Sambut Kebutuhan Akhir Tahun, Kredivo Rilis Produk Pinjaman Tunai

Kredivo, startup kartu kredit digital, merilis produk pinjaman tunai untuk menjawab permintaan pinjaman yang tinggi di akhir tahun. Pihak Kredivo menargetkan total penyaluran pembiayaan pada kuartal IV tahun ini bisa tumbuh 50% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, tanpa menyebut angka detailnya.

Head of Marketing Kredivo Indina Andamari mengatakan, produk ini tidak memiliki persyaratan khusus. Semua pengguna Kredivo yang telah memiliki akun aktif bisa memanfaatkan produk tersebut. Saat sudah terdaftar, pengguna bisa mencairkan limit yang mereka miliki sebagai dana tunai untuk membayar berbagai kebutuhan atau digunakan untuk belanja di lebih dari 200 merchant mitra Kredivo.

“Kami memanfaatkan big data dan teknologi machine learning untuk menilai kelayakan kredit seseorang secara real time untuk mitigasi risiko. Selain itu, kami juga memiliki sistem keamanan untuk mengevaluasi transaksi pengguna, juga proses penagihan yang efektif,” terangnya kepada DailySocial.

Pinjaman Tunai Kredivo tersedia dalam dua jenis, yakni Mini dan Jumbo. Mini memungkinkan pengguna untuk meminjam hingga Rp3juta dengan tenor 30 hari, sedangkan Jumbo memiliki limit hingga Rp30 juta dengan tenor 6 bulan.

Indina menjelaskan, setelah pengguna memilih jumlah dan jangka waktu pinjaman, dana akan dicairkan secara instan melalui rekening bank pengguna dalam kurun waktu 10 menit, tanpa ada jaminan yang diperlukan. Diklaim model bisnis ini merupakan yang pertama di Indonesia.

Bunga yang ditetapkan pun diklaim terendah dibandingkan pinjaman lain di pasar. Kredivo mengenakan bunga hingga 2,95% per bulan, lebih rendah dari kompetitor yang mengenakan bunga rata-rata 1% per hari.

“Visi Kredivo adalah untuk memberikan akses kredit kepada milenial Indonesia secara luas dengan biaya serendah mungkin. Kami senang dapat menyediakan produk ini bagi seluruh pengguna kami dengan biaya rendah, tepat saat kebutuhan akhir tahun meningkat.”

Saat ini Kredivo baru bisa melayani pengguna yang berdomisili di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan, Palembang, Semarang, dan Denpasar. Disebutkan Kredivo memiliki hampir satu juta pengguna aktif.

Application Information Will Show Up Here

Kredivo Siap Rambah Segmen Offline dan Ekspansi ke Filipina

Startup fintech lending Kredivo tengah mengembangkan layanan pinjaman untuk transaksi offline. Di saat yang bersamaan akan segera merealisasikan rencana ekspansi ke Filipina. Kedua rencana ini akan dilakukan pada awal tahun depan.

Co-Founder dan CEO Kredivo Akshay Garg menuturkan, rencana ini adalah bagian dari realisasi pendanaan seri B yang diumumkan Juli 2018 lalu. Menurutnya segmen offline juga menarik untuk diseriusi, lantaran ada potensi bisnis yang bisa digarap. Dari sisi konsumen pun ada permintaan agar Kredivo bermain ke sektor tersebut.

Pemain sejenis, Akulaku, sudah lebih dulu menghadirkan layanan serupa pada Oktober 2018. Agar tetap bisa berkompetisi dengan Akulaku, Kredivo akan tetap mengutamakan cicilan yang ringan seperti yang sudah dilakukan sejak awal berdiri. Pengguna tidak akan dikenakan beban biaya sama sekali atau 0% apabila melunasi utangnya kurang dari 30 hari.

Metode pembayaran yang dipakai untuk fitur teranyar adalah scan QR code yang nantinya bakal tersedia di toko elektronik, restoran, dan sebagainya. Implementasi pilot project akan dimulai dari Jakarta.

“Fitur ini sebenarnya kami hadirkan karena kemauan konsumen. Sama halnya dengan fitur personal loan, kredit limit bisa mereka cairkan sebagai dana tunai untuk membayar kebutuhan sehari-hari,” ucapnya, Kamis (22/11).

Terkait ekspansi ke Filipina, sambungnya, sebenarnya belum menjadi keputusan akhir. Namun Filipina bisa dikatakan sebagai negara yang paling sesuai dengan kriteria, karena tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Selain Filipina, ada dua negara lainnya yang sudah dipertimbangkan sejak awal, yakni Singapura dan Thailand.

“Kemungkinan baru bulan depan keputusan akhirnya, namun pilihan terdekat itu adalah Filipina dibandingkan dua negara lainnya.”

Co-Founder Kredivo Alie Tan menambahkan, perusahaan akan tetap menggunakan merek Kredivo. Hal ini dimaksudkan agar nama Kredivo semakin mudah dikenal, kalau menggunakan nama yang berbeda dikhawatirkan akan menyulitkan para pengguna.

Brand itu penting banget, kalau misalnya pakai nama yang berbeda akan sulit untuk penggunanya. Kalau satu warna tentunya akan lebih mudah dikenal,” ujar Alie.

Selain ekspansi ke luar negeri, Kredivo juga siap memperluas penetrasi pasarnya di Indonesia sebagai pasar utamanya. Co-Founder dan COO Kredivo Umang Rustagi mengatakan, Kredivo akan segera hadir di kota tier dua, kemudian merambah ke Makassar dan Yogyakarta.

Saat ini Kredivo baru bisa melayani pengguna yang berdomisili di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan, Palembang, Semarang dan Denpasar.

Kredivo diklaim telah menyalurkan pinjaman hingga belasan juta dolar per bulannya, tanpa menyebut angka pastinya. Terdapat hampir 1 juta pengguna terdaftar dan aktif menggunakan layanan Kredivo.

Tak hanya bisa digunakan untuk pembayaran cicilan di situs e-commerce, sejak dua bulan terakhir Kredivo merilis fitur personal loan. Fitur ini memungkinkan pengguna bisa mencairkan dana dari sisa kredit limit ke dalam rekening mereka untuk dipakai sebagai kebutuhan sehari-hari.

Diharapkan fitur personal loan ini bisa meningkatkan interaksi pengguna dengan Kredivo. Persentasenya diharapkan bisa seimbang dengan pembayaran di situs e-commerce.

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Dapatkan Pendanaan Seri C Senilai 1 Triliun Rupiah

Startup fintech bidang pembiayaan Akulaku mendapatkan pendanaan seri C senilai $70 juta (setara dengan 1,06 triliun Rupiah). Pendanaan ini dipimpin oleh Fanpujinke Group, dengan partisipasi Sequoia India, BlueSky Venture Capital, dan Qiming Venture Capital. Tambahan modal ini akan difokuskan untuk menjajaki model layanan fintech lain dan memperkuat kehadiran Akulaku di pangsa pasar.

Menurut pemaparan Founder & CEO Akulaku Li Wenbo, pasca pendanaan ini akan lebih banyak lagi skenario konsumen yang akan dieksplorasi, misalnya pembayaran di toserba dan layanan pinjaman untuk pedagang kecil. Di samping itu pasca kesuksesannya di Indonesia, Akulaku juga akan mulai fokus memperdalam kehadirannya di Vietnam dan Filipina.

Di Indonesia, Akulaku cukup agresif dalam menjalankan manuver bisnis. Belum lama ini pihaknya meluncurkan inovasi baru dalam peluncuran “Akulaku Pay Offline“. Skema ini memungkinkan pengguna bisa mencicil tagihan di warung atau gerai kovensional. Saat ini baru beroperasi di Jabodetabek dengan 21 ribu merchant terdaftar.

Dari statistik yang ada, Wenbo memaparkan, saat ini aplikasi Akulaku sudah diunduh lebih dari 20 juta kali. Pengguna aktifnya mencapai 13 juta orang dengan transaksi bulanan mencapai 1.5 triliun Rupiah. Kehadirannya untuk menangani konsumen secara online dan offline dinilai dapat meningkatkan capaian bisnis Akulaku.

Bisnis kredit virtual seperti Akulaku bukan satu-satunya di Indonesia. Ada juga Kredivo yang beroperasi, di bawah naungan FinAccel. Model bisnis seperti ini di Indonesia diawasi OJK.

Kemitraan juga menjadi salah satu strategi bisnis yang dilancarkan Akulaku. Di Indonesia, pihaknya sudah bekerja sama khusus dengan beberapa pemain, di antaranya platform marketplace Bukalapak dan pengembang tanda tangan digital PrivyID.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Perkuat Kemitraan dengan Akulaku untuk BukaCicilan

Bukalapak dan Akulaku meresmikan kehadiran BukaCicilan guna permudah pengguna bertransaksi di aplikasi Bukalapak dengan cara mencicil tanpa menggunakan kartu kredit. Bukalapak akan terus mengembangkan solusi pembayaran lainnya agar semakin mudah orang Indonesia yang bisa terhubung dengan layanan e-commerce.

“Bukalapak mau kerja sama long term dengan Akulaku. Dari sisi kami akan ada banyak pengembangan sistem dan promosi yang lebih banyak agar semakin banyak orang Indonesia bisa berbelanja online. Tahun depan produk ini akan lebih bagus dari sekarang,” ucap Head of Payment and Financial Services Bukalapak Destya Danang Pradityo, Rabu (24/10).

Destya menerangkan, saat ini proses pendaftaran BukaCicilan memakan waktu maksimal 3 jam. Diharapkan tahun depan prosesnya bisa dipersingkat menjadi hanya 5 menit.

Bukalapak siap mempermudah proses penagihan BukaCicilan agar bisa langsung lewat aplikasi dengan berbagai opsi pembayaran yang tersedia. Saat ini pembayaran cicilan melalui BukaCicilan melalui bank transfer atau toko minimarket.

“Bukalapak terus sempurnakan sistem untuk BukaCicilan. Untuk proses collecting-nya, kami ingin bantu Akulaku untuk permudah penagihannya. Kemungkinan nanti di kuartal pertama tahun depan, pengguna BukaCicilan bisa bayar tagihan cukup dari Bukalapak saja.”

Sejak pertama kali digulirkan ke publik pada pertengahan Agustus 2018, Destya mengungkapkan setiap harinya BukaCicilan menerima sekitar 1000 aplikasi secara organik tanpa strategi pemasaran apapun. Secara kasar bisa dikatakan BukaCicilan telah memproses sekitar 71 ribu aplikasi hingga kini.

Dari angka tersebut, GMV yang datang dari BukaCicilan diklaim mencapai sekitar Rp10 miliar. Destya berharap angka ini akan terus berkembang seiring peresmian produk BukaCicilan ke publik dan dimulainya strategi pemasaran yang sudah disiapkan.

Dia menargetkan setidaknya pada Harbolnas nanti GMV melalui BukaCicilan dapat naik minimal 10 kali lipat, atau sekitar Rp100 miliar agar turut berkontribusi pada GMV Bukalapak. GMV perusahaan setiap bulannya kini telah berada di angka Rp4,5 triliun.

Harapan besar juga diungkapkan Direktur Akulaku Syeki Liang. Menurutnya, dengan peresmian BukaCicilan, Akulaku dapat kontinu menerima pengguna baru yang datang dari Bukalapak. Dia berharap jumlah aplikasi yang masuk tiap harinya dapat menembus angka 3 ribu.

“Sejak diluncurkan pada Agustus lalu, BukaCicilan disambut baik dan mendapat respons yang positif dari masyarakat. Sebab mereka kini bisa menikmati fasilitas kredit untuk transaksi online sehari-hari dan tidak mengganggu cashflow mereka,” kata Syeki.

BukaCicilan memberikan limit mulai dari Rp3 juta sampai Rp25 juta. Bunga yang dibayarkan tiap bulannya diklaim cukup kompetitif, yaitu 1,5%, dan tenornya bervariasi dari 1, 2, 3, 6, hingga 12 bulan. Pengguna Bukalapak tidak perlu membayar uang muka untuk pembelian barang dengan nominal di bawah Rp200 ribu.

Untuk mendaftar sebagai pengguna BukaCicilan, konsumen hanya membutuhkan akun Bukalapak dengan nomor ponsel yang sudah diverifikasi. Konsumen harus berstatus WNI, berusia antara 21 sampai 50 tahun, berdomisili di Pulau Jawa, dan memiliki penghasilan tetap tiap bulannya.

“Akulaku akan perluas cakupan layanan BukaCicilan sampai ke luar Pulau Jawa. Rencananya hal ini akan kami realisasikan pada tahun depan. Perlahan kami akan menyasar konsumen di Sumatera, Kalimantan, dan Bali,” tutup Syeki.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Setups “TokoSwipe”, Virtual Credit Card Service

Tokopedia adds up to its fintech products by setting up the latest technology of virtual credit card called “TokoSwipe”. This service is yet to be accessed by users and will be available only on smartphones.

In our observation, users can use TokoSwipe to make Tokopedia transaction and pay off the bills by the end of the month. In presenting this service, Tokopedia collaborates with lending partners which already registered and supervised by OJK. However, the identity is not revealed yet.

Tokopedia avoid comments on the product yet to launch.

Further explained, TokoSwipe application can be made through Tokopedia app, but currently limited for users in Jabodetabek.

Users only have to fill in the form, including private information, ID, and agreement to the terms and conditions. The data will be verified in 1×24 office hours. The limit for credit and rejection are fully partner’s rights.

Once approved, users can choose TokoSwipe as a payment method for each transaction with minimum IDR 10k. It’s not available for installment, mutual fund, and gold products.

Users are given the freedom to choose the credit amount, start from 10% of the total bill. Later, users will get a notification after paying the bill, the rest can be paid next month.

There will be an administration fee for users. It’s 1,5% of the total transaction when fully paid. The other option when the tenor is 3 month (1,6%), 6 month (1,75%), and 12 month (2%).

If it’s past the due date, there will be additional fine according to the partner.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Introducing PayLater, Go-Jek’s “Virtual Credit Card” with Zero Interest

Go-Jek introduces PayLater, a new payment feature to facilitate customers with credit under a certain limit. PayLater is a Fintech Lending product from Findaya (PT Mapan Global Rekas), developed by Mapan. Mapan is one of the three fintech startup acquisitions by Go-Jek last year.

Findaya has acquired the license as a lending service provider from OJK. In its business, Findaya has worked for Go-Jek, Go-Food, Go-Clean, Go-Massage, and Mapan with various facilities, such as installment for laptop, smartphones and its accessories, and many more.

Catherine Hindra, Go-Jek’s Chief Commercial Expansion, said, PayLater for now is only available for select Go-Food customers. The select customers are sorted out by Go-Jek and Findaya without any further details.

She illustrated PayLater mechanism similar to postpaid subscription. Customers have credit up to Rp500,000 and will be charged Rp12,500 monthly fee.

“Our focus with Findaya is to give the best experience for Go-Food’s select customers. We’ll learn from this to develop subscription feature in the future,” she said to DailySocial.

Regarding subscription, she said, it’s to be billed every month when using PayLater. If isn’t exercised, this feature will not take any administration fee. Free administration fee promo was given for the first month.

Hindra has no further explanation on when this feature will be available to all Go-Jek customers.

PayLater exploration

As we dig deeper, PayLater allows users to use credit up to Rp500,000. It should be paid before the last day of the month via Go-Pay.

There’s no further information regarding arrears and interest. Go-Jek will continue to provide notifications on the 25th of each month and every due date until payment’s finally made.

DailySocial has an opportunity to try this feature first. The flow is similar to Go-Food delivery, only on the check out page will appear PayLater as a payment option.

When choosing PayLater, the costs will automatically appear just as you’re paying with Go-Pay or cash. Once the order is received, the amount of PayLater credit will be reduced.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mengenal PayLater, “Kartu Kredit Virtual” Tanpa Bunga dari Go-Jek

Go-Jek meluncurkan PayLater, fitur pembayaran terbaru memungkinkan pengguna untuk berutang dengan limit tertentu. PayLater merupakan produk fintech lending dari Findaya (PT Mapan Global Reksa) yang dikembangkan oleh PT Mapan Global Reksa (Findaya), tergabung sebagai bagian dari Mapan. Mapan sendiri adalah satu dari tiga startup fintech yang diakusisi Go-Jek akhir tahun lalu.

Findaya telah memperoleh surat tanda terdaftar sebagai penyelenggara lending dari OJK. Dalam bisnisnya, Findaya telah melayani mitra Go-Jek, Go-Food, Go-Clean, Go-Massage, dan Mapan dengan fasilitas cicilan laptop, smartphone beserta aksesorisnya, dan kebutuhan lainnya.

Dalam keterangannya, Chief Commercial Expansion Go-Jek Catherine Hindra mengatakan, untuk sementara ini PayLater baru bisa dinikmati secara terbatas untuk pengguna Go-Food. Mereka yang terpilih sudah disaring terlebih dahulu berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan Go-Jek dan Findaya, namun Catherine tidak menjelaskan detailnya.

Dia mengibaratkan mekanisme PayLater yang mirip dengan berlangganan paket telekomunikasi pascabayar. Pengguna memiliki batas pemakaian hingga Rp500 ribu dan akan dikenai biaya berlangganan sebesar Rp12.500 per bulannya.

“Fokus kami bersama Findaya adalah memberikan pengalaman terbaik kepada pengguna Go-Food terpilih terlebih dahulu. Pelajaran yang kami petik tentunya akan dimanfaatkan untuk pengembangan fitur berlangganan di masa mendatang,” tuturnya kepada DailySocial.

Terkait biaya berlangganan, sambung Catherine, hanya akan ditagih sekali setiap bulan apabila menggunakan PayLater. Apabila fitur ini tidak dipakai, maka biaya administrasi juga tidak akan dikenakan. Untuk bulan pertama, biaya berlangganan akan digratiskan sebagai promosinya.

Catherine juga tidak memberikan penjelasan lebih lanjut kapan fitur ini akan digulirkan ke semua pengguna Go-Jek.

Menjajal PayLater

Bila ditelusuri lebih dalam, PayLater memperbolehkan pengguna untuk berutang sampai limit maksimal Rp500 ribu. Tagihan harus dibayarkan setiap akhir bulan lewat Go-Pay.

Apabila menunggak, tidak ada penjelasan dari Go-Jek apakah ada bunga yang dibebankan. Pihak Go-Jek hanya akan terus memberikan notifikasi mulai dari tanggal 25 setiap bulannya dan juga setiap tanggal jatuh temponya sampai akhirnya utang terlunasi.

DailySocial berkesempatan menjajal fitur tersebut untuk pertama kalinya. Alurnya sama seperti saat memesan Go-Food pada umumnya, namun akan muncul pilihan PayLater dalam opsi pembayaran.

Ketika memilih PayLater, secara otomatis akan tertera biaya pesanan makanan yang harus dibayar, sama halnya bila memilih opsi pembayaran dengan Go-Pay atau tunai. Setelah pesanan diterima, secara otomatis akan muncul notifikasi limit PayLater telah berkurang. Kita bisa memilih membayar tagihan tersebut kapan saja, sejak limit berkurang, sampai akhir bulan.

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Mulai Rambah Cicilan Tanpa Kartu Secara Offline

Akulaku, startup yang bergerak di bidang pembiayaan, mulai merambah ke segmen cicilan offline lewat peluncuran produk “Akulaku Pay Offline”. Segmen ini dinilai memiliki potensi yang menarik, lantaran masih ada stigma yang menyebut pinjaman hanya dilakukan oleh orang yang tidak punya uang.

Layanan Akulaku Pay Offline bisa digunakan di merchant offline dengan sistem scan barcode dan kode OTP. Untuk sementara, fitur ini baru tersedia di 15 merchant yang telah bekerja sama dengan Akulaku di Mal Gandaria City, Jakarta.

“Ini pertama kalinya Akulaku merambah segmen offline, selama ini kami hanya fokus ke online saja. Tim mulai menambah merchant offline, nanti tidak hanya dari mal saja tapi juga akan ke toko kelontong,” terang Komisaris Akulaku, Martha Adlina, Kamis (23/8).

Ia melanjutkan, nantinya masyarakat bisa memanfaatkan cicilan saat membeli barang dalam jumlah grosir di toko kelontong yang mereka kunjungi. Tentunya kemudahan seperti ini akan menguntungkan pengguna karena pengaturan cash flow bakal lebih teratur, terlebih bagi pedagang.

“Jadi nanti pengguna bisa belanja di agen toko kelontong dalam jumlah besar, nanti tinggal pakai fitur cicilan. Akulaku yang akan bayarkan ke agennya sesuai dengan limit kredit yang dimiliki pengguna.”

Akulaku juga tengah menyiapkan produk cicilan lainnya untuk kebutuhan pendidikan dan medis. Untuk cicilan penididkan, Akulaku bakal bekerja sama dengan universitas dalam menyaring calon debitur. Cicilan dapat digunakan membayarkan biaya uang masuk dan biaya semester.

Sementara untuk medis, Akulaku akan membayarkan berbentuk premi asuransi yang terhutang dalam setahun. Ambil contoh, apabila pengguna punya premi tahunan sebesar Rp5 juta, maka Akulaku akan membayarkan sesuai nominal tersebut. Lalu pengguna akan mencicil sesuai ketentuan yang diberikan.

Capaian bisnis Akulaku

Akulaku hadir di Indonesia sejak Juni 2016 dengan perizinan sebagai perusahaan multifinance dengan fokus bisnis awal di kredit virtual. Setelah Indonesia, Akulaku hadir di Malaysia, Vietnam, dan Filipina dengan merek dagang yang sama.

Martha menyebut perusahaan telah menyalurkan pembiayaan sekitar US$300 juta (lebih dari Rp4,2 triliun) hingga pertengahan tahun ini. Rata-rata Akulaku menyalurkan sekitar US$50 juta (sekitar Rp700 miliar) pinjaman setiap bulan dengan total transaksi mencapai 1,5 juta kali.

Total merchant online yang telah bermitra dengan Akulaku sudah mencapai 3 ribu unit, termasuk di dalamnya platform besar seperti Bukalapak, Blibli, Tiket.com, Shopee dan JD.id. Martha menargetkan sampai akhir tahun ini perusahaan dapat menyalurkan kredit hingga US$450 juta (sekitar Rp6,3 triliun).

Aplikasi Akulaku telah diunduh lebih dari 15 juta kali, sementara dari angka tersebut yang sudah menjadi anggota mencapai 10 juta orang. Kebanyakan mereka berasal dari Jabodetabek, Semarang, Yogyakarta dan beberapa kota di Jawa Timur.

Tahun ini Akulaku juga akan memperluas cakupan bisnis di luar Pulau Jawa, menyasar kota Medan, Palembang, dan Bali. Perluasan ini penting, pasalnya Indonesia menjadi kontributor bisnis utama Akulaku. Jumlah tim di Akulaku juga sudah mencapai 1200 orang yang terdiri atas tim penagihan, manajemen risiko, anti fraud, operasional, dan pengembangan bisnis.

Akulaku disokong oleh beberapa investor ternama, di antaranya Sequoia Capital, IDG Capital, Arbor Ventures, Fidelity VC Fund Arbor, dan masih banyak lagi.

Application Information Will Show Up Here

Kredivo Secures Series B Funding Worth Over Rp435 Billion, Ready for Regional Expansion

Fintech startup engaged in online lending service FinAccel (using Kredivo brand) announces Series B funding worth US$30 million (over Rp435 billion) led by Square Peg Capital, with the new investor MDI Ventures and Atami Capital. Existing investors, such as Jungle Ventures, OpenSpace Ventures, GMO Ventures, AlphaJWC, and 500 Startups also participated in this round.

Akshay Garg, Kredivo’s CEO said it’ll be used for new service development outside the loan via e-commerce, regional expansion, and recruiting more talents in engineer and data scientists.

Regarding the target countries, it’s still in evaluation. The three countries in consideration are Thailand, Philippines, and Singapore. In the next six months, FinAccel will announce one of the countries ready for expansion.

“In the next six months, we’ll decide a country for expansion. It’s now being evaluated,” Garg said on Wed (7/25).

He continued that the new product in development will be targeting outside the e-commerce ecosystem, like loan for study, medical, emergency cost, house renovation, and others.

Tushar Roy, Square Peg Capital’s Partner commented in the official release that Kredivo is an institutional-class business in all aspects, through the automation of very complex loan elements, and trusted by Indonesia’s best merchants. Kredivo has a bank-class risk metric and already draw institutional debts.

Kredivo is claimed to have teams with integrity and high experience to be motivated in solving big problems for sellers and consumers in Indonesia, therefore, it’ll support the whole economic growth.

“We’re very proud to support Kredivo’s team vision in allowing a better financial service for the young generation in Indonesia and SEA,” he explained.

Nicko Widjaja, MDI Ventures’ CEO added, Kredivo is a market leader in consumer loan service with an advanced credit scoring process in the industry. Investment in Kredivo will mark MDI Ventures’ first portfolio in fintech lending segment.

“With our participation, we expect to support more underserved segments in this market, where we can access various kinds of credit sources that can use Kredivo technology to fasten the disbursement process,” he said.

Business performance and next plans

Garg said, the company will increase the marketing activities for new customer’s acquisition by setting up some billboards in public. They also raised some initiatives for strategic partnerships with Telkom Group that now involved as Kredivo investors network.

“We choose the leading strategic investors for the next time we can make partnership synergy. There will be many new initiatives to do with Telkom Group, particularly Telkomsel.”

After dua years establishment, Kredivo has become one of the most adopted alternative method for digital credit card by Indonesia’s marketplace. It is claimed to be the only online payday loan that has collaborated with almost 10 e-commerce sites, including Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Lazada, and more than 200 others.

Kredivo’s business growth in GMV (Gross Merchandise Value) reaches 5 times up without any detailed number. The company has evaluated more than 2 million of Indonesia’s consumers and help the online merchants for significant customer retention and revenue.

Around 80% of the transaction every month comes from Kredivo loyal customers with more than 500,000 people in total. In fact, the bad loans ratio is kept under 5% according to the financial industry.

It has 15 companies as lenders that are multi finance and credit funds. Credit funds come from Hong Kong and SEA countries. BFI is still one of the exclusive lenders in Kredivo.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Kredivo Targetkan Kuasai Transaksi E-commerce Hingga $2 Miliar di ASEAN

Platform kartu kredit virtual Kredivo menargetkan lima tahun mendatang (2021) dapat mengendalikan transaksi e-commerce antara hingga $2 miliar di kawasan ASEAN. Target tersebut dibuat dengan asumsi total transaksi e-commerce ASEAN di tahun tersebut mencapai $50 miliar.

Akshay Garg selaku CEO Kredivo menjelaskan untuk mencapai target tersebut pihaknya akan melakukan ekspansi ke beberapa negara di wilayah ASEAN. Ekspansi tersebut akan digalakkan mulai dari tahun depan. Ada beberapa negara yang menjadi pertimbangan untuk singgah, seperti Malaysia, Filipina dan Thailand. Kendati demikian pihaknya masih terus mempelajari pasar untuk menemukan sasaran yang ideal.

“Rencana ekspansi ke negara berikutnya masih dalam kajian, kemungkinan pada kuartal I 2017 akan kami umumkan,” ujarnya, Kamis (15/9).

Garg mengaku, target ini dibuat berdasarkan hasil riset yang dilakukan Kredivo. Pasar utama kartu kredit di seluruh dunia masih dominan dikuasai oleh MasterCard. Pihaknya membutuhkan waktu untuk berkembang dan menguasai pasar. Oleh karenanya Kredivo ingin lebih fokus membuat produk cerminan dari pengembangan MasterCard, supaya lebih mudah diadopsi.

Ia melanjutkan, nantinya saat ekspansi dapat terealisasi pihaknya akan menggunakan brand Kredivo untuk diboyong ke luar negeri. Selain itu Kredivo juga akan membuka peluang untuk bekerja sama dan menggandeng partner dari lembaga keuangan asal negara tersebut yang akan bertindak sebagai lender.

“Kami membuka peluang untuk seluruh institusi keuangan asal negara tersebut menjadi partner bisnis. Kami masih lihat-lihat bagaimana regulasinya dan kontur pasarnya.”

Seperti diketahui, Kredivo menggandeng PT BFI Finance Indonesia Tbk menjadi pihak lender tunggal untuk penyaluran pembiayaannya. Grag mengungkapkan pihaknya memilih BFI karena adanya kesamaan visi dan misi. Di satu sisi, BFI membutuhkan pangsa pasar baru di tengah lesunya pembiayaan untuk sektor otomotif.

Perkembangan Bisnis di Indonesia

Kredivo baru melesatkan layanan di Indonesia sejak November 2015. Grag mengaku sejak enam bulan terakhir secara rerata per bulannya bisnis tumbuh lebih dari 50%, baik dari segi pengguna maupun transaksi. Kini Kredivo sudah bekerja sama dengan 45 e-commerce untuk memproses transaksi di dalamnya.

Beberapa e-commerce tersebut termasuk Bhinneka, Global Teleshop, Wellcomm Shop, Jualo, Sepulsa, Lensza, AsmaraKu, dan lain-lain. Pihaknya menargetkan sampai akhir tahun ini jumlah kerja sama bisa bertambah hingga 100 e-commerce, sementara pada tahun depan jumlahnya bisa berlipat ganda hingga 300 e-commerce.

“Merchant e-commerce di Indonesia terus bertambah setiap minggunya. Kami targetkan pada tahun depan jumlah merchant bisa menyentuh angka 300 e-commerce.”

Menurutnya dengan bekerja sama dengan banyak e-commerce Kredivo secara langsung dapat berperan menjadi stimulus penjualan bagi bisnis online dan membuat transaksi online lebih terjangkau dan aman bagi konsumen. Pasalnya pertumbuhan e-commerce di Indonesia sangat luar biasa, namun belum dibarengi dengan ekosistem pembayaran yang matang.

Hal ini tercermin dari rendahnya tingkat penetrasi kartu kredit di Indonesia, merupakan terendah di Asia Tenggara. Menurut laporan Asosisai Kartu Kredit Indonesia, pada Juli 2016 jumlah kartu kredit yang beredar hanya sebesar 17 juta dengan rata-rata dua kartu kredit per orang. Ini menunjukkan jumlah pemilik kartu kredit di Indonesia berada di angka sekitar 8 juta orang.

“Ke depannya kami ingin berkolaborasi dengan lebih banyak pemain e-commerce dan memperluas inklusi kartu kredit di Indonesia melalui teknologi,” pungkasnya.