Mencari Keunikan Marketplace di Indonesia

Bisnis marketplace di Indonesia sudah semakin menjamur, baik itu marketplace yang berbasis di Indonesia atau pun marketplace asing yang mencoba peruntungannya dengan masuk ke pasar Indonesia. Dari segi konsep, kebanyakan marketplace terlihat serupa bahkan sama persis. DailySocial mencoba menggali informasi marketplace tanah air tentang keunikan mereka dan bagaimana mereka menghadapi persaingan saat ini.

Tokopedia

Tokopedia secara umum memang sejenis dengan kebanyakan marketplace, namun dari keterangan yang kami terima Tokopedia tengah mengusung misi untuk pemerataan ekonomi secara digital. Untuk mencapainya Tokopedia tidak hanya fokus mengembangkan marketplace tetapi juga mengembangkan fitur untuk kebutuhan sehari-hari, seperti isi ulang pulsa, paket data, air, listrik, membayar BPJS, hingga berdonasi.

Tokopedia seolah ingin menjadikan kedekatan mereka dengan masyarakat sebagai identitas mereka. Selain fitur pembayaran berbagai macam tagihan (yang kemungkinan juga akan ada di marketplace lain), Tokopedia juga fokus untuk membantu produk-produk UKM agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas.

Bukalapak

Senada dengan Tokopedia, Bukalapak juga memiliki visi dan misi yang sama untuk membantu UKM-UKM di Indonesia. Dengan memandang kekuatan komunitas dan inovasi sebagai peranan penting dalam pengembangan bisnisnya Bukalapak aktif dalam berbagai kegiatan temu komunitas dan iklan-iklan bernada komunitas.

Untuk keunikan, pihak Bukalapak mengedepankan fitur BukaIklan dan Negosiasi sebagai keunikan mereka. Fitur BukaIklan dan Negosiasi merupakan fitur baru. BukaIklan memungkinkan pengguna Bukalapak dengan mudah mempromosikan barang dagangannya di Facebook Ads dengan lebih sederhana. Hal ini disebut membantu para pelapak yang memang tidak memiliki background teknologi untuk bisa mengoptimalkan promosi barang mereka.

Fitur lain yang disebut sebagai keunikan Bukalapak adalah fitur Negosiasi. Fitur ini memungkinkan pembeli menegosiasikan harga atau menawar barang yang ingin dibeli, tentu dengan batasan jumlah penawaran. Fitur ini sementara ini belum ada di kebanyakan marketplace di Indonesia.

MatahariMall

Sedikit berbeda dengan dua marketplace sebelumnya, Mataharimall memiliki konsep O2O (online-to-offline). MatahariMall mengandalkan mall konvensional dalam jaringannya yang sudah tersebar di beberapa kota besar di Indonesia sebagai channel untuk para pembelinya. Konsep O2O ini sebenarnya juga diusung Alfacart dengan jaringan Alfamart yang sudah tersebar luas di Indonesia. Sementara ini, konsep O2O ini tidak lantas membuat keduanya menjadi pemimpin pasar Indonesia.

Shopee

Sementara itu Shopee, yang lebih condong ke arah mobile marketplace, menyebutkan bahwa kecepatan dan mobilitas layanan menjadi salah satu fitur yang membedakan Shopee dengan yang lain. Di dalamnya disematkan fitur-fitur khas media sosial, seperti chat dan tagar, untuk menandai produk dan memudahkan pencarian produk.

Bisa disimpulkan ada beberapa jenis pendekatan yang dilakukan bisnis marketplace di Indonesia. Lazimnya jika mereka berangkat dari perusahaan digital, pendekatan ke pengguna dan penjual menjadi poin utama. Entah itu bekerja sama dengan komunitas, pemerintah, dan lembaga-lembaga lain. Selanjutnya untuk menarik minat pembeli, memperkaya fitur pembayaran adalah hal mutlak, termasuk pembayaran offline yang bermitra dengan gerai-gerai minimarket.

Sementara marketplace yang berangkat dari perusahaan konvensional cenderung berusaha mengoptimalkan keuntungan toko offline mereka. Meskipun demikian, inovasi pembayaran dan pengiriman tetap menjadi hal wajib untuk diperhatikan.

Tokopedia Rambah Layanan Fintech Tahun Ini

Akhir tahun 2016 Tokopedia kembali meluncurkan fitur terbaru dalam situsnya yaitu pengajuan kartu kredit. Ini merupakan langkah pertama Tokopedia memasuki layanan fintech. Perusahaan rencananya juga bakal memudahkan pengguna untuk mengajukan pinjaman, asuransi, dan investasi. Langkah ini memperkuat sinyalemen marketplace besar yang melirik sektor fintech sebagai diversifikasi usaha. Sebelumnya Bukalapak juga telah memulai usahanya di sektor fintech dengan produk investasi BukaReksa.

Setahun terakhir ini Tokopedia secara agresif telah melancarkan berbagai fitur baru berupa kanal pembayaran hingga pembelian seperti pulsa, token listrik dan lainnya.

Meskipun masih terbilang baru dan masih dalam tahap sosialisasi, saat ini melalui Tokopedia, masyarakat Indonesia yang ingin mengajukan kartu kredit bisa dengan mudah memanfaatkan Tokopedia dengan beragam promosi yang ditawarkan.

“Seperti kita ketahui, di Indonesia, jumlah pemilik kartu kredit baru 3%, yang memiliki akun bank, 60 juta, padahal pengguna internet sudah 100 juta. Ada gap besar untuk orang-orang yang sudah online, tapi belum bisa melakukan pembayaran secara online,” kata CEO Tokopedia William Tanuwijaya kepada DailySocial.

William menambahkan layanan e-commerce Indonesia, berbeda dengan di Amerika Serikat dan negara maju lainnya dimana penetrasi kartu kredit sudah tinggi, memudahkan transaksi pembayaran terjadi secara online.

“Salah satu strategi kami untuk menangani hal ini, dan mendorong tumbuhnya transaksi e-commerce di Indonesia adalah berinovasi mendorong kanal pembayaran baru, pembayaran tunai di gerai-gerai minimart dan kantor pos. Di tahun 2016 kemarin, pengguna internet Indonesia yang tidak memiliki kartu kredit maupun akun Bank sudah bisa berbelanja online dan membayar tunai di gerai-gerai Indomaret, Alfamart, Alfamidi, 7 Eleven, Lawson, dan Kantor Pos,” kata William.

Bermitra dengan bank asing ternama

Untuk memberikan pilihan lebih kepada pengguna Tokopedia, saat ini Tokopedia telah menjalin kemitraan dengan Citibank, HSBC, dan Standard Chartered. Selanjutnya Tokopedia juga akan menambah kemitraan tersebut dengan merangkul bank-bank lokal di Tanah air. Tokopedia mengklaim layanan terbaru yaitu pengajuan kartu kredit melalui Tokopedia, bisa membantu rencana pemerintah untuk lebih mendorong cashless society untuk semua transaksi yang ada.

“Salah satunya dengan cara bekerja sama dengan penerbit kartu kredit, dan memberikan akses mudah bagi para pengguna Tokopedia untuk mengajukan aplikasi kartu kredit. Bahkan di Tokopedia juga bisa melakukan pembayaran terhadap tagihan kartu kredit secara mudah,” kata William.

Layanan terbaru yang dihadirkan oleh Tokopedia merupakan layanan pengajuan kartu kredit pertama yang diterbitkan oleh marketplace lokal. Di sektor ini Tokopedia bersaing langsung dengan layanan fintech pembanding produk finansial, misalnya CekAja dan Cermati. Keunggulan yang dimiliki Tokopedia sebagai marketplace adalah jumlah pengguna yang jauh lebih besar dan pengenalan brand yang lebih kuat di kalangan umum.

Target Tokopedia tahun 2017

Sepanjang tahun 2017 ini Tokopedia masih berusaha menghadirkan kanal pembayaran baru yang diharapkan bisa memudahkan masyarakat Indonesia melakukan beragam transaksi. Menurut pihak Tokopedia, penetrasi produk keuangan tidak hanya rendah, tetapi juga masih terpusat di Pulau Jawa dan kota-kota besar saja.

Perusahaan juga berencana membuka akses berbagai produk keuangan lainnya seperti pinjaman, asuransi, tabungan, dan investasi ke seluruh masyarakat sampai pelosok Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Startup sebagai Bagian Tren Social Entrepreneur

Melihat lanskap startup digital yang ada saat ini, mudah ditemui bibit baru yang mulai memainkan peranan penting pada peta kewirausahaan digital, bahkan beberapa sudah mencapai puncak kemapanan dan menjadi inspirasi para pemula. Visinya suda sangat gamblang, bukan sekedar mengejar independensi finansial, melainkan lebih banyak berorientasi pada kebebasan mencurahkan ide, kebebasan menentukan otoritas dan menghadirkan efek sosial berkelanjutan. Kata sosial menjadi perlu digarisbawahi, karena kini menjadi esensi penting dari karakter entrepreneur digital di Indonesia.

Kreativitas mengukuhkan dirinya menjadi sebuah kekuatan “muda” yang hebat. Bermakna lebih luas, kreativitas kini menjadi kunci terlahirnya pemecahan masalah yang berkontribusi langsung terhadap masyarakat. Internet memberikan sumbangsih besar — di tengah berkembangnya konektivitas atas masifnya pemanfaatan perangkat pintar — memberi ruang pendekatan baru yang mudah disebarkan. Nyatanya lebih efektif, dengan modal niat pun beberapa membuktikan bisa starting up melahirkan solusi terbarukan.

Keyakinan baru kewirausahaan untuk melahirkan dampak sosial

Tak pernah bosan kami menceritakan kisah sukses startup Indonesia. Begitu banyak memberikan inspirasi dan pelajaran bagi kita semua.

Dimulai dari mencontohkan apa yang telah digapai startup pertama Indonesia yang berhasil menyandang gelar unicorn, Go-Jek. Dalam berbagai kesempatan, Co-Founder dan CEO Nadiem Makarim selalu mengatakan bahwa visi Go-Jek dari awal ialah untuk meningkatkan pendapatan pengendara ojek dan mempermudah kehidupan orang banyak. Menurut pemuda lulusan Harvard Business School tersebut, permasalahan orang di masa sekarang ini ialah efisiensi waktu. Terlebih studi kasusnya dimulai di ibukota Jakarta.

Ojek dinilai sebagai moda transportasi gesit, mampu diajak menembus kepadatan lalu lintas. Sayangnya sistem yang ada dinilai belum mampu memberikan timbal-balik yang maksimal bagi pelaku bisnis di dalamnya. Dari situ Go-Jek dilahirkan. Sederhananya Go-Jek membuat para driver menjadi multi-skill dan multi-function. Hal ini yang menjawab pertanyaan “mengapa ojek tarifnya mahal, sedangkan melalui Go-Jek bisa menjadi murah?”. Jawabannya adalah efisiensi waktu, yang membuat biaya tersebut menjadi relatif lebih murah.

Nadiem Makarim dalam peluncuran layanan Go-Box di bulan Oktober 2015 / DailySocial
Nadiem Makarim dalam peluncuran layanan Go-Box di bulan Oktober 2015 / DailySocial

Pada umumnya driver ojek konvensional tidak banyak mengangkut order. Jikapun mendapatkan order harus bergantian dengan driver lain di pangkalan. Waktu mereka digunakan lebih banyak menunggu, bergantian. Sehingga berdampak pada menaikkan tarif. Sedangkan di Go-Jek fleksibilitas diberikan. Sistem memberikan kepada mereka sistem order, kapanpun mereka tersedia bisa memenuhi panggilan tersebut. Dampak yang ingin diwujudkan berantai, selain memberikan opsi transportasi yang murah, juga ingin membuat orang makin suka berlalu-lintas dengan kendaraan umum.

Contoh lain, mengambil cerita visi dari online marketplace yang sempat tercatat sebagai bisnis online dengan nilai investasi tertinggi di Asia Tenggara pada akhir tahun 2014. Ya, Tokopedia. Startup digital yang dipimpin William Tanuwijaya tersebut lahir dengan misi untuk membawa orang mudah berbisnis melalui medium internet.  Kisahnya juga berawal dari kegelisahan, kala itu Co-Founder lulusan Binus angkatan 1999 tersebut sempat bekerja menjadi moderator di sebuah forum online ternama kala itu, banyak keluhan tentang mekanisme yang buruk dalam jual-beli online di Indonesia. Sehingga banyak penipuan di sana-sini.

Kegelisahan tersebut makin menjadi ketika William sempat bekerja menjadi web designer, beberapa klien memintanya untuk membuatkan situs jual-beli online. Pengguna, yang pada umumnya non-tech savvy users, membuat sistem yang dibangun menjadi kurang optimal, karena kebanyakan orang akan terpaku pada urusan teknis. Sementara bisnisnya kadang menjadi terlantar. Bermodal dana investasi yang didapat, Tokopedia tetap disajikan gratis dengan fitur jual-beli yang sangat lengkap.

Di sebuah kesempatan seminar tentang startup William mengatakan, proses bisnis Tokopedia adalah membawa mitranya sukses. Ketika Toppers (sebutan untuk pemilik merchant di Tokopedia) berhasil dibantu oleh Tokopedia, maka Tokopedia juga akan sukses. Di awal misi mereka membuka lapangan pekerjaan baru. Seperti banyak dituliskan di blog resmi Tokopedia, tentang cerita kesuksesan orang yang memulai wirausaha berjualan online melalu platformnya, apa yang menjadi tujuan Tokopedia semakin jelas.

Masih banyak kisah startup lain di Indonesia yang begitu mempesona. Sebut saja Bridestory yang berhasil menjembatani pemilik jasa serba-serbi pernikahan, mengefisienkan biaya promosi yang awalnya banyak disuguhkan dalam expo dengan biaya mahal. RuangGuru, startup pendidikan yang mencoba menghubungkan antara guru (privat) dengan muridnya dalam medium digital. Dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan memberikan kesempatan pada guru untuk meningkatkan kualitasnya secara kompetensi.

Empat startup tersebut memiliki pangsa pasar berbeda, namun ada satu hal yang dapat ditarik menjadi benang merah, yakni memberi dampak sosial di masyarakat. Proses bisnis mereka jelas, dan apa yang coba diselesaikan pun adalah masalah riil yang sedang diperangi oleh masyarakat. Di sinilah ternyata startup berperan, startup menoreh sukses ketika mereka mampu mengkombinasikan antara sebuah proses bisnis (perusahaan) dengan permasalahan dalam bentuk penyelesaian.

Bagaimana masyarakat menanggapi tren tersebut?

Media sosial mengubah masyarakat Indonesia secara umum dalam memandang sebuah isu. Dari apa yang bisa kita amati sehari-hari di lingkungan, pengguna media sosial selalu haus untuk terdorong terlibat pada isu sosial. Keterlibatan dilakukan dengan banyak hal, mulai dari menyebarkan semangat positif, memberikan donasi, hingga hadir dalam keterlibatan langsung menjadi relawan. Banyak insiatif sosial dalam aksi nyata yang berawal dari inisiatif di media sosial.

Awareness masyarakat menjadi sebuah titik temu pada bisnis digital (yang membawa misi sosial di dalamnya). Selain memang solusi tersebut dibutuhkan sebagai cara yang lebih mudah diakses, penilaian masyarakat atas dampak sosial yang diberikan startup digital ternyata begitu signifikan. Kami mencoba menyebutnya sebagai “cara baru dalam memasarkan produk secara native”. Bukan berarti bisnis menjual dampak sosial, namun karena nilai sosial tersebut menjadi prioritas di kalangan konsumen.

Mungkin banyak dari kita merasa pesimis, millennials memiliki kepedulian sosial yang rendah. Namun dari tren yang ada, mungkin lebih tepat jika dikatakan kepedulian sosial masyarakat modern memiliki tempat yang berbeda. Tantangannya kini pada transisi, modernisasi di Indonesia masih memiliki gap yang ketat. Di satu sisi masyarakat sudah sangat terbiasa dengan pola kehidupan digital, di sisi lain banyak yang masih merangkak dan pemula dalam beradaptasi. Tak ada cara lain yang bisa dilakukan selain melakukan sosialisasi.

Kasusnya seperti yang terjadi pada penerapan model bisnis startup digital di masyarakat. Kembali mencontohkan pada Go-Jek. Setelah menjadi viral, layanan Go-Jek banyak diminati, namun beberapa waktu silam tak sedikit penolakan dilakukan. Banyak penyedia dan pemain di jasa transportasi konvensional yang merasa dirugikan. Media menyorot secara besar, regulator pun sempat direpotkan karena berusaha berada di tengah.

Diceritakan Nadiem bahwa hal itu yang menjadi tantangan di bisnis Go-Jek. Mereka yang menolak Go-Jek umumnya karena belum memahami bagaimana sistem tersebut bekerja. Kendati sangat susah di awal, perlahan sistem tersebut mulai bisa diterima. Dan kini bisa kita rasakan bersama bahwa layanan online tetap bisa berdampingan dengan apa yang ada sebelumnya.

Kini banyak situs e-commerce dan marketplace memberikan ruang lebih luas bagi produk dalam negeri untuk menampilkan produk-produknya / Pixabay
Kini banyak situs e-commerce dan marketplace memberikan ruang lebih luas bagi produk dalam negeri untuk menampilkan produk-produknya / Pixabay

Bisa disimpulkan banyak startup digital lahir dengan visi-misi yang jelas. Dalam proses bisnisnya, mereka mencoba menyelesaikan permasalahan sosial yang ada di tengah masyarakat. Startup yang bernilai besar akan memberikan dampak signifikan pada penyelesaian masalah riil di lingkungan sosial.

Tahu Bulat Termasuk Jajaran Permainan Terbaik 2016 Versi Google Play Indonesia

Hari ini (5/12) Google kembali merilis daftar aplikasi, game, film, hingga buku terpopuler di Google Play Indonesia sepanjang tahun 2016. Dalam daftar Yang Terbaik Dari 2016 Google Play kali ini, beberapa aplikasi mobile karya startup Indonesia seperti Tokopedia dan Go-Jek kembali menjadi raja di negeri sendiri. Sementara untuk kategori Game, Tahu Bulat berhasil masuk dalam daftar ini bersama aplikasi dengan nama-nama besar seperti Pokemon GO dan Clash Royale.

Sebelumnya, di tahun 2015 silam, Google juga pernah merilis daftar untuk aplikasi dan game terbaik. Ketika itu, aplikasi lokal seperti Go-Jek, Traveloka, Mivo, BaBe, Tokopedia, dan Sebangsa masuk dalam jajaran apliakasi terbaik. Sementara di sisi game, ada Billionaire dari Alegrium dan Dazzle (Dagelan Puzzle) dari Touchten yang berhasil masuk ke dalam daftar.

Kali ini, sedikit berbeda dari sebelumnya, Google hanya mengumumkan lima aplikasi untuk masing-masing kategori dan kategori aplikasi lokal pun dipisahkan. Secara umum, dalam kategori Aplikasi Terbaik 2016 masih dikuasai aplikasi dari luar seperti Camera 360 Lite, Opera News Lab, Face Changer 2, Google Duo, dan MSQRD.

[Baca juga: Di Balik Kisah Sukses Game Tahu Bulat yang Fenomenal]

Hal yang menarik datang dari kategori game. Bila di tahun lalu ada dua pengembang dengan dua judul game yang masuk, kali ini hanya ada satu pengembang dengan satu judul yang masuk dalam daftar ini, yaitu Tahu Bulat dari Own Games. Dia (Tahu Bulat-red) berhasil  bersanding dengan nama-nama besar seperti Pokemon GO, Clash Royale, slither.io, dan Ultimate Ninja Blazing.

Own Games sendiri sebenarnya bukan pemain baru di industri game Indonesia. Mereka telah aktif sejak tahun 2011 ketika Nokia masih berjaya dan berhasil menajdi salah satu pengembang game yang cukup sukses di Nokia. Game mereka yang berjudul Beneath the Well dan Own Pet Dragons pun pernah di-pre load oleh perangkat Nokia. Sudah 5 tahun lebih Own Games terus berkarya dan mengembangkan produk-produk mereka.

Sementara untuk daftar aplikasi yang dikembangkan oleh startup Indonesia, beberapa nama lama yang sebelumnya masuk dalam daftar kembali muncul. Mereka adalah aplikasi perjalanan Traveloka, aplikasi on-demand Go-Jek, aplikasi iklan baris OLX Indonesia, aplikasi reader BaBe, dan aplikasi marketplace Tokopedia.

Untuk melihat daftar lengkapnya, Anda dapat mengunjugi halaman Yang Terbaik Dari 2016 di Google Play.

Mencari “Pemenang” Layanan E-Commerce di Indonesia

Tahun 90-an menjadi titik awal mulai berdirinya bisnis memanfaatkan teknologi terkini yaitu internet. Mulai dari kehadiran e-mail, mesin pencari, browser hingga layanan e-commerce yang terbilang masih baru namun menunjukkan potensi yang cukup besar.

Pertengahan tahun 90-an hingga awal tahun 2000 mulai muncul layanan e-commerce baru yang menawarkan kemudahan proses pembelian hingga pengantaran kepada masyarakat. Di antaranya adalah Amazon yang diluncurkan pada tahun 1995 oleh pendirinya Jeff Bezos. Amazon awalnya adalah toko buku yang dijual secara online. Saat ini Amazon sudah memiliki layanan yang luas, bukan lagi menjual buku secara online, namun juga produk busana, kebutuhan sehari-hari, hingga komputasi awan.

Menurut data Statista, total penjualan Amazon per kuartal saat ini sudah lebih dari $30 miliar.

Layanan e-commerce lainnya yang muncul dan terbilang sukses saat dotcom bubble di tahun 90-an adalah eBay, yang pada tahun 1995 muncul sebagai situs lelang online. Saat ini eBay telah menjadi marketplace global untuk menjual beragam produk dengan daftar barang sebanyak 103,6 juta di seluruh dunia dan penambahan daftar barang sebanyak 6,1 juta setiap hari, eBay menawarkan kesempatan kepada semua orang untuk membeli dan menjual barang.

Masing-masing layanan e-commerce ini telah melakukan ekspansi hampir di seluruh dunia. eBay sendiri sudah memiliki kantor perwakilan di Indonesia dan diperkirakan Amazon, yang bakal hadir di Singapura, juga bakal merambah ke Indonesia.

Pelajaran yang bisa diambil dari Amazon dan eBay adalah dibutuhkan waktu yang cukup lama, inovasi terkini, dan produk yang bervariasi untuk bisa menjadi nomor satu.

Prediksi layanan e-commerce unggulan di tanah air

Di Indonesia sendiri layanan e-commerce mulai menjadi bermunculan sejak akhir tahun 90-an dengan kehadiran Bhinneka yang berawal sebagai offline store kemudian mulai membangun online store dengan produk yang terbatas pada tahun 1999. Hingga kini Bhinneka masih tetap eksis dengan ragam produk elektronik terkini dan terlengkap di Indonesia.

Pada tahun 2006 Tokobagus diluncurkan dan kini telah berubah menjadi OLX. Tahun 2009 Tokopedia hadir, disusul Bukalapak pada tahun 2010 dan Blibli pada tahun 2011. Semua adalah layanan e-commerce lokal yang masih tetap eksis bahkan menunjukkan peningkatan yang cukup besar dari sisi pelanggan, produk, hingga transaksi.

“Dibanding tahun sebelumnya, perkembangan e-commerce di Indonesia bertumbuh dengan pesat pada tahun 2016. Apalagi dengan adanya akuisisi dari perusahaan Cina baru-baru ini. Kami rasa peluang investasi yang masuk ke Indonesia akan semakin maju. Pasar Indonesia juga masih memiliki banyak ruang untuk berkembang, terlebih dengan penetrasi internet saat ini yang berada di angka 35% yang masih terus meningkat,” kata Senior Manager Regional Deliveree Nattapak Atichartakarn.

Menurut Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), yang sekaligus CEO Blanja, Aulia E Marinto, menjadi nomor satu untuk bisnis e-commerce adalah impian seluruh pelaku usaha. Semua pihak pasti mengejar untuk mengarah ke arah situ. Hanya saja, saat ini masih dalam tahap proses, belum sampai tahap final.

Dia bilang, tanda-tanda yang sudah final bakal terlihat dari volume bisnisnya yang sangat besar dan digunakan oleh hampir seluruh orang Indonesia. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke titik itu, Aulia memperkirakan, sekitar 5-10 tahun lagi. Aulia berharap, dalam kurun waktu tersebut, yang menjadi pemain nomor satu berasal dari pemain lokal bukan dari asing.

“Saat ini peluangnya masih terbuka, jadi belum ada yang bisa bilang dia adalah pemain nomor satu atau bukan. Kami juga berharap pemenangnya berasal dari lokal, makanya mereka harus didorong untuk berlomba dan inovasi, jangan mau kalah karena ini kan bagian dari kompetisi,” ucapnya.

Joedi Wisuda, Country Director True Money Indonesia, mengatakan sebaiknya jangan hanya ada satu pemenang, sebab pada dasarnya semua pemain harus jadi pemenang di bisnisnya masing-masing. Yang terpenting adalah bagaimana memenangkan hati pelanggannya masing-masing.

“Agar industri ini tetap maju dalam melayani pelanggan sebaik-baiknya, sehingga pemenangnya adalah semua, tidak satu saja. Dengan demikian, kompetisi akan jadi lebih sehat, tidak saling menjegal. Semua harus bergandengan tangan untuk melayani lebih banyak pelanggan,” katanya.

Tokopedia, Bukalapak, dan beragam inovasi baru yang dihadirkan

Di tahun 2016 ini masih terlalu dini untuk menyimpulkan siapa layanan e-commerce yang terdepan, seperti yang telah terjadi secara alami di AS dengan Amazon dan eBay. Menurut survei yang dilakukan Google Indonesia beberapa waktu yang lalu, telah muncul lima layanan e-commerce favorit di Indonesia. Yang benar-benar lokal adalah Tokopedia di peringkat kedua dan Bukalapak di peringkat ketiga. Peringkat pertamanya adalah Lazada yang notabene sementara ini adalah layanan e-commerce terbesar di Asia Tenggara dan telah diakuisisi Alibaba.

Tokopedia dan Bukalapak saling mengejar dengan beragam pilihan produk, promo hingga channel-channel baru yang ditawarkan. Di sisi lain, untuk menekan ‘burn rate‘, mereka juga dituntut untuk bisa menghasilkan profit yang stabil dan berkelanjutan.

Dalam sebuah kesempatan terpisah DailySocial berbincang dengan CEO Tokopedia William Tanuwijaya. William menyadari sepenuhnya agar bisnis bisa berjalan dengan baik dan tahan lama, diperlukan inovasi baru yang diharapkan bisa menjadi celah baru untuk mendatangkan profit. Di antaranya adalah channel pembayaran secara digital, kampanye offline, hingga mengedepankan promo harga transparan kepada masyarakat.

“Kami akan terus menghadirkan inovasi baru, mulai dari ragam pilihan produk, strategi penjualan hingga pilihan channel pembayaran. Untuk ke depannya Tokopedia juga berencana bisa menjadi platform baru untuk pembayaran tilang lalu lintas untuk motor dan mobil untuk masyarakat yang membutuhkan,” kata William.

Tentang “posisi” Tokopedia saat ini, William cukup bangga dan memberikan apresiasi kepada pihak-pihak terkait hingga pelanggan setia yang telah memilih Tokopedia sebagai layanan e-commerce favorit di Indonesia. Untuk bisa memberikan layanan lebih kepada pengguna, Tokopedia pun berusaha untuk mengakali semua tantangan dan kendala yang ada, mulai dari infrastruktur hingga logistik.

“Fokus kami saat ini adalah memberikan pelayanan lebih kepada masyarakat yang tinggal di luar pulau Jawa dengan menerapkan strategi lokalisasi, yaitu menempatkan merchant-merchant terbaik di spot strategis yang bisa dijangkau oleh masyarakat Indonesia yang tinggal di kawasan terpencil dan memiliki akses terbatas untuk mencapai kota besar dan sulit untuk dilalui oleh logistik,” kata William.

Berbeda dengan Tokopedia, Bukalapak sendiri mengedepankan strategi growth hacking, terutama sejak kehadiran COO baru Willix Halim. Disinggung soal posisi Bukalapak saat ini yang menjadi favorit namun masih harus berbagi popularitas dengan Tokopedia, Willix mengungkapkan tidak heran ketika pada akhirnya tidak hanya Bukalapak yang unggul, tetapi juga dua bahkan tiga layanan e-commerce lainnya.

“Di Bukalapak sendiri saat ini sudah cukup ‘happy‘ dengan posisi yang ada, yaitu menjadi salah satu layanan favorit masyarakat di seluruh Indonesia. Kerja keras selama ini tentunya tidak akan berhenti dengan beragam inovasi, pilihan produk hingga strategi pemasaran yang akan terus kami berikan,” kata Willix.

Selain itu Willix juga melihat untuk ke depannya bakal muncul layanan e-commerce “niche market” yang hadir dan diperkirakan bisa tampil lebih baik di antara layanan e-commerce yang sudah ada.

“Saya melihat ke depannya akan bermunculan layanan e-commerce baru yang lebih ‘niche‘ hal tersebut tentunya bisa menjadi kompetitor yang baru dan menarik untuk diamati,” kata Willix.

Apakah Tokopedia dan Bukalapak masih mampu mempertahankan posisinya sebagai layanan e-commerce favorit di Indonesia hingga tahun 2017 mendatang? Atau akan muncul layanan e-commerce “niche market” seiring dengan tren dan demand masyarakat saat ini?.

Pada akhirnya, siapa pun pemenangnya, diharapkan layanan-layanan e-commerce lokal tersebut bisa memberikan kontribusi lebih untuk masyarakat Indonesia dan mampu bersaing secara global.


Disclosure: Marsya Nabila berkontribusi dalam pembuatan artikel ini

Masyarakat Indonesia Makin Gemar Berbelanja Online Melalui Aplikasi Mobile

Menjelang akhir tahun 2016 Google Indonesia merilis tren dan behaviour dari pengguna internet dan smartphone di Indonesia. Selain untuk menyampaikan data terbaru, survei ini diluncurkan juga sebagai bahan persiapan untuk semua layanan e-commerce di Indonesia menyambut akhir tahun, biasanya peningkatan pengunjung akan membludak bersamaan dengan beragam program belanja online yang digalakkan.

“Google Indonesia mencatat bukan hanya pada bulan ramadhan dan lebaran saja belanja online meningkat, namun akhir tahun juga biasanya banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan promo 12.12 dan lainnya di seluruh layanan e-commerce Indonesia,” kata Industry Country Consultant Google Henky Prihatna kepada media hari ini di Jakarta.

Google Indonesia juga mencatat hingga kuartal ketiga tahun 2016 layanan e-commerce yang masih menjadi favorit di antaranya adalah Lazada, Tokopedia, Bukalapak, elevenia dan Blibli.

Persentase penggunaan aplikasi mobile untuk belanja online

Hal menarik lainnya yang disampaikan oleh Google Indonesia adalah tentang penggunaan aplikasi, browser dan desktop untuk melakukan belanja online, yang ternyata masih didominasi oleh penggunaan desktop dan aplikasi sebesar 59%. Sementara untuk membandingkan harga untuk produk yang akan dibeli di layanan e-commerce, sebanyak 24% menggunakan aplikasi dan hanya 12% saja yang memanfaatkan desktop.

“Dari hasil survei nampaknya sudah bisa dilihat bahwa sudah banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan aplikasi untuk melakukan pencarian hingga perbandingan harga yang ingin dibeli melalui layanan e-commerce,” ujar Henky.

Secara keseluruhan sekitar 31% masyarakat Indonesia melakukan transaksi belanja online sepenuhnya dari aplikasi. Jumlah ini diklaim oleh Google Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2015.

Besarnya penggunaan smartphone di kalangan masyarakat Indonesia untuk belanja online juga terlihat dari survei dalam hal pencarian produk hingga pembelian. Dari survei disebutkan sebanyak 92% orang akan membeli produk langsung dari aplikasi jika didukung dengan tampilan dan kemudahan yang ditawarkan oleh aplikasi layanan e-commerce tersebut, dalam hal ini termasuk proses pencarian hingga pembayaran (check-out).

Sementara itu sebanyaak 87% orang yang awalnya tertarik untuk membeli di layanan e-commerce pilihan pertama kemudian memutuskan untuk beralih kelayanan e-commerce lainnya dengan alasan pilihan produk lebih baik hingga promo yang ditawarkan.

Proses pencarian juga menjadi faktor penentu pada akhirnya orang memutuskan untuk membeli di layanan e-commerce yang disukai. Tercatat sebanyak 79% orang menemukan produk yang diinginkan melalui proses pencarian, dan 77% orang kebanyakan langsung mengunjungi situs atau toko online terkait usai proses pencarian dilakukan.

Strategi dan tantangan layanan e-commerce selama tahun 2016

Turut hadir dalam acara pemaparan survei Google Indonesia tersebut di antaranya adalah CEO Blibli Kusumo Martanto, CEO Tokopedia Wiliam Tanuwijaya dan General Manager Strategy, Branding & Business Intelligent at elevenia Bayu Setiaji Tjahjono. Dalam kesempatan tersebut para pelaku layanan e-commerce di Indonesia mengungkapkan beberapa informasi, perkembangan hingga tantangan yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan selama tahun 2016.

Dalam hal ini ketiga layanan e-commerce terkemuka di Indonesia tersebut sepakat, penggunaan smartphone masih mendominasi untuk transaksi yang ada dan aplikasi mobile diklaim mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

“Dari Blibli kami mencatat sebanyak 70% transaksi berasal dari mobile, sementara produk yang banyak dibeli adalah baby goods terutama untuk pembeli dari kalangan ibu-ibu muda di Indonesia,” kata Kusumo.

Senada dengan Tokopedia, William mengatakan transaksi melalui mobile juga mengalami peningkatan. Di sisi lain Tokopedia juga menghadirkan pilihan baru yaitu pembayaran secara digital mulai dari BPJS, PLN, pulsa dan lainnya melalui Tokopedia.

“Pembayaran yang dilakukan secara rutin oleh masyarakat Indonesia sudah mulai banyak dimanfaatkan melalui Tokopedia, kami melihat pilihan tersebut merupakan peningkatan terbaru yang dialami oleh Tokopedia.

Untuk elevenia sendiri yang selama ini telah menjual e-voucher semakin melihat untuk ke depannya pembayaran untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat Indonesia akan makin banyak dilakukan dengan memanfaatkan channel dari layanan e-commerce.

Hal menarik lainnya yang disampaikan oleh Kusumo Martanto, Wiliam Tanuwijaya dan Bayu Setiaji adalah makin bergesernya pembeli dari luar pulau Jawa. Dalam hal ini adalah mencakup wilayah Sumatera, Sulawesi hingga Papua. Baik Blibli, Tokopedia dan elevenia sepakat, bahwa kawasan di luar pulau Jawa saat ini sudah mulai mendominasi dan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

“Kami dari Tokopedia melihat kebanyakan pembeli yang berasal di luar pulau Jawa makin banyak melakukan pembelian. Pembeli dari Siantar misalnya, kemudian mencari toko terdekat di kawasan Medan untuk kemudian bisa melakukan transaksi hingga pengiriman yang pastinya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal pembeli,” kata William.

Untuk elevenia sendiri saat ini sudah sekitar 45% transaksi berasal dari luar Jabodetabek, sementara 55% transaksi terbanyak masih didominasi oleh Jabodetabek.

Sementara untuk Blibli melihat pemberian ongkos kirim gratis saat ini makin banyak jumlahnya yang ternyata kebanyakan berasal dari wilayah di luar pulau Jawa yaitu sekitar 50%. Hal tersebut yang kemudian menginisiasi Blibli untuk melakukan lokalisasi terutama untuk wilayah di luar pulau Jawa.

“Saya melihat tren ke depannya adalah localize, artinya pembeli lebih memilih penjual yang berada di kawasan terdekat demi mendapatkan barang dengan mudah dan pastinya lebih cepat,” kata Kusumo.

Menjelang akhir tahun 2016 masing-masing layanan e-commerce juga telah menyiapkan produk, promo hingga proses logistik untuk semua masyarakat Indonesia yang menyukai belanja online.

Jojonomic Luncurkan Fitur Absensi Digital untuk Korporasi dan Startup

Setelah mendapatkan pendanaan lanjutan pada bulan September 2016 lalu sebesar $1,5 juta (atau hampir Rp 20 miliar) dari sejumlah investor yang dipimpin Maloekoe Ventures, platform mobile expense reimbursement Jojonomic kembali menghadirkan inovasi baru khusus untuk korporasi dan startup. Kali ini mengincar tren pekerja yang tidak selalu berada di kantor atau bekerja secara remote. Jojonomic baru saja menghadirkan fitur Digital Attendance sebagai teknologi absensi mobile di paltform Android dan iOS.

Startup yang mengklaim sebagai layanan yang pertama di Asia Tenggara untuk kemudahan expense reimbursement untuk perusahaan, selama ini ternyata telah memiliki pengguna setia dari brand ternama yang telah memanfaatkan layanan dari Jojonomic. Dengan diluncurkannya fitur terbaru ini, diharapkan bisa mempermudah proses absensi dengan mengadopsi teknologi.

“Kami adalah yang pertama di Indonesia yang memiliki fitur Digital Attendance. Sebagai perusahaan teknologi, kami selalu menjawab kebutuhan pasar dengan inovasi. Fitur absensi inipun sudah langsung digunakan existing customer kami dan dari feedback yang kami terima mereka terbilang puas,”  kata CEO  Jojonomic Indrasto Budisantoso.

Jojonomic juga meluncurkan fitur reimburse langsung ke rekening karyawan dan sudah tersedia untuk 150 lebih bank di Indonesia. Saat ini untuk melakukan reimburse langsung, pihak keuangan perusahaan cukup menekan tombol reimburse dan melakukan otorisasi, maka uang reimburse langsung berpindah secara otomatis dari rekening perusahaan ke berbagai rekening bank karyawan.

Disambut baik kehadirannya oleh korporasi hingga layanan e-commerce

Selain perusahaan ternama internasional yang telah memanfaatkan fitur dari Jojonomic, beberapa layanan e-commerce seperti Tokopedia juga telah menggunakan fitur mobile reimbursement untuk memantau pengeluaran yang telah dilakukan oleh pegawainya.

“Penggunaan Jojonomic di Tokopedia menggantikan proses manual yang telah dilakukan semenjak Tokopedia berdiri. Jojonomic benar-benar membantu mempercepat proses cash advance di Tokopedia dan meningkatkan efisiensi proses approval,” kata Leontinus Alpha Edison, salah satu Founder Tokopedia.

Untuk meningkatkan performa dari Jojonomic kegiatan offline yang mempertemukan klien dengan tim dari Jojonomic kerap digelar. Dari acara tersebut nantinya tim Jojonomic akan menampung semua feedback yang diberikan oleh klien terkait dengan layanan yang ada.

“Jojonomic sebagai sebuah aplikasi sudah banyak berkembang dan menyesuaikan dengan pasar di Asia Tenggara. Event seperti ini memberikan banyak input buat kami untuk dapat terus menjawab kebutuhan perusahaan di bidang managing dan kontrol keuangan. Kami pun terus berinovasi agar dapat terhubung dengan berbagai sistem yang sudah ada seperti sistem ERP SAP dan Oracle,” kata COO Jojonomic Samiaji Adisasmito.

Application Information Will Show Up Here

[Tidbit] Bukalapak Gandeng Go-Send, Digital Engagement Center Indosat Ooredoo, Office Boy Tokopedia Belajar Bahasa Pemrograman

Bukalapak gandeng Go-Send

Sebagai bentuk komitmen Bukalapak untuk para pengguna demi memberikan kemudahan, kali ini Bukalapak bekerja sama dengan GO-SEND memberikan promo untuk mempercepat pengiriman barang dengan potongan harga setiap hari sebesar Rp5.000,-. Promo ini berlaku di 15 area di seluruh Indonesia mulai dari Jabodetabek, Denpasar, Bandung, Surabaya, Makassar, Palembang, Medan, Balikpapan, Yogyakarta, Semarang, Manado, Solo, Samarinda, Malang, Batam setiap hari. Untuk semakin mempercepat dan mempermudah para pelanggan mendapatkan barang impiannya di bulan November, kami bekerja sama dengan GO-SEND untuk mempercepat barang pesanan sampai di rumah.

GO-JEK adalah on-demand mobile platform dan aplikasi terdepan yang menyediakan berbagai layanan lengkap mulai dari transportasi, pengiriman barang, pembayaran, layanan antar makanan, dan berbagai layanan on-demand lainnnya, dengan menghubungkan pengguna dengan lebih dari 250.000 mitra driver ojek dan mobil, lebih dari 35.000 penjual makanan, serta lebih dari 3.000 penyedia layanan lainnya. Perusahaan kini telah beroperasi di 15 kota, termasuk Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Makassar, Medan, Palembang, Semarang, Yogyakarta, Balikpapan, Malang, Solo, Manado, Samarinda dan Batam.

Office boy Tokopedia belajar bahasa pemrograman

Semua bisa belajar coding. Tim IT kami sendiri sudah dua bulan ini intensif mengajarkan coding kepada office boy Tokopedia dan hasilnya positif, ujar COO Tokopedia Leontinus Alpha Edison (Leon). Leon menerangkan bahwa karyawan Tokopedia memang memiliki program bertajuk Nakama Learning Class di mana masing-masing Nakama (sebutan untuk karyawan Tokopedia) bisa membuka semacam kelas tambahan di sebelum atau sesudah jam kantor untuk berbagi ilmu yang ia kuasai kepada sesama Nakama. Ada kelas bahasa Jepang, kelas bahasa Arab, kelas make up, gitar, yoga dan yang baru-baru ini coding.

Digital Engagement Center Indosat Ooredoo

Indosat Ooredoo, meluncurkan sebuah inovasi digital terbaru bernama Digital Engagement Center (DEC) yang ditujukan kepada pelanggan bisnis (B2B) dan pemerintah. Peluncuran DEC memang menjadi salah satu bagian dari visi Indosat Ooredoo menjadi perusahaan telekomunikasi digital terdepan di Indonesia. Namun, teknologi tersebut harus dimanfaatkan dengan maksimal agar mampu menjalankan strategi dan mengembangkan bisnis lebih efektif. DEC akan membantu mengumpulkan persepsi dan pengalaman dari sebuah produk di media sosial untuk menjadi bahan evaluasi dan pengembangan produk atau kebijakan.

Sebagai perusahaan yang fokus pada masyarakat, Indosat Ooredoo memiliki visi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan yakin bahwa layanannya dapat mendorong pertumbuhan bagi pelanggannya untuk mencapai potensi terbaiknya melalui penyediaan layanan komunikasi yang bermanfaat.

[Tidbit] Kilat Plesk dari CloudKilat, Kemitraan Tokopedia dan Ninja Xpress, Laporan Qlue RT/RW Tembus Belasan Juta

Kilat Plesk dari CloudKilat

Sebagai penyedia layanan komputasi awan terkemuka di Indonesia, CloudKilat turut memantau akselerasi dari adopsi komputasi awan di tengah perusahaan-perusahaan global. Untuk itu kami meluncurkan Kilat Plesk, ucap CEO Infinys System Indonesia Dondy Bappedyanto. Singkatnya, Kilat Plesk mengeleminasi kebutuhan seorang System Administrator yang andal untuk menjalankan dan memantau server Anda.

Kilat Plesk adalah platform WebOps yang mampu menjalankan dan mengotomatisasi aplikasi, website, dan layanan hosting yang beroperasi di atas infrastruktur virtual machine KilatVM dari CloudKilat.

Kemitraan Tokopedia dan Ninja Xpress

Pengalaman dan pemahaman komprehensif mengenai dunia logistik dan perkembangan e-commerce di Asia Tenggara, yang dimiliki oleh Ninja Xpress, akan membawa kemudahan lebih untuk Toppers (pengguna Tokopedia). Ninja Xpress diketahui akan memberikan tiga layanan untuk pengguna Tokopedia, yaitu Ninja Regular, Ninja Fast dan Ninja Super. Dengan pengalaman dan pemahaman yang komprehensif mengenai dunia logistik dan perkembangan e-commerce di Asia Tenggara, Ninja Xpress kini hadir di Indonesia sebagai perusahaan logistik berbasis teknologi dan mitra terpercaya pebisnis e-commerce Indonesia.

Data AppAnnie juga menunjukkan aplikasi Tokopedia merupakan aplikasi jual beli online yang paling sering dipakai di Indonesia dengan jumlah pemakai aktif dua kali lipat dibanding pilihan lainnya.

Laporan Qlue RT/RW tembus belasan juta

Pemanfaatan aplikasi Qlue sebagai perangkat laporan RT/RW belakangan ramai diperbincangkan publik. Berdasarkan data yang dirilis Qlue, hingga tanggal 10 Oktober 2016, total laporan Qlue RT/RW mencapai angka 15.256.552 atau mengalami kenaikan tujuh kali lipat dari total laporan di bulan Agustus 2016. Jakarta Barat tercatat menjadi wilayah yang paling aktif mengirimkan laporan mengenai lingkungannya.

Elita Yunanda, selaku Marketing Manager Qlue Indonesia, mengatakan data ini kami rilis sebagai apresiasi dan rasa terima kasih kepada Bapak dan Ibu RT/RW yang sudah aktif memanfaatkan Qlue untuk melaporkan keadaan lingkungannya.

Makna Semangat Kemerdekaan bagi Penggiat Startup Indonesia

Banyak hal yang dapat diupayakan sebagai langkah untuk mengisi kemerdekaan. Memajukan bangsa dengan semangat berkreasi dan berinovasi adalah salah satunya. Semangat tersebut juga yang ingin ditunjukkan oleh para pelaku di ekosistem startup Indonesia. Melalu kreasi digitalnya, mereka bersama-sama memantapkan ekonomi digital guna mengimbangi perkembangan dan persaingan global yang kian menantang.

Di hari peringatan ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke 71 ini, tentu menjadi momen yang pas untuk terus meningkatkan semangat kebangsaan, semangat untuk turut serta memajukan kesejahteraan bangsa. Lalu seperti apa arti semangat kemerdekaan bagi para penggiat industri startup Indonesia?

“Merdeka itu bebas, bebas dalam berpikir dan berkarya. Anak muda harus berkarya dengan menciptakan solusi berbasis teknologi digital. Setelah merdeka 71 tahun, kita harus berhenti membahas potensi dan mimpi. Kini saatnya mencetak sejarah baru di era ekonomi digital. Indonesia harus jadi bangsa pemenang,” ujar Yansen Kamto selaku CEO Kibar sekaligus salah satu penggagas gerakan 1000 startup nasional.

Seperti yang telah kita ketahui dan rasakan, bahwa saat ini banyak hal sudah bergeser, dalam bentuk digitalisasi. Berbagai industri dan kegiatan ekonomi banyak ditopang penuh oleh peranan teknologi informasi dan komunikasi. Sebagai penggiat ekosistem digital, langkah nyata untuk menumbuhkan kekuatan digital nasional sangat diperlukan. Karena pilihannya hanya bekerja keras atau tergerus dinamika persaingan yang begitu kuat.

“Bagi saya arti kemerdekaan adalah kebebasan untuk mendapatkan akses kesehatan dan pendidikan yang baik, kehidupan yang layak, serta kebebasan dalam memilih pasangan hidup tanpa melihat perbedaan suku dan ras tertentu. Generasi muda dapat mengisi kemerdekaan dengan kreativitas tanpa batas. Bagaimana kita sebagai penerus bangsa, dapat menghasilkan gagasan jitu dan memiliki nilai ekonomi,” ujar Founder dan CEO Bridestory Kevin Mintaraga.

Kevin menambahkan, bahwa di era seperti sekarang ini, platform digital mampu memberikan banyak hal, termasuk meningkatkan potensi ekonomi yang sudah ada. Ini tentang bagaimana kita mampu menciptakan berbagai kesempatan baru, termasuk lapangan kerja hingga memperluas cakupan pasar secara digital. Untuk itu bagi Kevin, akses internet yang merata menjadi salah satu faktor penting untuk kesejahteraan bangsa.

Ketuka ADITIF (Asosiasi Digital Kreatif) Saga Iqranegara turut menyampaikan pendapatnya seputar semangat kebangsaan. Baginya, momentum ini adalah saatnya berintrospeksi apakah kita sudah berdaulat secara digital. Nyatanya, masih banyak permasalahan bangsa ini yang bisa diselesaikan dengan pendekatan teknologi. Ini perlu uluran tangan pemuda Indonesia.

Berjuang untuk aspek teknologi dan digital secara tidak langsung juga memperjuangkan perbaikan aspek lain yang beririsan. Sebut saja pendidikan, kemiskinan, dan masalah lapangan pekerjaan. Semua masalah tersebut perlahan-lahan mulai disentuh dan diselesaikan dengan munculnya perusahaan rintisan yang industrinya terus tumbuh di Indonesia.

“Dengan peluang yang terbuka lebar di dunia digital, seharusnya tidak ada lagi yang namanya pengangguran terpelajar. Bukan masanya anak muda menyerah pada keadaan. Mereka bisa ambil bagian dalam gelombang kemajuan zaman ini. Mereka harus bisa menemukan peruntungannya sendiri dari dunia digital ini,” ungkap Saga.

Tak ada cara lain kecuali keberanian untuk memulai, kegigihan untuk selalu bangkit ketika gagal dan harapan, visi, misi dan mimpi yang realistis untuk menghasilkan karya yang membanggakan. Hal tersebut yang turut menjadi keyakinan William Tanuwijaya Co-Founder dan CEO Tokopedia dalam semangat untuk memberikan sumbangsih terbaik untuk bangsa.

“Kami di Tokopedia merasa bersyukur karena kami diberikan keberanian untuk memulai, kegigihan untuk bangkit dalam setiap kegagalan kami, karena kami selalu menjaga harapan untuk mimpi kami membangun Indonesia lebih baik lewat internet. Jadi bagi kami makna kemerdekaan itu, adalah ketika setiap individu di Indonesia bisa terus memiliki kebebasan untuk mengejar impian mereka, setinggi apa pun itu,” pungkas William.

Prayogo Ryza berkontribusi dalam penyusunan artikel ini.