Mengenal Smart Logistic, Solusi OrderOnline.id untuk Kirim Paket COD Anti Gagal

Selama beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi semakin pesat dan merambah ke berbagai sektor penggerak kehidupan, salah satunya yaitu ekonomi. Digitalisasi bisnis dan UMKM menjadi produk dari penerapan teknologi di bidang ekonomi. Hal ini tentunya tidak lepas dari dukungan dan antusiasme masyarakat. Sebagai hasilnya, mayoritas masyarakat Indonesia cenderung lebih suka berbelanja online ketimbang datang ke toko langsung, sebab cara ini memudahkan mereka untuk membeli barang dan menghemat biaya yang dibutuhkan.

Meledaknya minat masyarakat untuk berbelanja online menyebabkan munculnya berbagai variasi metode dalam proses transaksi jual-beli, seperti pengembangan metode pengiriman yang semakin beragam. Salah satu metode pengiriman yang paling sering digunakan adalah COD atau cash on delivery. Menurut survei yang diadakan oleh BPS, 83.11% transaksi di e-commerce lebih banyak menggunakan metode COD. Hal ini karena pembeli dapat memeriksa keadaan barang yang dipesan terlebih dahulu sebelum melakukan pembayaran.

Namun, dalam pelaksanaannya, baik pembeli maupun penjual masih mengalami kesulitan dalam menggunakan metode COD untuk mengirim barang, seperti kesalahan di logistik, antrian pengiriman yang panjang, keterlambatan admin dalam menginput informasi pengiriman, dan lain-lain.

Menanggapi masalah ini, OrderOnline.id sebagai mitra yang berkomitmen untuk membantu pengembangan bisnis dan UMKM lokal menghadirkan fitur Smart Logistic sebagai solusi pengiriman COD anti gagal. Smart Logistic adalah fitur yang akan membantu seller untuk menentukan ekspedisi terbaik untuk pengiriman COD secara otomatis.

Smart Logistic Meminimalisir Kerusakan Barang

Smart Logistic dari OrderOnline.id memberikan banyak benefit untuk pengguna. Pertama, seller tidak perlu lagi mengirimkan barang ke logistik karena barang akan langsung dijemput oleh kurir, sehingga hal ini akan mengurangi risiko kerusakan barang di ekspedisi.

Kemudian, seller akan mendapatkan cashback ongkos kirim dari setiap transaksi yang terjadi di aplikasi OrderOnline.id. Tidak hanya itu, seller juga tidak perlu mengurus biaya pengiriman barang setiap hari, sebab Smart Logistic menerapkan sistem invoicing setiap dua minggu sekali untuk mengatur pembayaran ongkir.

Selain berbagai benefit menarik di atas, alur pengiriman COD yang mudah dan sederhana juga menjadi keunggulan dari fitur Smart Logistic. Setelah customer membeli barang dari toko dengan metode COD, penjual hanya tinggal melakukan request pick up barang ke kurir.

Kurir akan langsung menjemput dan mengantarkan barang ke customer. Setelah pembayaran selesai, uang hasil penjualan akan masuk ke OrderOnlineCredit milik penjual. Kemudian, penjual hanya perlu melakukan withdrawal dari OrderOnlineCredit ke rekening bank untuk menerima hasil penjualan.

Saat pengiriman, penjual juga dapat memantau prosesnya dengan mudah menggunakan fitur Logistic Monitoring. Fitur ini akan secara otomatis mendeteksi potensi kendala selama proses pengiriman paket dan memberitahukannya kepada penjual, sehingga penjual dapat langsung memberikan tanggapan dengan cepat.

Hal ini dapat meningkatkan success rate pengiriman hingga 90%. Mengenai jasa pengiriman, penjual dan pembeli juga tidak perlu khawatir, sebab Smart Logistic telah bekerja sama dengan berbagai ekspedisi berkualitas yang sudah berpengalaman, di antaranya yaitu JNE Express, J&T Express, SAP Express Courier, Ninja Xpress, dan ID Express.

Dengan menggunakan fitur Smart Logistic dari OrderOnline.id, penjual dapat terhindar dari masalah pengiriman barang yang melelahkan sekaligus meningkatkan penjualan. Berjualan online akan terasa lebih mudah dengan bantuan dari fitur-fitur profesional yang dihadirkan oleh OrderOnline.id.

Strategi LODI Tingkatkan Profitabilitas Lewat Layanan Manajemen Gudang dan Logistik Offline

Setelah menjalankan bisnis hampir 5 tahun, platform smart logistic yang menawarkan solusi terpadu LODI mengklaim telah mencapai titik profit sejak tahun 2021 lalu. Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO LODI Yan Hendry Jauwena mengungkapkan, tahun 2021 menjadi tahun terbaik bagi perusahaan ketika berhasil mencapai break even point — ditutup dengan laporan keuangan yang “hijau” dan berhasil mencapai profitabilitas.

Di tengah tech winter yang sempat mengacaukan sejumlah bisnis startup, LODI juga mengklaim tengah mendapati stabilitas bisnis. Mereka mengatakan, sampai saat ini tidak pernah melakukan layoff terhadap pegawai yang mereka miliki.

“Tahun 2023 ini kita juga sudah mulai memasuki pasar yang sebelumnya kita tidak masuki, yaitu pasar SaaS melalui Warehouse Experience System yang kita miliki dan tentunya bermanfaat untuk pengguna,” kata Yan.

Kembangkan WMS dan perluas layanan offline

Bukan hanya fokus kepada layanan logistik first-mile saja, saat ini LODI juga telah melayani mid-mile, last-mile, hingga manajemen gudang.

Teknologi yang tengah mereka kembangkan adalah WMS (Warehouse Management System), yaitu sebuah sistem yang dibuat dengan tujuan memudahkan kinerja manajemen pergudangan. WMS yang diterapkan oleh LODI adalah berupa fitur. Dengan ekosistem lengkap yang mereka miliki, memungkinkan LODI untuk melakukan integrasi dengan pihak terkait hingga menerapkan teknologi IoT.

Berdasarkan laporan DSInnovate yang membahas lanskap logistik digital di Indonesia terungkap, Internet of Things (IoT) berpotensi menyediakan data tentang objek, seperti barang yang akan diangkut dan didistribusikan. Data ini dapat tersedia secara real time dan dengan biaya rendah. Objek dapat mengumpulkan atau mengirimkan data sendiri melalui sensor.

“Kami memasuki pasar SaaS dengan label ‘Warehouse Experience System’. Pelanggan yang menggunakan produk kami tidak terbatas dengan warehouse operation saja, namun juga dagangan atau penjualan mereka. Apakah mereka menjalankan sendiri atau memanfaatkan teknologi LODI semua bisa dilakukan,” kata Yan.

Saat ini sudah ada tiga perusahaan yang memanfaatkan WMS dari LODI, salah satunya adalah perusahaan terkemuka asal Singapura. Secara khusus saat ini LODI sudah memiliki 8 warehouse atau gudang di Indonesia. Di antaranya terletak di Kelapa Gading, Tangerang, Bandung, Surabaya, Medan, Balikpapan, Denpasar, dan Makassar. Makassar ke depannya akan menjadi pintu masuk dari layanan logistik untuk wilayah Indonesia timur.

LODI juga berencana untuk memperluas layanan mereka secara offline. Menurut Yan, menjadi ideal saat ini bagi perusahaan untuk melayani bisnis secara offline. Besar peluang bagi perusahaan logistik seperti LODI untuk memberikan layanan, dalam hal ini adalah distribusi toko hingga outlet. Bukan hanya pengiriman memanfaatkan kurir saja, LODI juga sudah menyediakan moda transportasi untuk distribusi berupa mobil van hingga truk untuk pengguna mereka.

“Jika sebelumnya LODI dikenal sebagai platform logistik untuk mereka yang berjualan online, saat ini kita juga mulai membuka layanan untuk segmen offline. Misalnya distribusi untuk toko atau outlet. Kenapa kita melakukan itu, karena kue-nya ternyata jauh lebih besar dibandingkan online. Dan ketika pemain offline sudah mulai bangkit lagi kita akan membantu usaha mereka,” kata Yan.

Saat ini LODI sudah mulai melakukan pembicaraan dengan asosiasi hingga brand besar untuk peluang memberikan layanan tersebut. Sementara itu untuk existing user yang sebelumnya hanya memanfaatkan layanan secara online saja dan ingin melakukan distribusi toko secara offline, bisa juga dilayani oleh LODI.

“Kita melihat layanan ini akan menjadi signifikan karena akan berimbas kepada revenue LODI. Hal ini menjadikan LODI berbeda dengan platform logistik lainnya, karena kita bukan spesialisasi online atau offline saja tapi juga keduanya, teknologi kita juga lebih terdepan,” kata Yan.

Meskipun hampir serupa dengan layanan yang dihadirkan platform logistik lainnya seperti Shipper dan Crewdible, namun LODI mengklaim memiliki perbedaan yang sangat signifikan dan tentunya bermanfaat bagi kalangan UMKM, startup, hingga perusahaan skala besar.

Berencana galang dana seri A

Saat ini LODI sudah berada dalam putaran pendanaan tahapan pra-seri A. Selama ini perusahaan enggan untuk mengumumkan investasi yang sudah mereka peroleh dan siapa saja investor yang terlibat. Namun menurutnya  nominal dana segar yang sudah mereka miliki dari sudah cukup besar.

Tahun ini perusahaan juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan lanjutan yaitu seri A. Saat ini perusahaan sedang menjajaki pembicaraan dengan investor dari dua kategori yaitu strategic investor dan institusional  investor.

“Bagi LODI saat melakukan penggalangan dana bukan hanya untuk mendapatkan modal saja, namun kita juga melihat apakah LODI bisa melakukan sinergi. Dan dilihat dari kondisi perusahaan saat ini untuk menjadi profitable  company harapannya hal tersebut bisa menarik perhatian investor,” kata Yan.

Terkait kategori produk yang dimiliki oleh pengguna mereka saat ini yang paling banyak adalah kategori produk kecantikan dan skin care, disusul dengan fesyen, kemudian produk ibu dan anak. Untuk memperluas layanan mereka, LODI juga berencana untuk memberikan solusi kepada pelaku industri F&B di Indonesia.

Masih dalam tahap pengembangan, ke depannya melalui teknologi yang LODI berikan, bisa membantu pemilik bisnis kuliner di Indonesia melakukan pemesanan hingga pengiriman dalam satu platform yaitu melalui LODI.

Application Information Will Show Up Here

Terima Pendanaan Seri B, Platform Logistik Shipsy Segera Dirikan Kantor Pusat Regional di Indonesia

Startup pengembang platform SaaS logistik “Shipsy” mengumumkan baru menutup putaran pendanaan seri B senilai $25 juta dari A91 Partners, Z3 Partner, Info Edge, dan Surge dari Sequoia Capital India. Salah satu rencana yang akan dieksekusi dalam waktu dekat adalah membangun kantor pusat regional di Indonesia, untuk melayani pangsa pasar di Asia Tenggara.

Ekspansi besar-besaran memang akan dilakukan dengan dana segar yang baru didapat ini. Selain Asia Tenggara, Shipsy juga akan merambah pasar baru di Eropa dan Amerika Serikat. Saat ini tim Shipsy telah memiliki 220+ pekerja berbasis di India, Dubai, dan Indonesia yang melayani 60+ pelanggan dari berbagai negara. Diklaim layanan mereka telah menghasilkan 100 juta+ pengiriman kargo setiap bulan dan mengoptimalkan pergerakan lebih dari 2 juta paket setiap harinya.

Layanan utama Shipsy membantu bisnis untuk membangun rantai pasok dan manajemen operasional logistik mereka, seperti pengadaan jasa logistik, pelacakan pengiriman, perencanaan/optimasi rute, agregator kurir, dan lain-lain. Berbagai kebutuhan tersebut diakomodasi dua platform utama mereka, yakni Shipsy Geocoding dan Shipsy Live Tracking.

Potensi bisnis logistik

Menurut laporan yang diterbitkan CLSA dan riset Frost & Sullivan, ukuran pasar logistik di Indonesia telah mencapai $275 miliar pada tahun 2020 dengan pertumbuhan CAGR 16,2% dari periode tahun 2015. Diproyeksikan revenue dari bisnis ini akan melebihi $300 miliar pada tahun 2024 mendatang.  Namun demikian, masih ada berbagai isu mendasar yang dialami oleh para pelaku bisnis di Indonesia terkait logistik, mulai dari ekosistem yang terfragmentasi, sistem bisnis yang kurang efisien, hingga utilisasi infrastruktur logistik yang belum optimal.

Melihat potensi tersebut, startup lokal di bidang logistik terus bermunculan, berharap bisa melayani pasar lokal yang masih terus membutuhkan dukungan pengiriman yang prima – di tengah pertumbuhan pesat bisnis e-commerce dan grocery. Pun demikian di sisi investasi, banyak pemodal yang mematangkan hipotesisnya untuk model bisnis logistik. Sejumlah startup pun silih-berganti memperoleh pendanaan.

Pendanaan startup logistik di Indonesia / DailySocial.id
Pendanaan startup logistik di Indonesia / DailySocial.id

Platform SaaS logistik

Andalin adalah startup lokal terkini yang mendapatkan dukungan investor. Tepatnya pada pertengahan Februari 2020 kemarin, perusahaan mendapatkan tambahan pendanaan hingga 57 miliar Rupiah yang dipimpin Intudo Ventures. Salah satu layanan mereka berbentuk SaaS, yang dapat dimanfaatkan berbagai perusahaan untuk mengelola pengiriman barang ke luar negeri memanfaatkan layanan kargo. Selain Andalin, platform yang menyuguhkan solusi serupa di pasar lokal antara lain Tera Logistic, Allsome, dan Janio.

Solusi SaaS lainnya terkait tata kelola armada logistik, misalnya yang disediakan Kargo Technologies, McEasy, Lacak.io, dan lain sebagainya. Sementara SaaS untuk agregator logistik ada Shipper, BukaSend dari Bukalapak, LODI, Luwjistik, dan lain-lain.

Ekosistem pemain logistik di Indonesia / AC Ventures
Ekosistem pemain logistik di Indonesia / AC Ventures

Meskipun persaingan ketat, Co-Founder & CEO Shipsy Soham Chokshi mengatakan bahwa investasi ini memungkinkan mereka untuk mengubah industri logistik global dengan menggunakan pendekatan utama teknologi. Pendanaan baru yang didapat, tambah Chokshi, akan membantu Shipsy membangun roadmap produk yang jauh lebih kuat, yang akan membantu pelanggan mengurangi biaya logistik dan menciptakan pengalaman yang berbeda.

Ambisi RaRa Delivery Optimalkan Pengiriman Instan Berbasis Data

Logistik last mile bisa dikatakan sebagai salah satu segmen di logistik yang memiliki banyak pemain baru beberapa tahun belakangan. Meski demikian, segmen ini masih memiliki pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, yakni mengatasi efisiensi. Hal inilah yang menjadi pendekatan RaRa Delivery untuk pengiriman instan (same day delivery).

Startup ini didirikan oleh Karan Bhardwaj pada 2019. Bhardwaj memiliki pengalaman bekerja untuk Unilever di bidang supply chain e-commerce di Asia Pasifik. Menurutnya, kepuasan konsumen terhadap hal-hal yang instan telah menjadi suatu norma di seluruh kategori.

Hal tersebut terjadi tak lain karena berubahnya kebiasaan belanja online masyarakat, sehingga pengiriman cepat menjadi kebutuhan dan bukan kemewahan. Sayangnya di Indonesia, untuk menikmati hal tersebut konsumen perlu membayar lebih mahal.

Dalam sebuah riset yang ia kutip, pasar pengiriman same-day diperkirakan akan tumbuh hingga 30% dengan total 4,5 juta paket per hari pada tahun 2023. Adapun, untuk biaya logistik di layanan pengiriman same-day diproyeksikan akan meningkat menjadi Rp65 triliun pada tahun yang sama, naik dari Rp4,4 triliun di 2018.

Ketika membahas soal layanan e-commerce di negara besar dan padat penduduk, seperti Indonesia, tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana membangun teknologi dan infrastruktur untuk memecahkan masalah pengiriman cepat dan terukur dengan biaya paling optimal.

Dalam hal ini ada peluang pasar yang signifikan untuk perusahaan pengiriman last-mile khususnya dalam infrastruktur pengiriman instan yang melayani banyak pedagang melalui satu interface yang mulus.

Dibandingkan pemain sejenis yang fokus pada pengiriman one-to-one untuk pengiriman instan, RaRa fokus pada model many-to-many agar dapat membuat pengiriman instan lebih terukur dengan biaya yang paling optimal. “Hal ini dapat kami raih dengan alat pengelompokan (batching) secara real time dan serangkaian produk yang komprehensif,” ujarnya kepada DailySocial.

Dijelaskan lebih jauh, pihaknya mengembangkan teknologi pengelompokan real time yang eksklusif untuk melakukan pengiriman ke banyak titik (many-to-many) dalam beberapa jam, sehingga biaya pengiriman dapat ditekan secara optimal. Pada saat yang bersamaan, para kurir dapat menghasilkan pendapatan yang lebih banyak dalam waktu dan jarak tempuh yang lebih sedikit.

Selain pengiriman instan, platform RaRa juga menawarkan keandalan dan kenyamanan pelanggan melalui pemberitahuan dan pembaruan status secara real time. Pelanggan dapat berbincang dengan CS, kurir, atau keduanya secara bersamaan dalam satu platform chat.

Di dalam sistem, RaRa menerima pesanan dari bisnis dan merchant melalui integrasi API, kemudian menghitung kapasitas, slot waktu, jarak, dan optimalisasi rule untuk mengelompokkan pesanan-pesanan dan memaksimalkan produktivitas untuk mengurangi biaya per pesanan tersebut. Pihaknya juga mampu menyediakan rekonsiliasi CoD secara real time.

Pemain sejenis RaRa yang fokus pada pengiriman instan adalah Grab, Gojek, Paxel, Lalamove, Anteraja, Deliveree, Ninja Xpress, SiCepat, hingga perusahaan logistik konvensional seperti JNE dan Tiki.

Mengacu laporan The 2nd Series Industry Roundtable: Logistics Industry Perspective yang dirilis MarkPlus Inc pada Oktober 2020, frekuensi jasa kurir meningkat pesat selama masa pandemi. Peningkatan ini dipicu oleh sejumlah faktor utama antara lain kegiatan belanja online, harga, dan waktu pengiriman.

Selain itu, layanan same day delivery diproyeksikan bakal meningkat lebih pesat penggunaannya pasca-pandemi (67,2%) dibandingkan layanan pengiriman regular (78,7%) meski porsinya masih lebih besar. Adapun riset ini diikuti oleh sebanyak 122 responden dari wilayah Jabodetabek (59,8%) dan non-Jabodetabek (40,2%).

Terima pendanaan seri A

Armada pengemudi RaRa Delivery / RaRa Delivery

Untuk meneruskan misinya tersebut, RaRa mendapat dukungan pendanaan tahap awal dari sejumlah investor sebesar $3,25 juta (hampir Rp47 miliar). Putaran tersebut dipimpin oleh Surge dari Sequoia Capital India dan East Ventures. Juga didukung oleh 500 Startups, Angel Central, GK Plug and Play, dan angel investor Royston Tay dan Yang Bin Kwok.

RaRa sebelumnya masuk sebagai bagian dari kohor kelima Surge, bersama 23 perusahaan lainnya.

Bhardwaj menjelaskan pendanaan ini akan digunakan untuk meningkatkan penawaran produk, mengembangkan tim dari berbagai fungsi, dan memperluas jangkauan di Indonesia. Tidak disebutkan total armada RaRa yang beroperasi saat ini. ”Kami hadir di Jabodetabek saat ini dan akan meluncur ke beberapa kota lain sebelum akhir 2021.”

Bisnis RaRa selama setahun ini diklaim tumbuh 15 kali lipat. Para pengguna RaRa di antaranya adalah Sayurbox, Alodokter, Blibli, Kopi Kenangan, Merchant Grab, dan lainnya. Di Alodokter telah menjadi pelanggan utama yang menyediakan layanan pengiriman satu hingga tiga jam. Diklaim, RaRa mampu memberikan layanan pengiriman tiga jam hingga 20% lebih murah karena efisiensi teknologi pengelompokan cerdas (Smart Batching System).

Tak hanya perusahaan besar, perusahaan juga menyasar pelaku bisnis social commerce dan UMKM untuk memanfaatkan layanannya. “Kami sudah memiliki tim sales yang telah berhasil menarik UMKM dan social sellers. Mereka dapat melakukan pengelolaan order secara menyeluruh, pengelolaan pengantaran, rekonsiliasi dan penarikan kas, CS, analisa dan pelaporan dalam satu platform,” pungkasnya.

Perusahaan induk RaRa Delivery berada di Singapura, sementara pusat operasionalnya ada di Indonesia.

Rencana Ekspansi Wetruck Usai Kantongi Pendanaan Awal

Tahun ini ada sejumlah target yang ingin dicapai oleh Wetruck sebagai platform logistik yang menyediakan armada truk berbagai tipe untuk UMKM dan pengguna B2B. Di antaranya adalah melakukan ekspansi di Indonesia bagian barat hingga akhir tahun 2021. Dilanjutkan ke Indonesia bagian timur pada awal tahun 2022 mendatang.

Setelah menerima pendanaan pre-seed tahun ini, di harapkan rencana ekspansi tersebut bisa berjalan lancar. Tidak disebutkan lebih lanjut berapa nilai investasi yang diterima Wetruck, namun dana segar tersebut diberikan oleh beberapa angel investor.

“Wetruck akan ekspansi ke beberapa wilayah di Indonesia bagian barat dengan pengembangan teknologi terkini. Dan kami akan melakukan penggalangan dana kembali untuk tahap selanjutnya,” kata Co-Founder Wetruck Hilman Kamil kepada DailySocial.

Telah hadir sejak tahun 2017, Wetruck menyediakan kebutuhan logistik pasar dengan pilihan harga yang terjangkau dan transparan. Melalui dashboard terpadu, klien dengan mudah bisa mengakses berbagai layanan pengiriman didukung dengan pembayaran yang fleksibel. Hingga saat ini Wetruck telah memiliki ekosistem 2500 mitra kurir dan 1500 truk di area Jabodetabek.

Mengedepankan konsep blockchain delivery

Terkait dengan model bisnis dan strategi monetisasi yang diterapkan, Wetruck yang mengklaim sebagai platform delivery berbasis komunitas pertama di Indonesia, mengedepankan kolaborasi dengan pemilik truk dan pemilik properti untuk mendukung seluruh industri di Indonesia dengan layanan pengiriman yang menggunakan sebagian ruang di dalam truk.

Disinggung apa yang membedakan Wetruck dengan platform logistik lainnya, Hilman menegaskan, layanannya mengedepankan konsep blockchain delivery untuk dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Konsep blockchain delivery sendiri yang diterapkan oleh Wetruck adalah, konsep mempersatukan ekosistem logistik sehingga siapapun bisa menjadi delivery man atau logistics man.

Meskipun di awal tahun 2020 sempat mengalami kendala karena aturan PSBB saat pandemi, namun jelang akhir kuartal pertama 2020, mulai banyak startup logistik yang kembali pulih kondisinya bahkan menerima banyak pendanaan. Wetruck mencatat pandemi menjadi momen yang tepat bagi mereka untuk menawarkan layanan secara menyeluruh kepada target pengguna.

“Pandemi mempengaruhi kinerja e-commerce yang Wetruck support meningkat drastis. Hingga kini kami telah melayani sekitar puluhan klien B2B, bekerja sama dengan portofolio dan telah mengirim sekitar 2 juta paket, dengan 15 ribu pengiriman, dan $15 juta item value,” kata Hilman.

Dalam artikel DailySocial sebelumnya tercatat, di Indonesia pengeluaran untuk logistik darat diperkirakan mencapai $290 miliar pada tahun 2020. Selain dari pasar yang besar, jumlah populasi kendaraan komersial (9,6 juta unit pada 2019) telah menciptakan persaingan harga yang ketat.

Namun, rasio biaya logistik terhadap PDB Indonesia masih mencapai 24%, tertinggal dari Thailand dan Malaysia. Kondisi tersebut menciptakan potensi senilai $240 miliar dalam sektor logistik di Indonesia. Biaya logistik yang tinggi tidak hanya melemahkan daya saing industri, tetapi juga meningkatkan cost of doing business bagi pelaku UMKM di Indonesia.

Diharapkan layanan logistik saat ini, bisa mengatasi persoalan tersebut dengan menghadirkan layanan yang mendukung pertumbuhan UMKM dan layanan e-commerce di Indonesia.

Kuatkan Teknologi Logistik, Telefast Berinvestasi ke Platform SaaS “Clodeo”

Telefast (IDX: TFAS), yang merupakan anak usaha dari M Cash (IDX: MCAS), mengumumkan investasinya terhadap Clodeo. Yakni sebuah pengembang SaaS yang membantu pebisnis online melakukan tata kelola, mulai dari pemesanan hingga logistik. Tidak disebutkan nominal investasi yang digelontorkan, hanya saja diinformasikan TFAS mengakuisisi 15% saham Clodeo.

Melalui investasi ini, TFAS berencana untuk meningkatkan performa teknologi logistiknya dengan melakukan integrasi sistem Clodeo.

Presiden Direktur Telefast Jody Hedrian berujar, “Dengan investasi ini, kami berharap mendapatkan konektivitas dan jangkauan layanan yang lebih bersinergi untuk platform teknologi logistik grup kami. Selain itu, kerja sama dengan Clodeo akan menambahkan arah untuk TFAS dalam memunculkan inisiatif-inisiatif baru, terlebih dalam development kerja sama dengan third party logistic (3PL) di dalam platform kami.”

Berbentuk perangkat lunak berbasis cloud, Clodeo menghadirkan serangkaian fitur meliputi sistem pengelolaan pesanan, pengiriman, persediaan, integrasi dengan marketplace/webstore, dan dasbor pelaporan. Di dalamnya termasuk layanan point of sales, pengelolaan COD, hingga cek resi/ongkir. Dari berbagai fitur yang disuguhkan, opsi terkait pengelolaan logistik memang jauh lebih dominan di sini.

Disuguhkan untuk UMKM, varian layanan Clodeo dapat dilanggan mulai dari paket gratis hingga 199 ribu Rupiah per bulan.

“Kami berharap dengan teknologi yang kami miliki ini dapat berintegrasi dengan baik bersama platform yang dimiliki oleh TFAS dan menyediakan peningkatan performa terhadap layanan-layanan yang ditawarkan […] Clodeo akan tetap mempertahankan akar bisnis bersamaan bekerja sama dengan TFAS,” kata Founder & CEO Clodeo Reynaldi Oeoen.

Di Indonesia sendiri, sudah banyak startup lain yang memberikan layanan logistik untuk pebisnis online dengan bentuk yang unik. Misalnya Shipper yang hadir sebagai platform agregator layanan logistik untuk UKM, ada juga yang fokus dalam pengelolaan armada seperti Logisly, Webtrace, dan Lacak.io. Beberapa pemain juga menyuguhkan fitur serupa yang dibungkus secara end-to-end dalam layanan omni-channel.

Di TFAS, bisnis logistik bernaung dalam unit Logitek Digital Nusantara (LDN). Belum lama ini unit tersebut baru mendapatkan suntikan dana dari Onstar Express Pte. Ltd., atau dikenal sebagai induk perusahaan logistik SiCepat Ekspres. LDN sejauh ini memang banyak membantu mengembangkan sub-unit layanan SiCepat, seperti aplikasi pelanggan berbasis WhatsApp bernama SiCepat Klik dan layanan titik pengantaran SiCepat Point.

Bisnis logistik memang tengah menjadi sorotan, sepanjang Q1 2021 saja beberapa startup logistik telah bukukan pendanaan. Dimulai dari putaran seri A Andalin oleh BRI Ventures, pendanaan seri B SiCepat yang bukukan 2,4 triliun Rupiah, dan Shipper merampungkan pendanaan seri B senilai 923 miliar Rupiah. Semua fokusnya sama, memaksimalkan momentum pertumbuhan di tengah bisnis yang terakselerasi kencang akibat perubahan tren konsumen.

Application Information Will Show Up Here

Industri Logistik Terus Bertumbuh, Lacak.io Gencarkan Fitur Baru dan Rencanakan Penggalangan Dana

Salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan positif selama pandemi adalah logistik. Tidak hanya di sisi traksi proses pengiriman, peningkatan terjadi hampir di seluruh ekosistem bisnis logistik, termasuk di sisi pemanfaatan teknologinya. Pengembang platform logistik berbasis internet of things Lacak.io menjadi salah satu yang turut terdampak.

“Saat pandemi, semakin banyak perusahaan yang membutuhkan teknologi, khususnya IoT untuk bisa memonitor aset, armada, dan tenaga kerja. Sehingga meskipun dilakukan secara remote, setiap pekerjaan masih bisa dilakukan dengan baik,” kata Founder & CEO Lacak.io Fariz Iskandar kepada DailySocial.

Saat ini mereka telah memiliki sekitar 100 klien dan 10 lebih mitra. Targetnya tahun ini bisa membawa layanannya ke seluruh ibu kota provinsi di Indonesia.

Turut disampaikan Fariz, selain layanan e-commerce yang paling banyak memanfaatkan teknologi dari Lacak.io adalah instansi pelayanan publik, penegakan hukum, perusahaan penambangan, multifinance, penyedia cold storage, perkebunan, angkutan umum, sampai operator pelabuhan.

“Di tengah pandemi, layanan e-commerce di Indonesia menjadi salah satu sektor yang justru mengalami pertumbuhan pesat, yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan pengiriman jarak-jauh. Menjawab kebutuhan ini, perusahaan pun semakin membutuhkan sistem logistik dengan manajemen armada yang lebih baik. Di sinilah Lacak.io berkembang sebagai platform IoT untuk perusahaan, menawarkan manajemen armada dan solusi pelacakan yang komprehensif sebagai dua fitur utamanya,” ujar Fariz.

Di sini, startup teknologi logistik sendiri cukup berkembang, baik yang fokus ke first-mile sampai dengan last-mile. Isu logistik di Indonesia memang cukup unik, salah satunya disebabkan karena kondisi geografis yang bentuknya kepulauan — sementara bisnis banyak terfokus di kota besar seperti Jabodetabek.

Selain Lacak.io, startup lain yang bermain di lanskap ini ada Waresix, Logisly, Paxel, Webtrace, hingga Andalin. Waresix menjadi yang paling signifikan, setelah menutup putaran seri B pada September 2020 lalu, perusahaan berhasil membukukan dana investasi hingga 1,5 triliun Rupiah.

Fitur baru dan rencana penggalangan dana

Salah satu tantangan utama yang dihadapi perusahaan di sektor logistik adalah memastikan keamanan pengiriman dari penjual ke konsumen, dengan memverifikasi identitas pengemudi secara akurat. Di sinilah solusi unik Lacak.io seperti iButton dan DSM hadir untuk membantu mengidentifikasi, memverifikasi pengemudi, sekaligus mengaktifkan proses pemantauan jarak jauh selama perjalanan untuk mengetahui perilaku mereka selama mengemudi. Platformnya juga menawarkan pelacakan akurat dengan GPS yang menghadirkan pembaruan secara real-time.

Dengan fitur ADAS, Lacak.io dapat memberikan peringatan dini atas kemungkinan potensi tabrakan yang dapat terjadi untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Lacak.io juga dilengkapi dengan fitur axle load solution untuk membantu pengemudi dan pemberi kerja memantau kapasitas beban.

Memasuki tahun 2021 masih banyak rencana yang ingin dilancarkan oleh Lacak.io. Selain menghadirkan fitur baru yang relevan untuk klien, perusahaan juga memiliki rencana untuk mencari investasi.

“Rencananya penggalangan dana akan kami lakukan di semester kedua tahun ini. Nantinya dana segar tersebut akan digunakan untuk merambah ke seluruh daerah di Indonesia, dan menghadirkan solusi-solusi yang memberikan benefit untuk berbagai vertikal bisnis yang melibatkan armada dan pekerja lapangan,” tutup Fariz.

Paxel dan Blue Bird Meluncurkan Layanan Logistik “Same Day Delivery” PaxelBig

Startup logistik berbasis aplikasi Paxel resmi meluncurkan layanan logistik “same day delivery” PaxelBig berkolaborasi dengan PT Blue Bird Tbk. Layanan first mile ini sudah komersial sejak Maret 2020.

Menggunakan armada Blue Bird, PaxelBig menyediakan kapasitas pengiriman lebih besar, yakni 5-20 kg dengan tarif mulai dari Rp30.000 untuk 10 kg pertama. Untuk tahap awal, PaxelBig baru dapat digunakan di dalam dan luar kota untuk kawasan Jadetabek-Bandung dan sebaliknya.

Dalam acara peluncurannya, Co-founder Paxel Zaldi Ilham Masita mengatakan bahwa PaxelBig dikembangkan untuk menjawab permintaan segmen UKM yang menginginkan pengiriman berkapasitas besar selama masa pandemi ini. Sekaligus, ini menjadi upaya Paxel memperluas cakupan layanan di luar kota.

Sebelum pandemi, ungkap Zaldi, sebesar 85 persen pengguna Paxel yang berasal dari segmen UKM melakukan pengiriman barang dengan kapasitas rata-rata di bawah 2 kg. Begitu pandemi terjadi, kapasitas ini meningkat hingga 5 kg.

Selain itu, data Paxel mencatat adanya peningkatan tajam hingga 50 persen pada transaksi pengiriman barang yang kebanyakan berupa makanan, bahan pokok, dan produk kesehatan di sepanjang periode Maret-Mei 2020. Adapun, jumlah pengiriman rata-rata mencapai 100-200 ribu paket per hari.

“Karena banyak pengiriman makanan, kapasitas 5 kg pun jadi tidak cukup. Kami pikir bagaimana caranya melayani same day delivery dengan kapasitas lebih besar dan harga terjangkau. Di sini lah PaxelBig hadir,” ungkapnya.

Sementara itu, Chief Strategy Officer Blue Bird Paul Soegianto mengatakan bahwa kolaborasinya dengan Paxel menjadi salah satu bentuk inisiatif perusahaan untuk menggenjot bisnis logistik.

Ini menjadi pangsa pasar baru bagi Blue Bird yang sebelumnya bermain di segmen passanger. “Kami yakin dengan potensi pasar dan input dari customer, layanan ini dapat berkembang besar. Apalagi kita lihat segmen UKM selama ini sulit menjangkau konsumen dan biaya logistik masih mahal di Indonesia,” tambahnya.

Salah satu keunggulan PaxelBig, ujar Paul, adalah standardisasi higienis di setiap armada, terlebih karena seluruhnya adalah aset milik sendiri. Selain itu, PaxelBig menggunakan armada jenis MPV yang cocok untuk mengakomodasi pengiriman barang berkapasitas besar.

“Kami menggunakan armada existing jadi secara cost [efisien]. Intinya, kami ingin berkontribusi pada layanan logistik di masa pandemi, terutama soal higienis yang kami terapkan sesuai standar kami,” tambahnya.

Sebelumnya, dalam wawancara dengan DailySocial beberapa waktu lalu, Paul mengatakan bahwa Blue Bird memiliki tiga fokus utama, yakni menjadi penyedia multiplatform/channelmultiproduct/service, dan multipayment. Tujuannya untuk menciptakan ekosistem layanan terintegrasi dan memperkuat posisinya di industri transportasi di era digital.

Lanskap logistik di 2021

Zaldi mengharapkan kehadiran PaxelBig dapat menjadi tren baru di industri logistik mengingat belum ada pemain yang masuk ke layanan semacam ini. Sejauh ini, ungkapnya, belum ada layanan same day delivery yang melayani pengiriman barang berkapasitas 5-20 kg.

“Solusi ini dapat menjawab tantangan logistik di Indonesia. Kami harap layanan ini dapat mengubah lanskap industri logistik di tahun depan dan membuka hidden ekonomi lebih banyak,” paparnya.

Sebelumnya, Zaldi menyebutkan bahwa pertumbuhan industri logistik di Indonesia selama satu dekade terakhir naik di atas rata-rata pertumbuhan nasional yang berkisar 10 persen per tahun. Kenaikan ini salah satunya didorong oleh kehadiran layanan logistik last mile yang tumbuh 30 persen per tahun.

Berdasarkan survei Paxel Buy & Send Insights 2019, kepemilikan toko fisik di era digital mulai tidak relevan bagi segmen UKM. Sebanyak 66 persen dari 535 responden menganggap pendapatan dari toko online telah melampaui pendapatan dari toko fisik.

Adapun, penjual online semakin mengandalkan jasa same day delivery. Hal ini tergambar dari 36 persen responden yang menginginkan kecepatan pengiriman daripada ongkos yang lebih murah (29%), pengiriman mudah (26%), dan sistem live tracking (8%).

Application Information Will Show Up Here

Logisly Peroleh Pendanaan Seri A 87,7 Miliar Rupiah, Dipimpin Monk’s Hill Ventures

Bertujuan untuk memperluas dan memperkuat bisnis mereka di Indonesia, platform logistik Logisly baru saja merampungkan pendanaan seri A senilai $6 juta atau setara 87,7 miliar Rupiah dipimpin oleh Monk’s Hill Ventures. Co-Founder & CEO Logisly Roolin Njotosetiadi mengungkapkan, fokus utama perusahaan ke depannya adalah melakukan proses digital secara menyeluruh terkait dengan industri logistik di Indonesia.

Rencananya perusahaan akan memanfaatkan dana segar tersebut untuk meningkatkan tim penjualan dan tim vendor acquisition untuk memperkuat jaringan pengirim dan mitra juga produk dan pengembangan. Hal ini termasuk menyediakan tools untuk shippers atau pengirim dan mitra penyedia angkutan untuk meningkatkan operasional bisnis mereka.

“Dalam jangka panjang, tujuan kami adalah menciptakan nilai dengan menggunakan teknologi untuk menghilangkan sistem lama, dan fokus pada otomatisasi dan efisiensi. Semakin sedikit pekerjaan manusia, semakin baik dan semakin tinggi margin-nya,” kata Roolin.

Ke depannya perusahaan juga ingin membuka lebih banyak rute agar memberikan lebih banyak peluang bisnis. Hal ini termasuk mencakup lebih banyak pengiriman FCL (full container load) ke pulau-pulau terluar Indonesia. Logisly juga akan terus memikirkan penciptaan nilai untuk ekosistem dan melihat bahwa pengambilan keputusan yang cerdas akan menjadi fokus dalam hal inovasi.

Bulan Agustus 2019 lalu, Logisly telah mengantongi pendanaan awal. Putaran investasi tersebut dipimpin oleh SeedPlus, Genesia Ventures, dan Convergence Ventures. Tidak disebutkan besaran nominal dana yang diperoleh.

“Roolin dan Robbi telah membuat langkah besar dalam memecahkan inefisiensi besar di Industri logistik B2B Indonesia dan mendorong digitalisasi yang lama tertunda. Pendekatan tim pasar berbasis kepada teknologi yang dikombinasikan dengan pusat operasi yang ramping dan efisien, memberikan nilai instan bagi pengemudi truk dan pengirim yang membedakan mereka dengan pemain lainnya,” kata Partner Monk’s Hill Ventures Justin Nguyen.

Perkembangan bisnis Logisly

Tumbuhnya sektor logistik di Indonesia saat pandemi dirasakan juga oleh Logisly, sebagai platform yang menjembatani kebutuhan para pengguna dengan penyedia transportasi truk di Indonesia.

“Bisnis sebenarnya telah berkembang selama pandemi. Mengingat pendekatan kami yang sangat ramping, gesit, dan terdiversifikasi, kami dapat mengalihkan fokus dan mendukung pengirim di sektor-sektor yang melihat pertumbuhan yang kuat seperti sektor e-commerce, kesehatan, telekomunikasi, dan bantuan sosial, misalnya. Dengan mengoptimalkan proses kami, kami dapat mendorong margin kontribusi positif untuk bisnis.” kata Roolin

Logisly saat ini telah melayani lebih dari 300 pengirim perusahaan dari berbagai sektor, termasuk FMCG, bahan kimia, konstruksi, dan platform e-commerce.  Dengan jaringan lebih dari 40 ribu  truk, Logisly menyediakan 100% ketersediaan truk dengan harga terjangkau untuk pengguna.

“Model bisnis kami tidak berubah karena kami terus fokus pada keunggulan operasional, pasokan yang kuat dan hemat biaya. Covid-19 hanya membuat kami lebih berpusat pada pelanggan dan lebih tajam dalam cara kami memikirkan operasional dan logistik pelanggan kami dan apa yang dapat kami lakukan untuk menyelesaikannya, seperti menyediakan mereka truk yang mereka butuhkan,” kata Roolin.

Pendanaan startup logsitik

Perolehan Logsily menambah daftar startup logistik lokal yang bukukan pendanaan tahun ini. Belum lama ini, Andalin juga baru umumkan pendanaan terbarunya. Mereka fokus pada sistem manajemen ekspor-impor. Selain Logisly, berikut daftar startup logistik yang dapatkan pendanaan di tahun 2020 ini:

Startup Tahapan Nilai Investor
Andalin Seed BEENEXT, Access Ventures, ATM Capital
Waresix Series B EV Growth, Jungle Venture, SoftBank Ventures Asia, EMTEK Group, Pavilion Capital, Redbadge Pacific
Webtrace Seed Corin Capital, Prasetia Dwidharma, Astra Ventures
Shipper Series A $20 juta Prosus Ventures, Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, AC Ventures
GudangAda Series A $25,4 juta Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Wavemaker Partners
Kargo Technologies Series A $31 juta Tenaya Capital, Sequoia India, Intudo Ventures, Amatil X, Agaeti Convergence Ventures, Alter Global, Mirae Asset Venture Investment
Waresix Series A $25,5 juta EV Growth, Jungle Ventures
Application Information Will Show Up Here

Andalin Secures New Funding, Local Logistics are Getting the Highlight

The smart logistic platform developer Andalin posted new funding led by BEENEXT. Access Ventures and ATM Capital took part in this round. There was no further details regarding the nominal, but Andalin is said to have raised $1.5 million, equivalent to 22 billion Rupiah.

The additional capital will be focused on expanding the team and strengthening services, the target is to acquire more clients from manufacturing companies and distributors. The service expansion throughout Indonesia will be their next target.

Was founded in 2016 by Rifki Pratomo, Andalin helps many businesses to perform export-import shipments. Including having a B2B model to help shipping companies in Indonesia find affordable cargo transportation – using aircraft (Air Cargo & Air Courier) or ships (Full Container Load & Low Container Load).

In addition, Andalin also has a supply chain service. This includes consulting services, customs management for import-export, and cargo insurance. They have also become Alibaba’s official partner in Indonesia, bridging the needs of local entrepreneurs to embrace the international market through the Alibaba platform.

“Our mission is to simplify and optimize international trade for businesses in Indonesia, starting with cross-border logistics,” Rifki said.

He also believes that Indonesia is experiencing a manufacturing boom, as happened in China three decades ago. This trend was accelerated by the US-China trade war which resulted in companies relocating manufacturing from China to countries in Southeast Asia, including Indonesia.

“By building a delivery company with modern technology, Andalin has the ability to dynamically simplify international supply chain solutions for our clients,” he added.

In Indonesia, the logistics business is quite developed, driven by many factors. Apart from manufacturing developments, the e-commerce business growth trend is also predicted to be a supporting factor. Moreover, there are many services from home and abroad that reach the international market. In the export-import segment, Andalin is not alone, there are several other players in the area include Expedito, Tera Logitic, and Janio.

Ekosistem bisnis logistik di Indonesia data iInfografik per Maret 2019)
Logistis business ecosystem in Indonesia, Infographic per March 2019

Logistics startup funding

The pandemic has become a momentum for logistics startups to maximize business. Evidently, this year there have been several startups in related fields that have received funding. The most significant was obtained by Waresix through the series B round if in total the company had raised $ 100 million worth of funding or the equivalent of 1.5 trillion Rupiah.

Startup Stage Nominal Investor
Andalin Seed BEENEXT, Access Ventures, ATM Capital
Waresix Series B EV Growth, Jungle Venture, SoftBank Ventures Asia, EMTEK Group, Pavilion Capital, Redbadge Pacific
Webtrace Seed Corin Capital, Prasetia Dwidharma, Astra Ventures
Shipper Series A $20 million Prosus Ventures, Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, AC Ventures
GudangAda Series A $25,4 million Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Wavemaker Partners
Kargo Technologies Series A $31 million Tenaya Capital, Sequoia India, Intudo Ventures, Amatil X, Agaeti Convergence Ventures, Alter Global, Mirae Asset Venture Investment
Waresix Series A $25,5 million EV Growth, Jungle Ventures

Compared to last year, the trend is increasing, both in terms of quantity and nominal volume. From DailySocial’s records, there were 6 startups in the logistics sector that received funding from investors throughout 2019, as follows:

Startup Stage Nominal Investor
Kargo Technologies Seed $7,6 million Sequoia India, 10100 Fund, Agaeti Ventures, Northstar Group, Intudo Ventures, Zhenfund, ATM Capital, Innoven Capital
Triplogic Seed East Ventures
Ritase Series A $8,5 million Golden Gate Ventures, Jafco Asia, ZWC Partners, Insignia Ventures, Beenext, Skystar Capital, Mitsubishi Corporation
Waresix Series A $14,5 million EV Growth, Sinarmas Digital Ventures, Jungle Ventures
Shipper Seed $5 million Lightspeed Ventures, Floodgate Ventures, Insignia Ventures Partners, Convergence Ventures, Y Combinator
Finfleet Seri A $3,5 juta Kejora Ventures, XL Axiata, Gobi Ventures, Skystar Ventures, Asian Trust Capital


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian