Warung Pintar Introduces Application for Wholesalers, Entering the Supply Chain Business

The new retail startup Warung Pintar recently launched its latest innovation. Named “Grosir Pintar”, the application seeks to provide wholesale entrepreneurs access to inventory management and reach a wider market.

Simply put, wholesale owners can immediately offer their merchandise to shop owners which registered with the Warung Pintar application. This new feature is also equipped with logistics services to support the delivery of goods.

“Warung Pintar directly cooperates with wholesale entrepreneurs who stand alone in each region. We do this to maintain the quality of goods and services to keep them optimal and encourage empowerment in the entire shop ecosystem,” Warung Pintar’s Co-Founder & COO Harya Putra said.

He further explained that shop owners have access to a wider variety of goods, including local specialty products, at competitive prices; and can receive orders within hours through the same-day delivery service.

“Delivery of goods, both for wholesalers and shop owners, is performed by the logistics system owned by Warung Pintar. Embracing local residents to join as couriers, is one of our efforts to revive the economy in the region as a whole by providing equal benefits,” Harya added.

The business model applied by Grosir Pintar is commission based. Although he did not explain the details, Harya explained that the calculations were in accordance with the agreement with the wholesalers and adjusted to the established standards.

“Starting from direct findings from wholesalers in the field, in the midst of this pandemic, there are physical limitations that lead to difficulties in reaching shop customers, the fulfillment of goods, and increased logistics costs. That’s why we embraced more than 60 of the best wholesalers in 14 cities,” Harya said.

Starting in Surabaya, until now, Grosir Pintar can be accessed in Jakarta, Bandung, Depok, Kediri, Mojokerto, Jember, and several other cities in Java.

Warung supply chain

Digital players are increasingly working on the supply chain business for warungs. With a unique approach, currently, there are several startups playing in this area. First, with the capital financing approach (invoice financing), startups like AwanTunai make it easier for shop owners to fill their merchandise shelves through productive credit. Connecting micro and small entrepreneurs with distribution partners who provide a variety of needs – including wholesalers.

Through the GoToko application, Decacorn Gojek also tries to offer the same service for stall or grocery store owners to fulfill sales goods and products. They also take advantage of various services in their ecosystem, such as logistics with GoSend, payments via GoPay, and business management through GoBiz.

It’s not the last, Chilibeli, previously known as social commerce, is targeting the C2C segment, in the middle of last year, introduced Chilimart. With a B2B concept, they target micro-entrepreneurs as their target market. In addition, previously there was also the Ula application, which was designed as a marketplace for the fulfillment of merchandise in a warung. Ula is also integrated with AwanTunai’s financing services.

Based on BPS data, 63 million micro-entrepreneurs are mostly engaged in retail or trade. The potential for a large economic unit gives digital players a special spirit to work on this market.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Masuk ke Bisnis “Supply Chain”, Warung Pintar Luncurkan Aplikasi untuk Pengusaha Grosir

Startup new retail Warung Pintar belum lama ini meresmikan inovasi terbarunya. Bernama “Grosir Pintar”, aplikasi tersebut berusaha memberikan akses bagi pengusaha grosir untuk melakukan manajemen inventaris dan menjangkau pasar yang lebih luas.

Sederhananya, pemilik grosir bisa langsung menawarkan barang dagangannya ke pemilik warung yang tergabung di aplikasi Warung Pintar. Fitur baru tersebut turut dilengkapi dengan layanan logistik untuk menunjang pengiriman barang.

“Warung Pintar menggandeng langsung pengusaha-pengusaha grosir yang berdiri sendiri di setiap wilayah. Hal ini kami lakukan untuk menjaga kualitas barang hingga pelayanan agar tetap optimal serta mendorong pemberdayaan di seluruh ekosistem warung,” ujar Co-Founder & COO Warung Pintar Harya Putra.

Lebih lanjut ia menjelaskan, bagi pemilik warung mereka memperoleh akses untuk memenuhi barang yang lebih variatif, termasuk produk andalan lokal, dengan harga yang kompetitif; serta dapat menerima pesanan dalam hitungan jam melalui layanan same-day delivery.

“Pengiriman barang, baik bagi pengusaha grosir maupun pemilik warung, dilakukan oleh sistem logistik yang dimiliki oleh Warung Pintar. Merangkul warga setempat untuk bergabung sebagai kurir, hal ini merupakan salah satu upaya kami untuk menghidupkan perekonomian di wilayah secara menyeluruh dengan memberikan keuntungan yang sama rata,” imbuh Harya.

Model bisnis yang diterapkan Grosir Pintar adalah bagi hasil (commision based). Kendati tidak menerangkan detail, Harya menjelaskan kalkulasinya sesuai kesepakatan dengan pengusaha grosir dan disesuaikan dengan standarisasi yang telah ditetapkan.

“Berangkat dari temuan langsung dari pengusaha grosir di lapangan, di tengah pandemi ini, terdapat batasan-batasan fisik yang berujung pada kesulitan dalam menjangkau pelanggan warung, pemenuhan barang, serta melonjaknya biaya logistik. Karena itulah, kami merangkul lebih dari 60 grosir terbaik di 14 kota,” kata Harya.

Diawali di Surabaya, hingga saat ini, Grosir Pintar dapat diakses di Jakarta, Bandung, Depok, Kediri, Mojokerto, Jember, dan beberapa kota lainnya di Pulau Jawa.

Supply-chain warung

Bisnis penyedia rantai pasokan (supply chain) untuk warung makin ramai digarap oleh pemain digital. Dengan pendekatan unik, saat ini ada beberapa startup yang main di ranah tersebut. Pertama dengan pendekatan pembiayaan modal (invoice financing), startup seperti AwanTunai memudahkan pemilik warung untuk memenuhi rak dagangannya melalui kredit produktif. Menghubungkan pengusaha mikro-kecil dengan rekanan distribusi yang menyediakan berbagai kebutuhan – termasuk para pengusaha grosir.

Melalui aplikasi GoToko, decacorn Gojek juga mencoba tawarkan layanan yang sama untuk pemilik warung atau toko kelontong untuk memenuhi barang dan produk penjualan. Mereka turut memanfaatkan berbagai layanan di ekosistemnya, seperti logistik dengan GoSend, pembayaran via GoPay, dan pengelolan bisnis lewat GoBiz.

Tak berhenti di situ, Chilibeli yang sebelumnya dikenal sebagai social commerce menyasar segmen C2C, pertengahan tahun lalu kenalkan Chilimart. Berkonsep B2B, mereka menyasar pengusaha mikro sebagai target pasar mereka. Selain itu sebelumnya juga ada aplikasi Ula yang memang didesain sebagai marketplace untuk pemenuhan barang dagangan di warung. Ula juga terintegrasi dengan layanan pembiayaan milik AwanTunai.

Berdasarkan data BPS, 63 juta pengusaha mikro mayoritas bergerak di bidang ritel atau perdagangan. Potensi unit ekonomi yang besar memberikan semangat tersendiri bagi pemain digital untuk menggarap pasar tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Mekari Mulai Optimalkan Lini Bisnis Edukasi, Sasar Pelaku UKM dan Profesional

Bertujuan untuk memberikan akses online learning kepada UKM dan pegawai kantoran, khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan software berbasis cloud, Mekari meluncurkan Mekari University. Sebenarnya program ini sudah mulai diinisiasi sejak tahun 2018 lalu. Seiring berjalannya waktu, platform tersebut diklaim telah mengalami pertumbuhan positif dan sudah melakukan ekspansi kerja sama dengan institusi pendidikan di berbagai kota besar Indonesia.

Hingga saat ini, Mekari University sudah memiliki lebih dari 6000 pengguna dari berbagai kalangan dengan lebih dari 800 kelas.

Kepada DailySocial Head of Learning Centre Mekari Sally Devina Kie mengungkapkan, tingginya minat dan antusiasme peserta, ditambah dengan kondisi pandemi saat ini, mendorong Mekari University menghadirkan platform edukasi online secara khusus yang bisa diakses melalui web, dengan harapan bisa menjangkau lebih banyak peserta yang ingin mendapatkan edukasi komprehensif baik dari akademisi atau profesional.

“Di masa pandemi ini, kami melihat potensi besar dalam dunia teknologi pendidikan, namun sekarang kami masih membangun awareness dulu dan masih dengan semangat sepenuhnya untuk edukasi, bukan hanya untuk kalangan akademisi tapi professional juga,” kata Sally.

Konsep online learning yang menyasar UKM hingga perusahaan sudah banyak ditawarkan oleh beberapa startup saat ini. Bukan hanya pelatihan terkait dengan HR dan perpajakan, namun juga belajar hukum oleh Hukum Online hingga startup edutech B2B Codemi.

Targetkan segmen B2C dan B2B

Melalui Mekari University diharapkan bisa menjadi channel bagi Mekari untuk menyediakan platform edukasi online maupun berbagai program edukasi lainnya, yang bisa diakses dan dimanfaatkan oleh semua kalangan baik akademisi, profesional dan pemilik bisnis, juga para pengguna dari produk Mekari.

Untuk segmen B2C, saat ini terdapat berbagai kursus online yang bisa diakses secara gratis oleh peserta (akademisi, profesional dan lainnya) melalui platform. Ada juga kursus online berbayar yang bisa diakses oleh berbagai kalangan untuk tujuan sertifikasi di bidang penggunaan software.

Sementara untuk B2B, Mekari mengembangkan kerja sama dengan berbagai institusi pendidikan dan entitas usaha di Indonesia untuk menghadirkan seminar, workshop, sesi training to trainer, dan kelas sertifikasi software akuntansi Jurnal, software HRIS Talenta, dan software administrasi pajak Klikpajak yang berbasis cloud bagi kalangan akademisi maupun profesional.

Memasuki kuartal ke empat Mekari tengah mengupayakan untuk scale-up proses produksi kursus di dalam platform pembelajaran untuk menghadirkan konten berkualitas sebanyak-banyaknya guna menjangkau lebih banyak pengguna dan memenuhi ekspektasi mereka. Pilihan kursus yang diambil mayoritas pengguna dari berbagai kalangan merata di setiap topik, yaitu akuntansi, HR, perpajakan, manajemen dan software.

“Namun, memang spesifik mulai di Q4 ini, kami lebih menargetkan audience professional, di mana kami melihat semakin banyaknya kebutuhan course yang disajikan secara online di masa pandemi ini,” kata Sally.

Peluang Bisnis Aplikasi Catatan Keuangan untuk Warung

Menurut data yang dipublikasi BPS, per tahun 2018 ada sekitar 64,2 juta unit UMKM di seluruh Indonesia. Jumlah besar tersebut menjadi pangsa pasar potensial untuk digarap.

Menurut para investor, dari beberapa wawancara yang kami lakukan terhadap venture capital di Indonesia, salah satu sasaran mereka adalah startup yang mengembangkan solusi pemberdayaan UMKM – biasanya berbentuk SaaS.

Di antara varian aplikasi atau layanan yang dikembangkan untuk UMKM, salah satu yang tengah naik daun adalah solusi pencatatan keuangan bisnis. Tujuannya membantu pengusaha kecil melakukan pencatatan uang masuk dan keluar. Para pengembang sengaja menyasar kalangan pebisnis mikro-kecil, seperti pemilik warung atau toko kelontong, dengan dalih kebanyakan dari mereka masih menggunakan model pencatatan manual dengan buku – bahkan beberapa tidak melakukannya.

Hampir semua aplikasi tersebut dirilis secara gratis. Dari pantauan kami di Google Play dan dikombinasikan statistik aplikasi dari App Brain per 18 November 2020, ada beberapa aplikasi populer di sektor ini, yaitu:

Aplikasi Peringkat (kategori bisnis) Jumlah Unduhan
BukuKas 3 1 juta+
BukuWarung 6 1 juta+
Credibook 46 100 ribu+
Akuntansi UKM 84 100 ribu+
Moodah 121 10 ribu+
Lababook 184 1 ribu+
Teman bisnis 254 100 ribu+
Akuntansiku 309 1 ribu+

Secara umum, aplikasi tersebut menawarkan fitur yang hampir serupa. Pencatatan arus kas, penjualan, utang-piutang, dan pelaporan. Beberapa produk memiliki fitur penagihan utang otomatis lewat SMS atau WhatsApp.

Pemimpin pasar

Merujuk tabel di atas, ada dua aplikasi yang memiliki statistik unduhan terbesar, yakni BukuKas dan BukuWarung. Keduanya sama-sama mulai didirikan pada tahun 2019 dan tahun ini mereka aktif menggalang pendanaan baru untuk mengakselerasi bisnisnya.

Berdasarkan data terakhir, pendanaan terakhir keduanya ada di putaran Pra-Seri A. BukuKas membukukan investasi senilai 134 miliar Rupiah, sementara BukuWarung hanya menyebutkan “delapan digit dolar”.

BukuKas BukuWarung
Seed Investors Surge, 500 Startups, Credit Saison, dan angel investors East Ventures, AC Ventures, Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, dan angel investors
Pre-Series A Investor Surge, Credit Saison, Speedinvest, S7V, January Capital, dan Cambium Grove Capital, Prasetia Dwidharma Quona Capital, East Ventures, AC Ventures, Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, Partners of DST Global, GMO Venture Partners, Soma Capital, HOF Capital, VentureSouq, dan angel investors
Accelerator Surge (Sequoia) Y Combinator

Ketika kami hubungi menanyakan model bisnisnya, Founder & CEO BukuKas Krishnan Menon mengatakan, tujuan BukuKas adalah membangun solusi perangkat lunak sederhana untuk membantu UMKM melakukan digitalisasi dan membawa mereka ke ekosistem keuangan formal. Mereka memosisikan diri sebagai perusahaan perangkat lunak digitalisasi UMKM yang akan berkembang menjadi pemain fintech.

“Saat ini kami memiliki eksperimen awal yang menarik tentang monetisasi, tapi masih terlalu dini. Itu bisa dilakukan dengan banyak cara, beberapa yang sudah jelas seperti SaaS, solusi finansial, dan ada beberapa yang menarik lainnya tapi belum bisa kami bagian saat ini,” ujar Krishnan.

Lebih lanjut ia menyampaikan, “Para pedagang telah menyadari bahwa go digital sangat penting bagi bisnis mereka. Pedagang menghemat waktu 2-4 jam sehari, 20% biaya, dan meminimalisir kesalahan perhitungan manual. Kami juga memungkinkan pedagang untuk memulihkan kasbon 3x lebih cepat karena prosesnya otomatis. Juga memiliki fitur pengiriman faktur, manajemen inventaris, dan lain-lain, sehingga membuat mereka lebih terorganisir dalam menjalankan bisnis.”

Sementara itu, Co-Founder BukuWarung Chinmay Chauhan memberikan jawaban yang lebih detail. Sama-sama menitikkan masa depan bisnisnya pada fintech. Ia menjelaskan, model bisnis BukuWarung akan berkisar pada pembayaran, peminjaman, tabungan/perbankan digital, asuransi, dan layanan keuangan lainnya.

Untuk saat ini mereka memperoleh pendapatan awal dari fitur pembayaran digital yang telah diluncurkan sejak 2 bulan lalu. Meskipun demikian, karena masih berada di fase awal, BukuWarung lebih ingin fokus membangun pengalaman pembayaran terbaik. “Kami telah melihat $200 juta total payment volume (TPV) tahunan.”

Gambaran model bisnis BukuWarung / BukuWarung
Gambaran model bisnis BukuWarung / BukuWarung

Chinmay melanjutkan, “Visi BukuWarung adalah membangun infrastruktur digital untuk 60 juta UMKM di Indonesia, kami telah memulai dengan pembukuan dan pembayaran. Aplikasi BukuWarung sesederhana WhatsApp dan merchant dapat melacak semua transaksi tunai dan kredit mereka, mengelola arus kas, dan melihat keuntungan mereka. Mereka juga dapat mengirim pengingat SMS/WA gratis dan menghasilkan/mencetak faktur. Kami telah melayani hampir 2 juta pedagang sejauh ini hanya dalam setahun sejak kami mulai.”

Jalur ke fintech

Layanan-layanan tersebut memiliki misi jangka panjang untuk menjadi pemain fintech. Tujuan tersebut cukup masuk akal. Menurut data KemenkopUKM saat ini kurang lebih ada 20 juta UMKM yang masih unbankable. Faktor mendasar yang menyulitkan mereka mengakses layanan perbankan adalah pembuktian skoring kredit. Tidak ada jaminan yang bisa dianalisis, padahal umumnya bank melakukan penilaian dari pendapatan atau aset, melalui pembuktian rekening koran dan lain-lain.

BukuKas atau BukuWarung di awal debutnya memang fokus membantu pengusaha mikro untuk mencatat uang masuk dan keluar. Data tersebut menjadi aset aset penting untuk mendekatkan para pelaku usaha tersebut dengan layanan finansial, utamanya kredit. Data arus kas dapat menjadi bahan analisis yang bagus untuk keperluan skoring kredit. Dari histori data yang ada, analis dapat melihat tren pemasukan-pengeluaran guna menentukan kelayakan.

Tak heran jika banyak investor yang berani menaruh dana miliaran Rupiah di segmen ini. Mereka melihat misi jangka panjang tersebut untuk monetisasi yang lebih luas.

Perkembangan industri

Era BukaKas dan BukuWarung bisa dibilang baru mengemuka sekitar pertengahan tahun ini. Distribusi aplikasi secara gratis memiliki implikasi baik untuk pertumbuhan pengguna aplikasi terkait. Terlihat dari statistik yang disampaikan masing-masing founder.

Menggunakan matriks daily active user (DAU), dihitung dari jumlah pengguna  aktif yang melakukan aktivitas di aplikasi tiap hari, berikut ini statistik yang disampaikan Krishnan melalui laman LinkedIn pribadinya:

Statistik pengguna BukuKas dengan matriks DAU / LinkedIn, Krishnan Menon
Statistik pengguna BukuKas dengan matriks DAU / LinkedIn, Krishnan Menon

Chinmay juga merilis statistik penggunaan aplikasinya selama beberapa bulan terakhir, dengan matriks yang sama. Berikut ini capaian BukuWarung:

Statistik pengguna BukuWarung dengan matriks DAU / LinkedIn, Chinmay Chauhan
Statistik pengguna BukuWarung dengan matriks DAU / LinkedIn, Chinmay Chauhan

Tidak semua pemain bisa menyasar segmen warung ini. Sebelumnya kebanyakan layanan pencatatan keuangan UMKM menawarkan fitur premium (atau freemium) dengan kapabilitas tertentu. Di perkembangannya, ada yang mengalihkan target pasar ke bisnis menengah ke atas dan korporasi. Model freemium masih kurang cocok diaplikasikan untuk menyasar bisnis menengah ke bawah.

Selain sebagai platform standalone, layanan pencatatan keuangan sering menjadi fitur tambahan di platform lain, seperti point-of-sales. Uang masuk dan keluar secara otomatis dicatat. Syaratnya harus di-input melalui aplikasi terkait.

Masih banyak aspek yang bisa disuguhkan untuk pengusaha mikro di Indonesia. Diyakini ke depannya masih akan ada model lain bermunculan.

Sektor Layanan
SaaS Finata, Jurnal, Zahir, Paper, Accurate, dan lain-lain
Point of Sales Moka, Cashlez, Qasir, iSeller, YouTap, Pawoon, dan lain-lain
Fintech Alat Warung (Payfazz), GrabKios by Kudo
Supply Chain Wahyoo, Ula, Warung Pintar
E-commerce Mitra Bukalapak, Mitra Tokopedia, Mitra Shopee, Mitra Blibli, dan lain-lain


Gambar Header: Depositphotos.com

Grab Resmikan Markas Kedua di Jakarta, Sekaligus Jadi Pusat Inovasi UKM

Grab meresmikan kantor pusat keduanya atau dual headquarter di Jakarta, setelah Singapura. Kantor tersebut sekaligus menjadi Tech Center atau pusat inovasi kawasan Asia Tenggara yang didedikasikan untuk mengembangkan berbagai solusi teknologi untuk UKM Asia Tenggara.

Dalam peresmiannya, turut mengundang jajaran menteri. Mereka adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Menteri Perhubungan, Menteri Koperasi dan UKM, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Menteri Keuangan, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Selain menteri, Ilham Habibie selaku perwakilan keluarga BJ Habibie turut hadir untuk meresmikan aula BJ Habibie Hall yang berlokasi di Tech Center.

Grab Tech Center ini bertempat di Gama Tower, di kawasan Kuningan (Jakarta) seluas lebih dari 12 ribu meter persegi, menempati sembilan lantai gedung.

Co-Founder dan Group CEO Grab Anthony Tan menerangkan, Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 64 juta UKM, baru 16% di antaranya yang telah terdigitalisasi. Artinya 8 dari 10 UKM belum memperoleh manfaat dari ekonomi digital.

“Pusat teknologi kami akan difokuskan pada pengembangan solusi “Buatan Indonesia” untuk para UKM, merchant, dan agen GrabKios. Kami akan membangun fitur-fitur yang disesuaikan dengan kebutuhan para pelaku usaha Indonesia,” terangnya dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (10/11).

Sesuai dengan tujuannya, Tech Center akan difokuskan untuk meriset, merancang, dan menguji coba berbagai perangkat dan teknologi yang ditujukan bagi para UKM di Indonesia terlebih dulu. Lalu, akan diekspor ke pasar berkembang lainnya di Asia Tenggara, di mana Grab beroperasi.

Ia akan menaungi tim yang fokus pada penelitian dan pengembangan (R&D) GrabKios, Merchant, dan GrabFood, dengan serangkaian divisi lengkap yang diperlukan untuk pengembangan produk yang menyeluruh. Hal ini mencakup manajemen produk, desain produk, analisis produk, software engineering, hingga quality assurance engineering.

Grab berencana untuk semakin memperkuat kapabilitas di backend engineering, mobile front-end engineering, serta site reliability engineering. Salah satu tanggung jawab utama tim Tech Grab Indonesia adalah mengembangkan platform berbagai produk digital Grab. Melalui itu, akan dibangun berbagai jenis produk guna menciptakan sumber pendapatan tambahan bagi para pengemudi dan mitra agen Grab.

Anthony mencontohkan, salah satu inovasi yang dikerjakan adalah bertambahnya 7 ribu pasar tradisional ke sistem pemetaan Grab sejak bulan lalu. Dengan demikian, kini pelanggan dapat menemukan pasar favorit dari lokasi terdekat dengan menggunakan Grab Assistant, layanan concierge pribadi.

“Para pemimpin dan tim kami di Indonesia telah melakukan banyak hal dalam delapan bulan terakhir, dan menunjukkan betapa pedulinya mereka terhadap mitra-mitra kami. Dengan pusat teknologi ini, kami akan berinvestasi lebih banyak untuk mengembangkan talenta teknologi lokal dan mendidik generasi pemimpin teknologi Indonesia berikutnya.”

Contoh inovasi lainnya adalah fitur aplikasi GrabMerchant yaitu Self-Onboarding (Pendaftaran Mandiri) yang memungkinkan pengusaha makanan untuk mendaftarkan diri dan menjalankan bisnisnya di Grab dalam waktu 24 jam. Fitur ini dibuat oleh tim Grab Indonesia dan diklaim berhasil mempercepat upaya perusahaan untuk mendigitalkan lebih banyak pelaku UKM selama pandemi.

Antara bulan Mei sampai September 2020, tercatat ada lebih dari 70 ribu merchant di Indonesia telah bergabung dengan Grab melalui fitur tersebut. Perusahaan berencana untuk meluncurkan fitur ini di pasar-pasar lain di kawasan Asia Tenggara.

Presiden of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata melanjutkan, Grab memiliki komitmen jangka panjang dan berkelanjutan di Indonesia. Grab Tech Center ditujukan untuk meningkatkan kapabilitas teknologi Grab di Indonesia dalam rangka membangun berbagai solusi yang dibutuhkan masyarakat Indonesia.

“Namun tidak terbatas pada itu saja. Kami juga ingin berkontribusi dalam mengembangkan potensi teknologi Indonesia dan berharap dapat memboyong teknologi Buatan Indonesia ke seluruh Asia Tenggara,” ujarnya.

Di Indonesia, Grab telah beroperasi di lebih dari 500 kota dan memberdayakan lebih dari enam juta pengusaha UKM. Perusahaan juga berhasil mendigitalisasi lebih dari 450 ribu UKM selama pandemi. Ridzki menyebut lewat Tech Center, pihaknya akan menambah 5 juta UKM yang dapat didigitalkan sampai lima tahun mendatang.

Application Information Will Show Up Here

eBay di Indonesia Kini Fokus Bantu UKM Tingkatkan Ekspor

Berdalih ingin fokus ke ranah B2B, terhitung mulai 1 September 2020 layanan Blanja dihentikan. Seperti diketahui, Telkom tidak sendiri menggarap platform e-commerce tersebut, melainkan bersama eBay. Salah satu bentuk kerja samanya, memungkinkan masyarakat Indonesia membeli produk yang ada di katalog eBay.

Setelah penutupan Blanja, ternyata eBay masih berkomitmen melanjutkan bisnisnya di Indonesia dengan cara lain, yakni lewat program pemberdayaan UKM. Kini situs https://ebaysellercentre.co.id/ disediakan untuk penjual dari Indonesia.

Untuk tahu lebih detail, kami berkesempatan mewawancara Tam Yong Sheng selaku Head of Business Development eBay Asia Tenggara.

“Kabar bisnis terbaru dari eBay adalah peluncuran program eBay Global 24/7, yang didesain khusus untuk para pelaku UKM di Asia Tenggara. Terdapat berbagai benefit dalam program ini seperti New Business Seller insentif bagi para penjual baru, webinar edukasi, dan masih banyak lagi,” terang Tam.

Program tersebut memiliki tujuan membantu pengembangan ekspor produk dari Asia Tenggara ke pasar dunia. Tam turut mengatakan, Indonesia menjadi salah satu destinasi utama untuk pelaksanaan program ini. Hal tersebut didasarkan pada potensi produk lokal di tanah air yang banyak diminati di mancanegara, seperti produk otomotif, kesehatan, kecantikan, kerajinan kulit, hingga alat musik.

Momentum di tengah pandemi

Tam Yong Sheng selaku Head of Business Development eBay Asia Tenggara / eBay
Tam Yong Sheng selaku Head of Business Development eBay Asia Tenggara / eBay

Mengutip data di perusahaannya, Tam menuturkan bahwa e-commerce global telah mencatat pertumbuhan pesat akibat perubahan perilaku konsumen di tengah pandemi. Di kuartal kedua saja, eBay melihat peningkatan 8 juta pembeli aktif baru dan pertumbuhan penjualan 29% di banding periode tahun lalu.

“Ekspor UKM Indonesia di platform eBay juga menunjukkan pertumbuhan yang sejalan dengan tren global ini, terutama di segmen suplemen kesehatan, di mana volume penjualan meningkat dua kali lipat dari periode yang sama tahun lalu,” imbuhnya.

eBay sendiri sejauh ini sudah menjangkau pasar internasional di 190 negara, dengan total 182 juta pembeli aktif. Turut dikatakan bahwa Amerika Serikat, Australia, dan Kanada adalah tiga negara tujuan ekspor teratas bagi UKM Indonesia yang ada di eBay.

“Bagi pasar AS, kategori fesyen dan suplemen kesehatan merupakan yang paling populer (tumbuh 102%). Di Inggris produk fesyen dan aksesoris (tumbuh 158%). Sementara produk gaya hidup laris di Prancis, Italia, dan Spanyol (tumbuh 250%),” kata Tam menjelaskan beberapa pasar ekspor yang bertumbuh pesat selama pandemi.

Fitur untuk UKM

Kami sempat menanyakan, apakah saat ini eBay sudah memiliki entitas perusahaan dan tim lokal di Indonesia. Namun sayangnya Tam enggan untuk memberikan keterangan. Sampai saat ini, mereka cuma memiliki prioritas di program pemberdayaan UKM tersebut di Indonesia.

Program akselerator e-commerce Global 24/7 telah berlangsung sejak 1 Juli 2020, targetnya gelombang perdana ini akan sampai 31 Desember 2020. Beberapa manfaat yang akan diberikan seperti eBay akan membebaskan biaya store untuk level dasar dan diskon 50% untuk fitur promoted listing. Tiap UKM akan mendapatkan insentif sampai $1000. Terdapat juga subsidi untuk tarif pengiriman, khususnya ke Amerika Serikat. Fitur lain seperti market intelligence dan pengelolaan akun turut diberikan.

“Sebelumnya, eBay telah berhasil membantu pemilik UKM lokal, salah satunya Eko Saputro dan bisnisnya Klasikku (penjual suku cadang mobil/motor klasik). Setelah menjalankan bisnis di eBay selama 2 tahun, Klasikku telah memperoleh pertumbuhan bisnis global sebesar 150%, dengan pangsa pasar utama Amerika Serikat. Saat ini Klasikku dan eBay sedang menggarap pengembangan bisnis ke wilayah Australia dan Eropa,” jelas Tam.

Application Information Will Show Up Here

Gambar header: Depositphotos.com

YouTap dan Tantangannya Mendigitalkan UKM di Tengah Pandemi

Pandemi yang masih berlangsung lambat laun berdampak pada seluruh tatanan kehidupan. Banyak usaha yang terpaksa gulung tikar, orang-orang mulai selektif dalam berbelanja karena terus diambangi risiko pemutusan kerja.

YouTap, startup yang menyediakan platform pemrosesan e-money dan point-of-sales (POS), dihadapkan langsung dengan pandemi yang sempat menyulitkan pemilik UKM untuk menjalankan bisnisnya. Startup ini baru resmi beroperasi pada Februari lalu alias sebulan sebelum pandemi masuk ke Indonesia.

Pandemi “berhasil” membuat YouTap membuat banyak penyesuaian bisnis yang tentunya menarik untuk dibahas lebih dalam. Untuk itu, #SelasaStartup mengundang CEO Youtap Herman Suharto untuk berbagi pengalamannya lebih jauh. Berikut rangkumannya:

Menjadi merchant-centric

Herman menjelaskan, pandemi banyak membuat perusahaan berinovasi untuk memenuhi kebutuhan merchant, dari berbagai skala, untuk memulai transformasi digital. Pasalnya sedari awal YouTap mendedikasikan dirinya untuk kebutuhan merchant, bukan dari sisi konsumer.

“Semua produk kita itu selalu idenya berasal dari merchant karena kita ini merchant-centric. Banyak perusahaan yang sudah fokus ke sisi konsumer, tapi kita menempatkan diri untuk merchant,” terangnya.

Perusahaan membuat tim yang terbagi-bagi khusus untuk melayani merchant yang datang dari skala besar hingga mikro. Juga sangat melibatkan manfaat dari riset yang secara kontinu setiap memvalidasi produk baru, demi memastikan produk tersebut menjawab kebutuhan merchant.

YouTap memiliki tim riset in-house yang setiap hari melakukan tugasnya, bertanya kepada merchant untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka. Hasil dari riset ini perusahaan membuat identifikasi profil merchant. Uniknya tiap profil ini memperlihatkan aspirasi yang berbeda-beda terhadap solusi digital.

Keempat profil merchant ini, terdiri atas penjual harian, penjual yang hanya mengikuti arus pada saat itu, pencari peluang, dan pemimpi tangguh. Misalnya untuk jenis pemimpi tangguh ini mereka punya rencana yang matang untuk mengembangkan usahanya. Sedangkan, penjual pengikut arus tidak memiliki rencana matang, sebab ia hanya akan berjualan produk yang saat itu laku saja.

“Kita ada komitmen bahwa solusi YouTap ini harus bisa dipakai oleh semua level merchant. Karena kami ini merchant centric, kita harus paling tahu kondisi merchant-nya. Itu hanya bisa terjadi kalau kita banyak riset setiap hari, selalu minta feedback kepada merchant.”

YouTap diklaim lebih dari platform kasir biasa, melalui aplikasi semua UKM bisa lebih mudah membuat laporan keuangan, pendataan barang, hingga fitur notifikasi yang dibuat secara personal.

Notifikasi bekerja seperti mengirim chat melalui WhatsApp. Setiap pagi, merchant akan diingatkan bagaimana kinerja penjualan bisnis mereka kemarin. Tujuannya agar mereka bisa lebih bersemangat berjualan. Tidak hanya itu, YouTap menyediakan fitur kalkulator untuk membantu transaksi tunai.

“Ternyata fitur simpel seperti ini bisa memacu mereka. Sebab pada dasarnya ada dua tipe pedagang, mereka yang selalu catat di buku dan yang tidak pernah mencatat hanya menghafal di kepala. Kalau yang biasa catat di buku sekarang sudah digital, nah biasanya yang enggak pernah catat ini kurang menyadari bahwa omzet mereka itu besar.”

Aplikasi YouTap bisa diakses secara gratis, namun bagi merchant yang ingin menikmati fasilitas tambahan dan alat khusus bisa memilih berlangganan.

Ambil pendekatan baru

YouTap ikut kesulitan dalam mengakuisisi merchant baru di saat pandemi, sehingga apabila menerapkan strategi dengan cara full digital kurang tepat. Pasalnya, pendekatan ke pengusaha mikro masih membutuhkan cara ketemu fisik untuk menjelaskan produk, mengingat tingkat literasi digital yang masih belum merata.

Herman mengaku, pihaknya memiliki tim lapangan yang bertugas untuk akuisisi merchant. Mereka tersebar di Jabodetabek, Bandung, Sukabumi, Cirebon, Tasikmalaya, Garut, Yogyakarta, Semarang, Solo, Salatiga, Sukoharjo, hingga Banyuwangi, dan Medan.

“Kami menggunakan cara ekosistem dengan mendekati pemerintah daerah di sana untuk mendapatkan merchant. Jadi persebaran kita tidak sporadis karena kita sadar enggak akan bisa cater semuanya dan harus tetap efisien.”

Di dalam tim lapangan itu sendiri terbagi lagi menjadi tim yang khusus untuk akuisisi dan manajemen merchant buat menjaga retensi. Tim akuisisi kini melakukan cara baru untuk memperkenalkan produk YouTap dengan memanfaatkan akun media sosial yang tenar seperti Instagram dan TikTok.

“Banyak perubahan dari sisi produk dan market [karena pandemi], apalagi sekarang banyak limitasi [untuk ekspansi] di masa yang sedang sulit ini. Kita berharap bisa tumbuh masif di kuartal terakhir tahun ini,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Selepas Demo Day Y Combinator, BukuWarung Dapat Pendanaan Baru untuk Matangkan Strategi Monetisasi

Pengembang aplikasi pengelola arus kas pengusaha mikro BukuWarung, mengumumkan perolehan pendanaan lanjutan dengan nilai yang tidak dikemukakan. Pendanaan ini didapat setelah mereka melakukan demo day dalam rangkaian agenda program akselerator Y Combinator.

Sejumlah pemodal ventura yang turut andil meliputi Partners of DST Global, GMO Venture Partners, Soma Capital, HOF Capital, dan VentureSouq.

Belasan angel investor juga menyertai putaran ini, termasuk William Hockey (Plaid), Justin Mateen (Tinder), Rahul Vohra (Superhuman), Scott Belsky (CPO Adobe), Josh Buckley, Manik Gupta (ex-CPO Uber), Sriram Krishnan (Spotify), Harry Stebbings (20VC), Nancy Xiao (Bond Capital), Alison Barr Allen (Fast), serta angel investor lain dari WhatsApp, Square, dan Airbnb.

Sebelumnya di bulan Juli 2020 lalu, BukuWarung tengah menyelesaikan pendanaan pra-seri A yang dipimpin oleh Quona Capital. Targetnya membukukan dana menyentuh 8-digit dolar. Kami sempat mengonfirmasi kepada salah satu investor yang terlibat di putaran pra-seri A tersebut, mereka mengatakan bahwa pendanaan baru tidak terkait dengan putaran ini.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi dan membangun beberapa layanan keuangan. Misi terdekat, mereka akan mengintegrasikan aplikasi dengan produk pembayaran, kredit, dan tabungan. Kerja sama dengan penyedia dompet digital seperti Ovo dan Dana juga digalakkan untuk menunjang efisiensi pembayaran.

“Kami meluncurkan produk rintisan simpan-pinjam dan hasil awalnya sangat menjanjikan, dan sedang dalam proses menuju monetisasi. Peluncuran pembayaran digital merupakan langkah awal yang sangat penting untuk mewujudkan misi kami membangun infrastruktur digital bagi usaha mikro di Indonesia, khususnya ketika 600 triliun Rupiah yang ada di ekosistem masih berbentuk kas. Kami juga terus memperdalam solusi-solusi pembayaran yang kami tawarkan untuk menyediakan solusi yang menyeluruh kepada seluruh merchant, untuk kebutuhan pengelolaan kas dan kredit mereka di seluruh value chain,” kata Co-Founder BukuWarung Abhinay Peddisetty.

Beberapa tampilan fitur di aplikasi BukuWarung
Beberapa tampilan fitur di aplikasi BukuWarung

Menargetkan peritelseperti pemilik warung atau kios kecil, aplikasi BukuWarung memudahkan pengusaha melakukan pencatatan uang masuk dan keluar (laporan rugi-laba). Salah satu fitur unggulannya juga melakukan pencatatan dan pengingat utang untuk pelanggan/mitra.  Agustus lalu, mereka juga baru merilis fitur pembayaran, memungkinkan pedagang merilis invoice kepada distributor atau pelanggan. Terkait pembayaran Xendit digandeng menjadi rekanan strategis.

Ide pengembangan aplikasi tersebut berawal dari temuan founder ketika mengamati proses operasional UKM di Indonesia. Tantangan utama yang dihadapi para pelaku usaha mikro adalah ketergantungan mereka pada proses-proses manual akuntansi dan pembayaran kembali. BukuWarung memperkirakan, pelaku usaha mikro yang telah menggunakan perangkat digital dalam mengelola bisnisnya berkisar kurang dari 10 persen.

Hingga saat ini BukuWarung mengklaim telah memiliki 1,2 juta merchant yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Tercatat juga miliaran dolar transaksi kotor melalui aplikasi, membawa pertumbuhan perusahaan hingga 100 kali sejak didirikan tahun lalu.

“Pertumbuhan pesat kami didorong oleh strategi produk dan efisiensi modal. Kami membuat produk yang sangat sederhana, cepat, dan mudah dipahami seperti WhatsApp, yang digunakan oleh hampir seluruh pelaku UMKM di Indonesia. Ini membuat BukuWarung diminati dan digunakan oleh banyak merchant yang baru menjalankan bisnis online pertama kalinya,” ujar Co-Founder BukuWarung Chinmay Chauhan.

Di Indonesia, sudah ada beberapa aplikasi serupa. Satu yang cukup menonjol bersaing adalah BukuKas. Mereka kini juga tengah tergabung ke program akselerator Surge milik Sequoia India. Layanannya nyaris mirip, bantu pengusaha mikro catat keuangan mereka lewat aplikasi.

Selain itu, sebenarnya juga ada beberapa layanan yang fokus menyasar warung, misalnya Payfazz Wahyoo, Ula, WarungPintar, juga berbagai program kemitraan yang digalakkan raksasa e-commerce.

Application Information Will Show Up Here

The Integration between Qasir and GrabFood, to Facilitate F&B Merchant

The Qasir POS service startup is now integrated with Grab, enabling merchants of both parties to take advantage of each service. This collaboration also supports the acceleration of digitization for micro-entrepreneurs who have been affected since the pandemic.

Qasir’s CEO, Michael Liem explained, in order to optimally support entrepreneurs amid pandemic, the company provides a business collaboration package with GrabFood. This package can be used at an affordable subscription fee.

“Since the pandemic, digital platforms, which were only considered as alternative tools for doing things in daily life, have turned into a primary need. Even those who are not familiar with digital technology are forced to use technology if they want to survive. This also happens to our MSMEs partners,” said Mike, as he usually called.

He said that before this collaboration began, the Covid-19 pandemic had an impact on reducing Qasir merchant turnover by 40% during March-August 2020. Therefore, entering the digital ecosystem within Grab is expected to be able to boost the merchant business.

From a business point of view, this opportunity is used to acquire new users in a shorter time. Moreover, in the GrabFood ecosystem, it has netted millions of merchants throughout Indonesia. During the pandemic alone, Grab merchants and agents who just joined reached more than 83 thousand partners.

“The F&B merchants represent around 50% of Qasir’s merchant base. Forging a partnership with Grab which has a wide network will help our business partners to target a larger customer base. This also adds to our opportunity to acquire F&B merchants. ”

Separately contacted by DailySocial, Mike explained that both GrabFood and Qasir merchants can have interconnected services. For Qasir merchants who want to enter GrabFood, they only need to do the activation process. Even GrabFood merchants can register their business on the Qasir application by purchasing the GrabFood Integration feature and running the activation process.

Grab’s competitors have already made a similar integration with Moka – until the full acquisition – to expand the scope of the sales of entrepreneurs to online and offline channels. Regarding the possibility of whether it will also happen in Qasir, DailySocial tried to dig Mike. But he only said, “It is still limited to business cooperation.”

The competition for POS players, he continued, was getting tougher. However, as it is known, the business cake in POS is still very broad. The number of domestic micro-entrepreneurs who have used online platforms to develop new businesses has reached 13%. “What’s more, many entrepreneurs are still not really doing business digitally, so the opportunity is still very big.”

As a differentiation with similar players, he emphasized that Qasir has three important elements. First, Qasir can be used directly for free. This is useful for entrepreneurs who are just starting a business or those looking to digitize their business without having to be burdened with large initial commitments.

Second, to enjoy further features, Qasir provides additional features that are paid in units (pay-as-you-go). One of them is the “Manage Discounts” and “Order Tickets” features which are priced at Rp. 15 thousand (once paid for permanent use). Also, more complex features such as “Business Website” and “Attendance” with subscription concept.

In this Business Website, entrepreneurs can market their products through the website at a cost of less than IDR 200 thousand per year. They only need to enter their business data, while the product catalog is automatically integrated from the Qasir application. Consumers can order directly through the site, choose a delivery service, and the delivery duration is like shopping at an online store in general.

Thus, entrepreneurs can buy the features they need according to their business needs. “This mechanism makes Qasir more “budget-friendly”,” he said.

Mike continued, “Finally, Qasir tries to provide complete features for all needs, so that entrepreneurs don’t have to find and manage other additional applications that will take time and effort,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Integrasi Qasir dengan GrabFood, Mudahkan Pencatatan Laporan Keuangan Merchant F&B

Startup penyedia layanan POS Qasir kini terintegrasi dengan Grab, memungkinkan merchant kedua belah pihak memanfaatkan masing-masing layanan. Kerja sama ini sekaligus mendukung percepatan digitalisasi untuk kalangan pengusaha mikro yang terkena dampak sejak pandemi.

CEO Qasir Michael Liem menerangkan, dalam rangka mendukung pengusaha secara optimal di tengah pandemi, perusahaan menyediakan paket kerja sama usaha dengan GrabFood. Paket tersebut dapat digunakan dengan biaya berlangganan yang terjangkau.

“Sejak pandemi, platform digital yang tadinya hanya dinilai sebagai alat bantu alternatif untuk melakukan banyak hal dalam kehidupan sehari-hari, berubah menjadi suatu kebutuhan penting. Mereka yang belum terbiasa dengan teknologi digital pun seolah dipaksa keadaan untuk menggunakan teknologi jika ingin bertahan. Ini juga terjadi pada UMKM kita,” terang Mike, sapaan Michael.

Dia menuturkan sebelum kolaborasi ini dimulai, pandemi Covid-19 berimbas pada penurunan omzet merchant Qasir hingga 40% sepanjang Maret-Agustus 2020. Oleh karena itu, masuk ke ekosistem digital di dalam Grab diharapkan mampu mendongkrak bisnis para merchant.

Dari kacamata bisnis, kesempatan ini dimanfaatkan untuk mengakuisisi pengguna baru dalam waktu lebih cepat. Terlebih di dalam ekosistem GrabFood telah menjaring jutaan merchant di seluruh Indonesia. Selama pandemi saja, merchant dan agen Grab yang baru bergabung tembus lebih dari 83 ribu mitra.

Merchant F&B sendiri telah merepresentasikan sekitar 50% dari merchant base Qasir. Menjalin kemitraan dengan Grab yang memiliki jaringan luas akan membantu mitra usaha kami untuk menyasar basis pelanggan yang lebih besar. Hal ini juga menambah peluang kami untuk melakukan akuisisi merchant F&B.”

Secara terpisah, saat dihubungi DailySocial, Mike menerangkan baik merchant GrabFood dan Qasir dapat saling terhubung layanannya. Untuk merchant Qasir yang ingin masuk di GrabFood, mereka cukup melakukan proses aktivasi. Pun untuk merchant GrabFood dapat mendaftarkan bisnis mereka di aplikasi Qasir dengan membeli fitur GrabFood Integration dan menjalankan proses aktivasinya.

Kompetitor Grab, sudah lebih dahulu melakukan integrasi serupa dengan Moka -hingga akhirnya akuisisi penuh– untuk memperluas cakupan penjualan pengusaha ke channel online dan offline. Mengenai kemungkinan tersebut apakah akan terjadi juga di Qasir, DailySocial juga menanyakan ke Mike. Namun ia hanya mengatakan, “Masih sebatas kerja sama bisnis.”

Persaingan pemain POS, sambungnya, memang semakin ketat. Akan tetapi, seperti diketahui kue bisnis di POS ini masih sangat luas. Jumlah pelaku usaha mikro di dalam negeri yang sudah memanfaatkan platform online untuk mengembangkan bisnis baru mencapai 13%. “Terlebih lagi, banyak pengusaha yang masih belum benar-benar menjalankan bisnis secara digital, jadi peluang masih sangat besar.”

Sebagai diferensiasi dengan pemain sejenis, ia menekankan Qasir punya tiga elemen penting. Pertama, Qasir dapat digunakan langsung secara gratis. Hal tersebut berguna untuk pengusaha yang baru mulai usaha atau mereka yang berkeinginan mendigitalkan bisnis mereka tanpa harus dibebankan dengan komitmen awal yang besar.

Kedua, untuk menikmati fitur lebih jauh, Qasir menyediakan fitur tambahan berbayar secara satuan (pay-as-you-go). Salah satunya adalah fitur “Kelola Diskon” dan “Tiket Pesanan” yang dibanderol seharga Rp15 ribu (sekali bayar untuk pemakaian selamanya). Juga, fitur yang lebih kompleks seperti “Website Usaha” dan “Absensi” dengan konsep berlangganan.

Di dalam Website Usaha ini, pengusaha dapat memasarkan produknya lewat situs dengan biaya kurang dari Rp200 ribu per tahun. Mereka cukup memasukkan data usaha, sedangkan katalog produk sudah terintegrasi secara otomatis dari aplikasi Qasir. Konsumen bisa langsung memesan melalui situs, memilih jasa pengiriman, dan durasi pengiriman selayaknya berbelanja di toko online pada umumnya.

Dengan demikian, pengusaha dapat membeli fitur yang mereka butuhkan sesuai dengan kebutuhan bisnisnya. “Mekanisme ini membuat Qasir lebih “budget friendly”,” ujar dia.

Mike melanjutkan, “Terakhir, Qasir berusaha memberikan fitur yang lengkap untuk segala kebutuhan, sehingga pengusaha tidak perlu mencari dan mengelola aplikasi tambahan lain yang akan memakan waktu dan tenaga,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here