Lika-Liku Proses Pencarian Pendanaan Seri A

Dalam proses membangun startup yang berkelanjutan, ada banyak tahapan yang harus dilalui, pendanaan menjadi salah satu yang signifikan dan tidak bisa dipisahkan dari metrik pertumbuhan bisnis sebuah perusahaan. Dalam artikel ini, DailySocial akan membahas lebih lanjut mengenai pendanaan eksternal pada tahapan Seri A atau sering disebut putaran Seri A. Tahapan ini adalah lanjutan dari  pendanaan tahap awal atau seed round. 

Startup yang sampai pada tahapan ini umumnya sudah memiliki beberapa produk yang matang dan mendapat beberapa klien / income yang lumayan, namun masih membutuhkan inovasi untuk terus growth. Hal ini juga yang membuat peran investor pada tahapan Seri A menjadi esensial, karena dapat menentukan keberlangsungan bisnis perusahaan.

Di Startup Report 2019 bertajuk “Scaling Through Technology Democratization” yang diterbitkan DSResearch, setidaknya ada 31 startup di Indonesia telah mendapatkan pendanaan Seri A di tahun 2019. Y Combinator juga telah merilis sebuah panduan lengkap bagi perusahaan yang sedang atau akan melanjutkan pendanaan ke tahapan Seri A.

Berikut ini beberapa tips bagi para pemain industri yang berencana menggalang pendanaan Seri A. Sebagai catatan, tips ini tidak disusun berdasarkan urutan langkah yang harus dilakukan pertama kali.

Apa saja yang harus “disajikan”?

Sebagaimana lanjutan dari pendanaan tahap awal, fokus pendanaan Seri A berkembang dari sekedar mengukur potensi produk serta mengidentifikasi calon pengguna. Hal-hal yang ditawarkan bukan lagi sekedar impian dan dramatisasi kreasi perusahaan. Pada tahap ini, perusahaan harus sudah memiliki traksidata-data pendukung cerita, dan target-target ke depannya.

pendanaan seri A
Ilustrasi timeline pendanaan seri A dari Y Combinator

Metrik menjadi kunci dari persiapan pendanaan Seri A. Dalam hal ini, Y Combinator mematok standar pertumbuhan 30% setiap bulan (month over month) untuk tahap awal. Dari sini dapat terlihat bahwa perusahaan telah menemukan product market fit dengan potensi pertumbuhan eksponensial. Masing-masing perusahaan bisa memiliki metrik yang berbeda-beda. Salah satu contoh adalah Xendit, sebagai bisnis pembayaran, metrik mereka adalah TPV (total payment value).

Metrik yang jelas serta dibuktikan dengan angka-angka yang tepat akan sangat membantu dalam membangun narasi yang bisa meyakinkan investor untuk berinvestasi pada perusahaan Anda.

“Ketika Anda telah menemukan pasar-produk yang sesuai dan Anda siap untuk memulai mengembangkan skala bisnis. VC hanya akan mendukung gagasan yang dapat berkembang,” ujar Founder dan CEO Xendit, Moses Lo.

The dos and don’ts

Jika Anda ingin berhasil dengan pendanaan Seri A ini, buatlah target yang terukur dan transparan. Misalnya dalam hal jumlah, daripada memberikan rentang, lebih baik langsung menentukan digit angka. Semakin rinci sebuah financial plan menunjukkan kematangan perusahaan.

Meskipun demikian, kejujuran dan transparansi tetap harus jadi prioritas. Investor sendiri punya tim khusus untuk melakukan background check serta perhitungan finansial perusahaan. Jadi hindari resiko fraud atau manipulasi, karena akan terlihat buruk dalam sejarah perusahaan.

Ketika Anda sudah yakin dengan semua perhitungan yang ada dan menyampaikan narasi dengan percaya diri, tapi kemudian mendapat penolakan, Anda tidak perlu berpikir terlalu dalam. Penggalangan dana, layaknya penjualan, adalah permainan angka dengan berbagai risiko penolakan. VC pun terkadang menggunakan strategi “tarik-ulur” dalam menentukan portfolio mereka.

“Jangan biarkan penolakan membuatmu patah semangat. Kami pun berkali-kali ditolak oleh VC. Namun, hal itu tidak jadi personal. Terkadang VC akan menolak dulu sebelum mengatakan ‘Ya’ untuk berinvestasi,” ujar Moses.

Memang membutuhkan lebih banyak ketekunan, waktu dan usaha, namun ketika Anda telah mengerahkan seluruh energi untuk membuat produk ini layak dan dicintai masyarakat, mengapa perlu patah semangat?

Mengenal investor yang tepat

Tidak sedikit founder yang menganalogikan pendanaan dengan pernikahan. Memang keduanya melibatkan komitmen yang tidak dangkal, serta rasa saling percaya bahwa masing-masing punya tanggung jawab dan bisa melaksanakan dengan baik. Karena itu, muncul pertimbangan lain ketika perusahaan dan investor memutuskan untuk mengikat janji dalam sebuah term sheet. 

Para investor pun punya metrik sendiri untuk menilai founder di luar perhitungan-perhitungan yang mereka buat. Anda juga perlu menciptakan sebuah proses di mana kurva permintaan dan penawaran sesuai dengan target valuasi. Dengan begitu, Anda bisa menilai investor mana yang menawarkan tidak hanya kuantitas namun juga kualitas.

Willson Cuaca, Managing Partner East Ventures, selalu menekankan, “Kuncinya adalah berinvestasi pada individu. Setelah Anda menemukan seseorang yang tepat dan klik, Anda akan percaya sepenuhnya pada kemampuan mereka untuk berjalan secara independen dan membawa hasil terbaik melalui kesepakatan [term sheet] ini.”

Dalam hal ini, penting sekali untuk memastikan bahwa investor memiliki value yang sejalan dengan visi dan misi perusahaan. Hal ini semata-mata demi menghindari adanya clash of understanding di tengah perjalanan.

Seperti dikutip dari Series A Guide by Y Combinator, “Sederhananya adalah seperti ini: dalam proses evaluasi, cobalah pahami setiap bagian dari kualifikasi dan kondisi yang bisa menciptakan efek domino jangka panjang. Ekonomi bersifat sementara, tetapi kontrol berjalan selamanya.”

Strategi bisnis ke depan

Berbicara pendanaan, bukan hanya tentang persiapan pelaksanaan namun juga berkaitan dengan rencana masa depan. Dalam kasus ini, pendanaan Seri A merupakan goal, namun bukan hasil akhir. Dana yang didapat hanya berlaku sebagai alat. Alat yang bisa dipakai untuk membangun perusahaan atau malah menjatuhkannya.

Beberapa founder memanfaatkan kesempatan ini untuk strategi burn money. Tidak ada yang salah dengan hal itu, selama masing-masing bertanggung jawab dengan keputusannya. Para pendiri yang sukses dengan pendanaan Seri A tidak lantas bisa beristirahat dengan tenang, karena jalanan di depan akan jauh lebih terjal.

Dengan demikian, menghabiskan waktu dengan menyusun strategi selanjutnya seperti rencana rekrutmen, pengembangan produk, manajemen para investor, serta bagaimana bertumbuh secara individu menjadi sebuah keputusan bijak.

Formula ini berlaku pada beberapa perusahaan dari berbagai sektor industri. Tidak bisa dipungkiri, akan ada anomali dalam beberapa kasus. Namun, selama Anda berinvestasi pada diri sendiri dan percaya dengan produk yang ditawarkan, panduan ini akan membantu dalam melancarkan proses serta mewujudkan target jangka panjang tersebut.

YukStay Tergabung di Y Combinator, Ramaikan Persaingan Startup Proptech di Indonesia

YukStay adalah startup proptech yang kembangkan layanan online marketplace untuk penyewaan apartemen dan indekos. Saat ini baru beroperasi di seputar Jabodetabek dan Surabaya.

Awal tahun 2020, mereka turut tergabung dalam program akselerator bisnis Y Combinator bersama beberapa pemain lokal lain yakni Pahamify dan Newman’s. Seperti diketahui, keikutsertaan ke program tersebut turut memberikan keuntungan kepada startup mendapatkan seed round berkisar 2 miliar Rupiah.

Didirikan tahun 2018, YukStay digawangi dua founder yakni Jacky Steven dan Christopher Kung. Sebelum melibatkan diri di YC, mereka juga sudah mengumpulkan pendanaan $4 juta atau setara 65 miliar Rupiah dari sejumlah investor dalam putaran seri A, termasuk Insignia Ventures dan K3 Ventures.

Persaingan di lanskap terkait

Menerapkan model bisnis B2B2C, YukStay tidak hanya mengakomodasi kebutuhan hunian temporer untuk konsumen, mereka juga membantu pemilik properti. Kepada pemilik properti, ada tiga layanan yang diberikan selain listing, meliputi kepengurusan syarat legal terkait sewa-menyewa, membantu calon konsumen untuk melihat unit properti, dan pengelolaan/pemeriksaan inventaris saat peralihan pengguna properti.

Selain penyewaan unit apartemen secara penuh, mereka juga mendaftar unit properti co-living, yakni konsep hunian dan fasilitas bersama dengan kamar privat. Minimal keanggotaan yang diterapkan ialah 6 bulan. Setiap properti juga sudah dilengkapi dengan fasilitas dasar, seperti furnitur, tempat tidur, almari, konektivitas wifi hingga jasa perawatan. Menariknya lagi, pengguna juga bisa mencicil pembayaran biaya sewa.

Tim YukStay / YukStay
Tim YukStay / YukStay

Proptech di Indonesia

Dengan cakupan wilayah yang lebih luas, di segmen serupa sebelumnya juga sudah ada platform Travelio dan Mamikos. Keduanya turut membantu pemilik properti mengelola unitnya. Terakhir untuk akselerasi bisnis, Travelio menerima putaran pendanaan seri B hingga 253,6 miliar Rupiah dari sejumlah investor, termasuk Pavilion Capital, Gobi Partners, Samsung Venture dan lainnya. Sementara Mamikos, lebih fokus mengelola dan memasarkan unit di kategori indekos.

Model bisnis proptech pun juga makin beragam. Misalnya yang sudah tenar sebelumnya ada C2C marketplace, bentuknya portal yang memungkinkan pemilik properti mengiklankan secara mandiri unitnya dan konsumen bisa melihat daftar lengkap properti di wilayah tertentu. Beberapa pemain yang sudah ada di Indonesia seperti 99.co, Rumah12, Rumah.com, Lamudi dan lain sebagainya.

Startup proptech di Indonesia
Startup proptech di Indonesia

Fintech untuk properti juga sudah mulai hadir, memberikan opsi mekanisme pembiayaan pembelian atau penyewaan properti. Beberapa pemain yang ada seperti Gradana, CicilSewa dan CrowdDana.

Gradana terapkan konsep p2p lending untuk memfasilitasi konsumen akhir produk cicilan untuk DP dan pembelian properti. Sementara CicilSewa memberikan pinjaman penyewaan properti. Dan CrowdDana hadirkan skema equity crowdfunding untuk membantu pengembangan unit properti.

Peta persaingan

Dinamika bisnis penyewaan properti di Indonesia terus menggeliat seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat urban akan hunian sementara. Aksi perusahaan pun terus digencarkan, tahun lalu 99.co memutuskan untuk membentuk joint venture bersama REA Group, menyepakati sinergi dengan platform Rumah123 di Indonesia. Sebelumnya 99.co juga mengakuisisi UrbanIndo dan telah menyatukan listing properti ke layanannya.

Di Indonesia juga beroperasi unit bisnis milik PropertyGuru. Mereka menjalankan dua situs, yakni Rumah.com dan Rumahdijual.com yang diakuisisi pada akhir 2015 lalu. Di Indonesia, operasionalnya turut didukung konglomerasi EMTEK Group sebagai investor di putaran pendanaan seri D.

Lamudi juga turut andil dalam persaingan. Mereka hadir sejak tahun 2014. Satu tahun beroperasi, pada tahun 2015 perusahaan melakukan akuisisi platform PropertyKita. Selain di Indonesia, saat ini mereka juga beroperasi di Filipina. Sementara operasional Lamudi di Timur Tengah telah diakuisisi Emerging Markets Property Group pertengahan tahun lalu.

Application Information Will Show Up Here

Jamiphy Aims to be a “Tiktok for Musician”, Focusing on the Indonesian Market

The high penetration of entertainment platforms, such as Smule and Tiktok, has captured the local creator’s attention creating content and encouraged Jamiphy to focus on the Indonesian market. Officially, Jamiphy has been launched in Indonesia in early March 2020.

The platform from San Fransisco, United States is targeting the Indonesian market because many of its followers on social media come from Indonesia.

Jamiphy is one of the participants of the W20 batch Y Combinator acceleration program with Newman’s and two other Indonesian startups.

Jamiphy’s CEO, Owen Carey told DailySocial, “Jamiphy is made specifically for musicians and music lovers. Everyone knows and many are using TikTok, except for musicians. We have made the platform easier for musicians to make great videos, and for users to find and find the music they like. ”

The way that Jamiphy works not much different from other content creator platforms. For the monetization strategy, Jamiphy applies advertising.

“Although not many machine learning technologies have focused on audio and music yet, with the deep learning structure in general especially and the increasing use of mobile phones, the application of artificial intelligence technology has become very useful. In the future there will be more technology that we will present,” Owen said.

The use of AI technology, Owen said, is also to maximize the video recording process by content creators. Jamiphy is said to have applied deep learning technology for the past 3 years.

Part of the Y Combinator program

A platform for musician and music lovers
A platform for musician and music lovers

Jamiphy is one of the startups who participate in the Y Combinator demo day program in March 2020. After obtaining seed funding, the company is targeting to have 100 thousand active users in Indonesia and then expand to India and the United States.

Without local team and a clear view of the Indonesian market directly, through interactions on Instagram and Facebook, Owen claims to know more about the tastes and trends of Indonesian musicians.

Next, Jamiphy has plans to recruit local talents to strengthen its platform in Indonesia. To date, Jamiphy is said to have around 3000 active users and is experiencing a 50% growth every week.

“Although we have quite big competitors, with the current technology, they should at least be able to update and change their feature set or create new applications,” Owen said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pahamify Dapat Pendanaan 2 Miliar Rupiah dari Y Combinator, Ingin Perkuat Konten

Startup edtech Pahamify mengumumkan pendanaan sebesar $150 ribu (setara 2 miliar Rupiah) dari program akselerator asal Amerika Serikat Y Combinator pasca ikut serta di batch W20. Dana segar tersebut akan dimanfaatkan untuk ekspansi konten untuk pelajar SMP dan guru. Saat ini Pahamify baru menghadirkan materi untuk SMA.

“Target kami adalah tetap menjadi yang paling inovatif supaya dapat membantu siswa Indonesia memaksimalkan potensinya dan merasakan serunya belajar. Kita bisa terus berinovasi karena latar belakang founders yang ahli di bidangnya: pendidikan S3, game designer handal, dan YouTuber,” terang Co-Founder dan CEO Pahamify Rousyan Fikri kepada DailySocial.

Pendanaan yang dikantonginya ini menandakan pertama kalinya perusahaan mendapat investasi non hibah. Rousyan berujar, Y Combinator pernah memberikan dana hibah dengan nilai dirahasiakan pada tahun lalu. Perusahaan juga pernah menerima dana hibah dari YouTube dan Siberkreasi.

“Walaupun mereka [Y Combinator] suka konsep kami dan sudah pernah ngasih kami dana hibah, mereka masih ragu untuk investasi. Namun berkat support dari Pahamifren [pengguna Pahamify] yang sudah percaya dan menggunakan Pahamify dari awal. Kami akhirnya bisa survive.”

Startup ini sudah berdiri medio 2017 di Bogor. Rousyan mendirikan Pahamify bersama dua temannya, Mohammad Ikhsan dan Edria Albert. Sebelumnya, Pahamify hadir dalam kanal YouTuber dengan nama akun Hujan Tanda Tanya di 2016. Akun tersebut berisi konten edukasi sains dan teknologi.

Bertepatan dengan pengumuman ini, Rousyan juga menjelaskan saat ini perusahaan masuk sebagai peserta Y Combinator batch W20. Ada dua startup lokal lainnya yang mewakili Indonesia, yakni Newman’s dan YukStay.

Dia menerangkan masuk ke dalam program ini mengajarkan perihal sains startup. Ada metode tertentu, yang jika dilaksanakan dengan konsisten, dapat membuat startup alumni YC menjadi startup besar dan berdampak. Selain itu, mereka mendapat pelajaran yang langsung disampaikan founder startup besar global.

“Banyak yang mengatakan bahwa YC adalah ‘Harvard-nya startup’ dengan 2,5%-3% peluang diterima. Setelah mengikuti program YC, saya menyadari bahwa itu tidak berlebihan.”

Pencapaian Pahamify

Dijelaskan lebih jauh, posisi Pahamify diklaim berbeda dengan kebanyakan startup edtech lainnya. Rousyan bilang perusahaan ingin selalu dikenal sebagai perusahaan yang inovatif, menggabungkan konten yang bagus, cara belajar sesuai riset terbaru, serta gamifikasi aplikasi.

Perusahaan akan mengembangkan materi pelajaran untuk SMP dan mempertimbangkan untuk guru. Pahamify sudah menyediakan materi untuk SMA, baik IPA dan IPS. “Untuk materi SMP segera kami rilis, kalau guru sedang dipersiapkan desain kontennya karena inginnya menerapkan computational thinking.”

Pihaknya ingin pelajar bisa mengakselerasi pencapaian yang biasanya butuh lima sampai belasan tahun, kini hanya butuh waktu beberapa tahun saja. Pencapaian tersebut secara pribadi berhasil ia capai, saat umur 15 tahun diterima sebagai mahasiswa ITB. Lalu setelah lulus jenjang S1, langsung melompat ke S3.

Perusahaan mengklaim telah menjadi teman persiapan kuliah yang mampu membuat pelajar SMA ketagihan belajar. “Tahun lalu kami mengadakan program intensif bimbingan SBMPTN melalui live streaming, 88% peserta diterima di PTN.”

Tidak disebutkan jumlah pengguna Pahamify. Berdasarkan unduhan, aplikasi ini telah diunduh lebih dari 100 ribu kali di Google Play Store. Aplikasi juga sudah tersedia di App Store.

Selain aplikasi, produk Pahamify lainnya adalah kanal YouTube Hujan Tanda Tanya yang masih terus dijalankan. Rousyan menyebut tiap tahunnya rutin mendapat proyek video edukasi dari Google. Selanjutnya, platform untuk mengembangkan keterampilan sosial maupun keterampilan teknis diberi nama, Skilify.

Untuk berlangganan paket di Pahamify, kemarin (18/3) perusahaan perluas kemitraan dengan LinkAja sebagai metode pembayaran di aplikasi. Harga paketnya dimulai dari Rp70 ribu per bulan, untuk 1,5 tahun sebesar Rp550 ribu. Disediakan pula paket untuk persiapan Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK) berupa tryout online dengan kisaran harga dari Rp25 ribu hingga Rp250 ribu.

Application Information Will Show Up Here

Ingin Jadi “Tiktok untuk Musisi”, Jamiphy Fokus ke Pasar Indonesia

Tingginya popularitas platform hiburan, seperti Smule dan TikTok, menarik perhatian kreator lokal menciptakan konten menarik mendorong Jamiphy memfokuskan layanannya di sini. Secara resmi Jamiphy meluncur di Indonesia awal bulan Maret 2020.

Platform yang berasal dari San Francisco, Amerika Serikat, ini sengaja menyasar pasar Indonesia, karena mengklaim pengikut terbanyaknya di media sosial justru berasal dari sini.

Jamiphy merupakan salah satu peserta program akselerasi Y Combinator batch W20 bersama Newman’s dan dua startup Indonesia lainnya.

Kepada DailySocial, CEO Jamiphy Owen Carey menyebutkan, “Jamiphy dibuat khusus untuk musisi dan pecinta musik. Semua orang saat ini telah mengenal dan banyak yang menyukai TikTok, kecuali untuk musisi. Kami telah membuat platform lebih mudah bagi musisi untuk membuat video yang luar biasa, dan bagi pengguna untuk mencari dan menemukan musik yang mereka sukai.”

Cara kerja yang diterapkan Jamiphy tidak jauh berbeda dengan platform kreator konten lainnya. Untuk strategi monetisasi, Jamiphy memberlakukan pemasangan iklan.

“Meskipun saat ini kebanyakan teknologi machine learning belum banyak yang fokus kepada audio dan musik, namun dengan struktur deep learning secara umum terutama dan penggunaan ponsel yang makin meningkat, penerapan teknologi artificial intelligence menjadi sangat bermanfaat. Ke depannya akan lebih banyak teknologi yang bakal kami hadirkan,” kata Owen.

Pemanfaatan teknologi AI tersebut,  menurut Owen, termasuk untuk memaksimalkan proses merekam video oleh kreator konten. Jamiphy disebut telah menerapkan teknologi deep learning selama 3 tahun terakhir.

Peserta program Y Combinator

Platform khusus untuk musisi dan pecinta musik
Platform khusus untuk musisi dan pecinta musik

Jamiphy merupakan salah satu startup yang mengikuti demo day program Y Combinator bulan Maret tahun 2020 ini. Pasca perolehan pendanaan awal di program ini, perusahaan menargetkan memiliki 100 ribu pengguna aktif di Indonesia dan kemudian melakukan ekspansi ke India dan Amerika Serikat.

Meskipun belum memiliki tim lokal dan belum pernah secara langsung melihat pasar Indonesia, melalui interaksi yang dilakukan di Instagram dan Facebook, Owen mengklaim telah mengenal lebih jauh selera dan tren musisi di sini.

Ke depannya Jamiphy memiliki rencana untuk merekrut talenta lokal untuk memperkuat platformnya di Indonesia. Saat ini Jamiphy disebut memiliki sekitar 3000 pengguna aktif dan mengalami pertumbuhan 50% setiap minggunya.

“Meskipun kami memiliki kompetitor yang cukup besar, namun dengan teknologi yang kami miliki paling tidak mereka harus bisa memperbarui dan mengubah set fitur mereka atau membuat aplikasi baru,” kata Owen.

Application Information Will Show Up Here

Studi Banding ke Program Akselerator Y Combinator

Pada Oktober 2019, Y Combinator (YC) membuat daftar 100 startup binaan yang berhasil mencapai growth dan membukukan total valuasi mencapai US$155 miliar plus membuka lebih dari 50 ribu lapangan kerja. Dua dari Indonesia, yakni Payfazz (peringkat 66) dan Xendit (peringkat 53) – kebetulan keduanya bergerak di bidang fintech.

Secara terpisah, tim DSresearch mendapatkan konfirmasi bahwa kedua startup tersebut saat ini sudah menggaet status centaur, alias membukukan pendanaan lebih dari US$100 juta, dan terus menggalang pendanaan baru untuk mendukung ekspansi bisnis. Pertumbuhannya memang terus meningkat pasca keikutsertaannya dalam program akselerasi.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO PayFazz Hendra Kwik memaparkan saat ini perusahaannya tengah alam penggalangan pendanaan seri B. “Ada banyak [investor], kebanyakan adalah strategic financial sector. Gabungan dari investor hedge fund, ada late stage investor dan strategic financial service investor. Prosesnya masih berjalan karena belum kita tutup.”

Pasca meluncur pada 2016 dan mengikuti akselerasi di tahun 2017, bisnis PayFazz tergolong tumbuh eksponensial. Berbasis keagenan, saat ini mereka telah memiliki 450 ribu anggota aktif dengan 2,5 juta unduhan aplikasi. sebarannya di seluruh Indonesia, dengan 40% terpusat di Pulau Jawa. Y Combinator dan MDI Ventures jadi investor awal PayFazz.

Perjalanan menuju Y Combinator

Pada dasarnya YC merupakan program akselerasi yang menyasar startup di tahap awal. Dengan mekanisme seleksi dan pengajaran yang dianggap relevan dengan model bisnis digital, para startup peserta dibina untuk memastikan solusi yang ditawarkan mendapatkan pangsa pasar yang tepat.  Docker, Reddit, Stripe, DoorDash, Airbnb dan Dropbox juga merupakan alumni program akselerasi yang digadang-gadang sebagai yang terbaik di dunia tersebut.

Untuk bisa masuk ke sana, ada serangkaian tahapan yang harus dilalui. Co-Founder & CEO Vahanalytics Shivalik Sen menceritakan pengalamannya ketika tergabung dalam YC Summer 2017. Setidaknya ada 5 tahap yang harus dilalui, dimulai dari yang paling awal yakni membuat akun di situs YC. Kedua, akan ada serangkaian formulir yang harus diisi. Selain berisi tentang informasi data diri, di sana turut disuguhkan beberapa pertanyaan yang “tricky” mengenai startup dan model bisnisnya.

Contoh pertanyaan:

  • Why did you pick this idea to work on? Do you have domain expertise in this area? How do you know people need what you’re making?
  • Who writes code, or does other technical work on your product? Was any of it done by a non-founder? Please explain.
  • Please tell us something surprising or amusing that one of you has discovered. (The answer need not be related to your project.)

Kendati hanya formulir online, menurut Shivalik bagian ini justru yang paling banyak menghabiskan waktu. Jawaban yang diharapkan untuk setiap pertanyaan adalah detail, founder diminta bercerita sekaligus meyakinkan tim YC melalui data-data pendukung. Konon setiap pertanyaan yang diajukan memang sudah didesain sedemikian rupa, sehingga ada berbagai aspek –termasuk teknis dan psikologis—yang dapat ditangkap oleh juri dari setiap isian yang diberikan.

Setelah proses sebelumnya selesai, semua peserta terdaftar tinggal menunggu beberapa waktu setelah tenggat waktu pendaftaran. Setiap peserta yang dinyatakan lolos tahap “screening” akan mendapatkan email untuk melakukan wawancara melalui video call. Waktunya kurang lebih 10 menit, meminta founder menjawab pertanyaan yang menegaskan kembali mengenai pemahamannya tentang visi startup, model bisnis dan founder.

Proses seleksi program Y Combinator
Proses seleksi program Y Combinator

Panggilan video tersebut hanya merupakan proses wawancara awal, karena selanjutnya bagi peserta yang lolos akan mendapatkan undangan untuk mengikuti wawancara langsung dengan mitra YC di Mountain View, California. Beberapa mitra akan bertemu untuk bertanya, beberapa bahasan umum yang disodorkan meliputi:

  • Tell us about what you’re building.
  • Tell us about your clients.
  • Who are these people specifically (referring to the clients)?
  • It seems like you’ve got a solid team, a working product and your first paying clients, what’s next?
  • Have you thought about the XXX [country] market?
  • So there are competitors in the XXX [country] already?
  • Why haven’t XXX [competitor] started using this?
  • What about XXX [competitor] in the XXX [country] ?
  • How are you going to accelerate growth?
  • What kind of sales cycle are you looking at for this?
  • How can you shorten this sales cycle and grow fast?

Kendati sudah di Silicon Valley, tidak menjamin startup pasti diterima. Setelah wawancara tersebut mitra YC masih akan mendiskusikan hasilnya. Bagi yang masih lanjut, maka akan diberitahu untuk mengikuti rangkaian proses setelahnya, mulai dari akselerasi sampai dengan demo day.

Panduan mencapai pertumbuhan

Di YC, startup tidak dianjurkan mengadopsi growth hack. Menurutnya, pendekatan salah saut misi penting program tersebut mengarahkan startup pada pertumbuhan jangka panjang. Growth hack dikesampingkan agar meminimalkan startup dengan aksi-aksi serampangan demi matriks eksponensial di jangka pendek. Bekerja sama dengan 25 pakar pertumbuhan bisnis yang bekerja di perusahaan teknologi dunia, YC telah meramu pendekatannya sendiri dalam mendidik startup binaannya mencapai pertumbuhan.

Untuk mencapai pertumbuhan tentu perlu investasi –baik dalam bentuk uang, sumber daya dan lain-lain. Di YC, setiap founder didorong untuk memeriksa retensinya masing-masing. Misalnya dengan memilih serangkaian metrik yang sesuai dengan model bisnis. Matriks yang dipilih harus berimplikasi pada pendapatan dan traksi, bukan unduhan aplikasi dan sebagainya. Retensi ini mencakup pada tiga hal, yakni stabilitas di jangka panjang, sesuai dengan tolok ukur rata-rata di vertikal bisnis, dan selalu menumbuhkan kelompok pelanggan baru.

Untuk startup tahap awal, pada dasarnya setiap orang bertanggung jawab untuk menjaga pertumbuhan bisnis. Namun di YC, melalui pendanaan awal yang diterima, startup akan diminta untuk membentuk tim growth-nya sendiri selama sudah membuktikan poin-poin retensi yang didefinisikan bersama oleh founder dan mentor. Untuk tahun pertama, YC menyarankan tim growth terdiri dari 1 product manager, 2-3 engineer dan 1-2 data scientist.

Rata-rata tim growth khusus ini dibentuk setelah startup memiliki setidaknya 15 engineer dan mendapati retensi yang kuat. Kesalahan paling umum yang dilakukan CEO adalah mendukung terlalu lama untuk merekrut PM yang difokuskan pada pertumbuhan.

Tim growth yang baik juga memainkan peran “pertahanan” yang mumpuni. Ini juga terkait dengan peluncuran dan peningkatan fitur layanan, biasanya pengembangan sering melewatkan faktor terkait pengguna. Tim growth yang ideal memiliki kemampuan untuk memahami akar permasalahan dalam hitungan menit, sembari memperhitungkan antisipasi untuk setiap dampak negatif yang terjadi. Sehingga perekrutan PM menjadi hal krusial. Standardisasi perekrutan PM di YC adalah harus menemukan orang yang berorientasi pada data, memiliki pengalaman di bidang terkait, dan jika memungkinkan sebelumnya pernah menjadi founder startup.

Strategi pertumbuhan di program Y Combinator
Strategi pertumbuhan di program Y Combinator

Setelah memiliki tim, YC akan mendorong startup binaannya melakukan serangkaian inisiatif terpadu di tahun awalnya. Pertama, menentukan tujuan absolut dan metrik kunci bisnis. Tujuan absolut ini diartikan sebagai sasaran yang benar-benar didefinisikan secara terukur, berupa angka-angka yang pasti. Misalnya untuk startup O2O, alih-alih mengatakan target peningkatan konversi 10%, lebih baik meletakkan target menambah 5 juta mitra retail baru. Jika perlu tujuan tersebut dibuat menjadi sub-bagian yang lebih rinci agar setiap poinnya memiliki takaran yang lebih realistis.

Langkah berikutnya startup diminta mengidentifikasi saluran pertumbuhan didasarkan perilaku pengguna yang ada. Biasanya dengan menjawab pertanyaan seperti:

  • How do customers find solutions/solve this issue today?
  • How do your best users use your product today? Can you do something to get more such users to discover the product quickly?

Untuk memantau pertumbuhan, penggunaan alat-alat seperti data set, segmentation tools, dasbor eksperimen, dan proses peer review sangat disarankan. Dasbor membantu tim untuk menjalankan berbagai percobaan dan menguji hasilnya sebelum mengusulkan setiap gagasan untuk ditambahkan ke produk. Berikut contoh dasbor yang diterapkan di internal Airbnb pada awal perkembangan mereka:

Contoh dasbor analisis yang dimiliki Airbnb / Y Combinator
Contoh dasbor analisis yang dimiliki Airbnb / Y Combinator

Untuk menguatkan seluruh hipotesis yang dimiliki, user research juga perlu dilakukan. Prinsipnya seperti ini, 10 ribu pengguna pertama akan memiliki karakteristik berbeda dengan 10 ribu pengguna kedua. Kadang detail keduanya tidak dapat ditemukan instan melalui data saja, melainkan harus benar-benar meminta umpan balik. Banyak pendekatan yang bisa dilakukan, mulai dari yang manual seperti meminta masukan sampai ke yang semi otomatis dengan menerapkan track UX aplikasi.

Kegiatan growth adalah aktivitas berulang. Jadi akan ada serangkaian iterasi hingga capaian bisnis terus meningkat. Ketika dilakukan dengan benar, program pertumbuhan akan menyebar ke seluruh organisasi, menjadikan evidence-based mindset sebagai bagian dari DNA perusahaan.

Mengupayakan pendanaan seri A

Pada dasarnya YC hanya akan memberikan pendanaan awal sebagai modal dasar startup menggali potensi pertumbuhan – merealisasikan materi-materi yang telah didapat dalam 3 bulan masa pendidikan. Namun demikian program akselerator tersebut juga mempersiapkan startup untuk memasuki pendanaan tahap lanjut, baik dengan menghubungkan/mempromosikan ke jaringan investor global yang dimiliki maupun membekali dengan teknik-teknik bisnis.

Para pakar di YC telah merumuskan jangka waktu yang tepat untuk startup dalam menggalang pendanaan seri A. Pertama, selama 6-12 bulan sebelum penggalangan, pastikan founder telah menjalankan metrik yang tepat untuk bisnisnya. Kuncinya adalah menunjukkan data tren perkembangan bisnis yang mengesankan. Setelah itu buat cerita tentang startup, tujuannya untuk membuat investor percaya dan selaras dengan visi-visi yang ingin dicapai.

Kemudian di fase ini founder juga disarankan untuk mulai rajin berjejaring. Kendati program seperti YC memfasilitasi jaringan investor, namun peran aktif founder akan sangat menentukan.

Tahapan proses pendanaan awal yang diterapkan Y Combinator
Tahapan proses pendanaan awal yang diterapkan Y Combinator

Kemudian di dua bulan sebelum fundraising benar-benar diluncurkan, founder harus menentukan secara pasti berapa besar dana yang ingin dikumpulkan, termasuk rencana-rencana yang akan digalakkan. Lalu, YC juga selalu menyarankan startup untuk membuat backup plan, berisi aksi yang akan dilakukan ketika penggalangan dana gagal. Karena bisa jadi investor membutuhkan waktu lebih untuk melihat pembuktian kinerja startup dan komitmen founder terhadap bisnis. Di tahap ini founder juga perlu mulai belajar presentasi, untuk mengartikulasikan tujuan dan harapan dalam sebuah pitch-deck.

Mendekati waktu pitching, kira-kira satu bulan sebelum proses penggalangan dana benar-benar dimulai, founder harus benar-benar fokus untuk melakukannya. Bahkan YC merekomendasikan, jika tugas sebagai CEO terlalu sibuk, bisa mendelegasikan sebagian kepada profesional atau anggota tim lain yang bisa menggantikan, sebagai co-CEO.

Hitung juga pro-ratas, juga terkait dengan saham yang akan diberikan dan tersisa pasca penggalangan. Bagian ini biasanya membutuhkan bantuan tim legal untuk merumuskan, sembari mempersiapkan dokumen-dokumen penunjang yang diperlukan. Lantas setelah siap, mulai jadwalkan agenda pertemuan dengan investor untuk melakukan pitching.

Kemudian lakukan pitching, mungkin beberapa kali sembari melakukan improvisasi jika menemukan aspek-aspek yang kurang. Berikan masing-masing investor informasi yang cukup tentang status penggalangan dana untuk mempertahankan rasa urgensi dan membuat mereka berani maju dalam proses. Proses tindak lanjut menjadi penting, jadi jangan ragu untuk menanyakan.

Cerita tentang kegiatan akselerasi

Ragam kegiatan selama program akselerasi Y Combinator
Ragam kegiatan selama program akselerasi Y Combinator

Program akselerasi YC berjalan selama tiga bulan, dua kali per tahun. Sesi pertama berjalan antara Januari-Maret, kemudian yang kedua Juni-Agustus. Proses seleksi biasanya dibuka di bulan-bulan sebelumnya melalui situs web. Setiap startup yang terpilih dan didanai akan diwajibkan hadir ke Silicon Valley untuk menjalankan proses pendidikan. Bersama mitra dan mentor, startup akan bekerja secara intensif dalam menemukan bentuk bisnis terbaik.

Selama siklus program berjalan, YC menyelenggarakan acara makan malam bersama seminggu sekali, mengundang berbagai tokoh bisnis di dunia startup. Para pendiri didorong untuk melakukan “mini demo day”, sembari meningkatkan koneksi dengan orang-orang yang mungkin dapat membantu pertumbuhan bisnis. Acara makan malam ini juga menjadi tenggat waktu mingguan bagi setiap startup untuk menyelesaikan tugas tertentu, dan harus dibicarakan saat pertemuan.

Startup juga akan memiliki jam kerja, menempati ruang-ruang yang disediakan. Termasuk untuk melakukan kegiatan mentoring secara individu. Waktunya cukup fleksibel, layaknya jam kerja startup masa kini. Setiap hari pembicaraan yang dilakukan akan fokus pada isu dan fase pertumbuhan startup.

Kemudian acara puncaknya pada demo day, bisa dihadiri sampai 1000 investor. Fokusnya mempresentasikan produk atau layanan mereka, meyakinkan yang dikerjakan dapat menuai traksi yang baik. Pasalnya pasca proses akselerasi tidak jarang startup mengubah ide atau fitur di layanan mereka. Di sesi itu juga menjadi kesempatan bagi founder untuk berbaur dengan investor, sembari memperkenalkan diri dan memikat ketertarikan untuk putaran pendanaan berikutnya.

Setelah demo day, tim YC tetap berhubungan erat dengan startup untuk membantu bernegosiasi penggalangan dana lanjutan. Alih-alih saat demo day, YC memang menyarankan penggalangan dana dilakukan di waktu terpisah, bukan terlalu dini. Selain itu sebenarnya juga ada acara seperti prototipe day dan rehearsal day dengan format yang lebih santai. Demo day juga dijalankan untuk para alumni YC dalam kerangka waktu yang terpisah.

Testimoni peserta Y Combinator dari Indonesia
Testimoni peserta Y Combinator dari Indonesia

Karena jaringan alumni juga terus dijaga, dan YC dinilai sebagai yang paling kuat untuk jejaring di dunia startup. Bukan hanya karena ukurannya, tapi komitmen yang kuat untuk saling membantu.

Lewat Teknologi, Newman’s Jajakan Layanan Perawatan Rambut Pria

Didirikan pada akhir tahun 2019 lalu, Newman’s fokus menghadirkan produk healthcare perawatan kulit kepala dan rambut khusus untuk pria. Selain itu mereka juga menawarkan layanan konsultasi hingga perawatan oleh dokter.

Kepada DailySocial, Co-Founder Newman’s Anthony Suryaputra mengungkapkan, permasalahan rambut banyak ditemui pria, tidak hanya pada pria lanjut usia, tetapi juga di usia yang masih memasuki 20-an. Dalam mengembangkan bisnis ini, Anthony dibantu dua co-founder lainnya, yaitu Alfred Ali dan Elsen Wiraatmadja.

“Sejak kami luncurkan platform Newman’s, respons yang kami terima cukup antusias dari target pasar. Dalam beberapa minggu kami melihat pertumbuhan positif dalam penjualan. Di saat yang sama kami juga terus memberikan edukasi kepada pelanggan tentang brand kami dan produk yang kami tawarkan.”

Berbeda dengan produk dan layanan serupa yang kebanyakan masih dijalankan secara konvensional, Newman’s mengklaim telah menerapkan teknologi di semua aspek yang mereka tawarkan. Mulai dari pilihan pembayaran hingga pengiriman–diantar langsung dengan tim internal atau logistik pihak ketiga.

“Kami hanya mengambil komisi ketika produk sudah berhasil dibeli, atau jika terjadinya transaksi dalam platform,” kata Anthony.

Layanan bisa diakses melalui situs web. Newman’s juga memiliki mitra dokter berjumlah 15 orang di seluruh Indonesia, yang siap melayani konsultasi pengguna. Saat ini perusahaan juga sedang melakukan perekrutan lebih banyak dokter. Newman’s menargetkan bisa melayani 10-15 pelanggan melalui platform setiap harinya.

Fokus kepada perawatan kulit kepala

Produk perawatan rambut Newman's
Produk perawatan rambut Newman’s

Meskipun di situs disebutkan Newman’s memiliki tiga produk untuk pria seperti Hair Loss, Erectile Dysfunction dan Smoking Cessation; untuk saat ini Newman’s masih fokus kepada perawatan rambut saja atau Hair Loss. Untuk dua produk lainnya baru akan diluncurkan ke publik dalam waktu dekat.

“Newman’s telah hadir di seluruh Indonesia dan siap untuk menawarkan produk kepada target pelanggan yang membutuhkan layanan dengan transaksi secara online,” kata Anthony.

Masih mahalnya produk perawatan rambut di Indonesia diharapkan bisa menjadi pilihan bagi pelanggan untuk memanfaatkan produk yang dimiliki oleh Newman’s. Untuk produk yang dijual Newman’s menawarkan harga mulai dari Rp54 ribu hingga Rp500 ribu. Newman’s juga memangkas biaya konsultasi dokter yang biasanya menghabiskan biaya yang besar. Hanya melalui platform semua pertanyaan tersebut bisa dinikmati secara gratis untuk semua pelanggan.

Dalam rangka mengakselerasi bisnis, perusahaan juga baru tergabung dalam program Y Combinator sesi Winter 2020. Startup yang kini ada di daftar porotoflio EverHause tersebut juga sudah mendapatkan pre-seed senilai US$150.000 atau setara 2,1 miliar Rupiah.

Disinggung apa rencana Newman’s selanjutnya usai mendapatkan dana segar tersebut, Anthony menyebutkan dana investasi akan digunakan untuk mengakuisisi lebih banyak pelanggan, menambah jumlah tim dan menambah pilihan kategori layanan.

“Sebagai platform pertama yang menyediakan klinik untuk pria, kami memanfaatkan teknologi untuk membantu pelanggan kami mendapatkan akses dana layanan dokter hingga perawatan yang lebih baik. Tidak lagi mereka menghabiskan waktu melakukan konsultasi langsung ke dokter, kini pelanggan kami bisa menikmati akses hanya dalam ponsel mereka untuk semua perawatan hingga produk yang diantar ke rumah mereka,” kata Anthony.

Datasaur Receives More Funding, to Optimize Data Labeling Platform

The data labeling platform developer startup, Datasaur, has announced new funding worth $1 million or equivalent to 14.2 billion Rupiah. This is a same round with the last one with GDP Venture. There are some angel investors involved, one is Calvin French-Owen as Segment’s Co-Founder & CTO.

The fresh money will be used for platform capability, including minimizing bias on text labeling. As we all know, data labeling become one of the most crucial processes in the development of artificial intelligence (AI) based services, particularly in the natural language process (NLP).

Datasaur developed tools to support data labeling workers to be more productive and efficient. It includes to improve data privacy and security – in fact, most data labeling is done by outsourcing.

“Basically, we are now handling all kinds of NLP, including entity recognition, parts of speech, document labeling, coreference resolution, and dependency parsing. We’re to build intelligence into the system to make labeling process more efficient and accurate and allow the company to manage the data labeling team through a simple platform,” Datasaur’s Founder & CEO, Ivan Lee told DailySocial

Ivan Lee (middle) and Datasaur team / Datasaur
Ivan Lee (middle) and Datasaur team / Datasaur

Currently, the Datasaur team is participating in the Y Combinator acceleration program for the Winter 2020 batch in San Francisco. The company’s based in California and Indonesia.

NLP become the most AI technology-based implementation in Indonesia

AI is getting more popular as services that can automate several business processes emerged. One of the most widely used products is a chatbot, the corporation is busy using the platform to provide automatic replies to every message given by a customer. Some of them are BCA (chatbot name: Vira), Telkomsel (Veronika), BNI (Love) and others.

Behind the chatbot technology, there are a variety of AI tools applied, one of the most significant is NLP. Its function is to make the computer system understand t0ahe language and context written by the user. In fact, there are still many shortcomings in the current chatbot product, including the most fundamental which is the lack of vocabulary understanding. The impact on services that still feels very rigid, is as natural as the conversation between humans.

Advantages and challenges for chatbot implementation for business
Advantages and challenges for chatbot implementation for business

One of the results of labeling the data is used to train the machine (known as the concept of machine learning) in order to have a better understanding of language, by classifying certain words into groups that have been defined. Some of the scenarios carried out, for example, are continuously learning new words conveyed by the user.

“Despite all the hype, AI is a technology that is still being developed. Many companies are looking for best practices in their labeling process. The first generation solution is to outsource all the labeling work. Many companies are building ‘Mechanical Turk’, but for AI, ” Ivan explained.

He continued, “We now see companies identify that high-quality data is one of the most valuable assets to build and improve AI models. Datasaur is present as the next generation solution, we build software to improve best practices in data labeling, to help develop AI workflows company.”

Along with its development, the market share of AI-based products will continue to increase. Research projects that the global value will reach US$ 390 billion in 2025. For data labeling itself, on the global scene, there are several other services besides Datasaur that can help such as Labelbox, Cloudfactory, and even Google Cloud products are also releasing beta versions for AI Data Labeling Services.

Data labeling implementation scheme

Example of data labeling process in Datasaur
Example of data labeling process in Datasaur / Datasaur

By understanding the input data, there are many things that can be done. From the existing case studies, Datasaur helps companies to do various things, such as understanding contract documents, transcribing customer service conversations, analyzing product reviews, and detecting false news.

“Our software has been used to detect and mark suspicious fake news articles by the Indonesian government. A case study with one of our clients shows a 70% increase in labeling efficiency after adopting the Datasaur platform, and we still have more room to improve,” Ivan said.

Currently, the data labeling platform has been used by various business verticals, from the financial technology industry, health, customer service, social media to chatbot.

Revision from the previous article: this is not a follow on funding, still in a seed round similar with the last one from GDP Venture


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Datasaur Dapatkan Pendanaan Lanjutan, Kuatkan Platform Pelabelan Data

Startup pengembang platform pelabelan data Datasaur baru saja membukukan investasi baru senilai $1 juta atau setara 14,2 miliar Rupiah. Putaran ini masih sama dengan pendanaan awal yang sebelumnya didapat dari GDP Venture. Terdapat beberapa angel investor yang terlibat, salah satunya Calvin French-Owen selaku Co-Founder & CTO Segment.

Pendanaan ini akan digunakan untuk memperkuat kapabilitas platform, termasuk meminimalisir terjadinya bias dalam pelabelan teks. Seperti diketahui, proses pelabelan data jadi salah satu aspek krusial dalam pengembangan layanan berbasis kecerdasan buatan (AI), khususnya dalam pemodelan natural language processing (NLP).

Datasaur mengembangkan alat untuk membantu pemberi label data bekerja secara lebih produktif dan efisien. Termasuk meningkatkan privasi dan keamanan data – terlebih sering kali pekerjaan pelabelan data dilakukan secara outsource.

“Pada dasarnya saat ini kami menangani semua bentuk NLP, termasuk entity recognition, parts of speech, document labeling, coreference resolution dan dependency parsing. Kami telah membangun kecerdasan ke dalam sistem untuk membantu membuat pelabelan lebih efisien dan akurat, memungkinkan perusahaan mengatur seluruh tim pelabelan mereka pada platform manajemen yang mudah,” terang Founder & CEO Datasaur Ivan Lee kepada DailySocial.

Ivan Lee dan tim Datasaur
Ivan Lee (tengah) dan tim Datasaur / Datasaur

Saat ini tim Datasaur juga tengah mengikuti program akselerasi Y Combinator untuk batch Winter 2020 di San Francisco. Basis perusahaan sendiri ada di California dan Indonesia.

NLP jadi implementasi AI paling populer di Indonesia

AI menjadi makin populer seiring munculnya layanan yang mampu mengotomatiskan beberapa proses bisnis. Salah satu produk yang paling banyak digunakan adalah chatbot, korporasi ramai-ramai gunakan platform tersebut untuk sajikan balasan otomatis pada setiap pesan yang diberikan oleh pelanggan. Beberapa di antaranya BCA (nama chatbot: Vira), Telkomsel (Veronika), BNI (Cinta) dan lain sebagainya.

Di balik teknologi chatbot, ada ragam alat AI yang diaplikasikan, salah satu yang paling signifikan adalah NLP. Fungsinya untuk membuat sistem komputer memahami bahasa dan konteks yang dituliskan oleh pengguna. Nyatanya produk chatbot yang ada saat ini masih miliki banyak kekurangan, termasuk yang paling fundamental yakni pemahaman kosa kata yang masih kurang. Dampaknya pada layanan yang masih terasa sangat kaku, belum natural layaknya perbincangan antar-manusia.

Keuntungan dan tantangan implementasi chatbot untuk bisnis / DailySocial
Keuntungan dan tantangan implementasi chatbot untuk bisnis / DailySocial

Hasil pelabelan data salah satunya digunakan untuk melatih mesin (dikenal dengan konsep machine learning) agar memiliki pemahaman bahasa yang lebih baik, dengan cara mengklasifikasikan kata-kata tertentu ke dalam kelompok yang telah didefinisikan. Beberapa skenario yang dilakukan misalnya, secara berkelanjutan mempelajari kata-kata baru yang disampaikan oleh pengguna.

“Terlepas dari semua hype, AI jadi teknologi yang masih terus dikembangkan. Banyak perusahaan yang tengah mencari praktik terbaik dalam proses pelabelan mereka. Solusi generasi pertama yang dilakukan adalah melakukan outsourcing seluruh pekerjaan pelabelan. Banyak perusahaan yang membangun ‘Mechanical Turk’, tapi untuk AI,” jelas Ivan.

Ia melanjutkan, “Sekarang kami melihat perusahaan mengidentifikasi bahwa data berkualitas adalah salah satu aset paling berharga untuk membangun dan meningkatkan model AI. Datasaur hadir sebagai solusi generasi berikutnya, kami membangun perangkat lunak untuk meningkatkan praktik terbaik dalam pelabelan data, untuk membantu mengembangkan alur kerja AI perusahaan.”

Seiring dengan perkembangannya, pangsa pasar produk berbasis AI akan terus meningkat. Riset memproyeksikan nilainya secara global akan capai US$390 miliar pada 2025 mendatang. Untuk pelabelan data sendiri, selain Datasaur, di kancah global ada beberapa layanan lain yang dapat membantu seperti Labelbox, Cloudfactory, bahkan produk Google Cloud juga tengah merilis versi beta untuk AI Data Lebeling Services.

Skenario implementasi pelabelan data

Contoh proses pelabelan data yang dilakukan di aplikasi Datasaur / Datasaur
Contoh proses pelabelan data yang dilakukan di aplikasi Datasaur / Datasaur

Dengan memahami data masukan, ada banyak hal yang bisa dilakukan. Dari studi kasus yang ada, Datasaur banyak membantu perusahaan untuk melakukan berbagai hal, seperti memahami dokumen kontrak, membuat transkrip percakapan layanan pelanggan, membuat analisis ulasan produk, hingga mendeteksi berita palsu.

“Perangkat lunak kami telah digunakan untuk mendeteksi dan menandai artikel berita palsu yang mencurigakan oleh pemerintah Indonesia. Sebuah studi kasus dengan salah satu klien kami menunjukkan 70% peningkatan efisiensi pelabelan setelah mengadopsi platform Datasaur, dan kami masih memiliki lebih banyak ruang untuk diperbaiki,” ujar Ivan.

Saat ini platform pelabelan data tersebut sudah digunakan oleh beragam vertikal bisnis, mulai dari industri teknologi finansial, kesehatan, layanan pelanggan, media sosial hingga chatbot.

Cerita Startup Indonesia yang Ikut Program Akselerasi Y Combinator

Menjelang akhir tahun 2017, Y Combinator (YC) sebagai program akselerasi startup kenamaan asal Mountain View menyambangi Jakarta untuk memperkenalkan diri. Di acara tersebut hadir Partner YC Gustaf Alströmer menyampaikan beberapa informasi, mendorong startup yang hadir untuk mendaftarkan diri ke program.

Nama-nama seperti PayFazz, Xendit, Nusantara Technology, Shipper sampai yang terbaru Eden Farm akhirnya bergabung ke YC. Kami turut mengamati perkembangannya pasca akselerasi. Sejauh ini yang bisa disimpulkan, para startup berhasil memikat investor (minimal) untuk meningkatkan seed round mereka. Lantas kami tertarik untuk mendalami, sebenarnya apa yang didapat para startup dari pendidikan di Silicon Valley tersebut?

Terlebih dulu kami menghubungi pihak YC untuk menanyakan dasar-dasar program mereka. Director of Communications Lindsay Amos secara singkat menjelaskan bahwa program tersebut memberikan dukungan kepada menyeluruh. Misalnya melalui “Startup School“, para founder diajarkan tentang cara mengembangkan bisnis yang relevan di era digital seperti saat ini. Mereka juga mengarahkan kepada startup untuk memanfaatkan kanal YC Network guna menemukan pengguna produk mereka.

Proses pendaftaran akselerasi

Steven Wongsoredjo adalah Founder & CEO Nusantara Technology, melalui produknya SuperApp.id ia bergabung pada program YC di periode Winter 2018. Ada juga Co-Founder & CEO Eden Farm David Gunawan yang berpartisipasi dalam YC periode Summer 2019. Mereka bercerita kepada DailySocial tentang mekanisme teknis yang harus dilalui untuk bergabung.

Eden Farm
Para founder Eden Farm saat mengikuti rangkaian acara Y Combinator di Mountain View / Dok. Pribadi David

Pada dasarnya, ketika startup dinyatakan lolos seleksi awal –melalui formulir online—mereka akan diwawancara daring melalui sambungan video call. Jika lolos, akan diadakan wawancara yang lebih intensif di Silicon Valley –di tahap ini YC akan membantu akomodasi perjalanan. Wawancara kadang dilakukan secara paralel oleh mentor/pakar dari berbagai bidang untuk memastikan penilaian menjadi lebih objektif.

Setelah tahap tersebut dilalui dan startup lolos, mereka akan bersiap untuk melanjutkan program akselerasi selama 3 bulan di Silicon Valley. Bagi startup tahap awal, mereka diwajibkan untuk mendirikan badan usaha di Amerika Serikan (US INC) dan Indonesia (PT), sehingga perlu mencari pengacara atau firma hukum yang dapat membantu mematuhi aturan hukum tersebut.

Jaringan bisnis yang luar biasa

Turut bergabung dalam wawancara Co-Founder Shipper Budi Handoko yang tergabung di YC periode Winter 2019. Ketiga founder memaparkan bahwa salah satu hal signifikan yang mereka dapat dari YC adalah tergabung ke jaringan bisnis global yang kuat dan partisipatif. David menceritakan, setiap alumni dididik untuk dapat saling mendukung, berbagi kepada startup lainnya dalam berbagai hal –termasuk pengalaman penanganan isu bisnis ataupun teknis.

“Orang-orang di YC itu semuanya entrepreneur. Dengan bergabung di program itu kita makin banyak dikenal mitra, investor. Ini kesempatan bagi kami untuk memvalidasi bisnis kepada top entrepreneurs. Di sana kami belajar cara presentasi bisnis dengan sangat efisien dan efektif,” ujar Budi menambahkan.

Budi Handoko
Budi Handoko saat singgah di Silicon Valley untuk mengikuti pelatihan selama 3 bulan / Dok. Pribadi Budi

Terkait jaringan bisnis Steven turut berujar, “Para alumni YC sangat membantu. Kami saling menjaga dan berbagi sumber daya untuk tumbuh bersama. Selain itu, para mitra memberikan dukungan besar setelah kami mencapai tonggak bisnis, khususnya saat melakukan penggalangan dana.”

Setiap startup yang sudah melalui tahap pendidikan akan melakukan presentasi di acara Demo Day. Menariknya, hampir setiap startup selalu mendapatkan pendanaan awal dari sana. Panggung tersebut memang difokuskan untuk menghubungkan para peserta dengan investor potensial di jaringan YC. Sekarang mereka juga mengadakan program khusus “YC Series A”, “YC Growth”, dan “YC Continuity” untuk para lulusannya, guna meningkatkan bisnis mereka ke tahap lanjutan.

Pelatihan intensif pengembangan produk

Selama tiga bulan program akselerasi, banyak pelatihan yang diberikan oleh mentor-mentor bisnis kenamaan. Mulai dari materi bisnis, kepemimpinan, hingga teknis pengembangan produk disampaikan.

“Slogan YC dari Paul Graham adalah ‘membuat sesuatu yang diinginkan orang’. Dalam 3 bulan pelatihan, mereka mendidik kami tentang cara membangun versi produk yang sangat sederhana tetapi dapat dengan cepat mendapatkan penilaian tentang kecocokan pasar,” terang Steven.

Para mentor selalu menegaskan, perusahaan besar seperti AirBnB atau Drobox juga dimulai dari kecil. Sehingga untuk fase awal tidak perlu membuat produk menjadi rumit, karena justru akan membuat pengguna sulit memahami tujuannya.

“Selama agenda YC, kami punya 2 jam kantor dengan mitra yang ditugaskan untuk mengawasi kami setiap minggu. Setelah itu kami bisa juga memesan kepada mitra yang dipilih untuk memberikan umpan balik. Para mitra hadir dari perusahaan papan atas, misalnya ada Creator Gmail dan Google AdSense [Paul] Buchheit atau ex-CEO Twitch Michael Seibel,” lanjut Steven.

Steven Wongsoredjo
Steven Wongsoredjo bersama mentornya yang juga merupakan CEO AirBnB Brian Chesky / Dok. Pribadi Steven

Pembentukan mental founder juga menjadi hal yang dirasakan betul manfaatnya, tak terkecuali oleh David. Pelatihan di Silicon Valley benar-benar membuat setiap partisipan selalu berorientasi dengan produk dengan pengukuran berbasis data.

Direkomendasikan, bagi startup tahap awal yang mau tumbuh besar

Shipper adalah startup asal Singkawang Kalimantan Barat, keterlibatannya di YC memberikan dampak yang sangat signifikan. Menurut Budi, pasca program ia memiliki lebih banyak referensi mengenai bisnis serupa di luar negeri. Ini penting digunakan untuk studi banding maupun kesempatan perluasan kemitraan. Kesempatan bergabung di program akselerasi tersebut juga membuat startup lebih banyak dikenal, tidak sekadar level nasional tapi juga global.

Steven juga merekomendasikan bagi startup –khususnya di tahap awal untuk bergabung di program ini. Sebelum bergabung, ia mengaku seorang pendiri yang idealis, sangat perfeksionis terhadap pengembangan produk. Sebelum diluncurkan, ia harus selalu memastikan semua berjalan sempurna. Namun padahal tidak demikian prosesnya, validasi pasar justru perlu dilakukan sedini mungkin. Pengajaran YC memberikan perspektif baru yang diterapkan pada SuperApp.id.

“Pengalaman YC benar-benar mengubah pola pikir saya. Mereka mengajarkan untuk membuat versi paling sederhana dari produk dan meluncurkan secepat mungkin. Tujuannya untuk menguji apakah tesis kami memiliki kecocokan di pasar. Waktu adalah komoditas paling berharga, jadi kita harus secepat mungkin memastikan itu semua, bukan sekadar berasumsi,” tutup Steven.