Tokopedia Announces Special Channel for “Official Store”

Tokopedia announces special channel for Official Store in its platform that focuses on authentic products of trusted brands. There are many updates for feature, logo, and UI/UX appearance for better experience.

The channel is separated from Tokopedia marketplace platform. There are more than 2 partners offering millions of high quality and branded products through Official Store. In the category of utensils, gadgets, the latest electronics, and others.

Tokopedia‘s VP of Merchants, Inna Chandika said, Official Store is part of consumer’s demand. They want a convenient and secure online shopping experience. However, the latest grand launching was held because they’re ready in terms of product’s originality, availability, and guarantee.

“Official Store on Tokopedia is the right option to complete the increasing customer’s demand for better shopping experience of certain brands.” he said, Fri (3/29).

Previously, the Official Store concept has existed since few years ago. There are tight curation process to complete for a brand to get into Official Store, such as submitting NPWP, SIUP, product license, and others.

Inna is open for opportunity to present Official Store in the form of offline store. However, they still want to put the overall shopping experience forward. There is consumer’s demand to touch the product.

In the same occasion, Bank Mandiri presents as supporting team of the Official Store. BankMandiri’s SVP, Muhamad Gumilang M said Tokopedia is the most used marketplace platform for corporate’s online transaction. Last year, it has reached 18% – 20% of the total e-commerce transaction at Rp4.58 trillion.

Therefore, shopping on e-commerce platform has become the trend for Bank Mandiri customers. It appears on the Mandiri card’s transaction frequency data, either debit or credit, which increases 80% in 2019 compared to the previous year.

“We partnered up with Tokopedia because its transaction is at the top of the table to other platforms. Therefore, we boost transaction with marketing campaign for Bank Mandiri’s customers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Resmikan Kanal Khusus “Official Store”

Tokopedia meresmikan kanal khusus Official Store di dalam platform-nya yang khusus melayani produk asli dari merek terpercaya. Banyak pembaruan fitur, logo, serta tampilan UI/UX agar pengguna lebih nyaman.

Kanal ini secara khusus dipisahkan dari platform marketplace Tokopedia. Ada lebih dari 2 ribu mitra yang menghadirkan jutaan produk berkualitas dan bermerek melalui kanal Official Store. Mulai dari alat rumah tangga, kebutuhan ibu dan anak, koleksi fesyen dan kecantikan, gadget dan elektronik terbaru, dan lainnya.

VP of Merchants Tokopedia Inna Chandika menjelaskan, Official Store adalah bagian dari permintaan konsumen. Mereka ada keinginan belanja online dengan nyaman dan aman. Namun baru kali ini grand launch dilakukan karena sudah siap dari segi jaminan original barang, kepastian selalu ada, dan garansi.

“Official Store di Tokopedia adalah pilihan pasti untuk memenuhi pertumbuhan permintaan pelanggan akan pengalaman berbelanja yang lebih nyaman untuk merek-merek favorit mereka,” katanya, Jumat (29/3).

Sebelumnya, konsep Official Store ini memang sudah hadir sejak beberapa tahun lalu. Ada proses kurasi ketat yang harus dipenuhi suatu brand agar bisa mendapatkan lambang Official Store, seperti mengajukan NPWP, SIUP, izin produksi, dan lainnya.

Inna tidak menutup kemungkinan untuk menghadirkan Official Store dalam bentuk toko offline. Lantaran, pihaknya tetap ingin mengedepankan pengalaman belanja konsumen secara menyeluruh. Ada kebutuhan buat konsumen yang ingin menyentuh langsung barang secara langsung.

Dalam kesempatan yang sama, Bank Mandiri turut hadir sebagai pihak pendukung Official Store. SVP Bank Mandiri Muhamad Gumilang M mengatakan Tokopedia adalah platform marketplace urutan pertama yang paling banyak digunakan nasabah perseroan dalam bertransaksi online. Pada tahun lalu porsinya mencapai 18%-20% dari total transaksi e-commerce sebesar Rp4,58 triliun.

Adapun tren belanja di platform e-commerce telah menjadi tren di nasabah Bank mandiri dan cenderung meningkat. Ini terlihat pada data frekuensi transaksi kartu mandiri, baik debit maupun kredit, yang mengalami peningkatan hingga 80% pada 2018 dibandingkan tahun sebelumnya.

“Kami ber-partner dengan Tokopedia karena transaksi e-commerce di sini ada di urutan pertama dibandingkan platform lainnya. Untuk itu kami dorong transaksi dengan campaign marketing buat nasabah Bank Mandiri,” pungkas Gumilang.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia-UI Berkolaborasi, Percepat Adopsi Teknologi Lewat Pusat Pengembangan AI

Indonesia masih berada di fase awal jika bicara implementasi teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Namun, bukan berarti ekosistemnya saat ini masih nol.

Sudah banyak pelaku industri di bidang AI. Sejumlah perusahaan juga sudah mulai mengadopsi teknologi ini untuk peningkatan layanan. Menurut riset IDC, adopsi AI telah mencapai 14 persen di Indonesia, itupun untuk pebisnis.

Kemarin kolaborasi terjadi antara Tokopedia dan Universitas Indonesia (UI) untuk mengakselerasi adopsi AI di Tanah Air. Kolaborasi ini menghasilkan AI Center of Excellence yang diresmikan langsung, Kamis (28/3) di Fakultas Ilmu Komputer UI.

AI Center of Excellence menjadi pusat pengembangan AI yang menggunakan teknologi super-komputer deep learning dari NVIDIA, yakni NVIDIA® DGX-1. Pusat ini akan mempertemukan para peneliti dan akademisi dalam merancang solusi untuk menyelesaikan beragam masalah.

“Teknologi AI menjadi jalan untuk rujukan akademisi di internasional. Maka itu, kami bekerja sama dengan mitra industri, Tokopedia, supaya ke depan kami dapat menghasilkan solusi AI yang teoritas dan aplikatif,” tutur Rektor UI Muhammad Anis di acara peluncuran.

Pada kesempatan sama Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir mengatakan bahwa bentuk kerja sama semacam ini dapat direalisasikan secara masif untuk pengembangan riset di masa depan.

Tidak hanya UI, kerja sama dapat berlaku untuk semua perguruan tinggi. Sebelumnya sudah ada kerja sama untuk pusat pengembangan AI dan cloud computing di Indonesia, hasil kerja sama Bukalapak dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Dulu riset itu hasilnya hanya dicetak dan ditinggal di perpustakan. Saya pikir ini semua perlu diaplikasikan ke industri. Makanya, nanti riset seharusnya on-demand dan market driven,” ucapnya.

CEO Tokopedia William Tanuwijaya menyebutkan bahwa kolaborasi ini bisa terjadi karena Indonesia sangat minim terhadap talenta di bidang teknologi dan teknologi lebih lanjut (advanced).

“Kolaborasi perlu dari akademisi, praktisi, sehingga bisa mencari jalan keluar. Kami pun mostly gunakan investasi untuk sumber daya manusia. Nantinya AI bakal jadi nadi perubahan teknologi di masa depan, tidak hanya untuk sektor tertentu, tetapi untuk semua.”

Pengembangan AI untuk mendorong pemerataan ekonomi

William menekankan pentingnya teknologi dalam memudahkan pengguna saat bertransaksi di platform jual-belinya. Hingga Januari 2019, transaksi di Tokopedia telah terjadi di 93 persen kecamatan di seluruh Indonesia.

Kehadiran teknologi AI diharapkan menjadi salah satu moda untuk mendorong pemerataan ekonomi yang selama ini menjadi mimpi besar Tokopedia. Saat ini, ungkap William, pihaknya tengah melakukan riset untuk pengembangan merchant on-demand.

“Kami terus lakukan riset AI untuk prediksi demand pada merchant dengan membangun smart warehouse. Nantinya, setiap pebisnis dapat melayani ke semua provinsi dengan mengikuti di mana pasarnya tanpa harus membangun warehouse. Makanya, ke depan tren urbanisasi tak perlu dilakukan,” jelas William dalam sambutannya.

Tokopedia juga mengembangkan AI yang dikemas dalam sebuah fitur yang sederhana di dalam platform-nya. Fitur ini diperagakan langsung saat Demo Session usai peluncuran resmi AI Center of Excellence.

Head of Research Scientist Tokopedia Irvan Bastian Arief mengungkapkan, fitur “Image Search” dirancang sedemikian rupa agar dapat langsung dipakai dengan mudah oleh seluruh penggunanya.

“Fitur ini sudah tersedia di aplikasi pada bagian kolom pencarian. Pengguna bisa langsung mencari produk yang diinginkannya tanpa perlu menuliskan teks, hanya dengan gambar,” ujar Irvan.

Fitur ini sendiri juga dengan dirancang dengan sejumlah variabel, salah satunya memperhitungkan lokasi penjual produk yang dicari pembeli dengan lokasi pembeli dari hasil pencarian.

Selain itu, Demo Session juga menampilkan Vehicle Recognition dan Emotion Recognition yang merupakan hasil pengembangan riset akademisi di UI.

Application Information Will Show Up Here

Menemukan Investor yang Tepat Saat Menggalang Dana

Alpha JWC Ventures, perusahaan modal ventura yang fokus pada startup di Indonesia, dalam sebuah event bertajuk “Fundraising, It Ain’t Rocket Science” mengundang Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya, Co-Founder & CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata, dan AVP Corporate Finance Tokopedia Randall Aluwi untuk berbagi tentang poin-poin penggalangan dana bagi startup, khususnya startup pemula.

Tidak hanya soal angka

Penggalangan dana adalah suatu hal yang mendasar bagi perusahaan untuk mengembangkan produk dan bisnis secara keseluruhan. Banyak strategi yang digalakkan startup demi mendapatkan investasi yang tepat.

Menggalang dana tidak hanya berbicara tentang angka, tetapi juga pertimbangan lain, seperti reputasi investor. Hal ini tidak kalah penting dalam pengambilan keputusan. Untuk itu, sebuah startup tidak bisa gegabah dalam mengambil keputusan.

“Semua yang mengharuskan Anda untuk segera menandatangani kesepakatan belum tentu berujung baik. Saat seseorang melakukan investasi terhadap aset, hal itu akan berlangsung selamanya. Anda tidak akan memutuskan sesuatu yang berdampak jangka panjang dalam waktu singkat,” ujar Reynold Wijaya.

Jalan sudah ada, tinggal cara meyakinkannya

Randall Aluwi mengungkapkan bahwa penggalangan dana saat ini relatif lebih mudah jika dibandingkan tahun-tahun awal Tokopedia berdiri.

Fundraising pada tahun 2009 sangat berbeda dengan tahun 2014 ke atas. Pada saat itu belum ada VC dan tantangannya kami harus mendapatkan kepercayaan dan kenyamanan dari para investor, sementara industri digital belum semarak saat ini. Sekarang, jalannya sudah ada, tinggal bagaimana cara meyakinkannya,” ungkapnya.

Mengenai waktu yang tepat untuk penggalangan dana, ia menyebutkan tidak ada waktu yang tidak tepat. Penggalangan dana bisa dilakukan kapan saja.

“Penggalangan dana itu tidak sulit, yang sulit adalah menemukan investor yang tepat, dengan nilai investasi yang sesuai,” ungkap Reynold.

Siap dengan tiga hal fundamental

Persaingan ketat di era digital mengharuskan para pemain industri untuk lebih giat dalam usaha menggalang dana dan menyusun strategi yang tepat untuk bisa membangun bisnis yang berkelanjutan.

Menurut Reynold, dalam menggalang dana tidak perlu takut gagal mendapat investasi. Selama ada tiga hal fundamental: pasar yang baik, tim yang solid, dan didukung dengan data yang valid; investor akan berminat untuk menanamkan modal.

“VC tidak pernah takut kehilangan uang, tetapi mereka takut melewatkan kesepakatan yang bagus,” ujarnya.

Tokopedia Bantah Adanya Kebocoran Data oleh Pihak Ketiga

Kemarin beredar informasi adanya penjualan data yang diklaim sebagai data konsumen Tokopedia. Data tersebut disebut sebagai data empat juta konsumen Tokopedia yang berupa nama, nomor telepon, alamat email, dan alamat pengiriman. Pihak Tokopedia membantah adanya kebocoran data oleh pihak ketiga tersebut.

Kepada DailySocial, VP of Corporate Communications Tokopedia Nuraini Razak mengklarifikasi, “Tokopedia tidak menemukan adanya kebocoran atau pembobolan data oleh pihak ketiga terhadap data rahasia pengguna kami.”

“Data yang ditampilkan di situs terkait adalah data penjual yang memang mempublikasikan email, nomor ponsel, dan alamat di laman tokonya untuk lebih mudah berkomunikasi dengan calon pembeli. Informasi publik tersebut untuk sementara dinonaktifkan demi mencegah penyalahgunaan data,” lanjutnya.

Berdasarkan penelusuran DailySocial terhadap data-data yang diinfokan di tiga tautan tersebut, tidak ada konfirmasi apakah data tersebut memang diambil “secara paksa” dari basisdata Tokopedia. Satu tautan tidak bisa diakses, sementara satu tautan yang mencantumkan sejumlah alamat email menunjukkan kebanyakan adalah alamat email lapak-lapak online.

Pihak Tokopedia mengklaim kerahasiaan dan keamanan data pribadi pengguna menjadi salah satu prioritas utama dalam bisnisnya.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Is Now Provide Virtual Credit Card “Ovo PayLater”

Tokopedia is to broaden partnership with Ovo in improving services by releasing Ovo PayLater, virtual credit card for Tokopedia transaction.

In DailySocial observation, since first established in early January 2768019, it hasn’t reached all users. Tokopedia has nothing to say regarding this issue.

In its website, Ovo PayLater is described as a new payment method in a form of credit limit to pay for transaction on Tokopedia app or website. The credit limit provided by fintech lending startup, Taralite.

However, it is not to be used for credit installment, credit card bill, gift card, e-money, donation, alms, mutual funds, and gold. In order to use this facility users need to upload ID Card and take a selfie with it. The result will be in 1×24 hrs.

In case the submission approved, users will get credit limit and it’s available for minimum transaction of Rp10 thousand. There is 5% administration fee for every transaction using Ovo PayLater.

It will be collected on the 27th every month. Users can choose for partial or full payment. This concept is familiar with credit card transaction in general. There will be 0,1% interest per day past the due date.

Ovo PayLater is currently available for Tokopedia users in Jabodetabek, Bandung, and Surabaya for minimum 4 months registered account.

Taralite, before Ovo PayLater, also partnered up with tech company, such as Tokopedia, Lazada, Doku, Hacktiv8, and Jurnal. However, this service intends to be used for productive business development.

Previously, Ovo’s CPO, Albert Lucius has declared to broaden financial services, from insurance, online installment without credit card, and online loan. All those will be introduced in parallel in 2019’s first quarter.

In other words, Ovo has announced two partnerships, with Taralite for online installment without credit card, and Do-It for online loan.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Mulai Gulirkan Kartu Kredit Virtual “Ovo PayLater”

Tokopedia semakin memperluas kemitraannya dengan Ovo untuk meningkatkan pelayanan kepada para penggunanya dengan merilis Ovo PayLater, kartu kredit virtual untuk pembayaran transaksi di Tokopedia.

Menurut pantauan DailySocial, sejak pertama kali dirilis di awal Januari 2019, belum seluruh pengguna menerima fasilitas tersebut. Pihak Tokopedia pun belum bersedia memberikan pernyataan resmi terkait hal ini.

Melihat dari penjelasan di situsnya, Ovo PayLater adalah metode pembayaran terbaru dalam bentu kredit limit untuk membayar transaksi di situs atau aplikasi Tokopedia saja. Kredit limit yang disediakan Ovo PayLater ini berasal dari Taralite, startup fintech lending.

Hanya saja, kredit limit ini tidak bisa digunakan untuk pembayaran angsuran kredit, tagihan kartu kredit, gift card, e-money, donasi, zakat, reksa dana dan emas. Untuk mengajukan fasilitas ini, pengguna cukup melakukan verifikasi dengan mengunggah KTP dan swafoto dengan KTP. Hasil pengajuan akan diberitahu dalam 1×24 jam.

Begitu pengajuan diterima, pengguna akan mendapat kredit limit dan menggunakannya untuk minimum transaksi sebesar Rp10 ribu. Ada biaya layanan sebesar 5% untuk pengguna setiap kali transaksi pakai Ovo PayLater.

Penagihan akan diajukan setiap tanggal 27 setiap bulannya. Pengguna dapat memilih mau bayar penuh atau sebagian. Konsep ini sangat familiar ketika bertransaksi dengan kartu kredit pada umumnya. Jika ada keterlambatan pembayaran, maka pengguna dikenakan bunga 0,1% per hari.

Ovo PayLater untuk sementara baru bisa dinikmati oleh pengguna Tokopedia yang berdomisili di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya dengan minimal umur akun empat bulan.

Taralite sendiri, sebelum menjadi mitra untuk Ovo PayLater, juga bermitra dengan perusahaan teknologi seperti Tokopedia, Lazada, Doku, Hacktiv8, dan Jurnal. Namun layanan yang disediakan ini lebih diarahkan untuk pengembangan usaha produktif.

Dalam kesempatan sebelumnya, CPO Ovo Albert Lucius sudah menjelaskan tahun ini Ovo akan perluas layanan finansial, mulai dari asuransi, cicilan online tanpa kartu kredit, dan pinjaman online. Seluruh layanan ini akan hadir secara paralel di kuartal pertama tahun 2019.

Dengan kata lain, sudah ada dua kemitraan yang sudah diumumkan Ovo yakni dengan Taralite untuk cicilan online tanpa kartu kredit, dan Do-It untuk pinjaman online.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Sirclo Luncurkan Produk Baru dan Tambah “Fulfilment Center”

Memasuki tahun 2019, perusahaan teknologi penyedia solusi e-commerce Sirclo berencana untuk meluncurkan produk terbarunya yang diklaim mampu menjembatani kebutuhan klien dari UKM dengan bisnis besar. Setelah sebelumnya merilis Sirclo Store dan Sirclo Commerce, diharapkan produk baru ini bisa meluncur sekitar kuartal kedua 2019.

Secara khusus CEO Sirclo Brian Marshal menyebutkan, saat ini banyak klien Sirclo dari kalangan UKM hanya terbatas menggunakan situs saja, sementara untuk klien yang berasal dari perusahaan besar sudah memanfaatkan layanan end-to-end terpadu dari Sirclo, di dalamnya memiliki teknologi yang mampu menghubungkan mereka dengan marketplace.

“Sebenarnya di dalam end-to-end service tersebut, kami memiliki teknologi yang mampu menghubungkan ke marketplace. Teknologi tersebut awalnya kami gunakan secara in-house. Targetnya dalam waktu dekat kita ingin meluncurkannya sebagai produk terpisah,” kata brian.

Masih dalam proses uji coba, Brian dan tim ingin memastikan produk tersebut sudah siap saat diluncurkan. Nantinya UKM pun bisa memanfaatkan teknologi tersebut dengan mengoperasikan secara independen dengan teknologi yang langsung menghubungkan ke marketplace.

Fokus ke lini bisnis baru

Sejak diluncurkan pertengahan tahun 2018 lalu, Sirclo Store yang merupakan layanan SaaS untuk pembuatan situs toko online yang menyasar bisnis lokal skala kecil dan menengah, telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Di tahun 2019 ini, Sirclo berencana untuk fokus untuk meningkatkan pengalaman pengguna dengan mempermudah tampilan UI/UX.

Selain itu Sirclo juga ingin fokus kepada penggunaan data dengan memaksimalkan penggunaan situs sendiri dari klien untuk bisa lebih mudah mempelajari dan mendapatkan data. Hal tersebut dinilai lebih memberikan manfaat dibandingkan jika memanfaatkan teknologi yang diberikan oleh marketplace yang kebanyakan data secara detail tidak bisa diperoleh oleh klien.

“Itulah yang kemudian menjadi tugas kami sebagai platform untuk bisa memfasilitasi banyak fitur yang bisa mengelola data tersebut untuk klien Sirclo,” kata Brian.

Terkait dengan Sirclo Commerce, di tahun 2019 ini Sirclo masih terus fokus kepada core strength mereka yaitu FMCG. Namun demikian untuk memperluas bisnis, Sirclo berencana untuk menambah lini baru yaitu fesyen. Saat ini Sirclo mengklaim telah memiliki brand fesyen besar seperti Eiger hingga Levi’s.

“Kami juga akan terus mengembangkan teknologi automation. Sesuai dengan latar belakang kami sebagai e-commerce enabler yang mulai dari teknologi bukan logistik seperti yang banyak dilakukan oleh e-commerce hingga e-commerce enabler lainnya,” kata Brian.

Secara keseluruhan Sirclo saat ini telah memiliki sekitar 1000 pelanggan berbayar dan 40 klien yang mewakili sekitar 150 brand. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat. Sirclo juga memiliki ambisi untuk menjadi pemain unggulan di pasar global. Di pasar lokal sendiri Sirclo mengklaim sudah menjadi nomor satu mengalahkan pesaing lainnya di Indonesia.

Melakukan ekspansi fulfilment center

Rencana lain yang juga tengah dijajaki oleh Sirclo adalah menambah jumlah fulfilment center di Indonesia. Saat ini selain di BSD, Sirclo juga telah memiliki gudang di Jakarta Pusat, Yogyakarta hingga Bandung. Selanjutnya Sirclo juga memiliki rencana untuk menambah fulfilment center di kota-kota besar lainnya.

Salah satu alasan mengapa Sirclo fokus untuk menambah jumlah gudang adalah demi memudahkan klien memberikan layanan dan pengiriman barang yang cepat dan tertata dengan baik prosesnya.

“Ke depannya saya melihat tren pengiriman bukan lagi lebih dari 1-2 hari delivery, namun sudah same day delivery memanfaatkan layanan on-demand seperti Go-Jek dan Grab. Di situlah Sirclo bisa membantu proses tersebut menjadi lebih lancar dengan memanfaatkan fulfilment center yang lebih tersebar. Bukan hanya di satu titik, namun titik lainnya yang dinilai memiliki potensi sebagai fulfilment center,” kata Brian.

Disinggung apakah Sirclo berencana untuk kembali melakukan penggalangan dana, Brian mengungkapkan memiliki rencana untuk melakukan fundraising tahun ini. Meskipun enggan untuk menyebutkan siapa investor yang nantinya akan terlibat dalam penggalangan dana tersebut, namun Brian menegaskan saat ini masih dalam proses penjajakan dengan beberapa investor. Sebelumnya Sirclo telah mendapatkan pendanaan Seri B.

“Kami selalu berupaya untuk membina hubungan yang long term dengan investor kami, di antaranya adalah dengan East Ventures dan juga Sinar Mas, mereka selalu mendukung kami di semua tahapan penggalangan dana Sirclo,” kata Brian.

Wujudkan IaaS, Tokopedia Segera Bangun Gudang Berbasis Teknologi untuk UKM

Tokopedia mengungkapkan akan segera membangun gudang berbasis teknologi di seluruh Indonesia pasca menerima pendanaan senilai $1,1 miliar (16 triliun Rupiah). Tokopedia mencari mitra yang berkompetensi di bidang logistik untuk mewujudkan ambisinya sebagai penyedia IaaS sampai 10 tahun mendatang.

“9 tahun pertama kami membantu orang [merchant UKM] jadi perusahaan e-commerce. 10 tahun mendatang kami akan mengubah mereka jadi perusahaan teknologi, tidak lagi jadi perusahaan e-commerce. Kami akan banyak investasi di infrastruktur yang berbentuk nyata,” terang Co-Founder dan CEO Tokopedia William Tanuwidjaja di Indonesia Economic Day 2019, Kamis (31/1).

Gudang tersebut nantinya akan disewakan kepada para merchant UKM untuk mengembangkan bisnis mereka sesuai kapasitas masing-masing tanpa harus membuka gudang sendiri. Lokasi yang bakal disasar adalah tidak terlayani dengan cukup baik oleh merchant besar berdasarkan big data yang dikumpulkan Tokopedia. William tidak merinci lebih lanjut kapan wacana tersebut dapat segera direalisasikan.

“Tadinya kalau mau beli keripik pisang di Aceh harus nunggu sampai beberapa hari, sekarang bisa lebih cepat. Penjual keripik pisang pun seakan-akan bisa punya cabang di seluruh Indonesia,” William mencontohkan.

Menurutnya, ambisi Tokopedia sedari awal adalah mewujudkan pemerataan ekonomi secara digital maka targetnya tidak selesai hanya dengan menggiring penjual memanfaatkan platform e-commerce, tetapi juga memikirkan solusi yang bisa dimanfaatkan lewat teknologi.

William kembali mencontohkan, di Indonesia hingga kini tidak semua orang mau hijrah ke ranah online. Ada yang sehari-harinya sudah nyaman dengan bisnis offline-nya. Salah satunya dialami langsung oleh Paman William, seorang pengusaha toko kelontong di Pematang Siantar.

Pamannya itu mengaku sangat nyaman dengan bisnisnya offline-nya tersebut karena dia bisa berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Dia tidak bisa serta merta mengalihkan bisnisnya ke Tokopedia.

Bila dikorelasikan dengan ambisi Tokopedia saat ini, mengalihkan toko kelontong milik pamannya tersebut menjadi perusahaan teknologi. Maka pengalaman konsumen tentu akan jauh lebih baik.

Pasalnya, isu toko kelontong saat ini adalah hanya bisa berjualan sesuai dengan stok yang mereka punya. Kalau stok suatu produk sedang kosong, mau tak mau harus menunggu agen tersebut untuk mendatangi toko mereka dan membelinya.

Masalah lainnya, jumlah stok produk yang bisa mereka beli itu tergantung cash flow kendati secara fakta bisnis mereka tetap tumbuh. Untuk itu, di era teknologi sebenarnya credit profiling sudah bisa dilakukan seperti halnya penjual online yang sudah bisa menerima fasilitas modal usaha lewat rekam jejaknya.

“Isu ini bisa disolusikan dengan stock now, pay later atau stock on demand. Toko kelontong bisa restock barang dalam waktu singkat dan bisa berjualan lagi. Solusi ini sudah menjadikan mereka sebagai perusahaan teknologi, meski bisnisnya offline.”

Gambaran Tokopedia 10 tahun mendatang

William juga berfilosofi tentang gambaran Tokopedia pada 10 tahun mendatang. Dari tahun pertama hingga tahun ke sembilan, Tokopedia sedang dalam perjalanan menuju dasar gunung. Di tahun ke-10 akan mulai mendaki gunung selama 10 tahun kemudian sampai akhirnya sampai ke puncak.

Selama perjalanan tersebut, dia berharap semua bisnis di Indonesia sudah berbasis teknologi. Tidak lagi membedakan antara e-commerce dengan commerce. Huruf e dalam e-commerce semata-mata adalah kanal dan core drive yang membantu commerce agar lebih efisien namun skala bisnisnya dapat tumbuh berkali-kali lipat lebih cepat.

Saat ini Tokopedia memiliki sekitar 5 juta merchant UKM, sekitar 70% diantaranya adalah pebisnis baru yang belum memiliki pengalaman sama sekali. Sebanyak 90 juta kunjungan tiap bulannya terjadi di dalam aplikasi dan situs Tokopedia.

Tahun lalu bisnis Tokopedia tumbuh hampir 4 kali lipat secara tahunan. Bahkan William mengklaim pertumbuhan tersebut lebih cepat dibandingkan tahun 2017. Percepatan ini menurutnya dikarenakan dorongan bisnis merchant yang sudah bergabung di awal tahun pertama sampai ke delapan mengalami pertumbuhan yang eksponensial.

“Di tahun tersebut [2017] ada 4 juta penjual, sekarang ada 5 juta penjual. Itu artinya kami tumbuh bersama dengan orang lain dan hasilnya luar biasa,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia and Pegadaian Officially Launches “Tokopedia Emas” for Selling Gold

Tokopedia introduces partnership with Pegadaian by launching “Tokopedia Emas” feature. It gives opportunity for users to buy and sell gold online, replacing the previous partnership with Orori.

Starts from 500 rupiah, users can invest in gold commodity. There are some membership levels based on the transaction requirements, Gold Club, Gold Prime, and Gold Prestige.

“Our partnership with Tokopedia is due to the same vision and mission to facilitate public to invest in gold bar through saving account,” PT Pegadaian’s Director of Marketing & Product Development, Harianto Widodo.

Tokopedia’s Co-Founder & Vice Chairman, Leontinus Alpha Edison added, “As we, a state-owned company, see Pegadaian as very relevant to be Tokopedia’s partner. It starts with gold saving, later, there might be some new features to introduce.”

Monitored by OJK

The system used in Tokopedia Emas product is under OJK (Financial Service Authority). Pegadaian ensures all products are insured. The transaction process is quite easy. Customers should only add a total purchased gold in grams or rupiah, and make payment as shopping in Tokopedia.

“We’re currently provide direct pick-up for customers who want to print their savings into physical form [gold bar] in all Pegadaian branches. In mid 2019, we’re planning to form partnership with third party logistics for home delivery,” he said.

Tokopedia and Pegadaian claim the disbursement to be real-time. It’s the leading ability of Tokopedia Emas. In addition, customers can also print their savings into jewelry. In terms of certificate, they can have it through Pegadaian.

Having established less than a month, Tokopedia Emas is claimed to have total customers with significant increase up to three times.

“Through partnership with Tokopedia, Pegadaian is expected to acquire more millennials which already registered in Tokopedia,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here