Mengenal CAReady, Platform Lelang Mobil Bekas dari Perusahaan Patungan Blue Bird

CAReady adalah platform digital berbasis web yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna untuk mengikuti lelang mobil bekas. Layanan tersebut dikembangkan oleh perusahaan patungan (joint venture) antara Blue Bird Group, Mitsubishi UFG Lease and Finance dan PT Takari Kokoh Sejahtera.

Nantinya produk yang akan dilelang adalah mobil bekas yang telah berusia di atas 5 tahun. Mengenai tipenya akan bermacam-macam, mulai kendaraan pribadi seperti MVP hingga kendaraan komersial seperti truk. Pada debutnya di akhir Juni 2019, CAReady sudah mulai melelang sekitar 200 unit mobil.

PT Balai Lelang Caready sebagai perusahaan yang menaungi CAReady mendapatkan suntikan pendanaan awal senilai 23 miliar Rupiah. Merupakan modal yang terkumpul dari 3 perusahaan pendiri, dengan pembagian BlueBird dengan total 51%, Mitsubisi UFG 39%, dan Takari 10%.

Pendirian CAReady merupakan salah satu realisasi dari visi yang ingin dicapai Dirut Blue Bird Group Noni Purnomo. Dalam sebuah kesempatan ia mengatakan akan mendorong perusahaan mengembangkan bisnis di luar penyewaan mobil. Namun dipastikan usaha baru tersebut masih akan berhubungan dengan sistem transportasi.

“Kita bisa fokus menjual kendaraan bekas tapi berkualitas. Ini salah satu diversifikasi usaha Blue Bird. Salah satunya membentuk anak perusahaan baru dengan memilih partner yang sejalan,” sambut Noni.

Bermarkas pusat di Balai Lelang CAReady di kawasan Bekasi, perusahaan dipimpin oleh Hery Sugiarto. Sebelumnya ia menjabat sebagai Used Car & Operational Specialist di Blue Bird Group. Dalam sambutannya ia mengatakan, pangsa pasar mobil bekas masih sangat besar, mencapai 5x lebih besar dari mobil baru.

“Kami melihat pasar mobil bekas lebih stabil dibanding mobil baru. Mobil bekas penjualannya rata-rata 2 juta unit per tahun. Kalau mobil baru penjualan rata-rata per tahun sekitar 1 juta unit,” ujar Hery.

Selain melakukan penawaran secara virtual, peminat juga bisa mendatangi langsung balai lelang milik CAReady untuk melakukan transaksi secara offline.

“Kunci dari usaha ini kan harus memiliki barang, mulai dari MPV, SUV dan ke depannya akan ada truk serta sepeda motor. Pembeli di lelang ini kalau malas datang bisa (ikut) secara online. Jadi kita bisa melakukan transaksi lewat offline dan online […] Kami ke depan akan membuka di berbagai daerah, karena peluangnya cukup besar” ujar Hery.

7.5 Degree Media Startup Expands to Indonesia, Focus on Bridging China-based Business Players

After receiving seed funding from East Ventures in May 2019, the Chinese-language media based on Singapore, 7.5 Degree, plans to expand to Indonesia. It started from opening a branch office and placing team for media coverage in Indonesia. They’re focused on the startup industry, such as e-commerce, fintech, SaaS, and gaming in Indonesia for their users in China.

7.5 Degree’s CEO, Li Yufu said to DailySocial that the expansion to Indonesia is expected to bring relevant information while bridging business owners and investors from China to expand their business in Indonesia.

“We create opportunities through media focused on presenting relevant information for China’s readers. It’s for them to gain information on the startup and related industries in Indonesia.”

Officially launched in 2017, the 7.5 Degree has distributed articles through various channels. Currently, they’ve produced 350 articles in Chinese, discussing all things related to the internet economy in Southeast Asia.

“In accordance with our mission of implementing ‘One Belt One Road’, we want to make Indonesia one of the countries to explore in terms of expanding relations and opening networks with China,” he added.

Focused on helping China-based business players and investors

7.5 Degree has another consulting service for business players from China who want to expand their business in Indonesia. Especially for Chinese speakers.

Through this service, 7.5 Degree intends to bring more Chinese investors to Indonesia. Currently, they claim to have had several clients from China to Thailand using their consulting services.

“In terms of media, we’re not using too much advertising for monetizing. The strategy is fully on consulting services,” Yufu said.

They have also launched Invmall, a new service that aims to encourage interaction between technology businesses in Southeast Asia and China. The platform presents a “bridging” service that allows startup founders to directly connect with investors from China (or vice versa) via email or WhatsApp.

There are very few service providers capable to support the local startups in early-stage to get funding. If we can help entrepreneurs to get seed funding from investors, both from China and Southeast Asia, this will be huge opportunities for them to grow and develop.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Media 7.5 Degree Siap Ekspansi ke Indonesia, Fokus Jembatani Pebisnis Tiongkok

Setelah mendapatkan pendanaan tahap awal dari East Ventures bulan Mei 2019 lalu, 7.5 Degree media teknologi berbahasa Mandarin yang berbasis di Singapura berencana untuk melakukan ekspansi ke Indonesia. Inisiatif tersebut akan diawali dengan membuka kantor dan menempatkan tim mereka untuk melakukan peliputan. Fokusnya pada berita industri startup, e-commerce, fintech, SaaS hingga gaming di Indonesia untuk pembaca mereka di Tiongkok.

Kepada DailySocial CEO 7.5 Degree Li Yufu menegaskan, kehadiran bisnisnya di Indonesia diharapkan bisa menghadirkan informasi yang relevan sekaligus menjembatani pemilik bisnis dan investor asal Tiongkok untuk melebarkan bisnis mereka di Indonesia.

“Kami membuka peluang tersebut melalui media yang fokus menghadirkan informasi yang relevan untuk pembaca di Tiongkok. Harapannya mereka bisa mengenal lebih jauh industri startup dan terkait di Indonesia.”

Resmi meluncur tahun 2017 lalu, 7.5 Degree telah mendistribusikan artikel mereka melalui berbagai kanal, seperti. Sejauh ini telah memproduksi 350 artikel berbahasa Mandarin, membahas segala hal terkait ekonomi internet di Asia Tenggara.

“Sesuai dengan misi kami yaitu menerapkan ‘One Belt One Road’, kami ingin menjadikan Indonesia salah satu negara yang bisa kami jajaki dalam hal memperluas relasi dan membuka jaringan dengan Tiongkok,” kata Yufu.

Fokus bantu pemilik bisnis dan investor asal Tiongkok

7.5 Degree juga memiliki layanan lainnya berupa konsultasi untuk pemilik bisnis asal Tiongkok yang ingin melebarkan bisnis di Indonesia. Khususnya bagi mereka yang selama ini menggunakan bahasa Mandarin.

Melalui layanan konsultasi ini, 7.5 Degree berharap bisa membawa lebih banyak lagi investor asal Tiongkok ke Indonesia. Saat ini mereka mengklaim telah memiliki beberapa klien dari Tiongkok hingga Thailand yang telah memanfaatkan jasa konsultasinya.

“Untuk media sendiri kami tidak terlalu berat memanfaatkan iklan untuk monetisasi. Namun sepenuhnya strategi monetisasi kami adalah dari layanan konsultasi,” kata Yufu.

Mereka juga telah meluncurkan Invmall, sebuah layanan baru yang bertujuan untuk mendorong interaksi antara pelaku bisnis teknologi di Asia Tenggara dan Tiongkok. Platform tersebut menghadirkan layanan “penghubung” yang memungkinkan para founder startup untuk langsung berhubungan dengan investor dari Tiongkok (atau sebaliknya) lewat email atau WhatsApp.

“Hanya ada sedikit sekali penyedia layanan yang bisa memenuhi kebutuhan startup tahap awal lokal untuk mendapatkan pendanaan. Jika kami bisa membantu para entrepreneur untuk mendapatkan pendanaan tahap awal dari investor, baik dari Tiongkok maupun Asia Tenggara, hal ini akan membuka kesempatan yang besar bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang,” kata Yufu.

Melalui Pendekatan Online-Offline, Pak Tani Digital Upayakan Sinergi di Industri Pertanian

Pak Tani Digital merupakan startup yang mencoba mengambil peran untuk menghubungkan petani dengan seluruh pemain di industri pertanian dari hulu ke hilir, mulai dari supplier hingga ke pelanggan rumah tangga. Startup ini sudah dua tahun berjalan secara bootstrap dan terus berupaya mengembangkan bisnisnya.

“Pak Tani Digital sudah beroperasi sejak November 2017, hingga saat ini kami punya lebih dari 28 ribu pengguna aplikasi. Tidak hanya itu, program Pak Tani Digital Goes To Campus sudah mengunjungi berbagai daerah, baik di kampus-kampus pertanian di Sumatera Utara maupun di luar Sumatera,” jelas CEO Pak Tani Digital Kris Pradana kepada DailySocial.

Startup yang berkantor di Medan ini diprakarsai oleh Mahendara Sitepu, Yosephine Natalia Sembiring, dan Nador Darojad Iwa Brahmana. Ketiganya memiliki visi menyelesaikan permasalahan pertanian di Indonesia, seperti kurang fasihnya para petani menggunakan teknologi untuk mendapatkan informasi dan terhubung dengan pasar.

Usia petani yang rata-rata sudah tidak muda lagi membuat mereka jauh dengan teknologi digital. Sementara pemanfaatan teknologi berpotensi untuk membantu mengembangkan bisnis cocok tanam mereka. Untuk itu Pak Tani Digital aktif mengedukasi para petani dengan cara mendekat ke petani muda dan kelompok tani untuk melakukan sosialisasi.

Tim Pak Tani Digital juga berusaha membangun sebuah ekosistem marketplace pertanian yang mampu menyediakan informasi. Melalui sistem itu diharapkan petani dapat dihubungkan dengan para stakeholder industri. Misinya memangkas banyak biaya, salah satunya terkait distribusi.

“Semua orang pasti membutuhkan makanan, sehingga pertanian sudah pasti sangat menjanjikan. Di samping itu, kita melihat nasib petani kita belum membaik sepenuhnya, sehingga peran kita adalah empowering mereka dan menantang mereka bersemangat menjadi petani dengan prospek yang tidak diragukan lagi,” imbuh Kris.

Saat ini mungkin konsep yang diusung Pak Tani Digital bukanlah hal baru. Untuk itu mereka berusaha mengembangkan fitur-fitur yang bisa bermanfaat bagi seluruh stakeholder di ekosistem pertanian. Seperti, fitur “Pasar Online”, memungkinkan petani menjual komoditi pertanian secara langsung.

Ada juga fitur “Supplier” yang disiapkan untuk memudahkan para supplier menjual alat dan bahan pertanian. Fitur “Cek Harga” untuk memudahkan memantau harga komoditas pertanian di Indonesia. Dan fitur “Transporter” untuk memudahkan siapa saja menyewakan armada angkut yang mereka miliki.

Tahun ini Pak Tani Digital akan melanjutkan program “Pak Tani Digital Goes to Campus” untuk mengajak para mahasiswa menjadi pionir pertanian memanfaatkan pendekatan digital. Selain itu mereka juga aktif mencari mitra untuk bersama-sama membantu petani dalam menjual hasil panen.

Application Information Will Show Up Here

Sakoo Mungkinkan Pebisnis Kelola Penjualan di Berbagai Marketplace Melalui Dasbor Tunggal

Bertujuan untuk mempermudah pemilik bisnis online memasarkan produk mereka di berbagai online marketplace, Sakoo resmi meluncur. Platform tersebut dikembangkan oleh startup binaan Digital Amoeba Telkom Indonesia.

Kepada DailySocial CMO Sakoo Riska Tania Tambunan mengungkapkan, startup yang didirikan bersama Marcho Senda Djisoko (CEO) dan Budi Hari Sulaksono (CTO) didasari dari pengalaman para pendiri startup. Ketika berjualan di banyak marketplace, mereka menemui kendala sulitnya mencocokkan stok di seluruh kanal.

Menurut riset dan survei yang dilakukan Sakoo, hal ini terjadi karena sistem yang digunakan masih manual. Sementara penjualan secara dinamis terus berjalan, sehingga kadang data stok menjadi tidak sesuai dengan barang yang siap untuk dijual. Hal itu dapat menyebabkan transaksi gagal atau tidak terdeteksinya barang yang sudah terjual di gudang.

“Dari hasil validasi yang dilakukan, kami mendapatkan bahwa banyak pemilik bisnis yang kesulitan mengelola stok agar sesuai dengan kondisi aslinya, serta sulit mengelola transaksi di beberapa marketplace sekaligus. Pemilik bisnis juga membutuhkan dukungan kanal pemasaran online untuk menaikkan omzet,” kata Riska.

Cara kerja Sakoo

Terdapat beberapa fitur Sakoo, di antaranya pengaturan stok, katalog online dan sinkronisasi ke tiga marketplace (Shopee, Lazada, dan Blanja). Pengguna cukup membuat akun di aplikasi Sakoo dengan mendaftarkan e-mail atau nomor handphone.

Setelah akun Sakoo diaktifkan, pengguna dapat mengakses dasbor lalu melakukan pengaturan toko online meliputi nama toko, lokasi toko (bisa multi-lokasi toko atau gudang), dan alamat sub-domain toko onlinenya. Pengguna kemudian dapat mengunggah produk yang dijual dan melakukan set-up stock inventory.

“Nantinya secara otomatis pengguna akan mendapatkan katalog online untuk tokonya sendiri, dengan alamat sub-domain yang sudah dipilih dan tersedia. Katalog online dapat langsung digunakan untuk menerima transaksi. Semua transaksi yang dilakukan melalui katalog online dapat diproses melalui dasbor Sakoo,” kata Riska.

Saat ini Sakoo mengklaim telah memiliki sekitar 500 lebih merchant yang sudah menggunakan platformnya. Kebanyakan merchant yang bergabung adalah UKM. Merchant yang aktif menggunakan berjumlah 11 unit bisnis dengan skala menengah dan 1 klien korporasi yang mengelola 2000 reseller mereka.

“Untuk strategi monetisasinya, kami memberlakukan subscription fee bulanan dan tahunan bagi penggunanya. Selain itu, kami juga menerapkan managed service fee untuk whitelabel project,” kata Riska.

Target Sakoo

Startup dinaungi Telkom Indonesia di bawah program inkubasinya ini masih memiliki beberapa target yang ingin dicapai. Di antaranya menambah pilihan platform marketplace hingga menambah jumlah merchant.

Berbeda dengan platform serupa lainnya, Sakoo mengklaim memberikan kemudahan satu tempat bagi pemilik bisnis untuk pengelolaan multi akun dan multi lokasi toko atau gudang. Pengguna juga secara instan bisa memiliki dan mengelola toko online milik sendiri.

“Solusi kami adalah end-to-end sampai dengan memonitor pengiriman barang ke pembeli. Mendukung ekosistem bisnis, Sakoo juga telah bekerja sama dengan pendukung bisnis lainnya, seperti penyedia gudang, pengiriman serta payment gateway yang dapat dipilih sesuai kebutuhan klien,” tutup Riska.

RevoU Tawarkan Pendidikan Teknologi, Sesuaikan Materi dengan Kebutuhan Startup

Geliat pesat bisnis dan startup di Indonesia nyatanya masih menyisakan pengangguran yang terus meningkat karena tidak sesuainya skill calon pekerja dengan kebutuhan industri. Pekerjaan rumah ini harus diselesaikan secara bersama oleh pemerintah, institusi pendidikan serta berbagai pihak lainnya.

Engineer menjadi pekerjaan yang paling banyak dicari startup, namun ketersediaannya begitu terbatas. Alhasil, membuat startup mengambil talenta dari luar negeri untuk bekerja di perusahaannya.

RevoU turut mengambil kesempatan tersebut dengan meresmikan kehadirannya di Indonesia sejak awal Juni 2019. Startup edutech ini sebenarnya adalah hasil paduan dari startup edutech di Tiongkok dan Amerika Serikat, dengan lokalisasi untuk Indonesia.

RevoU didirikan oleh Matteo Sutto, mantan petinggi di Zalora dan iPrice Group. Startup ini memosisikan diri sebagai wadah percepatan karier buat siapapun asal memiliki kemauan yang kuat untuk belajar, terlepas dari latar belakang, tingkat pendidikan, atau karier sebelumnya.

Menurutnya, pangkal isu dari ketimpangan ini bukan terjadi karena kurang sesuainya kurikulum yang diajarkan institusi pendidikan. Namun karena minimnya tools untuk melatih skill jadi lebih baik sesuai dengan kebutuhan industri.

Salah satu faktor ini, setidaknya ia temukan saat bekerja di iPrice. Banyak orang Indonesia yang memiliki skill mumpuni berkat mentoring dan pelatihan yang tepat diajarkan di sana.

“Jadi bukan karena kurang talenta, tapi kurangnya tools untuk berlatih mengembangkan skill yang tepat sesuai kebutuhan industri IT. Ini isu fundamental yang coba kami selesaikan lewat RevoU,” terang Sutto kepada DailySocial.

Program “Career Track” dan penyaringan peserta

Founder dan CEO RevoU Matteo Sutto / RevoU
Founder dan CEO RevoU Matteo Sutto / RevoU

Dia melanjutkan, RevoU menyiapkan pilihan karier yang ingin ditempuh setiap partisipannya, disebut “Career Track.” Kurikulumnya merupakan kombinasi materi online yang sudah ada, 1-on-1 live mentoring dengan pelaku startup, dan dipadu padankan tugas-tugas rutin yang berkorelasi dengan pekerjaan nyata di lapangan.

Alhasil, setiap partisipan diharapkan memiliki skill yang lebih matang dan tidak bersifat jangka pendek saja. Sebab ilmu yang diajarkan dari para mentor dapat langsung dipraktikkan dalam pekerjaan nyata.

Mentor yang mengisi dalam setiap pertemuan, sambungnya, adalah praktisi nyata yang bekerja di startup dan mau berbagi pengalaman serta tips untuk para partisipan.

Program pendidikan yang dapat dipilih dalam Career Track sementara ini adalah Digital Marketing. Sutto menyebut pihaknya akan terus menambah pilihan karier yang paling banyak dibutuhkan di startup, seperti dan Data Science, Engineer, Computer Science, Data Analytics dan sebagainya.

“RevoU bertugas untuk melatih calon talenta, sehingga saat bekerja di startup, perusahaan tidak perlu melatih lagi karena sudah kami kerjakan. Jadi lulusan yang kami hasilkan siap langsung kerja.”

Ambil contoh, untuk Digital Marketing, komitmen yang dibutuhkan untuk mengikuti program ini adalah 15 minggu. Selama program berlangsung, partisipan tidak akan diajari ilmu yang basic, seperti apa itu SEO, dan sebagainya. Melainkan mengajak mereka untuk membuat kerangka kerja analitis, dan aktif dengan mengerjakan tugas yang datang dari contoh pekerjaan dalam kehidupan nyata.

“Tugas berkala kami berikan untuk memastikan apakah mereka paham dengan yang dipelajari dalam sepekan tersebut. Mereka juga diajak untuk pakai tools yang biasa dipakai startup, seperti Slack untuk berkomunikasi dengan partisipan lainnya atau mentor.”

Menurutnya 15 minggu adalah waktu yang pas, tidak terlalu lama pun juga tidak terlalu cepat. Namun durasi tersebut akan disesuaikan untuk program Career Track yang lainnya, apabila dibutuhkan.

Sutto menyebutkan, RevoU memang diperuntukkan buat siapapun entah itu mahasiswa tingkat akhir atau pekerja dengan pengalaman awal, namun ada seleksi yang ketat. Pasalnya, perusahaan memiliki aturan bahwa setiap partisipan yang gagal diterima di startup, mereka tidak diwajibkan membayar iuran.

Apabila berhasil diterima di startup, partisipan memiliki keringanan untuk mencicilnya dengan membayar uang muka yang ringan dan melunasinya dari 12 bulan sampai 18 bulan setelah mereka mendapat gaji di kantor baru. Untuk biaya program Digital Marketing dimulai dari Rp15 juta per orangnya.

Sebelum partisipan bergabung, sebenarnya mereka mendapat kesempatan untuk ikut kelas perkenalan secara gratis selama tiga minggu. Dalam perkenalan ini, siapapun bisa bergabung dan diharapkan mendapat gambaran besar tentang pilihan program Career Track yang sesuai dengan ketertarikan.

“Program tiga minggu ini gratis untuk siapapun, tapi untuk ikut Career Track ada seleksi ketat karena kami berinvestasi untuk setiap partisipan yang masuk ke RevoU. Kalau mereka tidak diterima, kami tidak menghasilkan uang sama sekali.”

Rencana berikutnya RevoU

Pada tahap awal RevoU, Sutto beserta tim akan perbanyak pilihan program Career Track. Namun, bukan berarti secara langsung fokus memperbanyak volume partisipan karena dikhawatirkan akan mengurangi kualitas lulusan.

Untuk itu, perusahaan akan fokus dari sisi supply dan demand dengan perbanyak kemitraan dengan startup agar mereka semakin mudah menerima rekomendasi lulusan yang siap direkrut. Beberapa nama startup yang telah bekerja sama di antaranya Lazada, Shopee, Traveloka, Zalora, dan Gojek.

Dari sisi supply, bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk mendorong mahasiswa mengikuti program di RevoU.

“Dari strategi tersebut, kami harapkan secara perlahan awareness masyarakat terhadap RevoU meningkat karena kami punya misi besar, tidak sekadar bisnis saja, ingin meningkatkan kemampuan lulusan di Tanah Air.”

Sutto enggan menyebut berapa banyak partisipan yang telah bergabung, namun diklaim sudah ada perkumpulan mahasiswa yang berpartisipasi pada bulan pertama operasionalnya ini.

RevoU disebutkan telah menerima pendanaan dari angel investor dengan nilai yang tidak disebutkan. Tim RevoU tersebar di Singapura dan Eropa. Namun tim inti RevoU akan bertempat di Indonesia.

Kehadiran RevoU tentunya meramaikan startup edutech di Indonesia. Pemain lainnya dengan konsep yang berbeda ditawarkan oleh startup seperti Udemy, Zenius, Ruangguru, Cakap, GreatEdu, Labster, Kelas.com, Quipper, dan masih banyak lagi. Adapun yang model bisnisnya sangat mirip dengan RevoU ada Binar Academy dan Hacktiv8.

Catapa Implements Artificial Intelligence, Offering “Human Resources Intelligent System”

In its development, artificial intelligence (AI) implementation is getting broader and specific, for business in particular. One of the examples is Catapa, by presenting a smart system to support human resource division at the office.

A graduate from GDP Venture incubation has developed a Human Resources Intelligent System that serves various employee requirements, such as data management, payroll, taxes, and insurance.

In addition to the employee dashboard, Catapa’s Founder & CEO, Stefanie Suanita said, what distinct its platform with others in general is, they’ve applied Artificial Intelligence. One of those is represented in the form of virtual assistant named “Claudia”, with interactive design to help employees submitting leave, overtime work, and others.

The chatbot can be integrated to Facebook Messenger, LINE, Slack, or Telegram for business.

Claudia, a virtual assistant for employee issues related to HR
Claudia, a virtual assistant for employee issues related to HR

 

As the usual SaaS (Software as a Service), Catapa subscription model is quite flexible, accumulated based on usage. In its implementation, the system will automatically count the payment/deduction for BPJS Kesehatan (Health) and Ketenagakerjaan (Employee), including PPh 21 accumulation for employee taxes. Catapa platform has also fully integrated with Klik BCA Bisnis.

Currently, there are some modules ready to be attached to the system. Starts from Recruitment for new employees, Time Management to manage absence and leaves. Also, Talent Management module to monitoring some actions related to the staff competency, and Reimbursement for any kinds of business-related submission or reimbursement.

Catapa was founded on April 21st, 2017. Stefanie said, they’ve handled thousands of payslips every month from various business users. In order to improve features, integration with “sister company” and other supporting platform is being developed to facilitate users in the near future.

The other highlight of Catapa is about data security and privacy. In the release, they guarantee the secure Personally Identifiable Information (PII) by adding the basic data encryption (communication apps), server (communication client), Network Demilitarized Zone (DMZ) implementation, and avoid data loss (disaster recovery).

Aside from Catapa, there are some startups providing digital services for employee-related needs. There are GreatDay HR, Talenta, Gadjian, Mekari, Jojonomic, and others.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mengenal Benemica, Platform SaaS untuk Kepegawaian

Benemica merupakan satu dari banyak platform yang ditujukan untuk pengelolaan karyawan. Tidak hanya gaji, mereka juga mampu mengakomodasi pencatatan presensi, cuti, pengajuan lembur dan beberapa kebutuhan kepegawaian lainnya.

Secara resmi Benemica mulai beroperasi pada Januari 2018. Hingga saat ini mereka sudah mengelola lebih dari 1200 karyawan dan diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan bisnisnya.

Benemica layaknya layanan HRIS (Human Resources Information System) lainnya memiliki fungsi dasar untuk kepengurusan karyawan seperti perhitungan gaji, pajak penghasilan, pencatatan presensi, pengajuan cuti, pengajuan lembur, pengajuan klaim, hingga download slip gaji.

Di kancah industri penyedia solusi HR, Benemica tidak sendirian, ada juga nama-nama seperti Catapa, GreatDay HR, Talenta, Gadjian, Mekari, Jojonomic. Semuanya mencoba menghadirkan solusi HR yang efisien dan inovatif memanfaatkan teknologi-teknologi yang ada.

Untuk persaingan, pihak Benemica cukup optimis dengan produk dan layanan yang mereka tawarkan. Pasalnya selain sudah berhasil mengelola 70 lebih perusahaan, mereka juga menyediakan fleksibilitas untuk mengatur beberapa komponen, termasuk perhitungan gaji dan pajak karyawan maupun non karyawan.

“Tantangannya adalah kebanyakan HRIS masih cukup nyaman dengan manual atau semi-manual dengan segala resiko dan akurasi yang ada. Ditambah lagi ada kekhawatiran jika sudah pakai sistem maka tenaga mereka akan dipangkas, padahal belum tentu seperti itu. HR world sangat luas dan masih banyak area yang belum di-cover,” terang CMO Benemica Hariman Lie.

Dari segi bisnis, Benemica berada di bawah naungan PT BPOSeven Inovasi Indonesia. Sejau ini mereka belum menerima pendanaan dari pihak ketiga, kendati demikian pihak Benemica terbuka jika ada yang ingin terlibat di pendanaan.

Di tahun ini Benemica menargetkan untuk mencatatkan 25 ribu pengguna yang dikelola dan menggaet 10 rekanan bisnis baru. Selain itu, mereka akan meluncurkan beberapa fitur baru yang masuk dalam kategori “employee self-service”, misalnya untuk pembayaran claim on the go dan online salary payment

Application Information Will Show Up Here

Startup Pengembang Platform Konten Pemasaran “Feedloop” Dapatkan Pendanaan Awal dari East Ventures

Startup SaaS di bidang pemasaran Feedloop hari ini (19/6) mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal (seed funding) dari East Ventures dan beberapa angel investor. Terkait nominal yang diterima tidak diinfokan lebih lanjut. Modal tambahan tersebut akan difokuskan untuk membangun pengalaman konten yang interaktif dan mutakhir, sehingga dapat membantu para perusahaan dalam inisiatif “brand activation”.

Layanan Feedloop menyediakan perangkat untuk para staf pemasaran dalam membuat kampanye pemasaran interaktif, berbentuk survei, kuis, dan cerita yang dapat dibagikan di media sosial atau ditempel di aplikasi dan website.

“Konsumen masa kini menginginkan dialog dua arah dengan brand. Sekadar menampilkan iklan dan mempromosikan produk atau brand tidak lagi efektif. Brand harus berinvestasi dalam membangun konten yang memicu dialog dan memberikan nilai tambah kepada konsumen,” ujar Co-founder & CEO Feedloop Ahmad Rizqi Meydiarso, sebelumnya merupakan Co-founder Kata.ai.

“Feedloop bisa mempercepat sebuah kampanye kreatif hingga diterima masyarakat, sembari mengurangi biaya bila dibandingkan dengan kampanye yang dibuat oleh vendor,” tambah Co-founder & CTO Feedloop Ronaldi Kurniawan. “Karena itu, kami menghilangkan kesulitan para staf pemasaran, dan memungkinkan mereka untuk fokus pada hal yang lebih penting, yaitu proses kreatif. Kami juga memungkinkan mereka untuk terus memperbaiki diri lewat masukan-masukan pengguna yang berasal dari sistem analisis kami.”

Feedloop
Contoh hasil konten survei racikan Feedloop untuk Liga1

Menurut PwC, pertumbuhan pengeluaran digital media di Indonesia merupakan salah satu yang paling cepat di dunia. PQ Media memperkirakan bahwa pengeluaran iklan di tanah air bisa mencapai US$12 miliar. Kendati pengeluaran yang besar, tantangan terbesar pemasar adalah merancang pengalaman pelanggan yang berkesan secara menyeluruh untuk meningkatkan brand engagement, sehingga menghasilkan ROI yang lebih tinggi.

“Kami percaya lebih dari 150 juta konsumen Indonesia sudah terhubung secara online. Dengan demikian, personalisasi akan menjadi strategi utama yang lebih efektif bagi brand dan perusahaan untuk menjangkau pelanggan mereka. Tim Feedloop memiliki pola pikir yang tepat, mereka membawa pendekatan berbasis produk untuk membantu perusahaan berinovasi dalam memberikan pengalaman merek yang terpersonalisasi dalam berbagai situasi,” sambut Partner East Ventures Melisa Irene.

Terapkan Kecerdasan Buatan, Catapa Tawarkan “Human Resources Intelligent System”

Seiring perkembangannya, penerapan kecerdasan buatan (artificial intelligence – AI) mulai meluas dan spesifik, khususnya untuk bisnis. Salah satunya seperti yang dilakukan Catapa dengan menghadirkan sistem cerdas untuk membantu divisi sumber daya manusia di perkantoran.

Startup hasil inkubasi GDP Venture tersebut mengembangkan sebuah Human Resources Intelligent System yang melayani berbagai kebutuhan kepegawaian, seperti pengelolaan data personalia, penggajian, perpajakan, hingga tanggungan asuransi.

Selain dasbor kepegawaian yang dapat dikelola perusahaan, Founder & CEO Catapa Stefanie Suanita menjelaskan, pembeda utama platformnya dengan sistem informasi kepegawaian pada umumnya ialah mereka telah mengaplikasikan AI. Salah satunya direpresentasikan dalam bentuk asisten virtual bernama “Claudia”, didesain interaktif agar membantu karyawan dalam pengajuan cuti, persetujuan lembur dll.

Chatbot tersebut dapat diintegrasikan dengan Facebook Messenger, LINE, Slack atau Telegram yang digunakan perusahaan.

Claudia Chatbot
Claudia, asisten virtual untuk membantu kebutuhan karyawan terkait HR

Layaknya SaaS (Software as a Services), model berlangganan Catapa cukup fleksibel, dihitung berdasarkan penggunaan. Saat diaplikasikan ke bisnis, sistem juga dapat secara otomatis melakukan perhitungan pembiayaan/potongan untuk BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan, termasuk melakukan perhitungan PPh 21 untuk pajak pegawai. Platform Catapa juga sudah terintegrasi penuh dengan Klik BCA Bisnis.

Beberapa modul pendukung telah dimiliki dan dapat ditambahkan ke sistem. Mulai dari modul Recruitment untuk proses perekrutan pegawai baru, Time Management untuk mengelola data kehadiran dan pengajuan cuti. Ada juga modul Talenet Management untuk mengelola berbagai hal terkait pengembang kompetensi pegawai, dan Reimbursement untuk pengajuan pengajuan atau pengembalian dana keperluan pekerjaan.

Catapa dirilis pertama kali pada 21 April 2017. Menurut pemaparan Stefanie, saat ini Catapa telah menangani ribuan playslip setiap bulan dari berbagai pengguna bisnis. Untuk meningkatkan fitur, integrasi dengan “sister company” dan platform pendukung lainnya tengah dilakukan sehingga ke depannya dapat memudahkan pengguna.

Hal lain yang turut menjadi perhatian dari pengembang Catapa ialah mengenai keamanan dan privasi data. Dalam keterangannya, pihaknya menjamin keamanan Personally Identifiable Information (PII) dengan membubuhkan enkripsi basis data (komunikasi apps), server (komunikasi client), implementasi Network Demilitarized Zone (DMZ), dan pencegahan terhadap kehilangan data (disaster recovery).

Selain Catapa, di Indonesia sudah ada beberapa startup yang menyajikan layanan digital untuk kebutuhan kepegawaian. Ada GreatDay HR, Talenta, Gadjian, Mekari, Jojonomic dan sebagainya.