli 5% Saham Blue Bird Senilai 420 Miliar Rupiah

Gojek dikabarkan segera akuisisi 5% kepemilikan saham PT Blue Bird Tbk (Blue Bird). Nilai yang akan dibayarkan sekitar $30 juta atau setara 420 miliar Rupiah, lebih tinggi jika melihat kapitalisasi pasar perusahaan pada penutupan bursa saham per hari Senin (16/12) lalu sekitar 6,8 triliun Rupiah.

Kabar ini pertama kali dirilis oleh Bloomberg. Menurut sumber, kesepakatan ini dibangun berdasarkan kemitraan yang sudah ada sebelumnya, sejak tahun 2016. Diketahui bersama, saat ini layanan taksi Blue Bird bisa dipesan dengan aplikasi Gojek, melalu opsi Go-Blue Bird.

Aksi perusahaan ini diyakini sejalan dengan strategi bisnis untuk terus memimpin pasar di tengah persaingan ketat bersama rivalnya Grab. Kemitraan strategis dengan perusahaan transportasi lokal turut diterapkan Gojek di Singapura. November 2019 lalu mereka umumkan kerja sama strategis dengan Trans-Cab Services, untuk mengakomodasi pemesanan lebih dari 3000 armada taksi melalui aplikasi. Layanan ini dijanjikan mulai efektif per Desember 2019.

Di lain sisi, saat ini Gojek masih terus membuka peluang partisipan baru dalam putaran pendanaan seri F. Dengan target perolehan $3 miliar, dikabarkan saat ini sudah capai $2 miliar, dan akan ditutup pada Januari 2020. Turut disampaikan oleh Komisaris Gojek Boy Thohir rencana perusahaan melakukan IPO.

Berambisi menjadi super app, Gojek terus kembangkan sayap layanannya. Termasuk dengan melakukan akuisisi ke sejumlah startup digital. Yang terbaru layanan point of sales Moka, tengah dalam tahap finalisasi akuisisi senilai 1,6 triliun Rupiah.

Application Information Will Show Up Here

Grab Segera Uji Coba Kendaraan Listrik di Jabodetabek Awal Tahun 2020

Grab mengumumkan uji coba kendaraan listrik roda empat dan dua di Jabodetabek, yang merupakan bagian dari roadmap kendaraan listrik (EV Ecosystem Roadmap) demi mempercepat adopsi transportasi yang lebih ramah lingkungan.

Dalam peluncuran ini turut dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan; Menristek dan Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro; perwakilan dari lintas kementerian, dan mitra produsen.

Di dalam roadmap, Grab akan memanfaatkan kemitraan dengan salah satu investornya Hyundai sebagai produsen mobil lewat entitas lokal Hyundai Motor Manufacturing Indonesia, Astra Honda Motor (AHM), dan Gesits untuk roda empat. Kendaraan akan mengaspal pada awal tahun depan.

Mobil listrik yang diboyong adalah Hyundai Ioniq Electric dengan kapasitas baterai 38 kwh, mampu menempuh perjalanan 380 kilometer sekali charge cukup untuk mengelilingi Jabodetabek. Produk ini sudah didesain khusus untuk kondisi di Indonesia.

President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengatakan, mobil listrik ini dinamai Grab Car EV dan memiliki status ASK (angkutan sewa khusus) taksi online berpelat hitam. Ia dapat dipesan dalam aplikasi Grab. Ketersediaannya terbatas di dekat Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang sudah tersedia.

“Jenis mobil yang disediakan Hyundai adalah tipe baru khusus untuk Indonesia. Dari sini kita bisa address masalah dengan leapfrog teknologi yang lebih maju untuk Indonesia. Masalah utama di Jakarta adalah polusi yang cukup tinggi. Langkah hijau dari Grab adalah bantu menghasilkan udara yang lebih baik,” katanya, Jumat (13/12).

Sementara untuk roda dua, ketersediaannya akan secara acak, lebih mudah didapat pengguna. Adapun jumlah unit yang tersedia untuk tahap awal sebanyak 20 unit mobil Hyundai, dan 20 unit motor listrik AHM dan Gesits.

Unit motor yang dipakai Grab dari AHM adalah PCX Electric, mampu menggerakkan motor sejauh 69 km bertenaga dua unit baterai portabel yang disebut Honda Mobile Power Pack. Sementara Gesits adalah produsen motor listrik lokal yang baru mengaspal di Indonesia.

Executive Director Grab Indonesia Ongky Kurniawan menjelaskan, mengingat ini adalah uji coba maka Grab akan menguji kelayakan motor EV di seluruh perjalanan Grab, termasuk untuk pengiriman makanan dan barang. Tujuannya untuk mendapatkan data sebanyak-banyaknya untuk memetakan kembali model bisnisnya, bentuk kerja sama dengan mitra pengemudi, dan sebagainya.

“Selain itu, kita ingin tahu buat charging station-nya di mana saja titik yang optimalnya. Dari dua merek motor yang kita pakai, ingin tahu juga ketahanannya sejauh apa, kan keduanya dibuat berasal dari negara yang berbeda, satu asli Indonesia,” tambah Ongki.

Dia juga memastikan kendaraan listrik ini akan dikendarai oleh mitra pengemudi. Hanya saja, belum ditentukan skema kemitraannya seperti apa. Bila melihat dari model bisnis di Singapura, dilakukan dengan skema menyewa harian.

“Belum tentu skema leasing harian bisa dilakukan di sini, apakah harus investasi awal seperti yang sekarang atau tidak. Final model bisnisnya belum kita putuskan.”

Bangun ekosistem kendaraan listrik

Ridzki menjelaskan dalam membangun ekosistem baru, Grab tidak menjalankan sepenuhnya sendirian, butuh kolaborasi dengan berbagai pihak. Oleh karenanya, perusahaan menggaet banyak perusahaan pelat merah di Indonesia, salah satunya PLN untuk menyediakan SPKLU.

Di Singapura, Grab memiliki 200 unit mobil Hyundai tipe KONA sejak awal tahun ini. Perusahaan juga bermitra dengan perusahaan listrik SP Group untuk menggunakan jaringan pengisian EV publik bagi armada Grab EV.

Dalam rangka mempercepat implementasi Peraturan Presiden No.55 Tahun 2019 tentang percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle), PLN menggandeng 20 mitra strategis.

Selain Grab, PLN bermitra dengan Gojek, BlueBird, Transjakarta, Mobil Anak Bangsa, Build Your Dream (BYD) sebagai penyedia transportasinya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan untuk mendukung ekosistem kendaraan listrik, Hyundai sudah menunjukkan komitmennya untuk berinvestasi di Indonesia dengan bangun pabrik khusus mobil listrik.

Groundbreaking akan dimulai sekitar Maret-April tahun depan. Ini akan bantu Indonesia dalam meningkatkan value dalam negeri, selama ini kita selalu ekspor raw material,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Putaran Pendanaan Seri F Gojek Ditutup Januari 2020, Lanjut Rencanakan IPO?

Seperti diketahui sebelumnya, startup decacorn Gojek saat ini tengah menggalang pendanaan dalam putaran seri F. Perusahaan menargetkan dana baru sebesar $3 miliar (setara 42,2 triliun Rupiah) untuk mendukung percepatan ekspansi di kancah regional.

Putaran terakhir diumumkan pada September 2019 lalu dengan partisipasi perusahaan asuransi dan investasi AIA Indonesia. Sebelumnya di bulan Juli 2019, Visa dan tiga unit bisnis Mitsubishi juga turut bergabung. Termasuk Astra di Maret 2019 serta Google, JD.com, dan Tencent Holdings di Oktober 2018.

Dalam sebuah acara di Singapura, Co-CEO Gojek Andre Soelistyo menyampaikan, putaran seri F kemungkinan ditutup pada Januari 2020. Prakiraannya, saat ini perusahaan sudah bukukan sekitar $2 miliar. Kabarnya raksasa e-commerce Amazon tengah dalam pembicaraan untuk kemitraan strategis dengan Gojek.

Kemungkinan IPO

Di kesempatan lain, dalam sebuah wawancara denganKomisaris Gojek Boy Thohir, disampaikan bahwa setiap unit bisnis yang ada sudah dirancang untuk mendulang profit di waktu mendatang. Babak investasi baru yang terus digalang menurutnya memang bagian dari rencana pertumbuhan (growth).

“Di masa depan, setiap bagian dari bisnis Gojek akan profit. Tujuannya untuk mencapai pada ukuran tertentu. Guna mencapai ini, maka harus mengeluarkan uang terlebih dulu. Ketika mencapai target pertumbuhannya, Gojek akan profitable,” ujar Boy.

Ia juga akan mendorong perusahaan untuk melakukan penawaran publik (IPO). “Saya pikir setiap startup akan berkembang menjadi perusahaan publik. Ini adalah cara investor untuk exit.”

Boy pun mengarahkan Gojek untuk melantai di bursa saham. Ia pun terus mendorong BEI untuk lebih proaktif memberikan nilai tambah bagi startup agar lebih tertarik melakukan IPO di Indonesia.

Rencana IPO turut disampaikan Andre dalam konferensi pers ulang tahun ke-9 Gojek di Jakarta (02/11). Saat ini perusahaan sudah mempersiapkan langkah untuk ke sana, kendati belum menentukan waktu terbaiknya. Dipastikan juga BEI akan menjadi salah satu pilihan, karena ada peluang perusahaan melakukan pencatatan di dua tempat (dual listing).

Gojek
Acara peringatan HUT Gojek ke-9 di Jakarta / Gojek

Kabar ekspansi

Saat ini Gojek sudah mulai memasuki pasar di beberapa negara di Asia Tenggara, meliputi Thailand, Vietnam, dan Singapura. Sementara di Malaysia dan Filipina tengah dalam tahap pematangan. Kabar teranyar, mereka telah jalin kemitraan strategis dengan perusahaan taksi terbesar di Singapura, Trans-Cab. Per Desember 2019 ini, layanan taksi bisa dipesan lewat aplikasi Gojek. Sementara di  Malaysia, pemerintah setempat sudah memberikan izin kepada Gojek untuk melakukan uji tuntas layanan ojek online di tahun 2020.

“Pertumbuhan di Thailand dan Vietnam sangat baik. Gojek berpotensi jadi pemimpin pasar. Di Asia Tenggara, Indonesia jadi pasar terbesar. Pemain yang mendominasi pasar Indonesia menjadi juara, karena mewakili setengah dari pasar regional,” tutur Boy.

Ia pun memberikan komentar tentang pesaingnya, Grab, yang saat ini punya valuasi lebih besar. “Saya yakin Gojek akan menjadi juara di Asia Tenggara. Bahkan karena para pesaingnya mungkin memiliki lebih banyak dana. Saya pikir uang bukan segalanya. Perusahaan Indonesia harus mendukung Gojek.”

Selain jasa transportasi, saat ini Gojek telah operasikan berbagai jenis layanan. Termasuk yang teranyar platform vodeo on demand GoPlay. Platform digital wallet miliknya juga berhasil penetrasi di pasar. Menurut laporan Fintech Report 2019, GoPay jadi layanan digital wallet yang paling banyak digunakan di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek Ties Up with Local Taxi to Win the Singapore Market

Gojek has a big ambition and great effort to top the taxi ride-hailing market in Singapore. The new strategy, is to partner with Trans-Cab Services as the local taxi. The partnership will allow around 3000 Trans-Cab vehicles to provide services through Gojek application by December 2019.

With the additional vehicles of Trans-Cab, there will be enough fleet to minimize waiting for the customers. Therefore, Trans-Cab can also increase their total trip using Gojek access to customers.

“The collaboration with Gojek is fascinating. It allows our drivers to access on-demand service through Gojek application. In the meantime, they can continue the street-hail. Our drivers will have many benefits of the flexibility, also with the additional income,” Trans-Cab’s CEO, Teo Kiang Ang said.

Meanwhile, Gojek Singapore’s General Manager, Lien Choong Luen said that their team is glad to make this partnership happened. Besides the customers gain access to more availability, the drivers will also gain additional benefits.

Gojek in Singapore

Gojek’s first year in Singapore has resulted 30 million trips. This amount has increased three times in the last six month. The company is currently making more innovation to accelerate growth in Singapore, and the Trans-Cab deal is one of the strategy.

Gojek’s Co-CEO, Andre Soelistyo said their first year in Singapore to be very amusing. He also compliments Gojek Singapore team, drivers, and also the customers.

“I believe next year will be way more massive for us since we’ll be focusing on what our next offer in the second year in Singapore,” he added.

Gojek had its debut in Singapore in the mid-2018. Unlike the other countries, Singapore’s business keep using the Gojek name, and only provide taxi-services. Currently Gojek is in a tight competition with Grab in Southeast Asia. Aside from Singapore, both are available in Vietnam, Thailand, and soon to be the new battlefield, Malaysia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here